Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGAWASAN PEKERJAAN PONDASI DAN SLOOF PADA


PEMBANGUNAN PERUMAHAN CIPUTRA CITRA LAND
DI JLN. KUNCI, KALISONGO, KEC. DAU, KOTA MALANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik

DI SUSUN OLEH :
ADIDTYA PRASETIYO
2020520097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGAWASAN PEKERJAAN PONDASI DAN SLOOF PADA


PEMBANGUNAN PERUMAHAN CIPUTRA CITRA LAND
DI JLN. KUNCI, KALISONGO, KEC. DAU, KOTA MALANG

Yang Disusun Oleh:

ADIDTYA PRASETIYO
2020520097

Telah dipertahankan didepan penguiji pada tanggal:

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Erizaldy Azwar, S.T.,M.T M. Adhe Fadh’qurrizal Ashari


NIDN : 0728057503

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi

Dr. Ir. Hesti Poerwanto, M.Sc.,Ph.D Handika Setya Wijaya, S.Pd, M.T
NIDN : 0720115703 NIDN : 0709089201

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan cinta-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dengan judul “ Pengawasan Pekerjaan Pondasi dan Sloof Pada
Pembangunan Perumahan Ciputra Citra Land” dengan baik dan sebagaimana
mestinya. Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1 Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang
2 Bapak Dr. Ir. Hesti Poerwanto, M.S Selaku Dekan Fakultas Teknik Univeristas
Tribhuwana Tunggadewi.
3 Bapak Handika Setya Wijaya, S.Pd.,M.T. selaku Kepala Program Studi Teknik
Sipil
4 Bapak Erizaldy Azwar, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing
5 Bapak Eko selaku Pembimbing Lapangan
6 Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga yang telah memberikan
dukungan baik secara spritual maupun material, serta teman-teman jurusan
Teknik Sipil yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam
penyelesaian penyusunan laporan.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu berbagai kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan.
Akhir kata, semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
semua serta peserta Praktek Kerja Lapangan dimasa mendatang, khususnya
mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan pada umumnya mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Malang, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….......1
1.1 Latar Belakang…………………...…………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………......2
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan………………………………….…………2
1.5 Manfaat Praktek Kerja Lapangan……………………………………..…….2
BAB 2 DESKRIPSI KEGITAN………..…………………………………….......4
2.1 Nama Proyek………………………………………………………………..4
2.2 Lokasi Proyek………………………………………………………………4
2.3 Gambar Skema Proyek……………………………………………………..5
2.4 Struktur Organisasi Proyek…………………………………………………7
2.5 Pengertian Pondasi………………………………………………………….7
2.6 Pengertian Sloof…………………………………………………………...11
BAB 3 HASIL KEGIATAN PENGAWASAN……………………………….....17
3.1 Metode Pelaksanaan………………………………………………………17
3.2 Kegiatan Khusus…………………………………………………………..17
BAB 4 ESTIMASI BIAYA DAN TIME SCHEDULE…………………………26
4.1 Estimasi Biaya…………………………………………………….………26
4.2 Time Schedule…………………………………………………………..…40
BAB 5 PENUTUP………………………………………………………….……42
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..…42
LAMPIRAN……………………………………………………………………..43

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi proyek ……………………………………………………….
Gambar 2.2 Denah lantai 1 ……………………………………………………….
Gambar 2.3 Denah lantai 2 ……………………………………………………….
Gambar 2.4 Struktur organisasi …………………………………………...……..
Gambar 3.1 Pekerjaan pondasi …………………………………………………...
Gambar 3.2 pekerjaan sloof …………………………………………….………...

iv
DAFTAR TABEL
4.1 Backup volume ………………………………………………………………..
4.2 Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) …………………………………….
4.3 Rencana anggaran biaya (RAB) ……………………………………………..
4.4 Time schedule ………..………………………………………………………..

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk implementasi secara
sistematis antara Pendidikan, dengan program penguasa keahlian, yang diperoleh
melalui kegitan kerja secara langsung untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari mata kuliah yang harus
ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Program Studi Teknik
Sipil, selain untuk memenuhi kewajiban Akademik, kegiatan PKL dapat menjadi
jembatan penghubung antara dunia kerja dan dunia pendidikan serta dapat
menambah pengetahuan tentang dunia industri, sehingga mampu bersaing.
Dengan melakukan praktikum ini sangatlah penting bagi mahasiswa teknik
sipil, mahasiswa dapat memperoleh teori dari lapangan secara langsung dan dapat
membandingkan/membedakan proses pengerjaan dilapangan dan teori yang
didapat pada saat perkuliahan di dalam kampus. Dengan ini juga dapat menunjang
keberhasilan mahasiswa dalam dunia keja nantinya.
Pembangunan sangat berperan penting didalam kehidupan kita, dan fungsi dari
bangunan juga sangat mempengaruhi ruang gerak dan kesibukan bagi setiap
individu atau manusia pada umumnya. Hampir sebagian besar hidup kita berada
disekitar bahkan didalam bangunan/gedung itu sendiri, seperti perumahan, kantor,
persekolahan, pabrik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak heran sampai saat
ini bangunan fisik di Negara kita kian meningkat karena pertambahan penduduk
yang semakin pesat dan di sisi lain tuntutan kebutuhan akan fungsi dari bangunan
itu sendiri. Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendirikan
suatu bnagunan menjadi efisien dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Masalah
bangunan/gedung tidak terlepas dari elemen-elemen yang penting berada pada
bangunan tersebut, seperti; pondasi, sloof, kolom, balok, dan pelat lantai. Dimana
elemen-elemen tersebut harus dapat memikul beban yang diterima.
Dalam laporan ini penulis membahas “Pengawasan Pekerjaan Pondasi Dan
Sloof Pada Pembangunan Perumahan Pt. Ciputra Citra Land”. Dalam pembuatan
gedung dan rumah, pondasi dan sloof merupakan suatu komponen struktur yang

1
sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, hal ini yang mendasari penulis
membahas mengenai pondasi dan sloof
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil sebagai berikut :
1 Apa yang dimaksud dengan pekerjaan pondasi dan sloof ?
2 Bagaimana tahapan pekerjaan pondasi dan sloof di Ciputra Citra Land ?
3 Berapa volume dan biaya pekerjaan pondasi dan sloof ?
4 Bagaimana scedule pekerjaan pondasi dan sloof ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pekerjaan pondasi dan sloof.
2. Untuk mengetahui tahapan pekerjaan pondasi dan sloof di Perumahan Ciputra
Citra Land
3. Untuk mengetahui volume dan biaya pekerjaan pondasi dan sloof.
4. Untuk mengetahui schedule pekerjaan pondasi dan sloof.
1.4 Manfaat
Praktek Kerja Lapangan (PKL) mempunyai peran yang sangat penting
khususnya bagi mahasiswa berupa pengaplikasian dan penerapan sistem
pelaksanaan praktik yang ada di lapangan sesuai dengan mata kuliah dan metode
yang ada diperkuliahan.
A. Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktek bangunan bagi mahasiswa antara
lain :
1) Dapat memberikan pengalaman nyata dan aktual kepada mahasiswa dalam
penerapan mata kuliah yang didapatkan dengan praktek yang ada di lapangan.
2) Dapat mengolah mental disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan.
3) Dapat membandingkan teori-teori yang didapat dari perkuliahan dengan
praktek kerja dilapangan dalam tahapan pengawasan pekerjaan pondasi dan
sloof.
4) Mampu memahami konstruksi bangunan dan setiap komponen dalam
pelaksanaan pekerjaan pondasi dan sloof.

2
5) Mampu memahami sistem kerja yang baik di bidang pelaksanaan pekerjaan
pondasi dan sloof.
B. Manfaat bagi Jurusan
Manfaat bagi jurusan adalah sebagai berikut :
1) Dapat dijadikan bahan masukan untuk mengembangkan ilmu di bidang Teknik
Sipil.
2) Menambah perbendaharaan kepustakaan yang berkaitan dengan materi
perkuliahan terutama PKL.
3) Mendapatkan lulusan yang terampil di bidang konstruksi.
C. Manfaat bagi Perusahaan
Manfaat bagi Pihak Perusahaan Sebagai bahan masukan dalam evaluasi atau
kebijakan pelaksanaan proyek pada pekerjaan pondasi dan sloof ataupun dalam
pekerjaan pembangunan perumahan pada bangunan konstruksi yang dilaksanakan.

3
BAB 2
DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Nama Proyek
Adapun nama dan alamat proyek yang diambil sebgai tempat Praktek Kerja
Lapangan(PKL) :
Nama Proyek : Pembangunan Perumahan Ciputra Citra Land
Pemilik Proyek : PT. Jo Ciputra Podo Joyo
Nama pekerjaan pengawasan : Pengawasan Pekerjaan Pondasi dan Sloof
2.2 Lokasi Proyek
Lokasi proyek berada di kecamatan Dau, Kota Malang, jalan kunci, kalisongo.
Letak lokasi proyek ini berada di tempat yang strtegis, karena berada di atas puncak
Tidar sehingga memiliki panorama alam yang bagus dan kondisi lingkungan yang
sejuk.

Sumber : “google earth”


Gambar 2.1 Lokasi Proyek
Pembangunan Perumahan Ciputra Citra Land memiliki 22 unit dengan tipe 10 x 21.
Pada pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) saya ditugaskan untuk mengawasi
bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan pondasi dan sloof pada perumahan 2
lantai di lokasi proyek.

4
2.3 Gambar Skema Proyek

Sumber : “lokasi proyek”


Gambar 2.2 Denah proyek lantai 1

5
Sumber : “lokasi proyek”
Gambar 2.3 Denah proyek lantai 2

6
2.4 Struktur organisasi Proyek
Pembangunan perumahan ini melibatkan beberapa pihak dimana pihak yang
satu dengan yang lain sangat erat hubungannya dan dapat bekerja sama agar
terwujudnya keinginan owner untuk tinggal didalam rumah impiannya. Adapun
struktur organisasi dari PT. JO CIPUTRA PODO JOYO sebagai berikut:

Sumber : “lokasi proyek”


Gambar 2.4 struktur organisasi
2.5 Pengertian Pondasi
Adapun beberapa definisi pondasi dalam kontruksi, antara lain :
a. Suatu bagian konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan
beban atau gaya yang ditimbulkan oleh bangunan yang ada di atasnya ke dalam
tanah.
b. Bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah,
dimana tanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan
beban hidup) dan tugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan
tanah yang diizinkan (daya dukung) tidak terlewati.
c. Konstruksi yang diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan
bangunan yang tidak merata.

7
A. Syarat-Syarat Umum Pemilihan Tipe Pondasi
Dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan tipe pondasi terdapat
juga syarat-syarat umum dari pondasi yaitu :
a) Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral dari
bawah pondasi khususnya untuk pondasi telapak dan pondasi rakit.
b) Kedalaman harus berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang
disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan tanaman.
c) Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau
pergeseran tanah.  Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang
disebabkan oleh bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah.
d) Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri
konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan perlu dilakukan.
e) Metode pemasangan harus seekonomis mungkin.
f) Pergerakan tanah keseluruhan dan pergerakan diferensial harus dapat ditolerir
elemen pondasi dan elemen bangunan atas.
g) Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan
lingkungan.
B. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah
Pondasi dibuat pada saat paling awal dalam mendirikan rumah, tetapi kekuatan
dan ketepatannya menjadi yang terpenting selama sebuah rumah berdiri. Dalam
pemilihan bentuk pondasi, jenis pondasi dan kedalaman pondasi bangunan yang
memadahi perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pondasi tersebut.
Berikut ini cara memilih pondasi berdasarkan daya dukung tanah :
a) Bila kondisi tanah keras terletak pada permukaan tanah atau kedalaman
pondasi antara 2-3 meter di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi dangkal seperti pondasi jalur dan pondasi telapak.
b) Bila kondisi tanah lunak hingga kedalaman kurang lebih 6 meter maka jenis
pondasi yang dapat di gunakan adalah pondasi strauss pile atau bor pile manual.
c) Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi bored pile, pondasi
sumuran atau pondasi minipile.

8
d) Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau
pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
1. Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2)
2. Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
3. Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
4. Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
C. Jenis-Jenis Pondasi
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah di sekitar
bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang
mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi
bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan
atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi dangkal
Biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya kedalaman pondasi
didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m.
Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan
kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang
didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi.
Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebagai berikut :
a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik
individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk
bukatan (melingkar), persegi atau rectangular.
b. Pondasi Lajur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)
Pondasi lajur adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban
kolom dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom
tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu
dibutuhkan.

9
c. Pondasi Tikar (Raft Foundations)
Pondasi tikar atau pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban dari
struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi
raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan
pondasi pada saling berinteraksi.
d. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80
cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang kemudian
dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian di bagian atasnya.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan ke
dalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban
struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada
kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat
digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai
kedalaman yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban
struktur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah
dapat dihindari.
Yang termasuk dalam pondasi dalam antara lain sebagai berikut:
a. Pondasi Tiang Pancang
Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan bahan
dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.
b. Pondasi Piers ( Dinding Diafragma)
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang
dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier
dipasangkan ke dalam galian tersebut.
c. Pondasi Caissons (Bor Pile)
Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai di kedalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lubang yang menggunakan sistem pengeboran atau
pengerukan tanah.

10
2.6 Pengertian Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban
yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga
berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi
pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk bangunan tahan terhadap
gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan pondasi yaitu dengan
memberikan angka dengan diameter 12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka
ini dapat berubah untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan bertingkat
banyak.
Secara singkat, sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal
di atas pondasi. Kesimpulannya, Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari atas
(dinding dan kolom) untuk disalurkan ke pondasi. Sehingga semua beban yang
terdistribusikan ke dalam pondasi kurang lebih sama. Selain itu Sloof berfungsi
sebagai pengikat antara dinding, kolom dan pondasi.
Sloof merupakan jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja di desain
khusus luas penampang dan jumlah pembesiannya disesuaikan dengan kebutuhan
beban yang akan dipikul oleh sloof tersebut nantinya. Untuk menentukan luas
penampang (ukuran sloof ini), dibutuhkan perhitungan teknis yang tepat agar sloof
tersebut nanti “benar-benar mampu” untuk memikul beban dinding bata diatasnya
nanti. Untuk itu, ada baiknya kita menggunakan jasa konsultan untuk menghitung
dan mendesain dimensi sloof ini.
Sloof kadang juga di sebut Tie Beam, atau Grade Beam. Semua wujudnya sama
tapi fungsinya yang berbeda-beda. Sloof adalah elemen penting dalam struktur yang
berada pada dasar struktur tersebut, sloof serupa dengan balok namun perbedaannya
terletak pada tempatnya saja. Sloof atau Tie Beam sebagian besar sekarang di pakai
adalah dari beton bertulang yang di hitung sesuai dengan ketentuan pondasi yang
ada dengan dasar mengunakan SNI sebagai sumber acuan perhitungan.
A. Fungsi Sloof
Fungsi sloof sangat penting dalam struktur, diantaranya sebagai penahan beban
yang ada di atasnya seperti dinding, jendela, kusen untuk di salurkan ke ujung-
ujungnya atau ke bagian pondasi sehingga pondasi tidak langsung menerima beban

11
dari atas. Sloof berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
“berdiri” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan
yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau pecah. Selain itu Sloof
juga memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menerima beban dari bagian bangunan diatasnya, seperti pasangan dinding,
pintu, jendela, dan sejenisnya.
b. Meratakan beban yang diterima dari bangunan diatasnya untuk kemudian
disalurkan menuju pondasi.
c. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi kaku dan
aman terhadap goncangan akibat angin, gempa, dan lain-lain.
d. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik dan
berbagai macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap berada pada posisi
yang direncanakan.
e. Sloof juga bisa difungsikan sebagai ornamen untuk memperindah arsitektur
bangunan, terutama sloof yang lokasinya diatas permukaan tanah sehingga bisa
langsung terlihat oleh orang.
Selain itu, dari segi sosial, dengan adanya sistem struktur sloof maka beberapa
orang bisa memperoleh pendapatan, ada tukang bangunan yang mendapatkan upah
kerja, ada pengusaha besi begel yang mendapat keuntungan dari penjualan, ada toko
bangunan yang mendapatkan laba dari hasil penjualan material, ada juga arsitek
atau insinyur yang mendapatkan penghasilan dari kegiatan menghitung, merancang
dan melaksanakan pembangunan.
B. Macam-Macam Sloof
Berikut ini beberapa macam sloof yang biasa di pakai oleh masyarakat Indonesia
pada umumnya, diantaranya sebagai berikut:
1. Konstruksi sloof dari beton bertulang
Konstruksi sloof ini bisa digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi
tersebut dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat
dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk
ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah > 15/20 cm. Konstruksi sloof dari
beton bertulang juga bisa dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang
2. Konstruksi sloof dari batu bata Rollag

12
Dibuat dari susunan batu bata yang di pasang dengan cara melintang dan diikat
dengan adukan pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi
rollag ini tidak memenuhi syarat untuk membagi beban
C. Bahan Pembuatan Sloof
Adapun bebarapa bahan pembuatan sloof dalam kontruksi, antara lain:
1. Semen Portland
Semen digunakan sebagai pengikat antara agregat-agregat menjadi satu
kesatuan. Semen yang digunakn adalah semen hidrolik yaitu suatu bahan pengikat
yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air dan akan menghasilkan suatu
produk yang tahan air. Semen yang digunakan sebaiknya disimpan dengan baik
agar mutu semen tidak berubah dan dalam pengangkutanya harus terlindungi dari
hujan. Penyimpanan semen sebaiknya dilakukan didalam gudang yang berventilasi
yang terletak minimal 30 cm dari permukaan tanah dengan tinggi tumpukan
maksimal 2 m.
Menurut SNI II 0013-18, semen dibagi menjadi lima jenis antara lain :
• Jenis I : semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
• Jenis II : semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang.
• Jenis III : semen portland yang penggunaannya menurut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi setelah pengikat terjadi.
• Jenis IV : semen portland yang penggunaannya menurut persyaratan hidrasi
yang rendah.
• Jenis V : semen portland yang penggunaannya menurut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
Jenis-jenis semen tersebut didasarkan atas besarnya persentase dari komposisi dan
senyawa kimia yang ada didalam semen portland. Masing-masing semen memiliki
kadar yang berbeda.
2. Air
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan air, maka
sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air, apakah air tersebut telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Air tawar yang dapat diminum, tanpa

13
diragukan dapat dipakai. Persyaratan mutu air sesuai dengan PBI 1971 NI-2, antara
lain:
• Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat
organik atau bahan lain yang dapat adukan dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
• Apabila terjadi keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh
air itu ke lembaga pemeriksaan bahan yang diakui, untuk diselidiki seberapa
jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak adukan.
• Apabila pemeriksaan contoh air seperti yang tertera pada poin (2) ini tidak
dapat dilakukan, maka pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa
disuling. Air tersebut dapat dipakai apabila kekuatan tekan mortar dan air
dengan memakai air tanpa disuling pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit.
adalah 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang telah disuling
pada umur yang sama.
• Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton, dapat ditentukan
menurut ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat. Air
yang digunakan untuk perawatan selanjutnya harus mempunyai sayrat-syarat
lebih tinggi dengan tingkat keasaman (PH) air tidak boleh lebih dari 6%, juga
tidak diperbolehkan apabila zat kapur yang terkandung di dalamnya terlalu
sedikit. Tujuan utama dalam penggunaan air untuk pengecoran adukan beton
adalah agar terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia antara semen dan
air, sehingga mengakibatkan campuran menjadi mengeras.
3. Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat semen.
Agregat yang umum dipakai adalah pasir. Pemilihan agregat tergantung dari :
• Syarat-syarat yang ditentukan
• Perbandingan yang telah ditentukan anatara biaya dan mutu dari pemakaian
agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi.
Berikut adalah pembagian jenis agregat, berdasarkan tingkat kekasaranya:
• Agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt)
• Angregat halus (puing batu, kerak lahar, serbuk batu/bims)

14
4. Agregat kasar (bariet, biji besi, magnetiet dan limoniet)
Pada saat campuran pada semen dan air mengeras, maka massanya akan
mengalami penyusutan akibat berlangsungnya reaksi kimia dan penguapan air
campuran yang tidak dibutuhkan lagi untuk kelancaran proses tersebut. Sebagai
akibat dari penyusutan, maka akan terjadi retak-retak pada semen yang mulai
membeku, antara lain:
Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan mencapai jumlah antara
70% hingga 75% dari seluruh volume massa padat adukan. Pemilihan agregat halus
hendaknya memenuhi persyaratan yang sesuai dengan pengawasan dan mutu
agregat pada berbagai mutu, antara lain:
• Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak mudah pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari maupun hujan.
• Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.
• Kadar lumpur yang terkandung didalam agregat tidak boleh lebih dari 5%
terhadap berat kering.
• Terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam ukurannya (max 5 mm)
Dalam pekerjaan pembangunan rumah tinggal, pasir yang digunakan adalah
pasir sungai yang diambil dari dasar sungai. Indeks yang dipakai untuk ukuran
kehalusan dan kekerasan butiran agregat ditetapkan dengan modulus halus butiran.
Pada umumnya pasir mempunyai modulus antara 1,5-3,8 dan kerikil 5-8. Agregat
yang akan digunakan untuk konstruksi beton harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
• Sifat kekal tidak berubah dan tidak hancur oleh udara. Sifat kekal itu dapat
dilarutkan melalui uji larutan, untuk pasir menggunakan natrium sulfat dan
hancur maksimum 10% untuk krikil hancur maksimum 20%.
• Agregat mempunyai variasi gradasi butir yang baik dengan modulus halus butir
antara 2,50-3,80.
• Agregat tidak boleh mengandung butiran pipih dan panjang lebih dari 20% dari
berat keseluruhan.
• Beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat yang digunakan harus memiliki
tingkat reaktif yang negative terhadap alkali.
• Agregat tidak mengandung zat organik bila direndam dalam larutan 3% NaHO.

15
• Agregat tidak mengandung garam yang mengisap air dari udara.
• Agregat tidak mengandung tanah atau kotoran yang berat ayakatnya 0,075 mm.
Untuk pasir maksimal 5%, untuk beton sampai 10 mpa, dan 2,5% untuk beton
sampai 10 mpa, dan 2,5% untuk beton yang lebih tinggi dari 10 mpa.

16
BAB 3
HASIL KEGIATAN PENGAWASAN

3. 1 Metode Pelaksanaan Proyek


Metode pelaksanaan pekerjaan adalah metode yang menggambarkan
penguasaan penyelesaian pekerjaan yang sistematis dari awal sampai akhir meliputi
tahapan / urutan pekerjaanutama dan uraian/cara kerja dari masing masing jenis
kegiatan pekerjaan utama yang dapat di pertanggungjawabkan secara teknis.
Pelaksanaan dan pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Mutu suatu pekerjaan sangat di pengaruhi oleh
intensitas pengawasan di lapangan. Pengawasan dan pelaksanaan yang baik
tentunya memperoleh hasil yang baik dari organisasi proyek yang bersangkutan.
Selain itu pelaksana dan pengawasan pekerja andalan suatu proyek harus
berpedoman dan pada suatu aturan dan syarat – syarat yaitu (RKS) serta time
schedule yang telah di tentukan oleh perencana dan pemilih proyek yang
berpedoman pada jadwal yang telah disusun:
1) Biaya
2) Kualitas (quality)
3) Waktu (time)
Ketiga parameter tersebut tidak hanya berlaku pada akhir pekerjaan saja tetapi
sepanjang tahap pekerjaan konstruksi berlangsung dan di teliti dari setiap item
pekerjaan. Hal ini akan menjadi tolak ukur ketelitian pelaksana dalam
menyelesaikan pekerjaanya.
3. 2 Kegiatan Khusus
A. Pekerjaan pondasi
Pondasi foot plat merupkan jenis pondasi yang sangat populer di Indonesia
khususnya untuk pondasi rumah tinggal bertingkat. Pondasi foot plat juga disebut
dengan pondasi cakar ayam karena tulangan besi yang bentuknya mirip cakar ayam.
Pondasi foot plat adalah jenis pondasi beton yang digunakan untuk kondisi
tanah dengan daya dukung tanah (sigma) pada : 1,5 – 2,00 kg/cm2. Pondasi foot
plat ini biasanya digunakan pada rumah atau bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan
syarat kondisi tanah yang baik dan stabil.

17
Sumber : “Lokasi proyek”
Gambar 3.1 Pekerjaan pondasi
Tahapan Pekerjaan Pondasi Plat
1. Pekerjaan galian pondasi plat
Adapun metode pelaksanaan pekerjaan galian pondasi adalah sebagai
berikut:
a) Pembuatan dan pengajuan gambar kerja pekerjaan struktur beton tiap bagian.
b) Pekerjaan persiapan galian yaitu mempelajari gambar kerja untuk mengetahui
posisi dan dimensi galian baik untuk pondasi telapak/footplat.
c) Jika sebelumnya bouwplank dipasang untuk keseluruhan bangunan, maka
perlu dipasang bouwplank tambahan untuk galian pondasi telapak/footplat,
agar dimensi galiannya sesuai dengan tetap mengacu pada bouwplank induk.
d) Menyiapkan tenaga penggali dan peralatan gali seperti cangkul, sekop, cangkul
burung, linggis, dan lain-lain.
e) Penggalian tanah untuk pondasi telapak/footplat dilakukan secara hatihati serta
harus mengetahui ukuran panjang, lebar, dan kedalaman pondasi.
f) Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 1:5 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah
tempat meletakkan pondasi.
g) Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah

18
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2.
h) Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5
kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman
tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
i) Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
j) Tanah hasil galian ditempatkan di sekitar galian pada tempat yang tidak akan
mengganggu pekerjaan lain, karena tanah tersebut akan dipakai untuk
timbunan kembali.
2. Pekerjaan penulangan pondasi plat
a) Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses
pembuatan pondasi dapatberjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan sebagia berikut :
• Mengukur panjang untuk masing - masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran pondasi setempat.
• Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
• Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat
agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
Dalam proses perakitan Untuk pondasi tapak menggunakan besi berdiameter 10
dengan panjang untuk 1 lonjor besi 12 meter, lalu di potong sesuai ukuran yang
di butuhkan untuk plat yaitu 1,28 meter dan 1,48 meter. Proses pekerjaan perakitan
tulangan sengkang dengan menggunakan jarak masing-masing 12 cm – 20 cm.
sedangkan dalam proses pekerjaan di lapangan menggunakan 12,5 cm.
b) Pemasangan tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi plat maka untuk pemasangan tulangan
dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak
terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam.

19
3. Pekerjaan beikisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau di atasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting :
a) Di asumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok (sendok spesi).
b) Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung makawaktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persyaratan
tertentu.
c) Papan cetakan disusun secara rapi berdasarkan bentuk betonyang akan di cor.
d) Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
e) Papan cetakan tidak boleh bocor
f) Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit paku diantara papan
secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok(sendok spesi).
g) Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung makawaktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persyaratan
tertentu.
h) Papan cetakan disusun secara rapi berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
i) Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
j) Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit paku diantara papan
secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
k) Funsi dari benang yang terlatak di atas bekisting adalah untuk menentukan
sumbu x dan y, serta ketinggian atap di hitung dari titik nol.
4. Pekerjaan pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil / split
serta air. Kualitas / mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton
dan perbandingannya. Bahan- bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai

20
membuat beton denga maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
Tahap-tahap pekerjaan pengecoran pondasi setempat yaitu:
a) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitudari kayu dan juga
menggunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
b) Membuat wadah atau tempat (kotak spesi) hasil pengecoranyang dibuat dari
kayu atau seng atau pelat dengan ukuran tinggi × lebar × panjang.
c) Mempersiapkan bahan – bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti:
semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk
pengecoran.
d) Membuat adukan atau pasta dengan bantuan mollen dengan perbandingan
volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3
volune kerikil serta air secukupnya.
e) Bahan-bahan adukan dimasukan ke dalam tabung denganurutan masukan pasir,
semen portand, split dan biarkan tercampur kering dahulu kemudian
ditambahkan air secukupnya.
f) Setelah adukan benar – benar tercampur sempurna kuranglebih selama 4 -10
menit tabung mollen dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
g) Hasil dari pengecoran dimasukkan dan dituangkan ke dala m lubang galian
tanah yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong
dan dilakukan serta dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada
ruangan yang kosong dan kerikil berukuran kecil sampai yang besar dapat
masuk kecelah-celah tulangan ataur akitan pondasi plat.
B. Pekerjaan Sloof
Pekerjaa sloof dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi selesai di kerjakan.
Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak diatas fondasi, berfungsi untuk
meratakan beban yang diterima oleh fondasi, juga berpungsi sebagi pengunci
dinding agar apabila terjadi pergerakan pada tanah, dinding tidak roboh.

21
Sumber : “Lokasi proyek”
Gambar 3.2 Pekerjaan sloof
Tahapan pelaksanaan pekerjaan sloof
1. Pemasangan Bowplank
Pekerjaan pengukuran dan pemasangan Bouwplank, mencakup pekerjaan
pengukuran yaitu pekerjaan pemetaan atau survey terhadap lokasi proyek yang
akan dikerjakan, mencakup sebagai berikut:
a) Pengukuran Batas Luas Lahan.
b) Pengukuran batas bangunan.
c) Pengukuran as bangunan.
d) Penemuan peil atau ketinggian muka tanah bangunan berdasarkan titik ukur
tetap yang telah ditentukan.
Pekerjaan pengukuran ini sangat penting alasannya yaitumerupakan dasar
dari pembangunan proyek, posisi bangunan baik arah horizontal maupun
vertical.peil pembangunan umum nya di ambil dari as jalan atau peil banjir yang
telah ada dan menjadi pola selanjutnya dalam melakukan pekerjaan. Setelah
pekerjaan pengukuran dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan bouwplank.
Bouwplank merupakan alat bantu untuk menciptakan sudut ( 90 ) dan

22
ketinggian atau elevasi lantai. Bouwplank di bentuk dari papan atau kaso.
Pemasangan bouwplank di lakukan pada jarak 1m di luar skema yang akan di buat,
tujuannya bouwplank tidak terbongkar ketika penggaliaan pondasi.
Bowplank dapat dibongkar sehabis pemasangan/pekerjaan pondasi berakhir.
2. Pekerjaan Pembesian sloof
Pekerjaan Pemasangan besi Sloof merupakan proses pekerjaa n pemasangan
besi sloof dilakukan setelah permukaan pondasi batubelah dibersihkan dari kotoran
tanah dan lainnya , karena jika perm ukaan pondasi batu kali tidak bersih maka,
adukan cor sloof tidakakan merata maksimal pada permukaan pondasi batu belah
denganmaksimal.
3. Pekerjaan bekisting sloof
Pembuatan bekesting mempertimbangkan segi ekonomis biaya yang
diperlukan. Selain itu, permukaan beton yang dihasilka n maupun kecepatan
pengeringannya juga harus dipertimbangkan.
❖ Bahan yang diperlukan dalam pembuatan bekesting antaralain:
a) Kayu
Kayu yang digunakan berupa papan dari kayu meranti, kayu keruing dan
sejenisnya; mutu kayukelas II, III, IV. Tebal berkisar 2,5-5 cm lebarmaksimal
16 cm
b) Papan
Kelebihan bahan ini lebih kuat dari kayu lunak untuk ukuran papan tipis.
Permukaan beton yangdihasilkan lebih halus, mudah dibentuk sesuai dengan lebar
permukaan beton. Papan yang digunakan pada pelaksanaan proyek ini setebal 2 cm.
❖ Alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting antara lain :
a) Gergaji yang digunakan untuk memotong kayu danpapan sesuai dengan ukuran
yang diperlukan.
b) Paku yang digunakan sebagai pengikat rangkaian bekesting yang akan di buat.
c) Pemukul/palu yang digunakan sebagai penancapalat pengikat.
d) Meteran yang digunakan sebagai alat pengukur untuk menentukan ukuran dari
bekesting yang diperlukan.
e) Pensil dan mistar saebagai alat mengukur dan memberikan dimensi dalam
menentukan suatu ukuran bekesting sesuai dengan ukuran yangdiperlukan.

23
❖ Proses pembuatan bekisting
a) Menyiapkan bahan dan alat
Alat yang disiapkan antara lain palu, pensil, meteran dan gergaji. Sedangkan
bahannya adalah papan dengan tebal 2 cm dan kayu balok atau kasau paku
• Memotong papan dan balok kayu sesauai dengan ukuran yang ditentukan.
• Merangkai bekesting sloof yang sudah dipasang sebelumnya
• papan disambung dengan cara dipaku pada pelat - pelat dukung yang telah
disiapkan sebelumnya.
• Mengecek kembali kekuatan bekesting yang telah dipasang.
4. Pekerjaan pengecoran sloof
Pengecoran akan segera dilaksanakan setelah pembesian dan pemasangan
papan tripleks atau bekesting. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu
diperiksa pembesian dan bekisting untukmenghindari terjadinya kesalahan dalam
pengecoran. Papan triplek harus kokoh dan benar dan adukan campuran yang
dipakai adalah campuran 1 semen, 2 pasir dan 3 kerikil.
Pengecoran dilakukan dengan manual yaitu dengan tenaga manusia pekerjaan
pengecoran dapat dilakukan dengan cepat sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus seluruh sloof.
Selanjutnya finishing sloofcor ini dibiarkan permukaannya kasar karena selanjutnya
ada finishing dengan material lain agar mudah menyatu.
Dalam proses pengecoran terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan supaya
pengecoran tersebut menjadi sempurna dan tahan lama. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat pengecoran.
• Pada saat penuangan adukan beton dilakukan secaraterus-menerus
(tidak terputus) untuk menghindari perbedaan waktu pengikatan awal
• Hindari pengecoran saat hujan turun
• Agar tidak terjadi pemisahan butir-butir campurannya,maka beton tidak boleh
terlalu tinggi dijatuhkan.
Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian – bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas.Adukan semen
dituangkan ke dalam cetakan dengan menggunakan ember setelah menggunakan
dipakai sebagai penggetar semen agar merata.

24
Alat-alat yang di gunakan untuk cor sebagai brikut:
• Ember
• Sekop
• Sendok semen
• Dan lain-lain.
Bahan-bahan untuk pengocoran sebagai berikut :
• Semen
• Pasir
• Kerikil
5. Pekerjaan Pelepasan Bekesting Sloof
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan di mana Untuk menentukan berapa lama
bekisting dapat di bongkar tanpa menimbulkan crack atau lendut pada sloof
tentunya harus melalui prosedur ijin bongkar dari konsultan serta hasil analisa statik
terhadap umur beton. Waktu yang tepat untuk melakukan bongkaran bekisting
tentunya tergantung pada bagian struktur beton dan kelas beton yang digunakan
serta metode bongkaran yang digunakan.

25
BAB 4
ESTIMASI BIAYA DAN TIME SCHEDULE

4.1 Estimasi Biaya


Rencana anggaran biaya atau RAB secara sederhana dapat diartikan sebagai
perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu proyek dengan
berbagai pertimbangan item komponen pendukung (material, pihak penyedia dsb),
akan tetapi sebelum sampai pada penetapat Rencana Aanggaran Biaya perencana
harus melewati beberapa proses sebagai berikut.
A. Backup Volume

Tabel 4.1 Backup Volume


No. Detail Pekerjaan Perhitungan Volume
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan lahan L = 10 m
P = 21 m
Luas lahan = P x L
= 21 m x 10 m
= 210 m2
2 Pemasangan bowplank Panjang V = 59,7 m
Panjang H = 39,75 m
Panjang Bowplank = P.V + P.H
= 59,7 m + 39,75 m
= 99,45 m

26
II PEKERJAAN PONDASI
PLAT
1 Volume galian • Pondasi Plat (PA-PC-PD)
P galian = 28 m
L galian = 0,6 m
T galian = 0,51 m
Volume galian = P x L x T
= 28 m x 0,6 m x 0,51 m
= 8,6 m3

2 Volume Pondasi Plat • Pondasi Plat (PE-PF)


P galian = 73,38 m
L galian = 0,7 m
T galian = 0,51 m
• Volume galian = P x L x T
= 73,38 m x 0,7 m x 0,51 m
= 26,2 m3
Volume total galian = 8,6 + 26,2
= 34,8 m3
• Pondasi (PA-PC-PD)
PA = 15 m
PC = 6,1 m
PD = 6,9 m
L = 0,6 m
T = 0,15 m
• Volume pondasi = P x L x T
= 28 m x 0,6 m x 0,15 m
= 2,52 m3
• Pondasi (PE-PF)
PE = 47,55 m
PF =25,83 m
L = 0,7 m

27
T = 0,15 m
• Volume pondasi = P x L x T
= 73,38 m x 0,7 m x 0,15
m
= 7,70 m3
Volume total = 2,52 + 7,70
= 10,22 m3

28
3 Kebutuhan Besi Pondasi • Panjang Tulangan (PA-PC-PD)
P (Ls) = 2 x [(b – 2cc) + (h – 2cc)] + 2ℓext
– (5x4db)
= 2 x [(600 mm - (2 x 25 mm)) + (150
mm – (2 x 25 mm) + (2 x 75 mm) – (5 x 4 x
10 mm)
= 1280 mm
= 1,28 m
• Pondasi PA
Banyak tulangan (H) = 120
Panjang tulangan (H) = P(Ls) x banyak
tulangan
= 1,28 m x 120
= 153,6 m
Banyak tulangan (V) = 6
Panjang tulangan (V) = Panjang pon. PA x
Banyak tulangan
= 15 m x 6
= 90 m
• Pondasi PC
Banyak tulangan (H) = 49
Panjang tulangan (H) = P(Ls) x banyak
tulangan
= 1,28 m x 49
= 62,5 m
Banyak tulangan (V) = 6
Panjang tulangan (V) = Panjang pon. PC x
Banyak tulangan
= 6,1 m x 6
= 36,6 m

29
• Pondasi PD
Banyak tulangan (H) = 55
Panjang tulangan (H) = P(Ls) x banyak
tulangan
= 1,28 m x 55
= 70,7 m
Banyak tulangan (V) = 6
Panjang tulangan (V) = Panjang pon. PD x
Banyak tulangan
= 6,9 m x 6
= 41,4 m
• Panjang Tulangan (PE-PF)
P (Ls) = 2 x [(b – 2cc) + (h – 2cc)] + 2ℓext
– (5x4db)
= 2 x [(700 mm - (2 x 25 mm)) + (150
mm – (2 x 25 mm) + (2 x 75 mm) – (5 x 4 x
10 mm)
= 1480 mm
= 1,48 m
• Pondasi PE
Banyak tulangan (H) = 380
Panjang tulangan (H) = P(Ls) x banyak
tulangan
= 1,48 m x 380
= 563 m
Banyak tulangan (V) = 8
Panjang tulangan (V) = Panjang pon. PE x
Banyak tulangan
= 47,55 m x 8
= 380,4 m

30
• Pondasi PF
Banyak tulangan (H) = 207
Panjang tulangan (H) = P(Ls) x banyak
tulangan
= 1,48 m x 207
= 305,8 m
Banyak tulangan (V) = 8
Panjang tulangan (V) = Panjang pon. PF x
Banyak tulangan
= 25,83 m x 8
= 206,6 m

• Total panjang tulangan (H) :


(PA-PC-PD) = 286,7 m
(PE-PF) = 868,8 m
• Total panjang tulangan (V) :
(PA-PC-PD) = 168 m
(PE-PF) = 587 m
• Panjang besi 1 lonjor = 12 m
• Total panjang tulangan (H) :
(PA-PC-PD) = (286,7/12)
= 24 lonjor
(PE-PF) = (868,8/12)
= 72 lonjor

• Total panjang tulangan (V) :


(PA-PC-PD) = (168/12)
= 14 lonjor
(PE-PF) = (587/12)
= 49 lonjor
Total tulangan yang dibutuhkan = 159
lonjor

31
4 Berat Besi Tulangan • Berat Tulangan :
D8 = 4,74 kg/ljr
D10 = 7,4 kg/ljr

Berat tulangan (H) total


= D10 x Tulangan H
= 7,4 kg/ljr x 96 ljr
= 712,5 kg

Berat tulangan (V) total


= D8 x Tulangan v
= 4,74 kg/ljr x 63 ljr
= 456,6 kg
Berat total = (H) + (V) = 1178,1 kg

III PEKERJAAN SLOOF • S.25-1


1 Volume Sloof P sloof = 22,35 m
L sloof = 0,15 m
T sloof = 0,25 m
Volume Sloof = P x L x T
= 22,35 m x 0,15 m x 0,25 m
= 0,84 m3

• S.30-1
P sloof = 43,13m
L sloof = 0,15 m
T sloof = 0,30 m
Volume Sloof = P x L x T
= 43,13 m x 0,15 m x 0,30 m
= 1,94 m3

32
• S.40-1
P sloof = 86,55 m
L sloof = 0,15 m
T sloof = 0,40 m
Volume Sloof = P x L x T
= 86,55 m x 0,15 m x 0,30 m
= 5,19 m3
Total Volume Sloof = 7,97 m3

2 Kebutuhan Besi Sloof • S.25-1


Tulangan utama :
D13 = 4
Panjang tulangan = panjang tulangan x jmlh
tulangan
= 22,35 m x 4
= 89,4 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 89,4 m/12 m
= 7,5 lonjor
= 8 lonjor
Sengkang Begel :
D8 = 149
P(Ls) = 2 x [(b – 2cc) + (h – 2cc)] + 2ℓext –
(5x4db)
= 2 x [(150 mm - (2 x 25 mm)) + (250
mm – (2 x 25 mm) + (2 x 75 mm) – (5 x 4 x
10 mm)
= 390 mm
= 0,39 m
Panjang sengkang total = Jmlh sengkang x
P(Ls)
= 149 x 0,39 m

33
= 58,11 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 58,11m/ 12 m
= 4,8 lonjor
= 5 lonjor
• S.30-1
Tulangan utama :
D13 = 4
Panjang tulangan = panjang tulangan x jmlh
tulangan
= 43,13 m x 4
= 172,5 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 172,5 m/12 m
= 14,4 lonjor
= 15 lonjor
Sengkang Begel :
D8 = 288
P(Ls) = 2 x [(b – 2cc) + (h – 2cc)] + 2ℓext –
(5x4db)
= 2 x [(150 mm - (2 x 25 mm)) + (300
mm – (2 x 25 mm) + (2 x 75 mm) – (5 x 4 x
10 mm)
= 440 mm
= 0,44 m
Panjang sengkang total = Jmlh sengkang x
P(Ls)
= 288 x 0,44 m
= 126,5 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 126,5 m/ 12 m
= 10,5 lonjor

34
= 11 lonjor

• S.40-1
Tulangan utama :
D13 = 6
Panjang tulangan = panjang tulangan x jmlh
tulangan
= 86,55 m x 6
= 519,3 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 519,3 m/12 m
= 43,28 lonjor
= 44 lonjor
Sengkang Begel :
D8 = 577
P(Ls) = 2 x [(b – 2cc) + (h – 2cc)] + 2ℓext –
(5x4db)
= 2 x [(150 mm - (2 x 25 mm)) + (400
mm – (2 x 25 mm) + (2 x 75 mm) – (5 x 4 x
10 mm)
= 540 mm
= 0,54 m
Panjang sengkang total = Jmlh sengkang x
P(Ls)
= 577 x 0,54 m
= 311,58 m
Panjang besi per-lonjor = 12 m
Besi yang dibutuhkan = 311,58 m/ 12 m
= 26,0 lonjor
= 26 lonjor
3 Berat besi tulangan • Berat Tulangan :
D8 = 4,74 kg/ljr

35
D13 = 12,5 kg/ljr

• S.25-1
Besi tulangan utama = kebutuhan besi x
berat besi tulangan utama
= 8 lonjor x 12,5
kg/ljr
= 93,13 kg
Besi begel = kebutuhan besi x berat besi
begel
= 5 lonjor x 4,47 kg/ljr
• S.30-1
Besi tulangan utama = kebutuhan besi x
berat besi tulangan utama
= 8 lonjor x 12,5
kg/ljr
= 93,13 kg
Besi begel = kebutuhan besi x berat besi
begel
= 5 lonjor x 4,47 kg/ljr
• S.40-1
Besi tulangan utama = kebutuhan besi x
berat besi tulangan utama
= 8 lonjor x 12,5
kg/ljr
= 93,13 kg
Besi begel = kebutuhan besi x berat besi
begel
= 5 lonjor x 4,47 kg/ljr
Berat besi tulangan utama total = 813,75
kg
Berat besi begel total = 196 kg

36
B. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Analisis yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan adalah jumlah bahan
dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan di dapat dari
pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang di namakan daftar satuan bahan,
sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dari lokasi dan dikumpulkan serta di catat
dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah.

Tabel 4.2 Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN

Pembersihan
lahan m2
HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
II TENAGA
Mandor Org/hr 0,050 120.000,00 6.000,00
pekerja Org/hr 0,100 70.000,00 7.000,00
TOTAL 13.000,00
Harga satuan pekerjaan per – m JUMLAH 13.000,00

Pemasangan
Bouwplank
HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
I BAHAN
Kayu balok 5/7 m3 0,1200 1.500.000,00 180.000,00
Paku2"-3" kg Kg 0,0200 15.000,00 300,00
Kayu papan 3/20 m3 0,0070 700.000,00 4.900,00
TOTAL 185.200,00
II TENAGA
Mandor Org/hr 0,005 120.000,00 600,00
kepala tukang kayu Org/hr 0,010 100.000,00 1.000,00
tukang kayu Org/hr 0,100 85.000,00 8.500,00
Pekerja Org/hr 0,100 70.000,00 7.000,00
TOTAL 17.100,00
III ALAT
sekop hari 85.000,00 85.000,00
linggis hari 60.000,00 60.000,00
TOTAL 145.000,00
Harga satuan pekerjaan per – m JUMLAH 347.300,00

37
Penggalian tanah
pondasi m3
HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
I TENAGA
Mandor Galian Org/hr 0,238 120.000,00 28.560,00
Pekerja Org/hr 5,650 70.000,00 395.500,00
TOTAL 424.060,00
II ALAT
sekop hari 85.000,00 85.000,00
linggis hari 60.000,00 60.000,00
TOTAL 145.000,00
Harga satuan pekerjaan per - m3 JUMLAH 569.060,00

1 m3 beton mutu f’c = 21,7 MPa (K


225)
HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
I BAHAN
Batu koral beton kg 0,810 214,00 173,34
Pasir cor/beton kg 0,540 251,00 135,54
Portland cement kg 336,000 1.686,00 566.496,00
TOTAL 566.804,88
II TENAGA
Mandor Org/hr 0,238 120.000,00 28.560,00
Kepala tukang Org/hr 0,323 95.000,00 30.685,00
Tukang batu Org/hr 0,275 85.000,00 23.375,00
Pekerja Org/hr 5,650 70.000,00 395.500,00
TOTAL 478.120,00
III ALAT
Molen Truk hari 0,200 1.525.000,00 305.000,00
Vibrator hari 0,200 245.510,00 49.102,00
TOTAL 354.102,00
Harga satuan pekerjaan per - m3 JUMLAH 1.399.026,88

Besi tulangan untuk beton struktur


HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
I BAHAN
Besi beton kg 110,000 11.433,00 1.257.630,00
Kawat beton kg 2,000 28.215,00 56.430,00
TOTAL 1.314.060,00
II TENAGA
Tukang besi Org/hr 8,640 85.000,00 734.400,00
Mandor Org/hr 2,880 95.000,00 273.600,00
Pekerja Org/hr 8,640 70.000,00 604.800,00
TOTAL 1.612.800,00
III ALAT
Gunting pemotong
baja bh 0,020 350.000,00 7.000,00

38
Kunci pembengkok
tulangan bh 0,010 135.000,00 1.350,00
TOTAL 8.350,00
Harga satuan per -
100 kg 2.935.210,00
Harga satuan pekerjaan per - kg JUMLAH 29.352,10

Bekisting beton
struktur
HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN TOTAL
(Rp) (Rp)
I BAHAN
Kayu bekesting m3 0,040 3.600.000,00 144.000,00
Paku kg 0,400 19.006,00 7.602,40
TOTAL 151.602,40
II TENAGA
Mandor Org/hr 0,010 125.000,00 1.250,00
Kepala tukang Org/hr 0,048 100.000,00 4.800,00
Tukang kayu Org/hr 0,480 85.000,00 40.800,00
Pekerja Org/hr 0,576 70.000,00 40.320,00
TOTAL 87.170,00
III ALAT
Palu / bodem bh 0,010 115.807,00 1.158,07
Gergaji bh 0,010 195.000,00 1.950,00
TOTAL 3.108,07
Harga satuan pekerjaan per - m3 JUMLAH 241.880,47

C. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)


Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu acuan atau metode penyajian
rencana biaya yang harus dikeluarkan dari awal pekerjaan dimulai hingga
pekerjaan itu selesai dikerjakan. Rencana anggaran biaya harus dari keseluruhan
kebutuhan pekerjaan baik itu biaya material atau bahan yang diperlukan, biaya
alat, upah pekerja, dan biaya lain yang diperlukan. Berikut adalah rencana
anggaran biaya dari pekerjaan pondasi dan sloof pada pembangunan Perumahan
Ciputra Citra Land :

39
Tabel 4.3 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

NAMA PROYEK : PERUMAHAN CIPUTRA CITRA LAND


PEMILIK PROYEK : PT. JO CIPUTRA PODO JOYO

RENCANA ANGGARAN BIAYA


NO HARGA
URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME TOTAL
SATUAN
PEKERJAAN
A
PERSIAPAN
PEMBERSIHAN
I m2 210 13.000,00 Rp2.730.000,00
LAHAN
PEMASANGAN
II m 99,45 Rp347.300,00 Rp34.538.985,00 Rp37.268.985,00
BOUWPLANK
B PEKERJAAN GALIAN
PENGGALIAN TANAH
I m3 34,76 Rp569.060,00 Rp19.783.177,42 Rp19.783.177,42
PONDASI
PEKERJAAN
C
PEMBESIAN
PEMBESIAN PONDASI
I Kg 1178,13 Rp29.352,10 Rp34.580.570,00
PLAT
II PEMBESIAN SLOOF Kg 1009,75 Rp29.352,10 Rp29.638.137,68 Rp64.218.707,69
PEKERJAAN
D
BEKISTING
PEMASANGAN
I BEKISTING PONDASI m3 0,96 Rp241.880,47 Rp232.205,25
PLAT
PEMASANGAN
II m2 61,80 Rp241.880,47 Rp14.948.213,05 Rp15.180.418,30
BEKISTING SLOOF
PEKERJAAN
E
PENGECORAN
PEKERJAAN PONDASI
I m3 10,22 Rp1.399.026,88 Rp14.304.175,46
PLAT (K225)
PEKERJAAN SLOOF
II m3 7,97 Rp1.399.026,88 Rp11.152.692,53 Rp25.456.867,99
(K225)
JUMLAH Rp124.639.171,39

4.2 Time Scedule


Berikut jadwal pelaksanaan pekerjaan sesuai progress terkait kemajuan suatu
pelaksanaan proyek konstruksi dengan waktu tertentu serta capaian progress harian.

40
``

Tabel 4.4 Time scedule

JADWAL PELAKSANAAN/TIME SCEDULE PEKERJAAN PONDASI DAN SLOOF

28 HARI KALENDER
JUMLAH HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT (%) MINGGU KE 1 MINGGU KE 2
(Rp)
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
I PEKERJAAN PERSIAPAN Rp37.268.985,00 27,04 13,52 13,52
III PEKERJAAN GALIAN Rp19.783.177,42 14,35 4,78 4,78 4,78
IV PEKERJAAN PEMBESIAN Rp64.218.707,69 46,59 6,66 6,66 6,66 6,66 6,66 6,66 6,66
V PEKERJAAN BEKISTING Rp15.180.418,30 11,01 5,51 5,51
VI PEKERJAAN PENGECORAN Rp1.399.026,88 1,01 0,34 0,34 0,34
VII TOTAL PEKEKERJAAN Rp137.850.315,28 13,52 18,30 11,44 11,44 6,66 6,66 6,66 6,66 12,16 5,84 0,34 0,34
BOBOT RENCANA KOMULATIF (%) 13,52 31,82 43,26 54,70 61,35 68,01 74,66 81,32 93,48 99,32 99,66 100,00

41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama Penulis melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Proyek
Pembangunan Perumahan Ciputra Citra Land, Penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1) Pondasi adalah suatu bagian paling dasar dari kontruksi sebuah bangunan.
Pekerjaan pondasi secara garis besar sudah sesuai dengan rencana dan gambar
kerja. Sedangkan, Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan. Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke
pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar
merata.
2) Kesesuaian pelaksanaan pekerjaan pondasi juga sesuai dengan metode
pelaksanaan pada saat dilapangan, meliputi :
3) Tahapan pekerjaan pondasi pada pelaksanaan di lapangan adalah :
• Pekerjaan persiapan
• Pekerjaan bekisting
• Pekerjaan pembesian
• Pengecoran
Sedangkan tahapan pekerjaan sloof pada pelaksanaan di lapangan adalah :
• Pekerjaan persiapan
• Pekerjaan pengukuran
• Pekerjaan pembesihan
• Pekerjaan bekisting
• Pekerjaan pengecoran

42
LAMPIRAN

43
Lampiran I
Dokumentasi persetujuan dan surat jalan PKL

44
45
Lampiran II
Domentasi persetujuan pembimbing PKL

46
Lampiran III
Dokumentasi pekerjaan di lapangan

47
48
Lampiran IV
Gambar Kerja Proyek

49
Denah Lantai 1

50
Denah Lantai 2

51
Potongan A-A

52
Potongan B-B

53
Potongan C-C

54
Denah Rencana Pondasi

55
Denah Rencana Sloof

56
Detail Pondasi

57
Detail Sloof

58

Anda mungkin juga menyukai