Anda di halaman 1dari 18

BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

2.1 Pekerjaan Umum


A. Deskripsi Proyek
Adapun nama dan alamat proyek yang diambil sebagai tempat pelakasanaan
praktek kerja lapangan (PKL) :
Nama Proyek : Perumahan Bumi Permata Natura
Alamat Proyek : Jl. Gundorejo, Oro – Oro Ombo, Kec. Batu, Kota Batu,
Jawa Timur
Luas Bangunan : 56,1 m2
Pemilik Proyek : PT. Bumi Permata Jaya Urdha
Pekerjaan :Pengawasan Pekerjaan Kolom Balok Pada Perumahan 2
Lantai Bumi Permata Natura
Pelaksanaan pembangunan rumah 2 lantai ini, bertujuan untuk sebagai tempat
tinggal pribadi sehari-hari bagi Pemilik rumah. Dalam hal ini, memberikan
kenyamanan dan kesejatraan bagi keluarga.
a. Gambar Kerja Proyek

Gambar 2.1 Denah Lantai 1


Sumber : “PT. Bumi Permata Jaya Urdha”
Gambar 2.2 Denah Lantai 2
Sumber : “PT. Bumi Permata Jaya Urdha”
b. Lokasi Proyek
Lokasi proyek ini terletak di Jl. gondorejo, Oro-Oro Ombo, Kec. Batu, Kota
Batu, Jawa Timur. Lokasi proyek ini merupakan tempat yang cukup strategis.
Karena Lokasi Proyek Pembangunan Perumahan ini cukup dekat dengan berbagai
tempat wisata yang ada di Kota Batu.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Proyek Perumahan Bumi Permata Natura


Sumber : “google earth”
c. Struktur Organisasi Proyek
Pembangunan Perumahan Bumi Permata Natura ini melibatkan beberapa
pihak dimana pihak yang satu dengan yang lain sangat erat hubungannya dan
dapat harus bekerja sama agar terwujudnya keinginan owner untuk tinggal di
rumah impiannya.
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Proyek Bumi Permata Natura
Sumber : “lokasi proyek”
2.2 Pekerjaan Khusus
Kegiatan khusus yang dimaksud adalah kegiatan pengawasan struktur
kolom dan balok pada perumahan Bumi Permata Natura.
A. Kolom Beton
Kolom merupakan salah satu struktur beton bertulang. Kolom merupakan
bagian dari suatu kerangka bangunan yang menempati posisi terpenting dalam
sistem struktur bangunan. (Arsoni, 2010) Pada suatu konstruksi bangunan gedung,
kolom berfungsi sebagai pendukung dari beban – beban balok dan pelat untuk
diteruskan ke tanah melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini adalah beban
aksial tekan serta momen lentur.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kolom harus
memiliki dimensi yang mampu mendukung kekuatan atau menopang kekuatan
dari atas nya sehingga struktur bangunan tidak mengalami keruntuhan. Ibaratkan
tubuh manusia kolom merupakan kerangka yang menopang berdirinya kerangka
tersebut.
a. Jenis – jenis kolom
Pada proyek pembangunan sederhana kolom yang di pakai adalah kolom utama
dan kolom praktis :
1. Kolom Utama
Kolom utama sendiri merupakan penyangga beban utama dalam struktur
bangunan. Sama seperti kolom praktis, kolom utama biasanya diaplikasikan pada
jarak 3,5 meter antara balok pembentuk bangunan. Selain itu fungsi kolom utama
juga berfungsi untuk memperkokoh bangunan dari kerusakan atau resiko
bangunan runtuh. Kolom utama pada peumahan 2 lantai biasanya memakai kolom
dengan ukuran dimensi 15/30 cm, dengan tulangan pokokya 4 Ø10, 2 Ø8, dan Ø6-
150 (4 Ø10 maksudnya adalah jumlah besi beton polos berdiameter 10 mm 4
buah, 2 Ø8 maksudnya jumlah besi beton polos berdiameter 8 mm 2 buah, dan
Ø6-150 maksudnya besi begel polos bediameter 6 mm dengan jarak antar begel
15 cm). Jadi total tulangan utama yang di pakai untuk membuat satu kolom utama
pada perumahan bumi permata natura sebanyak 6 buah besi beton.

Besi begel 6
mm dengan
jarak antar
begel 15 cm

Tulangan
utama
Kolom diameter 10
utama 15/30 dan 8 mm
cm

Gambar 2.5 Struktur Kolom Utama


Sumber : “lokasi proyek”
2. Kolom Praktis
Kolom praktis adalah struktural bangunan yang membantu kolom utama
dalam menahan atau menopang beban bangunan tersebut. Penggunaan kolom
praktis juga bertujuan untuk menahan retakan pada dinding bagunan agar tidak
mengalami keruntuhan. Kolom jenis praktis memiliki ukuran yang cenderung
kecil dibandingkan kolom utama. Hal ini dikarenakan kolom jenis praktis tidak
dibuat untuk secara langsung menopang beban struktur rumah seperti kolom
utama. Jarak antar kolom praktis biasanya antara 3,5 meter antara dinding
bangunan.
Ukuran kolom praktis mengikuti tebal dari dinding bangunan, pada umumnya
ukuran yang di pakai mulai dari 10/10 cm dan 15/15 cm. Dimensi kolom praktis
pada perumahan bumi permata natura 15/15 cm dengan tulangan besi baja 4 Ø8
dan begel Ø6150.

Gambar 2.6 Struktur Kolom Praktis


Sumber : “lokasi proyek”

b. Keuntungan dan kerugian beton


Adapun keuntungan dan kerugian beton bertulang sebagai berikut :
1. Keuntungan beton bertulang
a) Mempunyai daya dukung yang besar, melebihi bahan-bahan kayu, batu bata
dan sebagainya. Karena kuat tekan sangat tinggi dari betonnya dan kuat tarik
yang sangat besar dari bajanya
b) Mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang tinngi dan dapat tahan lama
asalkan dipelihara dengan baik.
c) Cukup tahan terhadap kejutan serta getaran, misalnya akibat gempa bumi,
mesin yang bergetar, angin kencang dan lainnya.
d) Beton dapat dicor sesuai dengan bentuk yang dikehendaki, dan mendapatkan
keteguhan yang disyaratkan sehingga penggunaannya praktis.
2. Kerugian beton bertulang
a) Biaya yang relatif mahal dan pembongkarannya sulit sehingga tidak sesuai
untuk bangunan yang sifatnya sementara.
b) Berat sendiri yang relative besar
c) Sisa pembongkaran kontruksi beton tidak dapat digunakan lagi (sulit untuk di
bongkar pasang)
d) Mutu beton tergantung pada pelaksanaannya
3. Keteguhan beton
Sift keteguhan beton dicapai pada saat pelaksanaannya, sehingga untuk
mengetahui kekuatan beton harus mengadakan pengujian 17 beton dan slump test.
Relatif sulit dalam pelaksanaannya, dimana membutuhkan keahlian dan
pengawasan khusus di dalam pengerjaannya.

c. Bahan Pembuatan Beton


1. Semen
a) Untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis semen yang memenuhi
ketentuan dan syarat-syarat dalam NI-8;
b) Apabila diperlukan persyaratan khusus mengenai sifat betonnya , maka dapat
dipakai jenis semen lain seperti : semen Portland-tras, semen alumina, semen
tahan sulfat dan lain-lain;
c) Untuk beton mutu B0, selain jenis semen di muka dapat juga dipakai semen
tras kapur;

2. Agregat halus (pasir)


a) Agregat Halus untuk beton dapat berupa pasir alam;
b) Agregat halus harus terdiri dari butir yang tajam dan keras;
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering);
d) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak;
e) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan harus memenuhi syarat sbb:
1) sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
2) sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat;
3) sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat
f) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat untuk semua mutu beton.

3. Agregat kasar (Kerikil dan Batu Pecah)

a) Agregat kasar adalah agregat pembentuk beton, dengan agregat kasar beton

dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau

berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu;

b) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori;

c) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan

terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian bagian

yang dapat melalui ayakan 0,063 mm, apabila kadar lumpur melampaui 1% ,

maka agregat kasar harus dicuci;

d) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat reaktif alkali.


4. Air
Air Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan air,
Maka air sangat diperlukan proses pemeriksaannya terhadap mutu air, apakah air
tersebut telah memenuhi prasyarat yang telah ditentukan. Air tawar yang dapat
diminum, tanpa diragukan dapat di pakai. Persyaratan mutu air sesuai dengan PBI
1971-NI-2, antara lain:
a) Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat
organik atau bahan lain yang dapat adukan dalam hal ini sebaiknya
mengunakan air bersih yang dapat diminum.
b) Jumlah air yang dipakai utuk membuat adukan beton, dapat ditentukan.
c) Jumlah air yang dipakai utuk membuat adukan beton, dapat ditentukan.
d) Menurut ukuran isi dan ukuran berat harus di lakukan dengan tepat. Selain hal
tersebut di atas, air yang digunakan untuk perawatan selanjutnya tujuan utama
dalam penggunaan air untuk pengecoran adukan beton adalah agar terjadi
proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia antara semen dan air, sehingga
mengakibatkan campuran menjadi mengeras, air yang digunakan dalam
pembangunan rumah tinggal adalah air yang di ambil dari kran yang
bersumber dari PDAM dan di tampung didalam drom, yang berada di
samping proyek.

Gambar 2.7 Bahan Pembuatan Beton


Sumber : “lokasi proyek”
d. Pekerjaan Bekisting Kolom
1. Pengertian Bekisting
Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara
yang digunakan untuk menahan beban selama beton dituang dan dibentuk sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan
sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah
mencapai kekuatan yang cukup.
Meskipun bekisting hanyalah struktur yang dalam penggunaannya bersifat
sementara, namun kualitas dan kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan
baik karena beton mortar mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk
membuat bekisting melengkung oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan
yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga kontruksi tidak
mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan ketika beton di tuangkan.

2. Syarat – syarat pembuatan bekisting


a) Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku dan diberi rangka
secukupnya untuk mencegah melengkung maupun terpelintirnya papan oleh
pengaruh sinar matahari dan hujan. Papan harus cukup kuat dan sedikit tebal
untuk menahan beton basah dengan tepi yang tepat.
b) Bekisting dan penyokongnya harus kuat menahan beban yang meliputi beton
itu sendiri, orang, peralatan dan bahanbahan lain yang digunakan.
c) Sambungan antara bagian yang membentuk bekisting harus cukup rapat agar
adukan tidak bocor. Kebocoran dapat menimbulkan cacat tampilan dan
penumpukan beton. Akibat lenturan, sambungan rapat dapat kembali terbuka.
Sambungan juga memperhitungkan kemudahan untuk melepasnya nanti.
d) Pembuatan bekisting harus mempertimbangkan biaya, prinsipnya biaya
minimal tetapi hasilnya tidak mengecewakan.
e) Setelah bekisting dibuat harus diadakan pemeriksaan terhadap kedudukan
vertical dan horizontal, kedudukan as, kedudukan klem-klem, kebocoran atau
lubang dan kebersihan bekisting.
3. Bahan dan alat pembuatan bekisting kolom
Seperti yang telah di jelaskan bahwa pembuatan bekisting harus
mempertimbangkan biaya segi ekonomi, permukaan beton dan proses
pengeringannya harus di perhatikan.
a) Berikut adalah bahan – bahan dalam pembuatan bekisting :
1) Kayu
Bahan kayu yang digunakan adalah Papan. Biasanya papan dari kayu meranti,
keruing dan yang sejenis, mutu kayu kelas III dan IV. Tebalnya berkisar 2,5 cm
sampai 5 cm, lebarnya minimal 16 cm.
2) Paku
Paku yang di gunakan sesuai dengan tebal dari papan yang di pakai. Paku
sebagai bahan pengikat antar papan.
b) Berikut adalah alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting :
1) Gergaji yang digunakan untuk memotong kayu besi dari papan sesuai dengan
ukuran yang diperlukan.
2) Pemukul/palu yang digunakan sebagai alat perekat antara pakudan kayu agar
bisa menjadi rangka bekisting, dengan baok sebagai media penembus papan
agar menjadi bekisting.
3) Meteran digunakan untuk mengukur jarak antara balok yang akan di
tempelkan kepapan mengunakan paku sebagi media perekat.
4) Pensil sebagai alat pembatas/tanda agar ukuran bisa pas dsn tepat.
e. Pekerjaan pembesian
1. Baja tulangan
Besi tulangan atau besi beton (reinforcing bar) adalah batang baja yang
berberntuk menyerupai jala baja yang digunakan sebagai alat penekan pada beton
bertulang dan struktur batu bertulang untuk memperkuat dan membantu beton di
bawah tekanan. Baja tulangan dan beton sangat baik dalam menahan beban yag di
topangnya, baja tulangan memiliki spesifikasi dalam penggunaannya di dalam
struktur beton bertulang. Dalam proyek kontuksi baja tulangan memiliki dua jenis
yaitu besi polos dan besi ulir dengan tingkat ketahanan dan biaya yang berbeda.
Syarat – syarat yang di tentukan dalam tulangan baja :
a) Baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-
retak dan gelombang.
b) permukaan hanya diperbolehkan untuk berkarat ringan.
c) Batang-batang baja tulangan harus lurus.
Pada proyek pembangunan perumahan Bumi Permata Natura menggunakan 2
dimensi kolom yaitu 15/15 cm dan 15/30 cm. Diameter yang dipakai tulangan
Ø10 mm sedangkan untuk sengkang begel menggunakan besi dengan diameter Ø8
mm. Mutu beton yang dipakai adalah beton dengan mutu baja U24/fy = 240 MPa.
2. Pembengkokan baja tulangan
Pekerjaan tulangan,ujung tulangan harus dibuat kait. Pada peralihan momen
positif ke momen negatif pada umumnya sebagian tulangan pokokdibengkokan
dari daerah positif ke daerah negatif. Syarat-syarat pembengkokan tulangan sbb:
a) Batang tulangan tidak boleh bengkok atau di luruskan dengan cara- cara yang
merusak tulangan tersebut.
b) Batang tulangan yang di profilkan, setelah bengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh bengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
c) Batang tulangan yang yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokan atau di luruskan di lapangan, kecuali apabila di tentukan dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
d) Membengkokan dan meluruskan batang tulangan harus di lakukan dalam
keadan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
e) Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak dapat dapat
dipanaskan sampai kelihatan berwarna merah padam, tetapi tidak boleh
mencapai suhu lebih dari 850ºC.
f) Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas100ºC yang bukan
pada waktu dilas, maka dalam perhitungan sebagian kekuatan baja harus
diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
g) Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan dan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air. h. Menyepuh batang tulangan
dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter batang dari
setiap bagian bengkokan.
3. Perangkaian baja tulangan
Baja tulangan yang sudah dibengkokan diikat dengan kawat baja diameter 1
mm yang telah dibakar (bindrad). Perangkaian tulangan dilakukan setelah disusun
terlebih dahulu, meliputi pemasukan begel kedalam tulangan dan mengikatnya
dengan kuat.Cara mengikat harus kuat, dilakukan secara bersilang dan sebaiknya
kelihatan sejajar dengan tarikan yang kokoh. setelah diikat bindrad diputus
disisakan sedikit dan tidak boleh terlalu berimpit. Bila sulit diatur dapat digunakan
besi penolong untuk memberi jalan agar beton tidak menumpuk menjadi satu.
Untuk menghindari berhimpitnya sengkang, maka diletakan ditengah-tengah agar
jarak penulangan bawah dan atas sesuai dengan kedudukannya dalam gambar
toleransi ukuran diluar sengkang, lilitan dan ikatan diperbolehkan sebesar ± 6 mm.
Menurut R. Soemadi (1985) setelah bekesting seluruhnya maupun sebagian
selesai, tulangan disetel atau dipasang oleh pekerja, batang-batang saling ikat pada
sisi persilangan dengan kawat pengikat, setelah dibuat ikatan mengelilingi kedua
batang yang saling menyilang kedua ujung kawat pengikat diputar bersama-sama
serta lilitan dipotong, tulangan itu harus diikat kuat-kuat agar selama dituangi
adukan tidak dapat bergeser atau berpindah tempat.
4. Pengecoran baja tulangan
Pengecoran kolom dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan
tenaga manusia dan bantuan peralatan seperti gerobak sebagai alat pengangkut
campuran beton dari molen ketempat pengecoran dan ember untuk menuangkan
adukan beton kedalam cetakan beton yang telah disiapkan.
Pemadatan dan pengeteran saat pengecoran tidak menggunakan alat
penggetar seperti vibrator tetapi dilakukan secara manual yaitu dengan
menggunakan tenaga manusia. Mutu beton yang digunakan adalah K 250 dengan
perbandingan campuran yaitu 1 semen, 2 pasir dan 3 krikil. Adapun langkah-
langkah pengecoran kolom dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lokasi yang akan di cor dari kotoran seperti kawat pengikat
potongan kayu sehingga hal tersebut tidak mengganggu kondisi beton setelah
di cor.
2. Pemerikasaan bekesting untuk mengetahui bocor atau tidaknya bekesting
tersebut agar menghasilkan beton sesuai dengan ukurannya. Proses
penuangan adukan beton dilakukan bersamaan dengan proses pemadatan.

B. Pekerjaan balok
Balok adalah salah satu elemen struktur yang berfungsi untuk
menghubungkan kolom satu dengan lainnya. Selain itu balok berfungsi sebagai
tempat bertumpunya salah satu elemen bangunan lainnya yaitu pelat beton. Balok
adalah elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok
merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Sehingga
pengecorannya harus dilakukan dengan baik. Tahap pengecoran dimulai sejak
tahap persiapan pengerjaan tulangan sampai pada saat perawatan (curing).
Balok memiliki dimensi tergantung dari panjang bentangan yang akan di
aplikasikan. Balok dikenal sebagai elemen lentur,yaitu elemen struktur yang
dominan mememikul gaya dalam berupa momen lentur dan gaya geser. Analisis
tegangan regangan beton memiliki sifat rangka yang terjadi pada beton yang
dibebani secara tetap dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pada balok
beton dikenal istilah short- term (immediate) deflection dan longterm deflection
yang membuat lendutan
Lendutan adalah fungsi dari kekakuan yaitu perkalian antara modulus
elastisitas beton (Ec) dengan inersia penampang (I). Lendutan itu harus dibatasi,
karena berkaitan dengan kenyamanan dan seni dalam arsitektur. SNI beton 2013
dengan tegas menyebut dalam butir 9.5 terhadap kontrol lendutan, balok beton
bisa retak ketika menahan momen lentur. Sewaktu serat bawah beton tertarik
(momen positif), beton sebenarnya bisa menahan tegangan tarik tersebut, tetapi
kekuatan tegangan tarik beton sangat kecil.
Perilaku keruntuhan yang dominan pada struktur balok pada umumnya adalah
lentur, tentu saja itu akan terjadi jika resio bentang (l) dan tinggi balok (h) cukup
besar. Jika rasionya kecil maka digolongkan sebagai balok tinggi (deep beam)
keruntuhan geser dominan.
a. Prinsip balok
Pada sistim struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen yang
paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini menggunakan
susunan hirarki balok, dimana beban pada permukaan mula-mula dipukul oleh
elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya
diteruskan ke kolektor dan tumpuan.
Semakin besar beban, yang disertai dengan bertambah panjang, pada
umumnya akan memperbesar ukuran atau tinggi elemen struktural. Tegangan
aktual yang timbul pada balok tergantung pada besar dan distribusi material pada
penampang melintang elemen struktur.Semakin besar balok maka semakin kecil
tegangannya. Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal yang penting.
Semakin tinggi suatu elemen, semakin kuat kemampuan untuk memikul lentur.
Variabel dasar yang penting dalam desain adalah besar beban yang ada, jarak
antara beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok, kondisi tumpuan jepit
lebih kaku dari pada yang ujung - ujungnya dapat berputar bebas. Balok dengan
tumpuan jepit dapat memikul beban terpusat ditengah bentang dua kali lebih besar
dari pada balok yang sama tidak dijepit ujungnya.
b. Jenis – jenis balok
Beberapa Jenis balok antara lain:
a) Balok sederhana bertumpu pada kolom di ujung-ujungnya, dengan suatu
ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainnya, nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana
adalah tidak tergantung bentuk penampang dan material.

Gambar 2.8 Balok sederhana


Sumber : “google”
b) Kantilever adalah balok yang diproyeksi atau struktur kaku lainnya didukung
hanya pada satu ujung tetap.

Gambar 2.9 Balok Kantilever


Sumber : “google”
c) Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang dan melewati salah
satu kolom tumpuannya. Balok dengan ujung-ujung tetap (dikaitkan kuat)
menahan translasi dan rotasi

Gambar 2.10 Balok teritisan


Sumber : “google”
d) Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan
dari dua bentangan dengan kontruksi sambungan pin pada momen nol.

Gambar 2.11 Balok bentangan tersuspensi


Sumber : “google”
e) Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban
yang sama.

Gambar 2.12 Balok kontinu


Sumber : “google”
c. Macam – macam balok
Macam-macam balok antara lain:
a) Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek struktural atau dek balok dapat di
topang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.
b) Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat di
topang oleh balok induk (grider), kolom, atau dinding penahan.
c) Balok beton
Pelat beton yang dicor ditempat dikategorikan menurut bentangan dan
bentuk cetakannya.
Dalam pengerjaan balok, bahan dan alat yang di gunakan sama dengan
pengerjaan kolom. Hanya saja berbeda pada fungsinya. Balok dikerjakan pada
saat pengecoran lantai dua setelah pemasangan bata pada lantai dasar selesai.

Anda mungkin juga menyukai