8
9
ANALISIS PELAT LANTAI BETON BERTULANG PADA
PROYEK GEDUNG KANTOR / MAL PELAYANAN
PUBLIK PEMERINTAHAN DAERAH KOTA
CIMAHI BEDASARKAN SNI 2847:2013
BARI
04187003
Disetujui Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi Teknik Sipil
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan Rahmat serta
hidayah-Nya, Sehingga penyusun Dapat melaksanakan tugas Propsal Tugas Akhir
ini. Tersusunnya prosal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini perkenankanlah penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang
tidak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sugiman Wiki Asmadi, M.M. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Jakarta.
3. Bapak Ir. H. Ali Saleh, M.M. Selaku pembimbing yang telah memberikan
dorongan dan motivasinya dalam penyusunan laporan ini.
6. Terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan juga adik saya, yang telah
mendukung dan mendoakan saya dalam penyelesaian tugas praktek ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR NOTASI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Didalam perencanaan struktur Gedung bertingkat, ada dua element yang
perlu diperhatikan yaitu Sruktur Atas ( upper structure ) dan struktur bawah (
Sub struktur ). Struktur atas terdiri dari pelat, balok, kolom dan untuk struktur
bawah adalah pondasi ( pondasi dangkal dan pondasi dalam ).Dalam
pembahasan ini penulis berfokus pada struktur pelat lantai, karena hampir
semua aktifitas dilakukan diatas plat lantai ini.
Pelat merupakan salah satu elemen struktur bangunan yang cukup penting,
selain balok dan kolom. Pelat digunakan sebagai komponen struktur pada
bangunan bertingkat, jembatan dan masih banyak lagi penggunaan lainnya.
Pelat lantai pada bangunan bertingkat merupakan bagian struktur yang
terpasang mendatar dan berfungsi sebagai tumpuan / berpijak bagi penghuni di
atasnya. Pelat lantai umumnya mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif
sangat kecil bila dibandingkan dengan panjang bentangnya sehingga sifat kaku
dari pelat sangat kurang. Kekakuan yang sangat kurang ini akan mengakibatkan
defleksi atau lendutan yang sangat besar (Puspantoro, 1993). Lendutan yang
besar ini dapat dicegah agar pelat lantai masih dapat berfungsi dan memberikan
kenyamanan berpijak bagi penghuninya yaitu dengan berbagai alternatif teknis
untuk memberikan kekakuan dan menambah kekuatan pada pelat lantai.
Pelat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk
berpijak kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus
didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari plat lantai.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan.
1
1.2.BATASAN MASALAH
Mengingat banyaknya elemen-elemen struktur bangunan gedung dalam
proses pembangunan, perhitungan struktur suatu bangunan cukup kompleks
yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah diatas.
1.3.RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah yang dituangkan oleh
penulis adalah :
1. Untuk analisis teknik perhitungan pelat dan pembangunan perumahan dan
gedung.
2. Untuk analisis kebutuhan dan analisa pembebanan pada pelat .
3. Untuk analisis mendesain tulangan dan tebal pada pelat .
1.4.TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk menunjukkan teknik perhitungan pelat dan balok.
2. Untuk menunjukkan kebutuhan dan analisa pembebanan pada pelat dan
balok.
3. Untuk penguji desain tulangan dan menunjukkan keamanan struktur pelat
lantai dan balok yang seharusnya.
1.5.MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penulisan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Lebih memahami perhitungan struktur pelat lantai beton yang meliputi tebal
pelat dan rencana tulangan
2
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
3
3. Data perencanaan
Data-data yang diperlukan untuk pembebanan plat :
a) Mutu beton (fc’) = 30 MPa
b) Mutu baja (fy) = 240 MPa
c) Tebal plat lantai (130 mm) = 0,13 m
d) Berat jenis beton = 25 kN/m2 (PPPURG 1987)
e) Berat plafond dan penggantung =0,18kN/m2 (PPPURG 1987)
f) Berat jenis spesi = 21 kN/m3 (PPPURG 1987)
g) Beban hidup (qL)
1. Ruang kelas =1,92kN/m2 (SNI 1727:2013)
2. Koridor lantai pertama =4,79kN/m2 (SNI 1727:2013)
3. Koridor diatas lantai pertama =3,83kN/m2 (SNI 1727:2013)
4
2.3. Persyaratan Struktur Pelat Lantai
Dalam proses pembangunan suatu gedung terdapat standar yang
menjadi acuan persyaratan, dalam hal ini adalah SNI 2847-2013 Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Standar ini juga mengatur
mengenai syarat konstruksi pelat beton bertulang, didalamnya terdapat
beberapa ketentuan yang menjadi pedoman dalam proses analisa dan desain
pelat lantai terlepas dari metode apa yang akan digunakan nantinya.
1. Tebal minimum
a. Pelat 1 arah
5
Terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan untuk menentukan
tebal minimum bagi pelat dua arah.
1. Untuk pelat tanpa balok interior yang membentang diantara
tumpuan.
6
minimumnya mengacu pada persamaan dibawah ini namun
tidak boleh kurang dari 125 mm.
𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑙𝑙𝑙𝑙( 0,8+ )
ℎ= 1400
… ........................................... (1)
36+5𝛽𝛽(𝛼𝛼𝛼𝛼−0,2 )
b. Untuk nilai rata-rata rasio kekakuan lentur penampang balok
terhadap kekakuan lentur lebar pelat lebih besar dari 2,0
tebal minimumnya mengacu pada persamaan dibawah ini
namun tidak boleh kurang dari 90 mm.
𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑙𝑙𝑙𝑙( 0,8+ )
ℎ= 1400
………….......................................2
36+9𝛽𝛽
Nilai β merupakan rasio bentang bersih dalam arah Panjang
terhadap arah pendek pelat tersebut.
2. Perhitungan tulangan
a. Tulangan susut, suhu ataupun tulangan pembagi Rasio minimum
luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton untuk tulangan
susut, suhu maupun tulangan pembagi mengacu pada tiga kondisi
dibawah ini namun demikian nilainya tidak boleh kurang dari
0,0014.
1. Apabila pelat menggunakan tulangan ulir mutu 280 MPa atau
350 MPa maka rasio minimumnya 0,0020.
2. Apabila pelat menggunakan tulangan ulir atau tulangan kawat
las mutu 420 MPa maka rasio minimumnya 0,0018.
3. Apabila pelat tersebut menggunakan tulangan dengan tegangan
leleh melebihi 420 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar
0,35% maka ratio minimumnya adalah sebagai berikut : Ratio
Tulangan =
0,0018 𝑥𝑥 420
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ............................................. (3)
𝑓𝑓𝑓𝑓
7
b. Tulangan geser
1. Spasi tulangan geser
Untuk tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
komponen struktur, jarak atau spasi antar tulangannya tidak
boleh melebihi 600 mm maupun d/2. Dengan d adalah jarak dari
serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal.
2. Luas minimum
Luas minimum untuk tulangan geser mengacu pada SNI 2847-
2013 pasal 11.4.6.3 adalah sebagai berikut :
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
Luas Minimum = 0,062�𝑓𝑓 ′𝑐𝑐 ................................... (4)
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑉𝑉 = ……….…………………………………….(5)
𝑠𝑠
8
b. Kuat geser nominal beton
Untuk komponen struktur yang dikenai gaya geser dan lentur
saja maka nilai kuat geser nominal yang dapat disediakan
oleh beton adalah sebagai berikut :
𝑣𝑣𝑐𝑐 = 0,17𝜕𝜕�𝑓𝑓 ′𝑐𝑐 𝑏𝑏𝑤𝑤 𝑑𝑑....................................................... (6)
Dengan nilai adalah 1,0 untuk beton berat normal dan 0,75
untuk beton berat ringan. c.
c. Tulangan utama
Tulangan utama (lapangan maupun tumpuan) Rasio tulangan utama
yang digunakan tidak boleh melebih rasio maksimum ataupun
kurang dari rasio minimum yang telah ditetapkan. Perhitungan rasio
yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
2.4 Momen
9
digunakan pada pelat dengan bentangan yang cukup panjang. Persamaan
untuk perhitungan momennya adalah sebagai berikut :
Dengan qu sebagai beban total pada pelat dan lx sebagai jarak pada
bentang terpendek. Untuk nilai x yang merupakan koefisien momen dapat
diperoleh pada tabel koefisien momen yang terdapat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia tahun 1971.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tinjauan Umum
Dalam suatu perencanaan / desain diperlukan analisi struktur agar diperoleh
tegangan dan momen yang terjadi tidak menyebabkan keruntuhan pada
bangunan yang direncanakan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan, maka
analisis dilakukan berdasarkan data yang diperlukan sesuai dengan struktur
yang direncanakan, baik perencanaan struktur atas maupun struktur bawah
3.2.Data Struktur
Struktur plat lantai yang akan direncanakan adalah plat lantai dengan
menggunakan tipe beton bertulang yang terdiri dari:
11
Gambar kerja
lantai 3
12
3. Peta Wilayah
Gedung Mal pelayanan publik ini berada di Jl. Bukit Cimindi Raya No.6,
Pasirkaliki, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat 40514. Adapun
peta lokasi Gedung ini seperti pada gambar berikut ini
13
3.3.Tahapan Perencanaan
Dalam merancang desain pelat lantai perencana membuat beberapa tahapan
tahapan perencanaan yaitu:
1. Mencari data struktur Gedung Mal Pelayanan Public Kota Cimahi yang
akan di desain.
2. Menentukan spesifikasi struktur pelat lantai.
3. Menghitung beban-beban yang bekerja pada jembatan sesuai dengan
standar pembebanan untuk banguna Gedung (SNI 1727:2013),dan
Perencanaan sesuai dengan standar perencanaan Struktur Beton untuk
bangunan gedung ( SNI 3847 : 2013 ).
4. Merencanakan elemen struktur Pelat lantai dengan beton bertulang.
5. Memeriksa apakah elemen struktur awal sudah aman atau belum. Apabila
belum aman, maka elemen tersebut harus disesuaikan.
6. Menggambar hasil rancangan redesain pelat lantai.
7. Menyimpulkan hasil perencanaan
Adapun bagan alir (flow chart ) tahapan dari desain pelat lantai dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
14
START
Cek :
Mn > Mu
Control desain
Aman
Selesai
15
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Wiranata Zebua. (2018). Desain Pelat Gedung Struktur Beton Bertulang di
Wilayah Gempa Tinggi. Jurnal Teknik Sipil, 12.
I Gusti Ngurah Eka Pertama. (2017). Penentuan Tebal Pelat Lantai Gedung Yang
Ditumpu Pada Keempat Sisinya sesuai SNI 2847:2013. osf.io, 20.
16