STUKTUR PONDASI
Disusun oleh :
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “STRUKTUR PONDASI” dapat kami
selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang struktur pondasi. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan Tuhan Yang Maha Esa karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Bapak Wildan F. Mubarak, S.Pd., M.Pd., dan juga kepada teman-teman seperjuangan
yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang Makalah................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................2
1.4 Fungsi............................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................3
2.1 Fungsi pondasi bangunan..............................................................3
2.2 Struktur dan jenis-jenis pondasi.....................................................4
2.3 Hal yang mempengaruhi ketahanan pondasi..................................12
BAB IV Kesimpulan.....................................................................................13
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pile cap berfungi menyalurkan beban gaya dari struktur kolom diatasnya kepada
struktur pondasi dalam. Pile cap juga berfungsi mengikat pondasi kelompok, sehingga gaya-
gaya dari kolom tersebar rata kepada pondasi di bawahnya. Secara analitis, pile cap akan
menerima gaya aksial dari kolom, tekanan tanah, dan daya dukung dari pondasi dalam. Selain
itu pile cap juga akan menerima gaya lateral yang diakibatkan oleh gempa bumi. Bila pile cap
menerima gaya dari beban-beban tersebut, maka akan timbul momen lentur, gaya geser, dan
tegangan dalam pile cap. Gaya-gaya yang diterima oleh pondasi harus dapat ditahan oleh
beton dan tulangan yang direncanakan.
Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi dalam yang umumnya
digunakan sebagai pondasi bangunan seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik, gedung
industri, menara, dermaga, dll. Dimana semuanya konstruksi yang memiliki dan menerima
beban relatif berat. Secara umum pondasi tiang pancang digunakan apabila kondisi tanah
dasar di bawah bangunan tidak memiliki daya dukung yang mampu memikul berat
bangunan diatasnya, serta kedalaman tanah keras berada sangat dalam.
Pada umumnya semua bangunan itu dibuat di atas atau di bawah permukaan tanah,
sehingga harus direncanakan suatu struktur di bagian bawah bangunan tersebut yang mampu
memikul beban atau gaya yang bekerja melalui bangunan diatasnya. Jika tanah itu tidak
cukup keras dan tidak mampu memikul beban di atasnya, maka pondasi gedung itu tidak
dapat dibangun langsung di atas tanah itu. Karena dikhawatirkan tanah itu akan rusak atau
turun akibat gaya yang bekerja melalui struktur yang ada di atasnya, maka diperlukan suatu
konstruksi seperti tiang pancang untuk meneruskan gaya tersebut ke lapisan tanah yang
mampu memikul gaya itu sepenuhnya
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk membahas tentang pondasi sederhana pada bangunan terdapat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa fungsi pondasi?
2. Apa saja struktur dalam pondasi bangunan?
3. Apa saja jenis – jenis pondasi bangunan?
4. Hal apa saja yang mempengaruhi daya tahan pondasi?
1.3 Tujuan
1.4 Fungsi
1. Maha Siswa dapat memahami apa saja struktur di bagian bawah bangunan yang mampu
memikul beban atau gaya yang bekerja melalui bangunan diatasnya.
2. Maha Siswa dapat memahami pemilihan jenis pondasi tergantung suatu struktur
bangunan atau beban struktur di atasnya, serta kondisi tanah disekitar bangunan
tersebut.
3. Mahasiswa dapat mengenalisis gaya-gaya yang diterima oleh pondasi dan memastikan
apakah pondasi dapat ditahan oleh beton dan tulangan yang direncanakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perhatikan juga situasi dan kondisi dari tanah di bawah bangunan sebelum
menentukan jenis apa yang akan digunakan karena kondisi tanah yang labil membutuhkan
sebuah dasar yang kuat dan mampu untuk menjaga kondisi bangunan di atasnya. Di bawah
ini adalah fungsi dari pondasi yang harus Anda ketahui:
Mampu untuk menahan beban bangunan secara horizontal untuk memastikan tidak
ada pergerakan bangunan yang terjadi secara mendatar.
Fungsi utama lainnya juga adalah untuk menahan beban mati atau berat total dari
bangunan yang akan dibangun.
Mampu untuk menahan beban hidup atau beban live load yakni sesuai dengan fungsi
dari sebuah bangunan yang sedang dibangun.
Baik untuk menahan beban bangunan dan mengamankan bangunan dari bencana alam
yang bisa terjadi di kemudian hari seperti gempa.
Membantu bangunan untuk menahan apabila terjadi penyesuaian bentuk tanah,
terutama pada tanah yang labil agar bangunan menjadi tidak bergeser bahkan runtuh.
3
2.2 Struktur Dan Jenis-Jenis Pondasi
1. Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi yang terbuat dari struktur batu kali yang
disusun sehingga menjadi bangunan yang lebih kokoh untuk menopang beban di
atasnya
Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup
baik. Biasanya kedalamanpondasi ini antara 60 – 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan
tingginya.
Kelebihan :
Pelaksanaan pondasi mudah
Waktu pengerjaan pondasi cepat
Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
4
Kekurangan :
Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat.
Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah
lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan
kedalamannya sampai pada tanah keras. Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan
dengan pondasi batu belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof
beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat
dipersiapkan untuk bangunan di tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas.
5
Kelebihan :
Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal
daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama).
Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai umur
beton).
Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian tanah.
Kelebuhan :
Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat
kolom strukturnya.
Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu belah,
baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa, angin,
ledakan dan lain-lain
6
Kekurangan :
Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama).
Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai umur
beton).
Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan
galian tanah.
4. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran merupakan pondasi berbentuk silinder yang tersusun dari pipa beton
dan digunakan untuk menopang bangunan vertikal seperti tower, apartemen atau rumah
susun.
Pondasi ini dimulai dengan menggali tanah berdiameter 60 – 80 cm seperti menggali sumur.
Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8 meter. Pada bagian atas pondasi yang mendekati
sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof. Pondasi jenis ini digunakan bila lokasi
pembangunannya jauh sehingga tidak memungkinkan dilakukan transportasi untuk
mengangkut tiang pancang.
7
Walaupun lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang digunakan. Selain
boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit dilakukan pengontrolan hasil cor beton di
tempat yang dalam.
Kelebihan :
Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak dan bila tidak
dimungkinkan pengangkutan tiang pancang.
Tidak diperlukan alat berat.
Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.
Kekurangan :
Bagian dalam dari hasil pasangan pondasi tidak dapat di kontrol (Karena batu dan
adukan dilempar/ dituang dari atas)
Pemakaian bahan boros.
Tidak tahan terhadap gaya horizontal (karena tidak ada tulangan).
Untuk tanah lumpur, pondasi ini sangat sulit digunakan karena susah
dalam menggalinya.
8
5. Pondasi Strauss Pile atau Bored Pile
Pondasi strauss pile ini termasuk kategori pondasi dangkal. Pondasi jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan yang bebannya tidak terlalu berat, misalnya untuk rumah tinggal
atau bangunan lain yang memiliki bentang antar kolom tidak panjang.
6. Strauss Pile
Cara kerja pemasangan pondasi ini adalah dengan mengebor tanah berdiameter sesuai
perhitungan struktur diameterpondasi. Setelah itu digunakan cassing dari pipa PVC yang di
cor sambil diangkat cassing-nya. Cassing digunakan pada tanah lembek dan berair. Jika tanah
keras dan tidak berair, pondasidapat langsung di cor tanpa cassing.
Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 5 meter dengan mengunakan besi tulangan
sepanjang dalamnya pondasi. Biasanya ukuran pondasi yang sering dipakai adalah diameter
20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sesuai dengan tersedianya mata bor. Seperti layaknya pondasi
tiang, maka pondasi strauss ini ditumpu pada dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan
beton adalah mengikatkan tulangan pondasi pada kolom dan sloof. Selain itu fungsinya
adalah untuk transfer tekanan beban di atasnya.
Untuk pondasi bored pile, system kerjanya hampir sama dengan pondasi strauss pile.
Perbedaannya hanya terletak pada peralatan bor, peralatan cor, dan system cassing yang
menggunakan teknologi lebih modern. Pondasi ini digunakan untuk jenis pondasi dalam dan
di atas 2 lantai.
9
Kelebihan :
Volume betonnya sedikit
Biayanya relative murah
Ujung pondasi bisa bertumpu pada tanah keras
Kekurangan :
Diperlukan peralatan bor
Pelaksanaan pemasangannya relative agak susah.
Pelaksanaan yang kurang bagus dapat menyebabkan pondasi keropos, karena unsur
semen larut oleh air tanah.
10
7. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat
di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.
Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus
menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik
hammer dengan berat 3 – 7 ton.
Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah
keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2
cm.
11
2.3 Hal Yang Mempengaruhi Ketahanan Pondasi
1. Kualitas tanah
Karakteristik tanah dengan kepadatan yang tepat, cenderung keras, dan tidak mudah
longsor, serta memiliki tekstur kerikil berpasir atau pasir tanah liat, mendukung konstruksi
bangunan rumah tinggal yang tahan gempa. Ketika terjadi getaran di permukaan bumi,
fondasi bangunan rumah tinggal tidak mudah hancur atau bergeser.
Campuran beton terdiri atas semen, pasir, kerikil, dan air. Kerikil yang digunakan
pun sebaiknya memiliki ukuran maksimum 2 milimeter.
Mortar yang terbuat dari semen, pasir, serta air.
Fondasi terbuat dari batu kerikil atau batu kali yang keras.
Kayu yang digunakan harus berkualitas baik, keras, berwarna gelap, tidak ada
keretakan, dan lurus.
3. Kedalaman pondasi
Selain kualitas tanah dan material konstruksi, kedalaman fondasi pun perlu
diperhatikan. Untuk mendukung konstruksi bangunan rumah yang tahan gempa, fondasi
dengan minimum kedalaman 60-75cm adalah salah satu syarat yang penting agar beban
bangunan pada tanah pijakan tersebar dengan baik.
4. Seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik dan memiliki bentuk simetris
Pastikan seluruh elemen struktur utama bangunan tersambung dengan baik satu
dengan
yang lainnya, agar konstruksi bangunan menjadi lebih kokoh dan beban bangunan tersalurkan
secara lebih merata. Selain itu, bentuk rumah yang sederhana dan simetris juga lebih mampu
menahan efek torsi gempa.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14