Anda di halaman 1dari 33

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS BESAR PERANCANGAN STRUKTUR BAJA 2

PERENCANAAN GUDANG 2 LANTAI


MENGGUNAKAN KOLOM BAJA DAN BALOK KOMPOSIT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata


kuliah Perancangan Struktur Baja 2

KELOMPOK 2
ANDRE YUDHA PRIYADI (1406577833)
KINRIZKY ARINTIA (1406606833)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
DESEMBER 2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini dengan
tepat waktu dan sesuai target. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
besar salah satu mata kuliah yaitu Perancangan Struktur Baja 2. Kami menyadari
bahwa dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan tugas besar ini. Maka dari itu kami mengucapkan
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
1. Dr. Ing. Ir. Henki Wibowo Ashadi, selaku dosen mata kuliah ini yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam
menyusun Tugas Besar ini.
2. Orangtua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan baik
material maupun moral; dan
3. Para sahabat yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan tugas
besar ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas besar ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu

Depok, Desember 2017

Penulis

Universitas Indonesia
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB 1 KRITERIA DESAIN .................................................................................6
1.1 Gambaran Umum ............................................................................................. 6
1.2 Preliminary Design ........................................................................................... 6
1.2.1 Material Struktur ......................................................................................... 7
1.2.2 Penentuan Dimensi Bangunan .................................................................... 7
1.3 Dasar Perhitungan ............................................................................................ 7
BAB 2 PERHITUNGAN DESAIN .......................................................................9
2.1 Penggunaan Software ETABS ......................................................................... 9
2.1.1 Modelisasi Struktur ..................................................................................... 9
2.1.2 Pembebanan .............................................................................................. 10
2.2 Perencanaan Komponen Struktur ................................................................ 14
2.2.1 Komponen Struktur Tekan (Kolom Baja) ................................................. 14
2.2.2 Komponen Struktur Lentur (Balok Komposit) ......................................... 18
2.3 Pengecekan Desain berdasarkan SNI 1726:2012 ......................................... 25
2.3.1 Geser Dasar (Base Shear) ......................................................................... 25
2.3.2 Simpangan antar Lantai (Interstory Drift)................................................. 29
2.4 Pengecekan Desain berdasarkan AISC 341-10 ............................................ 30
2.5 Perancangan Sambungan Balok-Kolom ....................................................... 31

Universitas Indonesia
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dimensi Penampang Baja ....................................................................... 7


Tabel 2.1 Kombinasi Pembebanan Struktur ......................................................... 13
Tabel 2.2 Penampang Kolom yang diperoleh dari ETABS .................................. 14
Tabel 2.3 Penampang Balok pada Bangunan ........................................................ 18
Tabel 2.5 Berat Struktur ........................................................................................ 26
Tabel 2.6 Pengecekan Geser Dasar ....................................................................... 26
Tabel 2.7 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang dihitung ...................... 28
Tabel 2.8 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x....................................... 28
Tabel 2.9 Simpangan antar Lantai Ijin .................................................................. 29
Tabel 2.10 Simpangan Antar Lantai pada Bangunan............................................ 30
Tabel 2.11 Momen dan Geser untuk Sambungan ................................................. 31
Tabel 2.12 Ukuran Sambungan Extended End Plate ............................................ 33
Tabel 2.13 Momen pada Sambungan .................................................................... 33

Universitas Indonesia
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampak Atas Bangunan ...................................................................... 6


Gambar 2.1 Permodelan Struktur 3 Dimensi pada ETABS .................................. 10
Gambar 2.2 Grafik Respons Spektrum ................................................................. 13
Gambar 2.3 Gaya Aksial pada Kolom .................................................................. 16
Gambar 2.4 Letak Kolom dan Penempatan Titik A dan B ................................... 16
Gambar 2.5 Nilai Kelangsingan Kolom ................................................................ 17
Gambar 2.6 Tampak Atas Bangunan .................................................................... 18
Gambar 2.7 Stress Block pada Balok Komposit ................................................... 19
Gambar 2.8 Kuat Geser Nominal Shear Stud ....................................................... 22
Gambar 2.9 Gaya Dalam pada Balok .................................................................... 23
Gambar 2.10 Kuat Lentur Nominal pada Balok Komposit................................... 24
Gambar 2.14 Sambungan Extended End Plate dengan 6 Baut ............................. 32

Universitas Indonesia
6

BAB 1
KRITERIA DESAIN

1.1 Gambaran Umum


Bangunan yang direncanakan ialah bangunan dengan sistem struktur Specil
Moment Resisting Frame yaitu bangunan yang terdiri dari balok, kolom, dan sambungan
balok-kolom dengan jumlah lantai sebanyak 2 lantai. Bangunan ini diperuntukkan
sebagai gudang penyimpanan gula. Letak bangunan berada di Jakarta Utara. Satu lantai
pada bangunan ini memiliki lebar 24 m dan panjang 28 m sehingga luas bangunan secara
keseluruhan adalah seluas 1344 m2.

Gambar 1.1 Tampak Atas Bangunan


Sumber : Olahan Penulis, 2017

1.2 Preliminary Design

Universitas Indonesia
7

1.2.1 Material Struktur


Bangunan yang akan dimodelkan memiliki material baja untuk komponen
struktur utama, serta beton untuk bagian slab dari bangunan tersebut. Material baja yang
digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut.
 Modulus Elastisitas (E) : 200000 MPa
 Poisson Ratio (μ) : 0,3
 Jenis Baja : BJ 40
 Tegangan Leleh (fy) : 250 MPa
 Tegangan Putus (fu) : 400 MPa
 Perengangan minimum : 18 %
 Berat Jenis (ρ) : 7850 kg/m3
Sedangkan untuk material beton yang difungsikan sebagai pelat lantai memiliki
spesifikasi sebagai berikut.
 Kuat Tekan (fc’) : 30 MPa
 Modulus Elastisitas (Ec) : 4700 √𝑓𝑐′ = 25742,96 MPa
 Berat Jenis (ρ) : 2400 kg/m3
1.2.2 Penentuan Dimensi Bangunan
Setelah menentukan material yang akan digunakan untuk kedua bangunan,
dilanjutkan dengan penentuan dimensi profil. Profil baja WF didapatkan dari literatur
yang telah ada sebelumnya. Untuk menentukan apakah profil tersebut memenuhi
persyaratan atau tidak, perlu dilakukan pengecekan setelah bangunan dibebani. Profil WF
yang telah memenuhi ialah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Dimensi Penampang Baja
Tipe Penampang Baja
Lantai Kolom Interior dan Balok Balok Balok
Eksterior Eksterior Interior Anak
Dasar W12 x 136 Pondasi Pondasi Pondasi
1 W12 x 136 W12 x 72 W10 x 68 W10 x 45
2 W12 x 136 W12 x 72 W10 x 68 W10 x 45
Sumber : Olahan Penulis, 2017

1.3 Dasar Perhitungan

Universitas Indonesia
8

Untuk mendapatkan bangunan yang memenuhi standar, maka dibuatlah dasar


perhitungan yang mengacu pada sumber-sumber di bawah ini, yaitu :
 SNI 1726 Tahun 2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung
 SNI 1727 Tahun 2013 : Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain
 SNI 03 - 1729 Tahun 2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung
 AISC 360-10 : Specification for Structural Steel Buildings

Universitas Indonesia
9

BAB 2
PERHITUNGAN DESAIN

2.1 Penggunaan Software ETABS


2.1.1 Modelisasi Struktur
Dalam memodelkan struktur pada software ETABS, terdapat hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
 Balok dan Balok Anak
Balok dan balok anak dimodelkan sebagai frame yang memiliki hubungan yang
kaku sehingga momen maksimum terjadi tepat pada kedua ujung balok.
 Kolom
Seperti halnya balok, kolom juga dimodelkan sebagai frame yang memiliki
hubungan yang kaku.
 Pondasi
Pondasi tidak ditinjau pada penelitian ini sehingga diasumsikan sebagai
perletakan jepit pada dasar bangunan untuk menahan translasi dan rotasi, yaitu
pada ujung-ujung kolom bawah pada lantai dasar.
 Sambungan Balok-Kolom
Sambungan ini didefinisikan dengan asumsi rigid sesuai dengan default pada
program ETABS.

Universitas Indonesia
10

Gambar 2.1 Permodelan Struktur 3 Dimensi pada ETABS


Sumber : Olahan Penulis

2.1.2 Pembebanan
Pembebanan yang dilakukan mengacu pada SNI 1727 : 2013 “Beban Minimum
untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain”

2.1.2.1 Beban Mati (Dead Load)


Beban mati merupakan berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap.
Beban sendiri atau self weight secara otomatis terinput dalam software ETABS sehingga
tidak diperlukan perhitungan manual. Sedangkan untuk beban mati tambahan akan
didetailkan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung :
1987 yakni:
 Pelat Lantai
Adukan (tebal 2 cm) : 42 kg/m2
Penutup lantai, keramik (tebal 1 cm) : 24 kg/m2
Penggantung dan penutup plafon : 18 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal : 20 kg/m2 +
104 kg/m2

Universitas Indonesia
11

 Pelat Atap
Adukan (tebal 2 cm) : 42 kg/m2
Penggantung dan penutup plafon : 18 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal : 20 kg/m2 +
80 kg/m2
 Beban Merata pada Frame
Dinding pasangan batako berlubang : 200 kg/m2 x 3 m
600 kg/m

2.1.2.2 Beban Hidup


Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang
yang dapat berpindah. Ditetapkan dalam SNI 1727:2013 bahwa besar beban hidup untuk
pelat lantai dan atap ialah sebagai berikut.
 Pelat Lantai
250 kg/m2 = 2.45 kN/m2
 Pelat Atap
100 kg/m2 = 0.98 kN/m2
 Gudang penyimpanan barang kategori berat
11.97 kN/m2

2.1.2.3 Beban Gempa


Direncanakan bangunan memiliki rincian sebagai berikut.
Lokasi Bangunan : DKI Jakarta
Jenis Tanah : Tanah Lunak (SE)
Analisis Gempa : Respons Spektrum (CQC)
Faktor Keutamaan (Ie) : 1,0
Kategori Risiko : II
Faktor Modifikasi Respons (R) : 8 untuk SRPMK
𝑔 ×𝐼
Faktor Skala Gempa X : = 1,23
𝑅

Universitas Indonesia
12

Faktor Skala Gempa Y : 30% faktor skala gempa X = 0,369


Dengan mengacu pada SNI 1726:2012, perhitungan gaya gempa dengan analisis
respons spektrum dibuat dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.
a) Menentukan SS dan S1
Berdasarkan peta zonasi gempa dari puskim.go.id Provinsi Aceh memiliki:
SS = 0,701g
S1 = 0,305g
b) Menentukan Koefisien Situs
Fa = 1,239
Fv = 1,789
c) Menentukan SMS dan SM1
SMS = Fa x SS
= 1,239 x 0,701g
= 0,869g
SM1 = Fv x S1
= 1,789 x 0,305g
= 0,546g
d) Menentukan SDS dan SD1
2
S𝐷𝑆 = x SMS
3
2
= x 0869
3
= 0,579g
2
S𝐷1 = x SM1
3
2
= x 0,546g
3
= 0,364g
e) Menentukan Parameter Respons Spektrum Desain
S𝐷1
T0 = 0,2 x
𝑆𝐷𝑆
0,364g
= 0,2 x
0,579g

Universitas Indonesia
13

= 0,126
S𝐷1
T𝑆 =
𝑆𝐷𝑆
0,364g
=
0,579g
= 0,628

f) Membuat Grafik Respons Spektrum


Grafik respons spektrum dapat didefinisikan sebagai fungsi di dalam ETABS
dengan memasukkan kelas situs (SD), nilai SS, S1, serta jenis grafik logaritma
yang diinginkan yaitu dalam hal ini Linear X-Linear Y. Ketika diplot akan
didapatkan grafik sebagai berikut.

Gambar 2.2 Grafik Respons Spektrum


Sumber : Olahan Penulis

Kombinasi yang didefinisikan pada ETABS ialah sesuai SNI 1726:2012 yang
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.1 Kombinasi Pembebanan Struktur
Kombinasi 1 1,4 DL
Kombinasi 2 1,2 DL + 1,6 LL + 0,6 Lr

Universitas Indonesia
14

Kombinasi 3 1,2 DL + 1,6 Lr + LL


Kombinasi 4 1,2 DL + 1,0 W + LL + 0,5 Lr
Kombinasi 5 1,2 DL + 1,0 E + LL
Kombinasi 6 0,9 DL + 1,0 W
Kombinasi 7 0,9 DL + 1,0 E
Sumber : Olahan Penulis

2.2 Perencanaan Komponen Struktur


2.2.1 Komponen Struktur Tekan (Kolom Baja)
Ketentuan untuk merancang komponen struktur tekan atau kolom ialah ketika
memenuhi kondisi:
𝜙𝑐 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢
dimana:
𝜙𝑐 = 0,90 untuk LRFD
𝑃𝑛 = kuat tekan nominal
𝑃𝑢 = kuat tekan ultimate
Untuk memperoleh penampang yang tepat, dapat digunakan salah satu feature
dari program ETABS yaitu AutoSelect Section dimana program ETABS secara otomatis
memilih penampang yang memenuhi persyaratan. Dari program ETABS didapat
penampang sebagai berikut.

Tabel 2.2 Penampang Kolom yang diperoleh dari ETABS


Lantai Kolom Eksterior Kolom Interior
1 W12 x 136 W12 x 136

2 W12 x 136 W12 x 136


Sumber : Olahan Penulis

Kekuatan nominal penampang kolom atau Pn dapat ditentukan berdasarkan jenis


penampang apakah termasuk penampang kompak, non-kompak, atau langsing. Ketentuan
tersebut diatur dalam AISC 360-10 dengan persamaan:
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔
dimana:
𝐹𝑐𝑟 = tegangan kritis (MPa) ditentukan dengan:

Universitas Indonesia
15

𝐾𝐿 𝐸
(a) Jika ≤ 4,71√𝐹
𝑟 𝑦

𝐹𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦

𝐾𝐿 𝐸
(b) Jika > 4,71√𝐹
𝑟 𝑦

𝐹𝑐𝑟 = 0,877𝐹𝑒
𝜋2𝐸
𝐹𝑒 =
𝐾𝐿 2
( )
𝑟

𝐴𝑔 = luas gross penampang (mm2)


𝐾 = rasio kelangsingan, ditentukan dari nilai G yang dihitung dengan rumus:
𝐸 𝐼𝑐

𝐿𝑐
𝐺= 𝐸 𝐼𝑏

𝐿𝑏

E = modulus elastisitas baja (MPa)


Ic, Ib = momen inersia penampang kolom dan balok (mm4)
Lc, Lb = bentang bersih kolom dan balok (mm)
𝐿 = bentang bersih kolom (mm)
𝑟 = jari-jari girasi (mm)

Perlu dilakukan pengecekan apakah penampang tersebut benar memenuhi


kondisi 𝜙𝑐 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢 atau tidak. Berikut merupakan contoh pengambilan gaya dalam aksial
atau Pu dari program ETABS yang merupakan kombinasi dari 1,2PDL + 1,6 PLL yang
bekerja pada kolom terluar di lantai 2.

Universitas Indonesia
16

Gambar 2.3 Gaya Aksial pada Kolom


Sumber : Program ETABS 2016

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa Pu = 2189,75 kN. Selanjutnya


dilakukan perhitungan Pn dari balok lantai 2 tersebut.

Gambar 2.4 Letak Kolom dan Penempatan Titik A dan B


Sumber : Program ETABS 2016

Universitas Indonesia
17

Gambar 2.5 Nilai Kelangsingan Kolom


Sumber : Compression Member, 2017

Maka, untuk kolom ini didapatkan nilai K sebesar 1,0


𝐾𝐿 1,0 ∗ 6000
= = 421,88
𝑟 14,22

𝐸 200000
4,71√ = 4,71√ = 42,34
𝐹𝑦 250

𝐾𝐿 𝐸
≤ 4,71√𝐹 maka dipakai persamaan untuk mencari Fcr:
𝑟 𝑦

𝜋2𝐸 𝜋 2 ∗ 200000
𝐹𝑒 = = = 1099,83 𝑀𝑃𝑎
𝐾𝐿 2 42,342
( )
𝑟
𝐹𝑦 250
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦 = [0,6581099,83 ] 250 = 227,31 𝑀𝑃𝑎

Didapatkan nilai kuat nominal penampang kolom eksterior pada lantai 2 yaitu:
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔 = 227,31 ∗ 257 / 1000 = 5841,91 𝑘𝑁
𝜙𝑐 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢
0,90 ∗ 5841,91 ≥ 2189
5257,72 ≥ 2189 (OK)

Universitas Indonesia
18

2.2.2 Komponen Struktur Lentur (Balok Komposit)


Dengan program ETABS didapatkan site plan seperti gambar berikut;

Gambar 2.6 Tampak Atas Bangunan


Sumber : Olahan Penulis

Penampang dari struktur yang di desain dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 2.3 Penampang Balok pada Bangunan
Balok Penampang
Eksterior W12x72
Interior W10x60
Anak W10x12
Sumber : Olahan Penulis

Untuk material beton adalah slab dengan tebal 200 mm dan mutu 30 MPa (K
350). Dalam perencanaan menggunakan balok komposit dengan menggunakan Shear
Stud ada beberapa spesifikasi yang harus diperhatikan. Untuk kekuatan lentur harus
menyesuaikan spesifikasi berikut;

𝑡𝑤
≤ 3,76√𝐸/𝐹𝑦 maka kekuatan lentur menggunakan distribusi tegangan plastis

Universitas Indonesia
19


> 3,76√𝐸/𝐹𝑦 maka kekuatan lentur menggunakan distribusi saat leleh
𝑡𝑤

pertama
Kekuatan lentur harus memenuhi persamaan 𝜙𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 di mana 𝜙 = 0,9
Balok komposit memiliki 3 distribusi tegangan yang biasa terjadi yang dapat
dilihat pada gambar berikut;

Gambar 2.7 Stress Block pada Balok Komposit


Sumber : Steel Structure Design, Segui

Pada kasus a , tegangan masih terjadi pada beton dan belum mengenai baja dan
beton mengalami tekan. Pada kasus b , beton sudah leleh dan mengenai bagian dari sayap
pada penampang baja. Dan pada kasus c , leleh terjadi pada bagian badan pada

Universitas Indonesia
20

penampang baja sehingga dari ketiga hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk
menentukan resultan dari gaya tekan.
𝐴𝑠 𝐹𝑦
0,85𝑓𝑐′ 𝐴𝑐

∑ 𝑄𝑛

Universitas Indonesia
21

𝐴𝑠 = luas penampang baja


𝐴𝑐 = luas penampang beton
𝑄𝑛 = total kuat dari Shear Stud
Perencanaan balok komposit perlu diperhatikan proses pengerasan beton di
mana hal tersebut mempengaruhi perhitungan untuk kekuatan komposit. Karena
perbedaan berat pada saat beton masih belum jadi berbeda dengan beton yang siap
dibebani. Perlu diperhatikan juga lebar efektif dari slab yang digunakan, di mana
batasannya sebagai berikut yang lebar efektif lantai diambil yang terkecil dari persamaan
berikut;
 ¼ dari bentang
 ½ dari jarak tengah balok ke tengah spacing
 Jarak dari pusat masa balok ke ujung slab
 Desain angkur yang digunakan dapat menggunakan persamaan gaya geser
ultimit berbanding kekuatan nominal untuk 1 angkur maka akan didapatkan
jumlah angkur yang dibutuhkan untuk menahan gaya geser yang terjadi.
𝑉𝑢
𝑛=
𝑄𝑛
Kekuatan untuk 1 angkur;
𝑄𝑛 = 0,5𝐴𝑠𝑎 √𝑓𝑐′ 𝐸𝑐 ≤ 𝑅𝑔 𝑅𝑝 𝐴𝑠𝑎 𝐹𝑢
dimana:
𝐴𝑠𝑎 = luas dari angkur
𝑓𝑐′ = mutu beton 28 hari
𝐸𝑐 = modulus elastisitas beton
𝑅𝑔 = 1,0 untuk slab utuh tanpa deck baja
𝑅𝑝 = 0,75 untuk slab utuh
𝐹𝑢 = kuat tarik angkur
Batasan-batasan untuk desain angkur sebagai berikut;
Diameter maksimum = 2,5 tebal sayap penampang baja
Panjang minimum = 4 diameter angkur
Jarak longitudinal minimum = 6 diameter angkur

Universitas Indonesia
22

Jarak longitudinal maksimum = 8 tebal slab < 36 inch atau sekitar 914,4 mm
Jarak transversal minimum = 4 diameter angkur
Tabel besaran diameter dari angkur ada pada AISC tabel 3-21 sebagai berikut;

Gambar 2.8 Kuat Geser Nominal Shear Stud


Sumber : AISC Steel Construction Manual 13th

Berikut perhitungan untuk desain struktur yang dikerjakan;


Balok yang digunakan adalah W10x60 dengan jarak 2 m dan tebal slab yang
digunakan adalah 130 mm bermutu 30 MPa. Dengan panjang dari balok adalah 8 m
dengan mutu baja yang digunakan adalah Fy = 250 MPa dan Fu = 400 MPa. Dengan
pembebanan 1,2 DL + 1,6 LL maka didapat;

Universitas Indonesia
23

Gambar 2.9 Gaya Dalam pada Balok


Sumber : Program ETABS 2016

Untuk lebar efektif diambil yang terkecil dari;


8
𝐿 = 4 = 2 𝑚 dan 𝐿 = 2 𝑚

Maka lebar efektif yang digunakan adalah 2 m. Gaya tekan yang digunakan
adalah yang terkecil dari;
𝐴𝑠 𝐹𝑦 = 4190 ∙ 250 = 1047500 𝑁
0,85𝑓𝑐′ 𝐴𝑐 = 0,85 ∙ 30 ∙ (2000 ∙ 130) = 6630000 𝑁
Maka gaya tekan atau gaya geser yang digunakan adalah 1047,5 kN. selanjutnya
adalah asumsi diameter dari angkur yang akan digunakan, ambil diameter ½ inch atau
sekitar 12,7 mm dan mutu 65 ksi atau sekitar 448,16 MPa dengan batasan maksimum dari
diameter angkur adalah;
2,5𝑡𝑓 = 2,5 ∙ 9,1 = 22,75 𝑚𝑚 > 12,7 𝑚𝑚 , (𝑂𝐾)
Luasan dari 1 angkur;
𝜋12,72
𝐴𝑠𝑎 = = 126,677 𝑚𝑚2
4
Besarnya modulus elastisitas beton;

Universitas Indonesia
24

𝐸𝑐 = 4700√30 = 25742,9602 𝑀𝑃𝑎


Kuat geser dari 1 angkur;
𝑄𝑛 = 0,5𝐴𝑠𝑎 √𝑓𝑐′ 𝐸𝑐 ≤ 𝑅𝑔 𝑅𝑝 𝐴𝑠𝑎 𝐹𝑢

𝑄𝑛 = 0,5 ∙ 126,677√30 ∙ 25742,9602 = 55661,85 𝑁


𝑅𝑔 𝑅𝑝 𝐴𝑠𝑎 𝐹𝑢 = 1 ∙ 0,75 ∙ 126,677 ∙ 448,16 = 46387,98 𝑁
Maka yang digunakan adalah 46387,98 N sehingga jumlah angkur yang didapat
adalah;
1047500
𝑛= = 22,58 ≈ 24 𝑏𝑢𝑎ℎ
46387,98
Jarak longitudinal minimum adalah 6 kali diameter = 76,2 mm
Jarak transversal minimum 4 kali diameter = 50,8 mm
Jarak longitudinal maksimum 8 kali tebal slab = 1040 mm dengan batas 36 inch
atau sekitar 914,4 mm.
Selanjutnya adalah pengecekan kuat lentur dari komposit dengan melihat
parameter dari gambar berikut;

Gambar 2.10 Kuat Lentur Nominal pada Balok Komposit


Sumber : Steel Structure Design, Segui

𝜙𝑀𝑛 = 𝜙𝐴𝑠 𝐹𝑦 𝑦
𝑑 𝑎
𝑦= +𝑡−
2 2
Dari perhitungan sebelumnya didapatkan luasan baja dikali dengan mutu nya
adalah 1047,5 kN. untuk y sebagai berikut;

Universitas Indonesia
25

1047500
𝑎= = 27,3856 𝑚𝑚
0,85 ∙ 30 ∙ 1500
259,1 27,3856
𝑦= + 130 − = 245,8572 𝑚𝑚
2 2
Maka,
𝜙𝑀𝑛 = 𝜙1047500 ∙ 245,8572 = 231,782 𝑘𝑁𝑚
𝜙𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
Dan melakukan cek kuat geser dengan melihat tabel Zx pada AISC;
𝜙𝑉𝑛 = 325 𝑘𝑁 > 𝑉𝑢 = 47,6 𝑘𝑁
Dari perhitungan tersebut maka didapatkan pengecekan struktur dengan jumlah
dari angkurnya pada tabel berikut untuk setiap penampang yang digunakan;

Mu Vu Mn Vn N angkur
Penampang Cek
kNm kN kNm kN Buah
W12x72 225,49 169,69 231,78 325,61 24 OK
W10x60 195,38 153,94 202,30 342,07 20 OK
W10x12 108,45 55,08 169,56 250 19 OK
Sumber : Olahan Penulis

2.3 Pengecekan Desain berdasarkan SNI 1726:2012


2.3.1 Geser Dasar (Base Shear)
Geser dasar yang diperoleh pada aplikasi ETABS harus dicek apakah memenuhi
persyaratan yang dicantumkan di SNI 1726:2012. Perhitungan geser dasar terdiri dari
beberapa tahapan yaitu:
 Mencari nilai koefisien respons seismik (CS)
Nilai CS dapat dihitung dengan persamaan:
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 = 𝑅
(𝐼 )
𝑒

0,579
= 8
(1)

= 0,0723

Universitas Indonesia
26

Batas maksimum nilai CS dapat ditentukan berdasarkan periode yang dimiliki


struktur tersebut. Nilai CS yang telah dihitung diatas tidak boleh memiliki nilai
lebih dari:
𝑆𝐷1
𝐶𝑠 = 𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒

Dimana T merupakan periode struktur yang didapatkan dari ETABS.


Nilai Cs tidak boleh melebihi dari:
𝐶𝑠 = 0,044 𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒
= 0,044 ∗ 0,579 ∗ 1
= 0,0254

 Mencari besar berat seismik efektif struktur


Berat struktur ini didapatkan melalui ETABS dengan pilihan Mass Summary by
Story atau berat struktur per-lantai yang jika dijumlahkan ialah bernilai sebagai
berikut.
Tabel 2.4 Berat Struktur
Berat per-Lantai (kN)
Lantai
Arah X Arah Y
2 3045,63 3045,63
1 9651,08 9651,08
Berat Struktur (W) 12696,71 12696,71
Sumber : Olahan Penulis

 Mencari geser dasar (V)


Nilai geser dasar dapat dicari dengan persamaan:
𝑉 = 𝐶𝑠 ∗ 𝑊
Dimana Cs merupakan koefisien respons seismik yang telah ditentukan, serta W
merupakan berat struktur. Geser dasar yang telah dihitung ini dibandingkan
dengan geser dasar akibat gempa dinamik dimana syaratnya yaitu nilai
Vdinamik kurang dari 0,85*Vstatik
Tabel 2.5 Pengecekan Geser Dasar
Arah X Arah Y
Vstatik = Cs*W (kN) 538,04 538,04

Universitas Indonesia
27

0,85 Vstatik (kN) 457,34 457,34


Vdinamik (kN) 390,41 367,84
0,85 Vstatik > Vdinamik Memenuhi
Sumber : Olahan Penulis

Universitas Indonesia
28

 Mengecek periode struktur (T)


Selanjutnya perlu dicek apakah periode yang didapatkan melebihi batasan yang
telah ditentukan atau tidak. Batasan tersebut dapat dihitung dengan menentukan
Cu dan Ta yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.6 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral
Koefisien CU
desain pada 1 detik, 𝑺𝑫𝟏
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : SNI 1726:Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non-Gedung, 2012

Dari tabel diatas, jika nilail SD1 = 0,6 maka besar koefisien Cu ialah sebesar 1,4.
Sedangkan untuk nilai periode fundamental pendekatan dapat dihitung dengan
menentukan Ct dan x berdasarkan tabel dibawah.

Tabel 2.7 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x


Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka
memikul 100% gaya gempa yang disyaratkan dan tidak
dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi
jika dikenai gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bracing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bracing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI 1726:Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non-Gedung, 2012

Universitas Indonesia
29

Periode fundamental pendekatan dapat ditentukan dari persamaan berikut.


𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 ℎ𝑛𝑥
= 0,0724 ∗ 130,8
= 0,56 detik
Jika dibandingkan dengan periode struktur yang terdapat pada tabel periode
struktur, nilai Cu lebih besar sehingga periode struktur masih memenuhi
persyaratan pada SNI.

2.3.2 Simpangan antar Lantai (Interstory Drift)


Simpangan antar lantai tingkat desain tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin (∆a) yang ditentukan berdasarkan jenis strukturnya yang dapat dilihat
dari tabel dibawah.
Tabel 2.8 Simpangan antar Lantai Ijin
Kategori Risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur selain dari struktur dinding geser batu
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding 0,025ℎ𝑠𝑥 0,02ℎ𝑠𝑥 0,015ℎ𝑠𝑥
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antari lantai tingkat
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,01ℎ𝑠𝑥 0,01ℎ𝑠𝑥 0,01ℎ𝑠𝑥
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007ℎ𝑠𝑥 0,007ℎ𝑠𝑥 0,007ℎ𝑠𝑥
Semua struktur lainnya 0,02ℎ𝑠𝑥 0,015ℎ𝑠𝑥 0,01ℎ𝑠𝑥
Sumber : SNI 1726:Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-Gedung, 2012

Maka untuk struktur Special Moment Resisting Frame dengan kategori risiko I,
nilai simpangan antar lantai harus lebih kecil dari 0,025hsx dimana hsx merupakan tinggi
lantai.

Universitas Indonesia
30

Tabel 2.9 Simpangan Antar Lantai pada Bangunan


Simpangan antar lantai
Tinggi Simpangan (m) Simpangan >
Lantai ijin (∆a)
∆a
m Arah X Arah Y m
2 12 0,00141 0,0049 0,075
Memenuhi
1 6 0,00188 0,0038 0,075
Sumber : Olahan Penulis

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh simpangan antar lantai telah
memenuhi nilai ijinnya.

2.4 Pengecekan Desain berdasarkan AISC 341-10


Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem struktur Special
Moment Resisting Frame (SMRF) yang tercantum pada AISC 341-10. Persyaratan
tersebut akan dirincikan pada poin dibawah.
 Pengecekan terhadap Daktilitas Member
Dikarenakan struktur SMRF memiliki member yang daktail sepenuhnya,
maka disyaratkan bahwa member-membernya harus memenuhi ketentuan:
Untuk member WF, dapat dilihat pada AISC 341-10 bahwa ketentuan
yang harus dipenuhi ialah:

𝑏/𝑡 = 0,30√𝐸/𝐹𝑦

𝑟𝑦 𝐸
𝐿𝑏 = 0.086
𝐹𝑦
Sedangkan berdasarkan AISC 360-10 dalam desain member komposit yaitu
member tekan dan lentur, rasio b/t ialah:

𝑏/𝑡 = 2,26√𝐸/𝐹𝑦

dengan nilai maksimum:


𝑏/𝑡 = 5.00√𝐸/𝐹𝑦

Universitas Indonesia
31

 Pengecekan terhadap Rasio Momen


Rasio momen merupakan perbandingan antara kapasitas kolom dengan balok
yaitu harus memenuhi:
∑ 𝑀∗ 𝑝𝑐
> 1.0
∑ 𝑀∗ 𝑝𝑏

2.5 Perancangan Sambungan Balok-Kolom


Sambungan balok-kolom yang digunakan adalah sambungan end plate dengan
jenis, Extended End Plate empat baut. Dalam mendesain sambungan membutuhkan gaya
dalam akibat beban luar yang terjadi dan gaya dalam yang digunakan adalah gaya dalam
momen dan gaya dalam lintang (geser).
Sambungan yang di desain pada struktur tersebut ada 3 yaitu sambungan balok
pinggir, sambungan balok tengah dan sambungan balok melintang. Berikut detail desain
yang digunakan;
Tabel 2.10 Momen dan Geser untuk Sambungan
Penampang Mu Vu
Sambungan
Balok Kolom kNm kN
Balok pinggir W12x72 W10x100 20 15
Balok tengah W10x60 W10x100 50 50
Balok melintang W10x12 W10x100 50 55
Sumber : Olahan Penulis

Sambungan yang di desain harus memperhatikan kapasitas momen sambungan yang tidak
boleh kurang dari gaya dalam momen yang dihasilkan.
𝜙𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢

Dan untuk sambungan End Plate momen kapasitas dipenuhi dengan persamaan berikut;

𝜙𝑀𝑛 = 𝜙𝐹𝑦𝑝 𝑡𝑝2 𝑌𝑝

dimana:

𝜙 = faktor ketahanan lentur terhadap leleh (0,9)

Universitas Indonesia
32

𝑀𝑛 = besarnya momen kapasitas sambungan (kNm)

𝐹𝑦𝑝 = tegangan leleh dari material pelat (kPa)

𝑡𝑝 = tebal pelat yang digunakan (m)

𝑌𝑝 = parameter kuat batas pelat berdasarkan pola garis leleh yang berbeda
untuk setiap jenis end plate (m2)

Berikut pola garis leleh untuk jenis end plate yang digunakan;

 Extended End Plate

𝑏𝑝 1 1 1 1 2
𝑌𝑝 = [ℎ1 ( + ) + ℎ0 ( ) − ] + [ℎ1 (𝑝𝑓1 + 𝑠)]
2 𝑝𝑓1 𝑠 𝑝𝑓0 2 𝑔

2 𝑔
𝑋𝑜 = [ℎ1 (𝑝𝑓1 + 0,75𝑝𝑏 ) + ℎ2 (𝑠 + 0,25𝑝𝑏 )] +
𝑔 2

1
𝑠 = √𝑏𝑝 𝑔 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑓1 > 𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑓1 = 𝑠
2

Gambar 2.11 Sambungan Extended End Plate dengan 6 Baut


Sumber : Struktur Baja, Wirianto

Universitas Indonesia
33

Detail sambungan yang digunakan sebagai berikut untuk bisa melakukan perhitungan
kapasitas sambungan.

Tabel 2.11 Ukuran Sambungan Extended End Plate


Mutu Tebal Diameter Lebar Tinggi
Sambungan
Pelat pelat baut pelat pelat
Balok pinggir A36 16 mm 16 mm 160 mm 300 mm
Balok tengah A36 16 mm 16 mm 170 mm 350 mm
Balok
A36 16 mm 16 mm 130 mm 350 mm
melintang
Sumber : Olahan Penulis

Dengan desain sambungan seperti di atas maka didapat momen kapasitas sambungan
sebagai berikut;

Tabel 2.12 Momen pada Sambungan


Mu Mn
Sambungan
kNm kNm
Balok pinggir 20 91,8
Balok tengah 50 127,6
Balok melintang 50 108,9
Sumber : Olahan Penulis

Dilihat pada tabel di atas, maka sambungan yang di desain merupakan sambungan yang
kuat untuk menumpu gaya yang diberikan.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai