Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMBANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS NAIBONAT

untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar

Sarjana Teknik Sipil Strata Satu

OLEH :
NAMA NIM
ANITA 1706010099
1706010101
NUBATONIS
MARIA S.C KORIN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2020

i
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NUSA CENDAN FAKULTAS SAINS DAN
TEKNIK PRODI TEKNIK SIPIL

Jl. Adisucipto Penfui - KUPANG; Telp. 0380-881590

Kami mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa
Cendana,

Nama Mahasiswa : ANITA NUBATONIS dan MARIA S.C KORIN

Nomor Pokok Mahasiswa : 1706010004 dan 1706010101

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis Laporan Kerja Praktek yang saya buat denga judul
“PEMBANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS NAIBONAT” adalah :

1) Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan data-data hasil pelaksanaan kerja
praktek di proyek tersebut.

2) Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang pernah dipakai

untuk mendapatkan gelar sarjana pada universitas lain, kecuali pada bagian – bagian sumber

informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya.

Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka Laporan Kerja
Praktek ini batal demi hukum.

Kupang, …...…....…….2021
Yang membuat pernyataan

Meterai 6000
(Anita Nubatonis dan Maria S.C Korin)

ii
ABSTRAK

Anita Nubatonis (1706010004)


Maria S.C.Korin (1706010101)

“PEMBANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS NAIBONAT”

(Tinjauan Khusus : Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) & Kinerja)

Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib di Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Nusa Cendana Kupang, yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa

keadaan/pekerjaan dilapangan sebagai tempat pengaplikasian ilmu/teori yang telah diperoleh

mahasiswa selama mengikuti perkuliahan, dan diharapkan kepada mahasiswa untuk mampu

memahami keadaan/lingkungan proyek secara nyata dan teori dengan memperhatikan berbagai

kesamaan dan perbedaan antara teori dan praktek, sehingga menjadi bekal atau pegangan bagi

mahasiswa setelah menempuh perkuliahan dan akan berkecimpung dalam dunia konstruksi.

Proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat menggunakan konstruksi beton


bertulang.

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode studi lapangan, meliputi
observasi langsung, wawancara, pengumpulan dokumen dan studi pustaka. Laporan kerja
praktek ini membahas khusus pada pekerjaan struktur dan juga mengenai Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) & Kinerja .

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Kerja Praktek Lapangan kami yang bertempat di Puskesmas
Naibonat.

menyelesaikan program studi Strata 1 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Laporan Kerja Praktek ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Nusa Cendana Kupang – Nusa Tenggara Timur.

Tujuan Kerja Praktek ini adalah untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai segi-segi
praktek dari pengetahuan di bidang Teknik Sipil yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.
Laporan Kerja Praktek ini merupakan hasil pengamatan di lapangan dari teori-teori yang didapat di
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana.

Pada kesempatan ini juga kami juga ingin mengucapkan limpah terima kasih kami kepada :

1. Bapak Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknik

2. Ibu Tri M. W. Sir ST.,M.Eng ,selaku ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Nusa
Cendana
3. Ibu Denik S. Krisnayanti, S.T.,M.T. selaku koordinator kerja praktek Program Studi
Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana

4. Bapak Drs.Sudiyo Utomo,M.si dosen Pembimbing kerja praktek kami, yang telah
menyempatkan waktu untuk membimbing kerja praktek kami.
5. Bapak Stephanus Longa selaku owner yang telah menerima dan membimbing kami dalam
melaksanakan kerja praktek kami selama di lapangan.
6. CV. Tifanny Karya selaku Kontraktor
7. CV. Joshua Engineering, selaku Konsultan Teknik

8. Kepada Pak Muhamad Syafei dan Pak Eko selaku pelaksana di lapangan yang bersama
dengan kami di lapangan dan senantiasa membimbing kami.

9. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan baik berupa moril
maupun materil.

Dari tugas yang kami selesaikan, kami menyadari sepenuhnya hasil dari pekerjaan tugas ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami tidak menutup diri dari saran – saran maupun kritikan yang dapat
meningkatkan pengetahuan kami. Semoga laporan yang kami buat ini bermanfaat serta dapat membantu
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi diri sendiri dan orang lain.

Kupang, 16 Oktober 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………...i

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KERJA PRAKTEK……………………...ii


ABSTRAK…………………………………………………………………………….iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………iv

DAFTRA ISI……………………………………………………………………………v

BAB I ………………………………………………………………………………..1

PENDAHULUAN………………………………………………………...…………….1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….....1

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek……………………………………………...2

1.3 Metodologi Kerja Praktek………………………………………………………2

1.4 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek…….………………………………………..3

BAB II………………………………………………………………………………...5

DESKRIPSI UMUM PROYEK…………………………………………………………5

2.1 Proses Pengadaan Tender…………………………………………………….....5

2.2 Ruang Lingkup dan Pekerjaan Proyek………………………………………....6

2.3 Hubungan Kerja Unsur- unsur Proyek………………………………………....7

2.4 Struktur Organisasi Proyek………………………………………………….....9

2.5 Jenis Kontrak………………………………………………………………….13

BAB 3………………………………………………………………………………....14

SISTEM PELAKSANAAN PROYEK……………………………………………….14

3.1 Pelaksanaan Pekerjaan sloof……………………………………....................14

v
3.1.1 Pembesian………………………………………………………………….14

3.1.2 pekerjaan Bekisting………………………………………………………..15

3.1.3 pemasangan sabuk sloof pada bekisting………………………………….16

3.1.4 Pekerjaan Pengecoran …………………………………………………….16


3.1.5 Pelepasan Bekisting ……………………………………………………….16

3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom…………………………………………………16

3.2.1 pekerjaan Pembesian Kolom ………………………………………………17

3.2.2 Bekisting Kolom ..........................................................................................18

3.2.3 Pengerjaan Pengecoran……………………………………………………..19

3.2.4 Pembongkaran bekisting …………………………………………………...20

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Balok…………………………………………………...20

3.3.1 Pembesian…………………………………………………………………...20

3.3.2 Pekerjaan Bekisting………………………………………………………….21

3.3.3 Pengerjaan Pengecoran……………………………………………………....22

3.3.4 Pembongkaran Bekisting………………………………………………….....22


3.4 Pelaksanaan Plat Lantai 2 ……………………………………………………...23
3.4.1 Pembesian Kolom dan Balok………………………………………………..24
3.4.2 Pembesian pelat lantai 2 ………………………………………………….....25
3.4.3 Pekerjaan Pengecoran………………………………………………………...26
3.4.4 Pembongkaran dan Pemeliharaan Bekisting………………………………….27

BAB IV…………………………………………………………………………...............28

TINJAUAN KHUSUS PELAKSANAAN PROYEK………………………………….....28

4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja……………………………………………….28

4.1.1 Keselamatan Kerja…………………………………………………………..28

4.1.2 Kecelakaan Kerja……………. ………………………………………......…29

vi
4.1.3 Kesehatan Kerja……………………………………………………………………………..…30

4.2 Peralatan Dan Perlindungan Diri………………………………………………………………...30

4.3 Program Keselamatan Kerja ( K3)…………………………………………………....…….…....33

4.4 Pentingnya K3 diterapkan diproyek konstruksi………………………………………………....35

4.5 Kendala dalam menerapkan keselamatan kerja dan kesehatan kerja (K3)……………… ……...38

4.6 Kerja Proyek Konstruksi ………………………………………………………………………...38

4.7 Faktor-faktor penghambat kinerja pada proyek konstruksi Puskesmas Naibona…………… ......46

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur terus mengalami kemajuan setiap waktu.
Hal ini terlihat dari pembangunan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur yang dilakukan
pemerintah dan berbagai pihak terkait, dengan tujuan menunjang berbagai kegiatan dan
memenuhi berbagai kebutuhan yang ada. Salah satu contohnya adalah Proyek Pembangunan
Puskesmas Naibonat. Teknik sipil merupakan salah satu Program Studi Strata I Fakultas
Sains
dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang, yang mampu menghasilkan tenaga ahli yang
bekerja dibidang konstruksi.

Untuk menghasilkan tenaga ahli tersebut tentu seorang Calon Sarjana Teknik Sipil harus
mampu menguasai ilmu konstruksi seluas - luasnya baik secara teori maupun praktek
dilapangan. Untuk itu mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori di jenjang perkuliahan, namun
juga harus bisa memahami keadaan lapangan nantinya yang akan dihadapi kelak dengan
menjalani Kerja Praktek (KP) sebagai salah satu syarat ketuntasan studi dan juga bekal
kedepan
saat telah menjadi seorang sarjana.

Kurikulum Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana Kupang, terdapat mata
kuliah “Kerja Praktek (KP)” yang dimaksudkan kepada mahasiswa agar mahasiswa mampu
mengenal dunia kerja konstruksi nantinya dengan melakukan praktek di lapangan berdasarkan
teori yang diperoleh selama perkuliahan. Selain itu pula hal ini juga bertujuan baik bagi
mahasiswa agar dimana dengan adanya interaksi langsung dengan pihak-pihak yang terlibat di
proyek, mahasiswa diharapkan dapat memahami seluk - beluk dalam proses pelaksanaan
proyek
konstruksi. Dengan demikian mahasiswa diharapkan mempunyai wawasan untuk terjun
kedunia
kerja dan menghadapi berbagai persaingan yang ada.

Proyek konstruksi yang akan ditinjau sebagai tempat kerja praktek adalah Proyek
Pembangunan Puskesmas Naibonat. Alasan pemilihan proyek pembangunan ini adalah karena
proyek ini baru mulai dilakukan pada awal kerja praktek sehingga mahasiswa dapat mengikuti
proses pelaksanaan pembangunan Puskesmas Naibonat dari komponen struktur seperti pondasi
foot plat, pondasi pile cap, pedestal, sloof, kolom, balok, pelat, dan tangga. Selain itu juga

terdapat komponen nonstruktur dan manajemen proyek sehingga mahasiswa dapat mengamati
berbagai prosedur pelaksanaan yang ada.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek antara lain :

1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama mengikuti


perkuliahan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan.
2. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja di lapangan yang menjadi bekal bagi
mahasiswa ketika sudah selesai melakukan studi dan hendak terjun kedunia kerja.
3. Mahasiswa mempunyai gambaran tentang keadaan lapangan dan belajar untuk
menghadapi masalah-masalah yang ada dengan menemukan solusi-solusi yang baik.
4. Mahasiswa mempelajari tata cara ataupun alur pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi
dengan baik. Selain itu, mahasiswa dapat memahami manajemen suatu proyek dengan
baik, seperti manajemen waktu, manajemen biaya, manajemen orang (tukang, kepala
tukang, buruh, dan sebagainya) dan manajemen alat (alat berat maupun alat manual).

1.3 Metodologi Kerja Praktek


Metodologi yang dilakukan selama kerja praktek adalah:

1. Proses Pengamatan di Lapangan

Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap semua hal yang terjadi di
lapangan, yang meliputi pengamatan pada jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan, metode
pelaksanaan, penempatan material dan mobilisasi material, peralatan yang di pakai,
permasalahan yang terjadi dan pemecahannya di lapangan serta produktivitas yang akan
dibahas
dalam laporan ini.

2. Konsultasi/asistensi

Konsultasi/asistensi dilakukan dengan dosen pembimbing kerja praktek mengenai metode


pelaksanaan pekerjaan dan segala hal yang perlu dikonsultasikan untuk membantu dan
membimbing serta mengarahkan penulis mengenai hal-hal utama yang perlu diamati di
lapangan
sehingga dapat menyelesaikan laporan.
3. Studi Literatur Kegiatan

studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi, serta mempelajari kembali
teori-teori yang diperoleh saat perkuliahan dan membandingkannya dengan kondisi di lapangan.

4. Penyusunan laporan Praktek


Penyusunan laporan kerja praktek dibuat berdasarkan hasil pengamatan terhadap pekerjaan
struktur yang berlangsung selama mahasiswa melakukan kerja praktik di lokasi proyek.
Laporan
ini kemudian akan dikonsultasikan kepada pembimbing lapangan maupun dosen pembimbing
di
Jurusan Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana untuk diseminarkan.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu Pelaksanaan kerja praktek pada pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat dilakukan
selama 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal dikeluarkannya Surat ijin Kerja Praktek (KP)
dengan No. 4303/UN.15.15.1/PP/2021 pada tanggal 27 Agustus oleh Operator Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang.

1.5 Pembatasan Masalah

Pada proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat memiliki beberapa item yang
ditinjau
yaitu tinjauan umum system pelaksanaan proyek dan pelaksanaan dan kendala yang terjadi
dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta mengetahui tingkat kinerja
pada
proyek konstruksi. Dan responden penelitian ini adalah tenaga kerja pada proyek konstruksi di
Puskesmas Naibonat.

1.6 Informasi Proyek


Berikut ini adalah data (informasi) berkaitan dengan Informasi Pelaksanaan
Proyek Pembangunan Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2021
a) Nama Pekerjaan
g) Waktu Pelaksanaan
b) Lokasi Proyek
h) Konsultan Perencanaan
c) Sumber Dana : Pembangunan Puskesmas Naibonat
d) Nomor Kontrak : Naibonat – Kabupaten Kupang
e) Tanggal Kontrak : Dana DAK Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
f) Nilai Kontrak : 600/271.a/SDK/2021
: 150 (seratus Lima puluh) hari kalender
: 12 Juli 2021
: CV. Archilogic
: Rp. 5.850.570.000,00
i) Kontraktor pelaksana : CV. Tiffany Karya
j) Konsultan : CV. Joshua Engineering
Pengawas
k) Tahun Anggaran : 2021
Papan informasi proyek Pembangunan Puskesmas Naibonat Kupang dapat dilihat pada
gambar 1.2

Gambar 1.2 : Papan Informasi Proyek

4
BAB II
DESKRIPSI UMUM PROYEK

2.1 Proses Pengadaan Tender

Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya, dilakukan dengan metode


pelelangan umum melalui LPSE. LPSE merupakan layanan pengadaan secara elektronik
untuk
mengoperasikan sistem e-procurement. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media
masa
dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas yang
berminat
dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

Proses kualifikasi dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010


tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Selain itu pengumuman mengenai pelelangan
jasa
konstruksi dilakukan melalui website www.lpse.nttprov.go.id. Dari hasil pelelangan umum
tersebut, maka telah ditetapkan Konsultan Perencana adalah CV. ARCHILOGIC dan
Kontraktor
Pelaksana adalah CV. TIFANNY KARYA. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, prosedur pemilihan
penyediaan barang/jasa pemborongan jasa lainnya dengan metode pelelangan umum pasca
kualifikasi. Metode pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan
usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan
penawaran. Alur diatas merupakan prosedur bagaimana biasanya dalam melakukan tender
proyek dalam pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat.

2.2 Ruang Lingkup dan Pekerjaan

Proyek Ruang lingkup dari pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat yaitu :

A Pekerjaan Persiapan
Kegiatan ini dilakukan sebelum pelaksanaan tahap konstruksi. Kegiatan yang termasuk di
dalam ini adalah pengukuran dan pematokan area kerja, pembersihan lokasi kerja,
pemasangan benchmark/patok dan papan-papan bouwplank ,penggalian tanah dan
penimbunan ( cutting ).

5
b. Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan ini meliputi pembuatan bekisting/cetakan beton, pekerjaan pondasi foot plat dan
pondasi pile cap, urugan dan pemadatan pada area galian, pembesian dan pengecoran
kolom, sloof, balok dan pelat, serta tangga, serta pekerjaan struktur dak atap.
c. Pekerjaan Arsitektur
Kegiatan ini meliputi pekerjaan dinding dan plesteran, kusen pintu dan jendela ,
pekerjaan lantai keramik, pekerjaan plafon baik itu pada lantai satu, lantai dua dan lantai
tiga juga pekerjaan arsitektur untuk dak atap.
d. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing.
Kegiatan ini meliputi pengadaan daya dan pekerjaan instalasi listrik, pekerjaan instalasi
perpipaan air bersih dan air kotor ( plumbing ).
e. Pekerjaan Fasum
Kegiatan ini meliputi pekerjaan saluran, serta pekerjaan septictank dan fasilitas
persampahan.
f. Pasca Konstruksi
Melaksanakan kegiatan pasca konstruksi, meliputi pekerjaan pemeliharaan gedung dan
pembersihan kembali area kerja.

Proyek ini dilakukan dan dikerjakan oleh Cv. Tifanny Karya , dengan lama waktu pelaksanaan
150 hari kalender ( seratus lima puluh hari ) dengan nilai adendum kontrak Rp.5.850.570.000,00
( lima miliar delapan ratus lima puluh juta lima ratus tujuh puluh ribu rupiah ) untuk pekerjaan
Struktural.

2.3 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Proyek

Pelaksanaan proyek harus diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari perencanaan,


pembangunan fisik, sampai dengan pemeliharaan yang melibatkan bermacam-macam unsur dan
komponen pendukung. Salah satu bagian dari manajemen proyek yang memegang peranan
cukup penting adalah organisasi proyek. Organisasi proyek merupakan suatu sistem yang
melibatkan banyak pihak yang bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan. Oleh
karena itu unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah diberikan
sesuai bidang dan keahlian masing-masing untuk mencapai keberhasilan dalam suatu proyek.
Hubungan kerja antara unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek secara umum
adalah sebagai berikut :

6
Hubungan kerja antara ketiga unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai
berikut :

a. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana


 Konsultan memberikan layanan Konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa
gambar – gambar rencana dan perhitungan analisa rencana atapun biaya.
 Pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh Konsultan.
b. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Kontraktor
 Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi
dari keinginan pemilik proyek yang sudah dicantumkan dalam gambar rencana maupun
ketentuan syarat dari konsultan.
 Pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional Kontraktor.
c. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas
 Pengawas bertugas menyampaikan perubahan - perubahan yang terjadi berkaitan dengan
pelaksanaan di lapangan.
 Pemilik proyek membayar atau mengurangi biaya perubahan.
d. Hubungan kerja antara Kontraktor dan Konsultan Perencana
 Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat – syarat
 Kontraktor bertugas merealisasikan perencanaan menjadi sebuah bangunan.

e. Hubungan kerja antara Kontraktor dan Konsultan Pengawas


7
 Pengawas melakukan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan
– peraturan yang telah disepakati
 Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan kendala - kendala
secara teknis kepada Pengawas
f. Hubungan kerja antara Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana
 Perencana memberikan hasil desain serta peraturan - peraturan pelaksanaan kepada
pengawas.
 Pengawas melaporkan hasil pekerjaan serta kendala – kendala teknis yang timbul di
lapangan guna dicari perubahan yang tepat.

2.4 Struktur Organisasi Proyek


Salah satu bagian dari manajemen proyek yang memegang peranan cukup penting adalah organisasi
proyek. Sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar
tujuan akhir dari sebuah proyek dapat tercapai. Struktur organisasi proyek dapat dilihat pada Gambar 2.2
di bawah ini :

a. Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah seorang atau intuisi pemilik sebuah proyek dimana
memberikan pekerjaan bangunan dan membayar biaya pekerjaan bangunan. Pemilik
proyek mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Menunjuk MK pemenang tender untuk mengawasi proyek tersebut.
2. Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek tersebut.
3. Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
4. Membuat surat perintah kerja ( SPK ).
5. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek dan
MK untuk megawasi proyek.
6. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
7. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi ( MK ).
b. Kontraktor
8
Kontraktor adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Kontraktor bertanggung jawab langsung
pada pemilik proyek (owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim
pengawas (MK) dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim
pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Dalam proyek ini pihak
pelaksana konstruksi adalah CV Tiffany karya.
Tugas, hak dan kewajiban pelaksana yang seharusnya adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik
2. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi
kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan
pelaksanaan lapangan
3. Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian bahan
yang tepat.
4. Membuat dokumentasi foto lapangan tiap bulan.
5. Membetulkan semua kerusakan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan sebagai
akibat kesalahan penggunaan bahan.
6. Menyerahkan pekerjaan jika pekerjaan selesai secara keseluruhan atau dapat pula
diserahkan per bagian pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan keamanan pelaksanaan pekerjaan.
c. Konsultan Perencana
Konsultan adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan
proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pelaksana yang menerima tugas untuk
menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut kesepakatan dengan
pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta gambar rencana yang telah
dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksana konstruksi adalah CV. Archilogic
Konsultan Perencana mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
1. Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar bestek, Rencana Kerja dan Syarat
(RKS), perhitungan struktur , serta perencanaan anggaran biaya.
2. Membuat pra-rencana
3. Membuat rencana pelaksanaan
4. Membuat anggaran biaya
5. Mengadakan koordinasi dengan Sub Dinas lain dan instansi terkait sesuai dengan
bidangnya.
6. Melaksanakan pembinaan,pengawasan dan pengendalian dibidang bina program.

9
Konsultan adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan proyek
oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pelaksana yang menerima tugas untuk
menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut kesepakatan dengan
pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta gambar rencana yang telah
dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksanaan proyek ini adalah CV. Joshua Engineering
dan pihak perencana adalah adalah CV. Archilogic Konsultan. Tugas, hak dan kewajiban
pelaksana adalah sebagai berikut :
1. ) Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik.
2.) Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi
kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan
pelaksanaan lapangan.
3.) Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian bahan
yang tepat.
4.) Membetulkan semua kerusakan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan sebagai
akibat kesalahan penggunaan bahan.
2.5 Jenis-Jenis Kontrak
Kontrak pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau
lebih yang terlibat dalam kontrak, biasa dilakukan antara pemilik dengan konsultan atau
kontraktor, kontraktor dengan pemasok, dan lain sebagainya. Kontrak bersifat mempunyai
aspek hukum yang kuat serta mengikat, sehingga para pihak yang terlibat mempunyai
kewajiban yang harus dipenuhi, dimana ditulis dengan jelas dalam dokumen kontrak. Oleh
karena itu penting untuk memahami berbagai jenis kontrak yang berlaku dalam dunia
konstruksi.
Proyek konstruksi mempunyai dua jenis kontrak, yaitu kontrak penawaran bersaing
dan kontrak penawaran negosiasi, masing-masing penjelasannya seperti diuraikan dibawah
ini:
a. Kontrak Penawaran Bersaing
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak dengan penawaran bersaing yaitu :
1. Pelaksanaan pekerjaan diserahkan kepada peserta penawaran yang bertanggung jawab
dan mempunyai harga penawaran terendah.
2. Kontrak penawaran bersaing dilakukan untuk proyek publik dan pribadi.
3. Estimasi biaya dilakukan oleh owner, dengan ketentuan :
- Lelang gagal bila penawaran terendah dari kontraktor lebih besar dari estimasi
owner.

10
- Dapat dijadikan acuan untuk mengoreksi kesalahan dalam penawaran/lelang seperti
ketidakseimbangan dalam unit price dan kesalahan pelaksanaan peserta lelang.
4. Pernyataan tentang penyerahan bukanlah wewenang pernyataan untuk memulai
pengerjaan.
Kontrak penawaran bersaing terdiri atas :
a. Kontrak lump sump
Kontrak ini merupakan kontrak dimana biaya yang harus dikeluarkan pemilik
proyek adalah suatu jumlah tetap yang didapat dari perhitungan seluruh aspek
pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak, seperti gambar desain, spesifikasi
umum dan teknis serta aturan-aturan administratif lainnya.
Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Jenis kontrak ini melingkupi semua biaya yang tetap terdiri dari semua aspek
pekerjaan.
- Jumlah biaya yang ditetapkan sudah memperhitungkan kesulitan-kesulitan
dilapangan serta biaya-biaya tak terduga, sehingga tidak ada tambahan biaya lagi
untuk kondisi tersebut, sehingga perencanaan proyek diusahakan dengan sempurna.
- Kondisi yang diperhitungkan adalah kondisi force mayor.
- Banyak dipakai karena beresiko minimal bagi pemilik proyek.
- Biaya yang harus disediakan dapat diketahui lebih awal.
- Banyak dipakai oleh pemilik proyek dengan harapan pekerjaan tambah kurang
diminimalisir.
- Kontrak ini tidak cocok untuk volume pekerjaan yang tidak pasti seperti
pekerjaan penggalian tanah dan pekerjaan pondasi.

b. Kontrak unit price


Kontrak ini didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi
bersama-sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan. Jenis
kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Estimasi volume pekerjaan dihitung oleh wakil pemilik proyek seperti konsultan
pengawas bersama kontraktor.
- Biaya pada awal proyek tidak dapat ditentukan secara pasti karena volume
pekerjaan juga tidak pasti.
- Perlu pengawasan ketat karena pembayaran dilakukan atas volume aktual yang
disepakati bersama.

11
- Biaya akhir yang telah ditetapkan dengan risikonya ditanggung bersama
berdasarkan kesepakatan yang diperoleh.
- Sangat baik dilakukan untuk quantity yang belum pasti, seperti pekerjaan
pondasi atau galian tanah.
1. Kontrak Penawaran Negosiasi Biaya
Kontrak penawaran negosiasi biaya adalah melakukan transaksi dengan cara
penawaran yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pemilik proyek dan kontraktor
pelaksana yang dikenal pemilik, dengan harapan diperoleh harga penawaran yang sesuai
dengan keinginan pihak-pihak tersebut. Kontrak ini biasanya terdiri atas :
a) Kontrak lump sum
Kontrak ini merupakan kontrak dimana harga ditentukan dari negoisasi penawaran
yang dilakukan oleh pemilik proyek dengan kontraktor dengan catatan harga yang
disepakati sesuai dengan volume pekerjaan yang dihitung pemilik proyek berdasarkan
klarifikasi kedua bekah pihak.
b) Kontrak unit price.
Jenis kontrak ini juga sama dengan cara kontrak penawaran bersaing, namun harga
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c) Kontrak cost plus fee
Dalam kontrak ini pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya yang
dikeluarkan oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan keuntungannya.
Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Kontrak pembayaran, prosedur dan metode kerja, hasil akhir proyek serta jumlah
keuntungan buat kontraktor harus diuraikan secara jelas agar tidak terjadi
perselisihan di kemudian hari.
- Diperlukan metode akunting, yang telah disetujui oleh pemilik proyek, untuk
perhitungan-perhitungan pembiayaan oleh kontraktor.
- Memakai prosedur subletting-contract.
- Risiko terbesar, yang ada pada pemilik proyek, terjadi bila kontraktor melakukan
kecurangan karena pengawasan yang tidak ketat.
- Daftar biaya pekerjaan yang dibayarkan oleh pemilik proyek kepada kontraktor
pelaksana berdasarkan hasil kesepakatan.
- Kontrak ini dapat memuaskan kedua belah pihak bila kesepakatan-kesepakatan
yang telah dibuat sebelumnya dijalani sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing pihak.

12
- Biasanya keuntungan yang diperoleh kontraktor sebesar 10% atau berdasarkan
kesepakatan.
Pada proyek pembangunan Lab. Perhotelan dan Periwisata Kupang digunakan jenis
kontrak penawaran bersaing yaitu kontrak lump sump.

BAB III

SISTEM PELAKSANAAN PROYEK

13
Pelaksanaan fisik dari suatu proyek di lapangan merupakan kegiatan nyata dari hasil
perencanaan yang termuat dalam gambar kerja dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Teknis). Kegiatan-kegiatan tersebut dititik beratkan pada pekerjaan fisik, mulai dari pekerjaan
yang ringan sampai pada pekerjaan yang berat dan didasarkan atas kemampuan serta cara kerja
dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan.
Pelaksanaan fisik dari Pembangunan Puskesmas Naibonat mulai dilaksanakan pada
tanggal 21 Juli 2021, sedangkan pelaksanaan kerja praktek di tempat tersebut dimulai pada
tanggal 27 Agustus 2020 sampai dengan 27 November 2020 sehingga penulis tidak dapat
mengikuti proses pengerjaan bangunan dari tahap awal. Pada saat kerja praktek, dilokasi proyek
telah dilaksanakan beberapa jenis pekerjaan, yaitu :
1. Pekerjaan Galian
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Penulangan Sloof

3.1 Pelaksanaan Sloof

Sloof adalah struktrur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang
tersalurkan setiap titik di pondasi tersalur merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai
pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah.
Sloof merupakan jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja di desain khusus luas
penampang dan jumlah pembesiannya disesuaikan dengan kebutuhan beban yang akan
dipikul oleh sloof tersebut nantinya.

Pada proyek ini sloof yang dikerjakan yaitu menggunakan dimensi 0.25 x 0.4 m &
0.15 x 0.3 m dengan ukuran tulangan pokok diameter 16 mm dan tulangan sengkang
diameter 10 mm. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengerjaan Sloof.

3.1.1 Pembesian
Proses ini terdiri dari pekerjaan pemotongan, pembengkokkan dan perakitan.
Pekerjaan pemotongan dan pembengkokkan besi telah dikerjaan sebelumnya,
bersamaan dengan pemotongan dan pembengkokkan besi untuk tulangan fondasi.
Diameter besi yang digunakan untuk tulangan utamanya adalah 16 mm sedangkan
untuk tulangan sengkangnya 10 mm. Setelah pekerjaan pemotongan dan
pembengkokkan selesai, besi-besi tersebut dibawa ke lokasi pengerjaan sloof dan

14
dirakit. Perakitan dilakukan setelah penempatan tulangan kolom dikerjakan. Jarak
antar besi yang dirakit untuk tulangan sloof ini dapat dilihat pada Lampiran.

Gambar 3.1 Sloof


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

3.1.2 Pekerjan Bekisting


Pekerjaan bekisting dilakukan setelah pekerjaan pembesian selesai dikerjakan.
Pembuatan bekisting ini dilakukan dengan baik karena tidak terdapat bekisting
yang tidak rapat sehingga campuran beton tumpah dan permukaan sloof menjadi
tidak rata.

Gambar 3.2 Bekisting Sloof


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

3.1.3 Pekerjaan memasang sabuk sloof pada bekisting.

15
Ukuran sloof yang digunakan relative sesuai dengan soft drawing. Untuk
mengunci sloof tersebut harus menggunakan tie rod dan bisa juga menggunakan
kayu dengan cara dipakukan pada bekisting untuk mengencangkannya. Tie rod pada
proyek ini ada yang dibuat sendiri dengan menggunakan kayu. Jarak sabuk sloof
sangat tergantung pada panjang sloof, apabila panjang sloof sekitar 3-4 m maka
jumlah sabuk sloof 2 dengan jarak dibagi rata.
3.2.4 Pekerjaan Pengecoran
Setelah bekisting dikerjakan maka pelaksanaan pengecoran sloof dilakukan
sama halnya dengan pengecoran fondasi foot plate yaitu campuran disiapkan. Pada
proyek ini jenis material yang digunakan adalah jenis K-250 untuk sloof dengan
ukuran 0,25 x 0,4 m dan K-175 ntuk sloof dengan ukuran 0,15 x 0,3 m.
3.2.5 Pelepasan Bekisting
Pelepasan bekisting dilakukan 2 – 3 hari setelah waktu pengecoran. Setelah
bekisting dilepas kemudian dilakukan perawatan terhadap beton agar ada sloof tidak
mengalami retak-retak halus.

3.2 Pekerjaan Kolom


Kolom merupakan bagian atau elemen struktur yang menerima beban dari elemen
struktur diatasnya seperti balok dan meneruskannya ke elemen struktur bawah fondasi. Mutu
beton yang dipakai adalah mutu K-250. Terdapat lima jenis kolom yaitu empat kolom utama
dan satu kolom praktis pada proyek konstruksi ini, yaitu Kolom 1 (kolom utama) yang
berdimensi 400/400, Kolom 2 (kolom utama) berdimensi 300/300, Kolom 3 (kolom utama)
berdimensi 200/200, Kolom 4 (kolom utama) berdimensi 200/300, dan Kolom Praktis
berdimensi 150/150 dengan satuan mm.Berikut merupakan tahapan pelaksanaannya pada
pekerjaan kolom.

3.2.1 Pekerjaan pembesian kolom


Pada tahap ini, besi tulangan dipotong menggunakan cuting wheel dan dibengkokkan
secara manual sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada struktur kolom tersebut.
Setelah itu dilakukan proses stek besi dari tulangan longitudinal pondasi ke kolom,
Selanjutnya tulangan sengkang dimasukkan satu per satu pada tulangan longitudinal
lalu diikat dengan menggunakan kawat pada sisisisi tulangan sengkang. Berikut
tampilan tulangan kolom pada gambar 3.2.1a serta detail penulangannya ditampilkan
pada gambar 3.2.2b

16
Gambar 3.2.1a Tampilan Tulangan Kolom
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

Gambar 3.2.1b Detail Tulangan Kolom.

Sumber: Data Kerja Praktik, 2021

3.2.2 Bekisting Kolom

17
Bekisting merupakan struktur sementara yang dapat memikul berat sendiri, beton
dalam kondisi basah, beban hidup, serta beban peralatan kerja.
Bekisting berfungsi sebagai kerangka agar bentuk kolom dapat direalisasikan
sama sesuai dengan perencanaan. Ada dua jenis bekisting yang digunakan dalam
pengerjaan kolom yaitu bekisting yang terbuat dari pelat baja serta bekisting yang
terbuat dari multipleks 3 mm dan balok usuk 5/7. Untuk pemasangan bekisting dari
pelat baja dibutuhkan alat bantu berupa crane atau excavator sedangkan untuk
bekisting dari multipleks dikerjakan manual oleh tukang kayu. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, perbandingan antara kolom yang dikerjakan menggunakan
bekisting pelat baja dan multipleks sangatlah jelas. Pengerjaan menggunakan
bekisting dari pelat baja membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan
bekisting multipleks akan tetapi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemasangan dan
pembongkaran bekisting lebih sedikit.
Begitu pula dengan waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan maupun
pembongkaran menjadi lebih singkat. Selain itu dengan menggunakan pelat baja,
kemungkinan permukaan dari kolom tidak rata atau cacat lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan multipleks karena pengerjaan bekisting
dengan menggunakan multipleks sangat tergantung pada keterampilan dan
ketelitian dari tenaga kerja. Pada proyek ini digunakan bekisting kayu seperti
yang di tunjukan pada gambar 3.2.2, karena dinilai lebih hemat biaya pengerjaan.

Gambar 3.2.2 Pemasangan bekisting Kolom dengan bahan kayu


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

3.2.3 Pekerjaan Pengecoran

18
Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran kolom yaitu mutu beton K250.
Pengecoran kolom di lakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga manusia.
Dalam SNI 03-2847-2002, proses pengangkutan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara yang dapat
mencegah pemisahan (segregasi) atau hilangnya bahan-bahan. PBI 1971
menyebutkan bahwa adukan beton pada umumnya sudah harus dicor pada waktu 1
jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinu secara
mekanis. Pada proyek ini, dikarenakan lokasi pembuatan beton berada tidak jauh dari
lokasi pengecoran, 15-20 menit setelah pengadukan beton pada molen, beton segera
dituang ke lokasi pengecoran seperti terlihat pada gambar 3.2.3.

Gambar 3.2.3 Proses Pengecoran Kolom


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

Setelah penuangan campuran selesai, tulangan di goyangkan untuk


memadatkan beton yang dimasukkan ke dalam bekisting, karena pada proyek ini
tidak di gunakan alat penggetar ( vibrator). Tujuannya yaitu agar udara yang masih di
dalam beton bisa keluar sehingga tidak menimbulkan rongga atau lubang.
3.2.4 Pembongkaran Bekisting
Bekisting dibongkar setelah beton dibiarkan mengering 3 x 24 jam atau setelah 3 hari.
Pengeringan struktur kolom ini bertujuan agar memastikan beton benar - benar kering
sehingga saat melepas bekisting beton sudah baik secara struktur dan arsitektur.

19
Setelah proses pembongkaran bekisting selesai, dilanjutkan dengan tahap curing atau
pemeliharaan pada struktur tersebut dengan melindungi kolom menggunakan plastik
dilakukan selama 1 - 2 hari. Proses curing dapat di lihat pada gambar 3.2.4

Gambar 3.2.4 Perawatan Beton dengan Plastik


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Balok


Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom diatasnya, pekerjaan struktur balok merupakan salah satu item penting
dalam suatu struktur, dan dalam proses pengerjaannya pun menggunakan scafolding dengan
kebutuhan scafolding yaitu 1 unit per bentang 1 meter dengan tinggi 1,8 meter, sehingga
dipakai dua tingkatan scafolding. Mutu beton yang dipakai adalah mutu K-250
Berikut merupakan tahapan pelaksanaann pada pekerjaan balok.

3.3.1 Pembesian
Seperti hal nya pada kolom, balok juga demikian, pembesian di lakukan dengan
memotong besi menggunakan cutting wheel ,lalu di lakukan pembengkokan baik itu
pada bagian hak dan begel seperti pada kolom sebelumnya. Selanjutnya besi dirakit
dan disambungkan pada besi kolom dimana perakitan beracuan pada detail seperti
pada gambar 3.3.1.

20
Gambar 3.3.1 Detail Penulangan Balok
Sumber: Data Kerja Praktik, 2021
3.3.2 Pekerjaan Bekisting
Bekisting berfungsi sebagai cetakan untuk bentuk balok agar sesuai dengan
perencanaan. Pada pekerjaan balok bekisting yang di gunakan yaitu bekisting
konvensional berupa bekisting triplek seperti terlihat pada gambar 3.3.2.

Gambar 3.3.2. Bekisting Triplek pada Balok


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

21
3.3.3 Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan cara modern yaitu dengan menggunakan ready mixer
dan dituangkan ke sepanjang balok menggunakan concrete pump. Karena volume
pekerjaan dalam jumlah besar sehingga untuk meningkatkan produktivitas waktu
kerja , sehingga penggunaan ready mix menjadi efisien. Proses penuangan beton
dapat di lihat seperti pada gambar 3.3.3a. Selanjutnya menggunakan vibrator agar di
minimalisir adanya rongga atau ruang pada bagian dalam beton, sebagaimana terlihat
pada gambar 3.3.3b.

Gambar 3.3.3a Proses Penuangan Beton Pada Balok


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

Gambar 3.3.3b Proses Vibrating Pada Balok


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

22
3.3.4 Pembongkaran Bekisting
Bekisting dibongkar setelah beton dibiarkan mengering 14 x 24 jam. Pengeringan
struktur balok ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan terhadap beton balok
tersebut jika masih belum mengering dengan baik yang berakibat retak pada
permukaan struktur tersebut. Setelah proses pembongkaran bekisting selesai,
dilanjutkan dengan tahap curing pada struktur tersebut.

3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai 2


Pelat beton merupakan bagian struktural gedung yang berperan sebagai penerima beban
pertama atau langsung yang orientasinya merata areal, dimana dalam alur transfer beban,
beban yang diterima atau di topang pelat diteruskan ke balok lalu ke kolom dan diteruskan
hingga ke struktur bawah. Pelaksanaan pekerjaan struktur pelat beton dilakukan setelah
pekerjaan kolom lanati 1 selesai. Mutu beton yang dipakai adalah mutu K-250. Berikut
merupakan tahapan pelaksanaannya pada pekerjaan pelat lantai.
3.4.1 Pembesian Kolom dan Balok
Pembesian pada pelat berbeda dengan pembesian pada kolom dan balok, hal ini
karena pada pelat tidak terdapat tulangan sengkang atau begel. Pembesian pada pelat
dilakukan dengan memasang tulangan pokok dan tulangan bagi yaitu pada orientasi X
dan Y pelat secara menyilang lalu di ikat menggunakan kawat. Selain itu dipasang
tulangan kaki ayam antara tulangan bagian atas dan tulangan bawah. Tampilan
tulangan pelat dapat dilihat pada gambar 3.4.1a. Penulangan pelat ini di lakukan sesuai
dengan yang terdapat pada gambar rencanan. Dan untuk denah pelat lantai 2 dapat
dilihat pada gambar 3.4.1b.

Gambar 3.4.1a. Tampilan tulangan pelat.


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

23
Gambar 3.4.1b. Denah Pelat Lantai 2.
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

24
3.4.2 Pembesian Pelat Lantai 2
Bekisting dipasang sesuai dengan perencanaan pada denah pelat lantai 2. Bekisting
menggunakan tripleks plywood dan disusun serapat mungkin. Karena balok dan pelat
direncanakan monolit maka scafolding sudah dipasang terlebih dahulu pada saat tahap
persiapan pekerjaan balok. Bekisting pelat pun dipasang di atas balok kayu yang
ditopang oleh scafolding tadi, seperti di tunjukan pada Gambar 3.4.2a dan Gambar
3.4.2b.

Gambar 3.4.2a. Balok kayu yang ditopang oleh scaffolding


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

25
Gambar 3.4.2b. Bekisting pelat lantai 2
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021
3.4.3 Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada pelat dilakukan secara bersamaan dengan pengecoran pada balok
sehingga proses pengerjaan tampak seperti gambar pada balok, lalu untuk meratakan
atau menyebarkan campuran beton dilakukan secara manual dengan tenaga tukang
seperti terlihat pada gambar 3.4.3.

Gambar 3.4.3. Proses pemerataan campuran beton


Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik, 2021

26
3.4.4 Pembongkaran dan Pemeliharaan Bekisting
Bekisting dibongkar setelah beton dibiarkan mengering 14 x 24 jam. Pengeringan
struktur pelat ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan. Setelah proses pembongkaran
bekisting selesai, dilanjutkan dengan tahap curing pada struktur tersebut.

27
BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) & KINERJA

4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.1.1 Keselamatan kerja

Keselamatan Kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat
pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan
memelihara fasilitas air yang baik (Agus, T., 1989).

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan kesehatan kerja
juga mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja
(Ramli, S., 2010).Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Armanda, 2006).

Undang – Undang kesehatan No.23 Tahun 1992 bagian 6 tentang Kesehatan Kerja,pada
pasal 23 berisi :

1. Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.

2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja.

3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

28
4.1.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalana berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah melalui jalan
biasa atau wajar dilalui (Permenaker no. Per 03/Men/1994). Kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu 13
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma’mur, 2009). Kecelakaan kerja juga dapat diartikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan dimana kecelakaan kerja
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau keadaan pada saat melaksanakan pekerjaaan (Reese, C.
D., 2009). Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperi
ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Selain
itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan
menangani alat atau material (Ramli, S., 2010). Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha atau perusahaan tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampakpada masyarakat luas (Depkes RI, 2008).

4.1.3 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja Spesialisasi dalam kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umumnya. Hakikat dari kesehatan kerja : a. Sebagai alat untuk mencapai
derajat kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik; buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau
pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja. b. Sebagai alat
untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada meningginya efisiensi dan daya dukung
produktifitas faktor manusia dalam produksi.

Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit-
penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan
gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya daya produktifitas tenaga
manusia, pemberantasan kecelakaan kerja dan melipat gandakan kegairahan serta kenikmatan

29
kerja, perlindungan masyarakat luas demi bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industri. Disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif.

4.2 Peralatan Perlindungan Diri

Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi sangatlah
penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang
mungkin terjadi dalam proses konstruksi. Mengingat pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja maka semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk
semua karyawan yang bekerja (Ervianto, W. I., 2005).

Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki standar di proyek
konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri konstruksi. Helm pelindung dan sepatu
merupakan peralatan perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja untuk
melindungi diri dari 9 benda keras. Di beberapa industri, kacamata pelindung dibutuhkan.
Kelengkapan peralatan perlindungan diri membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan
luka-luka, (Charles A. W, 1999, hal 401). Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus
diidentifikasi, kondisi dimana alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan
direncanakan secara sesuai, serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap
terjamin.

Contoh peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi

1. Helm Keselamatan
2. Sabuk dan Tali Keselamatan
3. Sepatu Boot
4. Sepatu Pelindung
5. Masker
6. Kacamata Pengaman
7. Sarung Tangan
8. Pelindung Wajah
9. Rompi Safety Proyek

30
Berikut ini merupakan beberapa peralatan perlindungan diri yang terdapat pada proyek Gedung
Puskesmas Naibonat.

1. Helm Keselamatan

Gambar 4.1 Helm Keselamatan


2. Sepatu Boot

Gambar 4.2 Sepatu Boot

31
Gambar 4.3 Sepatu Boot
3. Rompi Safety Proyek

Gambar 4.4 Safety Proyek

32
4.3 Program Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan
kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program
keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program
keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan
sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain.

 Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah : Suma’mur (1992)

a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.

b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

 Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : (Sendjun, H. Manulang, 2001).

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

 Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : (Sendjun, H. Manulang, 2001).

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya baik
fisik, mental maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.

4. Meningkatkan produktivitas kerja.

33
4.4 Pentingnya K3 diterapkan di Proyek Konstruksi

Penerapan k3 pada proyek konstruksi – konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di


dalamnya melibatkan banyak unsur. Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga
unsur-unsur lain yang mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya
bahan material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko
kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah kenapa semua
pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi. Apa itu K3? Pada
dasarnya penerapan K3 tidak hanya ada pada lokasi proyek pembangunan atau konstruksi.
Melainkan juga diterapkan pada bidang pekerjaan lain seperti pabrik hingga institusi
pemerintahan. Hanya saja, mengingat risiko pekerjaan konstruksi yang lebih berat, penerapan K3
seolah-olah hanya menjadi kewajiban pemilik perusahaan konstruksi. Untuk itulah, istilah K3 ini
seharusnya tidak asing bagi Anda yang bekerja atau justru terlibat dalam dunia konstruksi. Tidak
asing juga bagi Anda yang bekerja di pabrik hingga institusi pemerintahan tentunya.

K3 merupakan kepanjangan dari keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti yang telah
diulas secara singkat sebelumnya, K3 ini sendiri adalah bidang yang berkaitan erat dengan
keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja yang penerapannya ada pada proyek hingga
perusahaan konstruksi itu sendiri. Sesuai namanya, tujuan penerapan K3 adalah mewujudkan
keselamatan dan kesehatan kerja, terutama manusia atau tenaga kerja yang terlibat. Pada
praktiknya, penerapan K3 tidak hanya dilakukan oleh pekerjaan konstruksi saja. Melainkan juga
banyak institusi dan perusahaan lainnya. Semisal pabrik, rumah sakit, laboratorium dan banyak
lagi. Pada pekerjaan konstruksi, penerapan K3 ini sendiri meliputi banyak aspek. Dari aspek
pencegahan, adanya pemberian sanksi, juga kompensasi, penyembuhan dan perawatan luka
untuk para pekerja hingga tersedianya perawatan kesehatan untuk yang terluka dan sedang cuti
sakit. Bahaya fisik dan mekanik di dunia konstruksi.

Penerapan K3 dalam dunia profesionalisme kerja, pada dasarnya mengacu pada risiko
bahaya yang terjadi selama pekerjaan dilakukan. Terdapat beberapa jenis bahaya yang berbeda,
sehingga penerapan K3 sendiri juga berbeda. Untuk pekerjaan konstruksi, penerapan K3
konstruksi perlu diterapkan karena beberapa risiko bahaya fisik dan mekanik yang berpeluang
besar terjadi selama pekerjaan dilakukan. Mengingat adanya penggunaan alat-alat berat, jumlah
material bahan yang sangat besar hingga sulitnya pekerjaan yang dilakukan. Terkait dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan, beberapa konstruksi mengharuskan pekerja untuk bekerja pada
ketinggian tertentu. Sehingga risiko jatuh dari ketinggian hingga meninggal saat bekerja,

34
berpeluang besar terjadi. Sementara pekerjaan yang melibatkan alat-alat berat, dari mulai
memindahkan komponen besar, melakukan pemotongan hingga penyatuan komponen tertentu,
juga berisiko membuat pekerja mengalami luka bakar, tertusuk, tertimpa dan banyak lagi.
Bahkan seorang pekerja konstruksi juga tidak memiliki lingkungan kerja yang nyaman selama
proyek berlangsung.

Tempat konstruksi yang sempit, lingkungan yang rawan bencana hingga kebisingan dari
penggunaan alat-alat berat, memiliki risiko bahaya yang tidak dapat diremehkan. Risiko pekerja
mengalami sesak napas, pusing, kelelahan, kram hingga stres karena suhu udara yang sangat
panas dapat terjadi. Pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi, salah satunya adalah
untuk meminimalkan risiko-risiko bahaya tersebut. Sistem manajemen K3 yang professional
Mengenai penerapan K3 dalam konstruksi dan pekerjaan lainnya, setiap negara memiliki
kebijakan yang berbeda-beda. Hanya saja, telah dibuat standar baku K3 internasional yang
mengharuskan setiap negara melaksanakan penerapan K3 minimal. Untuk mewujudkan
penerapakan K3 yang lebih optimal dalam dunia konstruksi, setiap perusahaan wajib memiliki
Sistem

4.5 Kendala dalam Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian


berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan
manfaat ekonomi, aspek 14 hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri
(Ervianto, W.I., 2005). Beberapa faktor yang mendorong keselamatan kerja harus diperhatikan
dengan baik (Soeharto, I., 1995) adalah :

1. Rasa peri kemanusiaan Penderitaan yang dialami oleh yang bersangkutan akibat kecelakaan
tidak dapat diukur dengan uang adanya kompensasi hanya membantu meringankan.

2. Pertimbangan ekonomis Hal ini dapat berupa biaya kompensasi, kenaikan premi asuransi,
kehilangan waktu kerja. Juga penggantian alat-alat yang mengalami kerusakan akibat terjadinya
kerusakan. Hambatan yang sering terjadi dalam proyek konstruksi dari sisi pekerja/ masyarakat :

 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar.


 Banyak pekerja tidak menuntut jaminan K3 karena SDM yang masih rendah.

Hambatan yang sering terjadi dalam proyek konstruksi dari sisi perusahaan:

35
 Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional.
 Memilih meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-
besarnya.
 Kurangnya pengetahuan tentang penerapan program K3 dari pihak perusahaan.
 Kurangnya pengawasan dan sanksi dari pemerintah kepada perusahaan yang
bersangkutan.

Berikut ini adalah contoh ketidakdisiplinan pekerja pada proyek Gedung Puskesmas Naibonat

Gambar 4.5 pemasangan tulangan kolom pada lantai 1 (satu)

Gambar 4.6 proses pencampuran untuk pelat lantai 1 (satu)

36
Gambar 4.7 pemasangan tulangan kolom pada lantai 1 (satu)

Gambar 4.8 pekerjaan pengecoran pelat lantai 1 (satu)

Beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja enggan menggunakan peralatan perlindungan diri
antara lain : (Charles A. W, 1999, hal 403).

a. Sulit, tidak nyaman, atau mengganggu untuk digunakan.

b. Pengertian yang rendah akan pentingnya peralatan keamanan.

37
c. Kurangnya kesadaran para pekerja proyek konstruksi tentang pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja bagi dirinya sendiri dan semua unsur yang berada di proyek tersebut, sehingga
pelaksana proyek tidak menerapkan progam K-3 ini untuk kelancaran pelaksanaan proyek yang
sedang dikerjakan.

d. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan.

Akibat pekerja enggan menggunakan peralatan perlindungan diri adalah dapat terjadi kecelakan
kerja seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.9 Ketidakdisiplinan dalam penggunaan Alat pelindung

4.2 Kinerja Proyek Konstruksi

Kinerja Proyek (Project Performance) merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut
dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja
yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana. Soeharto mengemukakan suatu
contoh dimana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek berlangsung
lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang
dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka
dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan karena kekurangan dana.

38
Kinerja proyek pembangunan Puskesmas Naibonat ini sempat mengalami beberapa
kendala sehingga terjadi keterlambatan kurang lebih 15% pada awal pengerjaan. Akan tetapi
hal tersebut dapat diatasi sehingga pekerjaan proyek pembangunan ini dapat berjalan sesuai
jadwal yang semestinya.

4.7 Faktor – faktor penghambat kinerja pada proyek konstruksi Puskesmas Naibonat

Keterlambatan proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian


yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan
tidak tepat waktu adalah merupakan kekurangan dari tingkat produktifitas dan sudah tentu
kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa
pembiayaan langsung yang dibelanjakan untuk proyek - proyek pemerintah, maupun
berwujud pembengkakan investasi dan kerugian-kerugian pada proyek-proyek swasta.

Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolahan
proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan
mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi. Berikut ini
merupakan factor – factor penghambat kinerja pada proyek konstruksi.

1. Keterlambatan akibat kesalahan Kontraktor, antara lain :


 Terlambatnya memulai pelaksanaan proyek.
 Pekerja dan Pelaksana kurang berpengalaman.
 Terlambat mendatangkan peralatan.
 Mandor yang kurang aktif.
 Rencana kerja yang kurang baik.

2. Keterlambatan akibat kesalahan Owner


 Terlambatnya angsuran pembayaran oleh Kontraktor.
 Terlambatnya penyedian lahan.
 Mengadakan perubahan pekerjaan yang besar.
 Pemilik menugaskan Kontraktor lain untuk mengerjakan proyek tersebut.

3. Keterlambatan yang diakibatkan selain kedua belah pihak diatas, antara lain ;
 Akibat kebakaran yang bukan kesalahan Kontraktor,Konsultan, Owner.
 Akibat perang, gempa, banjir, ataupun bencana lainnya.
 Perubahan moneter.
39
4. Faktor bahan (Material) terdiri dari:
 Kekurangan bahan konstruksi.
 Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi.
 Keterlambtan pengiriman bahan.
 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan.
 Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan.
 Kelangkaan karena kekhususan.
 Ketidak tepatan waktu pemesanan.

5. Faktor tenaga kerja (Man Power) terdiri dari:


 Kekurangan tenaga kerja.
 Kemampuan tenaga kerja.
 Kesukuan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja.

6. Faktor peralatan (Equipment) terdiri dari:


 Kerusakan peralatan.
 Kekurangan peralatan.
 Kemampuan mandor atau operator yang kurang.
 Keterlambatan pengiriman peralatan.
 Produktifitas peralatan.
 Kesalahan manajemen peralatan.

7. Faktor keuangan (Financing) terdiri dari:


 Ketersedian keuangan selama pelaksanaan.
 Keterlambatan proses pembayaran oleh Owner.
 Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari
jadwal.
 Situasi perekonomian nasional.
 Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar.

8. Faktor lingkungan (Environment) terdiri dari :


 Faktor sosial dan budaya.
 Pengaruh udara panas pada aktifitas konstruksi.
40
 Pengaruh hujan pada aktifitas konstruksi.
 Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek.

9. Faktor perubahan (Change) terdiri dari :


 Terjadi perubahan desain oleh Owner.
 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana.
 Kesalahan dalam penyelidikan tanah.
 Kondisi permukaan air bawah tanah di lapangan.
 Masalah geologi di lokasi.

10. Faktor hubungan dengan pemerintah (Geoverment Reletion) terdiri dari :


 Perolehan ijin dari Pemerintah.
 Perolehan ijin dari tenaga kerja.
 Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek.

11. Faktor kontrak (Contractual Relationship) terdiri dari :


 Konflik antara kontraktor dan konsultan.
 Tidak adanya kerja sama antara kontraktor dengan Owner.
 Keterlambatan Owner dalam pembuatan keputusan.
 Negosiasi dan perijinan pada kontrak.
 Perselisihan pekerjaan antara bagianbagian yang berbeda dalam proyek.
 Komunikasi yang kurang antara Owner dengan perencana pada perencanaan.
 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek.
 Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan.
 Kontrol kontraktor utama terhadap subkontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan.

12. Faktor waktu dan kontrol (Schedulling and Controlling thechniques) terdiri dari :
 Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan.
 Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek.
 Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek.
 Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan konstruksi.
 Masalah yang terjadi selama pelaksanaan.
 Tidak memenuhi perencanaan awal proyek.
 Persiapan dan ijin Shop Drawing.
41
 Menunggu ijin untuk kontrol material.

Berdasarkan factor – factor diatas, penyebab keterlambatan proyek yang paling sering
terjadi di proyek konstruksi Puskesmas Naibonat adalah faktor peralatan (Equipment)
yang terdiri dari:
 Keterlambatan pengiriman peralatan
Berikut ini merupakan alat – alat yang digunakan dalam proyek konstruksi Puskesmas
Naibonat

1. Excavator
Alat ini digunakan untuk mengangkut dan memindahkan material dari satu titik
ke titik lainnya

Gambar 4.10 Alat Berat (Excavator)

42
1. Molen

Alat ini digunakan untuk membantu proses pengadukan campuran

Gambar 4.11 Molen

2. Stamper

Alat ini digunakan utuk memadatkan tanah

43
Gmabar 4.12 Stamper

3. Gerobak Artco
Alat ini digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat lainya

Gambar 4.13 Gerobak Artco

1. Truk Mixer (Truk Molen)

Alat ini digunakan untuk mengaduk beton cor

Gambar 4.14 Truck Mixer

44
2. Concrete Pump (Pompa Beton)

Alat ini digunakan untuk mengantarkan campuran beton menuju titik pengecoran
dalam proyek ini untuk pengecoran pelat pada lantai 2.

Gambar 4.15 Concrete Pump

 Kerusakan peralatan
Kerusakan Gerobak Artco

Gambar 4.16 Kerusakan Peralatan (Gerobak Artco)

45
 Kekurangan peralatan.
 Produktifitas peralatan.

46

Anda mungkin juga menyukai