Anda di halaman 1dari 24

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -8-

o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan kanan.
Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang, maka akan
menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi notasi N.
o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan atau gaya-
gaya yang tegak lurus (  ) sumbu batang, balok tersebut menerima gaya dalam
yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.

2.2.4. Gaya Dalam Momen


a). Pengertian Momen (M)
Suatu balok yang terletak diatas 2 tumpuan
c P (kg) q kg/m’
dengan beban seperti pada gambar, ada beban
terbagi rata q (kg/m’) dan beban terpusat P
A B
(kg).
c
x Balok tersebut akan menerima beban lentur
l (m)
RA RB sehingga balok akan melendut, yang berarti
balok tersebut menerima beban lentur atau

Gambar 2.9. Balok yang menerima momen. (atau menerima gaya dalam momen)
beban terpusat dan terbagi
rata

Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak.
Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen.
Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B dengan variable x
bisa ditulis sebagai berikut :

I II
(1) Mx = RA . x – q.x. ½ x (dihitung dari kiri ke potongan c-c) ….(pers. 1)

gaya jarak gaya jarak


MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -9-

Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A


RA (reaksi di A) merupakan gaya
I
x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c sejauh x

qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh x


yang diberi notasi (Q1 = qx)
II

½ x = adalah jarak dari titik berat beban terbagi rata


sepanjang x ke potongan c-c

q (kg/m’) titik berat qx


c

½x c

Q1= qx
x
Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian kiri

Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c)


I II
Mx = RB (l-x) – q (l – x) . ½ (l -x) (dihitung dari kanan) ………. (pers. 2)

Kalau diambil di potongan c-c


RB (reaksi di B) merupakan gaya

I (l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c

Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh (l-x)


 q (l-x) = Q2

II ½ (l-x) = adalah jarak dari titik berat beban terbagi rata


sepanjang (l -x) ke potongan c-c
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -10-

q (kg/m’) Kalau menghitung besarnya


c titik berat dari q (l-x) momen di c-c boleh dari kiri
potongan seperti pada
persamaan (1) ataupun
½ (l-x) menghitung dari kanan
c Q2 = q (l-x)
potongan seperti pada
l -x persamaan (2) dan hasilnya
pasti sama.
Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian kanan

 Tanda Gaya Dalam Momen

tertekan Untuk memberi perbedaan antara momen-momen


yang mempunyai arah berbeda, maka perlu
tertekan
memberi tanda terhadap momen tersebut.
tertarik Jika momen tersebut mampu melentur suatu balok
tertarik
Tanda momen (+) * sehingga serat atas tertekan dan serat bawah
Tanda momen (+) * tertarik maka momen tersebut diberi tanda (+) =
positif. Demikian juga sebaliknya.

Tanda momen (-) *

Gambar 2.12. Tanda momen

2.2.5. Gaya Lintang (D)

c P (kg) Kalau dilihat, balok yang terletak


q (kg/m’)
diatas 2 (dua) perletakan A dan B,
menerima gaya-gaya yang arahnya
c  (tegak lurus) terhadap sumbu
balok. Gaya-gaya tersebut adalah
RA ; q dan RB  gaya-gaya tersebut
RA RB yang memberi gaya lintang terhadap
Gambar 2.13. Gambar balok menerima balok A-B tersebut.
beban
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -11-

Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang  dengan sumbu batang.

Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c, maka
coba gaya-gaya apa saja yang arahnya  (tegak lurus) terhadap sumbu AB.

 kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka

(1)  Dc = RA – q x = RA – Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri


potongan)
x
c
q (kg/m’)

Q1=q x
RA
Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri

 Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka

(2)  D1 = RB – q (l-x) – P
= RB – Q2 – P (gaya lintang di c yang dihitung dari kanan
potongan)

P
c q (kg/m’)

c Q2 = q (l-x)
(l – x)
RB
Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -12-

 Tanda Gaya Lintang


P
C
A B
Untuk membedakan gaya lintang, maka
RB perlu memberi tanda (+) dan (-).

C Definisi :
* Gaya lintang diberi tanda positif jika
C dilihat di kiri potongan titik yang ditinjau,
RA jumlah gaya arahnya ke atas, atau kalau
dilihat di kanan potongan, jumlah gaya

RB arahnya ke bawah.
Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda
positif (+)

Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya gaya
lintang di c (Dc).

C Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya RA, jadi jumlah
gaya-gayanya yang  sumbu hanya RA dengan arah  (keatas) jadi
RA
tanda gaya lintang adalah positip.

P
Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang ada 
C terhadap sumbu adalah RB (  ) keatas dan P (  )
kebawah. Karena RB adalah merupakan reaksi, maka
RB P > RB sehingga jumlah antara P dan RB  arah (  )
kebawah, jadi tanda gaya lintang adalah positif.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -13-

Definisi :
D B
A * Gaya lintang diberi tanda negatif, jika
dilihat di kiri titik potongan yang
P D
ditinjau arahnya kebawah (  ) dan bila
ditinjau di kanan titik potongan yang
A
D ditinjau arahnya ke atas.
B

Gambar 2.17. Skema


Gambar gaya2 lintang dengan tanda
negatif (-)

Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya gaya
lintang di D (DD).

P D
Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang 
sumbu hanya RA dan P, karena RA adalah reaksi.
Jadi RA < P, maka resultante gaya-gaya antara RA
RA
dan P arahnya adalah kebawah (  ), maka gaya
D lintangnya tandanya negatif.
Jika dilihat di sebelah kanan potongan gaya-gaya
yang  sumbu hanya RB dengan arah ke atas (  ),
RB
Jadi gaya lintangnya tandanya adalah negatif

Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus
sama.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -14-

2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N)

P Definisi :
Gaya normal adalah gaya-gaya yang
A B
arahnya sejajar (//) terhadap sumbu beban
balok.
RA RB * Jadi kalau kita lihat balok yang seperti
Gambar 3
pada Gambar 2.18 yang mana tidak ada
Gambar 2.18. Balok tanpa beban normal
gaya-gaya yang sejajar sumbu batang,
berarti balok tersebut tidak mempunyai
gaya normal (N).

P P
Kalau dilihat pada Gambar 3.19
dimana ada gaya-gaya yang // (sejajar)
sumbu batang yaitu P, maka pada
Gambar 4
RA batang AB (Gambar 3.19) menerima
RB
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya normal gaya normal (N) sebesar P.

* Tanda Gaya Normal


- Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya adalah
P P
negatif (-) {   }.
- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya adalah
P P
positif (+) {   }.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -15-

2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam

M M
tekan
tanda momen positif (+)

tarik
tarik

tanda momen negatif (-)


tekan
M M

tanda gaya lintang positif (+)

tanda gaya lintang negatif (-)

tanda gaya normal negatif (-)

tanda gaya normal positif (+)

Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam


MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -16-

2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1

Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar,
P1 = 2 2 t (), P2 = 6t (), P3 = 2t ()
P4 = 3t ; q1 = 2 t/m’; q2 = 1 t/m’

P2 = 6 ton q2 = 1 t/m’
P1 = 2 2 t q1 = 2t/m’
P1v = 2 t
45° P4 = 3 ton
C D P3 = 2t E
P1H = 2 t A B RBH

RBV
6m

RAV

2m 10 m 2m

Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya

Diminta : Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.


(Bidang M, N, dan D)

Jawab : Mencari reaksi vertical


Dimisalkan arah reaksi vertical di A  RA () keatas dan arah reaksi vertical di B  RB
() juga keatas.
Mencari RAV  dengan MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)

RAV.10 – P1.12 – q1.6.7 – P2.4 + 2.q2.1 = 0

2.12  2.6.7  6.4  2.1.1


RAV = = 13 ton () Karena tanda + berarti arah
10 sama dengan permisalan (+)
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -17-

Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah diberi tanda
sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.
RBV  

RBV.10 – q2.q1 – P2.6 – q1.6.3 + P1.2 = 0

1.2 .1  6.6  2.6.3  2.2


RBV = = 9 ton ()
10
Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan yaitu
() keatas.
Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar, maka perlu
memakai kontrol yaitu  V = 0

(P1 + q1.6 + P2 + q2.2) – (RA + RB) = 0


(2 + 2.6 + 6 + 1.2) – (13 + 9) = 0

Beban vertikal Reaksi vertikal

Mencari Raksi Horizontal


Karena perletakan A = rol  tidak ada RAH.
Perletakan B = sendi  ada RBH.
Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan (  H = 0)
H=0
RBH = P1H + P3 + P4
= 2 + 2 + 3 = 7 ton ()
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -18-

Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)


Dihitung secara bertahap
Daerah C  A  lihat dari kiri
Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan
DA kr = P1 = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya lintang
kebawah ()
DA kn (gaya lintang (D) di kanan titik A)
DA kn = - P1 + RA = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke atas).

A D

Beban P1 = 2 2 (45°) bisa diuraikan


menjadi P1V = 2t () dan P1H = 2t ()

q1 = 2 t/m’ P2 = 6 ton
2t
P3 = 2 ton

C D
6m

RA = 13 t
X

Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung
dimulai dari titik C.
Dx = -2 + 13 – q1 x = (-P1V + RA – q1x)

Persamaan (Linier)

didapat
Untuk x = 0 DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
2.6
didapat (di kiri potongan arah gaya lintang
Untuk x = 6 m DD kr= -2 + 13 – 12 = - 1ton ke bawah)
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -19-

DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.

DD kn : -2 + 13 – 12 – 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari D
sampai B).

Daerah B-E
2m
q2 = 1 t/m’
B E P4 = 3 ton
x.2

RBV = 9 ton

Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B.


Variabel x2 berjalan dari E ke B.
DE = 0
Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)
DB kn kanan perletakan B (x2 = 2 m)  DB kn = + 2 ton (kanan potongan arah ke
kebawah)
DB kr (kiri titik B)  DB kr = + 2 – 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)
Melewati
perletakan B

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)


Daerah C-D  dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai gaya
normal konstan.

ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)


MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -20-

Daerah D-B  dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang dari
D ke B nilai gaya normal konstan).

ND kn = (-2 – 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)


NB kr = NDkn = - 4 ton

Daerah B-E  dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.

NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)


Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C.
Dari kiri  DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M)

Daerah C  A C P1V = 2t A
P1H = 2t
2m

x
Variabel x berjalan dari C ke A
Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)

Untuk x = 0  Mc = 0
x = 2  MA = - 2.2 = - 4 tm.
(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik sehingga tanda negatif (-) ).

Daerah A D
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -21-

Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C

q1 = 2 t/m’

C P1V = 2t A
P1H = 2t D

x.1

RAV = 13t

2m 6m

Variabel x1 berjalan dari A ke D


Mx1 = -P1V (2 + x1) + RA.x1 – ½ q1 x1²
Mx1 = -2 (2 + x1) + 13 x1 – ½ q1 x12 (persamaan parabola)

= - ½ q1 x12 + 11 x1 – 4

MENCARI MOMEN MAXIMUM

D Mx1
0
d x1

d Mx1
  q1 x1  11  0  x1  5.5.m
d x1

Letak dimana harga Mmax = Letak dimana harga (D = 0)  lihat pada Gambar 2.22.
x1 = 5.5 m  Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5.5 – 4
= 26.25 tm.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -22-

Mencari titik dimana M = 0


Mx1 = - ½ .q1.x12 + 11 x1 – 4 = 0
= x12 – 11 x1 + 4 = 0
x1 = 0.3756 m (yang dipakai)
x1’ = 10.62 m (tidak mungkin)

Untuk x1 = 6  MD = -36 + 66 – 4 = + 26 tm

Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E ke B

q2 = 1 t/m’

P4 = 3 t
B E
2m

x2

Dihitung dari kanan

Parabola
Mx2 = - ½ q2 x22

Untuk x2 = 0 didapat ME = 0
Untuk x2 = 2 didapat MB = - ½ . 1.4 = -2 tm
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -23-

q1 = 2t/m’ P2 = 6 ton q2 = 1t/m’


P1V = 2 t

C A D B E P4 = 3 ton
P3 = 2 ton
P1H = 2 t RBH = 7t
RBV = 9 ton
RAV = 13 t

11
+ 2t +
2 - 1t
- 7t
6t

BIDANG D

2t 4t
-
2t

+ 3t
BIDANG N
5.5 m

linier 2 tm parabola
- 4 tm --

0.286
linier
0.3756 parabola
BIDANG M

Gambar 2.22. Gambar bidang M, N, D balok diatas 2 tumpuan


MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -24-

2.2.9. Contoh 2
Diketahui:
KONSOL (CANTILEVER)
Suatu konstruksi konsol (cantilever) dengan perletkan
P2 = 1t di D = jepit dengan beban P1 = 2t (); P2 = 1t ()
D P
q = 1 t/m’ 1 = 2t dan beban terbagi rata q = 1 t/m’

A Ditanya : Gambar bidang M, N, D


C B
Jawab : Mencari reaksi di D dengan syarat
keseimbangan
1m 2m 3m
x1 RD = ?  v = 0  RD – P2 – P1 – q.5 = 0
RD
x2 RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t ()

Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri atau


kanan, pilih yang lebih mudah  dalam hal ini pilih
yang dari kanan.
BIDANG D
Bidang D (dari kanan)

5t DA kr = + 2 ton
8t +
1t Daerah A  B

x1 merupakan variabel yang bergerak dari A ke B


Dx1 = 2 + q. x1

BIDANG M Untuk x = 3  DB kn = 2 + 1.3 = 5 ton (dari kanan


potongan arah gaya ke bawah tanda positif (+) ).

x2 merupakan variabel yang bergerak dari A ke C


10.5 tm
- Daerah B  C
24.5 tm parabola Dx2 = 2 + 1 + q . x2
Untuk x2 = 3  DB kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton
Untuk x2 = 5  DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton
32.5 tm
parabola Bidang M (dari kanan)
Daerah A  B
Gambar 2.23. Bidang M, N, D MA = 0
Balok cantilever : Mx1 = - P1 x1 – ½ q x12
linier Untuk x1 = 3  MB = -2.3 – ½ .1.3² = - 10.5 tm ( )
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -25-

Daerah B - C : Mx2 = -P1 x2 – P2 (x2 –3) – ½ q x22

: MC = -2.5 – 1.2 – ½ .1.5² = - 24.5 tm ( )

MD : - P1.6 – P2.3 – 5.1 (2.5 + 1) = -12 – 3 – 5.3,5 = 32,5 t ( )

2.2.10. Latihan

Balok diatas 2 tumpuan.

Soal 1 Balok AB dengan beban


P1 = 4t P2 = 4 2t seperti tergambar
A = sendi B = rol
45°

HA

A B P1 = 4 ton P2 = 4 2 ton
Ditanyakan;
VA RB a) reaksi perletakan
2m 3m 3m b) bidang N, D dan M

Soal 2 Balok ADCB dengan beban


P P3= 32 2tt seperti tergambar
q = 1 t/m'
A = sendi B = rol
45°

HA
P1 = 3 2 ton q = 1 ton/m’
A D B C
Ditanyakan;
VA RB a) reaksi perletakan
2m 4m 2m
b) bidang N, D dan M
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -26-

Soal 3
P2 = 2 2t
q = 1,5 t/m'

45°
HA

A D B C

VA P1 = 2t RB
6m 2m 2m

Balok ADCB dengan beban seperti tergambar :


A = sendi B = rol ; P1 = 2 ton P2 = 2 2 ton ; q = 1,5 ton /m’
Ditanyakan; a). reaksi perletakan
b). bidang N, D dan M

2.2.11. Rangkuman

Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut :


M (momen) dengan tanda

+ -

D (gaya lintang) dengan tanda


+ -

N (gaya normal) dengan tanda

- +

2.2.12. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang ada
sebagai berikut :
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -27-

Jawaban Soal No. 1

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah


Reaksi vertikal A : VA 4.5 ton 
B : RB 3.5 ton 
Reaksi horisontal A : HA 4 ton 
Gaya normal = N A–D 4 ton - tekan
D–B 0
Gaya lintang = D A–C 4.5 ton +
C–D 0.5 ton +
D–B 3.5 ton -
Momen = M A 0
C 9 tm +
D 10.5 tm +
B 0

Jawaban Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah


Reaksi vertikal A : VA 3 ton 
B : RB 6 ton 
Reaksi horisontal A : HA 3 ton 
Gaya normal = N A–D 3 ton - tekan
D–B 0
Gaya lintang = D A – D kiri 3 ton +
D kanan 0
B kiri 4 ton -
B kanan 2 ton +
C 0
Momen = M A 0
D 6 tm +
B 2 tm -
C 0
2 m kanan D 4 tm +
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -28-

Jawaban Soal No. 3

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah


Reaksi vertikal A : VA 4.625 ton 
B : RB 4.375 ton 
Reaksi horisontal A : HA 2 ton 
Gaya normal = N A–D–B–C 2 ton - tekan
Gaya lintang = D A 4.625 ton +
D kiri 4.375 ton -
D kanan – B kiri 2.375 ton -
B kanan – C 2 ton +
X = 3.08 m kanan A 0
Momen = M A 0
X = 3.08 m 7.13 tm +
D 0.75 tm +
B 4.0 tm -
C 0

2.3. Hubungan Antara Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q (Muatan)


Pada gambar terdapat potongan sepanjang dx batang yang diberi beban terbagi rata
(qx), potongan tersebut antara I dan II sepanjang dx. Dengan beban sepanjang dx
tersebut kita akan mencari hubungan antara beban, gaya lintang dan momen.

qx = beban terbagi rata


beban Mx = momen di potongan I ( )
qx
½ dx Dx = gaya lintang di potongan I ()
qx . dx = berat beban terbagi rata
Sepanjang dx
qx.dx Dx + dDx = gaya lintang di potongan
M x + dMx II ()
Mx Dx D x + dDx batang dDx = selisih gaya lintang antara
Potongan I dan II.
Mx + dMx = momen di potongan II ( )
dMx = selisih momen antara I dan II
I II

dx
Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok
sepanjang dx
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -29-

Keseimbangan gaya – gaya vertikal V = 0 di potongan II


Dx – qx dx – (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx () dan qx dx () dan kanan ada Dx + d Dx
()
dDx = - qx dx
d Dx
  qx (turunan pertama dari gaya lintang adalah beban)
dx
Keseimbangan momen
 M = 0 di potongan II
Mx + Dx dx – qx .dx . ½ dx – (Mx + d Mx) = 0

½ q. dx² - 0

d Mx = Dx . dx
o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx. ½ dx
dan kanan ada Mx + dMx
d Mx o ½ qx.dx²  0 karena dx = cukup kecil
 Dx dan dx² bertambah kecil sehingga bisa
dx diabaikan.

* turunan pertama dari momen adalah gaya lintang

2.4. Balok Miring


Pada pelaksanaan sehari-hari sering kita menjumpai balok yang posisinya miring
seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu bagaimana menyelesaikannya.

2.4.1. Pengertian Dasar


Balok miring adalah suatu balok yang berperan sebagai pemikul struktur yang
posisinya membentuk sudut dengan bidang datar, misal : tangga, balok atap dan
lainsebagainya.
Pada kenyataan sehari-hari balok-balok tersebut bisa berdiri sendiri atau
digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal. Seperti pada gambar.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -30-

Dasar Penyelesaian
Dalam penyelesaian struktur, terutama
untuk menghitung dan menggambar
gaya dalam adalah sama dengan balok
(a) biasa (horizontal). Namun disini perlu
lebih berhati-hati dalam menghitung
karena baloknya adalah miring.

(b)

Gambar 2.25. Skema balok miring

Dalam hal ini mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapan pengertian gaya-gaya
dalam pada semua kondisi balok.

2.4.2. Contoh soal


Diketahui
Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di bidang
horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring // dengan sumbu batang.
Beban P1 = 4 t vertikal di C dan beban P2 = 4t vertikal di D, dan beban terbagi rata q
= 1 t/m’ dari D ke B dengan arah vertikal.

Ditanya : Gambar bidang M, N, D


MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -31-

Jawab:

q = 1 t/m’

B
rol
P2=4t
P1=4t
RB 3m
D
C 5
A  1m 1m 1m
sendi 3
RAH

RAV
 4m
4
di B = rol  jadi reaksinya hanya
1m 1m 2m satu  sumbu batang

Gambar 2.26.a. Pembebanan pada balok miring

Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu.
Reaksi di B  RB  bidang sentuh
RB dicari dengan  MA = 0
RB.5 – q.2.3 – P2.2 – P1.1 = 0
18
RB.5 – 1.2.3 – 4.2 – 4.1 = 0  RB =  3.6 ton (arah RB  sumbu batang)
5
Untuk mencari RAV dicari dulu RAH dengan syarat keseimbangan horizontal.
RAH  H = 0
RAH – RB sin2 = 0
3
RAH = .3.6 ton = 2.16 ton
5
Mencari RAV dengan  MB = 0
RAV   MB = 0
RAV.4 – RAH.3 – P1.3 – P2.2 – q.2.1 = 0
RAV.4 – 2.16.3 – 4.3 – 4.2 – 2.1.1 = 0
RAV = 7.12 ton

Anda mungkin juga menyukai