Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS BESAR

REKAYASA PONDASI II

Penyusun :
Ahmad Zaenul Baharnur (1432100010)
Muhammad Hilmi Alifian (1432100044)
Kelas : A

Dosen Pengampu :
Laily Endah Fatmawati, S.T., M.T.

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2023
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

LEMBAR ASISTENSI
Kelompok :
1. Ahmad Zaenul Baharnur (1432100010)
2. Muhammad Hilmi Alifian (1432100044)
Nama Dosen Pemimbing : Laily Endah Fatmawati, S.T., M.T.
Tanda
No Tanggal Uraian Asistensi
Tangan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
nikmat, serta anugrahnya-Nya sehingga Laporan Tugas Besar Rekayasa Pondasi
II ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlibat dalam proses pembuatan Laporan Tugas Besar Rekayasa
Pondasi II ini, terkhusus kepada :
1. Kepada Ibu Laily Endah Fatmawati, S.T.,M.T., selaku dosen pengampu
mata kuliah Rekayasa Pondasi II.
2. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan
Makalah Rekayasa Perkerasan Jalan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak sejak awal hingga akhir penyusunan. Dengan adanya pengantar ini, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan sampai selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Besar Rekayasa Pondasi II ini
agar lebih baik dan bermanfaat

Surabaya, 04, November, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN...........................................................................................1
1.3 LINGKUP PEMBAHASAN........................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.......................................................................................................3
2.1 UMUM..........................................................................................................................3
2.2 PONDASI DANGKAL................................................................................................3
2.3 PONDASI DALAM.....................................................................................................4
2.4 METODE MDP-2017 DAN LALU LINTAS RENCANA..........................................5
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................8
3.1 LALU LINTAS HARIAN (LHR)................................................................................8
3.2 CBR TANAH DASAR...............................................................................................10
3.3 MENENTUKAN JENIS JALAN DAN TIPE JALAN..............................................12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................20
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam suatu bangunan, Pondasi merupakan bagian paling bawah dan berhubungan langsung
dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul beban bangunan yang ada
diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasi juga harus direncanakan dan
dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa baik dari segi
dimensi maupun secara analitis mekanis. Keberhasilan desain dan konstruksi pondasi sangat penting
untuk memastikan stabilitas dan keselamatan bangunan seiring waktu. Di masa lalu, permasalahan
terkait pondasi seringkali menjadi penyebab utama kerusakan struktural, yang dapat mengakibatkan
kerugian finansial yang signifikan dan bahkan risiko keselamatan.
Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan beberapa hal,diantaranya : jenis pondasi,
kekuatan dan daya dukung tanah tempat berdirinya. Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya
dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya berlapis
dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks. Dalam mendesain
pondasi harus mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah. Ketika berbicara penurunan,
yang diperhitungkan biasanya penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama),
dan penurunan diferensial (sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan
masalah bagi struktur yang didukungnya.
Dalam era perkembangan teknologi dan konstruksi yang semakin pesat, rekayasa pondasi menjadi
semakin penting. Perkembangan bahan konstruksi, metode analisis, dan pemahaman tentang perilaku
tanah telah membuka peluang untuk merancang pondasi yang lebih efisien dan tahan lama. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam tentang rekayasa pondasi dan penerapannya dalam praktek
konstruksi adalah hal yang sangat diperlukan.
I.2 Maksud dan Tujuan
Mata kuliah "Rekayasa Pondasi II" bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang konsep-konsep dasar dalam desain dan analisis pondasi. Laporan ini akan membahas
berbagai aspek yang relevan dengan rekayasa pondasi, mulai dari prinsip-prinsip desain hingga
metode analisis yang digunakan dalam proyek konstruksi. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang rekayasa pondasi, diharapkan para mahasiswa akan menjadi profesional yang mampu
mengatasi tantangan dalam dunia konstruksi dengan lebih baik, memastikan keamanan dan stabilitas
bangunan, serta mengurangi risiko kerusakan struktural di masa depan.
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui pengaruh dari dimensi selimut pada daya dukung pondasi telapak
berselimut di tanah berlapis.
 Untuk mengetahui perbandingan penurunan yang terjadi pada berbagai macam pondasi
telapak di tanah berlapis.
 Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penurunan pada pondasi telapak
berselimut di tanah berlapis.
 Untuk mengetahui perbandingan antara pondasi telapak berselimut pada tanah berlapis
dengan pondasi telapak pada tanah pasir.
I.3 Lingkup Pembahasan
Ada beberapa hal yang meliputi lingkup pembahasan mengenai laporan tugas besar
pondasi,diantaranya :
 Prinsip – prinsip desain pondasi
Prinsip-prinsip desain pondasi bertujuan untuk memastikan bahwa pondasi dapat
mendukung beban struktural bangunan dengan aman dan tahan lama. Berikut adalah
beberapa prinsip desain pondasi yang penting:
o Beban yang Dihitung dengan Cermat: Desain pondasi harus mempertimbangkan semua
beban yang akan dikenakan pada bangunan, termasuk beban vertikal (berat bangunan dan
muatan hidup), beban lateral (misalnya, angin dan gempa), dan beban lateral (misalnya,
beban angin dan gempa). Semua beban ini harus dihitung dengan cermat.
o Penyelarasan dengan Struktur Bangunan: Pondasi harus dirancang untuk menyelaraskan
dengan struktur bangunan di atasnya. Ini termasuk memastikan bahwa beban vertikal dari
bangunan dibawa dengan aman ke dalam tanah dan bahwa pondasi dapat menahan gaya
lateral yang mungkin terjadi.
o Kedalaman dan Jenis Pondasi yang Sesuai: Kedalaman dan jenis pondasi harus dipilih
berdasarkan karakteristik tanah di lokasi konstruksi. Tanah harus dianalisis untuk
menentukan daya dukungnya, dan jenis pondasi yang sesuai harus dipilih, seperti pondasi
dangkal (misalnya, pondasi cakar ayam atau plat beton) atau pondasi dalam (misalnya,
tiang atau bored pile).
o Kestabilan Terhadap Pemadatan dan Penurunan: Pondasi harus dirancang untuk
mengatasi pemadatan tanah dan penurunan yang mungkin terjadi selama konstruksi
maupun selama umur bangunan. Pemadatan dan penurunan yang signifikan dapat
merusak pondasi dan struktur di atasnya.
 Tipe Pondasi
Ada beberapa tipe pondasi yang dapat digunakan dalam konstruksi bangunan, dan pilihan
tipe pondasi tergantung pada faktor-faktor seperti karakteristik tanah, beban bangunan, dan
kondisi lingkungan. Berikut adalah beberapa tipe pondasi yang umum digunakan:
o Pondasi Dangkal,ada beberapa contoh pondasi dangkal,diantaranya :
 Pondasi Cakar Ayam (Spread Footing): Ini adalah tipe pondasi dangkal yang paling
umum, terdiri dari balok atau plat beton yang lebar di bawah dinding atau tiang
bangunan.
 Pondasi Batu Kali: Pondasi ini menggunakan batu kali sebagai elemen struktural utama
dan biasanya digunakan pada bangunan-bangunan tradisional
 Pondasi Kolom Terpisah: Tipe ini melibatkan tiang-tiang beton yang berdiri sendiri
untuk mendukung beban bangunan.
o Pondasi Dalam,ada beberapa contoh pondasi dalam,diantaranya :
 Pondasi Tiang (Pile Foundation): Pondasi tiang melibatkan penggunaan tiang-tiang
beton atau baja yang ditanamkan dalam tanah hingga mencapai lapisan tanah yang
memiliki daya dukung yang cukup. Tiang ini digunakan untuk mendu kung bangunan
yang dibangun di atas tanah yang lemah atau labil.
 Pondasi Bored Pile: Ini adalah variasi dari pondasi tiang di mana lubang bor digunakan
untuk membuat rongga di dalam tanah yang kemudian diisi dengan beton.
 Pondasi Cakar Ayam Dalam (Mat Foundation): Ini adalah tipe pondasi yang
melibatkan penggunaan balok atau plat beton yang sangat besar yang menutupi seluruh
area bangunan. Mat foundation digunakan ketika tanah di bawahnya memiliki daya
dukung yang rendah atau tidak merata.
 Analisa Beban
Analisis beban pada pondasi adalah proses penting dalam perencanaan struktur bangunan.
Analisis ini bertujuan untuk memastikan bahwa pondasi dapat mendukung semua beban
vertikal dan lateral yang diterapkan pada bangunan dengan aman. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam analisis beban pada pondasi:
o Identifikasi Beban Vertikal:
 Beban vertikal termasuk berat sendiri bangunan, muatan hidup, dan beban tambahan
seperti perabotan, peralatan, dan orang-orang di dalam bangunan.
 Beban harus dihitung secara cermat berdasarkan pedoman kode bangunan dan
peraturan setempat.
o Identifikasi Beban Lateral:
 Beban lateral dapat berasal dari gempa, angin, atau faktor lain yang mungkin
mempengaruhi bangunan.
 Perhitungan beban lateral harus mempertimbangkan kondisi geografis dan
meteorologis lokasi bangunan.
o Penentuan Daya Dukung Tanah:
 Karakteristik tanah di bawah pondasi harus dianalisis untuk menentukan daya
dukungnya. Ini melibatkan penentuan kapasitas beban tanah (bearing capacity) dan
perpindahan tanah (settlement) yang dapat diterima.
 Pengujian tanah, seperti uji bor dan uji pemadatan, sering diperlukan untuk
menentukan properti tanah secara lebih akurat
 Perancangan Struktur Pondasi
Perancangan struktur pondasi adalah proses penting dalam konstruksi bangunan yang
bertujuan untuk memastikan bahwa pondasi dapat mendukung beban bangunan dengan aman
dan tahan lama. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam perancangan struktur pondasi:
o Identifikasi Beban dan Faktor Beban:
 Identifikasi dan perhitungan semua beban yang akan diterapkan pada pondasi,
termasuk beban vertikal, beban lateral (seperti angin dan gempa), dan beban tambahan
seperti perabotan dan peralatan.
 Hitung faktor beban berdasarkan kode bangunan dan peraturan setempat.
o Analisis Tanah dan Daya Dukung Tanah:
 Analisis karakteristik tanah di lokasi konstruksi, termasuk uji bor dan uji pemadatan.
 Tentukan daya dukung tanah dan perpindahan tanah yang dapat diterima.
o Pemilihan Tipe Pondasi:
 Berdasarkan analisis beban dan karakteristik tanah, pilih tipe pondasi yang paling
sesuai, apakah itu pondasi dangkal (seperti cakar ayam atau plat beton) atau pondasi
dalam (seperti tiang atau bored pile)
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Umum
II.1.1 Definisi
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari konstruksi bangunan sipil yang mempunyai
peranan yang sangat penting dan bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan
atas (upper structure) ke dasar tanah yang cukup kuat untuk mendukungnya. Suatu perencanaan
pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan pondasi ke tanah tidak melebihi kekuatan
tanah yang bersangkutan.
Apabila kekuatan beban pondasi melebihi kekuatan tanah, maka penurunan yang berlebihan dan
keruntuhan dari tanah akan terjadi. Hal-hal tersebut akan menyebabkan kerusakan pada konstruksi
bangunan yang berada di atas dari pondasi tersebut. Maka dari itu, daya dukung pondasi untuk
menopang bangunan di atasnya harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban yang bekerja, gaya luar seperti angin, gempa bumi dan lain
sebagainya.
II.1.2 Fungsi dan Kegunaan Pondasi
Pondasi adalah elemen konstruksi yang digunakan untuk mendukung berat bangunan dan
mentransfer beban dari bangunan ke tanah di bawahnya. Pondasi sangat penting dalam konstruksi
karena mereka memastikan stabilitas dan keamanan bangunan.
Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kegunaan pondasi:
 Menyalurkan Beban: Pondasi menerima dan mentransfer beban dari bangunan ke tanah di
bawahnya. Ini memastikan bahwa bangunan tidak runtuh atau mengalami kerusakan
struktural akibat beban yang diberikan.
 Mencegah Penurunan atau Pemindahan: Pondasi mencegah penurunan atau pemindahan
bangunan karena perubahan musim, getaran, atau pergerakan tanah. Mereka membantu
menjaga stabilitas struktur.
 Mendistribusi Beban: Pondasi mendistribusikan beban bangunan dengan merata ke seluruh
area pondasi. Ini meminimalkan tekanan pada tanah di bawahnya dan mencegah tanah dari
pergerakan yang tidak merata.
Dan berikut kegunaan pondasi,diantaranya :
 Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal atau miring digunakan pada tanah yang kuat dan kokoh. Mereka umumnya
digunakan untuk bangunan ringan seperti rumah tinggal, garasi, atau gudang kecil.
 Pondasi Dalam
Pondasi dalam digunakan saat tanah di atasnya tidak cukup kuat untuk mendukung beban
bangunan. Ini mungkin melibatkan pondasi batu, pondasi tiang, atau pondasi pile yang
meresap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan yang lebih kuat.

 Pondasi Tiang
Pondasi tiang melibatkan penggunaan tiang beton atau besi yang dicetak ke dalam tanah
untuk mendukung beban bangunan. Mereka sering digunakan untuk bangunan yang
dibangun di daerah dengan tanah lunak atau tanah berair.
Pondasi sangat penting dalam konstruksi bangunan karena mereka berfungsi sebagai dasar yang
kuat untuk mendukung beban bangunan. Memilih jenis pondasi yang tepat sesuai dengan jenis
tanah, lingkungan, dan beban bangunan adalah langkah penting dalam perencanaan konstruksi
yang sukses
II.1.3 Klasifikasi Pondasi
Pondasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, seperti kedalaman, metode
konstruksi, dan jenis material yang digunakan.
Berikut adalah beberapa klasifikasi umum pondasi:
 Berdasarkan Kedalaman
o Pondasi Dangkal: Pondasi ini umumnya diletakkan di bawah permukaan tanah dengan
kedalaman yang relatif kecil. Mereka cocok untuk tanah yang kuat dan kokoh. Contoh
termasuk pondasi datar, pondasi balok, dan pondasi strip.
o Pondasi Dalam: Pondasi ini ditempatkan di kedalaman yang lebih besar karena tanah di
atasnya tidak kuat atau karena beban bangunan yang tinggi. Contoh pondasi dalam
termasuk pondasi tiang, pondasi pile, dan pondasi caisson.
 Berdasarkan Metode Konstruksi
o Pondasi Bertulang: Pondasi ini dibangun dengan menggunakan beton bertulang atau baja
tulangan untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas. Ini umum digunakan pada
bangunan yang membutuhkan pondasi kuat.
o Pondasi Beton Tanpa Tulangan: Pondasi ini terbuat dari beton biasa tanpa menggunakan
baja tulangan. Mereka cocok untuk bangunan kecil dan ringan.
 Berdasarkan Jenis Material
o Pondasi Batu: Pondasi batu umumnya terdiri dari balok batu alam atau batu bata yang
digunakan untuk mendukung bangunan. Mereka adalah jenis pondasi tradisional.
o Pondasi Beton: Pondasi beton adalah jenis pondasi yang dibangun dengan menggunakan
campuran beton. Ini termasuk pondasi datar, pondasi balok, dan banyak jenis pondasi
modern.
o Pondasi Kayu: Pondasi kayu jarang digunakan pada bangunan permanen, tetapi sering
digunakan pada bangunan sementara atau struktur ringan.
Pemilihan jenis pondasi yang tepat tergantung pada sejumlah faktor, termasuk karakteristik
tanah di lokasi proyek, beban bangunan, lingkungan, dan anggaran. Perencanaan dan desain
pondasi yang baik sangat penting untuk memastikan stabilitas dan keamanan bangunan.
II.1.4 Pertimbangan dalam Pemilihan Tipe Pondasi
Memilih tipe pondasi yang tepat adalah keputusan kritis dalam perencanaan konstruksi.
Beberapa pertimbangan utama yang harus dipertimbangkan saat memilih tipe pondasi adalah:
 Jenis Tanah dan Sifat Tanah
Kondisi tanah di lokasi proyek adalah faktor kunci. Perlu menilai jenis tanah (misalnya,
tanah liat, pasir, batu, atau berpasir), kekuatan tanah, kohesivitas, drainase, dan daya
dukung tanah. Tanah yang lemah atau berpasir mungkin memerlukan pondasi yang berbeda
dari tanah yang kuat.
 Beban Bangunan
Menilai beban yang akan ditanggung oleh bangunan, termasuk beban hidup (misalnya,
orang, peralatan, furnitur) dan beban mati (misalnya, bobot struktur). Beban ini akan
memengaruhi kedalaman dan jenis pondasi yang diperlukan.
 Tipe Bangunan
Tipe bangunan yang direncanakan juga penting. Bangunan tinggi, berat, atau dengan
konfigurasi tertentu mungkin memerlukan jenis pondasi yang berbeda dari bangunan
ringan.
 Lingkungan dan Cuaca
Pertimbangkan lingkungan sekitar, termasuk air tanah, banjir, tingkat air tanah, dan
perubahan cuaca. Ini dapat mempengaruhi pilihan pondasi, terutama jika Anda perlu
melindungi bangunan dari air atau pergerakan tanah.
 Anggaran dan Waktu
Anggaran dan jadwal proyek juga merupakan pertimbangan penting. Beberapa jenis
pondasi mungkin lebih mahal atau memerlukan lebih banyak waktu untuk konstruksi
daripada yang lain. Pastikan untuk mempertimbangkan ini dalam perencanaan proyek.

II.2 Pondasi Dangkal


II.2.1 Umum
Bowles (1991) menjelaskan bahwa pondasi dangkal dinamakan sebagai alas, telapak, telapak
tersebar atau pondasi rakit. Kedalaman pada umumnya D/B ≤ 1 tetapi mungkin agak lebih.
Menurut Terzaghi, pengertian pondasi dangkal adalah jika kedalaman pondasi ≤ lebar pondasi,
maka pondasi tersebut dikatakan pondasi dangkal. Pada prinsipnya pondasi dangkal berupa
pondasi telapak, yaitu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah di pondasi
tersebut. Stabilitas pondasi dangkal dapat ditentukan dengan banyak cara dan stabilitas ini
ditentukan oleh beberapa faktor.
Pondasi dangkal adalah tipe pondasi yang diletakkan di bawah permukaan tanah dengan
kedalaman yang relatif kecil, biasanya kurang dari ketebalan bangunan. Ini adalah jenis pondasi
yang umum digunakan untuk bangunan ringan atau dengan beban yang terdistribusi dengan baik.
II.2.2 Jenis – Jenis Pondasi Dangkal
Berikut adalah beberapa jenis pondasi dangkal yang umum digunakan:
 Pondasi Datar (Slab Foundation):
Ini adalah jenis pondasi dangkal yang umum digunakan untuk rumah tinggal. Pondasi datar
adalah lantai beton yang ditempatkan langsung di atas permukaan tanah. Ini sering
digunakan untuk rumah-rumah dengan konstruksi kayu.
 Pondasi Balok (Strip Foundation):
Pondasi balok adalah serangkaian balok beton atau batu yang ditempatkan di bawah dinding
bangunan. Mereka mendistribusikan beban dinding ke tanah di bawahnya. Ini cocok untuk
bangunan dengan dinding tebal.
 Pondasi Piringan (Mat Foundation):
Pondasi piringan adalah jenis pondasi datar yang lebih besar yang mencakup seluruh area
bangunan. Ini sering digunakan untuk bangunan besar seperti pabrik atau gudang. Pondasi
ini meratakan beban bangunan ke seluruh area tanah di bawahnya.
 Pondasi Gabungan (Combined Footing):
Pondasi gabungan adalah tipe pondasi dangkal yang digunakan untuk mendukung dua
kolom atau lebih dengan satu balok pondasi yang bersama-sama. Ini umumnya digunakan
ketika dua kolom berdekatan dan terdistribusi bebannya.
 Pondasi Isolasi (Isolated Footing):
Pondasi isolasi adalah tipe pondasi dangkal yang digunakan untuk mendukung satu tiang
atau kolom. Mereka terdiri dari balok beton atau batu yang ditempatkan di bawah satu
kolom.
 Pondasi Pelat (Raft Foundation):
Pondasi pelat adalah tipe pondasi datar yang mencakup seluruh area bangunan. Mereka
sering digunakan pada tanah yang tidak stabil atau pada bangunan yang memiliki beban
yang sangat besar. Pondasi ini meratakan beban bangunan ke seluruh area tanah di
bawahnya.
 Pondasi Berlubang (Pier Foundation):
Pondasi berlubang adalah jenis pondasi yang terdiri dari beberapa lubang kecil yang digali
untuk mendukung kolom atau tiang struktural. Mereka sering digunakan pada tanah yang
tidak merata.
Pemilihan jenis pondasi dangkal tergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi tanah, beban
bangunan, jenis struktur, dan lingkungan lokal. Pertimbangkan dengan hati-hati semua faktor ini
sebelum memutuskan jenis pondasi dangkal yang paling sesuai untuk proyek konstruksi.
II.2.3 Stabilitas Lereng
Stabilitas lereng adalah konsep yang penting dalam perancangan pondasi dangkal, terutama
ketika terdapat kemiringan di sekitar area konstruksi. Pada dasarnya, stabilitas lereng merujuk
pada kemampuan tanah di sekitar pondasi untuk tetap dalam posisi yang aman dan tidak runtuh
atau mengalami pergeseran yang berpotensi merusak bangunan. Berikut beberapa faktor yang
memengaruhi stabilitas lereng dalam pondasi dangkal:
 Kondisi Tanah
Jenis dan sifat tanah di sekitar area konstruksi adalah faktor yang sangat penting. Tanah
yang kokoh dan stabil akan memberikan stabilitas lebih baik dibandingkan dengan tanah
yang lunak atau berpasir.Diharuskan memahami kekuatan tanah, kohesivitas, dan
kemampuan tanah untuk menahan beban.

 Kemiringan Lereng
Kemiringan alami tanah di sekitar lokasi konstruksi harus diperhitungkan. Tanah dengan
kemiringan yang terlalu curam mungkin memerlukan tindakan khusus untuk menjaga
stabilitas. Pada beberapa kasus, perlu dilakukan pengukuran dan analisis geoteknik untuk
menentukan kemiringan yang aman.
 Perubahan Tanah
Perubahan musiman dalam kelembaban tanah atau perubahan suhu dapat mempengaruhi
stabilitas lereng. Beberapa jenis tanah, seperti tanah liat, bisa mengembang atau menyusut
saat terpapar air atau panas. Ini perlu dipertimbangkan dalam perancangan pondasi dangkal.
 Peningkatan Tanah
Dalam beberapa kasus, perlu dilakukan perbaikan tanah sebelum mendirikan pondasi
dangkal untuk meningkatkan stabilitas. Ini bisa mencakup kompaksi tanah, pengeringan
tanah, atau penggunaan bahan pengikat seperti geotekstil.
 Drainase
Drainase yang baik dapat menghindari akumulasi air di sekitar pondasi yang dapat
mengurangi stabilitas. Sistem drainase yang efektif dapat mengurangi risiko pergerakan
tanah yang merusak.
 Berat dan Bentuk Bangunan
Berat dan bentuk bangunan yang akan didirikan di atas pondasi dangkal juga memengaruhi
stabilitas lereng. Penting untuk memastikan bahwa pondasi dapat mendukung beban dengan
aman dan meratakan beban ke tanah di bawahnya.
Jika ditemukan masalah potensial terkait stabilitas lereng, seperti pergeseran tanah atau potensi
longsor,mungkin perlu mengambil tindakan mitigasi, seperti perbaikan tanah atau penggunaan
struktur penahan tanah, untuk menjaga keamanan konstruksi. Selalu konsultasikan dengan seorang
insinyur sipil atau ahli geoteknik yang berkualifikasi untuk memastikan pondasi dangkal yang
dirancang dengan baik dan aman.

II.3 Pondasi Dalam


II.3.1 Umum
Pondasi dangkal (shallow foundation) adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung.
Pondasi ini digunakan apabila lapisan tanah pendukung pada dasar pondasi terletak relatif jauh
dari permukaan tanah/daya dukung tanah pada dasar bangunan lemah. Jika kedalaman dasar
pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi (D = B) maka disebut
pondasi dangkal. Sistem pondasi dipakai pada lapisan tanah dasar yang baik letaknya tidak dalam
serta gangguan air tanah atau air sungai dapat diatasi agar pondasi bisa dikerjakan dalam keadaan
kering sehingga mutu pondasi akan lebih baik dan ekonomis.
II.3.2 Fungsi dan Kegunaan Pondasi Dalam
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk
mencapai ke dalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban struktur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari.
II.3.3 Jenis – Jenis Pondasi Dalam
Jenis-jenis pondasi dangkal antara lain adalah sebagai berikut:
 Pondasi Lajur Batu Kali
Pondasi lajur batu kali harus dibuat dengan pasangan batu kali dengan kualitas baik, tidak
mudah retak atau hancur. Adukan yang dipakai minimal 1 bagian semen dan 6 bagian pasir
(1:6) dan harus mempunyai kekuatan tekan pada umur 28 hari minimal 30 kg/cm2.
 Pondasi Plat (Foot Plat)
Pondasi plat menopang beban struktural, maka diisyaratkan terbuat dari konstruksi beton
bertulang dengan mutu minimal K175. Pondasi telapak digunakan untuk mendukung beban
titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk
melingkar, persegi. Jenis pondasi ini terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan
yang seragam, tetapi pondasi plad dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat jika pondasi
ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom berat.
 Pondasi Plat Menerus (Continues Footing).
Pondasi ini juga diisyaratkan terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan mutu minimal
K175. Bentuk pondasi ini merupakan pengembangan dari pondasi plat karena antara
pondasi plat yang satu dengan yang lainnya terlalu dekat jaraknya, sehingga saling overlap,
lebih baik antar kolom-kolom dihubungkan menjadi satu lewat pondasi plat menerus.
 Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan apabila tanah dasar yang baik agak dalam letaknya serta di
dalam tanah terdapat gangguan yang menghalangi pelaksanaan pembuatan pondasi. Pondasi
sumuran juga dapat digunakan jika ada bahaya penggerusan tanah di bawah dasar pondasi
oleh arus air, dasar sumuran harus benar-benar pada lapisan tanah keras.
 Pondasi Rakit
Pondasi rakit adalah pondasi plat beton yang dibuat seluas bangunan di atasnya atau disebut
pondasi plat setempat yang luas sekali. Pondasi ini digunakan untuk mendukung bangunan
yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya
sedemikian dekat di semua arahnya, sehingga menggunakan pondasi telapak, sisinya
berhimpit satu sama lain.
II.3.4 Kekakuan Tiang Selama Pembebanan
Kekakuan tiang selama pembebanan adalah aspek penting dalam perencanaan dan analisis
struktur bangunan. Ini berkaitan dengan kemampuan tiang atau kolom untuk menahan beban
vertikal dan lateral serta mempertahankan stabilitas struktural. Kekakuan tiang selama
pembebanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
 Bahan Konstruksi
Jenis bahan yang digunakan untuk membuat tiang, seperti beton, baja, atau kayu, akan
memengaruhi kekakuan tiang. Bahan yang lebih kuat, seperti beton bertulang atau baja,
cenderung memiliki kekakuan yang lebih tinggi daripada kayu atau beton tanpa tulangan.

 Dimensi Tiang
Diameter atau dimensi penampang tiang juga memainkan peran penting. Tiang yang lebih
besar atau lebih tebal cenderung memiliki kekakuan yang lebih tinggi.
 Panjang Tiang
Panjang tiang adalah faktor penting dalam menentukan kekakuan. Semakin panjang tiang,
semakin besar kemungkinan untuk adanya lentur atau pergeseran selama pembebanan.
Panjang tiang juga mempengaruhi perilaku tiang terhadap beban lateral.
 Metode Koneksi
Cara tiang dihubungkan dengan struktur di atas dan di bawahnya dapat memengaruhi
kekakuan keseluruhan. Hubungan yang baik antara tiang dan elemen struktural lainnya
dapat meningkatkan kekakuan.
 Beban Terapan
Beban vertikal dan lateral yang diterapkan pada tiang akan memengaruhi deformasi dan
ketegangan di dalam tiang. Beban lateral, seperti angin atau gempa, dapat mempengaruhi
kekakuan tiang dalam menahan pergeseran lateral.
Pembebanan yang melebihi kapasitas tiang dapat menyebabkan deformasi permanen atau
bahkan keruntuhan. Oleh karena itu, dalam perencanaan struktur, penting untuk memperhitungkan
pembebanan yang tepat, menganalisis kekuatan tiang, dan memastikan bahwa tiang memiliki
kekakuan yang cukup untuk menahan beban yang diberikan. Analisis elemen hingga (finite
element analysis) dan perhitungan struktural adalah alat yang digunakan dalam penilaian
kekakuan tiang dan menentukan apakah tiang akan memenuhi persyaratan kekuatan dan kekakuan
yang dibutuhkan. Pemilihan jenis dan ukuran tiang serta koneksi dengan elemen struktural lainnya
harus didasarkan pada analisis yang cermat dan sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.
II.3.5 Pengaruh Pekerjaan Pemasangan Pondasi Dalam
Pemasangan jenis pondasi dalam (deep foundation) dapat memiliki berbagai pengaruh
tergantung pada jenis pondasi yang digunakan dan kondisi proyek konstruksi.
Berikut adalah beberapa pengaruh utama dari pemasangan pondasi dalam:
 Kemampuan Dukungan Tanah
Pondasi dalam digunakan ketika lapisan tanah permukaan tidak mampu menopang beban
bangunan dengan cukup baik. Jenis pondasi dalam seperti tiang pancang atau bored pile
memungkinkan beban untuk ditransfer ke lapisan tanah yang lebih dalam yang memiliki
kapasitas dukungan yang lebih tinggi.
 Stabilitas Struktural
Penggunaan pondasi dalam yang sesuai dapat meningkatkan stabilitas struktural bangunan.
Hal ini sangat penting pada proyek-proyek dengan beban berat atau di daerah yang rentan
terhadap pergerakan tanah, seperti gempa bumi.
 Penyusutan Tanah
Pondasi dalam dapat mengurangi efek penyusutan tanah karena mereka mencapai lapisan
tanah yang lebih stabil. Ini dapat mengurangi kerusakan struktural yang disebabkan oleh
penyusutan tanah.
 Perlindungan Terhadap Erosi
Pondasi dalam juga dapat membantu melindungi terhadap erosi tanah di sekitar pondasi
bangunan. Mereka menciptakan bantalan tambahan di bawah tanah yang dapat
memperlambat erosi.
 Penyebaran Beban
Pondasi dalam dapat mendistribusikan beban bangunan ke dalam tanah dengan lebih baik
daripada pondasi dangkal. Ini dapat mencegah terjadinya penurunan atau retakan pada
struktur.
 Penyesuaian dengan Kondisi Tanah
Jenis pondasi dalam yang dipilih dapat disesuaikan dengan karakteristik tanah di lokasi
konstruksi. Misalnya, jika ada lapisan batu keras dalam tanah yang dapat menopang beban,
pondasi dalam seperti tiang pancang atau bored pile dapat ditempatkan di dalam lapisan ini.
 Biaya dan Waktu
Pemasangan pondasi dalam biasanya lebih mahal dan memerlukan lebih banyak waktu
daripada pondasi dangkal. Oleh karena itu, perencanaan yang cermat diperlukan untuk
memastikan bahwa anggaran dan jadwal proyek terkendali.
 Peralatan Khusus
Pemasangan pondasi dalam memerlukan peralatan khusus, seperti alat berat dan mesin bor.
Ini dapat mempengaruhi pengeluaran proyek dan memerlukan keahlian khusus dalam
operasinya.
Pemilihan jenis pondasi dalam harus dipertimbangkan dengan cermat berdasarkan analisis
geoteknik dan karakteristik tanah di lokasi konstruksi. Pemasangan pondasi dalam yang
tepat akan membantu memastikan keberhasilan dan keandalan struktural bangunan dalam
jangka panjang.
II.3.6 Mekanisme Keruntuhan pada Pondasi Tiang
Mekanisme keruntuhan pada pondasi tiang dapat terjadi karena berbagai faktor dan penyebab.
Berikut adalah beberapa mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi pada pondasi tiang:
 Kapasitas Dukungan Terlampaui
Jika beban yang diterapkan pada tiang melebihi kapasitas dukungan yang dapat disediakan
oleh tanah di sekitar tiang, maka tiang dapat mengalami penurunan (settlement) yang
berlebihan atau bahkan terjadi keruntuhan. Ini dapat terjadi jika perhitungan kapasitas
dukungan tanah tidak akurat.
 Penyusutan Tanah
Penyusutan tanah di sekitar tiang dapat menyebabkan penurunan (settlement) tiang yang
signifikan. Penyusutan bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk perubahan kondisi air
tanah atau perubahan musiman dalam kondisi tanah.
 Karat atau Korosi
Pada tiang baja atau besi, korosi atau karat dapat merusak integritas struktural tiang.
Penurunan daya dukung dan keruntuhan tiang dapat terjadi jika korosi mempengaruhi
sebagian besar atau seluruh bagian tiang. Pembebanan Berlebihan: Pembebanan yang tidak
direncanakan atau pembebanan berlebihan pada tiang dapat menyebabkan keruntuhan. Ini
dapat terjadi jika struktur bangunan mengalami pembebanan yang melebihi kapasitas tiang.
 Gempa Bumi
Gempa bumi dapat menyebabkan keruntuhan pada pondasi tiang. Getaran yang kuat selama
gempa dapat merusak integritas tiang, menyebabkan retakan atau pergeseran.
 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah oleh bahan kimia berbahaya dapat merusak tiang dan menyebabkan
keruntuhan. Pencemaran dapat mengurangi kekuatan dan daya dukung tanah di sekitar
tiang.
 Perubahan Kedalaman Air Tanah
Perubahan dalam kedalaman air tanah dapat mempengaruhi daya dukung tanah di sekitar
tiang. Jika air tanah naik atau turun secara signifikan, hal ini dapat mempengaruhi kinerja
pondasi tiang.
Menghindari keruntuhan pada pondasi tiang memerlukan perencanaan dan perawatan yang
baik. Hal ini melibatkan perhitungan yang cermat, pemilihan materi yang sesuai, perawatan
preventif, dan pemantauan yang teratur untuk mendeteksi masalah potensial sebelum
menjadi serius. Dalam beberapa kasus, diperlukan perbaikan atau penggantian tiang yang
rusak untuk memastikan keamanan dan stabilitas struktural.
II.3.7 Daya Dukung Batas Pondasi Tiang
II.3.8 Pondasi Tunggal
Pondasi tunggal, juga dikenal sebagai pondasi tiang tunggal atau pondasi padat, adalah salah
satu tipe pondasi yang umum digunakan dalam konstruksi. Ini adalah tipe pondasi yang paling
sederhana dan biasa digunakan untuk mendukung struktur bangunan seperti rumah, gedung, atau
infrastruktur lainnya. Pondasi tunggal digunakan ketika lapisan tanah di bawahnya memiliki daya
dukung yang cukup untuk menopang beban bangunan tanpa perlu memerlukan konstruksi yang
lebih kompleks.
Berikut adalah beberapa karakteristik pondasi tunggal:
 Bentuk tunggal
Pondasi ini terdiri dari satu blok beton tunggal yang berada di bawah seluruh dinding atau
kolom bangunan. Bentuknya bisa berupa persegi atau persegi panjang tergantung pada
desain bangunan.
 Daya dukung
Pondasi tunggal didesain untuk mendistribusikan berat bangunan ke lapisan tanah yang
lebih kuat di bawahnya. Daya dukungnya tergantung pada karakteristik tanah di lokasi
konstruksi dan ukuran serta ketebalan pondasi.
 Kedalaman
Kedalaman pondasi tunggal bisa bervariasi tergantung pada kondisi tanah. Kedalaman ini
ditentukan oleh seorang insinyur sipil berdasarkan perhitungan geoteknik.
 Kolom atau dinding
Pondasi tunggal ditempatkan di bawah dinding atau kolom bangunan. Struktur bangunan
kemudian dihubungkan dengan pondasi ini.
 Biaya relatif rendah
Pondasi tunggal sering digunakan karena biayanya yang relatif rendah dibandingkan dengan
beberapa tipe pondasi lainnya, seperti pondasi tiang bor atau pondasi cakar ayam.
Penting untuk mencatat bahwa pemilihan jenis pondasi harus didasarkan pada evaluasi yang
cermat terhadap karakteristik tanah di lokasi konstruksi, beban yang akan ditempatkan di atasnya,
serta tuntutan desain struktur. Seorang insinyur sipil akan membantu dalam merancang dan
merencanakan pondasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
II.3.9 Pondasi Kelompok
Pondasi kelompok, atau biasanya disebut sebagai pondasi tiang kelompok, adalah jenis pondasi
yang terdiri dari beberapa tiang atau balok yang dikelompokkan bersama untuk mendistribusikan
beban dari struktur bangunan ke tanah di bawahnya. Pondasi kelompok digunakan ketika lapisan
tanah di bawahnya memiliki daya dukung yang terbatas atau ketika beban yang diterapkan oleh
bangunan cukup besar sehingga memerlukan distribusi beban yang lebih merata. Ini adalah pilihan
yang umum digunakan untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, atau struktur besar lainnya.
Berikut adalah beberapa karakteristik pondasi kelompok:
 Kelompok tiang
Pondasi ini terdiri dari sejumlah tiang atau balok beton yang ditempatkan dalam kelompok
tertentu di bawah struktur bangunan. Jumlah, diameter, dan kedalaman tiang dapat
bervariasi tergantung pada perhitungan desain dan karakteristik tanah di lokasi tersebut.
 Distribusi beban
Pondasi kelompok dirancang untuk mendistribusikan beban bangunan secara merata ke
tiang-tiang atau balok-batang di bawahnya. Ini membantu mengurangi tekanan yang
diberikan kepada tanah, mengurangi risiko penurunan, atau pergeseran tanah.
 Pemilihan tiang
Tiang yang digunakan dalam pondasi kelompok dapat berupa tiang beton bertulang atau
tiang pancang (pile). Pemilihan jenis tiang tergantung pada karakteristik tanah dan beban
yang diterapkan.
 Kedalaman
Kedalaman tiang dalam pondasi kelompok dapat bervariasi tergantung pada kondisi
geoteknik di lokasi tersebut dan desain bangunan. Kedalaman ini biasanya ditentukan oleh
seorang insinyur sipil.
 Konstruksi kompleks
Konstruksi pondasi kelompok biasanya lebih kompleks dan memerlukan lebih banyak
pekerjaan daripada pondasi tunggal. Ini juga membutuhkan perhitungan dan perencanaan
yang lebih cermat.
Pondasi kelompok dapat memastikan bahwa beban bangunan didistribusikan secara efisien dan
aman ke tanah di bawahnya. Hal ini membantu mengurangi risiko penurunan atau keretakan
struktur. Penting untuk bekerja sama dengan seorang insinyur sipil atau ahli geoteknik yang
berkualifikasi dalam perancangan pondasi kelompok untuk memastikan keandalan dan
keselamatan struktur.
II.3.10 Efisiensi Tiang Kelompok
Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
 Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.
 Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).
 Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.
 Urutan pemasangan tiang.
 Macam tanah.
 Waktu setelah pemasanga
 Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
 Arah dari beban yang bekerja.
Persamaan untuk menghitung efisiensi kelompok tiang adalah sebagai berikut :
 Converse – Lebarre

Eg =1–Ɵ .................................................()

Dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang
Ɵ = arc tg d/s, (ᵒ)
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
d = Diameter tiang (m)
s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)

Gambar Baris Tiang Kelompok


 Los Angeles Group – Action Formula

Eg [m.(n – 1) + ]................................................()

Dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
D = Diameter tiang (m)
s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang yang dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
Qg = Eg . n . Qa........................................................................................................................................................................()

Dimana :
Qg = Kapasitas ultimit kelompok tiang (KN)
Eg = Efisiensi kelompok tiang
n = Jumlah tiang dalam kelompok
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang (KN)

II.3.11 Pembebanan Tiang


Pembebanan tiang adalah proses menentukan dan menerapkan beban yang akan diterima oleh
tiang atau pondasi tiang dalam konstruksi. Beban ini mencakup berat sendiri tiang, beban
struktural dari bangunan atau struktur yang didukung oleh tiang, serta beban lain yang mungkin
diterapkan tergantung pada situasi konstruksi.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembebanan tiang:
 Beban vertikal (vertikal load)
Ini adalah beban yang diterapkan secara vertikal ke atas tiang. Ini mencakup berat sendiri
tiang, beban dari struktur di atasnya, dan beban tambahan seperti beban hidup (misalnya,
beban manusia, perabotan) dan beban cuaca.
 Beban lateral (lateral load)
Beban lateral adalah beban yang diterapkan pada tiang dalam arah horizontal atau lateral.
Beban lateral dapat berasal dari angin, gempa bumi, atau faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan pergeseran atau getaran pada struktur.
 Beban aksial (axial load)
Beban aksial adalah komponen vertikal beban yang langsung menekan atau menarik tiang.
Beban aksial sering kali merupakan beban dominan dalam pembebanan tiang, dan ini
sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan pondasi.
 Beban momen (moment load)
Beban momen adalah gaya yang menciptakan momen torsi pada tiang. Ini sering kali
muncul ketika ada perubahan arah tiang atau beban lateral yang diterapkan pada tiang.

 Faktor keamanan (safety factor)


Dalam perencanaan pembebanan tiang, faktor keamanan digunakan untuk memastikan
bahwa tiang dapat menahan beban dengan aman tanpa risiko kegagalan struktural. Faktor
keamanan ini dapat bervariasi tergantung pada standar konstruksi dan kondisi proyek.
Pembebanan tiang biasanya didasarkan pada perhitungan dan analisis yang dilakukan oleh
seorang insinyur sipil atau struktural. Mereka akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
karakteristik tanah, tipe tiang, dan beban struktural yang direncanakan untuk menentukan
bagaimana tiang harus dirancang dan diberi beban agar aman dan efisien. Penting untuk
memahami pembebanan tiang dengan baik dalam perencanaan pondasi, karena kesalahan dalam
estimasi beban atau desain tiang dapat mengakibatkan kerusakan struktural atau kegagalan
pondasi.
II.3.12 Penurunan Pondasi Tiang
Penurunan pondasi tiang bisa terjadi karena berbagai faktor, dan umumnya dapat menyebabkan
masalah struktural pada bangunan. Beberapa penyebab umum penurunan pondasi tiang meliputi
perubahan kondisi tanah, pergeseran geologis, perubahan air tanah, atau bahkan kesalahan dalam
desain atau pelaksanaan pondasi. Jika ada penurunan pondasi tiang, penting untuk segera
mengatasi masalah tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada bangunan.
Langkah-langkah untuk memperbaiki penurunan pondasi tiang dapat melibatkan penggunaan
teknik injeksi grout, penggunaan paku tekan, atau bahkan pemasangan tiang tambahan.
Penurunan pondasi ada 2,yaitu :
 Penurunan pondasi tiang tunggal
Penurunan pondasi tiang tunggal dapat menjadi masalah serius karena dapat menyebabkan
ketidakstabilan struktural pada bangunan. Beberapa penyebab umum penurunan pondasi
tiang tunggal termasuk:
o Perubahan Kondisi Tanah
Pergeseran atau perubahan kepadatan tanah di sekitar pondasi dapat menyebabkan
penurunan. Misalnya, tanah yang lembek atau ekspansif cenderung menyusut atau
mengembang tergantung pada tingkat kelembaban.
o Perubahan Air Tanah
Fluktuasi tingkat air tanah dapat mempengaruhi stabilitas tanah di sekitar pondasi. Jika ada
perubahan drastis dalam tingkat air tanah, dapat menyebabkan penurunan pondasi.
o Kesalahan Konstruksi
Pengerjaan konstruksi yang tidak benar atau kesalahan dalam desain pondasi juga dapat
menyebabkan penurunan pondasi.
Jika mengalami penurunan pondasi tiang tunggal, langkah-langkah yang dapat diambil
meliputi:
o Evaluasi Ahli
Melibatkan ahli geoteknik atau insinyur struktur untuk mengevaluasi penyebab penurunan
dan merancang solusi yang sesuai.
o Penguatan Pondasi
Penggunaan teknik seperti injeksi grout atau pemasangan tiang tambahan untuk
memperkuat pondasi.
o Perbaikan Tanah
Metode untuk meningkatkan daya dukung tanah di sekitar pondasi.
o Monitoring
Memantau perubahan kondisi pondasi seiring waktu untuk memastikan efektivitas
perbaikan. Penting untuk segera mengatasi masalah penurunan pondasi tiang tunggal
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada bangunan.
Penurunan pondasi tiang tunggal pada tanah pasir dapat dihitung dengan 2 metode yaitu metode
empiris dan metode semi-impiris. Perhitungan penurunan pondasi tiang tunggal berdasarkan
metode empiris dapat dilihat pada Persamaan berikut:
a q. L
S= +
100 Ap . Ep

dengan
S : penurunan total di kepala tiang
d : diameter tiang
q : beban yang bekerja
𝐴𝑃 : luas penampang tiang
L : panjang tiang
𝐸𝑝 : modulus elastis tiang
Perhitungan penurunan pondasi tiang tunggal berdasarkan metode semi empiris dapat dilihat
pada Persamaan berikut :
𝑆 = 𝑆𝑠 + 𝑆𝑝 + 𝑆𝑝𝑠

dengan
S : penurunan total pondasi tiang tunggal
𝑆𝑠 : penurunan akibat deformasi axial tiang tunggal
𝑆𝑃 : penurunan dari ujung tiang
𝑆𝑃𝑆 : penurunan tiang akibat beban yang dialihkan sepanjang tiang
 Penurunan Pondasi Tiang Kelompok
Penurunan pondasi tiang kelompok lebih besar dari penurunan pondasi tiang tunggal. Menurut
Vesic (1977) perhitungan penurunan pondasi tiang kelompok dapat dilihat pada Persamaan
berikut ini :

Sg = S
√ Bg
D
dengan :
Sg:penurunan pondasi kelompok tiang
S : penurunan pondasi tiang tunggal
𝐵𝑔 : lebar kelompok tiang
D : diameter tiang tunggal
II.3.13 Perencanaan Pondasi Tiang

BAB III
METODE PERENCANAAN

III.1 Data – Data Perencanaa( PONDASI DANGKAL)


III.1.1 Data Karakteristik Tanah Dasar
III.1.2 Data Struktur dan Pembebanan
III.1.3 Data Struktur Pondasi
III.2 Tahapan dan Langkah – Langkah Perencanaan
III.3 Data – Data Perencanaan (PONDASI DALAM )
III.3.1 Data karakteristik Tanah Dasar
III.3.2 Data Struktur dan Pembebanan
III.3.3 Data Struktur Pondasi
III.4 Tahapan dan Langkah – Langkah Perencanaan
BAB IV
ANALISIS DAN DESAIN

IV.1 Pondasi Dalam / Pondasi Tiang


IV.1.1 Analisis Data – Data Perencanaan
IV.1.2 Analisis Data Karakteristik Tanah
IV.1.3 Analisis Data dan Perhitungan Pembebanan
IV.2 Analisis Daya Dukung
IV.2.1 Perhitungan Daya Dukung Tanah
IV.2.2 Analisa Stabilitas Terhadap Guling
IV.3 Analisis Penurunan
IV.4 Desain dan Perencanaan
IV.5 Gambar Perencanaan

PENUTUP

I.1 Kesimpulan
I.2 Gambar Perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/3857/2/112015040_BAB%20II_SAMPAI_BAB
%20TERAKHIR.pdf

https://e-journal.uajy.ac.id/11952/4/TS150463.pdf

https://e-journal.uajy.ac.id/28191/3/130215067-2.pdf

http://repository.uib.ac.id/2530/5/k-1511051-chapter2.pdf

https://e-journal.uajy.ac.id/6280/4/TS313501.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2020/11/pondasi.html

file:///C:/Users/HP/Downloads/1733-2715-2-PB.pdf

http://eprints.uniska-bjm.ac.id/4510/1/16640216%20Muthmainnah%20-%20Artikel.pdf

http://eprints.undip.ac.id/77412/9/BAB_II_DASAR_TEORI_3_hal_35-41.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/31679/16511092%20Muslimah
%20Muthmainnah.pdf?sequence=1

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai