Oleh
YOGI FIKRI
17240016
Oleh
YOGI
FIKRI
17240016
Pembimbing
Oleh
Disahkan oleh:
Pembimbing Utama,
GUSNI VITRI, S.T.,
M.T NIDN. 1001088306
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DHARMA
ANDALAS PADANG
Oleh :
YOGI
FIKRI
17240016
Disahkan oleh:
Ko-Pembimbing,
HAZMAL HERMAN, S.T., M.T
NIDN. 1021038804
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal Tugas Akhir yang berjudul
“PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA, JADWAL
PELAKSANAAN DAN SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN BETON
BERTULANG AMAN GEMPA 4 (EMPAT) LANTAI DI KOTA PADANG”,
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata-1 pada
Program Studi Teknik Sipil Universtas Dharma Andalas Padang.
Terlaksana dan selesainya penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua beserta keluarga yang selalu memberi semangat, dan dorongan
serta do’anya.
2. Bapak Dr. Ir. Darwizal Daoed, M.S., selaku Kaprodi Teknik Sipil Universitas
Dharma Andalas.
3. Ibuk Gusni Vitri, S.T., M.T., dan Bapak Hazmal Herman, S.T., M.T. selaku
dosen pembimbing yang telah banyak membimbing saya dalam pembuatan
proposal Tugas Akhir ini.
4. Segenap dosen di lingkungan Program Studi Teknik Sipil Universitas Dharma
Andalas atas bimbingan ilmu dan arahan yang diberikan, teman yang telah ikut
membantu untuk penyelesaian proposal Tugas Akhir ini .
Dalam penulisan proposal Tugas Akhir ini, Penulis menyadari masih banyak
kekurangan, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya penulisan Tugas Akhir ini nantinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Dan Manfaat Penulisan........................................................................2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.4 Batasan Masalah...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Proyek Kontruksi...................................................................................1
2.2 Perhitungan Rencanan Angaran Biaya.............................................................4
2.3 Penjabwalan Proyek.........................................................................................9
2.4 Spesifikasi Teknis.............................................................................................18
BAB III PROSEDUR DAN RENCANA PERHITUNGAN
3.1 Bagan Alir Penelitian.....................................................................................1
3.2 Pengumpulan Data.........................................................................................2
3.3 Pengolahan Data.............................................................................................2
3.4 Hasil...............................................................................................................21
3.5 Kesimpulan.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................v
LAMPIRAN
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Daftar Macam Kegiatan dan Kebutuhan Sumber Daya.................15
Tabel 3.1 Tabel Data Produktivitas Galian.................................................................3
Tabel 3.2 Daftar Isi Beton dan Ukuran (mm).............................................................5
Tabel 3.3 Jam Kerja Buruh Yang Di Perlukan............................................................7
Tabel 3.4 Daftar Waktu Kerja tiap Luas Cetakan.......................................................8
i
DAFTAR PUSTAKA
Bent, James A., and Albert Thumann. Project management for engineering and
construction. Fairmont Press, 1994.
Santosa, Budi. "Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi." Yogyakarta: Graha Ilmu
(2009).
Siahaan, Fanny. "Tinjauan tentang pekerjaan arsitektur dalam proyek konstruksi dengan
pendekatan pada bangunan gedung bertingkat." SCALE 3.1 (2015): 344-359.
Soedradjat, A. Analisa (cara modern) anggaran biaya pelaksanaan lanjutan. Nova, 1984.
Soeharto, Imam. "Manajemen Proyek Jilid dua." Jakarta: Edisi Kedua /Penerbit Erlangga
(2001).
v
Soeharto, Iman. "Edisi Kedua-Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai
Operasional Jilid 1." Jakarta: Erlangga, Edisi Kedua (1999).
v
BAB I
PENDAHULUA
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gagasan dan ide untuk memenuhi "kebutuhan / needs"
Hasil studi kelayakan dan laporan hasil AMDAL
Tahap ini juga dapat dinamakan sebagai "Tahapan Konseptual". Pihak-
pihak yang telibat dalam tahap ini adalah : Pemilik proyek (owner) dan dapat
dibantu oleh Konsultan Perencana dan atau Konsultas Manajemen Konstruksi.
3. Tahap Perekayasaan (Design)
Tahapan ini terdiri dari :
Tahap Pra Rancangan, menghasilkan : kriteria desain, skematik desain,
estimasi anggaran secara global.
Tahap Pengembangan Rancangan, menghasilkan : perhitungan-perhitungan
detail (perhitungan desain, gambar-gambar detail, outline spesifikasi,
estimasi anggaran secara terperinci).
Desain Akhir dan Penyiapan Dokumen Pelaksanaan, menghasilkan :
Gambar koordiasi, gambar-gambar detail, spesifikasi, daftar volume,
estimasi biaya konstruksi, syarat-syarat umum administrasi dan peraturan
umum.
Pada tahap perekayasaan ini pihak-pihak yang mungkin terlibat adalah
Konsultasn Perencana, Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Rekayasa
Nilai (Value Engineering) dan atau Konsultan Quantity Surveyor (QS).
4. Tahap Pengadaan (Procurement)
Tahapan ini meliputi 2 kegiatan, yaitu :
Pengadaan jasa konstruksi (project procurement)
Pengadaan peralatan dan material. Untuk pengadaan peralatan dan material,
bisa dilakukan oleh pemilik proyek (owner) atau pihak kontraktor.
Selain pihak pemilik proyek (owner) dan kontraktor, pihak konsultan
perencana, manajemen konstruksi, dan atau QS juga bisa terlibat dalam tahap ini.
5. Tahap Pelaksanaan (Contruction)
Tahapan ini dapat berlangsung setelah ditandatanganinya kontrak oleh
Pemilik Proyek (owner) dan pihak kontraktor. Serta telah dikeluarkannya Surat
Perintah Kerja (SPK). Tahap Pelaksanaan ini meliputi :
Perencanaan kegiatan di lapangan.
Pengorganisasian dan koordinasi sumber daya.
3
Pengendalian proyak yang bertujuan untuk menghasilkan pekerjaan tepat
waktu dan biaya, serta memenuhi mutu yang disyaratkan.
Pihak-pihak yang mungkin terlibat adalah : Konsultas Pengawas (MK),
Konsultan Manajemen Kontruksi, Kontraktor, Supplier, Sub Kontraktor serta
instansi terkait.
6. Tahap Tes Operasional (Commisioning)
Merupakan pengujian terhadap fungsi masing-masing bagian sehingga
bangunan dapat dioperasikan. Pihak-pihak yag mungkin terlibat adalah : Pemilik
proyek (owner), Konsultan Perencana, Konsultas Pengawas (MK), Konsultan
Manajemen Kontruksi, Kontraktor, Supplier, Sub Kontraktor serta instansi terkait.
7. Tahap Pemanfaatan dan Perawatan (Operational and Maintenance)
Biaya operasional dan pemeliharaan sangat dipengaruhi oleh tahapan
sebelumnya, mulai dari tahap perencanaan sampai test operasional.
Pihak-pihak yag mungkin terlibat adalah : Konsultas Pengawas (MK,
pemakai (End User) yang dapat diwakili oleh building manajer dan sebagian
kontraktor spesialis.
2.2 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Proyek (RAB)
Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi
untuk menjawab pertanyaan “Berapa besar dana yang harus disediakan untuk
sebuah bangunan?”. Pada umumnya, biaya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek
konstruksi berjumlah besar. Ketidaktepatan yang terjadi dalam penyediaannya
akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan
pengadaan dan pemakaian dana proyek, mulai dari proses memperkirakan jumlah
keperluan dana, mencari dan memilih sumber dan macam pembiayaan,
perencanaan serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai pada akuntansi
dan administrasi pinjaman/keuangan.
Kuantitas dan jenis sumber daya diidentifikasi dilanjutkan dengan estimasi
keperluan biaya guna pengadaan sumber daya bersangkutan yang dinyatakan
dalam satuan uang, misalnya rupiah atau US$. Mengadakan perkiraan biaya
termasuk mengkaji atau menjadi alternatif terbaik dari segi biaya. Output dari
proses ini
4
adalah dokumen yang berisi perkiraan biaya proyek beserta penjelasan yang
diperlukan.
Sebuah penyusunan RAB Proyek mempunyai beberapa kegunaan, antara lain
:
1. Sebagai bahan dasar usulan pengajuan proposal agar didapatkannya
sejumlah alihan
2. Dana bagi sebuah pelaksanaan proyek dari pemerintah pusat ke daerah
pada instansi–instansi tertentu
3. Sebagai standar harga patokan sebuah proyek yang dibuat oleh stakes
holder dalam bentuk owner estimate (OE)
4. Sebagai bahan pembanding harga bagi stakeholder dalam menilai
tingkat kewajaran owner estimate (OE) yang dibuatnya dalam bentuk
engineering estimate (EE) yang dibuat oleh pihak konsultan.
5. Sebagai rincian item harga penawaran yang dibuat kontraktor dalam
menawar pekerjaan proyek.
6. Sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi teknik sebuah investasi
proyek sebelum dilaksanakan pembangunannya.
Dikenal banyak teknik dan metode pengelolaan biaya, di antaranya yang
terpenting adalah sebagai berikut:
5
Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan
pengadaan dan pemakaian dana proyek, mulai dari proses memperkirakan jumlah
keperluan dana, mencari dan memilih sumber dan macam pembiayaan,
perencanaan serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai pada akuntansi
dan administrasi pinjaman/keuangan.
1. Perencanaan Sumber Daya
Perencanaan sumber daya meliputi pengidentifikasian jenis dan kuantitas
sumber daya (manpower, peralatan, dan material) yang diperlukan guna
melaksanakan pekerjaan sesuai dan lingkup proyek. Output dari proses ini
ialah catatan atau daftar jenis sumber daya yang diperlukan serta kuantitas
masing-masing komponennya.
2. Perkiraan Biaya
Kuantitas dan jenis sumber daya diidentifikasi dilanjutkan dengan estimasi
keperluan biaya guna pengadaan sumber daya bersangkutan yang
dinyatakan dalam satuan uang, misalnya rupiah atau US$. Mengadakan
perkiraan biaya termasuk mengkaji atau menjadi alternatif terbaik dari segi
biaya. Output dari proses ini adalah dokumen yang berisi perkiraan biaya
proyek beserta penjelasan yang diperlukan.
3. Penyusun Anggaran
Penyusunan anggaran berarti memerinci alokasi biaya untuk masing-masing
kegiatan, yang diintegrasikan dengan jadwal penggunaannya. Anggaran ini
nantinya akan menjadi tolok ukur pengendalian kinerja kegiatan yang
bersangkutan. Output dari proses ini adalah dokumen anggaran biaya
proyek serta rencana penarikannya.
4. Pengendalian Biaya
Proses pengendalian biaya termasuk memantau dan mencatat apakah
penggunaan biaya telah sesuai dengan perencanaan. Bila tidak sesuai, dicari
sebabnya dan dievaluasi dampak yang mungkin terjadi serta diadakan
koreksi. Output dari proses ini adalah change order dan revisi anggaran.
6
Gambar 2.1 Proses pengelolaan biaya
7
loading dan unloading, biaya pengepakan, penyimpanan sementara di
gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi.
c. Biaya subkontraktor
Biaya subkontraktor umumnya merupakan paket kerja yang terdiri dari jasa
dan material yang disediakan oleh subkontraktor. Hal ini harus dihitung dan
dipersiapkan terlebih dahulu dalam memperkirakan biaya pekerjaan.
d. Biaya Peralatan/Perlengkapan
Biaya yang diperluka untuk kegiatan sewa, pengangkutn, pemasangan alat,
memindahkan, membongkar dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah
dari operator mesin dan pembantunya.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung harus ditambahkan oleh kontraktor dalam menyusun
estimasi biaya proyek. Biaya tidak langsung adalah sejumlah pengeluaran
yang merupakan porsi substansial dari biaya langsung dan terdiri dari biaya :
a. Overhead Cost
Komponen biaya ini meliputi, pengeluaran oprasi perusahaan yang
dibebankan kepada proyek, missal, sewa kantor, listrik kerja, air kerja, biaya
telpon, biaya pemasaran, dan pengeluaran lain untuk pajak, asuransi,
jamsostek, jaminan pelaksanaan, royalty dan lainnya.
b. Biaya Tak Terduga (Contingency)
Merupakan biaya tak terduga yang digunakan untuk kejadian-kejadian yang
mungkin terjadi mungin tidak terjadi, misalnya naiknya permukaan air
tanah, banjir, tanah longsor dan diperuntukkan guna menyesuaikan
perencanaan rinci dengan lapangan pada saat pekerjaan konstruksi
berlangsung. Besarnya diperkirakan 5% dari jumlah biaya langsung.
Contingensicy harus digunakan untuk menutup biaya karena perubahan yang
tidak dapat diramalkan, tetapi tidak untuk menutup ketidak cukupan.
c. Keuntungan (Profit)
Merupakan keuntungan yang didapat oleh pelaksana kegiatan proyek
(kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam proses pengadaan proyek yang
telah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang diset oleh para kontraktor
antara 10% - 12% atau bahkan lebih, tergantung dari keinginan kontraktor.
8
2. Biaya Pemeliharaan selama Masa Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan merupakan prakiraan biaya yang dikeluarkan setiap
selesei pekerjaan konstruksi setelah Pre Hand Over (PHO) sampai dengan
serah terima pekerjaan kedua atau Final Hand Over (FHO).
2.3 Penjadwalan Proyek
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek.
Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya
penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dan lain-
lain. Pengelolaan waktu mempunyai tujuan utama agar proyek diselesaikan sesuai
atau lebih cepat dari rencana dengan memperhatikan batasan biaya, mutu dan
lingkup proyek. Gambar 2.2 menunjukkan proses pengelolaan waktu.
1. Identifikasi Kegiatan
Proses pengelolan waktu diawali dengan mengidentifikasi kegiatan proyek
agar komponen lingkup proyek WBS atau deliverables yang telah ditentukan
dapat terlaksana sesuai dengan jabwal.
2. Penyusun Urutan Kegiatan
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponennya, lingkup proyek disusun
kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan. Output
dari proses ini ialah jaringan kerja.
3. Perkiraan Kurun Waktu
Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen kegiatan
diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan
yang bersangkutan. Output proses ini adalah jaringan kerja yang telah memiliki
kurun waktu dan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan tersebut.
4. Penyusun Jadwal
Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberi kurun
waktu kemudian secara keseluruhan dianalisis dan dihitung kurun waktu
penyelesaian proyek dan milestone yang merupakan titik penting dari sudut
jadwal proyek. Output dari proses ini adalah jadwal induk, milestone dan jadwal
untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
9
Langkah berikutnya dalam membuat rencana proyek adalah menjadwalkan
tugas dan menentukan durasi untuk kegiatan pekerjaan. Perlunya membuat jadwal
yang menunjukkan urutan eksekusi dan menetapkan tenggat waktu per aktivitas
dalam proyek.
Untuk membangun jadwal proyek, informasi berikut diperlukan:
1. Tugas dan aktivitas yang teridentifikasi dan dependensinya (baik internal
maupun eksternal)
2. Tugas yang dibuat untuk anggota tim (yang akan melakukan tugas)
3. Strategi mitigasi risiko dan rencana kontijensi
4. Sumber daya yang dialokasikan diperlukan untuk proyek
1
Kapasitas/daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
Produktivitas sumber daya, peralatan proyek, dan tenaga kerja proyek, selama
operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi
aturan teknis.
Cuaca, musim, debit banjir, skala gempa tahunan, dan lain lain.
Referensi hari kerja efektif (pekerjaan) dengan mempertimbangkan hari-hari
libur resmi nasional, daerah, dan hari-hari keagamaan, serta adat setempat di
mana proyek berada.
Kemungkinan lain yang sering terjadi di daerah atau wilayah proyek
tersebut berada.
Kesiapan sponsor proyek atau sumber daya finansial proyek atau
ketersediaan dana proyek yang bersangkutan.
Dengan faktor-faktor yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan
sedemikian lengkap, maka jadwal proyek yang diterima kontraktor pemenang
tender yang harus melaksanakan proyek tersebut adalah jadwal proyek yang telah
'matang'. Artinya, pemenang tender sangat mungkin untuk memenuhi jadwal
penyelesaian proyek tersebut. Kecuali proyek-proyek tertentu yang memang
kondisi penunjukan kontraktor, persiapan desain, dan perencanaannya dilakukan
'sambil jalan'. Maka, jadwal proyek periu dimatangkan lagi bersama pemilik
proyek dan konsultan proyek tersebut.
5. Analisa Jaringan Kerja (Networking)
Pengertian jaringan kerja (networking) adalah suatu jaringan yang merupakan
alat untuk membantu perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan yang
satu sama lain mempunyai hubungan saling ketergantungan.
Mantaat jaringan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan gedung adalah :
a. Menggambarkan ketergantungan antar kegiatan-kegiatan dalam suatu
proyek.
b. Alat untuk mengkomunikasikan ketergantungan masing-masing antar
kegiatan
c. Alat pengendalian khususnya untuk melihat kemajuan
pelaksanaan pekerjaan
1
Secara keseluruhan proyek harus dijabarkan menjadi unit terkecil atau
menjadi kegiatan operasional yang disebut Task (tugas). Bicarakan untuk
menentukan hubungan ketergantungan antara task dalam penjabaran secara
spesifik dari proyek tersebut.
1
Setelah kita menentukan network diagram dengan urutan ketergantungan
satu sarna lain, maka kita harus meninjau waktu pelaksanaan setiap kegiatan dan
menganalisa seluruh kegiatan network diagram, untuk mendapatkan waktu
terjadinya masing-masing peristiwa (kejadian).
Selanjutnya simbol lingkaran (kejadian), perlu dilengkapi seperti gambar
berikut :
1
Pengaturan waktu seperti jam, hari, minggu atau bulan tergantung dari keperluan
serta dalam menetapkan waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut.
c. Network CPM
Metode penjadwalan dasar yang digunakan dalam proyek ialah Critical
Path Method (CPM), harus mengidentifikasi semua kegiatan yang perlu
diselesaikan. Lama waktu yang digunakan (duration) untuk menyelesaikan
masing-masing kegiatan, urutan ketergantungan dari setiap kegiatan, sampai
dengan waktu paling awal dan paling lambat, serta waktu terpanjang untuk
menyelesaikan suatu proyek (waktu kritis). Critical Path Method (CPM)
memerlukan semua data kegiatan. menghitung waktu dari proyek dengan
menghitung waktu dari kegiatan jika semua kegiatan dihubungkan (chaned)
bersama sampai dengan ketergantungan urutan yang dikehendaki.
Pada urutan terpanjang diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal (schedule).
Kegiatan ini disebut kritis (critical task) yang sangat penting untuk menjaga
semua kegiatan proyek sesuai jadwal. Urutan lintasan dari kegiatan kritis
(critical task) disebut lintasan kritis (critical path).
Untuk menggambar jadwal dalam micro soft project digunakan Gantt Chart,
yaitu merupakan grafik batang (barchart) yang menggambarkan satuan waktu,
barchart ini akan muncul secara otomatis jika waktu dan mulai proyek telah di
input.
d. Pembuatan jaringan kegiatan
Suatu proyek terdiri dan kegiatan-kegiatan yang saling ketergantungan
dengan waktu penyelesaian dan sumber-sumber (resources), telah di analisa
sebagai berikut:
1
Tabel 2.1 Contoh daftar macam kegiatan dan kebutuhan sumber daya
1. Menganalisa ketergantungan
a. Kegiatan A, B dan E dimulai bersama pada permulaan proyek
b. Setelah kegiatan B selesai kegiatan D dan G boleh proyek
c. Setelah A selesai kegiatan F dimulai
d. Kegiatan C boleh dimulai, jika kegiatan F dan D telah selesai dan
merupakan kegiatan akhir
e. Kegiatan H dapat dimulai setelah G selesai dan merupakan kegiatan akhir
f. Kegiatan J dimulai setelah E selesai
g. Kegiatan K tidak dapat dimulai sebelum G dan J selesai
h. Kegiatan I bisa dimulai setelah K selesai dan merupakan kegiatan akhir
2. Menggambar jaringan kerja
Dari kegiatan yang telah dianalisa ketergantungan, maka dapat digambar
sebagai berikut :
1
Gambar 2.5 Gambar Jaringan
3. Menganalisa waktu
Untuk menganalisa waktu terlebih dahulu dianalisa peristiwa paling awal,
yaitu Earlist Event Time =EET (lihat gambar).
1
e. Kegiatan F dan D, menuju ke satu lingkaran no. 4, pilih EET yang paling
besar diantara dua kegiatan, kemudian masukan ke lingkaran no. 4 bagian
atas.
- Kegiatan F dan kegiatan A EET = 4+15=19
- Kegiatan D dan kegiatan B EET = 8+6=14, jadi yang diambil
=19
f. Kegiatan G, EET = 8+12=20
g. Kegiatan J. EET = 20, Merupakan EET dummy dari kegiatan B dan G
= 8+12=20, EET dan kegiatan E dan J = 7+9=16, sehingga yang besar adalah
20.
h. Kegiatan K, EET =20+11=31, tulis pada lingkaran no. 7.
i. Kegiatan C, H dan I menuju ke satu lingkaran 8, merupakankegiatan akhir:
- Kegiatan C, EET =19+3=22
- Kegiatan H, EET = 20+10=30 yang terbesar = 36 (tulis bagian atas no. 8)
- Kegiatan I, EET = 31+5=36
Kesimpulan kejadian paling pagi (EET) .adalah waktu terpanjang yang
melalui suatu/intasan dan lingkaran kejadian permulaan (nomor nol) sampai
ke lingkaran kejadian yang ditinjau.
6. Kurva S
Kurva S adalah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hannum
atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga
akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek didasarkan dari
1
kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang diprosentasekan sebagai prosen
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Hasil yang dapat diterima pembaca
kurva S adalah informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkan terhadap jadwal dari segi perencanaan yang telah dibuat.
Sehingga dapat diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan dari
pelaksanaan proyek tersebut. Langkah-langkah membuat kurva S sebagai
berikut:
a. Perhitungan durasi dari tiap item pekerjaan
b. Membuat bar chart
c. Membuat nilai bobot dari tiap item pekerjaan
d. Melakukan penjumlahan dari hasil periode yang didapat dengan periode
sebelumnya. Nantinya pada item pekerjaan terakhir mendapatkan bobot
prosentase 100%, memplot hasil bobot tersebut sehingga memunculkan
kurva S.
1
- Metoda dan urutan pelaksanaan pekerjaan
1. Standar Spesifikasi
a. Syarat Bahan
b. Syarat Penyimpanan
1
c. Syarat Pelaksanaan
3. Syarat Pelaksanaan
2
BAB III
Mulai
Item Pekerjaan
HSP Triwulan 1 Tahun 2021 Kota Padang
AHSP KemenPUPR No. 28/PRT/ 2016
RAB Proyek
A
A
Perencanaan
Jadwal Pelaksanaan
Kesimpulan
Selesai
2
Sebagai langkah awal pelaksanaan pekerjaan, kontraktor membersihkan
lapangan/lokasi pembangunan dari hal-hal yang dapat merusak pelaksanaan
pembangunan.
Penebangan pohon/pembersihan harus tuntas sampai pada akar-akarnya
sehingga tidak merusak struktur tanah.
2. Pekerjaan pengukuran
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan untuk menandai titik/bagian
bagian yang akan di kerjakan sesuai dengan gambar rencana dengan menggunakan
alat theodolit. Pekerjaan pengukuran ini dapat dilihat sebagai berikut :
Melakukan survey dan pengukuran lokasi oleh surveyor sesuai dengan gambar
rencana.
Pemasangan tanda berupa patok/papan bowplank sebagai acuan pekerjaan yang
akan dilakukan
Setelah pemasangan bowplank selesai harus dilaporkan kepada kepala direksi
terkait untuk mendapatkan persetujuan untuk mendapatkan pekerjaan
selanjutnya.
3. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan guna membuat pondasi dengan kedalaman
sekitar 24 meter, dan dilakukan pemancangan dengan menggunakan konfigurasi
tiang pancang , yang berarti untuk mencapai 24 meter kedalaman dibutuhkan
sekitar 3 tiang pancang yang berukuran panjang 8 meter/ tiang pancang, dengan
konfigurasi bottom , midle, dan upper, untuk bagian bottom tentunya tiang pancang
dengan bentuk spun pile yang memiliki keruncingan dibawahnya, untuk middle dan
upper merupakan tiang pancang spun pile yang tidak memiliki keruncingan
dibawahnya karna middle dan upper hanya bagian penyambung. Pekerjaan
pemancangan ini dibagi menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu :
a Pengadaan Tiang Pancang
Pengadaan tiang pancang merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari
pemesanan tiang pancang sampai dengan pemindahan tiang pancang dari
triller ke stock yard.
b Pekerjaan Pemancangan
3
Pekerjaan pemcangan pada proyek ini dituntut agar tidak berisik karna
proyek ini berdekatan dengan rumah penduduk, maka dari itu pekerjaan
pemancangan ini menggunakan alat Drop Hammer.
4. Pekerjaan urugan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian pile cap, galian sloof, penimbunan
rencana lantai bangunan, pemadatan lapis demi lapis, dengan alat excavator dan
dump truck, sehingga titik peil sesuai dengan gambar rencana.
Tabel 3.1 Data produktivitas galian
5. Pekerjaan pembesian
Tulangan beton dihitung berdasarkan beratnya dalam kg atau ton. Para
pelaksanan biasanya membuat daftar khusus pembengkongkan tulangan, dimana
dapat dilihat jelas bentuk pembengkokan, panjang, kaitan serta pemotongannya.
Hal ini dimaksudkan apabila ada sisa maka dapat dipakai untuk penulangan yang
lainnya. Pada perhitungan volume kebutuhan besi, perhitungannya menyangkut
tentang panjang bengkokan, kaitan dan panjang dari besi tersebut. Perhitungan
4
volume pembesian direncanakan berdasarkan SNI 2847-2013 tentang Beton
Struktural.
5
Gambar 3.3 Contoh perhitungan kebutuhan besi
Dari hasil perhitungan panjang tulangan, dapat ditentukan jumlah kaitan,
bengkokan dan kebutuhan tulangan besi dengan satuan Kg serta batang (12 meter
per batang) dengan rumus sebagai berikut :
Volume Besi Dalam Kg
Vol. = P x w..................................................(3.2)
Volume Besi Dalam Batang
Vol. = 𝑝
12𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 …................................................(3.3)
Keterangan :
W atau Berat (Kg/m) yang digunakan
P atau Total Panjang (m) adalah total jumlah panjang tulangan
Volume Besi (Batang) adalah volume pembesian dalam satuan Batang, tiap
batang panjangnya ± 12 meter
Volume Besi (Kg) adalah volume pembesian dalam satuan Kg
Tabel 3.2 Daftar besi beton dan ukurannya dalam mm yang terdapat pada
perdagangan.
6
potongan serta durasi memasang pembesian. Berikut ini adalah rumus perhitungan
durasi yang dibutuhkan tenaga kerja untuk membuat bengkokan,kaitan,memotong
dan memasang :
Durasi Memotong
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Durasi (jam) = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 .............................................(3.4)
Durasi bengkokan dengan mesin
...........................................
Durasi (jam) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑔𝑘𝑜𝑘𝑎𝑛 (3.5)
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
7
Table 3.3 : Jam kerja buruh yang diperlukan ntuk membuat 100 bengkokan dan
kaitan
Sumber : Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan” oleh Ir. A Soedrajat.
S) halaman 91
Tabel 3.4 Jam kerja buruh yang dibutuhkan untuk memasang 100 buah batang
tulangan
Sumber : Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan” oleh Ir. A Soedrajat.
S) halaman 92
Kapasitas produksi pekerjan pembesian pada setiap tabel diambil nilai rata-
ratanya, sedangkan untuk 1group kerja pekerjaan pembesian terdiri dari
mandor dan 3 tukang besi.
6. Pekerjaan bekisting
Pekerjaan bekisting meliputi antara lain :
8
Bekisting kolom
Bekisting balok
Bekisting plat lantai
Bekisting dinding geser
Bekisting tangga
Kayu-kayu cetakan ini dapat digunakan kembali sebanyak 50% hingga 80%.
Tabel 3.5 Contoh daftar waktu kerja tiap luas cetakan
7. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran dalam metode pelaksanaan dilakukan setelah pekerjaan
bekisting dan pekerjaan pembesian selesai dilaksanakan. Pengecoran untuk area
gedung dengan tinggi 5 lantai dapat digunakan concrete bucket dan crawler crane.
Perhitungan volume beton pada balok, plat dan kolom tanpa dikurangi dengan
volume pembesian didalamnya adalah :
Vol. Poer = panjang poer (m) x lebar poer (m) x tebal poer (m)..................(3.9)
Vol.Balok = panjang balok (m) x lebar balok (m) x tinggi balok (m).......(3.10)
Vol.Kolom = tinggi kolom (m) x panjang kolom (m) x lebar kolom (m)...(3.11)
Vol. Plat = Panjang plat (m) x lebar plat (m) x tebal plat (m).....................(3.12)
8. Pekerjaan arsitektur
9
Pekerjaan arsitektur yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pekerjaan
arsitektur / finishing dalam konteks proyek konstruksi, yang merupakan pekerjaan -
pekerjaan yang bersifat non struktural. Namun dalam hal bobot biaya, dapat
menjadi yang terbesar, terutama untuk fungsi-fungsi bangunan komersial. Bobot
biaya dapat melonjak, apabila sebagian besar material yang digunakan merupakan
material import. Hal ini menyebabkan terkadang pekerjaan arsitektur menempati
jalur kritis (critical path) pada project schedulling.
Pekerjaan arsitektur memiliki beberapa karakteristik - karakteristik yang
antara lain sebagai berikut:
Umumnya memiliki bobot biaya yang tertinggi khususnya pada bangunan -
bangunan komersial, seperti, hotel, mall, dan sebagainya. Hal ini dapat
disebabkan karena harga material - materialnya yang cukup mahal.
Sering adanya anggapan bahwa pekerjaan arsitektur maupun interior dapat
menutupi kekurangan pekerjaan struktur, walaupun hal ini sudah tentu tidak
benar.
Dalam pelaksanaannya didominasi oleh pekerjaan tangan dan tidak jarang
membutuhkan skill tertentu dalam pelaksanaannya.
Umumnya pekerjaan - pekerjaan ini sebagaian besar berlangsung didalam
bangunan atau dapat dikatakan dilaksanakan setelah pekerjaan struktur hampir
atau sudah terbangun.
Pekerjaa arsitektur memiliki logika ketergantungan yang cukup erat dengan
pekerjaan MEP termaksud utilitas, seperti: lift, escalator, dan sebagainya
sehingga sering terjadi fast track dalam pelaksanaanya.
Pekerjaan arsitektur / finishing pada gedung bertingkat dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a Pekerjaan kulit luar
Pekerjaan facade, umumnya dilaksanakan pada saat struktur sudah selesai atau
hampir selesai. Pada bangunan gedung bertingkat pekerjaan facade tidak
termaksud pekerjaan struktur, karena tidak dianggap berfungsi struktural /
memikul beban. Pekerjaan facade seringkali disertai ornamennya, seperti: list,
canopy, janggutan, dan sebagainya.
1
Material yang diaplikasikan pada facade bangunan, dapat bervariasi sejalan
dengan kemajuan teknologi, seperti: alumunium, kaca, acrylic, precast, batu
alam, dan sebagainya. Pelaksanaannya dapat menggunakan metode
konvensional dan pabrikasi. Metode konvensional, seperti pada dinding pengisi
dari pasangan bata atau celcon. Untuk metode pabrikasi, umumnya digunakan
pada material alumunium, kaca, dinding precast dan sebagainya.
Gambar 3.5 Facade bangunan yang berupa curtain wall dari material alumunium
1
( Sumber: http://www.archiproducts.com/en/products/2956/composite-panel-for-
roof- composite-material-facade-panel-alucobond-gruppo-sogimi.html)
c Pekerjaan plafond
1
Pekerjaan plafond pada dasarnya dapat dikelompokkan atas dua kelompok
besar, yaitu:
Exposed ceiling
Dimana tidak menggunakan penutup plafond sehingga struktur lantai diatasnya
atau struktur atap serta jaringan utilitas-nya dapat terlihat ( Lihat gambar 3.8).
Sebagai finishing, umumnya hanya dilakukan pengecatan atau tidak sama
sekali melainkan hanya dilapisi oleh skim coat. Selain finishing tersebut
adapula yang dilapisi oleh fabric berwarna hitam. Exposed ceiling, umumnya
terdapat pada basement, void atrium, dan sebagainya.
Suspended ceiling
Pada tipe ini pemasangan plafond dilakukan di bawah struktur lantai atau
struktur atap dimana plafond digantung pada struktur tersebut ( Lihat gambar
3.9). Metode pemasangannya, secara umum terdiri dari dua tahapan metode
pemasangan, yaitu pemasangan rangka dan penutup ceiling dengan berbagai
material, seperti: gypsum, metal, glass, PVC, dan lain - lain. Pada bangunan
gedung bertingkat, biasanya terdapat space pada ceiling untuk tempat jaringan
utilitas, seperti: listrik, pipa spinkler, ducting, dan sebagainya.
Gambar 3.8 Contoh Exposed Ceiling yang di finishing dengan cat warna hitam
1
( Sumber: http://cutebasement.com/wp content/uploads/2015/01/Basement-
Ceiling-Ideas-Diy.jpg)
Gambar 3.9 Pekerjaan plafond gypsum
( Sumber: http://jogjagypsum.web.id/wp-content/uploads/2015/02/pasang-
gypsum.jpg)
1
utama, yaitu: pemasangan rangka dan pemasangan partisi. Tahap akhir
biasanya berupa finishing. Material rangka dapat berupa kayu, hollow, besi dan
sebagainya, sedangkan material partisi, dapat terdiri dari gypsum ( Lihat
gambar 3.11), kayu, kaca, GRC, dan lain – lain. Untuk finishing dapat berupa
pengecatan, wall paper, fabric, kaca, dan sebagainya.
1
rangka partisi yang juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat jaringan utilitas
vertikal, seperti: kabel - kabel listrik, pipa - pipa, dan sebainya.
e Pekerjaan pintu & jendela
Jenis pintu dan jendela yang digunakan dapat bervariasi, seperti: alumunium,
upvc, kaca ( Lihat gambar 3.12), kayu, besi, dan lain - lain. Pemilihan jenis
materialnya, dapat ditentukan dari beberapa hal, seperti: disain, fungsi, karakter
bangunan, dan lain - lain. secari garis besar tahapan pekerjaannya terdiri dari:
pemasangan kusen, pemasangan daun pintu / jendela dan finishing.
Pekerjaan ini dikerjakan setelah pekerjaan dinding / partisi selesai. Umumnya
pada bangunan gedung terdapat beberapa tipe pintu dan jendela dengan
metodenya masing - masing. Untuk proyek besar, umumnya pekerjaan ini di
subkon-kan dan bisa terdapat beberapa subkon, tergantung jenis pintu /
jendelanya.
9. Pekerjaan MEP
Pekerjaan mekanikal elektrikal plumbing merupakan pekerjaan yang
berhubungan dengan pemasangan sistem dalam gedung seperti pemipaan, alarm,
sistem pemadam kebakaran, listrik, dll.
1
Instalasi yang dibuat dapat disesuaikan dengan konstruksi dari bangunan
tanpa merusak ataupun mengubah struktur dari bangunan. Dalam suatu
pembangunan gedung, dibutuhkan banyak komponen agar gedung tersebut bisa
ditempati dan dioperasikan manusia. Mulai dari sistem mekanikal gedung,
elektrikal hingga pemipaan yang mengelilingi bangunan gedung.
Untuk perakitan beberapa sistem instalasi tersebut, dibutuhkan kontraktor
mekanikal elektrikal plumbing terbaik. Agar nantinya menghasilkan pekerjaan
yang terstruktur, rapi serta aman dalam hal keselamatannya. Berikut ini akan
dibahas mengenai jasa instalasi dari kontraktor mekanikal, elektrikal dan
plumbing.
Berikut ini akan dibahas mengenai instalasi dari mekanikal, elektrikal dan
plumbing :
A. Sistem mekanikal gedung
Berikut ini adalah pemetaan bagian dari instalasi mekanikal dalam suatu
bangunan yaitu:
1. Sistem fire fighting
Sistem fire fighting atau sering dikenal sebagai pemadam kebakaran sangat
dibutuhkan di dalam gedung. Fire fighting sendiri berguna sebagai sistem
keamanan dan keselamatan, dan hal ini menjadi standar kelayakan pendirian
bangunan. Pemasangan fire fighting yang baik yakni selalu ada di setiap
ruangan bangunan.
2. MVAC (mechanical ventilation and air conditioning)
MVAC merupakan singkatan dari mechanical ventilation and air
conditioning ini berguna sebagai sistem sirkulasi udara dalam bangunan.
Dimana komponen utamanya berupa instalasi AC sebagai penyejuk udara.
3. Ducting
Ducting merupakan bagian yang berguna sebagai ventilasi udara dalam
bangunan. Ducting sendiri hampir menyerupai pipa untuk mengalirkan udara
ke bagian lainnya. ducting menjadi bagian yang cukup penting. Ada beberapa
jenis ducting untuk bangunan mulai dari ducting fresh air, exhaust, split duct
dan AC central.
4. Sistem transportasi dalam gedung
1
Transportasi yang paling berguna didalam gedung yakni lift dan escalator.
Lift merupakan transportasi angkut yang membentuk ruangan, yang
menghubungkan antar lantai bangunan. Berbeda dengan escalator yang
menyerupai anak tangga, tetapi dapat dijalankan dengan mesin mekanis.
B. Sistem elektrikal gedung
Komponen elektrikal sangat penting bagi sebuah bangunan agar bangunan
bisa memiliki fungsi untuk menghidupkan tenaga listrik dengan baik.
Elektrikal sendiri dalam instalasinya dalam bangunan tidak boleh
sembarang orang dalam pelaksanaannya. Tenaga elektrikal dituntut paham dan
menguasai elemen-elemen instalasi listrik. Selain itu, ada beberapa komponen
elektrikal penting yang wajib disematkan pada bangunan.
Mulai dari pemasangan listrik dengan daya yang rendah, pemasangan
listrik daya menengah, memasang fire alarm, panel listrik, trafo, genset dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah pemetaan yang dibutuhkan dari instalasi elektrikal
pada sebuah bangunan.
1. Fire alarm system
Fire alarm system merupakan sistem yang dibutuhkan sebagai pengingat
adanya risiko kebakaran. Fire alarm ini umumnya dipasang dibagian langit-
langit bangunan. Dimana akan mendeteksi hal-hal yang beresiko
menyebabkan kebakaran. Mulai dari asap dalam gedung, temperature yang
cukup tinggi serta adanya kebocoran gas.
2. Instalasi CCTV
Sistem pemantauan dalam gedung sering menggunakan CCTV yang dapat
diletakkan di sudut langit-langit ruangan. CCTV sangat berguna untuk
merekam segala aktivitas yang terjadi dalam suatu ruangan. Komponen yang
dibutuhkan dalam instalasi CCTV diantaranya ada kamera CCTV, DVR,
serta monitor untuk pemantauan.
3. Panel listrik
Panel listrik dalam bangunan ini terbagi diantaranya panel listrik bervoltase
rendah (LV) dan panel listrik bervoltase Sedang (LM). Panel listrik dengan
voltase yang rendah sangat dibutuhkan dalam suatu bangunan. Dimana panel
listrik low voltage ini dapat dibagi untuk kebutuhan penyaluran tenaga listrik
1
dengan konsumsi yang rendah. Misalnya untuk kebutuhan operasional
gedung, menghidupkan peralatan elektronik dan sebagainya.
Panel listrik dengan voltase yang sedang menjadi induk distributor tenaga
listrik yang mengalirkannya pada panel listrik bervoltase rendah. MV ini
disalurkan dari gardu PLN sekitar dimana memiliki tegangan yang cukup
tinggi. Sehingga untuk instalasi pengerjaannya dibutuhkan tenaga elektrikal
yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi.
C. Sistem plumbing gedung
Plumbing sendiri berguna untuk mengatur aliran air, baik air bersih, air kotor
maupun air hujan. Dalam mengatur pemipaan, dibutuhkan jenis pipa dari berbagai
bentuk. Mulai dari pipa berukuran kecil, sedang hingga pipa besar. Pipa pipa
tersebut diatur sebaik mungkin oleh kontraktor plumbing yang telah
berpengalaman.
Pengaturan plumbing sebisa mungkin memisahkan antara aliran air yang bersih
dengan pembuangan air yang kotor. Dipisahkan juga dari tampungan air hujan,
sehingga tercipta aliran sirkulasi air yang baik dan tidak tercemar. Beberapa
pemetaan bagian dari instalasi sistem plumbing bangunan diantaranya :
1. Aliran air bersih
Aliran air bersih ini memiliki fungsi yang sangat penting untuk dialirkan ke
setiap bagian gedung. Misalnya dialirkan ke kran wastafel, kamar mandi
ataupun bagian penting lainnya. Air bersih ini bersumber dari air PDAM
ataupun air sumur yang dialirkan menggunakan pipa khusus aliran air bersih.
2. Aliran air kotor
Aliran air kotor adalah aliran pembuangan limbah air yang telah tidak
digunakan. Limbah air yang kotor ini akan dikumpulkan menjadi satu di
suatu tempat, yakni bisa berupa septic tank atau sejenisnya. Pengumpulan
limbah air kotor ini bertujuan agar air kotor tidak tercemar kemana-mana
serta tidak mencampuri aliran air bersih.
3. Aliran air hujan
Selanjutnya ada aliran air hujan yang dialirkan dari bagian atas gedung
menuju ke bawah gedung. Air hujan memiliki sifat asam basa serta korosif.
Pengaturan aliran air hujan juga berguna agar bangunan tidak tergenang oleh
air. Instalasi
1
pumbling untuk air hujan ini bisa berupa pipa besar yang diletakkan
diberbagai sudut atas bangunan.
4. HVAC
Beberapa bagian HVAC yang sering dikerjakan diantaranya instalasi chiller,
cooling tower, VRF, VRV, AC konvensional dan lain sebagainya.
Pemasangan Heating, Ventilasi dan Air Conditioning berguna sebagai
pemanas, pengatur udara dan penyejuk ruangan. Dimana cocok untuk
dipasangkan di gedung- gedung seperti mall, supermarket, gedung
perkantoran, rumah sakit, dan gedung-gedung lainnya.
Peralatan yang dibutuhkan dalam instalasi HVAC mulai dari sistem plant
yang terdiri dari pembangkit panas, chiller, tower pending dan pumbling.
Tidak lupa pula adanya mesin AHU atau Air Handling Unit.
Alat yang dibutuhkan dalam instalasi HVAC juga ada sistem distribusi udara.
Dimana terdiri dari filter udara, kipas udara serta adanya koil pendingin.
5. Sistem pemadam kebakaran (fire fighting)
Fire fighting merupakan sebuah sistem yang berguna untuk melindungi
bangunan gedung dari bahaya kebakaran. Sistem fire fighting umumnya
identik dengan warna merah, yang memudahkan para penghuni gedung untuk
mengenalinya.
Fire fighting memiliki rancangan sistem yang khusus, dimana terdapat
deteksi otomatis mengenai adanya risiko kebakaran. Misalnya sumber asap,
sumber gas hingga tekanan temperatur yang tinggi dalam suatu bangunan.
Fire fighting dalam bangunan, terdapat 3 jenis yang wajib dipasangkan pada
bangunan gedung. Mulai dari fire alarm, hydrant dan sprinkler. Ketiga jenis
fire fighting ini tidak hanya untuk proteksi saja, melainkan harus dirawat
setiap waktu.
Perawatan fire fighting dapat dilakukan secara berkala. Misalnya pengecekan
terhadap fungsi otomatis mesin ketika risiko kebakaran terjadi, detector,
sistem auto serta sistem manual. Instalasi fire fighting sendiri dibutuhkan
beberapa komponen berupa pipa, selang, pompa, sparepart dan jenis
komponen lainnya. Sistem pemadam kebakaran hydrant merupakan sistem
yang berguna untuk memadamkan kebakaran menggunakan media air sebagai
pemadamnya.
2
Dalam sistemnya, air berada dalam penampungan yang dapat dialirkan ketika
kebakaran terjadi.
Sistem hydrant ini umumnya dipasangkan di berbagai jenis gedung public.
Mulai dari gedung mall, supermarket, gedung perkantoran, gedung rumah
sakit, hotel, pabrik dan gedung-gedung lainnya.
Pemasangan sistem hydrant yang dilakukan oleh para kontraktor fire fighting
terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya ada reservoir atau penyimpanan air
dan juga pompa hydrant untuk memompa air dalam reservoir.
Cara kerjanya air dari reservoir dialirkan menuju kotak hydrant dan pilar
hydrant yang telah terpasang di beberapa titik gedung ketika kebakaran
terjadi. Air dari reservoir ini secara otomatis maupun manual mengalir
melalui pumbling yang telah dirakit ketika pembangunan awal gedung
tersebut.
Sistem pemadam kebakaran splinkler merupakan salah satu jenis pemadam
kebakaran yang sangat membantu penghuni gedung dalam upaya pemadaman
api. Sistem sprinkler dirancang secara rapi serta memiliki detector otomatis
ketika risiko kebakaran terjadi.
2
3.5 Kesimpulan
Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisa berupa :
1. Rencana anggaran biaya (RAB) dan jadwal pelaksanaan.
2. Kurva S dan Spesifikasi Teknis.