Dikerjakan Oleh :
Afriandi Habibi
NIM. 1704101010026
Dosen Pembimbing :
Dikerjakan oleh :
NIM : 170401010026
Dosen Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI
B. Kegiatan Konsultasi
No Tanggal Konsultasi Paraf
.
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan YME, atas limpahan berkah
dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas Perancangan
Konstruksi Geoteknik I (PKG I) ini. Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, dan beserta sahabatnya, yang telah menyampaikan konsep yang benar
dalam kehidupan, sehingga penulis dapat menjalani kegiatan ini dengan ikhlas.
Ucapan terima kasih yang tak terhitung banyaknya kepada kedua orang tua penulis
serta seluruh keluarga yang telah memberikan segalah hal baik materi maupu non –
materi dari segala arah sehingga penulis tetap semangat menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Banta Chairullah M, M.Ing selaku dosen pembimbing atau pengampu
mata kuliah Perancangan Konstruksi Geoteknik I (PKG I) yng telah bersedia
membimbing penulis.
2. Seluruh civitas akademika di lingkup bidang Geoteknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala.
3. Sahabat dan seluruh teman, serta abanng / kakak letting Teknik Sipil Unsyiah
yang turut andil dalam membantu penulis menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan penulis pada laporan ini,
baik dari segi tulisan maupun isinya itu sendiri. Maka, bessar harapan penulis kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan diri
penulis kedepannya.
Akhirnya, penulis sampaikan semoga laporan ini bermanfaat dan menjadi sumber
cakrawala ilmu bagi pembaca nantinya, khususnya mahasiswa teknik sipil itu sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………….……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………..……………………………….. 1
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………………...…. 2
1.3 Ruang Lingkup Perancangan………………………………………….. 2
1.4 Peraturan Yang Digunakan……………………………………………. 3
ii
BAB III PERHITUNGAN PEMBEBANAN……………………………………... 26
3.1 Pembebanan Lantai 1………………………………………………….. 26
3.2 Pembebanan Lantai 2………………………………………………….. 31
3.3 Pembebanan Atap……………………………………………………… 36
3.4 Rekapitulasi Beban…………………………………………………….. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Perancangan ini dilaksanakan dengan maksud untuk menyelesaikan tugas besar
mata kuliah Perancangan Konstruksi Geoteknik I (PKG I) yang merupakan syarat
untuk memenuhi kurikulum Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
Adapun tujuan dari perancangan ini antara lain :
a. Untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh mahasiswa di kelas dan
praktikum yang telah dilakukan di laboratorium.
b. Untuk memahamkan mahasiswa dalam mendesain pondasi bangunan / gedung
khususnya pondasi tapak yang aman berdasarkan aspek geoteknis.
c. Untuk memahirkan mahasiswa tentang tahapan perencanaan pondasi dan
semakin lancar perhitungannya.
d. Untuk memahamkan mahasiswa dalam membuat tulisan yang baik dan benar,
serta melatih dalam membaca gambar rencana suatu konstruksi.
2
• Data tanah : CPT / Sondir Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil – Universitas Syiah Kuala
• Fungsi / kegunaan bangunan : Kantor
• Luas bangunan : 567 m2 (2 Lantai)
Alur perancangan ini meliputi :
1. Data perencanaan
2. Pembebanan titik pondasi
3. Analisis profil lapisan tanah
4. Desain pondasi tapak
5. Daya dukung pondasi
6. Penurunan
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
bagian dasar pondasi yang besar kemudian bagian badan pondasi yang kecil, hal ini
bertujuan untuk membuat beban menjadi terpusat dan disalurakan ke tanah untuk
luasan yang besar, sehingga tekanan tanah sebagai reaksi tidak terlalu besar. Bentuk
pondasi tapak bermacam – macam berdasarkan geomtetrik dasar pondasi, yaitu
persegi, empat persegi panjang, trapesium, lingkaran, dan lain sebagainya. Selain itu
letak badan pondasi juga berbagai tipe / jenis, baik tepat di tengah alas maupun di tepi
alas pondasi. Lihat gambar berikut.
5
dikatakan sebagai aksi / gaya luar yang harus dipikul oleh daya dukung tanah sebagai
reaksi. Untuk menentukan dan menghitung beban rencana, biasanya digunakan suatu
pedoman terkait instansi pemerintah yang ada di suatu daerah sebagai acuan. Dalam
hal ini untuk Indonesia digunakan PPI 1983 atau PPPURG 1987. Secara umum terdapat
dua jenis beban, yakni beban layan dan beban ultimit. Beban layan adalah beban pakai
suatu konstruksi (beban mati, hidup, dan sebagainya), sedangkan beban ultimit ialah
beban kombinasi dari beberapa beban layan yang mana mengandung perbesaran nilai.
Berikut ini beberapa jenis beban yang ditinjau untuk desain pondasi.
2.2.1 Beban mati (dead load)
Adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung / bangunan yang bersifat
tetap / permanen, termasuk unsur tambahan seperti peralatan, dekorasi, ataupun
mesin yang tak terpisahkan dari bangunan tersebut. Berikut ini beberapa bahan
bangunan dan komponen bangunan berdasarkan PPI 1983.
6
Gambar 2 – Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung
7
termasuk beban dari air hujan di atap. Terdapat dua jenis beban hidup berdasarkan
lokasinya yaitu :
1. Beban hidup pada lantai
Menurut PPI 1983, beban hidup pada lantai bangunan ditinjau untuk
lantai 2 hingga seterusnya, ditentukan berdasarkan fungsi pemakaian
bangunan itu sendiri. Dalam perhitungan diketahui bahwa karena beban
hidup yang sukar diprediksi karena bersifat sementara dimana kemungkinan
terjadi pembebanan secara penuh adalah jarang, maka dilakukan reduksi
beban berdasarkan penggunaan gedung pula. Dapat dilihat sebagai beikut.
8
Gambar 5 – Reduksi Beban Beban Hidup
(Sumber : PPI 1983)
Beban hidup pada lantai dihitung secara matematis sebagai berikut.
Beban hidup = luas muka lantai x beban hidup x koefien reduksi …(3)
2. Beban hidup pada atap
Beban yang ditinjau untuk atap dibagi dua yakni beban akibat orang dan
beban akibat air hujan. Berbeda dengan beban hidup lantai, pada atap tidak
dilakukan reduksi, hal ini dikarenakan atap merupakan konstruksi yang
langsung berhubungan dengan daerah luarx sehingga potensi terjadinya
beban lebih besar daripada beban pada lantai yang ada didalam konstruksi.
Adapun berikut beban hidup atap menurut PPI 1983.
Beban hidup atap dihitung dengan mudah sebagai berikut.
9
Beban hidup orang = panjang kaki kk x jarak antar kk x beban orang … (4)
Beban hidup hujan= (40 – 0,8α) x panjang kaki kk x jarak antar kk … (5)
10
Gambar 7 – tekanan tiup angin
11
2.3 Analisis Lapisan Tanah
Perancangan pondasi bangunan umumnya harus memiliki data geoteknis data dari
penyelidikan tanah tempat lokasi bangunan akan dibangun. Adapun tujuan dari
penyelidikan tanah / soil investigation antara lain :
• Untuk menentukan kapasitas daya dukung pondasi.
• Untuk menentukan tipe, dimensi, dan kedalaman pondasi.
• Untuk mengetahui muka air tanah.
• Untuk memprediksi penurunan tanah.
Pada analisis lapisan tanah, akan dilakukan prediksi profil lapisan tanah tempat
bangunan / pondasi diletakkan berdasarkan penyelidikan lapangan. Data tanah dari
penyelidikan lapangan dilakukan dengan tiga tahap yaitu : penggalian lubang uji,
pengambilan sampel tanah, dan pengujian tanah, baik di laboratorium maupun di lokasi
lapangan langsung. Adapun metode penyelidikan tanah lapangan yang biasa dipakai
untuk perancangan pondasi yaitu :
1. Uji penetrasi standar (SPT)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kerapatan relatif tanah berdasarkan
jumlah pukulan alat untuk pada kedalaman tertentu. Pengujian ini cocok dilakukan
untuk tanah granular (kerikil dan pasir) pada kondisi tanah tak terganggu. Adapun
indikator yang didapat dan digunakan dari alat ini adalah nilai N – SPT atau jumlah
pukulan.
Berikut ini beberapa hubunagan / korelasi nilai N – SPT dengan jenis tanah
maupun nilai parameter tanah lainnya berdasarkan penelitian yang dilakukan
Terzaghi dan Peck (1948) dan Bowles (1997)
Tabel 1. Korelasi Nilai N dan Kerapatan Relative (Dr) Untuk Tanah Pasir /
Granular
12
Tabel 2. Korelasi Nilai N, Konsistensi, dan Kuat Geser Tekan Bebas (qu) Tanah
Lempung / Kohesif
13
serta untuk perancangan ialah nilai tahanan konus (qc) pada ujung alat sondir.
Untuk menentukan jenis tanah dari pengujian ini, dilakukan dengan menggunakan
grafik yang diusulkan oleh Robertson dan Campanella (1983). Grafik ini
menghubungkan hubungan dari tahanan konus (qc) dan rasio gesekan (Rf). Dimana
rasio gesekan (Rf) adalah persentase perbandingan dari gesekan selimut (fs) dan
tahanan konus (qc) yang didapat di hasil pengujian alat sondir.
Berikut ini grafik klasifikasi tanah berdasarkan uji CPT atau sondir serta tabel
modifikasi korelasi nilai N – SPT, qc – CPT, dan nilai kohesif tanah tak terdrainase
(Cu) oleh Banta Chairullah (2019).
14
Tabel 4. Korelasi Konsistensi Tanah, Karakter Perlakuan, N – SPT, Qc – CPT,
dan Cu untuk Semua Jenis Tanah
15
Dalam analisis daya dukung pondasi, perlu diketahui dua kriteria daya dukung
khususnya dalam perancangan pondasi, yakni :
• Daya dukung ultimit, yaitu kemampuan maksimum tanah menahan beban dari
bangunan. (qult = Pu / A)
• Daya dukung izin, yaitu nilai daya dukung ultimit dibagi dengan angka
keamanan. Adapun untuk perancangan pondasi digunakan sebesar 3. (qa = qult
/ SF atau qa = qult / 3)
Secara umum, untuk menghitung daya dukung pondasi digunakan dua metode
yakni daya dukung menurut data laboratorium (data tanah dari pengujian di
laboratorium mekanika tanah) dan data dukung menurut data lapangan (data tanah hasil
penyelidikan tanah lapangan)
2.4.1 Daya dukung menurut data laboratorium
Kapasitas daya dukung pondasi menggunakan parameter data tanah,
dilakukan dengan menggunakan hasil pengujian data tanah di lab atau melalui
korelasi dari data lapangan. Untuk analisis ini biasa digunakan tiga metode yang
umum dipakai yakni antara lain :
1. Metode terzaghi
Persamaan yang dikemukakan oleh Karl Terzaghi (1943) didasarkan atas
teori plastisitas. Dimana anggapan untuk analisis yang diusulkan yaitu :
• Pondasi berbentuk memanjang tak terhingga.
• Tanah di bawah alas pondasi bersifat homogen.
• Berat tanah diatas dasar pondasi diganti dengan berat terbagi rata tanah
sebesar Po = Df . γ
• Tahanan geser diatas dasar pondasi diabaikan.
• Dasar pondasi ialah kaku dan kasar.
• Berlaku pengaruh bentuk pondasi terhadap kapasitas yang dijadikan
sebagai faktor pengaruh daya dukung.
• Bidang keruntuhan tanah terdiri atas lengkung spiral dan linier
• Pertemuan baji - dasar pondasi membentuk sudut geser dalam φ / ø
16
Berikut ini nilai faktor daya dukung pondasi menurut hasil penelitian
Terzaghi berdasarkan nilai sudut geser dalam tanah. Adapun persamaan daya
dukung dapat dilihat pada tabel
Tabel 5. Nilai Faktor Kapasitas Daya Dukung Menurut Terzaghi
17
Tabel 6. Nilai Faktor - Faktor Daya Dukung Oleh Meyerhoef, Hansen, dan
Vesic
18
Tabel 7. Nilai Faktor Bentuk, Kedalaman, Dan Kemiringan Untuk Persamaan
Daya Dukung Metode Meyerhoef
19
Tabel 8. Nilai Faktor – Faktor Bentuk dan Kedalaman Pondasi, Kemiringan
Beban, serta Kemiringan Dasar Tanah Dasar Pondasi Menurut Hansen
20
2.4.2 Daya dukung menurut data lapangan
Analisis dengan menggunakan data lapangan berarti analisis kapasistas daya
dukung pondasi dengan menggunakan hasil penyelidikan lapangan, dalam hal ini
memakai data dari pengujian SPT dan CPT. Pada bagian ini sampel tanah tidak
perlu dibawa ke lab. untuk diuji, namun langsung memakai nilai N – SPT dan qc –
CPT. Adapun penjelasan keduan cara tersebut sebagai berikut.
1. Metode SPT (standard penetration test)
Daya dukung metode ini banyak dilakukan, dengan berbagai ahli
mengemukakan diantaranya Terzaghi, Meyerhoef, maupun Bowles. Adapun
cara terzaghi dan meyerhoef dilakukan secara grafis dengan menggunakan
grafik yang dikemukakan oleh Terzaghi Dan Peck. Pada bahasan ini kita lebih
membahas cara Bowles(1997) secara analitik dengan menggunakan persamaan.
Untuk analisis daya dukung pondasi, dilakukan dengan mengestimasi secara
kasar (memisalkan) lebar pondasi terbesar yang akan digunakan, selanjutnya
lalu menghitung dengan persamaan yang diusulkan sebagai berikut.
𝑁
𝑞𝑎 = 𝐹 𝐾𝑑 …(7) untuk B ≤ 𝐹4
1
𝑁 𝐵+ 𝐹3 2
𝑞𝑎 = 𝐹 ( ) …(8) untuk B > 𝐹4
2 𝐵
0,33 𝐷
dimana,nilai 𝐾𝑑 = 1 + dan untuk nilai faktor N – SPT dapat dilihat
𝐵
21
2. Metode CPT (cone penetration test)
Daya dukung metode CPT atau sondir juga diusulkan perhitungannya dari
berbagai ahli seperti, Meyerhoef, Terzaghi, dan Schmertmann. Selain itu
terdapat hubungan dari nilai SPT dan CPT (N = 4 qc untuk pasir) dan (N = 2 qc
untuk lempung). Adapun yang dibahas ialah cara Schmertmann (1978), dimana
persamaan yang diusulkan ialah sebagai berikut.
- Untuk tanah non – kohesif (pasir)
• Pondasi lajur : 𝑞𝑢𝑙𝑡 = 28 − 0,0052 (300 − 𝑞𝑐 )1,5 …(9)
• Pondasi bujur sangkar : 𝑞𝑢𝑙𝑡 = 48 − 0,009 (300 − 𝑞𝑐 )1,5 …(10)
- Untuk tanah kohesif (lempung)
• Pondasi lajur : 𝑞𝑢𝑙𝑡 = 2 + 0,28 𝑞𝑐 …(11)
• Pondasi bujur sangkar : 𝑞𝑢𝑙𝑡 = 5 + 0,34 𝑞𝑐 …(12)
2.5 Penurunan
Penurunan pondasi berarti Gerakan suatu titik pondasi / bangunan ke bawah
(dalam tanah) terhadap titik referensi awal yang tetap. Dalam perancangan pondasi
harus memenuhi dua syarat utama yaitu :
1. Pondasi harus aman terhadap keruntuhan (mampu mendukung beban). Maka,
dalam perhitungan kapasitas daya dukung pondasi harus memakai angka
keamanan.
2. Pondasi tidak bergerak / berpindah / turun hingga batas toleransi tertentu,
dimana penurunan izin yang diperbolehkan untuk pondasi ialah sebesar 1 inchi
atau 2,54 cm.
Sebelum masuk kepada pondasi itu sendiri, terlebih dahulu dipahami adalah
distribusi tegangan / beban dalam tanah. Distribusi / penyebaran beban oleh pondasi ke
tanah dapat dianalisis melalui tambahan tegangan dalam tanah. Secara umum pada
tanah akan terjadi dua pembebanan, yakni beban akibat berat tanah itu sendiri dan
beban akibat berat pondasi atau beban konstruksi. Perlu diketahui bahwa akibat beban
luar, tekanan kontak semakin kebawah tanah semakin kecil dan akibat beban tanah
22
sendiri (overburden), tegangan overburden semakin kebawah semakin besar. Terdapat
beberapa cara untuk menganalisis tambahan tegangan dalam tanah, yaitu
• Teori Boussinesq
• Teori westergaard
• Teori Newmark
• Teori penyebaran 2 V : 1 H
Adapun yang akan dibahas disini ialah teori penyebaran 2 V : 1 H. Metode ini
merupakan cara paling sering dan sederhana untuk menghitung tambahan tegangan di
dalam tanah. Teori ini sendiri dikemukakan oleh Boussinesq (1885). Adapun
mekanisme teori ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Penurunan pondasi pada bangunan terbagi menjadi dua macam yaitu penurunan
segera dan penurunan konsolidasi. Kedua jenis penurunan ini harus dihitung untuk
perancangan pondasi.
2.5.1 Penurunan segera / seketika
Adalah penurunan yang terjadi akibat beban diterapkan pada tanah.
Penurunan ini terjadi dalam kurun waktu yang relatif cepat yaitu sekitar 7 hari.
23
Penurunan ini bersifat elastis dan dapat terjadi untuk semua jenis tanah dan semua
kondisi tanah baik kering maupun basah ataupun jenuh. Penurunan seketika /
segera dihitung berdasarkan teori elastisitas Timoshenko dan Goodier (1951)
sebagai berikut.
𝑞𝐵
𝑆𝑖 = (1 − 𝜇)𝐼𝑝 …(14)
𝐸
24
3. Faktor pengaruh bentuk pondasi (Ip)
Tabel 13. Faktor Pengaruh Bentuk Pondasi
25
BAB III
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Pada BAB ini akan dihitung beban rencana berdasarkan gambar rencana
proyek. Adapun data teknis proyek ialah sebagai berikut.
26
Gambar 13 – Potongan Memanjang
27
Gambar 15 – Denah, Tampak, dan Potongan Tangga
28
• BJ pasangan bata merah : 1700 kg/m3
• Berat satuan beban hidup tangga dan bordes : 300 kg/m2
• Koefisien reduksi beban hidup : 0,6
Adapun rumus untuk tiap elemen konstruksi bangunan ialah sebagai berikut.
1. beban mati = berat elemen konstruksi (WD)
- sloof = luas tampang x Ʃ panjang sloof dari as ke as / 2 x BJ beton bertulang
- kolom = luas tampang x tinggi dari atas sloof sampai muka lantai II x BJ beton
bertulang
- dinding = tebal x tinggi kolom dikurangi lebar balok (dari atas muka lantai
sampai bawah balok) x Ʃ panjang sloof dikurangi kolom / 2 x BJ bata
- tangga
1. bordes = tebal x lebar bersih x panjang bersih /2 x BJ beton bertulang
2. tegel + spesi = tebal x luasan bordes x BJ beton
3. plat tangga = tebal x lebar 1 sisi tangga x panjang miring / 2 x BJ beton
bertulang
4. anak tangga = 1/2 x jumlah anak tangga x 1/2 Δ anak tangga x lebar 1
sisi tangga x BJ beton bertulanng
5. tegel + spesi = 1/2 x tebal x (lebar + tinggi) x lebar 1 sisi tangga x BJ
beton
2. beban hidup (WL)
- bordes = lebar bersih x panjang bersih /2 x berat satuan beban hidup x koefisien
reduksi
- tangga = 1/2 x jumlah anak tangga x (lebar + tinggi) x berat satuan beban hidup
x koefisien reduksi
3. beban kombinasi (Wu) = Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
29
Berikut ini perhitungan untuk 3 titik tinjauan pondasi.
❖ Titik B3
Berat S1 = 0,2 x 0,4 x (5,5 + 3,6 +2,5 + 3,6) / 2 x 2400 = 1459,2 kg
Berat S2 = 0,18 x 0,25 x (1,25 + 1,5 + 1,2 / 2 + 3,6 / 4) x 2400 = 459 kg
Berat K1 = 0,3 x 0,3 x 4,8 x 2400 = 1036,8 kg
Berat D1 = 0,13 x 4,35 x (5,2 + 3,3) / 2 x 1700 = 4085,7 kg
= 0,13 x (4,55 x (2,62 + 0,535) + 4,5 x 0,8675) x 1700 = 4035,2 kg
Total = 11076 kg
❖ Titik D4
Berat S1 = 0,2 x 0,4 x (2,5 + 3,6 + 5,5 + 3,6) / 2 x 2400 = 1459,2 kg
Berat K1 = 0,3 x 0,3 x 4,8 x 2400 = 1036,8 kg
Berat D1 = 0,13 x 4,35 x (3,3 + 3,3) / 2 x 1700 = 3172,5 kg
Total = 5668,5 kg
❖ Titik F2
Berat S1 = 0.2 x 0.4 x (1.25 + 3 + 4.25) / 2 x 2400 = 816 kg
Berat S2 = 0.18 x 0.25 x (2 + 1.5) / 2 x 2400 = 189 kg
Berat K1 = 0.3 x 0.3 x 4.8 x 2400 = 1036,8 kg
Berat D1 = 0.13 x 4.35 x (0.95 + 2.7 + 3.95) / 2 x 1700 = 3653,1 kg
= 0.13 x 4.68 x 3.37 / 2 x 1700 = 1742,8 kg
Jumlah = 7437,7 kg
Tangga
Beban mati
Berat PB = 0.12 x 1.27 x 2.925 / 2 x 2400 = 534,9 kg
Berat TS = 0.03 x 1.27 x 2.925 /2 x 2200 = 122,6 kg
Berat PT = 0,1 x 1,375 x 3,7536 / 2 x 2400 = 619,3 kg
Berat AT = 1/2 x 11 x 1/2 x 0,28 x 0,18 x 1,375 x 2400 = 457,4 kg
Berat TS = 1/2 x 11 x 0,03 x (0,28 + 0,18) x 1,375 x 2200 = 229,6 kg
Jumlah = 1963,8 kg
30
Beban hidup
Bordes = 1,27 x 2,925 / 2 x 300 x 0,6 = 334,3 kg
Tangga = 1/2 x 11 x 0,03 x (0,28 + 0,18) x 1,375 x 300 x 0,6 = 626,2 kg
Jumlah = 960,5 kg
Beban kombinasi
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL = 1,2 x (1963,8) + 1,6 x (960,5) = 3893,4 kg
Total = 7437,7 + 3893,4 = 11331,1 kg
31
Gambar 17 – Potongan Plat Lantai
32
• Berat satuan beban hidup lantai : 300 kg/m2
• Koefisien reduksi beban hidup : 0,6
Adapun rumus untuk tiap elemen konstruksi bangunan ialah sebagai berikut.
1. Beban mati = berat elemen konstruksi (WD)
- balok = lebar x tinggi balok dikurangi plat lantai x Ʃ panjang balok dikurangi
lebar kolom / 2 x BJ beton bertulang
- kolom = luas tampang x tinggi dari atas muka lantai hingga atas ringbalk x BJ
beton bertulang
- ring balok = luas tampang x panjang ringbalk dari as ke as dikurangi lebar
kolom x BJ beton bertulang
- dinding = tebal x tinggi kolom dikurangi lebar ringbalk x panjang balok
dikurangi kolom x BJ bata
- plat lantai = Ʃ 1/2 panjang sumbu x * Ʃ 1/2 lebar sumbu y * tebal * BJ beton
bertulang
- plafon = panjang plat lantai dikurangi lebar balok x lebar plat lantai dikurangi
balok x berat satuan luas x 2
- tegel + spesi = luasan plat lantai x tebal x BJ beton
2. Beban hidup (WL)
- lantai = luasan bersih lantai x berat satuan beban hidup x reduksi beban
3. beban kombinasi (Wu) = Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
33
Berikut ini perhitungan beban untuk 3 titik tinjauan pondasi yang sama.
❖ Titik B3
Berat B1 = 0,25 x 0,33 x (5,25 + 3,35 + 2,25 + 3,35) / 2 x 2400 = 1405,8 kg
Berat B2 = 0,2 x 0,18 x (3,35 + 3,35) / 4 x 2400 = 144,7 kg
Berat B3 = 0,15 x 0,13 x (2,525 + 1,05) x 2400 = 167,3 kg
Berat K2 = 0,25 x 0,25 x 4 x 2400 = 600 kg
Berat R1 = 0,18 x 0,25 x (5,25 + 3,35 + 2,25 + 3,35) / 2 x 2400 = 766,8 kg
Berat R2 = 0,15 x 0,2 x (2,585 + 0,855 + 1,05) x 2400 = 323,3 kg
Berat D1 = 0,13 x 3,75 x (5,25 + 3,35 + 3,35) / 2 x 1700 = 4951,8 kg
= 0,13 x 3,8 x (2,62 + 0,8675) x 1700 = 2928,8 kg
Berat PF = 2 x (1/2 x (5,25 + 2,25)) x (1/2 x (3,35 + 3,35)) x 18 = 452,3 kg
Jumlah = 11740, 74 kg
Lantai
Beban mati
Berat PL = 0,12 x (1/2 x (5,5 + 2,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6) x 2400 = 4147,2 kg
Berat TS = 0,03 x (1/2 x (5,5 + 2,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6) x 2200 = 950,4 kg
Beban hidup
Lantai = (1/2 x (5,5 + 2,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6) x 250 x 0,6 = 2160 kg
Beban kombinasi
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL = 1,2 x (4147,2 + 950,4) + 1,6 x (2160) = 9573,12 kg
Total = 11740,74 + 9573,12 = 21313,9 kg
❖ Titik D4
Berat B1 = 0,25 x 0,33 x (2,25 + 3,35 + 5,25 + 3,35) / 2 x 2400 = 1405,8 kg
Berat B2 = 0,2 x 0,18 x (3,35 + 3,35) /4 x 2400 = 144,7 kg
Berat K2 = 0,25 x 0,25 x 4 x 2400 = 600 kg
Berat R1 = 0,18 x 0,25 x (2,25 + 3,35 + 3,35) / 2 x 2400 = 483,3 kg
Berat D1 = 0,13 x 3,75 x (3,35 + 3,35) / 2 x 1700 = 2776,3 kg
Berat PF = 2 x (1/2 x (2,25 + 5,25)) x (1/2 x (3,35 + 3,35)) x 18 = 452,3 kg
Jumlah = 5832,68 kg
34
Lantai
Beban mati
Berat PL = 0,12 x (1/2 x (2,5 + 5,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6)) x 2400 = 4147,2 kg
Berat TS = 0,03 x (1/2 x (2,5 + 5,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6)) x 220 = 950,4 kg
Beban hidup
Lantai = (1/2 x (2,5 + 5,5)) x (1/2 x (3,6 + 3,6)) x 250 x 0,6 = 2160 kg
Beban kombinasi
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL = 1,2 x (4147,2 + 950,4) x 1,6 x (2160) = 9573,12 kg
Total = 5862,38 + 9573,12 = 15435,5 kg
❖ Titik F2
Berat B1 = 0,25 x 0,33 x (1 + 2,75 + 4) / 2 x 2400 = 767,3 kg
Berat B2 = 0,2 x 0,18 x 3,35 / 4 x 2400 = 72,4 kg
Berat K2 = 0,25 x 0,25 x 4 x 2400 = 600 kg
Berat R1 = 0,18 x 0,25 x (1 + 2,75 + 4) / 2 x 2400 = 418,5 kg
Berat D1 = 0,13 x 3,75 x (1 + 2,75 + 4) / 2 x 1700 = 3211,4 kg
Berat PF = (1/2 x (1+4)) x (1/2x3,35) + (1/2 x (1+4)) x (1/2 x (2,75+3,35) x 18
= 212,6 kg
Jumlah = 5282,14 kg
Lantai
Beban mati
Berat PL = 0,12 x (1/2 x (1,25 + 4,25)) x (1/2 x 3,6) x 2400 = 1425,6 kg
Berat TS = 0,03 x (1/2 x (1,25 + 4,25)) x (1/2 x 3,6) x 2200 = 326,7 kg
Beban hidup
Lantai = (1/2 x (1,25 + 4,25)) x (1/2 x 3,6) x 250 x 0,6 = 742,5 kg
Beban kombinasi
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL = 1,2 x (1425,6 + 326,7) + 1,6 x (742,5) = 3290,76 kg
Total = 5282,14 + 3290,76 = 8572,9 kg
35
3.3 Pembebanan Atap
36
Gambar 21 – Sketsa Kuda – Kuda
37
Adapun rumus perhitungan untuk tiap elemen konstruksi atap yaitu :
1. Beban mati = berat elemen konstruksi (WD)
- kaki kuda-kuda = panjang total x berat satuan profil baja
- balok bint = panjang total x berat satuan profil baja
- sokongan vertikal = panjang total x berat satuan profil baja
- sokongan vertikal = panjang total x berat satuan profil baja
- ikatan angin / bracing = panjang total x berat satuan profil
- gording = jumlah x jarak antar kuda - kuda x berat satuan profil baja
- penutup atap seng = panjang kaki kuda - kuda x jarak antar kuda - kuda x berat
satuan profil
- penutup atap plat dak = tebal x 1/2 x panjang bersih x 1/2 x lebar bersih x BJ
beton bertulang
2. Beban hidup (WL)
- berat pekerja = panjang kaki kuda - kuda x jarak antar kuda - kuda x berat satuan
orang
- berat air hujan = (40 - 0.8 α) x panjang kaki kuda - kuda x jarak antar kuda -
kuda (maks. 20 kg/m²)
3. beban angin (Wa) tergantung bentuk dan sudut atap (dipakai gambar yang baris
pertama)
angin tekan = (0,02 α – 0,4) x tekanan angin tiup x panjang kaki kuda - kuda x
jarak antar kuda
4. beban kombinasi (Wu) = Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
38
Berat D1 = 5,21 x 1,072 = 5,585 kg
Berat D2 = 4,88 x 1,072 = 5,231 kg
Berat D3 = 4,22 x 1,072 = 4,524 kg
Berat gording = 31 x 1 x 1,072 = 33, 232 kg
Berat seng spandel = 18,025 x 1 x 10 = 180,247 kg
Berat dak beton = 0,1 x 4,35 x 3,1 / 4 x 2400 = 809,1 kg
Adapun pelimpahan beban atap ke titik – titik pondasi ialah sebagai berikut,
❖ Titik B3
Beban mati = 19,296 + 19,322 + 9,980 + 17,066 + 5,231/2 + 4,524/2 + 33,232 +
180,247 = 284,55 kg
Beban hidup = 1802,470 + 677,729 = 2480,2 kg
Beban angin = - 153,21 kg
Beban total = 1,2 (284,55) + 1,6 (2480,20) - 153,21 = 4156,57 kg
39
❖ Titik D4
Beban mati = 19,296 + 19,322 + 9,980 + 17,066 + 5,231/2 + 4,524/2 + 33,232 +
180,247 = 284,02 kg
Beban hidup = 1802,470 + 677,729 = 2480,2 kg
Beban angin = - 153,21 kg
Beban total = 1,2 (284,02) + 1,6 (2480,20) - 153,21 = 4155,93 kg
❖ Titik F2
Beban mati = 19,296 + 19,322 + 9,980 + 17,066 + 5,585/2 + 5,231/2 + 33,232 +
= 180,247 +809,1 = 1089,64 kg
Beban hidup = 1802,470 + 677,729 = 2480,2 kg
Beban angin = - 153,21 kg
40
3.4 Rekapitulasi beban
Tabel 14. Rekap beban
Beban Beban
Titik Pondasi Beban Atap
No Lantai 1 Lantai 2 Beban Total (kg)
(kg) (kg)
(kg) (kg)
1 B3 11076.0 21313.9 4503.0 36892.8
2 D4 5668.5 15435.5 4503.5 25607.4
3 F2 11331.1 8572.9 5122.7 25026.7
41
BAB IV
ANALISIS LAPISAN TANAH
Pada BAB ini akan dilakukan prediksi profil lapisan tanah berdasarkan data
sondir proyek, serta menganalisis parameter tanah untuk desain pondasi.
Tabel 15. Data Hasil Pengujian Sondir / CPT
42
Sand+Grav Sand+Grav Sand+Grav
2.60 24.60 0.33 100 75 el el el
2.80 24.60 0.33 106 75 Sand+Silt Sand+Silt Fine Sand
43
9.60
9.80
10.00
Contoh :
Asumsi lapisan 1 = kedalaman 0 – 0,6 m (pada 0 m tidak termasuk, sehingga dibagi 3)
44
Contoh :
Untuk lapisan 1 = tanah lanau berpasir sedang, dengan qc = 28,2 kg/cm2
45
Berikut ini rekapitulasi hasil analisis lapisan tanah.
Tabel 18. Rekap Analisis Tanah
rata
gese -
keda rata -
kan asumsi rata rasio kohesi berat
lama tahanan rata sudut
perla lapisan nilai gese konsisten f jenis
n konus nilai geser
wan berd. taha kan si tanah klasifik tanah tanah
tana (qc) tahanan N (ø)
No an tabel nan (Rf) berd. asi (c) (γ)
h konus SPT
(qs) konsist gese tabel dan tanah
ensi k nilai qc
(kg/ tanah (kg/
(kg/cm (kg/cm (kN/m
(m) cm2 cm2 (%) (kPa) (°)
2) 2) ³)
) )
very soft
lapisan
/ sangat humus /
1 0.00 0.00 0.00 Permuk 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00
halus / organik
aan
longgar
2 0.20 24.87 0.33
lapisan medium / lanau
3 0.40 29.87 0.33 28.20 0.33 1.17 9 47.64 30.24 17.18
1 sedang berpasir
4 0.60 29.87 0.33
5 0.80 34.87 0.33
6 1.00 34.73 0.33 pasir
lapisan stiff /
7 1.20 54.73 0.66 41.76 0.46 1.11 berlana 12 69.21 32.61 17.46
2 kaku
8 1.40 49.73 0.66 u
9 1.60 34.73 0.33
10 1.80 29.73 0.33
11 2.00 29.60 0.33
12 2.20 19.60 0.33 lapisan medium / lanau
24.62 0.33 1.34 8 42.92 30.05 17.04
13 2.40 19.60 0.33 3 sedang berpasir
14 2.60 24.60 0.33
15 2.80 24.60 0.33
16 3.00 39.46 0.33
17 3.20 44.46 0.33
18 3.40 49.46 0.66
19 pasir
3.60 89.46 0.66 lapisan stiff /
43.94 0.41 0.94 berlana 13 73.10 32.74 17.55
20 3.80 64.46 0.66 4 kaku
u
21 4.00 54.33 0.66
22 4.20 34.33 0.33
23 4.40 29.33 0.33
46
24 4.60 32.33 0.33
25 4.80 34.33 0.33
26 5.00 42.19 0.33
27 5.20 42.19 0.33
28 5.40 34.19 0.33
29 5.60 34.19 0.33
30 5.80 39.19 0.33
31 6.00 39.06 0.33
32 6.20 169.06 1.99 lapisan hard /
169.06 1.99 1.18 pasir > 30 > 200 < 50
33 6.40 169.06 1.99 5 keras
47
BAB V
DAYA DUKUNG PONDASI
48
1. Berat pondasi (Wp)
- kolom pedestal = luas tampang x tinggi dari bawah sloof sampai ke poer x BJ
beton bertulang
- poer / dasar / alas pondasi = ((volume balok alas) + (4 x volume limas)) x BJ
beton bertulang
= ((lebar x panjang x tebal) - (4 x 1/3 x alas x tebal 2 x panjang ) x BJ beton
bertulang
2. Berat total (WT) = WT = Wu + Wp
3. Beban desain termasuk gempa (WD) = WD = 1,3 x WT
𝑊
4. Tegangan dasar pondasi (𝜎) = (𝐵 𝑥𝐷𝐿)
❖ Pondasi Titik B3
49
Gambar 23 – Tampak Depan Pondasi B3
Ukuran / dimensi pondasi tapak dapat dilihat pada gambar. Kolom pedestal = 30 x
30 cm2, dengan tinggi dari bawah sloof hingga poer = 90 cm. Poer / dasar pondasi =
180 x 180 cm2, dengan tebal 30 cm.
Berat pondasi (Wp)
1. Kolom pedestal = 0,3 x 0,3 x 0,9 x 2400 = 194,4 kg
2. Poer pondasi = ((1,8 x 1,8 x 0,3) - (4 x 1/3 x 0,75 x 0,05 x 1,8)) x 2400 = 2116,8
kg
Jumlah = 2311,2 kg
Berat total (WT) = WT = Wu + Wp = 40000 + 2311,2 = 42311,2 kg
𝑊 55004,6
Tegangan dasar pondasi (𝜎) = (𝐵 𝑥𝐷𝐿) = (180 𝑥 180) = 1,70 kg/cm2
50
❖ Pondasi Titik D4
51
Ukuran tapak digunakan lebih kecil seperti gambar diatas. Kolom pedestal = 30 x
30 cm2, tinggi = 90 cm. Poer / dasar pondasi = 150 x 150 cm2, tebal = 30 cm.
Berat pondasi (Wp)
1. Kolom pedestal = 0,3 x 0,3 x 0,9 x 2400 = 194,4 kg
2. Poer pondasi = ((1,5 x 1,5 x 0,3) - (4 x 1/3 x 0,06 x 0,05 x 1,5)) x 2400 = 1476 kg
Jumlah = 1670,4 kg
Berat total (WT) = WT = Wu + Wp = 30000 + 1670,4 = 31670,4 kg
𝑊 41171,5
Tegangan dasar pondasi (𝜎) = (𝐵 𝑥𝐷𝐿) = (150 𝑥 150) = 1,83 kg/cm2
❖ Pondasi Titik F2
52
Gambar 27 – Tampak Depan Pondasi F2
Untuk pondasi ini direncanakan seperti gambar. Dimana ukuran / dimensi kolom
pedestal = 30 x 30 cm2, tinggi = 90 cm. Sedangkan poer pondasi = 120 x 120 cm2, tebal
= 30 cm.
Berat pondasi (Wp)
1. Kolom pedestal = 0,3 x 0,3 x 0,9 x 2400 = 194,4 kg
2. Poer pondasi = ((1,2 x 1,2 x 0,3) - (4 x 1/3 x 0,45 x 0,05 x 1,2)) x 2400 = 950,4
kg
Jumlah = 1144,8 kg
Berat total (WT) = WT = Wu + Wp = 25000 + 1144,8 = 26144,8 kg
53
5.2 Daya Dukung Metode CPT
Pada perancangan ini digunakan analisis kapasitas daya dukung metode CPT yang
diusulkan Schmertmann (1978) berdasarkan buku Analisis dan Desain Pondasi oleh
Bowles. Untuk pondasi tapak berbentuk bujur sangkar pada tanah pasir berlanau (non
– kohesif) dapat dipakai persamaan sebagai berikut.
dimana nilai qc yang dipakai adalah nilai qc rata – rata pada pembacaan sondir pada
kedalaman mulai dari B/2 diatas alas pondasi hingga 1,1 B dibawah alas pondasi.
Berikut ini perhitungan kapasitas daya dukung pondasi.
54
❖ Pondasi Titik B3
Zona penentuan kedalaman qc yang disyaratkan :
B = 1,8 m B/2 = 1,8 / 2 = 0,9 m 1,1 B = 1,1 (1,8) = 1,98 m
Jadi, nilai qc dihitung mulai dari kedalaman (1,2 – 0,9 = 0,3 m) sampai kedalaman (1,2
+ 1,98 = 3,18 m).
Nilai qc rata – rata pada kedalaman : 0,2 m – 3,2 m. Dengan data rata – rata sondir
yang ada diperoleh pada zona ini yaitu :
qc = (24,87 + 29,87 + 34,87 + 34,73 + 54,73 + 49,73 + 34,73 + 29,73 + 29,60 + 19,60
+ 19,60 + 24,60 + 24,60 + 39,46 + 44,46) / 15 = 32,82 kg/cm2
Kapasitas daya dukung pondasi ultimit
qult = 48 – 0,009 (300 – 32,82)1,5 = 8,69 kg/cm2
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,69
𝑆𝐹 = = = 5,1 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 1,70
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,69
𝑞𝑎 = = = 2,90 kg/cm2
𝑆𝐹 3
❖ Pondasi Titik D4
Zona penentuan kedalaman qc yang disyaratkan :
B = 1,5 m B/2 = 1,5 / 2 = 0,75 m 1,1 B = 1,1 (1,5) = 1,65 m
Jadi, nilai qc dihitung mulai dari kedalaman (1,2 – 0,76 = 0,45 m) sampai kedalaman
(1,2 + 1,65 = 2,85 m).
Nilai qc rata – rata pada kedalaman : 0,4 m – 3 m. Dengan data sondir yang ada
diperoleh nilai yaitu :
qc = (29,87 + 29,87 + 34,87 + 34,73 + 54,73 + 49,73 + 34,73 + 29,73 + 29,60 + 19,60
+ 19,60 + 24,60 + 39,46) / 13 = 32,55 kg/cm2
Kapasitas daya dukung pondasi ultimit
qult = 48 – 0,009 (300 – 32,55)1,5 = 8,64 kg/cm2
55
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,64
𝑆𝐹 = = = 4,7 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 1,83
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,64
𝑞𝑎 = = = 2,88 kg/cm2
𝑆𝐹 3
❖ Pondasi Titik F2
Zona penentuan kedalaman qc yang disyaratkan :
B = 1,2 m B/2 = 1,2 / 2 = 0,6 m 1,1 B = 1,1 (1,2) = 1,32 m
Jadi, nilai qc dihitung mulai dari kedalaman (1,2 – 0,6 = 0,6 m) sampai kedalaman (1,2
+ 1,32 = 2,52 m).
Nilai qc rata – rata pada kedalaman : 0,6 m – 2,6 m. Dengan data sondir yang ada
diperoleh nilai yaitu :
qc = (29,87 + 34,87 + 34,73 + 54,73 + 49,73 + 34,73 + 29,73 + 29,60 + 19,60 + 19,60
+ 24,60) / 12 = 32,89 kg/cm2
Kapasitas daya dukung pondasi ultimit
qult = 48 – 0,009 (300 – 32,89)1,5 = 8,71 kg/cm2
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,71
𝑆𝐹 = = = 3,7 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 2,36
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 8,71
𝑞𝑎 = = = 2,90 kg/cm2
𝑆𝐹 3
𝑁 𝐵+𝐹3
𝑞𝑎 = 𝐹 ( ) … untuk B > F4 (kN/m2)
2 𝐵
56
dimana karena tidak adanya pengujian SPT pada perencanaan ini, maka nilai N
merupakan korelasi dari nilai CPT sebelumnya yaitu N = ¼ qc (untuk tanah pasir) dan
N = ½ qc (untuk tanah lempung).
Berdasarkan buku Analisis dan Desain Pondasi karangan Bowles, nilai faktor –
faktor N – SPT (F) dan faktor kedalaman (Kd) yang digunakan pada rumus ini adala
N55 dengan nilai sebagai berikut.
F1 = 0,05 ; F2 = 0,08 ; F3 = 0,3 ; dan F4 = 1,2
0,33 𝐷𝑓
𝐾𝑑 = 1 + ≤ 1,33
𝐵
❖ Titik B3
Nilai N – SPT korelasi dari CPT
1 1
𝑁= 𝑞𝑐 = 𝑥 32,82 = 8,2
4 4
Faktor kedalaman pondasi
0,33 𝐷𝑓 0,33 (1,2)
𝐾𝑑 = 1 + =1+ = 1,22 < 1,33 (𝑜𝑘𝑒)
𝐵 1,8
Kapasitas daya dukung izin
𝑁 𝐵+𝐹3 8,2 1,8+0,3
𝑞𝑎 = 𝐹 ( ) = 0,08 ( ) = 170,29 kN/m2 = 1,70 kg/cm2
2 𝐵 1,8
❖ Titik D4
Nilai N – SPT korelasi dari CPT
1 1
𝑁= 𝑞𝑐 = 𝑥 32,55 = 8,1
4 4
Faktor kedalaman pondasi
0,33 𝐷𝑓 0,33 (1,2)
𝐾𝑑 = 1 + =1+ = 1,26 < 1,33 (𝑜𝑘𝑒)
𝐵 1,5
Kapasitas daya dukung izin
𝑁 𝐵+𝐹3 8,1 1,5+0,3
𝑞𝑎 = 𝐹 ( ) = 0,08 ( ) = 185,15 kN/m2 = 1,85 kg/cm2
2 𝐵 1,5
57
❖ Titik F2
Nilai N – SPT korelasi dari CPT :
1 1
𝑁= 𝑞𝑐 = 𝑥 32,89 = 8,2
4 4
Faktor kedalaman pondasi
0,33 𝐷𝑓 0,33 (1,2)
𝐾𝑑 = 1 + =1+ = 1,33 ≤ 1,33 (𝑜𝑘𝑒)
𝐵 1,2
Kapasitas daya dukung izin
𝑁 8,2
𝑞𝑎 = 𝐹 𝐾𝑑 = 0,05 1,33 = 218,72 kN/m2 = 2,19 kg/cm2
1
58
𝐷𝑓 ∅
𝑑𝑐 = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
𝐵 2
𝐷𝑓 ∅
𝑑𝑞 = 𝑑𝛾 = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
𝐵 2
Adapun data geoteknik tanah yang telah diperoleh pada BAB Analisis Tanah pada
kedalaman pondasi yang sama yakni 1,2 m ialah sebagai berikut.
- Lapisan ke - =1
- Jenis tanah = lanau berpasir
- Tebal lapisan = 0,6 m
- Berat jenis tanah = 17,18 kN/m3
- Lapisan ke - =2
- Jenis tanah = pasir berlanau
- Tebal lapisan = 0,8 m
- Kohesif tanah undrained (Cu) = 69,21 kPa = kN/m2
- Sudut geser dalam (∅) = 32,61o
- Berat jenis tanah (𝛾) = 17,46 kN/m3
❖ Titik B3
Faktor kapasitas daya dukung :
∅ 32,61
𝑁𝑞 = 𝑒 𝜋 𝑡𝑎𝑛∅ 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 𝑒 𝜋 tan 32,61 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 24,92
2 2
𝑁𝑐 = (𝑁𝑞 − 1) cot ∅ = (24,92 − 1) cot 32,61 = 37,38
𝑁𝛾 = (𝑁𝑞 − 1) tan 1,4 ∅ = (−1) tan 1,4(32,61) = 24,48
Faktor bentuk :
𝐵 ∅ 1,8 32,61
𝑆𝑐 = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,668
𝐿 2 1,8 2
𝐵 ∅ 1,8 32,61
𝑆𝑞 = 𝑆𝛾 = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,334
𝐿 2 1,8 2
59
Faktor kedalaman :
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑐 = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,244
𝐵 2 1,8 2
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑞 = 𝑑𝛾 = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
𝐵 2 1,8 2
= 1,122
Tekanan overburden pada dasar pondasi
𝑞 = (𝐷𝑓1 𝑥 𝛾1 + 𝐷𝑓2 𝑥 𝛾2 ) = (0,6 x 17,18 + 0,6 x 17,46) = 17,18 kN/m2
Kapasitas daya dukung ultimit
𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝑐𝑁𝑐 𝑆𝑐 𝑑𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 𝑆𝑞 𝑑𝑞 + 0,5𝐵𝛾𝑁𝛾 𝑆𝛾 𝑑𝛾
𝑞𝑢𝑙𝑡 = (69,21 𝑥 37,38 𝑥 1,668 𝑥 1,244) + (17,18 𝑥 24,92 𝑥 1,334 𝑥 1,122) +
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 6,72
𝑆𝐹 = = = 3,96 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 1,70
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 6,72
𝑞𝑎 = = = 2,24 kg/cm2
𝑆𝐹 3
❖ Titik D4
Faktor daya dukung :
Nc = 37,38
Nq = 24,92
𝑁𝛾 = 24,48
Faktor bentuk :
𝐵 ∅ 1,5 32,61
𝑆𝑐 = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,668
𝐿 2 1,5 2
60
𝐵 ∅ 1,5 32,61
𝑆𝑞 = 𝑆𝛾 = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,334
𝐿 2 1,5 2
Faktor kedalaman :
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑐 = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,292
𝐵 2 1,5 2
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑞 = 𝑑𝛾 = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
𝐵 2 1,5 2
= 1,146
Tekanan overburden pada dasar pondasi
q = 17,18 kN/m2
Kapasitas daya dukung ultimit
𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝑐𝑁𝑐 𝑆𝑐 𝑑𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 𝑆𝑞 𝑑𝑞 + 0,5𝐵𝛾𝑁𝛾 𝑆𝛾 𝑑𝛾
𝑞𝑢𝑙𝑡 = (69,21 𝑥 37,38 𝑥 1,668 𝑥 1,292) + (17,18 𝑥 24,92 𝑥 1,334 𝑥 1,146) +
(0,5 𝑥 1,8 𝑥 17,46 𝑥 24,48 𝑥 1,334 𝑥 1,146) = 6,86 kg/cm2
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 6,86
𝑆𝐹 = = = 3,75 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 1,83
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 6,86
𝑞𝑎 = = = 2,29 kg/cm2
𝑆𝐹 3
❖ Titik F2
Faktor daya dukung :
Nc = 37,38
Nq = 24,92
𝑁𝛾 = 24,48
Faktor bentuk :
𝐵 ∅ 1,2 32,61
𝑆𝑐 = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,668
𝐿 2 1,2 2
𝐵 ∅ 1,2 32,61
𝑆𝑞 = 𝑆𝛾 = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,334
𝐿 2 1,2 2
61
Faktor kedalaman :
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑐 = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,2 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1,365
𝐵 2 1,2 2
𝐷𝑓 ∅ 1,2 32,61
𝑑𝑞 = 𝑑𝛾 = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) = 1 + 0,1 ( ) √𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
𝐵 2 1,2 2
= 1,183
Tekanan overburden pada dasar pondasi
q = 17,18 kN/m2
Kapasitas daya dukung ultimit
𝑞𝑢𝑙𝑡 = (69,21 𝑥 37,38 𝑥 1,668 𝑥 1,365) + (17,18 𝑥 24,92 𝑥 1,334 𝑥 1,283) +
(0,5 𝑥 1,8 𝑥 17,46 𝑥 24,48 𝑥 1,334 𝑥 1,183) = 7,11 kg/cm2
Faktor keamanan
𝑞𝑢𝑙𝑡 7,11
𝑆𝐹 = = = 3,01 > 3 (𝑂𝐾)
𝜎 2,36
Kapasitas daya dukung izin
𝑞𝑢𝑙𝑡 7,11
𝑞𝑎 = = = 2,37 kg/cm2
𝑆𝐹 3
62
BAB VI
PENURUNAN
Setelah dihitung besarnya daya dukung pondasi dan aman, maka selajutnya ialah
tahap perhitungan penurunan pondasi. Dengan data perencanaan pondasi
diperhitungkan besar penurunan yang terjadi dan diharapkan agar aman yakni
memenuhi syarat penurunan yang diijinkan sebesar 1 inchi atau 2,54 cm.
𝑞𝑜 𝐵
𝑆𝑖 = (1 − 𝜇)𝐼𝑝
𝐸𝑠
63
dengan parameter perhitungan sebagai berikut.
- Modulus elastisitas tanah (Es)
Nilai E dipilih berdasarkan tabel berikut sesuai jenis tanah.
Tabel 20. Nilai Modulus Elastisitas Bahan “Bowles”
64
- Faktor bentuk pondasi (Ip)
Tabel 22. Nilai Faktor Akibat Bentuk Pondasi “Hardiyatmo”
Berdasarkan tabel diatas, untuk pondasi berbentuk bujur sangkar dipakai nilai
Ip rata – rata untuk pondasi fleksibel yaitu 0,95.
❖ Titik B3
Tekanan di dasar pondasi untuk pondasi lebar 180 cm ialah
qo = 𝜎 = 1,70 kg/cm2
Penurunan seketika
𝑞𝐵 1,70 𝑥 180
𝑆𝑖 = (1 − 𝜇)𝐼𝑝 = (1 − 0,3) 𝑥 0,95 = 1,59 cm < 2,54 cm (aman)
𝐸𝑠 127,421
❖ Titik D4
Tekanan di dasar pondasi untuk pondasi lebar 150 cm ialah
qo = 𝜎 = 1,83 kg/cm2
Penurunan seketika
𝑞𝐵 1,83 𝑥 150
𝑆𝑖 = (1 − 𝜇)𝐼𝑝 = (1 − 0,3) 𝑥 0,95 = 1,43 cm < 2,54 cm (aman)
𝐸𝑠 127,421
65
❖ Titik F2
Tekanan di dasar pondasi untuk pondasi lebar 120 cm ialah
qo = 𝜎 = 2,36 kg/cm2
Penurunan seketika
𝑞𝐵 1,70 𝑥 120
𝑆𝑖 = (1 − 𝜇)𝐼𝑝 = (1 − 0,3) 𝑥 0,95 = 1,43 cm < 2,54 cm (aman)
𝐸𝑠 127,421
❖ Titik B3
Tebal lapisan di bawah pondasi (ditinjau kedalaman lapisan hingga lokasi berada)
yaitu
𝐻 = 𝑧 − 𝐷𝑓 = 1,6 − 1,2 = 0,4 m = 40 cm
Koefisien kompressibel adalah
1 1
𝑚𝑣 = = 127,421 = 0,007848
𝐸𝑠
Penurunan konsolidasi
∆𝐻 = 𝑆𝑐 = 𝑚𝑣 ∆𝑝 𝐻 = 0,007848 × 1,14 × 40 = 0,36 cm < 2,54 (aman)
66
❖ Titik D4
Tebal lapisan (H) = 40 cm
Koefisien kompressibel (mv) = 0,007848
Tambahan tegangan dalam tanah
𝑊 41171,5
∆𝑝 = (𝐵+𝐻) 𝑥𝐷(𝐿+𝐻) = (150+40)×(150+40) = 1,14
Penurunan konsolidasi
∆𝐻 = 𝑆𝑐 = 𝑚𝑣 ∆𝑝 𝐻 = 0,007848 × 1,14 × 40 = 0,36 cm < 2,54 (aman)
❖ Titik F2
Tebal lapisan (H) = 40 cm
Koefisien kompressibel (mv) = 0,007848
Tambahan tegangan dalam tanah
𝑊 33988,2
∆𝑝 = (𝐵+𝐻) 𝑥𝐷(𝐿+𝐻) = (120+40)×(120+40) = 1,33
Penurunan konsolidasi
∆𝐻 = 𝑆𝑐 = 𝑚𝑣 ∆𝑝 𝐻 = 0,007848 × 1,33 × 40 = 0,42 cm < 2,54 (aman)
67
6.4 Rekapitulasi Hasil
Tabel 23. Rekapitulasi Perhitungan Desain Pondasi
Tegangan Daya Dukung Izin Penurunan Pondasi
Beban Desain Pondasi
Titik di Dasar Pondasi
No. Desain
Pondasi B L Df Pondasi CPT SPT LAB Si Sc St
ton m m m kg/cm2 kg/cm2 cm
1 B3 55,005 1,8 1,8 1,2 1,70 2,90 1,70 2,24 1,59 0,36 1,95
2 D4 41,172 1,5 1,5 1,2 1,83 2,88 1,85 2,29 1,43 0,36 1,79
3 F2 33,988 1,2 1,2 1,2 2,36 2,90 2,19 2,37 1,48 0,42 1,89
68
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E. 1983. Analisis dan Desain Pondasi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Chairullah, Banta. 2013. Analisa Daya Dukung Pondasi dengan Metode SPT, CPT,
dan Meyerhoef Pada Lokasi PLTU Nagan Raya Provinsi Aceh. Banda Aceh : Jurnal
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Hakam, Abdul. 2008. Rekayasa Pondasi Untuk Mahasiswa dan Praktisi. Padang :
Mintra Grafika.
Katalog Produk Baja Ringan Konstruksi 2018 Kementerian Pekerjaan Umun dan
Perumahan Rakyat.