Anda di halaman 1dari 11

 

KONTRUKSI DAN STRUKTUR BANGUNAN

A.        KONTRUKSI BAGUNAN
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau
satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi
didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur
bangunan.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau
arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan
ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah
penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang
mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode penentukan besarnya
biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang baik,keselamatan
lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait
dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll.

KONTRUKSI BAGUNAN ANTARA LAIN


1.      PONDASI BANGUNAN
Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan, meski tidak
terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara fungsi struktur, keberadaan
pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang matang, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi keawetan atau keamanan bangunan adalah pondasi.

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus memperhatikan jenis
bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi adalah sebagai perantara untuk
meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke
tanah pendukung bangunan tersebut. Dengan demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang
dan tidak hanya berdasar kebiasaan setempat. Karena sering ditemui, banyak yang membuat
rumah hanya didasari dari kebiasaan masyarakat. 

Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya, padahal


konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua menggunakan
konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang dipergunakan untuk membangun
rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang
digunakan adalah pondasi yang biasa digunakan diwilayah tersebut.
Pondasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Seperti sebagai berikut:

Pondasi dangkal
Jenis pondasi dangkal kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus
yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari
dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Berikut yang termasuk pondasi
dangkal diantaranya:

 Pondasi Umpak. Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat, rumah kayu,
atau rumah tradisional jaman dulu.
 Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu bata.
Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan berat bangunan
yang ada di atasnya dan meneruskanya ke tanah. Pada awalnya pondasi rollag bata
merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan.
Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan yang
bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan beban ringan,
misalnya pada teras.
 Pondasi Batu Kali. Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali. Pondasi batu kali sering
kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih digunakan,
karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya yang trapesium
dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi
atas 25 – 30 Cm. Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali
adalah memanfaatkan bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton
bongkaran jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab
mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam dan kasar
mampu mengikat adukukan semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag
bata, tentu bongkaran bekas beton jauh lebih kuat. Ukurannya rata – rata 30 x 30 cm.
 Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan pada
kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa yang lapisan tanah kerasnya
berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa digunakan untuk rumah tinggal
sederhna atau bangunan dua lantai. Kedalamannya 2 – 5 meter. Ukuran diameter pondasi
mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin bor atau
secara manual.Di atas pondasi bor mini ada blok beton ( pile cap ).Pile cap ini merupakan
media untuk mengikat kolom dengan sloof.
 Pondasi Telapak/ Footplat
 Dll

2.      PONDASI TIANG PANCANG


            Jenis pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan
tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain tiang
pancang, tiang bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung
disiplin ilmu atau pasarannya. Sebagai bagian dari pondasi dalam diantaranya:
 Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore
pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang menggunakan beton
jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin
pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang
pancang tidak memerlukan proses pengeboran. 
 Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2
meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang bore
pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor. Hingga
menemukan daya dukung tanah yang  sangat kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu
tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor
dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan biasanya pondasi ini terdiri dari
2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

            Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu
oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan
daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga
diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya
penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang
didukungnya.            Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah
terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya,
kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan
pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya
amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja
hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjad

  Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban
akibat gaya angin pada dinding.
   Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
  Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
  Momen
 Torsi

3.      SLOOF
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof berfungsi
mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap
titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan
kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk
bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan pondasi
yaitu dengan memberikan  angker dengan beri diameter 12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun
angka ini dapat berubah untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan bertingkat banyak.
Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata pada seluruh
pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.
Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu , lebar 15
cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter 10 mm (4 d 10 )
sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak
15 cm ( d 8 – 15).Dibawah ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal lantai satu.
Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang diletakkan secara
horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari konstruksi beton bertulang. Namun
berdasarkan konstruksinya ada beberapa macam sloof, antara lain :

1. Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang kayu
(misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika
sloof dari kayu terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok
tunggal
2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang dipasang
secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan ((1 bagian portland semen : 4
bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat digunakan di atas
pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk bangunan tidak bertingkat
dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Ukuran lebar /
tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang
juga dapat dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.

Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.


2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur

4.      KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 

1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. 

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya
sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu
menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena
itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Jenis-Jenis kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1.Kolom ikat (tie column)
2.Kolom spiral (spiral column)
3.Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan
pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk
heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.
Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada
diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok
untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih
dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 –
10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d
8-20.
Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak
kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat
kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan
beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom
harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom
menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-
kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan
yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan
balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

5.     KONSTRUKSI DINDING BANGUNAN

Pengertian Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area.
Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi
ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di
alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas
(boundary), serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-langit,
membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding pembatas mencakup
dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit
dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan,
atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
 Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/
membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding
partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall).
Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu)
dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam
material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)
Jenis jenis dinding dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sebagai berikut:
a) Dinding Batu Bata
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar
peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari
pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu
(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis,
sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/
menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada,
baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

b) Dinding Batako
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak
dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat
plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara lain:
a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh direndam
dengan air.
c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/ batu yang
lancip.
d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah – tengah.
e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok beton
bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut,
pertemuan dan persilangan 
c) Dinding kayu
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa
timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.
   d) Dinding kayu biasa
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan
digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan
vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan
jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20,
3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan
(tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang
bisa mengalami pemuaian dan susut.
e)  DINDING SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam
penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik
terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat
dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung
kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).

f)       Dinding batu alam


Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-
seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan
tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup
kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai