Anda di halaman 1dari 26

Kegiatan Bulan / 2020

Apr Mei Juni Juli Agustus


il
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
proposal
*Pembuata
n data dan
Studi
Pustaka
2 Pengerjaan BA BA BA BA BA BA
skripsi B1 B B B B B
*Perhitung II III IV V VI
an
manual
*Asistensi
*Revisi
3 Penegerjaa
n skripsi
*Pemogra
man
*Asistensi
*Revisi
4 Siding
proposal
5 Penyempur
naan
skripsi
6 Penyelesai
an skripsi
7 Siding
skripsi
LEMBAR ASISTENSI TUGAS AKHIR
Nama : BARI
NIM : 04187003
Judul TA : Analisa Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Proyek Gedung
Kantor/Mal Pelayanan Public Pemerintahan Daerah Kota Cimahi
Bedasarkan SNI 2847:2013
Nama Pembimbing : 1. Ir. H. Ali Saleh, M.M
2.

No Tanggal Topik Asistensi Tanda Tangan


pembimbing
TA
1

8
9
ANALISIS PELAT LANTAI BETON BERTULANG PADA
PROYEK GEDUNG KANTOR / MAL PELAYANAN
PUBLIK PEMERINTAHAN DAERAH KOTA
CIMAHI BEDASARKAN SNI 2847:2013

( PROPOSAL ) TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Program Studi Teknik
Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Jakarta

BARI
04187003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Judul Proposal : Analisis Plat Lantai Beton Bertulang Pada


Proyek Gedung Kantor / Mal Pelayanan
Publik Pemerintahan Daerah Kota Cimahi.

Nama Mahasiswa : BARI


Nim : 04187003
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Sipil

Telah Disahkan / Disetujui


Pada Tanggal ...................... 2020

Disetujui Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi Teknik Sipil

( Ir. H. Ali Saleh, M.M ) ( Muhrojin, S.T.,M.T )

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan Rahmat serta
hidayah-Nya, Sehingga penyusun Dapat melaksanakan tugas Propsal Tugas Akhir
ini. Tersusunnya prosal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini perkenankanlah penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang
tidak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sugiman Wiki Asmadi, M.M. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Jakarta.

2. Bapak Muhrojin, S.T.,M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Jakarta

3. Bapak Ir. H. Ali Saleh, M.M. Selaku pembimbing yang telah memberikan
dorongan dan motivasinya dalam penyusunan laporan ini.

4. Bapak Bagyo Yulianto Selaku Field Coordinator yang Mengajari tentang


Engineering struktur serta memberi semangat, pesan penting dan detail
tentang spesifikasi struktur Proyek Gedung Pelayan Terpadu Kota Cimahi

5. Seluruh CV. MAHONI, Selaku konsultan perencan yang melaksanakan


pekerjaan yang kami kritik maupun yang terlambat yang mampu
mewujudkan toping off on schedule.

6. Terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan juga adik saya, yang telah
mendukung dan mendoakan saya dalam penyelesaian tugas praktek ini.

Demikian penulis sampaikan, rasa terimakasih kepada seluruh pendukung.


Karena masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan proposal ini, maka
penulis menerima setiap masukan yang tentunya membangun kinerja penulis dalam
membuat sebuah laporan.

Jakarta, Agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR NOTASI ......................................................................................... iv
LAMPIRAN .................................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.BatasanMasalah ................................................................................. 2
1.3.Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3


2.1 Pembebanan Pada Pelat Lantai .......................................................... 3
2.2 Tumpuan Pada Pelat .......................................................................... 4
2.3. Persyaratan Struktur Pelat Lantai ...................................................... 5
2.4. Momen............................................................................................... 9

BAB III : METODE PERENCANAAN ....................................................... 11


3.1 Tinjauan Umum ................................................................................. 11
3.2 Data Struktur...................................................................................... 11
3,3 Tahapan Perencanaan ........................................................................ 14

iii
DAFTAR NOTASI

Perencanaan pelat lantai


As : Luas tulangan
a : Tinggi blok tegangan persegi ekuivalen
b : Panjang memanjang pelat
clx : Koefisien momen lapangan arah x
cty : Koefisien momen tumpuan arah y
d : Tinggi efektif pelat
fc’ : Kuat desak beton
fy : Kuat tarik baja
h : Tinggi pelat
ly : Panjang pelat arah panjang
lx : Panjang pelat arah pendek
Mlx : Momen rencana arah lapangan x
Mtx : Momen rencana arah tumpuan x
Mly : Momen rencana arah lapangan y
Mty : Momen rencana arah tumpuan y
Mu : Momen rencana
Mn : Momen nominal
qD : Beban mati merata
qL : Beban hidup merata
qU : Beban merata rencana
Rn : Koefisien tahanan untuk perencanaan kuat
ρ : Rasio tulangan
ρb : Rasio tulangan pada keadaan seimbang
ρmax : Rasio tulangan maksimal
ρmin : Rasio tulangan minimum
ϕ : Koefisien reduksi kekuatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Didalam perencanaan struktur Gedung bertingkat, ada dua element yang
perlu diperhatikan yaitu Sruktur Atas ( upper structure ) dan struktur bawah (
Sub struktur ). Struktur atas terdiri dari pelat, balok, kolom dan untuk struktur
bawah adalah pondasi ( pondasi dangkal dan pondasi dalam ).Dalam
pembahasan ini penulis berfokus pada struktur pelat lantai, karena hampir
semua aktifitas dilakukan diatas plat lantai ini.
Pelat merupakan salah satu elemen struktur bangunan yang cukup penting,
selain balok dan kolom. Pelat digunakan sebagai komponen struktur pada
bangunan bertingkat, jembatan dan masih banyak lagi penggunaan lainnya.
Pelat lantai pada bangunan bertingkat merupakan bagian struktur yang
terpasang mendatar dan berfungsi sebagai tumpuan / berpijak bagi penghuni di
atasnya. Pelat lantai umumnya mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif
sangat kecil bila dibandingkan dengan panjang bentangnya sehingga sifat kaku
dari pelat sangat kurang. Kekakuan yang sangat kurang ini akan mengakibatkan
defleksi atau lendutan yang sangat besar (Puspantoro, 1993). Lendutan yang
besar ini dapat dicegah agar pelat lantai masih dapat berfungsi dan memberikan
kenyamanan berpijak bagi penghuninya yaitu dengan berbagai alternatif teknis
untuk memberikan kekakuan dan menambah kekuatan pada pelat lantai.
Pelat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk
berpijak kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus
didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari plat lantai.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan.

1
1.2.BATASAN MASALAH
Mengingat banyaknya elemen-elemen struktur bangunan gedung dalam
proses pembangunan, perhitungan struktur suatu bangunan cukup kompleks
yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah diatas.

Maka penulis mengambil satu diantara elemen-elemen struktur dalam


penulisan tugas akhir ini membahas tentang Analisis Perhitungan Pelat lantai
Pada Pembangunan Gedung bertingkat sesuai dengan teori yang diterima
selama perkuliahan (perhitungan cara plastis).

1.3.RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah yang dituangkan oleh
penulis adalah :
1. Untuk analisis teknik perhitungan pelat dan pembangunan perumahan dan
gedung.
2. Untuk analisis kebutuhan dan analisa pembebanan pada pelat .
3. Untuk analisis mendesain tulangan dan tebal pada pelat .

1.4.TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk menunjukkan teknik perhitungan pelat dan balok.
2. Untuk menunjukkan kebutuhan dan analisa pembebanan pada pelat dan
balok.
3. Untuk penguji desain tulangan dan menunjukkan keamanan struktur pelat
lantai dan balok yang seharusnya.

1.5.MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penulisan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Lebih memahami perhitungan struktur pelat lantai beton yang meliputi tebal
pelat dan rencana tulangan

2
BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembebanan Pada Pelat Lantai


Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi
pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang
digunakan untuk pelat lantai merupakan beton bertulang dengan berat bahan
yang mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia Tahun 1983 maupun SNI
031727-1989. Terdapat dua jenis beban yang diterapkan pada pelat lantai yaitu
beban mati dan beban hidup.
1. Beban mati
Beban mati merupakan bagian dari konstruksi bangunan yang bersifat
tetap dan tidak terpisahkan. Mengacu pada peraturan maupun standar yang
berlaku maka berat bahan yang umumnya dipergunakan dan menjadi beban
mati pada pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) qD plat (130 mm) = 0,13.25 = 3,00 kN/m2
b) qD plafond dan penggantung = 0,18 kN/m2
c) qD keramik (1 cm) = 0,01.24 = 0,24 kN/m2
d) qD spesi (3 cm) = 0,03.21 = 0,63 kN/m2
e) qD total = 4,05 kN/m2
2. Beban hidup
Beban hidup selain berasal dari penghuni bangunan dapat juga berasal
dari barang, mesin ataupun peralatan yang sifatnya dapat berpindah atau
memiliki kecenderungan untuk berpindah sehingga mengakibatkan
perubahan pembebanan pada lantai. Beban hidup ini didasarkan pada fungsi
dari bangunan itu sendiri. Beberapa nilai beban hidup yang digunakan
sebagai acuan berdasarkan fungsi dari bangunannya adalah sebagai berikut;

1. Beban hidup (qL) = 1,92 kN/m2


2. Beban perlu (qU) = 1,2.qD + 1,6.qL = 7,932 kN/m2

3
3. Data perencanaan
Data-data yang diperlukan untuk pembebanan plat :
a) Mutu beton (fc’) = 30 MPa
b) Mutu baja (fy) = 240 MPa
c) Tebal plat lantai (130 mm) = 0,13 m
d) Berat jenis beton = 25 kN/m2 (PPPURG 1987)
e) Berat plafond dan penggantung =0,18kN/m2 (PPPURG 1987)
f) Berat jenis spesi = 21 kN/m3 (PPPURG 1987)
g) Beban hidup (qL)
1. Ruang kelas =1,92kN/m2 (SNI 1727:2013)
2. Koridor lantai pertama =4,79kN/m2 (SNI 1727:2013)
3. Koridor diatas lantai pertama =3,83kN/m2 (SNI 1727:2013)

2.2 Tumpuan Pada Pelat


Dalam penerapannya di lapangan, suatu pelat persegi memiliki
beberapa kemungkinan bentuk tumpuan. Dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia Tahun 1971 dijelaskan beberapa macam bentuk tumpuan pada
pelat lantai. Masing-masing bentuk tumpuan tersebut akan memberikan
pengaruh pada besaran momen yang mungkin terjadi pada pelat tersebut
baik di area lapangan maupun di area tumpuan itu sendiri.
1. Tumpuan Bebas Tumpuan bebas terjadi apabila pelat lantai hanya
diletakan begitu saja di atas bagian struktur lain yang menjadi
penumpunya, misal dalam hal ini adalah balok.
2. Tumpuan Jepit Penuh Tumpuan jepit penuh terjadi apabila pelat tersebut
dibuat satu kesatuan atau monolit dengan balok penumpunya. Dengan
kata lain proses pengecoran pelat tersebut bersamaan atau menjadi satu
dengan proses pengecoran balok-balok penumpunya sehingga
kondisinya menjadi sangat kaku.
3. Tumpuan Jepit Elastis Tumpuan jepit elastis pada prinsipnya sama
dengan tumpuan jepit penuh hanya saja pada tumpuan jenis ini
kondisinya tidak terlalu kaku sehingga masih memungkinkan bagi pelat
untuk mengalami pergerakan.

4
2.3. Persyaratan Struktur Pelat Lantai
Dalam proses pembangunan suatu gedung terdapat standar yang
menjadi acuan persyaratan, dalam hal ini adalah SNI 2847-2013 Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Standar ini juga mengatur
mengenai syarat konstruksi pelat beton bertulang, didalamnya terdapat
beberapa ketentuan yang menjadi pedoman dalam proses analisa dan desain
pelat lantai terlepas dari metode apa yang akan digunakan nantinya.

1. Tebal minimum
a. Pelat 1 arah

Dalam hal ini komponen struktur diasumsikan tidak menumpu


atau tidak dihubungan dengan konstruksi lainnya yang mungkin
dapat rusak akibat lendutan besar. Selain itu nilai yang diberikan ini
hanya berlaku untuk beton normal dan tulangan mutu 420 MPa.
Apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi maka terdapat dua
ketentuan tambahan yang harus diperhatikan.
1. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (wc) diantara
1440 s/d 1840 kg/m3 maka nilai yang diperoleh dari tabel diatas
harus dikalikan dengan (1,64 wc – 0,0003 wc) namun tidak
boleh kurang dari 1,09. 2)
2. Untuk tulangan dengan nilai fy selain 420 MPa maka nilainya
harus dikalikan dengan (0,4 + fy /700). b.
b. Pelat dua arah

5
Terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan untuk menentukan
tebal minimum bagi pelat dua arah.
1. Untuk pelat tanpa balok interior yang membentang diantara
tumpuan.

Tebal minimum pada tabel di atas juga dengan


memperhatika ketentuan bahwa nilai rasio kekakuan lentur
penampang balokterhadap kekakuan lentur lebar pelat yang
dibatasi secara lateral oleh garis pusat panel disebelahnya tidak
kurang dari 0,8. Selain itu untuk pelat dengan drop panel tebal
minimumnya juga tidak boleh kurang dari 100 mm sedangkan
untuk pelat dengan drop panel tebal minimumnya tidak boleh
kurang dari 125 mm.
2. Untuk pelat dengan balok yang membentang diantara tumpuan
pada semua sisinya. Untuk pelat dengan balok yang
membentang diantara tumpuan pada semua sisinya, apabila nilai
rata-rata rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap
kekakuan lentur lebar pelatnya sama atau lebih kecil dari 0,2
maka tebal minimumnya disamakan dengan tebal minimum
pelat tanpa balok interior.
a. Untuk nilai rata-rata rasio kekakuan lentur penampang balok
terhadap kekakuan lentur lebar pelat ( 𝛼𝛼𝛼𝛼 = 𝛼𝛼 rata – rata )
lebih besar dari 0,2 namun lebih kecil dari 2,0 tebal

6
minimumnya mengacu pada persamaan dibawah ini namun
tidak boleh kurang dari 125 mm.

𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑙𝑙𝑙𝑙( 0,8+ )
ℎ= 1400
… ........................................... (1)
36+5𝛽𝛽(𝛼𝛼𝛼𝛼−0,2 )
b. Untuk nilai rata-rata rasio kekakuan lentur penampang balok
terhadap kekakuan lentur lebar pelat lebih besar dari 2,0
tebal minimumnya mengacu pada persamaan dibawah ini
namun tidak boleh kurang dari 90 mm.

𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑙𝑙𝑙𝑙( 0,8+ )
ℎ= 1400
………….......................................2
36+9𝛽𝛽
Nilai β merupakan rasio bentang bersih dalam arah Panjang
terhadap arah pendek pelat tersebut.

2. Perhitungan tulangan
a. Tulangan susut, suhu ataupun tulangan pembagi Rasio minimum
luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton untuk tulangan
susut, suhu maupun tulangan pembagi mengacu pada tiga kondisi
dibawah ini namun demikian nilainya tidak boleh kurang dari
0,0014.
1. Apabila pelat menggunakan tulangan ulir mutu 280 MPa atau
350 MPa maka rasio minimumnya 0,0020.
2. Apabila pelat menggunakan tulangan ulir atau tulangan kawat
las mutu 420 MPa maka rasio minimumnya 0,0018.
3. Apabila pelat tersebut menggunakan tulangan dengan tegangan
leleh melebihi 420 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar
0,35% maka ratio minimumnya adalah sebagai berikut : Ratio
Tulangan =

0,0018 𝑥𝑥 420
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ............................................. (3)
𝑓𝑓𝑓𝑓

7
b. Tulangan geser
1. Spasi tulangan geser
Untuk tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
komponen struktur, jarak atau spasi antar tulangannya tidak
boleh melebihi 600 mm maupun d/2. Dengan d adalah jarak dari
serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal.
2. Luas minimum
Luas minimum untuk tulangan geser mengacu pada SNI 2847-
2013 pasal 11.4.6.3 adalah sebagai berikut :

𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
Luas Minimum = 0,062�𝑓𝑓 ′𝑐𝑐 ................................... (4)
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓

Namun demikian tidak boleh kurang dari (0,35 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏)⁄𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓


Nilai S adalah spasi tulangan geser, f’c adalah kuat tekan beton
yang disyaratkan dan 𝑓𝑓𝑦𝑦𝑦𝑦 adalah kuat leleh tulangan transversal
yang direncanakan. Berkenaan dengan pelat maka dalam hal ini
𝑏𝑏𝑤𝑤 adalah lebar yang dijadikan acuan sedangkan untuk pelat
proses analisa dilakukan untuk tiap bentangan 1 m atau 1000
mm.
3. Kuat geser
a. Kuat geser nominal tulangan
Apabila digunakan tulangan geser tegak lurus terhadap
sumbu komponen struktur maka kuat geser nominal yang
dapat disediakan oleh tulangan adalah sebagai berikut :

𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑉𝑉 = ……….…………………………………….(5)
𝑠𝑠

Dengan 𝐴𝐴𝑣𝑣 adalah luas tulangan geser

8
b. Kuat geser nominal beton
Untuk komponen struktur yang dikenai gaya geser dan lentur
saja maka nilai kuat geser nominal yang dapat disediakan
oleh beton adalah sebagai berikut :
𝑣𝑣𝑐𝑐 = 0,17𝜕𝜕�𝑓𝑓 ′𝑐𝑐 𝑏𝑏𝑤𝑤 𝑑𝑑....................................................... (6)

Dengan nilai adalah 1,0 untuk beton berat normal dan 0,75
untuk beton berat ringan. c.
c. Tulangan utama
Tulangan utama (lapangan maupun tumpuan) Rasio tulangan utama
yang digunakan tidak boleh melebih rasio maksimum ataupun
kurang dari rasio minimum yang telah ditetapkan. Perhitungan rasio
yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

0,85 𝑓𝑓′𝑐𝑐 600


𝜌𝜌𝜌𝜌 = 𝛽𝛽 …………………………......................... (7)
𝑓𝑓𝑓𝑓 600+𝑓𝑓𝑓𝑓

𝜌𝜌max =0,75 𝜌𝜌𝑏𝑏 .................................................................................. (8)

𝜌𝜌min= 1,4⁄𝑓𝑓𝑓𝑓 atau 𝜌𝜌min=0,0025 … … … …......................................... (9)

2.4 Momen

Terdapat banyak metode untuk melakukan analisa terhadap pelat


lantai, dua diantaranya adalah metode koefisien momen dan metode
perencanaan langsung. Metode koefisien momen menggunakan nilai-nilai
tertentu sebagai koefisien dalam menentukan besarnya momen yang terjadi
baik di daerah lapangan maupun di daerah tumpuan. Metode ini cukup
mudah dan praktis diterapkan karena nilainilai koefisien momen tersebut
sudah disediakan namun metode ini menjadi. kurang efektif untuk

9
digunakan pada pelat dengan bentangan yang cukup panjang. Persamaan
untuk perhitungan momennya adalah sebagai berikut :

𝑀𝑀 = 0,001. 𝑞𝑞𝑞𝑞. 𝑙𝑙𝑥𝑥2 …………..................................................................(10)

Dengan qu sebagai beban total pada pelat dan lx sebagai jarak pada
bentang terpendek. Untuk nilai x yang merupakan koefisien momen dapat
diperoleh pada tabel koefisien momen yang terdapat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia tahun 1971.

10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tinjauan Umum
Dalam suatu perencanaan / desain diperlukan analisi struktur agar diperoleh
tegangan dan momen yang terjadi tidak menyebabkan keruntuhan pada
bangunan yang direncanakan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan, maka
analisis dilakukan berdasarkan data yang diperlukan sesuai dengan struktur
yang direncanakan, baik perencanaan struktur atas maupun struktur bawah

3.2.Data Struktur
Struktur plat lantai yang akan direncanakan adalah plat lantai dengan
menggunakan tipe beton bertulang yang terdiri dari:

1. Data struktur pelat lantai


- Tebal pelat lantai rencana = 13 cm
- Mutu beton pelat lantai rencana = 𝑓𝑓𝑐𝑐, 24,9 MPa ( k-300 )
- Mutu baja tulangan pelat lantai rencana = ulir 𝑓𝑓𝑦𝑦 400 MPa
2. Gambar kerja pelat lantai

11
Gambar kerja
lantai 3

12
3. Peta Wilayah
Gedung Mal pelayanan publik ini berada di Jl. Bukit Cimindi Raya No.6,
Pasirkaliki, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat 40514. Adapun
peta lokasi Gedung ini seperti pada gambar berikut ini

Peta wilayah Cimahi


( Sumber : google map )

Peta lokasi pekerjaan


( sumber google map )

13
3.3.Tahapan Perencanaan
Dalam merancang desain pelat lantai perencana membuat beberapa tahapan
tahapan perencanaan yaitu:
1. Mencari data struktur Gedung Mal Pelayanan Public Kota Cimahi yang
akan di desain.
2. Menentukan spesifikasi struktur pelat lantai.
3. Menghitung beban-beban yang bekerja pada jembatan sesuai dengan
standar pembebanan untuk banguna Gedung (SNI 1727:2013),dan
Perencanaan sesuai dengan standar perencanaan Struktur Beton untuk
bangunan gedung ( SNI 3847 : 2013 ).
4. Merencanakan elemen struktur Pelat lantai dengan beton bertulang.
5. Memeriksa apakah elemen struktur awal sudah aman atau belum. Apabila
belum aman, maka elemen tersebut harus disesuaikan.
6. Menggambar hasil rancangan redesain pelat lantai.
7. Menyimpulkan hasil perencanaan

Adapun bagan alir (flow chart ) tahapan dari desain pelat lantai dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

14
START

Mencari data yang diperlukan untuk perencaan


pelat lantai

Menghitung pembebanan Pelat lantai ( D, L, dan Wu )

Menentukan momen Tumpuan ( Mtx & Mty )


dan Lapangan ( Mlx & Mly )

Menentukan dimensi pelat lantai dan penulangan


( bentang, batas , tebal pelat lantai )

Perhitungan tulangan pelat lantai ( arah x dan arah y )

Cek :
Mn > Mu

Gambar penulangan dan dimensi pelat lantai

Control desain

Aman

Selesai

flow chart Penulisan Tugas Akhir

15
DAFTAR PUSTAKA

Agus Setiawan, S.T., M.T. (2018). Perancangan Struktur Beton Bertulang


Bedasarkan SNI 2847 : 2013. JAKARTA: PENERBIT ERLANGGA.

Aisyatul Hidayah. (2017). program perencanaan pelat beton bertulang bedasarkan


SNI 2847 : 2013. eprints.ums.ac.id.

Alfian Wiranata Zebua. (2018). Desain Pelat Gedung Struktur Beton Bertulang di
Wilayah Gempa Tinggi. Jurnal Teknik Sipil, 12.

I Gusti Ngurah Eka Pertama. (2017). Penentuan Tebal Pelat Lantai Gedung Yang
Ditumpu Pada Keempat Sisinya sesuai SNI 2847:2013. osf.io, 20.

PBI 71. (1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesi. JAKARTA.

SNI 1727:2013. (2013). Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung


dan Struktur Lain. JAKARTA: Badan Standardisasi Nasional BSNI.

SNI 2847:2013. (2013). Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.


JAKARTA: Badan Standardisasi Nasional BSNI.

Toni Hartono Bagio, T. (2018). Dasar - dasar Beton Bertulang. YOGJAKARTA:


Penerbit ANDI.

16

Anda mungkin juga menyukai