Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR METODE PELAKSANAAN

DAN PEMBONGKARAN KONSTRUKSI

“PELAKSANAAN PONDASI DANGKAL BATU KALI”

Dosen Pengampu :

ARMAN A, S,ST.,MT.

Oleh :

AIDA UTAMI PUTRI (2020210007)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Pengantar Metode Pelaksanaan dan Pembongkaran Konstruksi dengan judul
Pelaksanaan Pondasi Dangkal

Dalam penulisan makalah ini kami sedikit menghadapi kesulitan dan hambatan tetapi
berkat dorongan dan dukungan dari teman-teman, sehingga kesulitan dan hambatan tersebut
dapat diatasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua sumber yang
telah membantu saya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang saling terikat
sehingga sebuah bangunan menjadi kokoh, adapun elemen-elemen struktur tersebut yaitu
elemen struktur pondasi, elemen struktur sloof, elemen struktur kolom, elemen struktur
balok dan elemen struktur pelat. Dimana setiap elemen struktur harus terikat satu sama
lainnya agar bangunan tersebut kokoh. Salah satu elemen struktur yang berperan menerima
seluruh beban yang ada pada struktur-struktur lain yang ada diatasnya serta beban sendiri
yang dipunya oleh struktur tersebut serta mampu menyalurkannya secara merata kedalam
tanah itu disebut struktur elemen pondasi.

Prinsip pondasi, yaitu harus sampai tanah keras dan apabila tidak ada tanah keras
harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. Pengertian umum untuk pondasi adalah
struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian
bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul
beban bagian bangunan lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban bangunan (beban isi
bangunan), gaya-gaya luar seperti: tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. Disamping
itu, tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.

Secara umum, terdapat dua macam pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal digunakan bila bangunan berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah
sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang
berada di atas tanah yang keras. Yang termasuk pondasi dangkal seperti pondasi batu kali.

Pada elemen dinding. Jika kualitas pondasi tidak memenuhi persyaratan pokok
rumah yang aman, maka tentu sangat berbahaya bagi struktur rumah secara
keseluruhan. Namun pada umumnya yang diteliti adalah struktur atas bangunan yang
terlihat dan mudah diamati seperti atap, dinding, kolom dan balok, padahal pondasi
sebagai dasar dari struktur sangat memegang peranan peting pada kekuatan dan stabilitas
struktur atas. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pondasi
rumah dengan menggunakan pondasi batu kali.
Terjaminnya kualitas struktur rumah masyarakat yang memenuhi persyaratan
bangunan yang yang kuat dan kokoh ,merupakan suatu keharusan untuk membangun
rumah. Salah satu elemen struktur yang penting dan diatur di dalam persyaratan pokok
adalah pondasi.Pondasi adalah dasar dari suatu struktur bangunan. Apabila pondasi
mengalami kerusakan, maka struktur atas bangunan juga akan mengalami kerusakan
seperti deformasi kolom dan balok serta keretakan pada elemen dinding. Jika kualitas
pondasi tidak memenuhi persyaratan pokok rumah yang aman, maka tentu sangat
berbahaya bagi struktur rumah secara keseluruhan. Namun padaumumnya yang diteliti
adalah struktur atas bangunan yang terlihat dan mudah diamati seperti atap, dinding,
kolom dan balok, padahal pondasi sebagai dasar dari struktursangat memegang
peranan peting pada kekuatan dan stabilitas struktur atas. Untuk itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pondasi rumah dengan menggunakan pondasi batu kali.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
mengenai pengertian, pembuatan, fungsi, tujuan dan apa saja yang diperlukan di dalam
pondasi batu kali pada proyek konstruksi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN

Pondasi merupakan bagian dari satu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang di
topang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak di
bawahnya. Pembuatan pondasi bangunan harus diperhitungkan dan menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan
angin, gempa bumi dan lain-lain, serta tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat
ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas tertentu.

Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi
ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah
dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan terjadi. Jika
tegangan tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan
pondasi tiang untuk membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada
struktur bangunan.

Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi dangkal yang digunakan pada bangunan
dengan beban ringan seperti rumah tinggal. Pondasi batu kali tersusun dari sekumpulan
batu alam dengan bentuk yang berbeda beda, lalu dicampur dengan bahan pengikat seperti
semen dan beton agar lebih solid dan kuat.

Batu kali sendiri merupakan material yang mudah ditemukan di area sungai maupun
pegunungan. Dalam proses pemasangan sebagai pondasi, batu kali tidak akan diubah
bentuk maupun ukurannya. Karakter batu kali yang kuat dan kokoh membuat bangunan
tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Oleh karenanya, pondasi batu kali merupakan
pilihan terbaik untuk struktur bangunan rumah tinggal.

Berikut pengertian dan definisi pondasi dari beberapa sumber buku:

• Menurut Sardjono (1988), pondasi adalah salah satu dari konstruksi bangunan yang
terletak dibagian bawah sebuah konstruksi, pondasi mempunyai peran penting
terhadap sebuah bangunan, dimana pondasi menanggung semua beban konstruksi
bagian atas ke lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya.
• Menurut Gunawan (1991), pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan
yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper
structure/super structure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya.
• Menurut Hardiyatmo (2002), pondasi adalah komponen struktur terendah dari
bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di
bawahnya.

Dasar perhitungan pondasi kali

G1+G2+G3+G4+G5A
𝜎= syarat yang harus dipenuhi σ ≤ σ
𝐴

di mana : σ = Tekanan yang terjadi


σ = Daya dukung tanah
G1 = Berat konstruksi di atas
G2 = Berat sloof
G3 = Berat tanah urug
G4 = Berat dinding
G5 = Berat pondasi
A = Luas penampang pondasi bawah

Untuk membuat pondasi batu kali, ukuran batu yang digunakan biasanya sekitar 25
cm. dengan demikian batu kali harus dipecah terlebih dahulu.Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pemasangannya sehingga hasilnya lebih rapi sekaligus kokoh.

2.2. SYARAT- SYARAT STANDAR PEMBUATAN PONDASI BATU KALI


1. MATERIAL
Semua material untuk pekerjaan pondasi batu kali terdiri dari batu pecah dengan
ukuran lebar setiap sisi ± 15 cm.Material batu pecah tidak boleh dari batu kapur dan harus
keras, tidak mudah retak

Kualitas Material Untuk Pondasi Batu Kali

a. Agregat Kasar dan Agregat Halus


Salah satu bahan penyusun pondasi batu kali adalah agregat kasar berupa batu kali,
batu gunung dan batu pecah/split. Berdasarkan persyaratan pokok rumah yang
lebih aman terhadap gempa (Departemen Pekerjaan Umum), salah satu syarat
agregat yang baik untuk pondasi adalah memiliki ukuran diameter minimum 40 cm.
Batu gunung dan batu kali disarankan karena memiliki kuat tekan yang tinggi. Jika
berupa batu pecah, maka akan lebih meningkatkan kuat dukung pondasi karena
memiliki ikatan yang lebih kuat dengan mortar

Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (aggregat kasar) dan pasir beton,
harus memenuhi syarat-syarat :

• Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3-1956).


• Standar Nasional Indonesia (SNI) DT-91-0008-2007.
• Tidak Mudah Hancur ( tetap keras ) , tidak porous.
• Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau
kotoran - kotoran lainnya.

Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudelaff dengan beban penguji 20 ton, agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai
berikut :

• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19 mm lebih dari 24 %.


• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19- 30 mm lebih dari 22 % atau dengan
mesin pengaus Los Angelos dimana tidak terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %.
• Koral (kerikil) dan batu pecah (aggregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 30 mm , untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan Pengawas.

Gradasi dari aggregat - aggregat tersebut secara keseluruhan harus dapat


menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan
semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai. Aggregat harus disimpan
di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi
pencampuran satu sama lain dan terkotori

Untuk menghindari karat pada beton dan tulangan, maka pasir diharuskan bebas
dari kandungan zat kimia sulfat dan garam.Oleh karena itu tidak diijinkan menggunakan
pasir dari laut. Untuk pasir sungai yang relatif aman /bebas dari garam, juga haruslah
bersih, tidak berlumpur, tidak memiliki kandungan organik yang tinggi dan material lain.
b. Kelecakan Mortar
Mortar adalah campuran antara pasir, air dan semen yang berfungsi sebagai
perekat antara agregat kasar.Salah satu indikator mortar yang baik adalah dari tingkat
kelecakan atau perbandingan antara air dan semen.Untuk kemudahan pengukuran di
lapangan, maka pengukuran kelecakan menggunakan metode Teddy Boen
(Persyaratan Pokok Rumah yang Lebih Aman terhadap Gempa).Caranya adalah
dengan mengambil segumpal mortar dengan tangan dan dilakukan pengamatan
apakah terjadi kebocoran dari sela-sela jari.Jika mortar tidak meluber dan pulen,
maka berarti kekentalannya mencukupi. Jika laut/pantai sungai gunung Series1 25
75 0 0 20 40 60 80 sumber pasir Sumber Pasir air sungai laut sumur PDAM hujan
Series1 0.0 0.0 58.3 0.0 41.7 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 sumber air Sumber
Air kekentalannya cukup, maka kuat tekan mortar akan tinggi
2. DIMENSI DAN KEDALAMAN PONDASI BATU KALI

Departemen Pekerjaan Umum mensyaratkan, bahwa pondasi batu kali minimal


memiliki dimensi lebar atas 30 cm dan lebar bawah 60 cm dan kedalaman paling
sedikit 60 cm. Kedalaman pondasi batu kali tidak boleh kurang dari 60 cm dan
harus mencapai kedalaman tanah keras, sehingga memberikan kuat dukung yang baik
bagi tanah dan pondasi.

3. KEBERADAAN ANGKUR ANTARA ELEMEN STRUKTUR PONDASI BATU KALI


Untuk pondasi batu kali, maka agar elemen struktur bawah tersambung dengan
baik dengan elemen struktur atas, maka antara pondasi batu kali dengan sloof harus
diberi angkur sedalam minimal 40cm. Demikian juga dengan sambungan antara pondasi
dengan kolom. Tulangan kolom harus diangkurkan sedalam 40 cm ke pondasi batu
kali, kemudian baru dilakukan pengecoran.
4. SIAR PONDASI BATU KALI
Batu kali penyusun pondasi umpak, harus disusun berselang-seling sehingga dapat
menghasilkan tumpukan yang mampu mendistribusikan beban hingga ke tanah
pendukung dengan baik. Selain itu siar yang benar mampu memberikan kepastian
aggregate interlock yang mencukupi untuk menahan gaya geser akibat beban tekan pada
material pondasi
5. PEKERJAAN SLOOF PONDASI BATU KALI

Material untuk sloof pondasi batu kali terdiri dari beton bertulang.Mutu beton
dan penulangan sloof harus sesuai dengan gambar rencana. Dimensi serta elevasi dari sloof
harus disesuaikan dengan gambar rencana. Pasangan dinding batu bata diatas sloof
diperbolehkan setelah beton sloof berumur 7 hari, stek besi beton yang tertanam
dipondasi batu kali ke sloof beton dimensi dan jaraknya sesuai gambar rencana.

6. SEMEN

Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal setara dengan Semen
Tiga Roda.

Syarat - syarat :

a) Peraturan Semen Portland Indonesia ( SNI.8-1972 ).


b) Standar Nasional Indonesia (SNI) DT-91-0008-2007
c) Mempunyai sertifikat Uji ( test sertificate ). d) Mendapat Persetujuan Perencana /
pengawas.

7. AIR

Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan - pekerjaan di lapangan adalah
air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali) tidak
mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, minyak atau
lemak. Memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (NI. 2-1971) dan diuji oleh
Laboratorium yang diakui sah oleh yang berwajib dengan biaya ditanggung/ pihak
Kontraktor.

2.3. BAGIAN PONDASI BATU KALI

1. LAPISAN PASIR DASAR


Lapisan pasir yang dipadatkan setebal 5- 10 cm, berfungsi sebagai drainase
untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-
pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah pondasi dapat tertutup rapat.
2. ANSTAMPING/PAS. BATU KOSONG
Lapis atas pasir dasar, terbuat dari batu kali berdiameter sekitar 10-15 cm, disusun
tegak dan rapat tanpa adukan (batu kosong), disela-selanya diisi pasir yang
disiram air lalu dipadatkan (ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong dan
susunan batu menjadi kokoh bersamasama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10 cm dari
kiri-kanan badan pondasi. Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk
mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi. Bila lapisan tanah untuk
pondasi mengandung pasir atau cukup kering.Lapisan Aanstamping tidak
diperlukan.Cukup diberi lapisan pasir dasar yang sudah dipadatkan setebal 10 cm.
3. BADAN PONDASI
Dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat (beraping) campuran 1 kp:1 sm:2 ps
atau 1 pc:3 ps. Untuk pondasi dinding luar bangunan, sejak ketinggian 10 cm di bawah
halaman sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran trasraam (kedap air) yaitu campuran
1 pc: 2 ps. Menyusun/menggambar batu kali pada badang pondasi, tidak boleh
terdapat siar segari baris vertikal maupun harizontal. Untuk memudahkan
pemasangannya, batu pada bagian tepi harus dibuat lebih tinggi daripada batu pada
bagian tengah. Posisi ini juga akan mencegah campuran berapen melimpah terlalu
banyak ke luar badan pondasi.
4. SLOOF BETON
Berupa balok beton bertulang dengan campuran 1 pc: 2 ps :3 kr di atas sepanjang
pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar
terbagi secara merata di sepanjang pondasi.
5. TEMBOK DENGAN PEREKAT TRAASRAM
Tingginya sampai 20 cm di atas permukaan lantai Fungsi untuk mencegah
merembesnya air dari tanah naik ke tembok sehingga tembok menjadi rusak
Untuk dinding kamar mandi, tinggi tembok traasram 150 cm.
6. LAPISAN PASIR DI BAWAH LANTAI
Berupa urugan pasir setebal 15-20 cm yang dipadatkan berfungsi untuk
mencegah pecahnya lantai akibat penyusutan tanah di bawahnya.
7. BETON TUMBUK
Jarang terdapat pada gambar konstruksi yang sudah agak lama. Fungsinya untuk
menjaga agar lapisan lantai tidak pecah dan turunnya merata Tebalnya sekitar 3 -5 cm,
terbuat dari pasangan 1 pc: 3ps : 6 kr atau 1:3:5
8. LANTAI TEGEL (UBIN SEMEN/TRASO)
Dipasang dengan perekat campuran 1 pc: 3 ps
9. TANAH URUG
Untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi pasangan pondasi. Sebelum
sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding badan pondasi diberap/dilapis dengan
perekatnya agar rata dan untuk menutup celah antara pasangan batu yang
mungkin ada dan bisa dimasuki binatang kecil atau akar tanaman yang dapat merusak
pondasi.
10. KEMIRINGAN GALIAN TANAH
Perbandingan kemiringannya 5:1

2.4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PONDASI BATU KALI

Kelebihan :

1. Risiko Kebocoran Lebih Kecil


2. Menguatkan dan Mempertahankan Masa Bangunan
3. Kebutuhan Anggaran Biaya Pembuatan yang Rendah
4. Waktu Pengerjaan Relatif Cepat
5. Mempunyai Konstruksi Lebih Sederhana
6. Bisa Disesuaikan dengan Lebar yang Diinginkan
7. Menahan Goncangan
Kelemahan :

1. Menimbulkan Retakan
2. Kurang Bisa Saling Mencengkeram
3. Daya dukung tidak terlalu kuat meski layak digunakan untuk menahan beban
bangunan sederhana
4. Tidak cocok digunakan untuk mendukung bangunan bertingkat.
5. Hanya bisa diaplikasikan pada kondisi tanah di area pembangunan stabil.
6. Tingkat ketahanan tidak terlalu baik khususnya jika sering terendam air.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pondasi batu kali adalah bagian struktur bangunan terbuat dari sekumpulan batu
alam yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan pengikat
berupa campuran adukan beton, jenis pondasi ini merupakan pondasi dangkal yang
digunakan pada bangunan dengan beban tidak terlalu besar seperti rumah tinggal.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat pondasi batu kali tergantung
bagaimana pembuatan pondasi dilakukan seperti penggunaan tanah , agrerat ,
semen air dan lain lain . Pembuatan kedalaman badan pondasi dan lain lain .

Secara umum sifat atau karateristik dari pondasi kali adalah tanah terhadap gempa

• Memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh sehingga tidak mudah


mengalami pergeseran.
• Mampu menyesuaikan diri terhadap terjadinya gerakan tanah seperti tanah
yang labil, tanah mengembang, tanah menyusut, kegiatan pertambangan dan
efek gempa bumi.
• Mampu menahan unsur kimiawi dalam tanah baik yang organik maupun non
organic.
• Mampu menahan tekanan air
DAFTAR PUSTAKA

Rumane, Abdul Razzak. (2013). Quality tools for managing construction projects.

CRC Press Taylor and Francis Group, United Stated of America.

Rust, Roland T dan Oliver, Richard L. (2004). Service quality: New Directions in

Theory and Practice. Penerbit Sage Publications.

Soeharto, Iman. (1995). Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional.

Penerbit PT. Gelora aksara pratama. Jakarta.

Soeparto, Hari G. (2013). Peningkatan pasar konstruksi oleh negara-negara ASEAN.

Konstruksi Indonesia 2013. 114-12, diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum

Badan Pembinaan Konstruksi.

Sohet, Igal M. dan Frydman, Shay. (2003). Communication patterns in construction at

construction manager level. Journal of construction engineering and

management, 129(5) : 570–577.

Soetanto, Robby and Proverbs, David G. (2002). Modelling the satisfaction of

contractors: The impact of client performance. Engineering, Construction and

Architectural Management, 9 (5/6) : 453-465

Anda mungkin juga menyukai