Anda di halaman 1dari 21

KERETAKAN DAN DEFORMASI PADA BETON

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas


kelompok pada mata kuliah Teknik Konstuksi Beton

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ir. Harry Kurniawan, S.T., M.T., IPM.,
ACPE

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Ridwan Irwansyah (211070019)
2. Deva Ade Setiawan (211070021)
3. Bagas Yoga Winarko (211070022)
4. Fendri Dhesvarianniko (211070023)
5. Ferdiansyah Gusti Perdana (212070024)
6. Istiqomah Khoirunnisa (211070025)

PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN BATAM
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 3
BAB 1............................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................. 5
BAB 2............................................................................................................................................................. 6
2.1 JENIS JENIS RETAKAN........................................................................................................... 6
2.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON.........................11
2.3 PENGARUH POROSITAS TERHADAP KEKUATAN BETON.....................................18
BAB 3........................................................................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................................................................... 20
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................... 20
3.2 SARAN...................................................................................................................................... 20

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur dan terimakasih kehadirat Allah SWT dan
dengan rahmat dan karunianya, makalah Keretakan dan Deformasi Pada Beton ini
dapat kami buat sebagai tugas kelompok kami.Terimakasih juga kami ucapkan
kepada Bapak Ir. Harry Kurniawan, S.T., M.T., IPM., ACPE selaku dosen Teknik
Bahan Konstruksi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan yang mempercayakan
kami untuk menyelesaikan tugas kelompok ini sebagai bahan pembelajaran kami
dengan harapan dapat di terima dan di pahami bersama.
Dalam batas-batas tertentu makalah ini membahas tentang makalah Keretakan
dan Deformasi Pada Beton. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya dan
mendapatkan berbagai informasi dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat mengevaluasi makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Keretakan
dan Deformasi Pada Beton dapat memberikan manfaat maupun inspirasi dan
informasi terhadap pembaca.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retak menjadi jenis kerusakan yang paling umum pada struktur beton
bertulang ataupun beton pratekan. Retak yang terjadi bisa saja berupa retak
halus yang kemudian hari akan tampak seperti retak susut. Retak yang terlihat
secara visual biasanya retak dengan lebar sekitar 0,1 mm atau lebih lebar,
yang berupa retak menerus atau berbentuk pola tertentu yang dapat dipetakan
dan dimensinya yang dapat dideteksi kedalaman dan penyebarannya. Retak
halus seringkali akan terlihat pada waktu beton basah dan permukaannya
mengering, tetapi secara umum hal ini tidak terlihat secara nyata. Retak yang
terlihat secara kasat mata yaitu retak dengan lebar sekitar 0,1 mm atau lebih,
dan bentuknya dapat memanjang atau berbentuk suatu pola tertentu yang
dimensi serta distribusi dan penetrasinya tercatat. Peralatan crackmeter dapat
mengidentifikasi lebar retak yang ada sedangkan kedalaman retak dapat
diperiksa dengan Test UPV (Ultra Pulse Velocity).
Retak tersebut dapat diberi tanda dengan kapur atau spidol dengan
warna yang mencolok, sehingga mudah dideteksi perkembangannya dan
mudah dideteksi pada pemeriksaan berikutnya. Retak tidak selalu
membahayakan terhadap kinerja struktur Beton akan retak pada daerah tarik,
sebelum baja tulangan mengambil alih tegangan tarik yang terjadi, dan hal ini
sudah harus diperhitungkan pada waktu perancangan (in design) sesuai
dengan peraturan tentang beton yang berlaku. Apabila lebar retak lebih besar
dibandingkan dengan batasan dalam perancangan, umumnya tebal selimut
beton yang kurang dapat mengakibatkan terjadinya retak. Karena kurangnya
proteksi terhadap baja tulangan.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Jenis – jenis keretakan
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan beton
c. Pengaruh porositas terhadap kekuatan beton

1.3 Tujuan Penulisan


a. Memahami jenis – jenis retakan yang ada
b. Memahami faktor faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan beton
c. Mengetahui pengaruh porositas terhadap kekuatan beton
1.4 Manfaat Penulisan
a. Untuk mengetahui jenis jenis keretakan yang ada pada dinding dan beton
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kekuatan beton agar dapat
di temukan solusi untuk mengurangi keretakan beton
c. Untuk mengetahui pengaruh porositas beton yang mempengaruhi
kekuatan beton

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 JENIS JENIS RETAKAN


Retakan pada dinding bangunan memiliki 3 jenis retakan yaitu, retakan Tarik,
retakan tekan serta retakan susut. Dari jenis-jenis retakan tersebut masing-masing
memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda beserta daya rusak yang berbeda hingga
penanganan nya, apa sajakah retakan-retakan tersebut berikut merupakan jenis-jenis
retakan:
a. RETAKAN TARIK
Retakan Tarik merupakan sebuah retakan yang diakibatkan oleh
penurunan permukaan tanah, penurunan tanah tersebut biasanya menarik
konstruksi bangunan yang berada pada permukaan tanah, hingga
mengakibatkan penurunan konstruksi/pergeseran konstruksi bangunan, dalam
kasus penurunan permukaan tanah biasanya berdampak ringan apabila
penurunan yang terjadi secara serentak namun apabila penurunan permukaan
tanah hanya terjadi pada dititik tertentu, keretakan Tarik dapat menimbulkan
kerusakan yang fatal.
Kerusakan tertentu, yang diakibatkan oleh penurunan permukaan
tanah berbeda pada bangunan akan dapat mengakibatkan keretakan yang besar
dan lebar pada dinding bangunan, dan cukup membahayakan bagi pemilik
bangunan apabila tidak ditangani dan dibiarkan.

GAMBAR 2.1 Retakan


Tarik
6
b. RETAKAN TEKAN
Retakan tekan yaitu sebuah retakan yang diakibatkan oleh
pembebanan atau beban yang terlalu berat hingga struktur bangunan tidak
kuat untuk menahan beban tersebut, beban tersebut biasanya berada pada atas,
beban berat yang diterima oleh struktur bangunan juga dapat diakibatkan oleh
kolom ringbalk pada saat menyalurkan berat secara merata, fungsi ringbalk
sendiri digunakan sebagai penyaluran beban pada bagian atas agar dapat
menyalurkan beban secara merata, retakan tekan juga biasanya akan mudah
dideteksi ketika sudah memunculkan retakan yang cenderung lurus vertical.

Dalam penanganan retakan tekan biasanya ditangani dengan


menambah jumlah kolom ringbalk,apabila kendala yang terjadi pada ringbalk
yang tidak memiliki daya kuat yang cukup

GAMBAR 2.2
Retakan Tekan

c. RETAKAN SUSUT
Retakan susut merupakan salah satu jenis retakan pada bangunan yang
tidak memiliki daya rusak pada struktur bangunan yang cukup besar, hingga
keretakan pada dinding pada jenis retakan ini lebih mudah ditangani, sebab
tidaklah memerlukan biaya perbaikan yang cukup tinggi, namun dalam
retakan susut ini juga memiliki 2 jenis retakan susut yang berbeda
diantaranya:
7
1. Retakan susut plastis
Retakan susut terjadi akibat adanya persimpangan antara material yang
berbeda.
2. Retakan susut kering
Retakan susut kering merupakan keretakan yang terjadi akibat banyak nya
kandungan semen pada dinding serta akibat plesteran yang cukup tebal pada
dinding.

GAMBAR 2.3 Retakan


Susut

Retakan selanjutnya adalah retak mikro. Retak mikro sendiri merupakan retak
yang terjadi pada fase pengerasan beton dan memiliki ukuran yang sangatlah kecil
sehingga sulit dideteksi. Agar dapat mendeteksi dan mengetahui keretakan hingga
ukuran mikro  yaitu menggunakan alat Ultrasonic Flaw Detector. Berikut beberapa
jenis retak pada beton secara umum :
1. Retak Plastis Akibat Penyusutan
Umumnya, retakan jenis ini terjadi 1 hingga 8 jam setelah proses penempatan beton.
Hal yang menyebabkan permukaan beton bisa menyusut adalah ketika beton dengan
sangat cepat mengalami kehilangan air karena faktor udara, suhu beton, kelembaban
dan kecepatan angin di permukaan beton yang menyebabkan air menguap dari
permukaan beton. 
Sedangkan beton yang tidak mengalami bleeding akan menyusut karena tahanan yang

8
diberikan oleh beton di bawah lapisan permukaan yang mengering. Setelah itu
tegangan tarik berkembang di beton yang lemah dan mengakibatkan terjadinya retak
– retak dangkal dengan berbagai kedalaman yang bisa membentuk retak secara acak
dengan bentuk poligon.
2. Retak Plastis Akibat Penurunan
Selama periode setelah pengecoran, penggetaran hingga beton selesai dicor,
kemudian beton yang memiliki kecenderungan untuk terus mampat ini mungkin
beton plastis ditahan oleh tulangan.
Sedangkan untuk beton keras akan di bekisting atau ditempatkan lebih dahulu,
perletakan setempat ini bisa menyebabkan retak di atas tulangan dan rongga di bawah
tulangan.
Retak plastis akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya nilai slump,
meningkatnya diameter tulangan, berkurangnya selimut beton dan penurunan ketika
berhubungan dengan tulangan
3. Drying Shrinkage Cracking
Proses pengeringan yang akan menghilangkan kadar air dari campuran semen dan
menyebabkan susut hingga 1%. Akan tetapi,  partikel agregat memberikan tahanan
internal yang mereduksi besarnya perubahan volume sekitar 0,06% sehingga menjadi
nilai keuntungan tersendiri.
Karakteristik dari beton yaitu beton cenderung mengembang ketika dibasahi dan
peningkatan volume dapat sebanding dengan besarnya penyusutan beton dan hal itu
menyebabkan perubahan volume akibat perubahan kadar air ini.
Beton tidak akan retak apabila susut pada beton dapat terjadi tanpa batasan, hal itu
dikarenakan kombinasi dari susut dan batasan yang diberikan oleh bagian lain bisa
dari struktur, dari tanah dasar atau dari kelembaban interior beton itu sendiri. Hal ini
pula yang menyebabkan berkembangnya tegangan – tegangan tarik dan beton akan
retak ketika batasan tegangan tarik dari material sudah melewati batas maka beton.
4. Concrete Crazing
Crazing adalah pengembangan jaringan retak celah atau retak acak halus pada
9
permukaan beton. Retak jenis ini biasanya tidak lebih dalam dari 3 mm dan lebih
terlihat pada permukaan yang tergenang secara berlebihan. Jenis retak ini juga 
disebabkan oleh penyusutan lapisan permukaan.
Umumnya, retak ini terjadi sehari setelah pengecoran atau pada saat beton berusia
dini dan biasanya tidak mudah terlihat sampai permukaan telah dibasahi dan mulai
kering atau mengeras. Retak jenis ini juga tidak berbahaya karena tidak
mempengaruhi struktur bangunan, namun menjadi tidak enak dipandang.
5. Thermal Cracking
Struktur beton dapat mengalami perbedaan suhu disebabkan oleh kondisi cuaca yang
dingin, panas dari suatu bagian struktur yang berubah dan oleh bagian dari struktur
kehilangan panas hidrasi pada tingkat yang berbeda.
Retak yang ditimbulkan akibat perbedaan suhu ini yang menghasilkan perubahan
volume yang berbeda – beda. Karena pembebasan panas selama hidrasi semen atau
pendinginan yang lebih cepat antara eksterior ke interior juga menyebabkan
perubahan suhu yang terjadi oleh salah satu pusat beton lebih panas dari bagian luar.
Dari kedua kasus tersebut bisa menyebabkan tegangan tarik pada eksterior dan
apabila kekuatan tarik terlampaui, maka akan menimbulkan retak jenis thermal
cracking ini.
6. Cracking due to Chemical Reaction
Kerusakan akibat reaksi kimia bisa menyebabkan retak pada beton. Reaksi ini
mungkin juga terjadi karena bahan yang dipakai untuk membuat beton atau material
lain yang bertemu dengan beton setelah beton kering. 
Akibat reaksi ekspansif yang berkembang secara perlahan antara agregat yang
mengandung silika aktif dan basa, beton dapat pecah seiring dengan waktu. Silika
aktif dan basa ini dapat berasal dari hidrasi semen, admixture atau sumber eksternal
seperti alkaline, air tanah, air curing yang dipakai atau ditaruh pada permukaan beton
yang sudah kering.

10
2.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON
Beton merupakan suatu bahan komposit yang dihasilkan dari pencampuran
bahan-bahan agregat halus, agregat kasar, air, semen atau bahan lain yang berfungsi
sebagai bahan pengikat hidrolis, dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.
Beton polos memiliki kekuatan tekan yang tinggi dibandingkan dengan kekuatan
tariknya. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam
kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh
pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan agregat halus, air.

Kuat tarik beton biasanya 8% - 15 % dari kuat tekan beton. Kuat tekan tarik
adalah suatu sifat yang penting yang mempengaruhi perambatan dan ukuran retak di
dalam struktur. Pada umumnya nilai kuat tekan dan tarik beton tidak berbanding
lurus, setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil
nilai kuat tariknya.
Benda uji yang digunakan untuk kuat tekan berbentuk silinder dengan tinggi
30 cm dan diameter 15 cm.

Gambar 2.4 Ukuran Benda Uji Tekan


Beton
11
Pada dasarnya, kuat tekan beton menjadi sifat yang paling penting dalam
kualitas beton dibandingkan dengan sifat lainnya. Hal ini karena banyak sifat-sifat
fisik utama beton bisa ditentukan dari berbagai kuat tekan beton seperti kuat geser
beton, modulus elastisitas beton, kuat tarik belah beton, syarat kedap air, syarat
keawetan beton dan lain sebagainya. Ada berbagai faktor yang juga dapat
mempengaruhi kekuatan beton, beberapa factor tsb dijelaskan di bawah ini:
a.Rasio Air / Semen
Rasio berat air dengan berat semen disebut rasio Air / Semen. Ini adalah
faktor paling penting untuk mendapatkan kekuatan beton. Rasio w / c (water /
cement) yang lebih rendah menyebabkan kekuatan beton yang lebih tinggi. Secara
umum, rasio air / semen yang digunakan adalah 0,45-0,60. Air yang terlalu banyak
menyebabkan pemisahan dan kekosongan pada beton atau yang biasa disebut
Bleeding Pada Beton. Rasio Air / Semen berbanding terbalik dengan kekuatan beton.
Seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini ketika rasio w / c meningkat
kekuatan beton akan menurun dan ketika rasio w / c menurun maka kekuatan beton
meningkat. Lihat juga : Pentingnya Water Cement Ratio Pada Beton.

12
GAMBAR 2.5 Grafik water – cement ratio dan pengaruh
pemadatan beton

b.Pemadatan Beton
Pemadatan beton meningkatkan kerapatan beton karena itu adalah proses di
mana rongga udara dihilangkan dari beton yang baru dituang yang membuat beton
padat. Kehadiran rongga udara dalam beton sangat mengurangi kekuatannya. Sekitar
5% rongga udara dapat mengurangi kekuatan sebesar 30 hingga 40%. Seperti yang
dapat kita lihat pada grafik di atas, bahkan pada rasio air / semen yang sama berbeda
dengan akurasi pemadatan yang berbeda. Pada beton yang dipadatkan secara merata,
kekuatannya lebih tinggi dari beton yang dipadatkan tetapi tidak merata. Oleh karena
itu gunakan mesin vibrator saat pengecoran berlangsung.
Penggunaan vibrator untuk pemadatan beton saat pengecoran akan berpengaruh lebih
baik terhadap kepadatan dan kuat tekan beton.

13
GAMBAR 2.6 Pengecoran
Beton

c.Bahan Beton
Bahan utama beton adalah semen, pasir, agregat dan air. Kualitas setiap bahan
mempengaruhi kekuatan beton. Semua bahan,oleh karena itu, harus memenuhi
kriteria standar untuk digunakan dalam beton seperti :
1. Jenis dan Jumlah Semen
Jumlah semen sangat mempengaruhi kekuatan beton. Kandungan semen yang lebih
tinggi meningkatkan kecenderungan retak susut ketika beton dirawat dan mengering.
Jenis semen juga memiliki dampak besar pada sifat-sifat beton ketika sudah
mengering. Menurut IS 456 2000, kadar semen minimum yang ditentukan berkisar
dari 300 hingga 360 kg per meter kubik beton untuk berbagai kondisi paparan dan
untuk berbagai tingkatan beton. Kadar semen maksimum dalam beton juga dibatasi
hingga 450 kg per meter kubik beton. Grade semen – yaitu 33 grade, 43 grade, 53
grade juga akan mempengaruhi kekuatan beton. Semakin tinggi grade, semakin tinggi
kekuatan khususnya kekuatan awal yang tinggi.
2. Jenis dan Jumlah Agregat
Kekuatan beton tergantung pada kekuatan agregat. Kualitas agregat yang
rendah mengurangi kekuatan beton. Jumlah agregat juga mempengaruhi sifat-sifat
14
beton ketika sudah mengering. Pada kadar semen yang konstan, jumlah agregat yang
lebih tinggi mengurangi kekuatan beton. Bentuk dan gradasi agregat memainkan
peran utama sejauh kekuatan beton diperhatikan.
3. Kualitas Air
Kualitas air memainkan peran penting dalam proses pengaturan dan
pengerasan beton. Asam, berminyak, berlumpur, dan air laut tidak boleh digunakan
dalam campuran beton. Kotoran air memberikan efek buruk pada kekuatan beton.
Oleh karena itu, air yang dapat diminum selalu digunakan dalam campuran beton. Air
yang tidak murni dapat menyebabkan korosi, karbonasi atau serangan asam, oleh
karena itu, mengurangi umur beton.

GAMBAR 2.7 Komposisi


Beton

d. Perawatan Beton (Curing Beton)


Perawatan beton (curing beton) mempengaruhi kekuatan beton
Curing beton (perawatan beton) adalah waktu yang paling penting untuk mencegah
penyusutan plastis, kontrol suhu, pengembangan kekuatan dan daya tahan beton saat
sudah mengering. Curing beton memberikan kelembaban dan suhu yang diinginkan
pada kedalaman dan dekat permukaan setelah penuangan dan finishing beton untuk
pengembangan kekuatan.

15
Dengan kata lain, curing beton menyediakan air yang cukup untuk beton
untuk menyelesaikan proses hidrasi tanpa gangguan yang berarti untuk tujuan
pengembangan kekuatan beton. Umumnya curing beton berlangsung 7 hari sesuai
dengan 70% dari kuat tekan. Masa curing tergantung pada jenis semen dan sifat
pekerjaan. Secara umum, curing beton berlangsung sekitar 7 hingga 30 hari untuk
Semen Portland Biasa. Ada banyak metode curing beton seperti Ponding atau
perendaman, Penyemprotan dan fogging atau dengan penutupan menggunakan
karung basah jenuh dll.
Oleh karena itu harap diingat, gunakan air sesedikit mungkin selama pencampuran
beton dan gunakan sebanyak mungkin setelah beton mengeras (mengering).

GAMBAR 2.8 Perawatan Beton

5. Bentuk Agregat
Ada banyak bentuk agregat seperti sudut, kubik, memanjang, memanjang dan
bersisik, bersisik, tidak teratur dan bulat. Agregat sudut bertekstur kasar, dan agregat
bulat bertekstur halus. Dengan demikian, agregat bulat, menciptakan masalah
kurangnya ikatan antara pasta semen dan agregat. Agregat sudut memberikan efek

16
interlocking yang lebih baik dalam beton, tetapi agregat sudut mengandung jumlah
rongga yang lebih besar. Untuk ini, Anda membutuhkan agregat dengan grading yang
baik. Bentuk agregat menjadi lebih penting saat membuat beton bermutu tinggi dan
GAMBAR 2.9 Bentuk
berkinerja tinggi di mana rasio w /Agregat
c yang sangat rendah digunakan. Dalam kasus
tersebut, agregat bentuk kubik dengan gradasi seragam diperlukan untuk kemampuan
kerja yang lebih baik.
6. Ukuran Maksimum Agregat
Agregat yang berukuran lebih besar memberikan kekuatan yang lebih rendah
karena mereka memiliki luas permukaan yang lebih rendah untuk pengembangan
ikatan gel yang bertanggung jawab untuk kekuatan.Ukuran agregat yang lebih besar
membuat beton menjadi heterogen. Itu tidak akan mendistribusikan pemuatan secara
seragam ketika ditekan. Karena pendarahan internal, masalah pengembangan
microcracks di beton terjadi ketika agregat dengan ukuran yang lebih besar digunakan
dalam beton.

7. Grading Agregat
Grading agregat menentukan distribusi ukuran partikel agregat. Itu adalah
faktor terpenting untuk campuran beton. Ada tiga jenis agregat bertingkat : Gap
Agregat Bertingkat, Agregat bertingkat buruk dan Agregat bertingkat baik.
Agregat bertingkat baik mengandung semua ukuran partikel agregat. Sehingga,

GAMBAR 2.10 Tipe Grading Agregat

17
mereka memiliki jumlah rongga yang lebih sedikit. Penggunaan agregat bergradasi
baik memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada beton. Agregat bertingkat baik
mengandung semua ukuran partikel agregat. Sehingga, mereka memiliki jumlah
rongga yang lebih sedikit. Penggunaan agregat bergradasi baik memberikan kekuatan
yang lebih tinggi pada beton.
8. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca juga mempengaruhi kekuatan beton karena berbagai alasan.
Dalam iklim dingin, beton eksterior mengalami aksi pembekuan dan pencairan
berulang-ulang karena perubahan cuaca yang tiba-tiba. Hal ini menghasilkan
kerusakan beton. Dengan perubahan kadar air, bahan meluas dan berkontraksi. Hal
tsb menghasilkan retakan pada beton.
9. Suhu
Dengan tingkat kenaikan suhu tertentu, laju proses hidrasi meningkat di
dalamnya, sehingga mendapatkan kekuatan dengan cepat. Perubahan suhu yang tiba-
tiba menciptakan gradien termal, yang menyebabkan keretakan dan spalling
beton.Sehingga, kekuatan akhir beton lebih rendah pada suhu yang sangat tinggi.
10. Tingkat Pembebanan
Kekuatan beton meningkat dengan meningkatnya laju pembebanan karena
pada laju pembebanan yang tinggi, ada sedikit waktu untuk merayap. Creep
menghasilkan deformasi permanen pada struktur pada pembebanan konstan.
Sehingga, kegagalan terjadi pada batas nilai regangan daripada tegangan. Dalam
pemuatan cepat, resistensi beban lebih baik daripada pemuatan lambat.
11. Umur Beton
Dengan bertambahnya usia beton, tingkat hidrasi akan lebih. Proses hidrasi
adalah reaksi kimia air dan semen. Hidrasi menghasilkan gel yang memainkan peran
penting dalam pengikatan partikel bahan beton. Oleh karena itu, kekuatan beton
meningkat seiring bertambahnya usia. Biasanya, kekuatan beton menjadi dua kali
lipat setelah 11 tahun asalkan tidak ada faktor yang merugikan.

18
2.3 PENGARUH POROSITAS TERHADAP KEKUATAN BETON
Secara teoritik hubungan atau korelasi antara porositas terhadap kuat tekan
beton yaitu semakin besar porositas pada benda uji maka semakin rendah
kekuatannya. Penelitian terhadap porositas lebih didasarkan dari segi keawetan
dan kekuatan beton itu sendiri. Peningkatan persentase porositas memiliki
keterkaitan terhadap penurunan kuat tekan maupun kuat tarik beton.
Porositas beton adalah tingkatan yang menggambarkan kepadatan konstruksi
beton. Porositas ini berhubungan erat dengan permeabilitas beton. Porositas
merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton terhadap volume
benda (volume total beton). Ruang pori pada beton umumnya terjadi akibat
kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang
berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai
slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap
lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka semakin
besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar porositas beton,
maka kekuatan beton akan semakin kecil.
Pengujian kuat tekan beton mengacu pada SNI 03-1974-1990. Prosedur
pengujian melalui tahapan sebagai berikut:
 Benda uji ditetakkan sentris pada mesin tekan.
 Mesin tekan dijalankan dengan penambahan beban antara 2 sampai 4
kg/cm2 per detik.
 Pembebanan dilakukan sampai benda uji hancur.
 Beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat
 Kuat tekan beton dihitung dari besarnya beban persatuan luas.
Pengujian porositas beton melalui tahapan sebagai berikut:
 Benda uji diletakkan di bagian bawah alat uji porositas yang berdiameter
15 cm.
 Ujung atasnya dimasukan pipa berdiameter 15 cm dengan panjang 1

19
meter, pada sambungan diberi plester agar tidak bocor.
 Pipa diisi air setinggi benda uji, pipa penghubung yang satunya
berdiameter 8 cm ditutup.
 Pipa diisi air setinggi 1 meter penuh, kemudian penutup pipa diameter 8
cm dilepas, sehingga air mengalir dari dalam pipa menembus beton’
 Waktu yang diperlukan air untuk menembus beton sampai air berkurang
50 cm yang telah diberi tanda dicatat.
 Debit dihitung dari besarnya air yang berkurang dibagi waktu.
Porositas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekedapan dan
keawetan beton. Beton yang memiliki nilai porositas minimum akan lebih awet
dibandingkan dengan beton yang memiliki nilai porositas tinggi, karena porositas
yang minimum akan memperkecil kemungkinan beton terkontaminasi oleh
lingkungan luarnya terutama oleh lingkungan yang agresif.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Porositas sangat mempengaruhi kuat tekan beton semakin besar
porositas maka semakin rendah kekuatannya.
2. Penggunaan air, semen, agregat sangat mempengaruhi kekuatan beton,
Perubahan suhu sekitar juga sangat mempengaruhi hasil dari beton
karena perubahan suhu yang secara tiba tiba akan dapat menyebabkan
keretakan pada beton.
3.2 SARAN
Menurut kami, untuk kedepannya sebaiknya dilakukan lebih banyak
penelitian tentang keretakan dan porositas pada beton agar kedepannya beton yang
digunakan lebih baik dari segi kualitas dan lebih tahan lama. Beton dengan kualitas
20
yang bagus dan tahan lama akan lebih hemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan
biaya perbaikan dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://eticon.co.id/retak-pada-bangunan/
2. https://novotest.id/jenis-retak-pada-beton/
3. https://solusibetonreadymix.com/blog/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kuat-tekan-beton/
4. https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/671/kuat-tekan-beton
5. https://sementigaroda.com/read/20150727/81/faktor-yang-mempengaruhi-
kekuatan-konstruksi-beton
6. http://suriatiabdmuin.blogspot.com/2013/06/korelasi-antara-porositas-
terhadap-kuat.html

21

Anda mungkin juga menyukai