Anda di halaman 1dari 47

PROBLEM SET-3

MAKALAH STRUKTUR TAHAN GEMPA

CARA PERBAIKAN DAN PERKUATAN BANGUNAN


RUKO BETON BERTULANG

Disusun oleh :

KRESENSIA EKA SUBA/16 34 053

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ATMA JAYA

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara Perbaikan dan Perkuatan

Bangunan Ruko Beton Bertulang” ini. Makalah ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Struktur Tahan Gempa.

Makalah ini berisikan tentang apa bagaimana kerusakan yang terjadi

pada ruko beton bertulang, cara perbaikan dan perkuatannya.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari

sempurna. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dan

dengan senang hati penulis terima demi penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah

ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makassar, 24 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................3

C. Tujuan Makalah ..............................................................................3

II. PEMBAHASAN

A. Pengaruh Gempa Bumi Terhadap Struktur ....................................4

B. Kerusakan Tipikal Bangunan Non-Engineered ............................17

C. Sebab-sebab Kerusakan Bangunan Non-Engineered .................21

D. Kategori Kerusakan ......................................................................24

E. Restrofitting (Perbaikan, Restorasi, Perkuatan)............................27

F. Cara Perkuatan dan Perbaikan Bangunan Ruko Beton

Bertulang .......................................................................................32

III. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Pengaruh Gempa Bumi 5

2 Kerusakan Bangunan Akibat Goncangan Tanah 7

3 Kerusakan Bangunan Akibat Longsor 7

4 Kerusakan Bangunan Akibat Likuifaksi 7

5 Kerusakan Bangunan Akibat Tsunami 8

6 Kerusakan Bangunan Akibat Kebakaran 8

7 Konfigurasi Bangunan Tahan Gempa yang Disarankan 9

8 Kerusakan yang Terjadi Akibat Gempa di Sudut

Bukaan Dinding 9

9 Bangunan Kaku dan Rocking Ketika Digoncang Gempa 10

10 Contoh Mutu Bahan yang Rendah 12

11 Contoh Mutu Pengerjaan yang Rendah 12

12 Kerusakan Tipikal Bangunan Non-Engineered 19

13 Kerusakan Tipikal Bangunan 19

14 Kerusakan Tipikal Bangunan (Lanjutan Gambar 13.) 20

15 Bangunan Tembokan dengan Perkuatan 21

16 Detail Penulangan 22

17 Campuran Beton Minimum 23

18 Tulangan Minimum 24

19 Kategori Kerusakan 26
iv

20 Langkah-Langkah Retrofitting 30

21 Sebab-sebab Kerusakan Ruko 33

22 Pemasangan Penunjang Vertikal 34

23 Membongkar Beton yang Rusak 35

24 Menyambung Pondasi Lama dan Pondasi Baru 35

25 Hasil Kolom Setelah Perbaikan 36

26 Detail Tulangan dari Perbaikan Kolom 37

27 Detail Tulangan dari Perbaikan Kolom (Lanjutan Gambar 26.) 38


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gempa bumi sering menyebabkan kerusakan bangunan. Walaupun

telah banyak cara diusahakan agar bangunan tahan gempa, namun sulit

dihindari kerusakan pada elemen-elemen struktur. Tipe kerusakan yang

terjadi pada struktur beton bertulang umumnya berupa kurangnya

daktilitas pada ujung-ujung balok yang disebabkan kelemahan dan

kurangnya penulangan pada inti join dan sekitar join serta kerusakan pada

ujung-ujung bawah kolom.

Applied Technology Council Amerika Serikat menyarankan kategori

perencanaan gedung tahan gempa yaitu: gedung mampu menahan

gempa kecil tanpa kerusakan, mampu menahan gempa sedang tanpa

kerusakan struktur, dan mampu menahan gempa besar tanpa runtuh

walaupun mengalami kerusakan struktur yang berat.

Teknik-teknik perbaikan join struktur beton bertulang berdasarkan

UNIDO (United Nation Industrial Development Organization) menyarankan

perbaikan setempat pada join fondasi-kolom maupun join balok-kolom

yaitu:
2

1. Kerusakan ringan dapat dilakukan dengan cara penyuntikan epoxy

jika struktur tanpa mengalami luluh tulangan atau spalling permukaan

beton.

2. Kerusakan sedang sampai berat harus menambah tulangan dan

mengupas permukaan beton lama, lekatan beton lama dengan beton

baru perlu diperhatikan.

Meskipun peraturan bangunan tahan gempa telah banyak

mengalami perubahan namun kondisi dari banyak bangunan lama yang

didesain berdasarkan peraturan sebelumnya menjadi pertimbangan utama

untuk diterapkannya metode yang dilakukan pada penelitian ini.

Sebagian besar korban jiwa dan kerugian material yang terjadi pada

setiap gempa bumi disebabkan oleh rusak/runtuhnya bangunan-bangunan

”non-engineered”. Bangunan ”non-engineered” adalah bangunan rumah

tinggal dan bangunan komersil sampai 2 lantai yang dibangun oleh

pemilik, menggunakan tukang setempat, menggunakan bahan bangunan

yang didapat setempat, tanpa bantuan arsitek maupun ahli struktur.

Salah satu upaya untuk mengurangi risiko gempa di masa yang akan

datang adalah memperkenalkan unsur-unsur ketahanan gempa pada

bangunan ”non-engineered” selama kegiatan rekonstruksi bangunan yang

rusak pasca gempa.


3

B. Rumusan Masalah

Pokok pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh gempa bumi terhadap struktur?

2. Bagaimana kerusakan tipikal bangunan non-engineered?

3. Apa saja penyebab kerusakan bangunan non-engineered?

4. Bagaimana cara perbaikan dan perkuatan bangunan ruko beton

bertulang?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pokok pembahasan yang dibahas dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gempa bumi terhadap

struktur

2. Untuk mengetahui bagaimana kerusakan tipikal bangunan non-

engineered

3. Untuk mengetahui penyebab kerusakan bangunan non-engineered

4. Untuk mengetahui cara perbaikan dan perkuatan bangunan ruko

beton bertulang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Gempa Bumi Terhadap Struktur

Gempa akan menyebabkan terjadinya getaran pada tanah, dan

selanjutnya akan menggerakkan struktur bagian bawah  bangunan yang

berdiri di atasnya. Ketika terjadi gempa bumi, maka tanah bergetar dan

menggerakkan lantai dan pondasi. Dalam keadaan demikian, sebenarnya

struktur bagian atas bangunan seperti atap punya kecenderungan untuk

tetap bertahan pada kondisi semula, tetapi karena terikat dengan dinding

dan kolom, maka atap tertarik oleh gerakan dinding dan kolom. Selama

gempa bumi, tanah bergetar dengan acak, ke depan dan ke belakang

pada tiap arah (X, Y, Z).  Perlu dipikirkan dalam perancangan agar

bangunan mempunyai kemampuan yang memadai dalam melawan efek

gempa bumi.

Gempa bumi adalah suatu kejadian alam yang dapat menimbulkan

bahaya dan bencana yang pada umumnya terjadi akibat rusak atau

runtuhnya gedung-gedung dan bangunan-bangunan buatan manusia

lainnya. Sampai saat ini manusia belum dapat berbuat banyak untuk

mencegah terjadinya gempa bumi. Walaupun demikian manusia dapat

mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan oleh gempa dengan


5

merencanakan dan membangun bangunan tahan gempa atau

memperkuat bangunan buatannya.

Kerusakan yang ditimbulkan gempa bergantung pada beberapa

parameter, yaitu :

1. Karakteristik goncangan gempa: Intensitas, lamanya, dan muatan

frekuensi getaran tanah

2. Karakteristik tanah:Keadaan topografi, geologi, dan kondisi tanah

setempa

3. Karakteristik bangunan: kekakuan, kekuatan, daktilitas, dan kesatuan

bangunan

Gambar 1. Pengaruh Gempa Bumi

Selain itu korban akibat gempa bumi bergantung pada beberapa

faktor sosiologi yang penting. Yaitu :


6

1. Kepadatan penduduk

2. Jam pada saat gempa bumi terjadi

3. Kesiapan penduduk

1. Penyebab Utama Kerusakan Gempa

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang

dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan bumi yang

bergerak ke satu arah atau bisa juga lebih. Semakin lama tekanan itu kian

membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan

tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat

itulah gempa bumi akan terjadi. Penyebab utama kerusakan akibat gempa

bumi adalah sebagai berikut:

a. Goncangan tanah (ground shaking)

b. Kegagalan tanah (ground failure) seperti tanah longsor,

penurunan tanah dan likuifaksi

c. Tsunami yang terjadi akibat adanya gerakan mendadak pada

dasar samudra. Syarat-syarat terjadi tsunami adalah gempa yang

terjadi di dasar laut, gempa bumi dangkal, dan magnitude harus

lebih besar dari 6.5SR

d. Kebakaran, kebakaran biasanya sulit untuk memadamkannya

karena sumber air tidak ada dan lalu lintas terputus.

Penyebab utama kerusakan adalah goncangan (no.1). Penyebab

lainnya yaitu kegagalan tanah, tsunami dan kebakaran adalah bencana


7

susulan. Jadi yang harus diutamakan adalah membuat bangunan tanah

goncangan gempa bumi.

Gambar 2. Kerusakan Bangunan Akibat Goncangan Tanah


8

Gambar 3. Kerusakan Bangunan Akibat Longsor

Gambar 4. Kerusakan Bangunan Akibat Likuifaksi

Gambar 5. Kerusakan Bangunan Akibat Tsunami

Gambar 6. Kerusakan Bangunan Akibat Kebakaran

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kerusakan pada Struktur

a. Kondisi Tanah

1) Kondisi tanah sangat mempengaruhi kerusakan pada

bangunan
9

2) Karakteristik goncangan dipengaruhi oleh jenis lapisan tanah

yang mendukung bangunan

b. Konfigurasi Bangunan Tahan Gempa yang Dianjurkan

1) Keteraturan

2) Kesimetrisan

Gambar 7. Konfigurasi Bangunan Tahan Gempa yang Disarankan

c. Ukuran Bukaan

1) Buka-bukaan pada dinding cenderung untuk memperlemah

dinding

2) Semakin sedikit bukaan pada dinding, semakin berkurang

kerusakan yang akan terjadi


10

Gambar 8. Kerusakan yang Terjadi Akibat Gempa di Sudut Bukaan Dinding

d. Distribusi Kekakuan

1) Kekakuan suatu bangunan dalam arah vertikal dan horizontal

harus terdistribusi secara merata

2) Perbedaan kekakuan suatu bangunan dari satu lantai ke

lantai berikutnya meningkatkan kecenderungan rusaknya

bangunan jika digoncang gempa

3) Jarak pusat massa dan pusat kekakuan yang berjauhan juga

meningkatkan kecenderungan rusaknya bangunan tersebut

jika digoncang gempa

e. Kekuatan Bangunan

1) Struktur harus memiliki kekuatan untuk menahan goncangan

gempa dan terutama pengaruh “rocking”. Rocking umumnya

terjadi pada bangunan rumah rakyat yang kaku

2) Semua komponen bangunan, pondasi, kolom, balok, dinding,

rangka atap harus disambung satu sama lainnya agar kalau

digoncang gempa, maka bangunan bergetar sebagai satu

kesatuan
11

(a) (b)
Gambar 9. (a) Bangunan Kaku; (b) Rocking Ketika Digoncang Gempa

f. Daktilitas

1) Secara umum, daktilitas berarti kemampuan struktur untuk

mengalami lendutan yang besar tanpa mengalami keruntuhan.

Secara teknik, daktilitas adalah perbandingan antara lendutan

sebelum runtuh dengan lendutan mulai rusak

2) Suatu struktur dikatakan tahan gempa bila secara keseluruhan

struktru tersebut mempunyai daktilitas yang tinggi. untuk itu,

bahan yang mempunyai daktilitas tinggi dapat digabungkan

dengan bahan yang mempunyai daktilitas rendah dengan

proporsi dan penempatan yang tepat sehingga secara

keseluruhan struktur tersebut memiliki daktilitas tinggi

3) Daktilitas terutama diperlukan untuk bangunan yang akan

mengalami lendutan besar kalau digoncang gempa,

umumnya bangunan dengan tingkat banyak.

4) Jadi pada bangunan dengan tingkat banyak selain kekuatan

diperlukan daktilitas, tetapi untuk bangunan rumah rakyat

yang relatif kaku, pengaruh kekuatan lebih dominan.

g. Pondasi
12

1) Bangunan yang kuat pada bagian atas kadang-kadang

mengalami kegagalan karena pondasinya tidak kuat.

2) Likuifikasi dan perbedaan penurunan pondasi dapat

menyebabkan bangunan miring, retak, bahkan kehancuran

pada struktur bagian atas.

h. Mutu Konstruksi

Pada umumnya kerusakan bangunan disebabkan oleh:

1) Mutu bahan yang rendah

2) Mutu pengerjaan yang rendah


13

Gambar 10. Contoh Mutu Bahan yang Rendah

Gambar 11. Contoh Mutu Pengerjaan yang Rendah

3. Kecocokan Sistem Struktur Bangunan Non-Engineered Terhadap

Gempa

Sistem Struktur Karakteristik


14

 Rangka baja yang kaku  Berat minimum


Sangat  Rangka beton bertulang yang kaku  Daya tahan tinggi
Cocok  Rangka kayu dengan perkuatan terhadap beban
silang horizontal
 Tembokan bata dengan perkuatan
 Berat sedang
 Tembokan batako dengan
 Daya tahan
Cukup perkuatan
terhadap beban
Cocok  Rangka kayu dengan pengisi bata
horisontal
 Rangka kayu dengan pengisi
 Daktilitas sedang
batako
 Tembokan bata tanpa tulangan,  Berat sekali
tetapi memakai rollaag horisontal  Hanya memiliki
Kuran
 Tembokan batako tanpa tulangan, sedikit daya tahan
g
tetapi memakai rollaag horisontal terhadap gaya
Cocok
 Tembokan batu kali dengan rollaag horisontal
horisontal  Daktilitas kecil
 Berat sekali, hampir
 Tembokan bata tanpa perkuatan
tidak memiliki daya
 Tembokan batako tanpa perkuatan
Tidak tahan terhadap
 Tembokan batu kali tanpa
Cocok beban horisontal
perkuatan
 Hampir tidak
 Adobe/gubuk-gubuk dari lumpu
memiliki daktilitas

4. Taraf Keamanan untuk Bangunan yang Direncanakan Tahan Gempa

Perencanaan suatu bangunan untuk menahan gempa terbesar yang

mungkin terjadi di suatu wilayah gempa tanpa mengalami kerusakan

adalah tidak ekonomis karena gempa yang sangat kuat tersebut tidak

sering terjadinya.

Prioritas utama suatu perencanaan bangunan non-engineered tahan

gempa adalah untuk mencegah terjadinya korban jiwa. Prioritas kedua

adalah untuk mencegah kerugian harta benda.

Taraf keamanan minimum suatu bangunan non-engineered agar

dapat dikatagorikan sebagai bangunan tahan gempa adalah sebagai

berikut:
15

a. Untuk menahan beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan

beban lateral angin, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan

komponen struktur maupun komponen non-struktur (komponen

operasional dan fungsional).

b. Bila terkena gempa bumi yang lemah (dengan periode ulang 43

tahun), bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali.

c. Bila terkena gempa bumi yang sedang (dengan periode ulang 72

tahun), bangunan tersebut boleh rusak pada elemen-elemen

nonstruktur, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen struktur.

d. Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat (dengan periode ulang

500 tahun):

1) Bangunan tidak boleh runtuh sebagian maupun seluruhnya.

2) Bangunan tidak boleh mengalami kerusakan yang tidak dapat

diperbaiki. Dengan kata lain bangunan tersebut tidak boleh dalam

keadaan sangat rusak sehingga harus dibongkar dan dibangun

kembali.

3) Bangunan boleh mengalami kerusakan struktural maupun non-

struktural, tetapi kerusakan yang terjadi harus dapat diperbaiki

dengan cepat sehingga dapat berfungsi kembali dan biaya

perbaikannya tidak lebih mahal dari biaya membangun baru.

4) Bangunan-bangunan yang penting, seperti rumah sakit, sekolah,

bangunan penyimpanan bahan pangan, bangunan penyimpanan

air, bangunan pembangkit tenaga listrik, bangunan komunikasi, dll


16

tidak boleh mengalami kerusakan yang berat sehingga tidak dapat

berfungsi.

5. Dasar Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

a. Denah Bangunan

1) Simetris

a) Denah bangunan secara keseluruhan sebaiknya simetris

terhadap kedua sumbu bangunannya.

b) Ketidaksimetrisan akan menyebabkan torsi.

2) Keteraturan

a) Denah bangunan yang mempunyai bentuk persegi

sederhana akan lebih tahan terhadap gempa.

b) Bentuk denah blok persegi sangat panjang harus dihindari

karena menyebabkan efek torsi

b. Pemilihan Lokasi Bangunan

1) Jenis Tanah

Pasir yang sangat halus dan tanah liat yang sensitif dan jenuh air

harus dihindari karena likuifaksi dan mungkin kehilangan kekuatannya

sehingga menyebabkan kerusakan pada bangunan jika digoncang oleh

gempa bumi

2) Kestabilan Lereng

Lereng bukit harus dipilih yang stabil agar tidak longsor pada saat

gempa bumi.
17

c. Desain Struktur

1) Kekuatan

a) Kekuatan adalah kemampuan struktur untuk menahan

goncangan gempa dan pengaruh “rocking”

b) Semua komponen bangunan harus disambung satu dengan

yang lainnya agar kalau digoncang gempa bangunan

bergetar sebagai satu kesatuan

2) Kekakuan

a) Kekakuan adalah kemampuan struktur berdeformasi untuk

menahan gaya yang bekerja.

b) Kekakuan hanya menyangkut struktur.

3) Daktilitas

a) Daktilitas adalah perbandingan lendutan saat runtuh terhadap

lendutan saat mulai rusak atau leleh.

b) Daktilitas bahan maupun struktur harus diperhatikan.

d. Ketahanan Terhadap Kebakaran

Kebakaran yang terjadi setelah gempa bumi dapat menyebabkan

kerusakan yang lebih parah daripada akibat gempanya sendiri. Kebakaran

dapat disebabkan oleh hubungan singkat instalasi listrik, tergulingnya

lampu minyak atau kebakaran akibat tergulingnya kompor di dapur

6. Sistem Struktur untuk Bangunan Non-Engineered

Biasanya bangunan “non-engineered’ memakai dua sistem struktur

antara lain:
18

a. Konstruksi dinding pemikul: memikul beban vertikal dan beban lateral

(unconfined masonry)

b. Konstruksi dinding dengan rangka:

1) Dinding dengan bingkai rangka sederhana untuk menahan beban

vertikal dan beban lateral (confined masonry).

2) Rangka balok dan kolom kaku untuk menahan beban vertikal dan

beban lateral serta diberi dinding pengisi.

B. Kerusakan Tipikal Bangunan Non-Engineered

Sejauh ini, hasil pengamatan kerusakan akibat gempa adalah cara

yang paling efektif untuk memperoleh informasi. Kerusakan gempa adalah

suatu simulasi sesungguhnya, tingkah laku sesungguhnya akibat beban

sesungguhnya. Kerusakan dan/atau roboh disebabkan beban tegak lurus

bidang dinding dan beban sejajar bidang dinding. Namun demikian,

penyebab utama kerusakan adalah akibat beban tegak lurus bidang

dinding.

Kerusakan tipikal bangunan non-engineered di indonesia

berdasarkan hasil pengamatan selama kurang lebih 35 tahun adalah

sebagai berikut:

1. Genteng melorot

2. Dinding berpisah pada pertemuan 2 dinding

3. Kehancuran pada pojok-pojok dinding


19

4. Dinding retak di sudut-sudut bukaan

5. (A) Dinding retak diagonal melalui siar; (B) Dinding retak diagonal

melalui bata

6. Dinding roboh

7. Kegagalan sambungan balok-kolom

8. Bangunan roboh

Gambar 12. Kerusakan Tipikal Bangunan Non-Engineered


20

Gambar 13. Kerusakan Tipikal Bangunan


21

Gambar 14. Kerusakan Tipikal Bangunan (Lanjutan Gambar 13.)


22

C. Sebab-sebab Kerusakan Bangunan Non-Engineered

Pada umumnya, kerusakan dan/atau robohnya dinding disebabkan

beban tegak lurus bidang dinding dan beban sejajar bidang dinding.

Namun demikian, penyebab utama kerusakan adalah akibat beban tegak

lurus bidang dinding. Di samping itu, kerusakan juga disebabkan oleh

mutu bahan yang rendah, mutu pengerjaan yang rendah, dan kurangnya

pemeliharaan.

1. Bangunan Tembokan Tanpa Perkuatan

Sebab-sebab kerusakan antara lain:

a. Relatif berat

b. Getas (tidak daktail)

c. Tidak kuat menahan tarikan yang terjadi akibat gaya gempa yang

bekerja di arah tegak lurus bidang dinding.

2. Bangunan Tembokan dengan Perkuatan

Sebab-sebab kerusakan antara lain:

a. Tidak ada jangkar untuk mengikat dinding dengan unsur-unsur

perkuatan.

b. Tidak ada unsur-unsur perkuatan untuk bidang dinding yang

luasnya ≥ 6m2 (Gambar 15.)

c. Detail penulangan yang tidak benar pada pertemuan unsur-unsur

perkuatan (Gambar 16.)


23

Gambar 15. Bangunan Tembokan dengan Perkuatan

Gambar 16. Detail Penulangan


24

d. Mutu beton kolom praktis, balok keliling, dan balok pondasi

sangat rendah.

1) Perbandingan campuran beton yang dianjurkan minimum

adalah 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.

2) Bahan pasir dan kerikil harus bersih dan pencampuran harus

dengan air secukupnya (1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : ½ air).

Air tidak boleh mengandung lumpur.

3) Pengecoran kolom praktis, balok keliling, dan balok pondasi

agar dilaksanakan secara berkesinambungan (dilarang

berhenti mengecor sepotong-sepotong)

Gambar 17. Campuran Beton Minimum

e. Diameter dan total luas penampang tulangan yang dipasang

terlalu kecil dan jarak sengkang yang dipasang terlalu besar

Yang dianjurkan adalah:

1) Untuk balok: tulangan atas dan tulangan bawah memanjang

minimum masing-masing 2ϕ10 mm. Sengkang terpasang

minimum ϕ8-150mm.
25

2) Untuk kolom: tulangan utama minimum 4ϕ10 mm. Sengkang

terpasang minimum ϕ8-150mm.

Gambar 18. Tulangan Minimum

D. Kategori Kerusakan

Kategori kerusakan saat gempa terjadi digolongkan ke beberapa

jenis antara lain:

1. Kategori 0: tidak rusak (T) (Gambar 19a.)

a. Kerusakan: tidak ada kerusakan.

b. Tindakan: tidak perlu ada tindakan.

2. Kategori I: ringan - non struktur (R) (Gambar 19b.)

a. Kerusakan: retak halus pada plesteran serpihan plesteran

berjatuhan mencakup luas yang terbatas. Retak halus adalah

retak dengan lebar celah lebih kecil dari 0.075cm.


26

b. Tindakan: bangunan tidak perlu dikosongkan, hanya diperlukan

perbaikan (repair) secara arsitektur.

3. Kategori II: ringan - struktur (R) (Gambar 19c.)

a. Kerusakan: retak kecil pada dinding, plesteran berjatuhan

mencakup luas bagian-bagian nonstruktur, seperti: lisplank, dsb.

Kemampuan memikul beban tidak banyak berkurang. Retak kecil

adalah retak dengan lebar celah tidak lebih dari 0.5cm

b. Tindakan: bangunan tidak perlu dikosongkan, diperlukan

perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar daya tahan

bangunan tetap terpelihara.

4. Kategori III: sedang (S) (Gambar 19d.)

a. Kerusakan: retak besar pada dinding; retak menyebar luas di

banyak tempat, seperti: pada dinding pemikul beban dan kolom.

Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah sebagian

berkurang. Retak besar adalah retak dengan lebar celah lebih

besar dari 0.5cm.

b. Tindakan: bangunan perlu dikosongkan dan boleh dihuni kembali

setelah dilakukan restorasi (restoration) dan perkuatan

(strengthening). Laksanakan restorasi komponen struktur yang

rusak dan kalau perlu dilakukan perkuatan untuk menahan beban

gempa. Setelah itu baru dilakukan perbaikan (repair) secara

arsitektur.
27

5. Kategori IV: berat (B) (Gambar 19e.)

a. Kerusakan: dinding pemikul beban terbelah dan roboh, kegagalan

komponenkomponen pengikat menyebabkan bangunan terpisah.

Kira-kira lebih dari 40% komponen struktur utama mengalami

kerusakan. Bangunan menjadi sangat berbahaya.

b. Tindakan: bangunan harus dikosongkan. Bangunan dapat

dirobohkan atau dilakukan restorasi dan perkuatan secara

menyeluruh sebelum dihuni kembali.

6. Kategori V: roboh (Gambar 19f.)

a. Kerusakan: sebagian besar atau seluruh bangunan roboh.

b. Tindakan: bersihkan lokasi, kumpulkan bahan yang masih dapat

dipakai dan bangun kembali.

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 19. Kategori Kerusakan (f)
28

E. Restrofitting (Perbaikan, Restorasi, Perkuatan)

Klasifikasi permasalahan gempa digolongkan menjadi beberapa

bagian antar lain:

1. Sebelum terjadi gempa

Bangunan yang lemah harus diperkuat agar tahan gempa. Survey

dilakukan dan kemudian dibuat analisanya.

2. Sesaat setelah terjadi gempa yang merusak

Segera pasang penyanggah sementara untuk menopang komponen

yang rusak berat dan mungkin dapat roboh. Setelah itu segera laksanakan

perbaikan darurat. Tindakan tersebut perlu agar bangunan dapat

berfungsi kembali dan tidak roboh akibat gempa susulan.

3. Setelah keadaan terkendali

Pada tahap ini harus dibedakan tindakan-tindakan retrofitting yang

akan dilakukan, yaitu: perbaikan (repair), restorasi (restoration) dan

perkuatan (strengthening).

Berikut adalah Pengertian dari Perbaikan, Restorasi dan Perkuatan

saat kerusakan pada gempa terjadi.

1. Perbaikan

Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan bentuk arsitektur

bangunan agar semua perlengkapan / peralatan dapat berfungsi kembali.

Perbaikan tidak ada kaitan dengan kekuatan struktur.


29

Tindakan-tindakan yang termasuk kategori ini meliputi:

a. Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dll.

b. Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca, dll.

c. Memperbaiki kabel-kabel listrik.

d. Memperbaiki pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.

e. Membangun kembali dinding-dinding pemisah, pagar.

f. Memplester kembali dinding-dinding

2. Restorasi

Tujuannya adalah untuk melakukan perbaikan pada komponen-

komponen struktur penahan beban dan mengembalikan kekuatan semula.

Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini:

a. Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke

dalam retak-retak kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban,

balok maupun kolom.

b. Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok, maupun

kolom yang mengalami retak besar kemudian diplester kembali.

c. Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan

menggantikannya dengan dinding baru dengan spesi yang lebih kuat

dan dijangkar pada portal.

d. Membongkar bagian kolom/balok yang rusak, memperbaiki

tulangannya, lalu dicor kembali.


30

3. Perkuatan

Tujuannya adalah membuat bangunan menjadi lebih kuat dari

kekuatan semula.

Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini:

a. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat

menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan di bagian-bagian

tertentu antara lain:

1) Penyebaran letak kolom yang tidak simetris

2) Penyebaran letak dinding yang tidak simetris

3) Beda kekakuan yang besar antara lantai yang satu dengan yang

lainnya

4) Bukaan-bukaan yang berlebihan

b. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat

semua komponen-komponen penahan beban satu dengan lainnya.

c. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara

memperbaiki, menambah, dan memasang tulangan sesuai dengan

detail-detail untuk mencapai daktilitas yang cukup.

d. Menambah daya tahan terhadap beban lateral, dengan jalan

menambah dinding, menambah kolom, dan lain-lain.


31

Berikut adalah langka-langkah untuk melakukan retrofitting:

Gambar 20. Langkah-Langkah Retrofitting

1. Menentukan secara sepasti mungkin bagaimana prilaku bangunan

kalau terkena gempa.


32

2. Buat analisa struktur tersebut dan buat perkiraan sebab-sebab

terjadinya kerusakan dan selanjutnya memastikan jalur-jalur gaya

(load path) pada waktu menahan goncangan gempa.

3. Pastikan apakah suatu komponen rusak karena geser, tekan, tarik,

lentur, penjangkaran, dll.

4. Segera setelah jenis kerusakan dapat ditentukan, perbaikan dan

restorasi komponen secara terpisah dapat dilaksanakan agar

kekuatan semula dapat dipulihkan.

5. Jika hasil analisa mengindikasikan bangunan dapat menahan gempa

yang mungkin terjadi berdasarkan peraturan mutakhir yang berlaku di

daerah tersebut, perkuatan tidak diperlukan.

6. Namun jika bangunan tidak dihitung atau dihitung dengan kekuatan

gempa yang lebih rendah dari yang ditentukan oleh peraturan

mutakhir, perkuatan diperlukan.

7. Setelah pelaksanaan perkuatan selesai, bangunan harus dianalisa

ulang untuk memastikan bangunan tahan gempa sesuai perkuatan

yang dibuat.
33

F. Cara Perkuatan dan Perbaikan Bangunan Ruko Beton Bertulang

Umumnya kerusakan yang terjadi pada bangunan ruko beton

bertulang adalah kerusakan pada kolom lantai bawah, yaitu kerusakan

pada bagian atas kolom maupun bagian bawah kolom. Struktur lantai atas

tidak mengalami kerusakan yang berarti.

Sebab-sebab kerusakan ruko beton bertulang antara lain sebagai

berikut:

1. Adanya perbedaan massa dan kekakuan antara lantai atas dan lantai

bawah. Lantai atas jauh lebih berat dan kaku dibandingkan lantai

bawah sehingga pada waktu terjadi gempa, kolom dan dinding-

dinding tepi lantai bawah tidak cukup kuat menahan guncangan lantai

di atasnya (detail A).

2. Sambungan antara kolom lantai bawah dengan balok lantai atas

kurang kaku (detail B).

3. Hubungan antara kolom yang satu dengan kolom yang lain tidak

menjadi satu kesatuan yang kaku, tidak ada balok pengikat / balok

pondasi (detail C).

4. Karena tidak ada balok pondasi/balok pengikat, maka hubungan

antara kolom dengan pondasi menjadi tidak kaku (detail C).

5. Tidak ada balok praktis dan kolom praktis untuk bidang dinding yang

2 luasnya > 6m2


34

Gambar 21. Sebab-sebab Kerusakan Ruko

Cara mengatasi ruko beton bertulang yang akan roboh:

1. Pasang penunjang vertikal sementara berupa rangka kayu. Pada

waktu ditarik dengan chain block, kolom-kolom pada lantai bawah


35

pada arah tegak lurus tarikan chain block diikat satu sama lain

(dirangkai) dengan rangka kayu 6/12cm seperti terlihat pada gambar

II di atas. Hal ini bertujuan agar pada waktu ditarik, bangunan dapat

bergerak bersamaan.

Gambar 22. Pemasangan Penunjang Vertikal

2. Kolom beton yang rusak dibongkar. Jika tulangan kolom masih utuh,

maka tulangan tersebut harus dirapikan dan digunakan kembali.

Tulangan kolom baru minimum 4ϕ16mm, disesuaikan dengan derajat

kegempaan setempat. Sengkang dipasang setiap jarak 100mm

sampai batas 40d dari ujung kolom. Bagian tengah kolom dipasang

sengkang dengan jarak 150mm. Tulangan kolom di batas antara

bagian kolom yang dibongkar dan bagian yang tidak dibongkar harus
36

dirapikan. Demikian juga dengan bagian balok yang dibobok. Balok

pondasi (balok pengikat) harus dibuat sebelum kolom dicor.

Gambar 23. Membongkar Beton yang Rusak

3. Kalau kolom tidak dapat ditarik/dibuat tegak lurus, maka kolom yang

rusak / miring dibongkar. Setelah itu, buat pondasi baru yang

memadai untuk menahan kolom tsb. Pondasi yang baru

disambungkan ke pondasi yang lama.

Gambar 24. Menyambung Pondasi Lama dan Pondasi Baru


37

4. Sebelum kolom baru dicor, bekisting dan tulangan yang diperlukan

untuk kolom baru harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kolom dicor

dengan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil ditambah dengan

air secukupnya. Setelah 3 hari, bekisiting boleh dibongkar. Setelah

semua kolom selesai dicor, rangka penunjang dapat dibongkar

minimum 14 hari kemudian

Gambar 25. Hasil Kolom Setelah Perbaikan


37

Gambar 26. Detail Tulangan dari Perbaikan Kolom


38

Gambar 27. Detail Tulangan dari Perbaikan Kolom (Lanjutan Gambar 26.)
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penulis pada perbaikan dan

perkuatan rumah sederhana akibat gempa, penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbaikan dan perkuatan elemen struktur bangunan yang rusak oleh

gempa dilakukan dengan cara antara lain : perbaikan dinding retak

dengan metode plesteran yang diperkuat kawat, melapisi elemen

struktur bangunan dengan lapisan beton baru, penambahan tulangan

dan lapisan beton pada elemen balok, kolom dan pelat, pembuatan

jangkar pada setiap 6 lapis bata dan pembuatan kolom praktis pada

dinding roboh serta perbaikan dan perkuatan pada rangka atap dan

plafon.

2. Material yang digunakan pada perbaikan dan perkuatan bangunan

sederhana akibat gempa adalah material yang mudah ditemukan atau

material yang umum dipakai pada pelaksanaan pekerjaan bangunan.

Seperti beton, batu bata, baja tulangan, serta bahan kimia (epoxy)

untuk mempercepat pekerjaan.


DAFTAR PUSTAKA

Sulendra, K. 2005 Kerusakan Akibat Gempa Dan Metode Perbaikan

Elemen Struktur Pasca Gempa (Online), (https://www.neliti.com/id/

publications/222280/kerusakan-akibat-gempa-dan-metode-perbaikan-

elemen-struktur-pasca-gempa, diakses 19 Juni 2020).

Tjitradi, D. 2018 Penyelidikan Dan Perbaikan Bangunan Miring (Studi

Kasus Struktur Bangunan Rumah Tinggal Di Kotabaru) (Online),

(https://

www.academia.edu/39960256/Penyelidikan_dan_Perbaikan_Bangunan_

Miring_Studi_Kasus_Struktur_Bangunan_Rumah_Tinggal_di_Kotabaru_,

diakses 19 Juni 2020).

Hadibroto, B. 2018 Perbaikan Dan Perkuatan Bangunan Sederhana

Akibat Gempa (Online), (https://jurnal. unimed.ac.id/2012/ index. php/eb

/article /viewFile/10044/9079 , diakses 19 Juni 2020).

Boen, T. 2018 Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak

Akibat Gempa Bumi (Online),

(https://www.academia.edu/37967175/CARA_

MEMPERBAIKI_BANGUNAN_SEDERHANA_YANG_RUSAK_AKIBAT_G

EMPA_BUMI, diakses 19 Juni 2020).


49

Anda mungkin juga menyukai