Oleh :
OKTOVIANUS KOLO
NIM: 2017520107
Oleh :
OKTOVIANUS KOLO
NIM: 2017520107
Mengetahui
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Oleh :
OKTOVIANUS KOLO
NIM: 2017520107
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyusun laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Perencanaan Pekerjaan Plat Dak Pada
Proyek Pembangunan Laboratorium Universitas Tribhuwana Tunggadewi” ini
dengan baik.
Dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini tidak lepas dari
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang memberikan masukan, dorongan
dan motivasi, yang sangat membantu dalam proses penyusunan laporan ini. Untuk
itu tidak lupa saya sebagai penyusun menyampaikan limpah terima kasih kepada
1. Bapak Dr. Nawir Rasidi, ST.,MT selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Handika Setya Wijaya, S.Pd.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
3. Bapak Rifky Aldila P, ST.,MT selaku Koordinator Praktik Kerja Lapangan.
4. Bapak Andy Kristafi Arifianto, ST.,MM selaku Dosen Pembimbing yang
telah membantu saya selama menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan.
5. Orang tua serta kakak adik yang telah memberikan doa dan dukungan.
6. Sahabat teknik sipil angkatan 2017 dan Sahabat PB Corp yang telah
memberi dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan laporan Praktik Kerja Lapangan kearah yang lebih
baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat dibidang teknik sipil.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.5.4 Pentingnya Keselamatan Kerja ............................................................. 23
2.5.5 Peralatan Keselamatan Kerja Bidang Konstruksi ................................. 24
BAB III KAJIAN TEORI ..................................................................................... 26
3.1 Plat Dak ....................................................................................................... 26
3.1.1 Kelebihan Dan Kekurangan Plat Dak ................................................... 26
3.1.2 Jenis-Jenis Plat Dak .............................................................................. 27
3.1.3 Struktur Beton Bertulang Pada Dak Beton ........................................... 32
3.1.4 Tumpuan Plat ........................................................................................ 32
3.1.5 Jenis Perletakan Plat Pada Balok .......................................................... 33
3.1.6 Sistem Penulangan Plat Beton Bertulang ............................................. 34
3.1.7 Beton Bertulang .................................................................................... 37
3.2 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) .................................................... 41
3.2.1 Dasar Pemberlakuan K3 ....................................................................... 42
3.2.2 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................ 43
BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN .............................................................. 44
4.1 Data ............................................................................................................. 44
4.1.1 Data Teknis ........................................................................................... 44
4.1.2 Data Struktur ......................................................................................... 45
4.2 Perhitungan Plat Dak ................................................................................... 45
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA ......................................................... 54
5.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ................................................................ 54
5.1.1 Gambar Kerja ........................................................................................ 55
5.1.2 Menghitung Volume Pekerjaan ............................................................ 56
5.1.3 Harga Satuan Pekerjaan ........................................................................ 56
5.1.4 Analisa Harga Satuan Pekerja (AHSP) ................................................. 57
5.1.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB) .......................................................... 58
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 59
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 59
5.2 Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
LAMPIRAN .......................................................................................................... 62
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktik kerja lapangan diantaranya:
1. Untuk memenuhi syarat akademis sebelum memperoleh gelar sarjana (S1)
dalam bidang Teknik Sipil di Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang.
2. Mahasiswa dapat memperdalam pemahaman teori yang telah didapatkan
diperkuliahan dengan menerapkannya dalam pelaksanaan praktik kerja
lapangan.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman teknis dilapangan sehingga
diharapkan dapat mengambil kebijakan yang terarah dan tepat ketika
nantinya terjun ke masyarakat dalam menghadapi permasalahan yang
sebenarnya.
4. Untuk mengetahui cara bagaimana merencanakan struktur plat dak.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktik kerja lapangan diantaranya:
a. Bagi mahasiswa
1. Mengetahui secara langsung bagaimana proses pekerjaan dan
pelaksanaan gedung dilapangan.
2. Mengetahui hal-hal atau ketentuan dasar-dasar perencanaan beton
bertulang menurut SKSNI menyangkut pekerjaan plat dak pada
pembangunan gedung.
3. Mengetahui cara bagaimana perhitungan dalam struktur plat dak.
4. Mengetahui cara mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat meghasilkan mutu kerja yang
baik dan bermanfaat.
b. Bagi program studi
1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu-
ilmu dibidang teknik sipil.
2. Menambah perbendaharaan kepustakaan yang dikaitkan dengan materi-
materi perkuliahan terutama PKL.
3. Mendapatkan lulusan yang terampil dibidang konstruksi.
3
c. Bagi perusahaan
Sebagai bahan masukan dalam evaluasi atau kebijakan perencanaan
proyek dalam pekerjaan plat dak pada konstruksi bangunan gedung.
2.1 Umum
Perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan datang, apa yang
akan dilakukan, bilamana akan dilakukan dan siapa yang akan melakukan.
Sekalipun waktu yang akan datang jarang dapat diperkirakan secara tepat,
terutama faktor-faktor diluar jangkauannya, akan tetapi dengan proses
intelektual perencanaan diharapkan akan dapat mendekati kebenaran dari sebuah
proyek. Hal ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa keputusan yang diambil
harus berdasa maksud dan tujuan sebuah organisasi, pengetahuan dan perkiraan
yang diperhitungkan.
Jelasnya perencanaan yang dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu
dalam waktu yang akan datang, dan usaha atau cara yang efektif untuk
pencapaiannya. Oleh karena itu perencanaan adalah suatu keputusan apa
yang akan diharapkan dalam waktu yang akan datang. Perencanaan bukan suatu
tindakan tetapi suatu proses, yaitu suatu proses yang tidak mempunyai
penyelesaian atau titik akhir. Proses ini dimaksudkan untuk mendapatkan
pemecahan. Selama perencanaan masih dalam proses tidak dibatasi berapa
jumlah pembahasan sebelum diambil keputusan, sebab mungkin selalu
diadakan perubahan baik sistemnya maupun materinya. Hal ini dapat
dimengerti karena sedikit kemungkinan adanya suatu perkiraan yang tepat,
sebab keadaan waktu yang datang itu selalu berubah, penuh dengan risiko dan
tidak berketentuan..
4
5
2. Cangkul
3. Tang
4. Catut
5. Bor
6. Palu
7
7 Tatah
8. Gergaji
9. Waterpass
10. Skrap
11. Obeng
13. Ember
14. Meteran
8
16. Unting-unting
1. Owner/pemilik proyek
2. Konsultan perencanaan
3. Pelaksana/kontraktor
4. Pengawa/direksi
Semua unsur yang terkait didalam suatu organisasi kerja harus terpisah satu
sama lain dalam artian tidak boleh dirangkap. Agar proses diatas berlangsung
dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi. Struktur
organisasi formal akan menunjukan hal-hal berikut:
1. Macam-macam pokok kegiatan organisasi.
2. Pembagian menjadi kelompok atau subsistem.
3. Adanya hirarki, wewenang dan tanggung jawab bagi kelompok dan
Pimpinan.
4. Pengaturan kerjasama, jalur pelopor, dan komunikasi meliputi jalur
vertical dan horizontal.
5. Bentuk struktur formal yang terkenal adalah fungsional, produk, area dan
matriks.
a. Owner/pemilik proyek
Owner atau pemilik proyek adalah orang yang memiliki suatu pekerjaan
yang diserahkan untuk direalisasikan oleh pelaksana atau kontraktor. Karena
proyek pembangunan laboratorium ini adalah milik Yayasan Bina Patria
Nusantara, maka dalam hal ini yang bertindak sebagai pemilik adalah pihak
Yayasan sendiri. Adapun tugas dan hak dari owner antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Memeriksa hasil pekerjaan dari kontraktor
2. Menerima hasil pekerjaan
3. Membayar harga proyek
b. Konsultan perencanaan
Konsultan yaitu perkumpulan maupun badan usaha tertentu yang ahli
dalam bidang pelaksanaan, yang akan menyalurkan keinginan-keinginan
pemilik dengan mengindahkan ilmu keteknikan, keindahan maupun
penggunaan bangunan yang dimaksud.
Tugas dan wewenang konsultan (perencana) adalah sebagai berikut:
11
atau evaluasi dari pekerjaan kontraktor. Selain dari pada itu, pada waktu
pelaksanaan tender, mereka juga bertindak selaku panitia pelaksana tender
yang antara lain bertugas:
1. Mengadakan pengumuman tender yang akan dilaksanakan.
2. Memberikan penjelasan mengenai rencana kerja dan syarat–syarat
pekerjaan.
3. Membuat berita acara penjelasan.
4. Melaksanakan pembukuan surat penawaran.
5. Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang tender dan
sebagainya.
d. Mandor
Mandor adalah orang yang berhubungan langsung dengan pekerja dan
memberikan tugas kepada para pekerja dalam pembangunan proyek. Mandor
menerima tugas dan tanggung jawab langsung kepada pelaksana-pelaksana.
e. Beberapa ahli
1.Tukang besi :orang yang ahli dalam pemasangan pembesian.
2.Tukang kayu :orang yang ahli dalam pemasangan kayu (bekisting).
3.Tukang batu :orang yang ahli dalam bidang pengecoran.
f. Pekerja biasa dan bagian pembersihan
Adalah orang yang berada dibawah pengawasan mandor, sekaligus
meringankan pekerja tukang, sedangkan pada pekerja bagian pembersihan
adalah orang yang bertugas sebagai kebersihan lapangan dan limbah-limbah
dari proyek, baik berupa limbah organik maupun non-organik.
2. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan.
d. Sarana kerja
1. Perencana wajib memasukkan identitas diri.
2. Penyediaan tempat penyimpanan bahan atau material dilapangan harus
aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat
menggangu pekerjaan lain dilapangan.
3. Penyimpanan harus sesuai persyaratan.
e. Syarat bahan
1. Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam
keadaan baik tidak cacat, sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan
bebas dari noda lainnya yang dapat menggangu kualitas maupun
penampilan.
2. Untuk pekerjaan khusus, selain harus mengikuti standar yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan pabrik yang
bersangkutan.
f. Persyaratan pekerjaan
1. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan
bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan teknis.
2. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan dilapangan, kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain
yang menyangkut pekerjaan struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal,
plumbing atau sanitasi dan mendapatkan ijin tertulis dari direksi.
g. Pelaksanaan pekerjaan
1. Semua ukuran dan posisi yang ada dilapangan termasuk pemasangan
patok-patok harus sesuai dengan gambar kerja.
2. Sebelum memulai pekerjaan kontraktor wajib meneliti gambar kerja dan
melakukan pengukuran kondisi lapangan.
15
2. Tulangan beton harus diikat kuat untuk menjamin besi agar tidak
berubah.
3. Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam PBI 1971.
c) Cara pengadukan
1. Cara pengadukan harus mengunakan beton molen.
2. Takaran untuk semen portland, pasir dan split harus disetujui
terlebih dahulu oleh direksi pengawas dan kekentalan adukan harus
diawasi dengan memeriksa slump pada setiap campuran baru.
d) Pengecoran beton
1. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan sampai jenuh, dan
pemeriksaan ukuran tulangan.
2. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan dari
direksi pengawas.
3. Pengecoran dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat pengetar.
e) Pekerjaan acuan/bekisting
1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan.
2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah.
3. Acuan harus rapat tidak boleh bocor, permukaan licin bebas dari
kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah
dan sebagainya.
4. Bagian-bagian yang tertanam dalam beton seperti pasang angkur,
sparing atau instalansi harus diperhatikan letaknya agar tidak
mengurangi kekuatan struktur.
mutu, biaya dan waktu supaya tepat sasaran sesuai dengan dokumen perencanaan,
rencana kerja dan syarat, time schedule dan lain-lain supaya tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan dilapangan. Pengendalian proyek juga
merupakan alternatif untuk memantau laporan pekerjaan yaitu dengan cara
membuat laporan kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pengendalian
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu monitoring, pengawasan, penilaian dan
evaluasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengendalian proyek adalah sebagai
berikut:
1. Mencapai kualitas bangunan yang sesuai dengan perencanaan (pengendalian
mutu).
2. Waktu pekerjaan sesuai dengan time schedule atau bisa dikatakan proyek
berjalan lancar dan selesai tepat waktu sehingga pemilik proyek maupun
pelaksana tidak merasa dirugikan akibat adanya keterlambatan.
(pengendalian waktu).
3. Meningkatkan efisiensi pekerjaan supaya proyek berjalan sesuai rencana
dengan anggaran tidak membengkak sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (pengendalian biaya).
yang diperlukan dalam pengujian slump test yaitu pelat logam untuk alas,
kerucut yang bagian runcingnya terpenggal sebagai cetakan slump, batang
logam untuk memadatkan slump dalam corong baja, dan meteran untuk
pembacaan nilai slump. Kerucut berbentuk konus berlubang pada kedua
ujungnya dengan diameter bawah 20 cm, diameter atas 10 cm, dan tinggi 30
cm. Sedangkan batang logam berdiameter 16 mm dan panjang 60 cm.
b. Uji Kuat tekan beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan cara membuat benda uji
beton dari campuran beton ready mix yang dibawa saat pengecoran
berlangsung. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan
beton yang telah dicor. Pembuatan benda uji dilakukan setelah nilai slump
test dipastikan memenuhi syarat di lokasi proyek.
c. Uji kuat tekan baja
Pengujian tekan adalah satu-satunya metode untuk mengetahui sifat
mekanik suatu bahan yang dapat menahan kompres dan ketika batas kuat
tekan tercapai maka bahan akan terdeformasi atau mengalami perubahan
bentuk. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan suatu mesin uji
tekan dengan sistem manual yang sistem pengukuran data analog. Lambat
laun, mesin uji tekan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat
ini terdapat mesin uji tekan digital (Universal Testing Machine) dengan
sistem kontrol dan dapat langsung dimonitoring lewat PC.
d. Uji hammer test
Hammer test merupakan pengujian kuat tekan beton yang tidak merusak
struktur, yaitu dengan pengujian menggunakan alat hammer pada daerah
yang diperkirakan kurang memenuhi syarat.
terjadi. Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang
perlu dilakukan:
1. Melibatkan karyawan
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job
hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas
pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai
untuk menemukan suatu bahaya.
2. Mengulas sejarah kecelakaan sebelumnya
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera
yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal
ini merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin
akan terjadi di lingkungan kerja.
3. Melakukan tinjauan ulang persiapan pekerjaan
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka
ketahui dilingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk
menemukan ide yang bertujuan untuk mengeliminasi bahaya yang ada.
4. Membuat daftar, peringkat, dan menetapkan prioritas
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak
dapat diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan
yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama
dalam melakukan job hazard analysis.
5. Membuat outline langkah-langkah suatu pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
b. Risk management
Risk Management dimaksudkan adalah untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian dan kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan
dengan program keselamatan dan penanganan hukum.
c. Safety engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor agar mampu
mengantisipasi dan melihat situasi kurang „aman‟ dan menghilangkannya.
23
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
f. Pelindung wajah
Pelindung wajah berfungsi untuk melindungi wajah pekerja dari percikan
bunga api, benda tajam, atau benda asing lainnya. Misalnya, digunakan ketika
pekerja menggiling benda keras maupun melakukan las.
g. Helmet head protection (Helm pengaman)
Kepala adalah bagian tubuh yang sangat diprioritaskan untuk dilindungi
karena dalam kerangka kepala terdapat otak yang memiliki fungsi vital.
Karena itu, pekerja harus memberikan perlindungan khusus dengan
mengenakan helm yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan
benda-benda tajam baik secara langsung atau tidak langsung.
h. Safety harness (Sabuk pengaman)
Peralatan perlindungan ini difungsikan supaya pekerja tetap aman saat
bekerja diketinggian, khususnya saat berada di atas 1,8 meter.
26
27
dahulu harus dilakukan pembuatan bekisting (form work) atau cetakan dari
plat yang hendak dibuat, lalu diikuti pembesian yaitu perangkaian besi rangka
plat, baru kemudian campuran beton dapat dibuat dan dituang diatas bekisting
yang sudah dilengkapi rangka. Setelah pengecoran selesai, maka bekisting
dapat dilepas setelah 4–21 hari tergantung ukuran dak.
Dak beton konvensional masih menjadi pilihan banyak orang dalam
membangun rumah, hal ini disebabkan karena dak beton konvensional mudah
beradaptasi dengan berbagai bentuk denah rumah, dan materialnya relatif
mudah didapat. Kekurangan dari dak beton konvensional adalah waktu
pemasangan yang relatif lama, pemakaian material dalam jumlah besar (pasir,
kerikil, semen, kayu dan besi), biaya tinggi, dan menghasilkan limbah kayu
atau bambu bekas bekisting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi dak beton konvensional:
1. Banyak menggunakan bahan material alam, paku, dan kawat.
2. Alas lantai coran menggunakan triplek 8 mm atau 9 mm perlu di bongkar
lagi.
3. Biaya pekerjaan tukang mahal.
4. Pakai perancah atau penyangga untuk menopang alas tipleknya.
5. Metode pengecoran antara lantai 2 dan balok berbarengan.
6. Membutuhkan waktu yang lama
7. Biasanya menggunakan pembesian lantai sampai 2 lapis, mahal di besi.
b. Dak bondek (Floordeck)
Dak bondek adalah plat dengan lapisan baja dan lapisan galvanis dengan
struktur yang sangat kokoh apalagi diaplikasikan untuk plat dak. Bondek ini
juga bisa diaplikasikan untuk dak beton. Sistemnya adalah besi tulangan
bagian bawah akan digantikan dengan bondek yang berupa plat baja ini.
Wiremesh akan diaplikasikan dibagian atas. Dengan bentuk konstruksi
semacam ini, pembangunan bisa lebih cepat dan juga lebih efisien waktunya
jika dibandingkan dengan pembangunan dengan sistem konvensional.
1. Kelebihan plat dak metode material bondek:
a) Penghematan bekisting lantai karena plat bondek sekaligus berfungsi
sebagai form work.
29
1. Kekurangan panel dak dari keraton adalah Tidak dapat dilubangi setelah
terpasang, misalnya untuk pemasangan pipa, karena material keramiknya
akan pecah.
2. Keuntungan dak keraton adalah:
a) Keraton yang bisa menahan beban sampai 750 kg/m, kekuatannya
relatif sama juga dengan plat dak konvensional.
b) Sistem pelaksanaannya lebih cepat.
c) Lebih irit karena penghematan tenaga kerja serta waktu.
d) Lebih efektif karena bisa ditangani dengan cara bersamaan dengan
perkerjaan yang lain dilantai bawah maupun dibagian atasnya.
e) Lebih enteng hingga kurangi beban bangunan.
f) Sedikit membutuhkan scafolding/kayu stagger (penyangga cetakan
plat beton).
g) Dapat juga sebagai peredam panas serta suara, lantaran ada rongga
angin.
h) Tak bocor, bila pakai juga sebagai atap.
i) Dapat juga sebagai elemen estetika/artistic untuk dak dibawahnya,
bila tanpa ada di tutup plafon.
memiliki ukuran tebal 125–200 mm, lebar 600 mm, dan panjang hingga 6 m.
Pemasangannya cukup dibaringkan bersusun diatas balok dinding rumah,
kemudian diisi semen/grouting disambungannya.
1. Kekurangan dari panel lantai ini adalah masa pemesanan atau fabrikasi
dipabrik yang relatif lama (hingga 1 bulan jika stock tidak tersedia
dipabrik) dan modul yang kurang fleksibel untuk denah rumah yang tidak
persegi, banyak lekuk, atau dinding melengkung.
2. Kelebihan kompetitif pemakaian beton enteng dibanding dengan material
bangunan tradisional:
a. Isolator suara.
b. Susunan materialnya memberi karakter kedap suara.
c. Tahan pada kelembaban. Daya serap air kurang dari 16% jadi tidak
membutuhkan penyelesaian yang berbentuk membuat perlindungan.
d. Beton enteng bukanlah benda yang gampang rusak serta cepat rapuh.
e. Kebersihan pada lingkungan bikin keamanan penggunaan komponen
terjamin penuh untuk orang yang menggunakannya.
f. Bisa menaruh udara dingin AC seputar 9 jam di musim kemarau yang
sangatlah panas.
g. Hingga bila kita menghidupkan AC pada malam hari sampai jam
05:00, jadi dinginnya masih tetap merasa hingga jam 14:00.
pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih yang besar (>) atau = (lx),
tetapi momennya Mly selalu kecil (<) atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx)
(momen yang besar) dipasang didekat tepi luar (urutan ke-1).
Perlu ditegaskan untuk plat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada
tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan,
didaerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.
g) Besar butir harus maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5 jarak
terkecil antara bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plot atau
3/4 dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas–
berkas tulangan, penyimpanan dari batasan ini dizinkan apabila
menurut penilaian pengawasan ahli cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang–
sarang kerikil.
3. Agregat halus (pasir)
Pasir adalah butiran–butiran yang halus dapat melalui ayakan berlubang
persegi 3 mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 0,075 mm,
Pasir untuk adukan plesteran dan untuk beton bertulang harus memenhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a) Butiran–butiran pasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan
dengan air.
b) Kadar limpur tidak boleh lebih dari 5%.
c) Warna larutan dari pengujian 3% Natrim Hidroksida akibat adanya
zat–zat organik, tidak boleh lebih tua dari warna standar. Pasir untuk
beton harus memenuhi syarat–syarat yang ditentukan dalam PBI
1971
4. Air
Untuk membuat dan merawat beton dapat dipakai jenis–jenis air
sebagai berikut :
a) Air tawar yang dapat diminum.
b) Air sungai yang tidak mengadung lumpur.
c) Air yang tidak mengandung minyak dan benda yang mengapung.
d) Air yang bereaksi netral terhadap kertas lakmus.
b. Material baja
Baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik–pabrik baja yang terkenal dapat
dipakai umumnya setiap pabrik mempunyai standar mutu dan jenis baja
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian pada umumnya baja
tulangan yang terdapat dipasaran indonesia dapat dibagi dalam mutu yang
tercantum dalam tabel dibawah ini:
40
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma‟mur (2001), Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Kesehatan dan keselamatan kerja
adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan
adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.
6. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena
kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja
secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih
nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif.
4.1 Data
4.1.1 Data Teknis
1) Fungsi bangunan : Laboratorium Terpadu
2) Struktur bangunan : Beton bertulang
3) Mutu beton ( Fc‟ : 30 Mpa
4) Mutu Baja ( Fy) : 300 Mpa
5) Ø Tulangan : 10 mm
6) Jarak portal : 4,5 m
7) Jumlah portal : 7 buah
8) Pondasi : Foot plat dan menerus (batu kali)
9) Jumlah Lantai : 2 Lantai
10) Riwayat lokasi : Persawahan
44
45
β = Ln Sn
430 380
= 1.13 cm
a. h min
h min Ln (0.8 Fy 1500) 36 9 β
4300 (0.8 300 1500) 36 9 1,13
4300 46,17
= 93,18 mm
b. h max
h ma Ln (0.8 Fy 1500) 36
4300 (0,8 300 1500) 36
4300 36
= 119.4 mm
h min = 93,18 mm
h max = 119,4 mm
Dari kedua perhitungan diatas maka yang dipakai adalah 100 mm (10
cm) karena tebal minimum untuk plat dak adalah 100 mm (10 cm).
Beban finishing 72 Kg m
Beban plafon dan rangka 18 Kg m
Total 330 Kg m
b. Beban hidup (L)
Beban pekerja 100 Kg m
Beban air hujan 30 Kg m
Total 130 Kg m
c. Beban kombinasi (Wu)
Wu = 1,2 x D + 1,6 x L
= 1,2 x 330 + 1,6 x 130
604 Kg m 0,604 t m
3. Perencanaan momen
Mlx = Lx x 0,001 x Wu x Lx²
= 25 x 0,001 x 0,604 x 4²
= 0,241 tm
Mly = Ly x 0,001 x Wu x Ly²
= 21 x 0,001 x 0,604 x 4,5²
= 0,256 tm
Mtx = tx x 0,001 x Wu x Lx²
= 59 x 0,001 x 0,604 x 4²
= 0,570 tm
Mty = ty x 0,001 x Wu x Ly²
= 54 x 0,001 x 0,604 x 4,5²
= 0,660 tm
Mt 1 2 ML
1 2 0,241
= 0,120 tm
Mty 1 2 Mly
1 2 0,256
= 0,128 tm
47
Rn Mn b d²
= 0,3200 x 10⁷ 1000 x 65²
= 0,7573
m Fy 0,85 Fc‟
300 0,85 30
= 11,7647
P 1 m (1 1 2 m n Fy)
1 11,7647 (1 1 2 11,7647 0,7573 300)
= 0,0026
P rencana ˃ P min dan P rencana P ma
Maka, yang dipakai adalah P rencana = 0,0026
a) As perlu
As perlu = P rencana x b x d
= 0,0026 x 1000 x 65
= 169 mm²
b) n tulangan
n = As perlu (¼ x Ԉ x d²)
= 169 ( ¼ x 3,14 x 10²)
2,15 3 buah
c) Jarak tulangan (s)
s b n
1000 3
333 mm 300 mm
d) As ada
As ada = 0,25 x Ԉ x 10² x (b s)
0,25 3,14 10 (1000 300)
261,6 mm ˃ 169 mm OK
C. Tulangan tumpuan arah x
b = 1000 mm dx = 75 mm
Mu = Mtx = 0,570 tm = 0,570 x 10⁷ Nmm
Mn Mu ϕ
= 0,570 x 10⁷ 0,8
50
Mn Mu ϕ
= 0,660 x 10⁷ 0,8
= 0,825 x 10⁷ Nmm
n Mu b x d²
= 0,825 x 10⁷ 1000 x 65²
= 1,9526
m Fy 0,85 Fc‟
300 0,85 30
= 11,7647
P 1 m (1 1 2 m n Fy)
1 11,7647 (1 1 2 11,7647 x 1,9526 300)
= 0,0067
P rencana ˃ P min dan P rencana P ma
Maka, yang dipakai adalah P rencana = 0,0067
a) As perlu
As perlu = P rencana x b x d
= 0,0067 x 1000 x 65
= 435,5 mm²
b) n tulangan
n = As perlu (¼ x Ԉ x d²)
= 435,5 (¼ x 3,14 x 10²)
= 5,54 6 buah
c) Jarak tulangan (s)
s b n
1000 6
= 166 mm 160 mm
d) As ada
As ada = 0,25 x Ԉ 10 (b s)
0,25 3,14 10 (1000 160)
= 490,6 mm ˃ 435,5 mm OK
52
54
55
4) Grand total,
Yaitu jumlah harga yang didapatkan dari penjumlahan total upah
dengan total material atau perkalian volume dengan total upah.
c. Langkah-langkah dalam menyusun RAB
1) Mempelajari gambar kerja detail dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS).
2) Menyusun item pekerjaan dan menghitung volume pekerjaan.
3) Membuat dan menentukan daftar harga satuan pekerjaan.
4) Membuat Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).
5) Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB).
RAB atau rencana anggaran biaya biasanya dibuat sebelum proyek
dilaksanakan, untuk itu disebut sebagai "rencana" atau perkiraan atau estimasi
biaya dan bukan anggaran yang sebenarnya, yang berdasarkan pelaksanaan (actual
cost). RAB umumnya dibuat oleh dinas atau instansi pemerintah, perencana
proyek, atau kontraktor. Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan gambar-
gambar rencana dan spesifikasi yang sudah ditentukan, upah tenaga kerja, harga
bahan dan alat. Orang yang mengerjakan perhitungan dan pembuatan RAB
disebut estimator atau quantity engineer (QE) atau quantity surveyor (QS).
Tulangan Tumpuan
Arah X Ø10-200 45 0,617 2,314 Kg
Arah Y Ø10-200 45 0,617 2,314 Kg
B Bahan
Semen Kg 448,000 1.350,00 604.800,00
Pasir Kg 0,476 139.600,00 66.509,43
Kerikil Kg 0,741 183.000,00 135.555,56
806.864,98
C Peralatan Inventaris
b. Pekerjaan pembesian
Tabel 7. AHSP pekerjaan pembesian
No Uraian Pekerjaan Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Total Harga (Rp)
2 Pembesian 10 Kg dengan besi polos atau ulir
A Tenaga
Pekerja OH 0,070 75.000,00 5.250,00
Tukang OH 0,070 85.000,00 5.950,00
Kepala Tukang OH 0,007 85.000,00 595,00
Mandor OH 0,004 100.000,00 400,00
12.195,00
B Bahan
Besi beton Ø10 Kg 10,500 11.000,00 115.500,00
Kawat beton Kg 0,150 12.500,00 1.875,00
117.375,00
C Peralatan Inventaris
c. Pekerjaan bekisting
Tabel 8. AHSP pekerjaan bekisting
No Uraian Pekerjaan Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Total Harga (Rp)
3 Pemasangan 1 m2 bekisting untuk lantai
A Tenaga
Pekerja OH 0,660 75.000,00 49.500,00
Tukang OH 0,330 85.000,00 28.050,00
Kepala Tukang OH 0,033 85.000,00 2.805,00
Mandor OH 0,033 100.000,00 3.300,00
83.655,00
B Bahan
Bambu Btg 1,8 15.000,00 27.000,00
Triplek 8 mm Lbr 0,200 87.000,00 17.400,00
Balok kayu II M3 0,120 51.000,00 6.120,00
Paku (5 - 7 cm) Kg 0,400 17.000,00 6.800,00
Minyak bekisting Ltr 0,200 40.000,00 8.000,00
65.320,00
C Peralatan Inventaris
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) pada proyek pembangunan
Laboratorium Terpadu Universitas Tribhuwaana Tunggadewi dapat disimpulkan:
a. Tahap menghitung perencanaan plat dak:
1) Mengetahui data perencanaan yaitu data teknis dan data struktur.
2) Menghitung pembebanan sesuai dengan fungsi bangunan dan ketentuan
yang berlaku pada SNI.
3) Menghitung momen rencana agar bisa mengetahui lendutann yang terjadi
pada plat dak dan membantu dalam merencanakan tulangan plat dak.
4) Merencanakan tulangan sesuai dengan keperluan dari perhitungan momen
agar mutu bangunan memenuhi SNI, serta aman dan nyaman untuk dihuni.
Pada hasil perhitungan rencana tulangan yang didapat dan memenuhi
syarat-syarat adalah tulangan Ø10 200.
59
60
5.2 Saran
Setelah melihat proses pekerjaan dilapangan, dimana telah dilaksanakan
Praktek Kerja Lapangan selama satu bulan pada pembangunan Laboratorium
Terpadu ini tidak lepas dari berbagai kualiatas dan hambatan yang timbul selama
proses pekerjaan berlangsung, untuk mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut
hal-hal yang perlu di perhatikan adalah:
1) Adanya pengawasan yang baik yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki
kualitas yang memadai.
2) Saat akan dibangun perlu adanya organisir yang baik dari pihak instansi
terkait.
3) Perlunya control dan pengawasan selama tahap pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
HK. Gideon & Vis WC., 1994, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Erlangga, Jakarta.
Https://sanggapramana.wordpress.com/2010/08/02/pelat-beton-bertulang-pemula
Http://arafuru.com/sipil/inilah-tujuan-dan-syarat-bekisting-yang-baik.html
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja.
Http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerjak3.html
Ahadi, (2013, May 27). RAB Rencana Anggaran Biaya Proyek Pembangunan.
IlmuSipil.com,pp.http://www.ilmusipil.com/rap-rencana-anggaran-biaya
proyek-pembangunan.
61
62
LAMPIRAN
Pengenalan lokasi
Pembersihan lokasi
Pemasangan bowplank
63