Anda di halaman 1dari 34

TUGAS STRUKTUR BANGUNAN

DISUSUN OLEH :

1. KEVIN NUGROHO DEWANTORO (1842100006)


2. YUSUF SETIAWAN (1842100042)

FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL – SEMESTER 1
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
KONTRUKSI DAN STRUKTUR BANGUNAN TIDAK
BERTINGKAT

A.        KONTRUKSI BAGUNAN


Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada
beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan
bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur
Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi
dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur
disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif
sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan)
infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL,
metode penentukan besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan
jadwal perencanaan yang baik,keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan material
bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan yang disebabkan oleh
keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll.
KONTRUKSI BAGUNAN BAGIAN BAWAH (BOTTOM STRUCTUR)

1.      PONDASI BANGUNAN


Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan,
meski tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara
fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang
matang, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keawetan atau keamanan
bangunan adalah pondasi.

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus


memperhatikan jenis bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor
lain yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi
pondasi adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di
atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan
tersebut. Dengan demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang dan tidak hanya
berdasar kebiasaan setempat. Karena sering ditemui, banyak yang membuat rumah
hanya didasari dari kebiasaan masyarakat. 

Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya,


padahal konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua
menggunakan konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang
dipergunakan untuk membangun rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga
kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi yang
biasa digunakan diwilayah tersebut.
Pondasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pondasi dangkal dan pondasi
dalam. Seperti sebagai berikut:

Pondasi dangkal
Jenis pondasi dangkal kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya
beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan
ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau
pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras. Berikut yang termasuk pondasi dangkal diantaranya:

 Pondasi Umpak. Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat,
rumah kayu, atau rumah tradisional jaman dulu.
 Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan
dasar batu bata. Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menahan berat bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke
tanah. Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang
diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan. Namun, pada
saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki
kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan
untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.
 Pondasi Batu Kali. Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali. Pondasi
batu kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah
tinggal.Pondasi ini masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun
masih termasuk murah.Bentuknya yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 –
80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm.
Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah
memanfaatkan bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau
beton bongkaran jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup kuat digunakan
untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-
300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan semen
dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran
bekas beton jauh lebih kuat. Ukurannya rata – rata 30 x 30 cm.
 Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini
digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa
yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini
bisa digunakan untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai.
Kedalamannya 2 – 5 meter. Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan
40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin bor atau secara manual.Di atas
pondasi bor mini ada blok beton ( pile cap ).Pile cap ini merupakan media
untuk mengikat kolom dengan sloof.
 Pondasi Telapak/ Footplat
 Dll
2.      PONDASI TIANG PANCANG
            Jenis pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan
melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih
keras. Contohnya antara lain tiang pancang, tiang bor, kaison, dan semacamnya.
Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.
Sebagai bagian dari pondasi dalam diantaranya:

 Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama
dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang
pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung
ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. 
 Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2
meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum
memasang bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang 
sangat kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan
kedalam permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan
beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan biasanya pondasi ini terdiri
dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

            Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan /


settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus
semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya. Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari
kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa
jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung
pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena
itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya,
sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:

 Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah,


transfer beban akibat gaya angin pada dinding
 Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
 Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
 Momen
 Torsi

3.      SLOOF
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban
yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga
berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi
pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk bangunan tahan terhadap
gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan pondasi yaitu dengan
memberikan  angker dengan beri diameter 12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun
angka ini dapat berubah untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan bertingkat
banyak.
Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara
horisontal di atas pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan
tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat
antara dinding pondasi dengan kolom.
Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai
satu , lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah
diameter 10 mm (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm
berjarak 15 cm ( d 8 – 15).
Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang
diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari konstruksi
beton bertulang. Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa macam sloof,
antara lain :

1. Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada konstruksi rumah panggung dengan


pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk
sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu terletak di atas pondasi lajur dari
batu atau beton, maka dipilih balok tunggal
2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang
dipasang secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan ((1
bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi
syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat digunakan di
atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk bangunan
tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding
kurang lebih 3 m. Ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20
cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga dapat dimanfaatkan sebagai
balok pengikat pada pondasi tiang.

Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.


2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur
KONTRUKSI BAGUNAN BAGIAN ATAS (UP STRUCTUR)

1.      KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur


bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. 

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.


Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga
harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman
tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.

Jenis-Jenis kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis


kolom ada tiga:
1.Kolom ikat (tie column)
2.Kolom spiral (spiral column)
3.Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi
untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi
batang tulangan pokok memanjang.
Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama
yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah
3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan
harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal
lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel
d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm
maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas,
artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini
akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran
kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus
dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang
sama.
Prinsip penerusan Gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai
dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah
jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal
dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
2.     KONSTRUKSI DINDING BANGUNAN

Pengertian Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi
suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau
melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding
struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding
penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan
langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding
kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan
berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa
bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
 Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding
ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang
berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non
struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-
ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai
kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra
cetak)
Jenis jenis dinding dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sebagai
berikut:
a) Dinding Batu Bata
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus
memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan
bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu
(non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2
batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi
untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada
bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding
pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik
dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

b) Dinding Batako
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/
cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang
ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako
pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi
berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding
batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan
bata,antara lain:
a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan
tidak boleh direndam dengan air.
c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan
pada kayu/ batu yang lancip.
d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan
berakhir di tengah – tengah.
e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari
kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako.
Perkuatan dipasang pada sudut-sudut, pertemuan dan persilangan 
c) Dinding kayu
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional
di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi
seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan
dinding struktural.

   d) Dinding kayu biasa


Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu.
Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem
pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka
kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran
± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding
papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar
air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami pemuaian dan susut.
e)  DINDING SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik
dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan
perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan
perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1”)
pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ±
55 – 60 cm).
f)       Dinding batu alam
Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal
harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur :
6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom
praktis, hanya diperlukan.

3.      LANTAI
Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran
penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi
lantai secara umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk
karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul
adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah
digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari, dan
sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anak-anak berlari,
duduk di lantai, dan lain-lain.
Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar,
misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara
menyeretnya. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-
beban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya.
Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk
karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep
apa pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan
seperti etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.

·                     Syarat material lantai


Karena fungsi setiap ruang dalam hunian beragam, maka beragam pula
desain lantainya. Syarat bahan lantai di antaranya adalah: aman, awet, kuat, tahan
lembab, mudah dibersihkan dan menyerap panas. Material penutup lantai yang
bersifat hangat adalah: karpet, parket, gabus, karet, sedangkan material bersifat
dingin adalah: marmer, keramik, granit .
Pada beberapa ruang harus dipasang lantai yang bahannya bertekstur kasar,
seperti: kamar mandi, teras dan garasi. Kamar mandi adalah ruang yang paling
sering terkena air, sehingga licin dan beresiko menyebabkan pengguna terpeleset.
Begitu pula dengan teras ketika terkena tempias hujan, harus dipasang bahan lantai
yang lebih kasar untuk mengindari resiko pengguna terpeleset. Pada garasi, tekstur
kasar berfungsi menghindari selip akibat gesekan antara ban dan muka lantai,
terutama ketika kendaraan sehabis kehujanan. Untuk ruang dapur memakai bahan
lantai yang mudah dibersihkan serta tidak meninggalkan noda di pori-pori lantai dan
nat sambungan yang dapat mengganggu keindahan lantai. Ruang tamu, ruang
keluarga dan kamar tidur dapat memakai bahan lantai dengan permukaan licin dan
mengkilap.

·                     Ukuran material lantai


Ukuran material lantai, khususnya marmer, granit, keramik, dan teraso (tegel),
akan berpengaruh pada kesan ruang. Jika ruang berukuran kecil atau sempit (ruang
tidur, kamar mandi), ukuran bahan pilih yang kecil-kecil pula untuk memberi kesan
luas pada ruangan. Sementara untuk ruangan berukuran luas (ruang tamu, ruang
keluarga), bahan berukuran besar akan membantu menyeimbangkan kesan luas
ruang.
Jenis material lantai
Berikut ini adalah beberapa jenis material lantai dengan beragam
karakteristiknya sebagai pertimbangan aplikasi pada ruan

 Plester (concrete)

Jenis material ini tergolong paling sederhana dan paling murah, karena
diperlakukan seperti saat memplester dinding dan diaci hingga halus. Namun
perbedaan dengan perlakuan pada dinding adalah dilakukan langkah penggosokan
lantai hingga halus dan mengkilap. Warna yang ditimbulkan sama dengan warna
semen-pasir dan cenderung lebih gelap.
Pada beberapa penerapan yang dilakukan dengan merata (covering) pada
luas ruang, memiliki kelemahan ketika terjadi retak tidak dapat diganti dengan
material dan harus ditambal. Tambalan yang muncul secara estetika terlihat tidak
bagus. Namun penerapan dengan modul, akan mengurangi resiko tambalan yang
berdampak pada tidak sedapnya pandangan estetika.

 Keramik

Jenis material ini sangat lazim digunakan. Keramik punya fleksibilitas pakai
tinggi dan dapat diaplikasikan pada hampir seluruh bagian rumah. Selain kuat, lantai
rumah dari bahan keramik juga tidak membutuhkan pemolesan dan mudah dalam
perawatannya. Kesan material keramik adalah hangat. Saat ini beragam tekstur
keramik yang dijual di pasaran, yang secara visual mirip dengan jenis material lain.
Misalnya: keramik bertekstur marmer, granit, kayu, batu, bata dan sebagainya

 Marmer

Marmer banyak disukai karena lebih memiliki karakter dan berkelas mewah.
Tekstur dan pola yang tidak teratur serta persediaan alam yang terbatas menjadikan
material ini. Material marmer memiliki kesan dingin dan kuat. Kelemahan marmer
adalah memiliki pori-pori relatif besar. Marmer yang berpori-pori relatif besar
membutuhkan perawatan ekstra. Hal ini karena marmer mudah menyerap cairan
dan layaknya karpet, meninggalkan noda jika tidak cepat dibersihkan.
Selain mahal harganya, marmer juga mahal dalam perawatannya dan
diperlukan cara khusus untuk membersihkannya. Pantaslah jika marmer merupakan
material lantai yang berkelas dan mewah, sehingga hanya pengguna yang memiliki
dana berlebih yang sanggup mengaplikasikannya dalam hunian.

 Granit

Granit memiliki pori-pori yang lebih rapat, sehingga memiliki kemungkinan


yang lebih kecil untuk dimasuki air dan kotoran. Granit memiliki kesan dingin dan
berkesan kokoh. Batuan granit diperoleh dari bukit atau gunung granit. Namun
sejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini juga telah disediakan granit buatan
dengan motif yang lebih beraneka dan harga yang lebih murah.

 Kayu

Yang paling umum adalah lantai parket (parquette), yang berasal dari kata
parquetry. Material kayu memiliki kesan hangat dan alami. Selain berasal dari kayu
solid, bahan parket saat ini juga berasal dari bahan non kayu seperti bambu. Jenis
lainnya yaitu laminate yang merupakan kayu olahan yang permukaannya adalah
hasil printing.

 Batu

Material batu alam juga sering dipakai sebagai bahan lantai antara lain batu
kali lempeng dan batu salagedang. Biasanya selain di lantai, banyak juga dipakai di
taman atau ditempel di tembok pagar, dan dinding pada interior rumah. Kedua jenis
batu ini cukup tahan terhadap cuaca, meskipun mencari tekstur batu yang kurang
lebih seragam tidak mudah, ditambah lagi lebar nat antar batunya tidak seragam.
Tapi hal itu justru menambah ruang menjadi semakin natural. Material batu ini
memiliki kesan dingin.

  
4.      PELAT LANTAI (FLOOR PLATE)

Pengertian Plat Lantai


Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,  merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.  Plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.  Ketebalan
plat lantai ditentukan oleh :

 Besar lendutan yang diinginkan


 Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukun
 Bahan konstruksi dan plat lantai

Plat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak
kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar
lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung,
bahan konstruksi dari plat lantai.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan.

Fungsi Plat Lantai


Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut
1.      Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2.      Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3.      Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4.      Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5.      Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal
Konstruksi Plat Lantai Berdasarkan Materialnya
Konstruksi untuk plat lantai dapat dibuat dari kayu, beton, baja dan yumen (kayu
semen).

1.    Plat Lantai Kayu


Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi
kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas.
·         Ukuran umum
a.         Lebar papan : 20-30cm
b.        Tebal papan : 2-3cm
c.         Jarak balok-balok pendukung : 60-80cm
d.        Ukuran balok : 8/12, 8/14, 10/14
e.         Bentangan : 3-3,5 m
Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang

Keuntungan plat lantai kayu:


 Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah
 Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
 Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi

Kerugian plat lantai kayu:


 Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan
 Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari
penghuni atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya
 Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai atas
 Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur diatasnya
 Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas
 Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan),
jadi hanya cocok untuk bangunan yang terlindung
Plat Lantai Beton
Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok
penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan
yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat
lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk
menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit,
tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.
Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti
persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.
         Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
 Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk
plat atap sekurang-kurangnya 7cm;
 Harus diberi tulangan silang dengan diameter  minimum 8mm dari baja lunak
atau baja sedang;
 Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah;
 Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari
20cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil;
 Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm,
untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran;
 Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr  + air, bila
untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.

Plat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain :


 Mampu mendukung beban besar
 Merupakan isolasi suara yang baik
 Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh dibuat
dapur dan km/wc
 Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai
 Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumum panjang. Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan
plat lantai jangan dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok
sebagai tumpuan yang juga berfungsi menambah kekakuan plat. Bentangan
plat yang besar juga akan menyebabkan plat menjadi terlalu tebal dan jumlah
tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan
akan menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.

Elemen-elemen pembebanan untuk plat lantai :


 Beban hidup (untuk rumah tinggal)                                        = 0,200 t/m2
 Beban hidup (untuk bangunan umum)                                   = 0,250 t/m2
 Pasir urug dibawah tegel tiap cm tebal                                   = 0,018 t/m2
 Berat tegel+perekat                                                                 = 0,120 t/m2
 Berat plafon+penggantung                                                     = 0,020 t/m2
 Berat dinding pasangan bata tebal ½ batu                              = 0,250 t/m2 pas
 Berat jenis beton                                                                     = 2,4    t/m3

Konstruksi plat lantai baja


Konstruksi ini biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar
komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja.  Tangga ini digunakan
pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan
gudang, dan lain-lain.

Konstruksi plat lantai yumen (Kayu Semen)


Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil
yang kemudian dicampur semen dengan ukuran 90 cm x 80 cm. Plat lantai yumen
ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan baru. Dan yumen ini
buatan dari pabrik semen gresik.
Cara pemasangan yumen :
·         Sebelum dipasang yumen, dack yang akan digunakan harus dipasangin kayu
bangkirai 5/7dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm.  Kayu yang
berjejer itu ditumpangi ringbalk dan dicor.
·         Setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut.
5.  RANGKA ATAP BANGUNAN
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan,
angin atau untuk keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap
keindahan suatu bangunan dan pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan
iklim setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan
material yang mudah didapat.

            Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda.
Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus
memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi kuda–kuda terdiri dari
rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap
serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama
lain. Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang
kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa
mengalami perubahan.
Pada bagian konstruksi atap terdapat berbagai bagian penting sebagai
pendukung utama berdirinya konstruksi atap tersebut, seperti berikut :

                a.      Gording
Gording   membagi   bentangan   atap   dalam   jarak-jarak   yang   lebih kecil
pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk,
orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.
Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-
kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus
disesuaikan dengan panjang  usuk   yang   tersedia. Gording harus berada di atas
titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan
panjang usuk yang tersedia.
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF.
Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan
sagrod untuk  memperkuat dan   mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi
sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang
terjadi pada gording.
Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12
cm dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5   m.
Gording   dari   baja   profil   canal   (Iight   lip   channel)   umumnya   akan
mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10
s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12
meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.
               b.      Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau  framework  
yang   disebut   jurai. Juraidi bedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar.
               c.       Sagrod
Sagrod adalah batang besi bulat  terbuat  dari tulangan polos dengan kedua
ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser
(diperpanjang/diperpendek).
                d.      Usuk / kaso
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording.   Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan
panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu
dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan
gording dengan menggunakan paku. 
Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari
pecah pada ujung-ujung usuk.
               e.       Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang
sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke
usuk/kaso. Pada atap   dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng
akan dipasang pada arah   tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan
Panjang dari penutup atapnya (genteng).

               f.       Penutup Atap


Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur   atap.
Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan
air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air
dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung
berhubungan dengan beban-beban   kerja   (cuaca) sehingga harus dipilih dari
bahan-bahan yang kedap air,  tahan   terhadap    perubahan cuaca. Struktur
penutup yang sering digunakan antara lain;  genteng, asbes, kayu (sirap), seng,
polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

            Kuda-kuda dari type bahan yang dipakai ada sebagian jenis diantaranya :

1. Kuda-kuda berbahan kayu


2. Kuda-kuda berbahan beton
3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata
4. Kuda-kuda baja
A. Baja konvensional iwf, canal, siku
B. Baja ringan
           
Untuk mengetahui secara detail bentuk ataupun gambaran dari rencana tersebut
yaitu berikut detailnya:
 
1. Kuda-kuda berbahan kayu

Untuk bentang 15 meter, bentuk seperti bentang 9 meter akan tetapi di mensi kayu
8/12 di ganti dengan 8/15, sedangkan 5/10 diganti dengan 6/12.

Gambar di bawah adalah kuda-kuda dari kayu dengan bentang 15 m

SAAT EREXTION KUDA-KUDA DG MENGGUNAKAN 1 BOX

SELESAI EREXTION
SAMBUNGAN KUDA-KUDA DAN GORDING

REGEL,RANGKA DINDING,PERTEMUAN KUDA-KUDA DAN KOLOM

2. Kuda-kuda berbahan beton

yaitu kuda-kuda yang terbuat dari beton bertulang, pada catatan ini yang kami
tampilkan
yaitu kuda-kuda yang biasa dipakai untuk tempat tinggal, dengan jarak tumpuan
bebas 4
mtr., namun jika jarak tumpuan kian lebih 4 mtr., maka dibutuhkan perhitungan
susunan.

3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata

kuda-kuda yang terbuat dari pasangan bata umumnya disebut gunungan, serta
kerap dipakai pada atap jenis pelana, atau pada atap jenis lain namun posisi kuda-
kuda diletakan di bagian sedang.

4. Kuda-kuda baja dibagi mejadi 2 , yakni :  


A. Baja konvensional iwf, canal, siku
Kuda-kuda baja kerap dipakai untuk bangunan pabrik atau gudang, karna
bentang pada tumpuan bias lebi dari 15 mtr., bahan yang dipakai iwf, c ( canal ), l
( siku ). Dimensi iwf untuk kuda kuda umumnya ( baiknya susunan dihitung )
bentang 15 mtr. menggunakan iwf 200, bentang 20 mtr. menggunakan uwf 250,
bentang 25 mtr. menggunakan iwf 275, bentang 30 mtr. iwf 350, dari pengalaman
kami bentang yang sangat besar yaitu 30 mtr..
kuda-kuda iwf 350 bentang 30 meter

kuda-kuda menggunakan siku

kuda-kuda menggunakan canal


B. Baja ringan

kuda-kuda baja mudah, terbuat dari baja anti karat, pertarama kali dikembangkan
olen pryda australia, dahulu kerap dimaksud dengan atap pryda, perhitungan cost
yakni m2 luas atap. untuk menentukan atap baja mudah baiknya pakai perusahaan
yang telah populer dibidang atap baja mudah. janganlah asal tentukan, karna atap
baja mudah sistemnya yaitu cremona hingga jika kesalahan saat menyambung
componen dapat menyebabkan fatal.

B.     STRUKTUR BAGUNAN

STRUKTUR BANGUNAN 
Seni bangunan atau arsitektur adalah seni sejak adanya manusia dan disebut
seni terikat, karena bangunan gedung dipakai oleh manusia dan bahan-bahan
bangunan yang sifatnya dibatasi kemampuannya. Seni bangunan adalah seni dan
teknik dengan mengikutsertakan faktor-faktor falsafah, religi, tradisi, seni dan ilmu
pengetahuan.  
Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada
bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu
keluarga yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi
banyak orang, seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun
dan sebagainya. Maka fungsi dari struktur ialah untuk melindungi suatu ruang
tertentu terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya
semua macam beban ke tanah. Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari
elemen-elemen beserta berat strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau
kerangka bangunan kekulit bumi. Kecuali beban tersebut, struktur harus dapt
memikul beban lain akibat dari angin dan gempa bumi.  
Struktur Bangunan Gedung adalah oganisasi daripada elemen-elemen
ataupun komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya
bangunan gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada
elemen-elemen struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara
karakteristik. 
Konstruksi
·         Pelaksanaan.
·         Hubungan antara elemen struktur.
konstruksi merupakan jaminan untuk stabilitas sistem struktur 
Sistem konstruksi adalah cara bagaimana struktur bangunan gedung dilaksanakan
(masalah kekuatan, sambungan-sambungan per elemen/bagian yang disambung
secara detail). 
Pembebanan struktur bangunan adalah beraneka ragam dan rumit
(kompleks). Bangunan menampung orang-orang yang hidup, barang-barang yang
dapat dipindahkan, beban angin yang berubah-ubah, berat struktur dan bahan-
bahan bangunan yang statis semuanya dipikul ileh struktur atau kerangka bangunan
dan sisalurkan ketanah melalui pondasi.      
  
Menurut sistem penyaluran bebannya struktur bangunan gedung dibagi
sebagai berikut:
 Struktur Utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun
komponen- komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah dan
tanpa adanya struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi dengan baik
 Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun komponen
bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik 
Banyak variasi pembebanan pada struktur bangunan. Beban-beban tersebut
diatas dapat ditentukan dan diberi kode atau tanda dalam perencanaan struktur.
Beban dibedakan menjadi:
 Beban Mati adalah beratnya struktur sendiri.
 Beban hidup adalah berat beban yang dapat berpindah-pindah atau
berubah arah seperti mesin, orang, penyekat fleksibel (partition), air
hujan, salju, dsb.
 Beban Angin. STRUKTUR KONSTRUKSI I Lilik Setiawan
 Beban Termis.
 Gerakan bangunan akibat gerakan tanah.
 Goyangan bangunan akibat gempa bumi.
 Beban Dinamis. 
4 faktor yang harus diperhatikan dalam  perencanaan bangunan:
1.     Estetika, sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan yang mampu
memberikan rasa bangga kepada pemilknya.
2.     Fungsional, disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaannya sehingga dalam
pemakaiannya dapat memberikan kenikmatan dan kenyamanan.
3.    Struktural, mempunyai struktur yang kuat dan mantap yang dapat memberikan
kenikmatan dan kenyamanan.
4.    Ekonomis, pendimensian elemen bangunan yang proporsional dan penggunaan
bahan bangunan yang memadai sehingga bangunan awet dan mempunyai umur
pakai yang panjang. 

BAHAN-BAHAN UNTUK STRUKTUR BANGUNAN 


Batu Alam dan Bata Buatan  Batu alam adalah bahan yang tertua dipakai manusia
sejak mulai membangun rumah dan gedung-gedung pada jaman dahulu.
Pengelmpokan batu alam menurut asal jadinya adalah sebagai berikut:  Batu-batuan
dari pembekuan lahar. ƒ Batu-batuan dari endapan. ƒ Batu-batuan dari salah satu
yang disebut tadi atau campuran setelah mengalami perubahan. 
Kemudian disusul dengan batu buatan misalnya dari Portland Cement (PC) dan
pasir atau bata dari tanah liat. Guna meringankan berat dinding ada yang dibuat
dengan lubang ditengahnya, dengan lubang kecil biasa disebut dengan hollow
bricks. 
Kayu  Adalah bahan konstruksi sejak jaman dahulu, kayu dimanfaatkan juga sebagai
bahan penghias interior. 
Baja Adalah bahan bangunan yang sangat diperlukan sekali baik sebagai struktur
utama maupun sebagai pendukung tambahan dalam beton bertulang. Bahan baja
dibuat dalam bermacam- macam bentuk dan ukuran untuk elemen-elemen struktur
bangunan. Hal-hal yang kurang menguntungkan perubahan bentuk relatif (akibat
panas ermis), tidak tahan panas api dan korosif, perawatan memerlukan biaya yang
besar. 
Alumunium Campuran alumunium pada waktu sekarang belum dapat mengambil
alih semua macam baja sebagai struktur bangunan.  
Beton Telah dikenal Bangsa Romawi pada abad sebelum Masehi

Anda mungkin juga menyukai