Anda di halaman 1dari 31

REKAYASA PONDASI I (SI-448)

(KTI – TUGAS PERTEMUAN 10)


PERENCANAAN PONDASI DANGKAL

DIKERJAKAN OLEH :
1. ALAM YUDHA (2034290004)
2. WAHYU SETYA PUTRA PURNAMA (2034290006)
3. RAZAK MOHAMADHAN (2034290011)
4. M. ABDILLAH (2134290003)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
dan ridho-nyalah Karya Tulis Ilmiah yang mengenai tentang “Perencanaan Pondasi Dangka”
dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kita panjatkan salam dan shalawat kepada
junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke dunia yang
penuh kebahagiaan ini.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan tugas yang disusun sebagai bahan pembelajaran
dalam mata kuliah “Rekayasa Pondasi 1” Prodi Teknik Sipil Fakultas UPI-YAI.
Pada Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat beberapa kekurangan, kami menyadari hal
tersebut oleh karena itu kami menerima segala bentuk masukan dan saran demi perbaikan
pada Karya Tulis Ilmiah ini.

Jakarta, 10 Desember 2022

(Penulis)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.....................................................1
1.3. Ruang Lingkup................................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1. Umum..............................................................................................................................2
2.1.1. Definisi......................................................................................................................2
2.1.2. Fungsi dan kegunaan pondasi...................................................................................2
2.1.3. Klasifikasi pondasi....................................................................................................2
2.2.2. Mekanisme keruntuhan pada pondasi dangkal.......................................................15
2.2.3. Daya dukung batas pondasi dangkal..........................................................................16
2.2.4. Penurunan pondasi dangkal....................................................................................21
2.2.5. Perancangan pondasi dangkal.................................................................................23
BAB III METODE PERENCANAAN....................................................................................25
3.1. Data-data perencanaan...................................................................................................25
3.1.1. Data karakteristik tanah dasar.................................................................................25
3.1.2. Data Struktur dan pembebanan...............................................................................27
3.1.3. Data Struktur Pondasi.............................................................................................27
3.2. Tahapan dan langkah-langkah perencanaan Pondasi Dangkal.....................................27
BAB V PENUTUP...................................................................................................................29
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................29
3.2. Saran..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Pondasi Batu Kali..........................................................................................2


Gambar 3.2. Pondasi Rollag Batu Bata..............................................................................3
Gambar 3.3. Pondasi Tapak................................................................................................4
Gambar 3.4. Pondasi Sumuran...........................................................................................4
Gambar 3.5. Pondasi Sarang Laba - Laba..........................................................................5
Gambar 3.6. Pondasi Cakar Ayam......................................................................................6
Gambar 3.7. Pondasi Batu Bata..........................................................................................7
Gambar 3.8. Pondasi Strauss Pile.......................................................................................8
Gambar 3.9. Pondasi Cerucuk............................................................................................8
Gambar 3.10. Pondasi Jalur..................................................................................................9
Gambar 3.11. Pondasi Umpak............................................................................................10
Gambar 3.12. Pondasi Plat Beton Lajur.............................................................................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pondasi suatu bangunan merupakan bagian yang paling bawah dan berhubungan
langsung dengan tanah. Dalam suatu struktur, pondasi berfungsi untuk menopang
beban bangunan diatasnya. Untuk membuat sebuah bangunan kokoh, pondasi juga
perlu direncanakan dan diselesaikan dengan matang. Pondasi harus dihitung secara
analitis, baik secara dimensional maupun mekanis.
Pondasi setiap bangunan harus dirancang menurut jenis tanah tempat berdirinya,
kekuatan dan daya dukungnya. Dengan tanah yang menahan beban dan menahan
beban, pondasi juga membutuhkan struktur yang sederhana. Jika tanahnya berlapis
dan kurang stabil, pondasinya juga harus lebih kompleks.

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


1. Untuk memenuhi tugas kuliah rekayasa pondasi yang diberikan dosen.
2. Untuk mengetahui berbagai jenis pondasi dangkal.
1.3. Ruang Lingkup
Pembatasan masalah yang akan dibahas meliputi:
1) Pengertian pondasi dangkal
2) Pondasi batu kali
3) Pondasi Rollag Batu Bata
4) Pondasi Tapak
5) Pondasi Sumuran
6) Pondasi Sarang Laba – Laba
7) Pondasi Cakar Ayam
8) Pondasi Strauss Pile
9) Pondasi Cerucuk
10) Pondasi Jalur
11) Pondasi Umpak
12) Pondasi Plat Beton Lajur

1
BAB II ISI

2.1. Umum
Pondasi adalah bagian dari suatu sistem struktur bawah (sub structure) yang menahan
berat sendirinya dan seluruh beban gaya dari struktur atas, kemudian meneruskannya ke
lapisan tanah dan batuan yang terletak di bawahnya. Beban dari kolom yang bekerja pada
pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul
beban dengan aman.

2.1.1. Definisi
Pondasi merupakan bagian dari satu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang
di topang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak di
bawahnya. Pembuatan pondasi bangunan harus diperhitungkan dan menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar,
seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain, serta tidak boleh terjadi penurunan
pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas tertentu.
Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh
pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan
terjadi. Jika tegangan tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan
bantuan pondasi tiang untuk membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan
kolom pada struktur bangunan.

2.1.2. Fungsi dan kegunaan pondasi


Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan
beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus dapat
menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya
luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar
tidak mengalami penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit untuk
memperbaiki suatu sistem pondasi.

2
2.1.3. Klasifikasi pondasi
Secara umum pondasi dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu pondasi dangkal dan
pondasi dalam. Pondasi dangkal diartikan sebagai pondasi yang hanya mampu
menerima beban relatif kecil dan secara langsung menerima beban bangunan.
Sedangkan pondasi dalam mampu menerima beban yang lebih besar.
Pondasi Dangkal
Terdapat dua klasifikasi pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara
langsung, Pondasi dangkal digunakan apabila kedalaman tanah baik tidak begitu
dalam yaitu antara 0,6 sampai 2 meter, serta kapasitas dukung tanah relatif baik
(>2.0 kg/cm2). Secara umum pondasi dangkal memberikan biaya lebih murah
dibandingkan jenis pondasi lainya. Untuk Perencanaan dimensi secara langsung,
dapat ditentukan dengan rumus:
D/B ≤ 1-4
Dimana:
D = Kedalaman pondasi diukur dari alas pondasi sampai permukaan tanah
B = Lebar alas pondasi
Sedangkan luas alas pondsai dihitung sedemikian rupa sehingga tekanan yang
terjadi pada tanah dasar tidak melampui kapasitas dukung ijin tanah α ≤ α ijin, dan
luas alas pondasi ditentukan dengan rumus:
A = P/α
Dengan:
A = Luas alas pondasi
P = Beban yang bekerja pada kolom yang didukung pondasi
α = tekanan yang terjadi pada tanah
Daya Dukung Pondasi Dangkal
Daya dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai beban maksimum per
satuan luas dimana tanah masih mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan.
Rumus Terrazaghi
qult = C. Nc+ yb. Nq. Df + 0,5.yb. B. Ny
dimana:
qult = daya dukung ultimit pondasi
C = Cohesi Tanah
3
Yb = Berat Volume Tanah
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap 1 meter
Nc,Nq,Ny = Faktor daya dukung terrazaghi ditentukan oleh besar sudut geser
dalam setelah kita mendapatkan nilai daya dukung ultimit tanah (qult).
Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin tanah yaitu:
q = qult/SF
dimana:
q = Daya dukung ijin tanah
qult = Daya dukung tanah ultimit
SF = Faktor keamanan biasanya nilainya diambil tiga.

2.1.4. Pertimbangan dalam pemilihan tipe pondasi`


1. Faktor arsitektural
Faktor ini dinilai berdasar pada kebutuhan jiwa manusia akan sesuatu yang
indah. Struktur yang dirancang harus mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang
diantisipasi.
2. Faktor fungsional
Perencanaan struktur yang baik sangat memperhatikan fungsi bangunan.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan ruang, Faktor fungsional sangat
mempengaruhi ukuran bangunan yang dirancang.
Perancangan merupakan perhitungan setelah dilakukan analisis struktur. Ruang
lingkup desain struktur beton konvensional meliputi pemilihan dimensi elemen
dan penghitungan tulangan yang dibutuhkan sehingga penampang elemen
memiliki kekuatan yang cukup untuk menopang beban dibawah beban
pelayanan dan beban akhir.
Strukturnya dirancang dengan konsep balok lemah sampai tiang kuat, di
mana engsel plastik dipasang pada balok untuk meredakan energi gempa yang
akan datang. Pemilihan sistem struktur atas memiliki keterkaitan yang erat
dengan sistem fungsional bangunan.
Desain struktur akan mempengaruhi desain bangunan secara keseluruhan.
Dalam proses perancangan struktur, perlu dicari kedekatan antara sistem
struktur dengan permasalahan seperti arsitektur, efisiensi, kepraktisan,
kemudahan implementasi serta biaya yang dibutuhkan.
4
3. Faktor kekuatan dan stabilitas struktur
Faktor ini menyangkut kemampuan struktur dalam menerima beban kerja
baik beban vertikal maupun beban lateral akibat gempa bumi serta kestabilan
struktur di kedua arah.
4. Faktor ekonomi dan kemudahan implementasi
Biasanya berbagai jenis sistem struktur dapat digunakan dalam sebuah
bangunan. Oleh karena itu, faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan
merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktural yang akan dipilih.
5. Faktor kapasitas struktur
Pemilihan sistem struktur juga harus mempertimbangkan kemampuan
struktur untuk mengakomodasi sistem pelayanan yang ada, yaitu pekerjaan
mekanikal dan elektrikal.
Jenis pondasi yang dipilih harus dapat menjamin posisi struktur terhadap semua
angkatan kerja. Selain itu tanah penyangga harus memiliki daya dukung yang
cukup untuk menopang beban kerja agar tidak terjadi keruntuhan..
Dalam beberapa kasus, jika pondasi dangkal tidak dapat digunakan, maka
digunakan pondasi dalam. Pondasi dalam yang sering digunakan adalah pondasi
tiang pancang. Menurut Bowles (1984), pondasi tiang banyak digunakan pada
struktur gedung tinggi yang tunduk pada beban lateral dan aksial.
Jenis pondasi ini juga banyak digunakan pada struktur yang dibangun di atas
medan yang luas. Daya dukung kutub yang didapat dari gesekan kulit dapat
diterapkan untuk menahan gaya angkat yang terjadi. Faktor erosi sungai juga
menjadi pertimbangan untuk penggunaan tiang pancang pada jembatan.
6. Kondisi tanah pondasi
Kondisi tanah pondasi berkaitan dengan pemilihan jenis pondasi yang
sesuai. Ini termasuk jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah
keras, dan sebagainya.
Secara umum kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, berbagai parameter yang mempengaruhi sifat tanah diantaranya
pengaruh tinggi air tanah yang mengakibatkan bobot volume tanah terendam
berbeda dengan tanah yang tidak terendam di air meskipun jenis medannya
sama.
Jenis tanah dengan ciri fisik dan mekanik masing-masing memberikan nilai
yang kuat. mendukung medan yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan jenis
5
pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai Faktor medan
di tempat bangunan akan dibangun.
7. Faktor struktur di atasnya
Kondisi suprastruktur akan sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi.
Ini termasuk kondisi beban (ukuran beban, arah beban dan distribusi beban) dan
sifat dinamis bangunan di atas.
8. Faktor lingkungan sekitar
Kondisi tapak proyek termasuk dalam batasan ini, dimana perlu diingat
bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu atau membahayakan
bangunan dan lingkungan sekitarnya.
Pondasi harus direncanakan dengan benar, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar maka akan ada bagian yang mengalami penurunan
lebih besar dari pada daerah sekitarnya. Ada tiga kriteria. yang harus dipenuhi
dalam desain pondasi yaitu:
 Pondasi harus diposisikan dengan benar, agar tidak tergelincir akibat
pengaruh luar.
 Pondasi harus dilindungi dari geser daya dukung.
 Pondasi harus dilindungi dari penurunan permukaan tanah yang berlebihan.
9. Faktor Biaya dan waktu pengerjaan
Suatu proyek pembangunan akan memperhatikan dengan cermat Faktor
waktu dan biaya dalam pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini berkaitan erat
dengan tujuan pencapaian kondisi ekonomi dalam pembangunan.

2.2. Pondasi dangkal


Pondasi dangkal merupakan pondasi dengan kedalaman maksimum 3 meter.
Pondasi dangkal digunakan untuk bangunan yang tidak terlalu tinggi serta mempunyai
keadaan tanah yang keras untuk menahan beban bangunan yang akan ditopangnya.
Selain itu penggunaan pondasi dangkal juga dipengaruhi oleh keadaan struktur tanah,
tanah yang lembek serta tanah yang mempunyai daya dukung yang rendah tidak cocok
untuk jenis pondasi dangkal.

2.2.1. Jenis – jenis pondasi dangkal


 Pondasi Batu Kali

6
Gambar 2.1. Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi dangkal yang digunakan pada
bangunan dengan beban ringan seperti rumah tinggal. Pondasi batu kali tersusun
dari sekumpulan batu alam dengan bentuk yang berbeda beda, lalu dicampur
dengan bahan pengikat seperti semen dan beton agar lebih solid dan kuat.
 Pondasi Rollag Batu Bata

Gambar 2.2. Pondasi Rollag Batu Bata


Pondasi rollag batu bata adalah jenis pondasi dangkal yang banyak
diaplikasikan untuk menahan beban pada bangunan. Pondasi tipe dangkal sendiri
untuk meneruskan beban dari dinding dan bangunan ke tanah dengan tekstur
keras.
Pondasi rollag terbuat dari tumpukan bata yang dirangkai dengan adukan
beton. Pondasi ini terbuat dari batu bata, semen, dan pasir. Ukuran kedalaman
galian tanah yang sering diterapkan berkisar antara 50-80 cm. .
 Pondasi Tapak

7
Gambar 2.3. Pondasi Tapak
Pondasi tapak adalah sebuah struktur beton bertulang yang dibuat layaknya
sebuah telapak dan memiliki posisi di bawah sebuah kolom atau tiang pada sebuah
bangunan. Pemanfaatan pondasi jenis ini juga digunakan pada bangunan bertingkat
untuk memastikan kekuatan strukturalnya bisa terpenuhi dengan baik.
 Pondasi Sumuran

Gambar 2.4. Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi sumuran sangat tepat digunakan pada tanah kurang baik dan
lapisan tanah kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter sumuran
biasanya antara 0.80 - 1.00 m dan ada kemungkinan dalam satu bangunan
diameternya  berbeda-beda, ini dikarenakan masing-masing kolom berbeda
bebannya. Disebut pondasi Sumuran, karena dalam pengerjaannya membuat
lubang-lubang berbentuk sumur.  Lubang ini digali hingga mencapai tanah keras
atau stabil.

8
Sumur-sumur ini diberi buis beton dengan  ketebalan kurang lebih 10 cm 
dengan pembesian. Dasar dari sumur dicor dengan ketebalan 40 cm sampai 1,00 m,
diatas coran tersebut disusun batu kali sampai dibawah 1,00 m buis beton teratas.
Ruang kosong paling atas dicor kembali dan diberi angker besi, yang gunanya
untuk mengikat plat beton diatasnya. Plat beton ini mirip dengan pondasi plat
setempat, yang fungsinya untuk mengikat  antar kolom yang disatukan oleh sloof
beton.
 Pondasi Sarang Laba - Laba

Gambar 2.5. Pondasi Sarang Laba - Laba

Pondasi ini merupakan pondasi dangkal konvensional, kombinasi antara sistem


pondasi plat beton pipih menerus dan sistem perbaikan tanah. Pondasi ini
memanfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur pondasi.

Pondasi ini merupakan pondasi dangkal konvensional, kombinasi antara sistem


pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah. Pondasi ini
memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur pondasi itu sendiri. Pondasi 
Sarang Laba-Laba dapat dilaksanakan pada bangunan 2 hingga 8 lantai yang
didirikan diatas tanah dengan daya dukung rendah. Sedangkan pada tanah dengan
daya dukung tinggi, bisa digunakan pada bangunan lebih dari 8 lantai.

Plat beton tipis menerus itu di bagian bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak
tipis yang relatif tinggi, sehingga secara menyeluruh berbentuk kotak terbalik. Rib-
rib tegak dan kaku tersebut diatur membentuk petak-petak segitiga dengan
hubungan kaku (rigit). Rib-rib tersebut terbuat dari beton bertulang. Sementara

9
rongga yang ada dibawah plat diantara rib-rib diisi dengan perbaikan tanah/pasir
yang dipadatkan dengan baik, lapis demi lapis per 20 cm.
 Pondasi Cakar Ayam

Gambar 2.6. Pondasi Cakar Ayam

Pondasi Cakar Ayam artinya fondasi yang dipergunakan buat mengatasi duduk
perkara pembangunan konstruksi di atas tanah yang lembek. Sistem fondasi ini
ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo menjadi solusi buat menghadapi masalah
pembangunan pada atas tanah lembek kawasan Tanjung Priok di tahun 1961. di
tahun 1961, saat menjadi pejabat PLN, Prof. Sedijatmo mengemban tanggung
jawab buat mendirikan tujuh menara listrik bertegangan tinggi pada daerah rawa-
rawa Ancol, Jakarta. ke 7 menara ini didirikan buat menyalurkan listrik berasal
Tanjung Priok ke sasana Olahraga Senayan, buat keperluan penyelenggaraan Asian
Games tahun 1962.

Cakar Ayam juga mempunyai fungsi yang special, yaitu buat konstruksi
struktur pada atas tanah yang lembek. Fondasi ini cocok dipergunakan buat
mendirikan gedung, jalan, landasan, dan menara di atas tanah yg lembek. Sistem
ini juga tidak membutuhkan sistem drainasi serta sambungan kembang kusut.
 Pondasi Batu Bata

10
Gambar 2.7. Pondasi Batu Bata

Pondasi batu bata adalah pondasi yang terbuat dari material batu bata sebagai
bahan utamanya. Seluruh batu bata ini disusun sedemikian rupa untuk membentuk
suatu pondasi yang mampu menahan beban bangunan di atasnya kemudian
meneruskannya ke dalam tanah.

Pondasi batu bata umumnya dipakai untuk mendukung bangunan yang


mempunyai konstruksi sederhana dan berada di lahan yang stabil.
 Pondasi Strauss Pile

Gambar 2.8. Pondasi Strauss Pile

Pondasi strauss pile merupakan salah satu jenis pondasi struktur untuk
konstruksi bangunan di mana dapat dikerjakan tanpa menggunakan peralatan mesin

11
karena dibangun dengan cara menggali tanah secara manual memanfaatkan alat bor
auger. Proses tersebut menggunakan tenaga dari manusia.
 Pondasi Cerucuk

Gambar 2.9. Pondasi Cerucuk

Pondasi cerucuk adalah suatu pondasi yang diaplikasikan di daerah dengan


kondisi lapisan tanah yang kurang stabil dengan elevasi muka air tanah yang cukup
tinggi. 

Dengan kondisi tanah seperti itu, maka dibutukan lkayu cerucuk sebagai
pondasi cerucuk yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kekuatan geser
serta mengurangi penurunan tanah yang terjadi ketika nantinya sebuah bangunan
berdiri di atasnya. Adapun jenis kayu yang sering dipergunakan untuk cerucuk
adalah : Kayu Gelam, Kayu Mahang, Kayu Medang, Kayu Betangor, Kayu Ubar,
Kayu Ubah, Kayu Dolken.

Terbuat dari beberapa bambu yang ditancapkan dengan kuat kedalam tanah lalu
bagian atasnya disatukan menggunakan tali atau beton bertulang. Penggunaan
bambu bisa digantikan oleh pipa pvc yang didalamnya diisi dengan adukan beton
sehingga bisa lebih kuat, awet dan mudah dibuat.
 Pondasi Jalur

12
Gambar 2.10. Pondasi Jalur

Pondasi jalur atau pondasi menerus adalah pondasi yang digunakan untuk
mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban
dinding maupun beban kolom, dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat
dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak
tidak terlalu dibutuhkan. pondasi jalur / menerus biasanya dapay dibuat dalam
bentuk yang memanjang denga potongan trapesiun ataupun persegi. bahan pondasi
ini dapat menggunakan pasangan batu pecah,batu kali,cor beton tanpa tulangan dan
dapat pula menggunakan pasangan batu bata, dengan catatan tidak mendukung
beban struktural. pondasi menerus cocok digunakan pada daerah yang tanah nya
tidak stabil.
 Pondasi Umpak

Gambar 2.11. Pondasi Umpak

Pondasi umpak adalah pondasi yang terbuat dari beton atau batuan alami dan
memiliki bentuk prisma. Pondasi ini dipasang terpancung ke dalam tanah dengan
ukuran tinggi dan lebar penampang yang berbeda-beda.

13
Pondasi ini dipasang terpancung ke dalam tanah dengan ukuran tinggi dan
lebar penampang yang berbeda-beda. Ukuran tinggi dan penampang menyesuaikan
dengan estimasi berat bangunan. Untuk mengakomodir beban bangunan yang lebih
berat, pondasi ini umumnya akan menggunakan penampang yang berukuran lebih
besar dan terpasang lebih dalam.

Pondasi Umpak biasanya dipakai untuk rumah sederhana yang umumnya


dibuat dari rangka kayu dengan dinding dari papan atau anyaman bambu.
 Pondasi Plat Beton Lajur

Gambar 2.12 Pondasi Plat Beton Lajur

Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung
sederetan kolom. Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas
penampang yang menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu
luas penampang tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu
melebar. Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton
bertulang dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali.
Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali,
yaitu 70 - 120 cm. Sebab fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi
batu belah bila batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana
pengembangan rumah ke atas.

2.2.2. Mekanisme keruntuhan pada pondasi dangkal


 Keruntuhan Geser Umum (General Shear Failure), Keruntuhan pondasi terjadi
menurut bidang runtuh yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Menurut Vesic
(1963), model keruntuhan geser umum diharapkan terjadi pada fondasi yang
relatif dangkal terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan φ > 36º. Menurut

14
Coduto (1994), fondasi cenderung runtuh pada pasir padat yang mempunyai
Kerapatan Relatif Dr > 67%.
 Keruntuhan Geser Lokal (Local Shear Failure), Tipe keruntuhannya hampir sama
dengan keruntuhan Geser Umum, namun bidang runtuh yang terbentuk tidak
sampai mencapai permukaan tanah. model keruntuhan geser lokal terletak pada
fondasi yang relatif dangkal yang terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan
φ < 29º. Menurut Coduto (1994), fondasi cenderung runtuh pada pasir padat yang
mempunyai Kerapatan Relatif 30% < Dr > 67%.
 Keruntuhan Penetrasi (Penetration Failure atau Punching shear Failure), Pada tipe
keruntuhan ini, dapat dikatakan keruntuhan geser tanah terjadi. Akibat Beban,
fondasi hanya menembus dan menekan tanah ke samping, yang menyebabkan
pemampatan tanh di dekat pondasi. Pondasi pada pasir sangat longgar (Dr , 30%),
runtuh menerus model keruntuhan penetrasi.

2.2.3. Daya dukung batas pondasi dangkal


Daya dukung batas pondasi dangkal digunakan apabila kedalaman tanah baik
tidak begitu dalam yaitu antara 0,6 sampai 2 meter, serta kapasitas dukung tanah
relatif baik (>2.0 kg/cm2). Secara umum pondasi dangkal memberikan biaya lebih
murah dibandingkan jenis pondasi lainya. Untuk Perencanaan dimensi secara
langsung, dapat ditentukan dengan rumus:
D/B ≤ 1-4
Dimana:
D = Kedalaman pondasi diukur dari alas pondasi sampai permukaan tanah
B = Lebar alas pondasi
Sedangkan luas alas pondsai dihitung sedemikian rupa sehingga tekanan yang
terjadi pada tanah dasar tidak melampui kapasitas dukung ijin tanah α ≤ α ijin, dan
luas alas pondasi ditentukan dengan rumus:
A = P/α
Dengan:
A = Luas alas pondasi
P = Beban yang bekerja pada kolom yang didukung pondasi
α = tekanan yang terjadi pada tanah

15
Daya dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai beban maksimum per satuan
luas dimana tanah masih mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan.
Rumus Terrazaghi
qult = C. Nc+ yb. Nq. Df + 0,5.yb. B. Ny
dimana:
qult = daya dukung ultimit pondasi
C = Cohesi Tanah
Yb = Berat Volume Tanah
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap 1 meter
Nc,Nq,Ny = Faktor daya dukung terrazaghi ditentukan oleh besar sudut geser
dalam setelah kita mendapatkan nilai daya dukung ultimit tanah (qult).

Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin tanah yaitu:


q = qult/SF
dimana:
q = Daya dukung ijin tanah
qult = Daya dukung tanah ultimit
SF = Faktor keamanan biasanya nilainya diambil tiga.

2.2.3.1. Daya dukung batas secara analitis


Daya dukung batas pondasi dangkal terzaghi
Pondasi dangkal digunakan apabila letak tanah kerasnya berada dekat dengan
permukaan tanah dan tidak terlalu dalam yakni kedalaman pondasi kurang atau
sama dengan lebar pondasi (D ≤ B). Kapasitas daya dukung pondasi dangkal ialah
kemampuan tanah dibawah pondasi menahan beban yang diteruskan oleh pondasi
dangkal.
Besarnya kapasitas daya dukung direpresentasikan atas tiga bagian yang
masing-masing bagian berhubungan dengan bagian dari mekanisme keruntuhan.
Bagian pertama berasal dari kekuatan kohesi tanah, bagian kedua berasal dari berat
tanah diatas dasar pondasi dangkal dan bagian ketiga berasal dari berat tanah
dibawah dasar pondasi dangkal.

16
Teori daya dukung persamaan Terzaghi telah sangat luas digunakan, karena
persamaan yang dikemukakan oleh Terzaghi merupakan usulan yang pertama dan
cukup konservatif, sehingga didapatkan sebuah sejarah pemakaian yang berhasil.
Analisis kapasitas daya dukung pondasi dangkal menurut Terzaghi adalah sebagai
berikut:
qu = c Nc + q Nq + 0,5 γ B Nγ
qu = γ Df
Keterangan :
qu: Daya dukung ultimit pondasi
c : Kohesi tanah
γ : Berat volume tanah
q : Tekanan tanah urugan
Df : Kedalaman pondasi
B: Lebar atau diameter pondasi
Nc: Faktor daya dukung tanah terhadap kohesi tanah
Nq: Faktor daya dukung tanah terhadap tekanan tanah
Nγ: Faktor daya dukung tanah terhadap berat jenis tanah

2.2.3.2. Penyelidikan tanah di lapangan


Penyelidikan lapangan yang sering dilakukan adalah:
1. Pemboran (drilling)
Pemboran sangat penting dalam penyelidikan tanah karena dengan
membor dapat diketahui lapisan – lapisan tanah yang berada di
bawah lokasi tempat berdirinya bangunan. Melalui pemboran ini
juga diperoleh contoh tanah pada setiap lapisan yang selanjutnya
akan diuji di laboratorium.
2. Pengambilan contoh tanah (soil sampling)
Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk selanjutnya dilakukan
pengujian di laboratorium. Ada dua macam contoh tanah untuk
dilakukan pengujian di laboratorium
a. Contoh tanah yang tidak terganggu (undisturb sample), yaitu
contoh tanah yang mempuyai sifat-sifat aslinya sesuai dengan
kondisi tanah di tempat pengambilan contoh tanah. Sifat
aslinya meliputi kondisi struktur tanah, kepadatan tanah, kadar

17
air dan kondisi ikatan kimianya. Contoh tanah yang tidak
terganggu sangat penting untuk melakukan pengujian
kekuatan butir tanah yang berhubungan dengan sudut geser
tanah dan nilai kohesi antar butiran tanah, nilai kompresibilitas
dan permeabilitas.
b. Contoh tanah yang terganggu (disturb sample), yaitu
contoh tanah yang diambil tanpa harus mempertahankan sifat-
sifat aslinya. Contoh tanah terganggu biasanya digunakan
untuk analisis ukuran butiran, batas-batas Atterberg (meliputi
batas cair dan indeks plastisitas), klasifikasi tanah serta uji
pemadatan.
3. Pengujian penetrasi (penetration test) dilakukan untuk mengetahui
daya dukung tanah secara langsung dilapangan. Pengujian
penetrasi ini dilakukan dengan dua metode yaitu:
a. Metode pegujian statis,
Metode pengujian statis umumnya dilakukan dengan alat
sondir (Dutch Static Penetrometer) yaitu berupa konus pada
ujung alat sondir yang ditekan masuk kedalam lapisan tanah.
Besar gaya yang diperoleh diukur dengan alat pengukur
tekanan (manometer gauge) yang menunjukkan nilai tahanan
konus dalam kg/cm2. Nilai konus yang diperoleh adalah nilai
dari kepadatan relatif (relative density) dari lapisan-lapisan
tanah yang diukur.
b. Metode pegujian dinamis,
Metode pengujian dinamis dilakukan dengan alat SPT
(Standard Penetration Test), cara kerjanya adalah tabung
silinder contoh standar dipukul masuk ke dalam tanah
menggunakan alat penumbuk seberat 140 pound (63,5 kg)
yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inchi (76 cm) yang
dihitung sebagai nilai N dengan satuan pukulan per kaki
(blows per foot).
Pengujian dengan metode penetrasi statis lebih sesuai
digunakan di Indonesia yang kondisi tanahnya terdiri dari

18
lapisan tanah pasir/lanau atau lempung lunak. Hasil metode
penetrasi statis biasanya hasilnya lebih tepat daripada hasil
pengujian pentrasi dinamis (SPT).

Gambar 2.1. Hasil sondir dan pemboran

2.2.4. Penurunan pondasi dangkal


Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah perpindahan vertikal
permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam
proses konsolidasi. Penurunan massa tanah dikontrol oleh perubahan tegangan massa
tanah, beban struktur diatas tanah dan penurunan muka air tanah
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat beban di atasnya, maka
tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut akan mengalami kenaikan tegangan,
ekses dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya penurunan elevasi tanah dasar
(settlement). Pembebanan ini mengakibatkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi
partikel tanah, dan keluarnya air pori dari tanah yang disertai berkurangnya volume
tanah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan tanah.
Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tanah
berbutir dan tanah kohesif. Pada tanah berbutir (pasir/sand), air pori dapat mengalir

19
keluar struktur tanah dengan mudah, karena tanah berbutir memiliki permeabilitas yang
tinggi. Sedangkan pada tanah kohesif (clay), air pori memerlukan waktu yang lama
untuk mengalir keluar seluruhnya. Hal ini disebabkan karena tanah kohesif memiliki
permeabilitas yang rendah.
Jika tanah dibebani maka akan terjadi penurunan (settlement), penurunan akibat
beban ini terdiri dari penurunan segera dan penurunan konsolidasi.
a. Penurunan segera Penurunan segera terjadi pada tanah berbutir kasar dan tanah
berbutir halus kering (tidak jenuh) terjadi segera setelah beban bekerja. Penurunan
ini bersifat elastis, dalam praktek sangat sulit diperkirakan besarnya penurunan ini.
Penurunan segera ini banyak diperhatikan pada fondasi bangunan yang terletak
pada tanah granuler atau tanah berbutir kasar.
b. Penurunan konsolidasi Penurunan konsolidasi terjadi pada tanah berbutir halus
yang terletak dibawah muka air tanah. Penurunan ini butuh waktu yang lamanya
tergantung pada kondisi lapisan tanah.
Bila tanah mengalami pembebanan dan berkonsolidasi maka penurunan tanah
tersebut berlangsung 3 fase yaitu ;
 Fase awal Penurunan terjadi segera setelah beban bekerja, diakibatkan oleh
keluarnya udara dari rongga pori. Proporsi penurunan awal dapat diberika dalam
perubahan angka pori dan dapat ditentukan dari kurva waktu terhadap penurunan
dari uji konsolidasi.
 Fase konsilidasi primer Penurunan yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran air pori
yang meninggalkan rongga pori tanah akibat beban. Sangat dipengaruhi sifat tanah.
 Fase kossolidasi secunder Merupakan proses lanjutan dari konsolidasi primer,
proses ini berjalan sangat lambat.
Bila dinyatakan dalam persamaan, penurunan total adalah ; S = Si + Sc + Ss
dengan ; S = penurunan total Si = penurunan segera Sc = penurunan konsolidasi primer
Ss = penurunan konsolidasi sekunder. Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tahap, yaitu :
Immediate Settlement (penurunan seketika), diakibatkan dari deformasi elastis
tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air. Umumnya,
penurunan ini diturunkan dari teori elastisitas. Immediate settlement ini biasanya terjadi
selama proses konstruksi berlangsung. Parameter tanah yang dibutuhkan untuk

20
perhitungan adalah undrained modulus dengan uji coba tanah yang diperlukan seperti
SPT, Sondir (dutch cone penetration test), dan Pressuremeter test.
Primary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi primer), yaitu penurunan
yang disebabkan perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah.
Pada penurunan ini, tegangan air pori secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan
efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya
terjadi pada lapisan tanah kohesif (clay / lempung)
Secondary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi sekunder), adalah
penurunan setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh
proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

2.2.5. Perancangan pondasi dangkal


Secara umum merancang struktur pondasi telapak gabungan dapat dilakukan
dengan  anggapan bahwa pondasi atau pelat pondasi sangat kaku, sehingga
pelengkungn pondasi tidak mempengaruhi penyebaran tekanan. Dan menganggap
bahwa distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi disebarkan secara linear.
Keuntungan pemakaian pondasi gabungan :
 Menghemat biaya penggalian dan pemotongan tulagan beton
 Dapat mengurangi penurunan tidak seragam yang berlebihan akibat adanya
lensa-lensa tanah lunak dan bentuk variasi lapisan tanah tidak beraturan
Cara penggabungan fondasi-fondasi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
 Fondasi telapak Gabungan (combined footing)
 Fondasi telapak kantilever (cantilever footing)
 Fondasi telapak ikat (strap footing)
Pondasi Telapak Kantilever
Pondasi telapak kantiliver merupakan dua buah pondasi yang digabungkan oleh
balok dengan beban-beban kolom tunggal pada masing-masing pusat dari bagian
pondasi ini.
Jika fondasi terdiri dari 2 atau lebih fondasi telapak dan diikat oleh satu
balok, fondasi telapak kantilever atau fondasi telapak ikat.
Pondasi telapak kantilever digunakan jika luasan fondasi berada ditepi luasan
bangunan terbatas oleh batas kepemilikan.

21
BAB III METODE PERENCANAAN

3.1. Data-data perencanaan


Menurut Pamungkas A dan Harianti A (2010) dalam buku Desain Pondasi Tahan
Gempa, Dalam merencanakan struktur bawah diperlukan data-data mengenai karateristik
tanah tempat struktur tersebut berada dan beban struktur yang bekerja diatas struktur bawah
yang direncanakan. Karateristik tanah meliputi jenis lapisan tanah di bawah permukaan
tanah, kadar air, dan tinggi muka air tanah. Beban struktur yang bekerja tergantung dari jenis
material yang digunakan, jumlah tingkat bangunan, jenis-jenis beban yang bekerja pada
struktur tersebut. Jenis pondasi ditentukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan tempat
berdirinya bangunan dan mempertimbangkan hasil dari penyelidikan tanah. Adapun data
yang kami ambil untuk tugas ini adalah :
 Karakteristik tanah dasar
 Data struktur dan pembebanan
 Data struktur pondasi

3.1.1. Data karakteristik tanah dasar


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi diatasnya. Lapisan tanah dasar
dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan semen dan lain lain.
Ditinjau dari penyiapan tanah dasar, maka lapisan tanah dasar dapat dibuat sebagai
berikut :
1. Lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian.
2. Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
3. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Untuk lapisan tanah dasar yang mengunakan tanah urugan harus memenuhi syarat
dan Klasifikasi tanah menurut AASHTO system dan Klasifikasi tanah menurut Unified
System (sebagai pengembangan dari sistim Casagrande).
Adapun tabel dapat dilihat dilembar berikutnya :

22
3.1.2. Data Struktur dan pembebanan
Adapun Peraturan pembebanan yang digunakan sebagai patokan dalam
perhitungan pembebanan struktur adalah sebagai berikut :

23
1. SNI 03-2847-2013 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
2. SNI 1726-2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur
Gedung dan nongedung.
3. SKBI 1.3.53.1987 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
4. Untuk pembebanan sendiri yang diperhitungkan adalah :
5. Beban Mati : Beban Lantai, dinding dan atap
6. Beban hidup Berdasarkan SKBI 1.3.53.1987 tentang Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.
7. Beban Gempa berdasarkan SNI 1726-2019 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk struktur Gedung dan nongedung.

3.1.3. Data Struktur Pondasi


Pada umumnya sebelum kita mendesain struktur pondasi diperlukan data data
pendukung untuk dapat menentukan jenis pondasi yang akan digunakan .Adapun data
data tersebut dapat diambil dengan Langkah langkah sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis tanah yang akan dibangun
2. Berdasarkan beban mati yang dapat kita ambil sesuai dengan material yang kita
gunakan.
3. Beban hidup berdasarkan dengan kegunaan bangunan yang akan kita design
4. Beban Angin dan Beban Gempa tergantung dengan lokasi yang akan dibangun.

3.2. Tahapan dan langkah-langkah perencanaan Pondasi Dangkal


Pada umumnya terdapat beberapa langkah yang perlu diambil dalam proses desain
struktur pondasi.Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Penentuan Beban Rencana : Beban yang harus dipikul oleh struktur pondasi pada
umumnya adalah dari hasil analisis struktur atas yang telah terlebih dahulu dilakukan
2. Penyelidikan Tanah : Salah satu parameter penting dalam proses perencanaan suatu
elemen pondasi adalah daya dukung tanah serta lokasi kedalaman tanah keras
3. Pemilihan Jenis Pondasi : Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari penyelidikan
tanah maka dapat di pilih jenis pondasi yang memungkinkan dapat di gunakan. Pemilihan

24
jenis pondasi, harus mempertimbangkan biaya kontruksi, kekuatan pondasi dan
kemudahan dalam pelaksanaannya.
4. Penentuan Dimensi Pondasi : Dalam tahap penentuan dimensi pondasi meliputi
kedalaman dasar pondasi, daya dukung pondasi hingga ukuran penampang.
5. tahap Konstruksi : Tahap kostruksi merupakan tahap pelaksanaan semua ide maupun
perancanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap ini diperlukan proses
pengawasan yang baik guna mendapatkan suatu system struktur pondasi.

25
BAB V PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan daya
dukung tanah tempat berdirinya. Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik,
maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya berlapis
dan memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks.
3.2. Saran
Untuk hasil dari pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari masih banyaknya
kekurangan dari keseluruhan yang sudah ditulis, penulis sangat menerima kritik dan
saran untuk mengetahui kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Semoga kedepannya
sumber materi untuk karya tulis ilmiah ini semakin banyak dan beragam dan
menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/pondasi-rollag/
https://www.rumah.com/panduan-properti/pondasi-tapak-41037
https://sipil.uma.ac.id/pondasi-cakar-ayam-pengertian-sejarahnya/
https://www.gramedia.com/best-seller/pondasi-strauss-pile/
https://www.sarjanasipil.my.id/2021/01/pengertian-pondasi-jalur-atau-pondasi.html
https://www.rumah.com/panduan-properti/pondasi-umpak-57426
https://darkspecialistd.blogspot.com/2019/08/pondasi-plat-beton-lajur.html
web siskamaya matakuliah rekayasa pondasi 1 materi Pertemuan 6

https://www.slideshare.net/ayufatimahzahra/daya-dukung-pondasi-dengan-analisis-terzaghi
https://www.sokko.co.id/tahapan-desain-struktur-pondasi/
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13675/05.5%20bab%205.pdf?
sequence=9&isAllowed=y
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13675/05.5%20bab%205.pdf?
sequence=9&isAllowed=y
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/1b2e8_1._Bahan_Tanah_Untuk_Badan_Jalan.pdf
http://repository.polimdo.ac.id/508/1/JANSEN%20M.TAKAREDASE%20full.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai