Anda di halaman 1dari 52

PROBLEM SET-2

MAKALAH STRUKTUR TAHAN GEMPA

PONDASI TELAPAK, PONDASI TIANG, PONDASI KAISON,


DAN PONDASI TIANG TURAP

Disusun oleh :

KRESENSIA EKA SUBA/16 34 053

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ATMA JAYA

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pondasi Telapak, Pondasi Tiang,

Pondasi Kaison, dan Pondasi Tiang” ini. Makalah ini disusun dalam

rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Struktur Tahan Gempa.

Makalah ini berisikan tentang apa kegunaan pondasi dan teori-teori

dari pondasi telapak, pondasi tiang, pondasi kaison, dan pondasi tiang

turap.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari

sempurna. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dan

dengan senang hati penulis terima demi penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah

ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makassar, 25 Mei 2020

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................4

C. Tujuan Makalah ..............................................................................4

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pondasi ........................................................................5

B. Pondasi Telapak .............................................................................6

C. Pondasi Tiang ...............................................................................13

D. Pondasi Kaison .............................................................................23

E. Pondasi Tiang Turap ....................................................................37

III. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................48
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Jenis Pondasi Telapak 7

2 Distribusi Tekanan pada Pondasi Telapak 11

3 Panjang Maksimum Pondasi Tiang 15

4 Pondasi Tiang Kayu 16

5 Pondasi Tiang Pracetak 17

6 Tiang Franki 20

7 Pondasi Tiang Bor 22

8 Tampak Melintang Tiang Baja Profil 23

9 Macam-macam Kaison Bor 25

10 Kaison Terbuka 33

11 Kaison Pneumatik 35

12 Kaison Apung 36

13 Konstruksi Tiang Pancang Dinding Turap 38

14 Turap Kayu 39

15 Detail Khas Pancang Turap Beton Bertulang 41

16 Sambungan Pancang Turap Canai 42

17 Lokasi Sumbu Netral 43

18 Turap Cantilever dan Turap Angkur 45

19 Turap dengan Landasan 46

20 Cellular Cofferdam 46
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya,

terowongan, menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai

pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam

teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang

berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan

di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya

dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat

menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang

bekerja, gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain.

Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan

harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser

yang disebabkan muatan tegak ke bawah.

2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-

gerakantanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah

yang tidakstabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari

gempa bumi.
2

3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik

organik maupun anorganik.

4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi

pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan

tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya.

Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan

dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan

menjadi rusak dan harus dibongkar. Di samping itu, tidak boleh terjadi

penurunan melebihi batas yang diijinkan.

Berikut adalah berbagi macam kemungkinan yang terjadi pada

pondasi:

1. Keadaan tanah yang kering (tidak dapat diperngaruhi air hujan dan

sebagainya dengan air di dalam tanah sedikit atau dalam sekali,

gunung). Jika daya dukung bagus pake pondasi lajur atau umpak.

Kalau tidak, biasa menggunakan plat beton.

2. Keadaan tanah yang basah (mungkin terjadi longsor akibat terkena air

hujan atau air di bawah permukaan) biasanya digunakan dinding

bendungan. Paku bumi dari kayu hanya boleh digunakan di bawah

permukaan air tanah permukaan terendah karena bahaya

pembusukan.

3. Pondasi di dalam air pada prinsipnya dapat digunakan cara seperti

pada pondasi pada tanah basah yaitu menggunakan dinding

bendungan dan pondasi paku bumi kayu atau beton bertulang.


3

Kemudian juga dengan menimbun batu kali selebar mungkin dengan

ketinggian di atas permukaan air.

Sebelum memulai pengerjaan pondasi, terlebih dahulu harus

memenuhi syarat-syarat secara:

1. Fungsional: mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik

beban-beban diatasnya

2. Struktural: tidak amblas dan tidak berubah bentuk

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu

pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep

foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan

kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang

atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika lapisan

tanah kerasnya berada dekat dengan permukaan tanah. Contoh pondasi

dangkal adalah pondasi batu batu kali menerus, pondasi umpak, pondasi

rakit, dan pondasi telapak. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika

lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah atau memenuhi

syarat kedalamannya lebih besar dengan lebar pondasi (D > B). Beberapa

contoh pondasi dalam adalah pondasi tiang, pondasi kaison, dan pondasi

tiang turap. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dapat diketahui

tentang macam-macam pondasi, namun pada pembuatan makalah ini,

penulis hanya memfokuskan pembahasan seputar pondasi telapak,

pondasi tiang, pondasi kaison, dan pondasi tiang turap.


4

B. Rumusan Masalah

Pokok pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pondasi?

2. Apa saja contoh dari pondasi?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pokok pembahasan yang dibahas dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pondasi

2. Untuk mengetahui apa saja contoh dari pondasi yang dapat kita temui

dalam kehidupan sehari


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pondasi

Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah

harus didukung oleh suatu pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu

sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan

beratnya-sendiri kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak di

bawahnya. Tegangan-tegangan tanah yang dihasilkan kecuali pada

permukaan tanah merupakan tambahan kepada beban-beban yang sudah

ada dalam massa tanah dari bobot-sendiri bahan dan sejarah

geologisnya.

Istilah struktur atas umumnya dipakai untuk menjelaskan bagian

sistem yang direkayasa yang membawa beban kepada pondasi atau

struktur-bawah. lstilah struktur atas mempunyai arti khusus untuk

bangunan-bangunan dan jembatan-jembatan. Akan tetapi, pondasi

tersebut dapat juga hanya menopang mesin-mesin, mendukung peralatan

industrial (pipa, menara, tangki), bertindak sebagai alas untuk papan iklan,

dan sejenisnya. Karena sebab-sebab inilah maka lebih baik melukiskan

suatu pondasi itu sebagai bagian tertentu dari sistem rekayasaan

komponen-komponen pendukung beban yang mempunyai bidang antara

(interfacing) terhadap tanah.


6

Atas dasar definisi tentang pondasi ini maka jelaslah bahwa hal itu

adalah bagian yang paling penting dari sistem rekayasa itu..

B. Pondasi Telapak

1. Klasifikasi dan Tujuan Pondasi Telapak

Pondasi telapak yang memikul beban sebuah kolom tunggal

dinamakan pondasi telapak sebar, karena fungsinya adalah untuk

"menyebarkan" beban kolom secara lateral kepada tanah, supaya

intensitas tegangan diturunkan ke suatu nilai yang dapat dipikul oleh tanah

dengan aman. Bagian konstruksi ini kadang-kadang dinamakan pondasi

telapak tunggal atau pondasi telapak terisolasi. Pondasi telapak dinding

digunakan untuk tujuan yang sama yakni untuk menyebarkan beban

dinding kepada tanah. Akan tetapi, seringkali Iebar pondasi telapak

dinding dikendalikan oleh faktor-faktor selain dari tekanan tanah yang

diijinkan karena beban-beban dinding (termasuk berat dinding) biasanya

agak rendah. Bagian-bagian pondasi yang memikul lebih dari satu kolom,

ditinjau di dalam dua bab yang berikutnya. Beton hampir secara umum

digunakan untuk pondasi telapak, karena ketahanannya di dalam

lingkungan yang sangat buruk dan karena pertimbangan ekonomisnya

Pondasi telapak sebar dengan penulangan tegangan dapat

dinamakan dua-arah atau satu-arah, bergantung pada apakah baja yang

digunakan untuk lenturan bergerak ke kedua arah (kasus biasa) atau di

dalam satu arah (seperti yang lazim untuk pondasi telapak dinding).

Pondasi telapak tunggal mungkin mempunyai pondf!si telapak seragam


7

atau bertangga-tangga atau miring. Pondasi telapak yang bertangga-

tangga atau miring paling lazim digunakan untuk mereduksi kuantitas

beton ke luar dari kolom, di mana momen lentur adalah kecil dan bila

pondasi telapak tidak diperkuat (ditulangi). Bila upah buruh relatif tinggi

terhadap bahan, maka biasanya lebih ekonomis untuk menggunakan

tulangan di dalam pondasi telapak. Gambar 8-1 menggambarkan

beberapa pondasi telapak sebar.

Gambar1. Jenis Pondasi Telapak: (a) Tunggal atau Pondasi Telapak Sebar;
(b) Pondasi Telapak Bertingkat; (c) Pondasi Telapak dengan
Kemiringan; (d) Pondasi Telapak dengan Dinding; dan (e)
Pondasi Telapak dengan Kaki

Pondasi telapak direncanakan untuk menahan beban mati penuh

yang dihantarkan oleh kolom. Kontribusi beban hidup dapat merupakan

baik jumlah penuh untuk gedung bertingkat satu atau bertingkat dua
8

maupun sebuah nilai tereduksi, seperti yang diperbolehkan oleh peraturan

bangunan setempat untuk konstruksi bertingkat banyak. Selain itu,

pondasi telapak tersebut mungkin diperlukan untuk menahan angin atau

pengaruh gempa bumi di dalam kombinasinya dengan beban mati dan

beban hidup. Beban-beban pondasi telapak dapat terdiri dari kombinasi

beban vertikal dan beban horisontal resultan miring atau beban-beban ini

di dalam kombinasinya dengan momen jungkir-balik. Prosedur

perencanaan kekuatan Kode ACI yang sekarang menggunakan faktor-

faktor beban tereduksi untuk beberapa kondisi pembebanan transien,

sebagai ganti penambahan tegangan-tegangan bahan yang diijinkan.

Sebuah kaki tiang (Gambar 1e) boleh digunakan sebagai

penghubung antara kolomkolom logam dengan pondasi telapak se bar.

atau pondasi telapak dinding yang diletakkan pada suatu kedalaman di

dalam tanah. Hal ini mencegah korosi logam yang mungkin terjadi melalui

sentuhan langsung dengan tanah.

2. Tekanan Tanah yang Diijinkan di dalam Perencanaan Pondasi

Telapak Sebar

Tekanan tanah yang diizinkan untuk perencanaan pondasi telapak

didapatkan sebagai kasus paling buruk dari daya dukung dan penurunan.

Di tempat di mana penurunan menentukan, maka nilai yang dilaporkan

adalah pertambahan tekanan tanah bersih (netto) yang dapat diijinkan.

Hal ini adalah karena penurunan yang disebabkan oleh pertambahan


9

tekanan yang melebihi dari yang ada sekarang, yang berasal dari beban

lebih.

Daya dukung yang diijinkan yang disediakan untuk perencana

bangunan oleh insinyur geoteknik, akan merupakan sebuah faktor

keamanan yang sesuai, yang sudah diterapkan. Faktor keamanan

berkisar dari 2 sampai 5 untuk bahan-bahan tak berkohesi bergantung

pacta kerapatan, efek keruntuhan, dan saran konsultan. Nilai tersebut

dapat berkisar dari 3 sampai 6 untuk bahan-bahan kohesif, dengan nilai-

nilai yang lebih tinggi digunakan di mana penurunan konsolidasi mungkin

terjadi selama satu periode waktu yang panjang. Saran geoteknik tidak

seharusnya dipandang sebagai praktek yang jelek, kecuali jika saran

tersebut menghasilkan jenis pondasi lain yang beberapa kali lebih mahal.

Pada umumnya, pengurangan q a dari misalnya, 500 menjadi 300 kPa

akan menghasilkan pondasi telapak sebar yang lebih besar, tetapi

pertambahan persentase di dalam biaya bangunan total hampir dapat

diabaikan. Ha! ini boleh dianggap sebagai jaminan, karena suatu

keruntuhan pondasi memerlukan penggantian baik bangunan di atas

tanah maupun pondasi, di mana keruntuhan bagian bangunan di atas

tanah dapat dilokalisir dan mudah diperbaiki.

Konsultan geoteknik biasanya tidak menyadari bahwa pondasi

telapak dapat dipengaruhi oleh beban eksentrik dan/atau momen,

sehingga tekanan dukung yang diijinkan kemungkinan tidak didapatkan

dengan menggunakan analisa B'. Juga jika penurunan menentukan, maka


10

tidak ada metode yang dapat dipercaya untuk memperhitungkan

eksentrisitas. Di dalam kasus-kasus ini, maka pendekatan yang paling

baik adalah menghindarkan setiap tekanan diferensial yang melalui dasar

pondasi telapak. Setiap rotasi pondasi telapak akan mempunyai suatu

efek yang nyata pada momen dasar kolom, bila kolom-kolom diikatkan

secara kaku ke pondasi telapak. Rotasi pondasi telapak akan berada di

dalam suatu arah untuk mereduksi momen dasar dan ternyata memang

dapat mereduksinya menjadi nol.

Setiap pertambahan tekanan yang diijinkan untuk kondisi-kondisi

beban yang lewat, harus dibicarakan secara jelas dengan konsultan

geoteknik. Menambah qa dengan sepertiga seperti yang lazimnya didapati

di dalam peraturan perencanaan untuk bahan-bahan lainnya, mungkin

tidaklah sesuai. Faktor-faktor seperti frekuensi beban lebih, keadaan

tanah, kondisi cuaca, dan jenis bangunan mungkin tidak memperbolehkan

suatu penyimpangan besar dari qa yang direkomendasikan.

3. Anggapan-anggapan yang Digunakan di dalam Perencaan Pondasi

Telapak

Teori analisis elastisitas (Borowicka, 1936) dan pengamatan-

pengamatan (Schultze 1961), (Barden 1962) menunjukkan bahwa

distribusi tegangan di bawah pondasi teIapak yang dibebani secara

simetris tidaklah seragam. Distribusi tegangan yang sesungguhnya

bergantung pada baik kekakuan pondasi telapak maupun tanah dasar.

Untuk pondasi telapak di atas pasir lepas, maka butiran yang dekat ke tepi
11

cenderung berpindah secara lateral, sedangkan tanah yang sebelah

dalam dibatasi secara relatif. Ini menghasilkan sebuah diagram tekanan

yang diperlihatkan secara kualitatif di dalam Gambar 2a. Gambar 2b

adalah distribusi tekanan teoritis untuk kasus pondasi telapak tegar yang

Iebih umum pada setiap bahan. Tekanan tepi yang tinggi dapat

diterangkan dengan menganggap, bahwa geseran tepi harus teijadi

sebelum suatu penurunan terjadi. Karena tanah mempunyai kekuatan

patah yang rendah. Karena tanah mempunyai kekuatan patah yang

rendah dan kebanyakan telapak mempunyai kekakuan bertaraf

menengah, maka sangat besar kemungkinan tidak akan teijadi tegangan

geser tepi bertaraf tinggi. Tegangan tepi juga tergantung pada tanah yang

dapat dimampatkan dengan ketebalan z seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 2b.
12

Gambar 2. Distribusi Tekanan yang Mungkin Terjadi di Bawah Sebuah


Pondasi Telapak Sebar yang Tegar, (a) di Atas Sebuah Tanah
Tak Berkohesi; (b) Umumnya untuk Tanah Kohesif; (c) yang
Biasanya dianggap Distribusi Linier.

Distribusi tekanan di bawah kebanyakan pondasi telapak. akan

menjadi agak tak tertentu karena interaksi ketegaran pondasi telapak

dengan jenis tanah, keadaan tanah, dan waktu untuk memberi respon

kepada tegangan. Karena alasan ini. maka adalah merupakan praktek

yang lazim untuk menggunakan sebuah distribusi tekanan linier di bawah

pondasi telapak sebar. Pengukuran-pengukuran lapangan yang

dilaporkan menunjukkan bahwa anggapan ini adalah cocok.

Perencanaan pondasi telapak se bar didasarkan hampir seluruhnya

pada pekerjaan Richart (1948) dan Moe (1961). Hasil pekerjaan Richart

memberikan kontribusi dalam menentukan letak bagian kritis untuk

momen: bagian geseran kritis didasarkan pada hasil pekerjaan Moe.

Spesifikasi-spesifikasi ACl. AASHTO, dan AREA 1 untuk perencanaan

pQndasi telapak adalah identik untuk tempat-tempat dari bagian-bagian

yang kritis. AASHTO dan ACI menggunakan persamaan-persamaan

perencanaan dan faktor-faktor yang sama untuk perencanaan kekuatan.

AREA menggunakan metode perencanaan alternatif untuk pondasi

telapak dengan kekuatan bet on yang diijinkan kira-kira 10 persen kurang

daripada yang diijinkan oleh ACI.


13

C. Pondasi Tiang

Fondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan

tanah kuat terletak sangat dalam. Fondasi jenis ini dapat juga digunakan

untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas,

terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh

gaya-gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang-tiang juga digunakan

untuk mendukung bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang

dipengaruhi oleh gayagaya benturan kapal dan gelombang air.

Fondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :

1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau

tanah lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai

kedalaman tertentu sehingga fondasi bangunan mampu memberikan

dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh

gesekan dinding tiang dengan tanah di sekitamya.

3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke

atas akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.

4. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring.

5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah

tersebut bertambah.

6. Untuk mendukung fondasi bangunan yang perrnukaan tanahnya

mudah tergerus air.


14

Fondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:

1. Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal

atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah

sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar.

Terrnasuk dalam tiang perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang

beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja

bulat (tertutup pada ujungnya).

2. Tiang perpindahan kecil (small displacement pile) adalah sama

seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang dipindahkan

saat pemancangan relatif kecil, contohnya: tiang beton berlubang

dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung

terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang ulir.

3. Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile) terdiri dari tiang

yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor

tanah. Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah tiang bor,

yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung di dalam lubang hasil

pengeboran tanah (pipa baja diletakkan dalam lubang dan dicor

beton).

Gambar 3 menunjukkan panjang maksimum dan beban maksimum

untuk berbagai macam tiang yang umum dipakai dalam praktek (Carson,

1965).
15

Gambar 3. Panjang Maksimum dan Beban Maksimum untuk Berbagai


Macam Tiang yang Umum dipakai dalam Praktek (Carson, 1965).

Jenis-jenis pondasi tiang yang dapat ditemui dalam kehidupan

sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Pondasi Tiang Kayu

Tiang kayu (Gambar 4.) umumnya murah dan mudah

penanganannya. Permukaan tiang dapat dilindungi ataupun tidak

dilindungi tergantung dari kondisi tanah. Tiang kayu ini dapat mengalami

pembusukan atau rusak akibat dimakan serangga. Untuk menghindari

kerusakan pada waktu pemancangan,·ujung tiang dilindungi dengan

sepatu dari besi. Beban maksimum yang dapat dipikul oleh tiang kayu

tunggal dapat mencapai 270-300 kN.


16

Gambar 4. Pondasi Tiang Kayu

2. Pondasi Tiang Beton Pracetak

Tiang beton pracetak umumnya berbentuk prisma atau bulat

(Gambar 5.). Tiang-tiang dicetak di lokasi tertentu, kemudian diangkut ke

lokasi pembangunan. Ukuran diameter yang biasanya dipakai untuk tiang

yang tidak berlubang diantara 20 sampai 60 cm. Untuk tiang yang

berlubang diameternya dapat mencapai 140cm. Panjang tiang beton

pracetak biasanya berkisar diantara 20 sampai 40m. Untuk tiang beton

berlubang bisa sampai 60m. Beban maksimum untuk tiang ukuran kecil

dapat berkisar di antara 300 sampai 800kN.


17

Gambar 5. Pondasi Tiang Pracetak

Keuntungan pemakaian tiang pancang pracetak, antara lain :

a. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.

b. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

c. Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.

d. Pemacangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.

Kerugian:

a. Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat

pemancangan dapat menimbulkan masalah.

b. Tiang kadang-kadang rusak akibat pemancangan.

c. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

d. Pamancangan menimbulkan gangguan suara, getaran dan deformasi

tanah yang dapat menimbulkan kerusakan bangunan di sekitamya.

e. Penulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu

pengangkutan dan pemancangan tiang.


18

3. Pondasi Tiang Beton Cetak di Tempat

Tiang beton cetak di tempat terdiri dari 2 tipe, yaitu :

a. Tiang yang berselubung pipa.

b. Tiang yang tidak berselubung pipa.

Pada tiang yang berselubung pipa, pipa baja dipancang lebih dulu ke

dalam tanah. Kemudian, ke dalam lubang dimasukkan adukan beton.

Pada akhimya nanti, pipa besi tetap tinggal di dalam tanah. Termasuk

jenis tiang ini adalah tiang Standar Raimond (Gambar 6). Pada tiang yang

tidak berselubung pipa, pipa baja yang berlubang dipancang lebih dulu ke

dalam tanah. Kemudian ke dalam lubangnya dimasukkan adukan beton

dan pipa ditarik keluar ketika atau sesudah pengecoran. Termasuk jenis

tiang ini adalah tiang Franki (Gambar 6).

Pelaksanaan pemasangan tiang Franki adalah sebagai berikut:

mula-mula pipa baja dipancang ke dalam tanah dengan kedalaman yang

tak begitu dalam. Kemudian, adukan beton dengan faktor air semen

rendah, diisikan ke dalam dasar lubang sehingga membentuk sumbat di

ujung tiang. Sumbat beton ini dipukul dengan pemukul yang dapat masuk

ke dalam pipa. Selama proses pemukulan, sumbat beton menjadi satu

kesatuan dengan pipa. Setelah pipa mencapai kedalaman yang

dikehendaki, pipa ditahan agar tidak dapat turun, dan · beton sumbat

dipukul hingga keluar dari pipa. Setelah itu, beton dicorkan ke dalam pipa.
19

Beton sumbat yang ketuar dari pipa bawah, diusahakan miembentuk

gelembung (Gambar 6).

Keuntungan pemakaian tiang Franki, antara lain :

a. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan kondisi tanah.

b. Pembesaran ujung tiang menambah kapasitas dukung tanah.

c. Penulangan tidak dipengaruhi oleh masalah pengangkutan atau

tegangan yang timbul akibat pemancangan.

d. Tiang dapat dipancang dengan ujung yang tertutup hingga tidak

dipengaruhi air tanah.

e. Gangguan suara dan getaran dapat direduksi dengan menggunakan

cara tertentu.

Kerugiannya :

a. Kenaikan permukaan tanah akibat pemancangan dapat merugikan

bangunan di sekitarnya.

b. Gangguan tanah dapat mengakibatkan rekonsolidasi dan timbulnya

gaya gesek dinding negatif pada tiang sehingga mengurangi

kapasitas dukungnya.

c. Pemancangan dapat mengakibatkan terangkatnya tiang yang telah

lebih dulu dipancang.

d. Mutu beton tidak dapat diketahui setelah selesai pelaksanaan.

e. Mutu beton dapat berkurang akibat pengaruh air pada penarikan pipa

selubung.
20

f. Panjang tiang terbatas oleh gaya tarik maksimum yang dapat

dilakukan pada waktu menarik pipa selubung.

g. Tiang tidak dapat dipancang dengan diameter yang besar.

h. Pemancangan menimbulkan suara keras, getaran yang timbul dan

deformasi tanah dapat membahayakan bangunan di sekitarnya.

Gambar 6. Tiang Franki

4. Pondasi Tiang Bor

Tiang bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah

terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton.

Tiang ini, biasanya, dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga

memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika

tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding


21

lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada

tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk

menambah tahanan dukung ujung tiang (Gambar 7).

Keuntungan penggunaan tiang bor, antara lain :

a. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah.

b. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

c. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

d. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam, dengan

diameter besar, dan dapat dilakukan pembesaran ujung bawahnya

jika tanah dasar berupa lempung atau batu lunak.

e. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu

pengangkutan dan pemancangan.

Kerugian:

a. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah

berupa pasir atau tanah yang berkerikil.

b. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton

tidak dapat dikontrol dengan baik.

c. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan

gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah

terhadap tiang.

d. Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan bila tanah

berupa pasir.
22

Gambar 7. Pondasi Tiang Bor

5. Pondasi Tiang Baja Profil

Tiang baja pipa dapat dipancang dengan bagian ujung yang tertutup

maupun terbuka. Pemancangan dengan bagian ujung yang terbuka lebih

menguntungkan dari segi kedalaman penetrasi yang dapat dicapai

dibandingkan pada tiang baja pipa yang dipancang dengan bagian ujung

yang tertutup. Pemancangan tiang baja dapat dikombinasikan dengan

pengeboran bila diperlukan, misalnya bila penetrasi tiang pada tanah yang

berbatu. Penggunaan tiang baja pipa dengan ujung yang terbuka

memudahkan pekerja untuk mengeluarkan tanah yang berada pada

bagian dalam pipa dan dapat diisi kembali dengan beton jika diperlukan.
23

Tiang baja profil termasuk tiang pancang, dengan bahan yang

terbuat dari baja profil. Tiang ini mudah penanganannya dan dapat

mendukung beban pukulan yang besar waktu dipancang pada lapisan

yang keras. Bentuk baja profil berbentuk profil H, empat persegi panjang,

segi enam dan lainlainnya (Gambar 8).

Gambar 8. Tampak Melintang Tiang Baja Profil

6. Pondasi Tiang Komposit

Beberapa kombinasi bahan tiang pancang atau tiang bor dengan

tiang pancang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pada

kondisi tanah tertentu. Problem pembusukan tiang kayu di atas muka air

tanah misalnya, dapat diatasi dengan memancang tiang komposit yang

terdiri tiang beton di bagian atas dan tiang kayu di bagian bawah zone

muka air tanah.

D. Pondasi Kaison

Fondasi kaison terdiri dari dua tipe, yaitu kaison bor (drilled caisson)

dan kaison (caisson). Di Indonesia fondasi kaison sering dibuat berbentuk


24

silinder sehingga umumnya disebut fondasi sumuran karena bentuknya

yang mirip sumur.

Fondasi kaison merupakan jenis peralihan antara fondasi dangkal

dan fondasi dalam. Istilah kaison digunakan untuk menggambarkan

bentuk fondasi yang berupa silinder atau persegi, dengan atau tanpa

pembesaran pada ujungnya. Fondasi kaison bor dibuat dengan cara

mengebor lebih dulu untuk membuat lubang di dalam tanah, dan

kemudian lubang diisi dengan beton. Bagian tubuh kaison dapat dilindungi

pipa yang merupakan bagian dari fondasi, atau pipa pelindung ditarik

setelah pengecoran. Untuk memperoleh kapasitas dukung yang tinggi,

dasar kaison dapat diperbesar menurut bentuk lonceng (Gambar 9a).

Fondasi semacam ini digunakan untuk mengirimkan beban ke lapisan

yang lebih kuat, dimana pemakaian fondasi tiang pancang tidak

diperbolehkan berhubung getaran akibat proses pemancangan tiang

mengganggu stabilitas bangunan di sekitamya.

Fondasi kaison yang berbentuk silinder atau kotak beton dibuat

dengan membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan dengan

penggalian tanah. Fondasi ini dimaksudkan untuk mengirimkan beban

besar yang harus melalui air atau material jelek sebelum mencapai tanah

pendukung yang kuat. (Gambar 9b).

1. Kaison Bor
25

Kaison bor dibedakan menurut material pembentuknya, yaitu

sebagai berikut:

a. Kaison beton (Gambar 9a)

b. Kaison beton terselubung pipa baja atau pipa beton (Gambar 9b)

c. Kaison beton dilengkapi dengan inti baja dalam pipa baja

(Gambar 9c)

Gambar 9. Macam-Macam Kaison Bor

Untuk beban bangunan yang tidak begitu besar, umumnya dipakai

kaison beton. Fondasi kaison bor, bila dasamya tidak bertumpu pada

lapisan batu, bagian dasamya dapat diperbesar untuk mereduksi tekanan


26

pada tanah di bawah dasar kaison. Bentuk pembesaran umumnya dibuat

menyerupai lonceng dengan kemiringan sisi 1H : 2V (Gambar 9a).

Kemiringan ini diperlukan agar tanah setelah dibentuk tidak longsor.

Penggalian tanah berbentuk lonceng sangat sulit untuk tanah dasar yang

berupa tanah granuler murni.

Keuntungan pemakaian fondasi kaison bor, antara lain:

a. Pembangunannya tidak menyebabkan getaran dan penggembungan

tanah, seperti pada pemancangan fondasi tiang.

b. Penggalian tidak mengganggu tanah di sekitamya.

c. Biaya pelaksanaan umunya relatif rendah, berhubung alat yang

dipakai adalah alat ringan.

d. Kondisi-kondisi tanah atau batu pada dasar sumuran sering dapat

diperiksa dan diuji secara fisik.

e. Alat gali tidak banyak menimbulkan suara.

Disebabkan oleh biaya pembuatan fondasi yang relatif murah,

fondasi kaison telah banyak dipakai untuk mendukung bangunan-

bangunan gedung, jembatan, pilar jembatan layang dan lain sebagainya.

a. Struktur Kaison Bor

Bergantung pada kondisi pembebanan dan kondisi tanah, kaison bor

dapat diberi tulangan di seluruh bagian atau bagian atasnya saja. Untuk

beban yang tidak sangat besar, bagian tubuh kaison dapat dibuat dari

beton tak bertulang. Namun, sedikit tulangan masih dibutuhkan untuk


27

bagian atas untuk menahan gaya horisontal yang berasal dari beban

angin dan beban momen. Beban momen ini mungkin berasal dari beban

kolom yang tidak sentris. Selain itu, momen lentur dapat pula terjadi,

selama periode pelaksanaan akibat gangguan alat pelaksanaan.

Bagian yang berbentuk lonceng dan bagian tubuh kaison bor

umumnya dibuat monolit (padat) (Gambar 9a). Pengecoran beton kaison

dihentikan pada beberapa sentimeter di bawah ujung atasnya. Blok

penutup kaison yang dapat berbentuk bulat atau persegi, merupakan

bagian atas yang tersisa yang kemudian dicor dan dibuat lebih besar dari

bagian tubuh. Diameter blok penutup kaison (cap) dibuat lebih besar 15-

20cm dari bagian tubuh, yaitu untuk memungkinkan peletakkan angker

kolom. Kadang-kadang blok penutup dicor dengan beton yang berkualitas

lebih tinggi daripada bagian tubuh untuk memberikan dukungan dasar

kolom yang tinggi.

Meskipun kaison bor hanya dirancang untuk mendukung beban

aksial, tulangan-tulangan masih dibutuhkan untuk menghubungkan bagian

tubuh dan bagian blok penutup kepala kaison, supaya kedua bagian

tersebut terikat dengan baik (9b). Bila pada sambungan antara tubuh dan

penutup kaison harus menutup momen yang besar, maka bagian ini harus

dirancang dengan seksama.


28

b. Kapasitas Dukung

Kapasitas dukung fondasi kaison adalah jumlah dari tahanan gesek

dinding dan tahanan dasar, sama seperti fondasi tiang. Fondasi kaison

mendukung beban vertikal dengan mengandalkan:

1) Tahanan gesek dinding

2) Tahanan dukung ujung bila tanah dasar berupa pasir padat, pasir

berkerikil atau batu, atau

3) Kombinasi dari keduanya.

Kapasitas ultimit fondasi kaison yang terletak pada tanah lempung

dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti menghitung fondasi

dangkal. Pada cara ini tahanan gesek dinding diabaikan. Karena itu, hasil

hitungan akan memberikan nilai kapasitas dukung yang sangat hati-hati.

Sedangkan kapasitas dukung ultimit pondasi kaison agak lebih besar dari

pondasi dangkal pada kepadatan tanah pasir yang sama. Hal ini, karena

pengaruh beban terbagi rata tanah di atas dasar fondasi tak dapat

diabaikan. Akan tetapi, bila tanah di sekitarnya mudah mampat, kenaikan

kapasitas dukung kemungkinan sangat kecil. Untuk tanah fondasi yang

dipengaruhi oleh gerusan, pengaruh beban terbagi rata akibat tanah di

atas dasar fondasi lebihbaik diabaikan. Karena itu, untuk keamanan,

dalam perancangan fondasi kaison sering digunakan persamaan-

persamaan kapasitas dukung ultimit untuk fondasi dangkal.


29

c. Penurunan

Penurunan kaison bor dikategorikan sebagai berikut:

1) Kaison Bor pada Tanah Lempung

Penurunan fondasi kaison pada tanah lempung diestimasi dengan

cara yang sama seperti pada fondasi tiang atau fondasi dangkal.

Penurunan fondasi kaison pada tanah lempung lunak, pada pembebanan

nonnal kemungkinan akan besar, walaupun pada beban netto yang kecil.

Karena itu, pemakaian fondasi kaison tidak ekonomis lagi bila dasar

fondasi terletak pada tanah lunak. Kecuali. jika dasar kaison terletak pada

tanah lempung kaku atau keras. Bahkan, pada lempung yang agak kaku,

penurunan fondasi kaison mungkin bertambah besar dengan berjalannya

waktu. Hitungan penurunan konsolidasi yang didasarkan pada pengujian

konsolidasi akan menghasilkan penurunan yang terlalu besar oleh

pengaruh yang ada kaitannya dengan kompresibilitas tanah Jempung

overconsolidated (Peck dkk., 1953).

2) Kaison Bor pada Tanah Pasir

Pada intensitas beban yang sama, penurunan fondasi kaison Jebih

kecil daripada penurunan fondasi dangkal, oleh pengaruh berat material di

sekitar fondasi. Akan tetapi, walaupun dipengaruhi oleh penambahan

tekanan keliling (confining pressure) karena letak dasamya yang dalam,

reduksi penurunannya temyata tidak begitu besar. Ha! ini, karena pada

penggalian lubang kaison, kepadatan tanah dasar terganggu. Terzaghi


30

dan Peck (1948) menyatakan bahwa penurunan fondasi kaison (sumuran)

adalah kira-kira setengah dari penurunan fondasi dangkal pada ukuran,

kerapatan relatif dan beban fondasi yang sama.

d. Tahanan Gesek Dinding Kaison

Fondasi kaison bor yang panjang dan berdiameter relatif kecil yang

terletak dalam tanah kaku atau padat kapasitas dukungnya akan banyak

ditentukan dari tahanan gesek dinding kaison dengan tanah disekitamya.

Dalam kasus demikian, hitungan kapasitas dukung fondasi harus

dilakukan dengan memperhatikan tahanan gesek dinding kaison.

Gesekan antara tanah kohesif dan dinding kaison tidak dapat melampaui

kohesi tanah (c). Kohesi tersebut dapat diambil sama dengan setengah

dari kuat geser tekan bebas (q u). Pada tanah lempung kaku dan lempung

keras, ikatan antara tanah dan dinding sering kurang dari kohesinya.

e. Gaya Momen

Kaison bor sering dipengaruhi oleh sejumlah momen lentur yang

berasal dari bagian bawah kolom. Momen tersebut mungkin timbul

sebagai akibat beban angin atau pemasangan kaison yang tidak tepat

pada sumbunya.

f. Gaya Horizontal

Kaison bor dapat menahan gaya horisontal seperti halnya fondasi

tiang. Umumnya, untuk kaison yang terletak dalam tanah dengan

kepadatan atau kekakuan sedang, gaya horisontal yang kurang dari 0,75
31

ton tidak memerlukan penanganan khusus dalam hitungan (Teng, 1962).

Jika tanah di sekitar kaison sangat lunak atau jika gaya horisontal sangat

besar, maka lebih ekonomis jika gaya tersebut dilimpahkan ke bagian

bawah bangunan yang lain, seperti ruang bawah tanah.

g. Pemeriksaan pada Pekerjaan Pelaksanaan

Setelah pemasangan kaison bor mencapai tanah dasar yang

direncanakan, kecuali harus diperiksa keseluruhan lubang, juga harus

diadakan pemeriksaan tanah dasar. Yaitu, diperiksa mengenai

kemungkinan adanya material tanah hasil galian yang tertumpuk di dasar

lubang. Ketika dilakukan pengecoran beton, disamping kualitas beton

harus diuji, volume beton yang masuk juga harus diperiksa. Ha! ini untuk

mengontrol kesempumaan hasil pengecoran. Pengecoran yang tidak baik

akan mengakibatkan keroposkeropos pada tubuh kaison maupun

penyempitan luas penampangnya, yang dapat berakibat menurunnya

kapasitas dukung kaison. Pada kcindisi demikian, penurunan mungkin

terjadi saat pembangunan struktur atas sedang berlangsung.

h. Perencanaan Kaison Bor

Fondasi kaison dapat dirancang menurut langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Hitung beban total yang harus didukung fondasi di kepala kaison.

Berat sendiri kaison umumnya tidak diperhitungkan.

2) Tentukan elevasi muka air tanah.


32

3) Sketsa profil tanah atau sket yang menggambarkan lapisan tanah di

lokasi bangunan.

4) Pilihlah lapisan pendukung yang diperkirakan kuat, lalu hitung

kapasitas dukung kaison.

5) Hitung penurunan yang terjadi untuk beban rencana yang

diperhitungkan.

6) Hitung dimensi-dimensi tulangan pada badan dan blok penutup

kepala kaison.

7) Cek terhadap momen lentur dan eksentrisitas.

8) Cek terhadap pengaruh gaya horisontal.

9) Cek terhadap gaya angkat oleh air. Kaison harus diberi tulangan

untuk menahan gaya tarik dalam tubuhnya.

2. Kaison

Macam-macam kaison dapat dibagi menurut cara pembuatannya,

yaitu:

1) Kaison terbuka (open caisson)

Kaison terbuka adalah kaison yang terbuka pada ujung atas dan

bawahnya selama pelaksanaan pembuatannya (Gambar 10). Kaison

dibenamkan dengan memanfaatkan beratnya sendiri, bersama-sama

dengan penggalian tanah. Ketika pembenaman sedang berjalan,

dilaksanakan pula pemasangan kaison selanjutnya. Ketika pembenaman


33

kaison mencapai tanah keras yang diinginkan, dasar kaison ditutup

dengan beton. Pada kaison terbuka, penutupan dilakukan di bawah muka

air (jika tanah dipengaruhi air). Jika tanah dasar sangat keras, penggalian

dilakukan dengan cara peledakkan (blasting).

Pada penggalian tanah untuk kaison terbuka yang umumnya

dilakukan dengan cara pengerukan, volume tanah yang tergali akan selalu

melebihi volume kaison yang terpasang. Hal ini, disebabkan oleh dinding

galian tanah yang bergerak ke dalam galian.

Gambar 10 Kaison Terbuka

2) Kaison pneumatik (pneumatic caisson)

Kaison pneumatik (pneumatic caisson), merupakan kaison yang

tertutup. Penggalian tanah dilakukan dengan mengalirkan udara


34

bertekanan ke dalam ruang kerja untuk penggalian. Dengan cara ini

penggalian dan pengecoran beton ke dalam sumuran dilakukan dalam

kondisi kering.

Bentuk tubuh kaison pneumatik hampir sama seperti kaison terbuka,

bedanya hanya pada bagian ruang kerja di bawah. Penggalian dilakukan

pada ruang kerja yang diberi tekanan udara yang sama dengan tekanan

air tanah untuk mencegah aliran air masuk ke ruang kerja (Gambar 11).

Pintu udara, kecuali dipakai untuk jalan keluar-masuk pekerja juga untuk

mengeluarkan tanah galian. Untuk kaison yang besar dapat dipakai 2

pintu udara, yang pertama untuk galian sedang yang kedua untuk keluar-

masuk pekerja. Ruang kerja diisi dengan beton pada waktu dasar kaison

telah mencapai kedalaman yang dikehendaki.

Langkah-langkah dalam pembuatan Pneumatic Caisson (kaison

pneumatik) adalah sebagai berikut:

a) Konstruksi sama dengan kaison Terbuka, tetapi ada ruang kerja

kedap udara dengan tinggilangit-langit antara 1,8m-2m.

b) Ke dalam ruang kerja dimasukkan udara bertekanan sama dengan

tekanan air tanah untukmencegah banjir.

c) Penggalian dilakukan dengan tenaga manusia atau mesin.

d) Corong dan pintu udara dipakai untuk jalan keluar dan masuk

pekerja, tempat mengeluarkan tanah galian.


35

e) Apabila penurunan telah mencapai kedalaman yang dikehendaki,

ke dalam ruang kerjadituangkan beton.

Gambar 11. Kaison Pneumatik


36

3) Kaison apung (floating caisson)

Kaison apung merupakan kaison yang tertutup pada dasarnya.

Kaison tipe ini dibuat dari beton bertulang yang dicetak di daratan dan

peletakannya dilakukan dengan mengapungkan kaison tersebut setelah

beton mengeras (Gambar 12). Pembenaman kaison ke dalam air atau

tanah terendam air, dengan cara mengisikan pasir, kerikil, beton atau air

ke dalamnya. Permukaan air harus diperhitungkan selalu berada pada

beberapa meter di bawah puncak kaison untuk mencegah air masuk ke

dalamnya. Stabilitas pengapungan dapat dirancang menurut prinsip-

prinsip hidrolika.

Gambar 12. Kaison Apung


37

E. Pondasi Tiang Turap

Dinding turap adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi

kecuali untuk menahan tanah juga berfungsi untuk menahan masuknya air

ke dalam lubang galian. karena pemasangan yang mudah dan biaya

pelaksanaan yang relatif murah, turap banyak digunakan pada pekerjaan-

pekerjaan, seperti: penahan tebing galian sementara, bangunan-

bangunan di pelabuhan, dinding penahan tanah, bendungan elak dan lain

lain. Dinding turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang

sangat tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan turap yang

besar. Selain itu, dinding turap juga tidak cocok digunakan pada tanah

yang mengandung banyak batuan-batuan, karena menyulitkan

pemancangan.

Dinding pancang turap secara luas dipakai untuk struktur-struktur

tepi laut/pelabuhan baik yang besar maupun kecil, yang meliputi rentang

fasilitas peluncuran kapal pesir kecil maupun struktur-struktur dok yang

besar untuk kapal samudera. Dermaga-dermaga yang menjorok ke dalam

pelabuhan yang terdiri dari dua deret tiang pancang turap seperti pada

Gambar 13.
38

Gambar 13 Konstruksi Dinding Pancang Turap

Tipe turap dapat dibedakan menurut bahan yang digunakan. Bahan

turap tersebut bermacam-macam, contohnya: kayu, beton bertulang, dan

baja.

1. Turap Kayu

Pancang kayu dipakai untuk tinggi bebas H rendah seperti pada

Gambar 14, secara khas pada rentang kurang dari 3 m. Kayu sering

dipakai sebagai turap diperkuat sementara pada parit-parit pencegah

longsor-tepi selama pemasangan pipa air dan pipa comberan yang dalam.
39

Kalau turap kayu dipakai pada konstruksi perinanen di atas permukaan

air, maka diperlukan pengawetan, dan walaupun begitu umur

pemakaiannya jarang lebih dari 10-15 tahun. Bentuk-bentuk pancang kayu

diperlihatkan dalam Gambar 14, dimana bilah pancang jenis Wakefield

dan alur-V mungkin paling banyak dipakai dewasa ini. Dinding · pancang

kayu rendah yang sudah diberi pengawet sudah biasa dipakai sepanjang

daerah pelabuhan dan banyak dipakai pada perlindungan garis-pantai di

mana pancang itu ditancapkan, kemudian dikelilingi dengan blok-blok

penstabil atau bongkahan batu (disebut krib) untuk menangkap pasir dari

arah laut guna pelestarian pantai. Di sini maksudnya agar dinding itu

akhirnya terbenam oleh pasir sehingga bila kejadian ini berlangsung

cukup lama maka pembusukan kayu kemudian, tidak membawa akibat

yang berarti.
40

Gambar 14. Turap Kayu

2. Turap Beton

Pancang-pancang turap ini termasuk dalam anggota beton pracetak,

biasanya dilengkapi dengan sambungan lidah-alur. Suku-suku tersebut

dirancang untuk tegangan layanan yang dihitung, tetapi pertimbangan

berat dengan tegangan penanganan dan tegangan pemancangan yang

mungkin sangat besar karena bobotnya, harus juga diperhitungkan.

Ujung-ujungnya biasanya dicetak berbentuk tirus yang cenderung

mendesak tiang pancang yang sedang dipancang melawan tiang pancang

yang sudah dipasang sebelumnya. Ukuran-ukuran yang khas

diperlihatkan dalam Gambar 15 memperlihatkan bahwa tiang pancang

relatif rapat, dan dengan demikian akan memindahkan volume tanah yang

relatif besar. Pemindahan volume tanah yang besar ini cenderung

menambah tahanan pemancangan. Ukuran-ukuran yang relatif besar dan

dikaitkan dengan berat satuan beton, menandakan bahwa tiang pancang

tersebut sangat berat dan mungkin tak mampu bersaing dengan jenis-

jenis tiang pancang yang lain, kecuali bila tiang pancang tersebut dicor di

dekat tempat pekerjaan. Dengan membersihkan dan mengisi adukan

encer ke dalam sambungan sesudah pemancangan,maka akan diperoleh

sebuah dinding kedap air yang cukup baik. Akan tetapi, jika dinding

tersebut diisi dengan adukan encer, maka diperoleh sambungan ekspansi

pada jarak tertentu sepanjang dinding itu.


41

Gambar 15. Detail Khas Pancang Turap Beton Bertulang

3. Turap Baja

Pancang turap baja ialah jenis paling umum yang dipakai karena

berb agai kelebihan atas bahan-bahan lain. Kelebihan-kelebihan

utamanya ialah sebagai berikut:

a. Tahan terhadap tegangan pemancangan yang tinggi dan berkembang

pada bahan yang keras atau berbatu.

b. Mempunyai berat yang relatif ringan.


42

c. Dapat dipakai berulang-ulang (beberapa kali).

d. Umur pemakaiannya cukup lama, baik di atas maupun di bawah air

memakai perlindungan sederhana menurut NBS (1962) yang

meringkaskan data tentang sejumlah tiang pancang yang diperiksa

setelah pemakaian yang berlangsung lama.

e. Mudah menambah panjang tiang pancang, baik dengan pengelasan a

tau dengan pemasangan baut.

f. Sambungan-sambungan yang dibuat kecil sekali mengalami

deformasi bila didesak penuh dengan tanah dan batuan selama

pemancangan.

Gambar 16. Sambungan Pancang Turap Canai atau yang dicetak Khas
43

Gambar 17. Lokasi Sumbu Netral untuk Bagian Dicanai Berbadan Dalam

Dinding pancang baja tersedia dalam beberapa bentuk dan berbagai

bentuk sambungan. Tiap pancang bentuk-Z dipakai untuk menahan

momen lentur yang besar, seperti pada dinding konsol atau dinding

angker yang harus menahan momen-momen lentur besar. Dinding

pancang berbadan-lurus dipakai pada tempat-tempat di mana badan bilah

itu mendapatkan regangan, seperti halnya pada bendungan-elak bersel

(cellular). Untuk membentuk bendungan pengelak, bagian-bagiannya

dapat disusun atau dibentuk menjadi sambungan-sambungan standar,

seperti bentuk-T, bentuk-Y dan silang, untuk mencapai penyambungan

beberapa sel atau untuk mengubah arah. Gambar 17. menunjukkan


44

beberapa di antara sejumlah besar sambungan yang tersedia, atau yang

dapat dicetak.

Tipe-tipe dari pondasi tiang turap ada beberapa jenis yaitu sebagai

berikut:

a. Dinding turap kantilever.

Dinding turap kantilever (Gambar 18a) merupakan turap yang dalam

menahan beban lateral mengandalkan tahanan tanah di depan dinding.

Turap dengan dinding cantilever, sebagaimana dinyatakan dalam

namanya adalah tiang yang ujungnya tertahan oleh tanah sehingga

seolah-olah tergantung. Stabilitas turap jenis ini sangat tergantung pada

panjang penanaman tiang.Defleksi lateral yang terjadi relatif besar pada

pemakaian turap kantilever. Karena luas tampang bahan turap yang

dibutuhkan bertambah besar dengan ketinggian tanah yang ditahan

(akibat momen lentur yang timbul), turap kantilever hanya cocok untuk

menahan tanah dengan ketinggian sedang.

b. Dinding turap diangker.

Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang

dalam. tetapi masih juga bergantung pada kondisi tanah (Gambar 18b).

Dinding turap ini menahan beban lateral dengan mengandalkan tahanan

tanah pada bagian turap yang terpancang ke dalam tanah dengan di

bantu oleh angker yang dipasang pada bagian atasnya. Kedalaman turap

menembus tanah bergantung pada besamya tekanan tanah. Untuk


45

dinding turap yang tinggi, diperlukan turap baja dengan kekuatan tinggi.

Stabilitas dan tegangantegangan pada turap yang diangker bergantung

pada banyak faktor. misalnya kekakuan relatif bahan turap, kedalaman

penetrasi turap, kemudahmampatan tanah, kuat geser tanah, keluluhan

angker dan lain-lainnya

Gambar 18. Turap Cantilever dan Turap Angker

c. Dinding turap dengan landasan/panggung (platform) yang

didukung tiang-tiang.

Dinding turap semacam ini dalam menahan tekanan tanah lateral

dibantu oleh tiang-tiang, dimana di atas tiang-tiang tersebut dibuat

landasan untuk meletakkan bangunan tertentu (Gambar 19). Tiang-tiang

pendukung landasan juga berfungsi untuk mengurangi beban lateral pada

turap. Dinding turap ini dibuat bila di dekat lokasi dinding turap

direncanakan akan dibangun jalan kereta api, mesin derek, atau

bangunan-bangunan berat lainnya.


46

Gambar 19. Turap dengan Landasan

d. Bendungan elak seluler (cellular cofferdam)

Bendungan elak seluler (cellular cofferdam) merupakan turap yang

berbentuk sel-sel yang diisi dengan pasir (Gambar 20.). Dinding ini

menahan tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya sendiri.

Gambar 20. Cellular Cofferdam


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pondasi harus diperhitungkan sebaik mungkin, sehingga dapat

menjamin keseimbangan dan kestabilan bangunan terhadap berat yang

akan dibebankan pada pondasi tersebut.

Ada beberapa fungsi pondasi menurut teori yang telah dibahas di

atas yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mendukung seluruh berat dari bangunan

2. Meneruskan beban yang didukung ke tanah di bawahnya

3. Menstabilkan beban

beberapa syarat yang harus diperhatikan dari pondasi adalah

sebagai berikut:

1. Menghindari pemasangan pondasi sebagian pada tanah keras

dan sebagian pada tanah lembek

2. Harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan

di bawah kolom pendukung yang berdiri bebas.


DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H. C, 2011, Analisis dan Perancangan Fondasi , Edisi Kedua,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hardiyatmo, H. C, 2006, Teknis Fondasi II, Edisi Keempat, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Bowles, J. E, 1988, Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat Jilid 1,

Erlangga.

Bowles, J. E, 1992, Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat Jilid 2,

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai