Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

DESAIN PONDASI 1

OLEH :

NAMA : RISA YANUARTI


NIM : 21180119
SEMESTER / KELAS : 3 / A2
PRODI : TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2023
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam Laporan ini kami akan
membahas mengenai “DESAIN PONDASI I”. Laporan ini penulis buat untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Desain Pondasi.

Makalah ini telah dibuat agar kita semua mengetahui dan memahami apa itu
Desain Pondasi dan Perhitungannya.

Kami Ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen


Pembimbing Mata Kuliah Desain Pondasi yakni Bpk Yorizal Putra, ST.MT.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan Laporan ini.

Kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
terutama untuk kami sendiri selaku penulis Laporan. Kami menyadari bahwa
Laporan ini masih jauh dalam kata sempurna, oleh karena itu disini kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan pada Laporan ini.

Bukittinggi, Januari 2023

( PENULIS )
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................i

Daftar Isi ...........................................................................................................ii

Bab I. Pedahuluan .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................1

1.3 Tujuan dan Manfaat ...........................................................................2

Bab II. Landasan Teori ......................................................................................3

Bab III. Perhitungan ..........................................................................................34

Bab IV. Penutup ................................................................................................36

5.1 Kesimpulan ........................................................................................36

5.2 Saran ..................................................................................................37


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu bangunan tentunya tidak akan berdiri tanpa adanya suatu


pondasi. Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling penting pada
bangunan. Karena Pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban
baik beban hidup atau pun beban mati yang berada di atasnya dan gaya-
gaya dari luar.

Pondasi merupakan bagian dari struktur bawah (sub structure),


mempunyai peranan penting dalam memikul beban struktur atas sebagai
akibat dari adanya gaya-gaya yang terjadi pada struktur atas (upper
structure) seperti gaya angin, gaya gempa maupun berat struktur itu
sendiri. Struktur bawah secara umum terdiri atas 2 tipe pondasi yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal pada umumnya
cukup memadai untuk konstruksi beban ringan dengan lapisan tanah
yang cukup baik, sedangkan untuk pondasi dalam dapat dikategorikan
berdasarkan besarnya perpindahan (displacements) pada struktur yang
ditopangnya yaitu large-displacement, small-displacement, dan non-
displacement.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu pondasi?
2) Apa saja fungsi dari pondasi?
3) Bagaimana prinsip kerja pondasi?
4) Apa saja faktor pemilihan pondasi?
5) Apa saja bahan-bahan untuk membuat pondasi?
6) Apa saja jenis-jenis pondasi?
7) Bagaimana pengaruh tanah terhadap pondasi?
1.3 Tujuan Dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang dibahas pada Laporan Tugas besar ini adalah :
1. Mendeskripsikan tahapan yang harus ada dalam pembangunan
rumah tinggal
2. Menganalisis Secara umum dan terperinci mengenai pondasi
bangunan
3. Mengetahui berapa beban kerja pada struktur atas yang akan
diteruskan kepondasi.
4. Mengetahui berapa besar daya dukung tiang pancang.
5. Mengetahui penurunan yang terjadi pada tiang pancang.
6. Mengetahui berapa dimensi dan penulangan pondasi.
1.3.2 Manfaat

Manfaat Bagi Pembaca :

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan Laporan Tugas besar ini


adalah sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui tahapan dalam pembangunan rumah
tinggal
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami teori mengenai pondasi
bangunan
3. Pembaca dapat mengimplementasikan teori,konsep dan langkah
langkah dalam pembuatan pondasi bangunan.
4. Guna memberikan manfaat dan menambah wawasan dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut di bidang Geoteknik
terutama pada penjelasan penurunan pondasi pada tanah-tanah
bermasalah.
5. Dapat mengetahui atau memberikan contoh cara perhitungan
struktur bangunan bawah gedung.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pondasi
2.1.1 Pengertian Pondasi
Pondasi ialah bagian dari satu system rekayasa yang meneruskan beban yang di
topang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak
dibawahnya. Tegangan-tegangan tanah yang dihasilkan kecuali pada permukaan tanah
merupakan tambahan kepada beban-beban yang sudah ada dalam masa tanah dari bobot
sendiri bahan dan sejarah geologisnya.
Struktur atas merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menjelaskan bagian-
bagian dari system rekayasa yang membawa beban kepada pondasi atau struktur
dibawahnya. Istilah struktur atas mempunyai arti khusus untuk bangunanbangunan dan
jembatan-jembatan, akan tetapi, pondasi tersebut dapat juga hanya menopang mesin-
mesin, mendukung peralatan industrial (pipa, manara, tangka), bertindak sebagai alas atau
papan iklan dan sejenisnya. Karena sebab inilah maka lebih baik menggambarkan
pondasi sebagai bagian dari satu system rekayasa pendukung beban yang mempunyai
bidang antara (interfacing) terhadap tanah (Joseph E. Bowles, 1997: 1).

2.1.2 Macam-Macam Pondasi


Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Terdapat dua klasifikasi pondasi
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal di definisikan sebagai pondasi
yang mendukung bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi
memanjang, dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi yang
meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang relative jauh dari permukaan,
contohnya pondasi sumruran dan pondasi tiang. macam –macam contoh tipe pondasi
diberikan dalam gambar 2.1 (H.C.Hardiyatmo, 1996: 62).

Gambar 2.1 Macam macam pondasi (a) Pondasi memanjang (b) Pondasi telapak
(c) Pondasi rakit (d) Pondasi sumuran (e) Pondasi tiang
2.1.3 Bahan Pondasi

a. Bata
• Kurang ideal, sebab bahan lunak dan berporeus.
• Digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan
sementara.
• Sebaiknya tidak pada lapisan tanah yang berair.

b. Batu kali
• Cukup baik, asalkan susunan batu harus tersusun dengan benar dan
kompak.
• Untuk pondasi bangunan permanent berlantai 1/2/3.
• Kekokohan landasan dapat agak lunak hingga sedang, tergantung
besarnya beban bangunan.
c. Beton (tidak bertulang)
• Cukup baik, asal dibuat dengan perbandingan semen yang sesuai.
• Beton blok : 1PC : 4/5 PS di press dalam cetakan
• Beton : 1 PC : 3 PS : 5/7 kerikil
• Hanya dapat menahan beban tekan.
• Kekokohan landasan dapat lunak hinnga sedang, tergantung
besarnya beban bangunan.

d.Beton bertulang
• Sangat ideal digunakan karena bahan yang padat, kompak dan
kedap air.
• Dapat diperhitungkan untuk menahan beban tarik.
• Perlu perhatian dalam pembuatannya dan kualitas betonnya. (perlu
lantai kerja untuk peletakan tulangan besi) perbandingannya 1 PC :
3 PS : 5 KR

2.1.4 Fungsi

Pondasi merupakan komponen/struktur paling bawah dari sebuah


bangunan, meski tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah
selesai, namun secara fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak boleh
terabaikan. Perlu perencanaan yang matang, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi keawetan atau keamanan bangunan adalah pondasi.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk :
1. Mendistribusikan dan memindahkan beban – beban yang bekerja pada
struktur bangunan di atasnya ke lapisan tanah dasar yang mendukung
struktur tersebut;
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada
struktur;
3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal
akibat angin, gempa dan lain – lain.

Gambar 1. Pondasi dangkal

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus memperhatikan


jenis bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi
adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas
muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan
tersebut. Dengan demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang dan tidak hanya
berdasar kebiasaan setempat. Karena sering ditemui, banyak yang membuat
rumah hanya didasari dari kebiasaan masyarakat.

Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya,


padahal konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding,
semua menggunakan konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang
dipergunakan untuk membangun rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga
kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi
yang biasa digunakan diwilayah tersebut.

2.1.4 Jenis - jenis Pondasi

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi


dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung
dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi.
Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B)
dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan
permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras
berada jauh dari permukaan tanah.
Bentuk dan jenis pondasi sangat dipengaruhi beberapa hal, yaitu:
1. Jenis Tanah, (mempengaruhi daya dukung tanah)
2. Berat Bangunan, untuk bangunan dengan bobot yang berat/sangat berat
harus memperkatikan pemilihan pondasi yang aman.
3. Kondisi Geografi, Geologi dan lingkungan sekitar Lokasi,
diperhitungkan khususnya pada bangunan yang terletak pada daerah
jalur gempa atau pengaruh alam lainnya.
4. Peralatan yang dipergunakan

Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan


tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur
bangunan yang dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus
diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap :

a. Beban bangunan
b. Berat sendiri
c. Beban berguna
d. Gaya-gaya luar :
• Angin
• Gempa bum
• Beban termis
• Beban dinamis
• Penurunan pondasi
• gaya angkat air
• Momen dan Torsi

Pondasi dibedakan atas dua bagian yaitu :


1. Pondasi Dangkal
Pondasi jenis ini biasanya dilaksanakan pada tanah dengan
kedalaman tanah tidak lebih dari 3 meter atau sepertiga dari lebar alas
pondasi. Dengan kata lain, pondasi ini diterapkan pada tanah yang keras
atau stabil yang mendukung struktur bangunan yang tidak terlalu berat dan
tinggi, dengan kedalaman tanah keras kurang dari 3 meter. Pondasi
dangkal tidak disarankan untuk dilaksanakan pada jenis tanah yang kurang
stabil atau memiliki kepadatan tanah yang buruk, seperti tanah bekas
rawa/gambut. Bila kondisi memaksa untuk dilaksanakan pada tanah yang
kurang stabil, harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu, dengan
sistem memakai cerucup/tiang pancang yang ditanam dibawah pondasi.
Jenis pondasi dangkal diantaranya:
 Pondasi Umpak
Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat, rumah
kayu, atau rumah tradisionaljaman dulu.

Gambar 1. Pondasi Umpak


Pondasi ini dilaksanakan untuk mendukung beban titik seperti kolom
praktis, tiang kayu pada rumah sederhana atau pada titik kolom struktural.
Contoh pondasi setempat:

- Pondasi ompak batu kali, dilaksanakan untuk rumah sederhana.


- Pondasi ompak beton, dilaksanakan untuk rumah sederhana, rumah
kayu pada rumah tradisional, dan lain-lain.
- Pondasi plat setempat, jenis pondasi ini dapat juga dibuat dalam bentuk
bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan
beban dari kolom berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam
pondasi dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi dalam. Dapat
dilaksanakan pada bangunan hingga dua lantai, tentunya sesuai dengan
perhitungan mekanika.

 Pondasi Batu Bata

Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu bata. Dalam
pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan berat
bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke tanah.Pondasi batu bata
adalah sama seperti pondasi batu kali, pondasi ini biasanya di pakai pada
bangunan lantai 1, dimana tanah keras terletak sangat dekat.

Gambar 2 Pondasi batu bata


 Pondasi Rollag Bata

Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang


diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan.Namun, pada
saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki
kekuatan yang bisa diandalkan.Akan tetapi, pondasi ini tetap
digunakanuntuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.

Gambar 4. Pondasi Rollag Bata

 Pondasi Batu Kali.

Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali.Pondasi ini digunakan


untuk bangunan-bangunan sederhana pada tanah asli yang cukup baik.
Biasanya kedalamannya antara 60-80 lebar tapak sama dengan tinginya.
Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah batu belah (batu
kali/gunung), Pasir pasang, dan semen PC (semen abu-abu).Kekurangan
pondasi ini jika kedudukan pondasi diatas tanah lunak, yang beresiko
pondasi retak yang mengakibatkan penurunan pondasi hingga dinding
bangunan ikut retak.

Gambar 3 Pondasi batu Kali

Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya
cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar
tapak sama dengan tingginya.

- Kelebihan :
1. Pelaksanaan pondasi mudah
2. Waktu pengerjaan pondasi cepat
3. Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)

- Kekurangan :

1. Batu belah di daerah tertentu sulit dicari


2. Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi
pertama)
3. Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah
bertingkat.

 Pondasi bor mini (Strauss Pile)

Jenis pondasi yang paling sering digunakan untuk pondasi bangunan 2


lantai dan 3 lantai dalam 3 tahun terakhir karena pondasi ini bertumpu di
tanah dalam sehingga dianggap mampu menahan beban bangunan yang
berdiri di atas tanah lunak, serta dari segi pembuatannya yang bisa dibilang
praktis dan efisien daripada pondasi dalam lainnya(pondasi bored piledan
tiang pancang) dan cocok untuk pondasi rumah 2 lantai atau 3 lantai di
daerah jakarta (padat perumahan).
Gambar 6. Pondasi Strauss

- Kekurangan pondasi strauss pile adalah :

1. Tanah yang bisa di bor berupa tanah lunak bukan berupa tanah urug campur
puing, tanah padas dan jenis tanah keras lainnya.
2. Kedalaman pondasi strauss pile rata rata 6 meter atau sesuai kondisi tanah
yang dikerjakan dan tidak bisa mencapai kedalaman tanah keras hasil
rekomendasi dari soiltest / sondir.
3. Diameter bor yang dapat dikerjakan berkisar 20 cm s/d 30 cm.

- Kelebihan pondasi strauss pile adalah :

1. Alat sederhana dan praktis sehingga dapat menergerjakan ditempat /


lokasi padat perumahan bahkan di bekas bangunan yang belum
dibongkar.
2. Dalam pengerjaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, kapasitas
1set alat dapat mengerjakan kurang lebih 25 meter atau 4 s/d 5 titik
perhari bila kedalaman 6 meter.
3. Pondasi bertumpu di tanah dalam sehingga resiko penurunan pondasi
yang mengakibatkan dinding retak dapat diminimalisir.
 Pondasi Telapak/ Footplat

Biasanya pemasangan pondasi tapak di kedalaman 50 cm hingga 2 meter


dari permukaan tanah, tapi jika lapisan tanah kerasnya terletak
dikedalaman lebih dari 2 meter baiknya di bantu dengan pondasi strauss
pile. Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau
bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang
dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada
tanah keras.Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu
belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof
beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding.
Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah sempit yang
akan dikembangkan ke atas.
Kebutuhan Bahannya adalah:
1. Batu pecah / split (2/3)
2. Pasir beton
3. Semen PC
4. Besi beton
5. Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)

- Kelebihan :

1. Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya


2. Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
3. Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih
handal daripada pondasi batu belah.
- Kekurangan :

1. Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan


lebih lama).
2. Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
3. Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4. Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5. Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.
Gambar 7. Pondasi footplate

 Pondasi Pelat Beton Lajur

Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang
menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas penampang
tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu melebar.
Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini
disebabkan seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah
dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah
bertingkat.Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi
batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah
menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau memang
sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas.

Gambar 8. Pondasi Pelat Beton Lajur


- Kelebihan :

1. Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.


2. Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat
kolom strukturnya.
3. Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding
pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya
horizontal seperti gempa, angin, ledakan dan lain-lain
- Kekurangan :

1. Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan


lebih lama).
2. Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
3. Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4. Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5. Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.
 Pondasi konstruksi sarang laba-laba.
Pondasi ini merupakan pondasi dangkal konvensional, kombinasi
antara sistem pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan
tanah. Pondasi ini memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur
pondasi itu sendiri. Pondasi Sarang Laba-Laba dapat dilaksanakan pada
bangunan 2 hingga 8 lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya
dukung rendah. Sedangkan pada tanah dengan daya dukung tinggi, bisa
digunakan pada bangunan lebih dari 8 lantai.

Gambar 9. Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba


Plat beton tipis menerus itu di bagian bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak
tipis yang relatif tinggi, sehingga secara menyeluruh berbentuk kotak terbalik.
Rib-rib tegak dan kaku tersebut diatur membentuk petak-petak segitiga dengan
hubungan kaku (rigit). Rib-rib tersebut terbuat dari beton bertulang. Sementara
rongga yang ada dibawah plat diantara rib-rib diisi dengan perbaikan tanah/pasir
yang dipadatkan dengan baik, lapis demi lapis per 20 cm.

 Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan didalampermukaan tanah


dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh
beban struktural dan kondisi permukaan tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang
pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam
dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan
caissons atau pondasi kompensasi.Pondasi dalam dapat digunakan untuk
mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang
tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari. Jenis pondasi dalam diantaranya:

 Pondasi tiang pancang (driven pile).

Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila


tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang
bekerja padanya Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada
lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8
meter.Pondasi tiang pancang merupakan pondasi yang biasanya dipergunakan
pada tanah - tanah lembek , tanah berawa dengan kondisi daya dukung tanah
kecil.Jadi pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan.
Gambar 10. Pondasi Tiang Pancang

Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan
tanah keras yang letaknya sangat dalam. Dalam pelaksanaan pemancangan pada
umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan
miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja, Hal
seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari
kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari
alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.

Tiang Pancang umumnya digunakan :

1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau

melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan

beban lateral boleh jadi terlibat.

2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak

ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang

kaki-kaki menara terhadap guling.

3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui


kombinasi
4. perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini
dapat ditarik keluar kemudian.
5. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak
berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.
6. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol
amplitude getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
7. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau
pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
8. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut.
Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban
lateral.
 Pondasi tiang franki (franki pile)
 Pondasi tiang injeksi (injection pile)
 Pondasi tiang bor (bored pile)

Pondasi Bored Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke
dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat
khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian dilakukan
pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian dimasukkan
rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran
terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya
dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah
dilakukan pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali.

Jenis pondasi ini cocok digunakan untuk lokasi pekerjaan yang disekitarnya
rapat dengan bangunan orang lain, karena proses pembuatan pondasi ini tidak
menimbulkan efek getar yang besar, seperti pembuatan Pondasi Pile (Tiang
Pancang) yang pemasangannya dilakukan dengan cara pukulan memakai
beban/hammer.
 Pelaksanaan Pondasi Bore Pile

Gambar 11. Pengukuran Lapangan

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh
karena itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu. Inilah
gunanya ilmu ukur tanah. Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum alat- alat
proyek masuk. Dan dari pemetaan ini dapat diperoleh suatu patokan yang tepat
antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan. Berikut ini adalah
tahapan- tahapan awal pekerjaan:

Gambar 12. Escavator mempersiapkan areal proyek

Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat- alat berat dalam suatu proyek
. Disebut alat- alat berat memang karena bobotnya yang berat, makanya manajer
proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar
alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan
dengan baik, bisa saja alat berat tersebut ambles karena daya dukung tanahnya
yang jelek.
Gambar 13. Pemasangan plat baja

Plat baja tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak amblas jika
kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai amblas, untuk mengangkat kembali
biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan plat-
plat tersebut. Perlu tidaknya plat-plat tersebut tentu didasarkan dari
pengalaman- pengalaman sebelumnya.

Gambar 14. Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor


telah dapat dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, tapi
ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa
rusak (mungkin karena hujan atau lainnya).

Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh terlalu
jauh, masih terjangkau oleh alat- alat berat tetapi tidak boleh sampai
mengganggu manuver alat- alat berat itu sendiri. Kedalaman pondasi adalah
sampai tanah keras (SPT 50).
Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready
mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat- alat
bornya adalah :

Gambar 4. Persiapan alat bor dan pengeboran

pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang terintegrasi dan sangat mobile.
Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya
lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek
ada beberapa ukuran diameter tiang bor yang dipakai.

 Pengeboran

Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor,


kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat
bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu
diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok.
Gambar 5. Mesin bor dan Auger

Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah


di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang
mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang
bor.

Perhatikan mesin bor-nya berbeda, tetapi pada


prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat
dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja
kedalaman lubang belum sampai bawah,
secukupnya.

Gambar 6. Persiapan pemasangan casing

Gambar 7. Casing yang tertanam di bawah tanah

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas,


mata auger sudah diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah
atau lumpur di dasar lubang.
Gambar 8 Pembersihan lumpur dan tanah di dalam lubang

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan


akhirnya sudah menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky
Pile maka bagian bawah pondasi yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat
dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus, Belling Tools sebagai
berikut.

Gambar 9. Penggunaan mata bor belling tool untuk pengeboran tanah keras

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman


rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor
sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
Gambar 10. Pemeriksaan kedalaman manual pondasi

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek
dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama
seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini
perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat
yang dianggap mewakili.

Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan
prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor. Apabila
kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah
penempatan tulangan rebar.

Gambar 11. Pengangkatan Tulangan


Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di
lapangan.

Gambar 12. Penyambungan Tulangan Pondasi

Gambar 13. Kondisi Lubang pondasi siap cor

 Pengecoran beton :

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah


pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan
berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah
benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara
keseluruhan.Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi
benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau
segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat
bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau
lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.

Gambar 14 Pengecoran Dengan Pipa Tremi

Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas
pipa tremi, tempat memasukkan beton segar. Yang di bawah ini pekerjaan
pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning)
yang difungsikan crane-nya (mata bor tidak dipasang, mesin bor non-aktif).

Gambar 15 Pengecoran Dengan Pipa Tremi

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang
ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh.
Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton
siap. Truk readymix siap mendekat.
Gambar 16 Pengecoran dengan bantuan Readymix

Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan


langsung ke corong pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah
pengalaman seorang supervisor menentukan.

Jika beton yang dituang terlalu banyak maka mencabut pipa yang tertanam
menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton
pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi
segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di
bawah, di dalam lubang, tidak terlihatsama sekali.

Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak)
maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang
basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka
diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi
tersebut.

Gambar 17 Memasukan coran dengan pipa tremi


Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang
langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ
beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk
mendesak lumpur naik ke atas.

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous,


bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting
maka pipa treminya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa dicabut.

Gambar 18. Memasukan coran dengan pipa tremi

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya
beton dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan tremi
mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut
harus selalu tertanam pada beton. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai
penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan
lumpur. Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai.
 Pondasi Sumuran

Gambar 19. Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi sumuran sangat tepat digunakan pada tanah kurang baik
dan lapisan tanah kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter
sumuran biasanya antara 0.80 - 1.00 m dan ada kemungkinan dalam satu
bangunan diameternya berbeda-beda, ini dikarenakan masing-masing kolom
berbeda bebannya.

Disebut pondasi Sumuran, karena dalam pengerjaannya membuat lubang-lubang


berbentuk sumur. Lobang ini digali hingga mencapai tanah keras atau stabil.
Sumur-sumur ini diberi buis beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm dengan
pembesian. Dasar dari sumur dicor dengan ketebalan 40 cm sampai 1,00 m,
diatas coran tersebut disusun batu kali sampai dibawah 1,00 m buis beton teratas.
Ruang kosong paling atas dicor kembali dan diberi angker besi, yang gunanya
untuk mengikat plat beton diatasnya. Plat beton ini mirip dengan pondasi plat
setempat, yang fungsinya untuk mengikat antar kolom yang disatukan oleh sloof
beton.Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Disebut
pondasi sumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali tanah berdiameter
60 - 80 cm seperti menggali sumur. Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8
meter.

Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk
mengikat sloof. Pondasi jenis ini digunakan bila lokasi pembangunannya jauh
sehingga tidak memungkinkan dilakukan transportasi untuk mengangkut tiang
pancang.

Walaupun lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang


digunakan. Selain boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit dilakukan
pengontrolan hasil cor beton di tempat yang dalam.

 Kelebihan :

1. Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu


banyak dan bila tidak dimungkinkan pengangkutan tiang
pancang.
2. Tidak diperlukan alat berat.
3. Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.

 Kekurangan :
1. Bagian dalam dari hasil pasangan pondasi tidak dapat di
kontrol (Karena batu dan adukan dilempar/ dituang dari
atas)
2. Pemakaian bahan boros.
3. Tidak tahan terhadap gaya horizontal (karena tidak ada
tulangan).
4. Untuk tanah lumpur, pondasi ini sangat sulit digunakan
karena susah dalam.
BAB III

PERHITUNGAN

1. ANALISIS DAN PERHITUNGAN

Analisis dan perhitungan beserta acuannya dalam perencanaan struktur


gedung rumah rektorat dan kampus ini adalah sebagai berikut:

 Perhitungan Beban Gempa


Perhitungan beban gempa menggunakan Program PLAXIS
menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Rumah dan Gedung ( SNI 03-1726-2002)
 Perhitungan Mekanika Dan Struktur Portal
Perhitungan mekenika dan struktur portal menggunakan
Program PLAXIS dengan analisis struktur 2 dimensi (2D)
 Perhitungan Pondasi
Jenis pondasi yang digunakan dihitung berdasarkan beban
yang akan diterima dan keadaan tanah dilokasi proyek serta
memperhatikan faktor non struktural seperti kondisi sosial
lingkungan.
Soal no. 1

Soal no. 2

Soal no. 3
Nama : Risa Yanuarti
Nim : 20180019
Kelas : A2

Soal no 1

2
Diketahui : C = 1,19 KN/m
 = 14,19 KN/m
2
= 14,19 Kpa
 = 20 o

B = 2 m
2
q' = σ - U = 14,19 - 10 = 4,19 KN/m
Df = 1 m
Nc = 14,83
Nq = 6,4
Ny = 5,39
Sy = 0,8
Sc = 1,3

1 Cek Kekuatan Pondasi

qu = ( C x Nc x Sc ) + ( q x Nq ) + ( 0,5 x y x B x Ny x Sy )
= ( 1,19 x 14,83 x 1,3 ) + ( 4,2 x 6,4 ) + ( 0,5 x 14,19 x 2 x 5,39 x 0,8 )

= ( 22,94201 ) + ( 26,8 ) + ( 61 )
2
= 110,9453 KN/m

Qu = qu x ( B x L )
= 110,9453 x ( 2 x 2 )
= 443,781

Qall = Qu / 3
= 443,781 / 3
= 147,9271

Qall < F
147,92705 < 300 NOT OKE

2 Settelment

m' = B / L
= 2 / 2
= 1

I = 0,7283 x log m' + 0,5469


= 0,7283 x log (1) + 0,5469
= 0,5469

Se = q0 x B 2
x ( 1 - us ) x I
Es

= 75 x 2 x ( 1 - 0,09 ) x 0,5469
5000

= 0,01493 m = 14,9304 mm

Se < 25 mm
14,93037 < 25 mm OKE

3 Meode Numerik Pada plaxis

Soal no 2
2
Diketahui : C = 20,19 KN/m
2
 = 14,19 KN/m = 14,19 Kpa
 = 1 o

B = 2 m
2
q' = σ - U = 14,19 - 10 = 4,19 KN/m
Df = 1 m
Nc = 5,38
Nq = 1,09
Ny = 0,07
Sy = 0,8
Sc = 1,3

1 Cek Kekuatan Pondasi

qu = ( C x Nc x Sc ) + ( q x Nq ) + ( 0,5 x y x B x Ny x Sy )
= ( 20,19 x 5,38 x 1,3 ) + ( 4,19 x 1,09 ) + ( 0,5 x 14,19 x 2 x 0,07 x 0,8 )

= ( 141,20886 ) + ( 4,57 ) + ( 0,8 )


2
= 146,5706 KN/m

Qu = qu x ( B x L )
= 146,5706 x ( 2 x 2 )
= 586,282

Qall = Qu / 3
= 586,282 / 3
= 195,4275

Qall < F
195,42747 < 400 NOT OKE

2 Konsolidasi

q0 = P / L Z = 5
= 400 / 4
= 100

∆σ = q0 x B x L
( B x Z ) ( L x z )

= 100 x 2 x 2
( 2 + 3 ) ( 2 + 3 )

= 16

σ' = σ x 5
= 14,22 x 5
= 71,1
cc = 0,07
Sc = Cc x Hc log σ'0 x ∆σ av e0 = 0,48
1 + eo σ'0 cv = 0,00083
HC = 4
= 0,07 x 4 log 71,1 x 16
1 + 0,48 71,1

= 0,016677 m
= 16,67675 mm

2
Tc = H dr
Tv
Cv

2
= Tv H dr
Cv

Hdr = Hc / 2
= 4 / 2
= 2

Hdr = 2 m dijadikan ke cm
200 cm
t (TIME)
U(%) Tv
s hari
0 0,0000 0 0
10 0,0079 378313,25 4,377084
20 0,0314 1513253,01 17,50834
30 0,0707 3404819,28 39,39376
40 0,1256 6053012,05 70,03335
50 0,1963 9457831,33 109,4271
60 0,2863 13796531,47 159,6259
70 0,4028 19414258,76 224,623
80 0,5671 27332000,68 316,2312
90 0,8480 40867469,88 472,8366

jadi, waktu yang dibutuhkan adalah tc = 472,8366 hari


tc = 1,2954 th `

3 Meode Numerik Pada plaxis

Hasil pada numerik menunjukkan hasil eror pada phase 2 nya dan hasil pada konsolidasinya tidak sesuai dengan perhitungan pada perhitungan manual, maka untuk mengatasinya adalah menguaringi beban bangunan,
memperbesar dimensi pondasi atau menambah kedalaman pondasi
Soal no 3

KEDALAM
qc
1 Cek Kekuatan Pondasi AN
(M) (kg/cm²)
0 0
Batas atas = 0,5 x B 0,2 10
= 0,5 x 2,19 0,4 10
= 1,1 m 0,6 10 qc = 0 + 10 + 10
0,8 10 + 10 + 10 + 10
Batas bawah = 1,1 x B 1 10 + 50 + 50 + 50
= 1,1 x 2,19 1,2 50 + 50 + 50 + 70
= 2,4 m 1,4 50 + 70 + 70 + 70
1,6 50 + 150 + 150 + 150
Qc = 57,2 1,8 50
2 50 18
Qu = 5 + 0,34 x qc 2,2 70
= 5 + 0,34 x 57,2 2,4 70 = 1030
= 24,5 2,6 70 18
2,8 70
QU = B x L x qu 3 150 = 57,222
= 2,2 x 2,2 x 24,5 3,2 150
= 117,3 3,4 150
3,6 150
Qall = Qu 3,8 150
3 4 150

= 39,097097
0
Qall < P
39,09709667 < 400 NOT OKE

s
vesic bearing capacity factor
 Nc Nq N  Nc Nq N
0 5,14 1 0 21 15,82 7,07 6,2
1 5,38 1,09 0,07 22 16,88 7,82 7,13
2 5,63 1,2 0,15 23 18,05 8,66 8,2
3 5,9 1,31 0,24 24 19,32 9,6 9,44
4 6,19 1,43 0,34 25 20,72 10,66 10,88
5 6,49 1,57 0,45 26 22,25 11,85 12,54
6 6,81 1,72 0,57 27 23,94 13,2 14,47
7 7,16 1,88 0,71 28 25,8 14,72 16,72
8 7,53 2,06 0,86 29 27,86 16,44 19,34
9 7,92 2,25 1,03 30 30,14 18,4 22,4
10 8,35 2,47 1,22 31 32,67 20,63 25,99
11 8,8 2,71 1,44 32 35,49 23,18 30,22
12 9,28 2,97 1,69 33 38,64 26,09 35,19
13 9,81 3,26 1,97 34 42,16 29,44 41,06
14 10,37 3,59 2,29 35 46,12 33,3 48,03
15 10,98 3,94 2,65 36 50,59 37,75 56,31
16 11,63 4,34 3,06 37 55,63 42,92 66,19
17 12,34 4,77 3,53 38 61,35 48,93 78,03
18 13,1 5,26 4,07 39 67,87 55,96 92,25
19 13,93 5,8 4,68 40 75,31 64,2 109,41
20 14,83 6,4 5,39 41 83,86 73,9 130,22
BAB IV
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Sebagai akhir dari pembahasan Laporan Tugas Besar ini,penulis mencoba untuk
menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran. Kesimpulan tersebut perlu
dikemukakan guna memperoleh suatu pegangan yang dapat dijadikan bahan
pengetahuan dari masalah yang dibahas oleh penulis.

Oleh karena itu penulis menarik kesimpulan sebai berikut :

1. Podasi harus diperhitungkan sebaik mungkin, sehingga dapat menjamin


keseimbangan dan kestabilan bangunan terhadap berat yang akan dibebankan pada
pondasi tersebut.

2. Fungsi pondasi:

 Mendukung seluruh berat dari bangunan.

 Meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya.

 Menstabilkan beban.

3. Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan.

 Struktural : tidak ambles dan tidak berubah bentuk.

 Fungsional :mampu mendukung dan menyalurkan dengan Baik beban-beban


diatasnya.

4. Dasar pondasi mempunyai lebar yang cukup dan Diletakkan pada lapisan tanah
keras. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pondasi:

 Menghindari pemasangan pondasi sebagian pada tanah keras dan


sebagian pada tanah lembek.
 Harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan
dibawah kolom pendukung yang berdiri bebas.

5. Jenis-jenis pondasi:

 Batu kali, batu bata,titik (setempat), tiang pancang, tiang pancang beton ,dsb.

6. Pengaruh tanah, tanah berpengarung dengan pondasi. Macam-macam


pondasi pun disesuaikan oleh keadaan tanah yang ada.

5.2 SARAN

1. Pondasi merupakan bagian terpenting dari suatu kosntruksi bangunan. Maka


dari itu suatu Pondasi diharuskan memiliki kekokohan yang sudah diperhitungkan
dengan benar agar dapat menstabilkan suatu bangunan. Pemilihan pondasi juga
harus diperhatikan berdasarkan kondisi tanah tempat bangunan tersebut akan
dibangun. Harus diperhatikan apakah pondasi tersebut dibangun pada tanah
kering, tanah basah, atau pun perairan.

2. Beban-beban yang akan dipikul oleh pondasi harus diperhitungkan dengan


baik, agar terciptanya suatu pondasi yang stabil dan mampu menopang seluruh
beban yang dibebankan kepadanya. Contoh beban-beban yang harus
diperhatikan adalah beban pondasi itu sendiri, beban hidup, beban mati, beban
termis, beban dinamis, serta beban-beban yang diperkirakan terjadi seperti
gempa bumi dan pergerakan tanah.

3. Untuk metode pembelajaran kedepannya,alangkah lebih baiknya tidak hanya


diperkenalkan lewat materi saja,melainkan dengan praktek lapangan juga.Tujuan
nya agar mahasiswa tidak hanya menguasai materi,tetapi menguasai juga dalam
pelaksanaanya

Anda mungkin juga menyukai