Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan dan menyusun makalah yang berjudul “
Analisis Struktur Baja Tentang Sambungan Baut A325 “ ini
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Struktur Baja Pra atau sebelum
UTS. Makalah ini berisi informasi tentang“ Analisis Struktur Baja Tentang Sambungan Baut A325
“. Makalah ini telah Disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan dating,
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terimakasih,
FATIH AHMAD
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................................................6
Pembahasan.............................................................................................................................................6
2.1. Aspek-aspek Pemilihan Jenis Pondasi.....................................................................................7
2.2. Jenis-jenis Pondasi...................................................................................................................7
a. Pondasi Dangkal..........................................................................................................................8
b. Pondasi Dalam.............................................................................................................................9
2.3. Teori Pembebanan Pondasi....................................................................................................11
a. Beban Mati / Dead Load (DL)...................................................................................................11
b. Beban Hidup / Live Load (LL)..................................................................................................12
c. Beban Gempa / Earth Quake Load (E)......................................................................................12
2.4. Perbandingan Biaya tiap Pondasi apabila daya dukungnya sama.........................................12
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................16
3.2. Daftar Pustaka........................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
Pondasi dangkal dan pondasi dalam adalah dua jenis pondasi utama yang digunakan dalam
proyek konstruksi. Pemilihan jenis dan tipe pondasi harus mempertimbangkan karakteristik tanah di
lokasi proyek, beban yang akan diterima, serta berbagai faktor lainnya. Oleh karena itu, pemahaman
yang mendalam tentang konsep pondasi, perencanaan, dan pembebanan pondasi sangat penting bagi
para profesional di bidang konstruksi, insinyur sipil, arsitek, dan pemilik proyek.
Dalam konteks ini, teks ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang pondasi, jenis-jenis
pondasi, aspek-aspek perencanaan, serta pembebanan pada pondasi. Pengetahuan ini akan membantu
para profesional konstruksi dan pembaca yang berminat memahami pentingnya pemilihan dan
perencanaan pondasi yang benar agar bangunan dapat berdiri dengan kuat dan aman. Selain itu,
pemahaman ini juga akan memberikan dasar bagi pemilik proyek untuk memastikan keselamatan dan
keandalan bangunan yang mereka investasikan.
1) Untuk menjelaskan konsep dasar pondasi dan fungsinya dalam konstruksi bangunan.
2) Untuk memahamkan pembaca tentang kriteria pemilihan jenis dan tipe pondasi yang sesuai
dengan kondisi tanah dan beban.
3) Untuk menyajikan aspek-aspek perencanaan pondasi yang harus diperhitungkan untuk
memastikan kestabilan dan keamanan bangunan.
4) Untuk membandingkan karakteristik pondasi dangkal dan pondasi dalam serta kapan masing-
masing jenis digunakan.
5) Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana beban mati, beban hidup, dan beban
gempa memengaruhi desain pondasi.
6) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan jenis pondasi yang lebih
ekonomis dalam konteks proyek ini.
7) Menilai pengaruh kedalaman tanah keras dan ketebalan pondasi terhadap biaya konstruksi
pondasi.
BAB 2
Pembahasan
Pondasi adalah bagian dari suatu sistem struktur bawah (sub structure) yang menahan berat
sendirinya dan seluruh beban gaya dari struktur atas, kemudian meneruskannya ke lapisan tanah dan
batuan yang terletak di bawahnya. Beban dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke
permukaan tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban dengan aman.
c
Pondasi merupakan bagian dari satu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang di topang oleh
pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak di bawahnya. Pembuatan
pondasi bangunan harus diperhitungkan dan menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,
beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain, serta tidak
boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas
tertentu.
Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke
tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka
penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan terjadi. Jika tegangan tekan melebihi
tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan pondasi tiang untuk membantu memikul
tegangan tekan pada dinding dan kolom pada struktur bangunan.
Menurut Sardjono (1988), pondasi adalah salah satu dari konstruksi bangunan yang terletak
dibagian bawah sebuah konstruksi, pondasi mempunyai peran penting terhadap sebuah
bangunan, dimana pondasi menanggung semua beban konstruksi bagian atas ke lapisan tanah
yang berada di bagian bawahnya.
Menurut Gunawan (1991), pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang
bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/super
structure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya.
Menurut Hardiyatmo (2002), pondasi adalah komponen struktur terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya.
1.4. Aspek-aspek Pemilihan Jenis Pondasi
Perencanaan pondasi harus didasari beberapa aspek, antara lain yaitu; fungsi dari bangunan, jenis
tanah, kedalaman tanah keras pendukung pondasi, maupun dari aspek biaya (finansial). Adapun
penjelasan masing-masing aspek pemilihan pondasi adalah sebagai berikut:
1. Keadaan tanah pondasi. Keadaan tanah di bawah pondasi erat kaitannya dengan pemilihan
tipe pondasi. Hal ini dikarenakan setiap tipe pondasi memiliki bentuk serta mekanisme
penyaluran beban yang berbeda tergantung pada kondisi tanahnya. Faktor tanah yang
diperhitungkan antara lain jenis tanah, parameter tanah, daya dukung, kedalaman tanah keras
dan sebagainya.
2. Batasan akibat struktur di atasnya. Kondisi beban struktur atas dapat meliputi total besar
beban akibat struktur atas, arah gaya beban baik beban vertikal maupun horizontal dan
penyebaran beban serta sifat dinamis yang dimiliki oleh struktur tersebut.
3. Batasan keadaan lingkungan dari sekitar. Batasan lingkungan yang dimaksud dalam poin
ini ialah kondisi lingkungan sekitar proyek. Mengingat dalam mengerjakan suatu
pembangunan perlu memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, sehingga diharapkan dalam
melakukan pekerjaan bangunan tidak menggagu dan membahayakan lingkungan sekitar atau
bangunan yang telah ada di sekitarnya.
4. Biaya dan waktu pekerjaan. Faktor biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan perlu
diperhatikan karena termasuk dalam manajemen konstruksi sebuah bangunan dan sangat
berhubungan dengan pencapaian kondisi yang tepat dan ekonomis.
1.5. Jenis-jenis Pondasi
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah di sekitar bangunan, sedangkan
kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung pondasi. Menurut Gunawan
(1991), secara umum pondasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal merupakan pondasi yang hanya mampu menerima beban relatif kecil dan secara
langsung menerima beban bangunan. Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi yang mampu
menerima beban bangunan yang besar dan meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan
yang sangat dalam. Adapun penjelasan dari masing-masing klasifikasi pondasi adalah sebagai berikut:
a. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal (shallow foundation) adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung.
Pondasi ini digunakan apabila lapisan tanah pendukung pada dasar pondasi terletak relatif jauh dari
permukaan tanah/daya dukung tanah pada dasar bangunan lemah. Jika kedalaman dasar pondasi dari
muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi (D = B) maka disebut pondasi dangkal.
Sistem pondasi dipakai pada lapisan tanah dasar yang baik letaknya tidak dalam serta gangguan air
tanah atau air sungai dapat diatasi agar pondasi bisa dikerjakan dalam keadaan kering sehingga mutu
pondasi akan lebih baik dan ekonomis.
Pondasi Tiang pancang adalah jenis pondasi dalam yang biasa dijumpai pada konstruksi darat maupun
laut, jenis pondasi ini digunakan apabila jenis strukturnya bersentuhan langsung dengan rawa, air, dan
juga tanah yang memiliki daya dukung yang rendah pula, pondasi ini bertujuan menopang beban di
atasnya lalu meneruskan beban tersebut melalui tiang pancang tersebut, berdasarkan jenis
perpindahan bebannya, ada yang meneruskan beban dengan tahanan ujung (end bearing), ada juga
meneruskan beban melalui kulit dari tiang pancang itu sendiri (friction pile).
Berdasarkan jenis bahan yang digunakan, pondasi tiang pancang terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Tiang Pancang Kayu. Tiang pancang kayu merupakan tiang pancang yang berbahan kayu,
yang biasanya dapat diambil di hutan dan kualitas yang bagus pula, biasanya kayu akan diberi
pengawet agar tidak mudah lapuk lalu ujungnya akan diruncingkan, agar ketika dipancang,
dapat dengan mudah menembus lapisan tanah, dan ada pula yang memberikan sepatu pada
pancang ini agar ketika bertemu dengan bebatuan yang keras, pancang ini masih bisa
menembus bebatuan tersebut.
2. Tiang Pancang Beton. Tiang pancang ini berbahan beton dan biasanya tiang pancang ini
sudah dalam kondisi jadi, dimana kondisi awalnya di cor di tempat sentral, lalu di kirimkan ke
tempat konstruksi, biasanya tiang pancang pra-cetak ini dibuat menggunakan penguatan
biasanya dibuat untuk tegangan lentur selama proses distribusi.
3. Tiang Pancang Baja. Selain kayu dan beton ada juga tiang pancang berbahan baja, dimana
tiang pancang ini sangat cocok digunakan pada pondasi atau tanah keras di kedalaman
tertentu, tiang pancang baja biasanya berbentuk kotak dan ada juga yang berbentuk pipa,
namun biasanya digunakan dalam bentuk pipa, dan juga tiang pancang baja ini juga dapat
menahan benturan akibat proses pemancangan itu sendiri, dan pada tiang pancang ini proses
penyambungan juga terbilang cukup mudah.
4. Tiang Pancang Komposit. Tiang pancang ini merupakan tiang pancang tipe terakhir, dimana
tiang pancang ini memadukan antara tiang pancang berbahan kayu, beton dan baja, contohnya
ialah material kayu atau beton berada permukaan atas, dan material baja diletakkan pada
permukaan bawah pondasi, seiring berjalannya waktu, tiang pancang jenis ini mulai
ditinggalkan dikarenakan biayanya yang terbilang cukup mahal.
Pembebanan merupakan hal yang paling awal diperhitungkan dalam perencanaan dan analisis gedung.
Umumnya pembebanan pada struktur gedung dikelompokkan menjadi dua berdasarkan arah kerjanya
yakni beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal yang bekerja pada struktur gedung meliputi beban
mati (D) dan beban hidup (L), sedangkan beban horizontal berupa beban angin serta beban gempa.
Adapun penjelasan dari masing-masing pembebanan pondasi adalah sebagai berikut:
Beban mati adalah berat dari keseluruhan bagian gedung yang bersifat tetap baik berupa komponen
utama struktur gedung maupun komponen arsitekturnya. Beban mati dapat diperoleh dengan cara
mengalikan volume komponen dengan berat jenis masing-masing. Beban mati meliputi semua bagian
komponen struktur yang bersifat tetap termasuk segala unsur tambahannya. Beban mati merupakan
berat total bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon,
tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural
lainnya serta peralatan yang terpasang termasuk berat keran. Tabel di bawah ini adalah macam-
macam berat bahan bangunan dan komponen gedung menurut SNI 1727-1989.
b. Beban Hidup / Live Load (LL)
Beban hidup adalah beban yang dihasilkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau
struktur lain yang bukan termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban
hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati. Besarnya beban hidup pada tiap lantai gedung
ditentukan sesuai fungsi bangunan gedung yang telah disediakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Beban gempa merupakan beban aksi lingkungan yang terjadi akibat adanya gaya lateral yang bekerja
pada bangunan. Dalam hal pengaruh gempa terhadap struktur, maka beban gempa disini diartikan
sebagai gaya-gaya dalam struktur yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Analisa beban
gempa pada pondasi dihitung berdasarkan SNI 1726:2012 mengenai Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Pada perencanaannya pondasi harus dapat
menahan dan mengakomodasi goyangan yang terjadi pada struktur oleh pergerakan tanah
Menentukan Jenis Pondasi itu harus ada pertimbangan yang matang, maka dari itu pemilihan
harus dilakukan secara hati – hati dengan kalkulasi yang sudah melewati banyak pertimbangan, untuk
jenis bangunan apa ? berapa lantai ? tingginya berapa ? biayanya berapa ? bagaimanakah dengan
kondisi tanah lokasi proyek? Maka dari itu dengan mengambil referensi dan disadur dari jurnal
dengan contoh objek kajian yang digunakan sebagai bahan analisis adalah bangunan Apartement 21
lantai, di wilayah kota bandung Beban kolom dan pondasi diambil berdasarkan kondisi paling
maksimum, dan dengan efisiensi biaya terbaik.
Berat jenis material
Beban hidup (WL) : pada pelat atap/dak WL plat lantai 100 Kg/m2
Analisis biaya pondasi telapak dan pondasi bor pile untuk beban rencana P 50 ton dapat
dilihat pada :
Tabel untuk pondasi telapak
4. Pekerjaan poer(pile
cap)
Uk 150 x 60 x 35 cm
-Adukan beton (site
1,50 x 0,60 x 0,35 = 0,315 m3 1.070.692 337.267
mix K 175)
-Bekisting papan (1,50x0,35x2)+(0,60x0,35x2)
148.373 218.108
= 1.470 m2
-Besi beton U 24
= 131,92 Kg 14.176 1.870.097
(Ø16-150)
Total 2.425.474
1 ls x 40.000.000,- = 40.000.000,-
Material Tiang Pancang
50 titik x 12 m x Rp. 185.000,- / m’ = 111.000.000,-
Semua pondasi telapak diletakan pada elevasi -1,80 meter untuk semua beban P dan semua
tegangan ijin tanah (qc = 1,0; 1,5 dan 2,0 Kg/cm2). Akan tetapi untuk kedalaman pondasi bor pile
tergantung pada letsak kedalaman tanah keras (qc = 1,50 Kg/cm2).
BAB III
PENUTUP
1.8. Kesimpulan
Dalam konteks pembangunan sebuah struktur, pondasi memiliki peran yang sangat penting.
Pondasi bertugas menyalurkan beban dari struktur atas ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga tanah
dapat memikul beban tersebut dengan aman. Perencanaan pondasi harus mempertimbangkan berbagai
aspek, termasuk karakteristik tanah, beban struktur atas, kondisi lingkungan sekitar, serta aspek biaya
dan waktu.
Terdapat beberapa jenis pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal
digunakan untuk beban relatif kecil dan berada dekat dengan permukaan tanah, sementara pondasi
dalam digunakan untuk beban besar dan terletak jauh di bawah permukaan. Contoh jenis pondasi
dangkal meliputi pondasi lajur batu kali, pondasi plat, dan pondasi sumuran, sementara pondasi dalam
mencakup pondasi tiang pancang dan pondasi bore pile.
Pemilihan jenis pondasi harus mempertimbangkan kondisi tanah, batasan dari struktur atas,
kondisi lingkungan sekitar, serta faktor biaya dan waktu. Perencanaan pondasi yang tepat akan
memastikan bahwa beban dari struktur atas dapat ditopang dengan aman tanpa mengakibatkan
penurunan yang berlebihan atau keruntuhan tanah. Selain itu, beban mati, beban hidup, dan beban
gempa juga harus diperhitungkan dalam perencanaan pondasi. Semua aspek ini menjadi penting
dalam memastikan kestabilan dan keamanan bangunan.
Pada beban rencana 50 ton, maka : 1) Pondasi bor pile Ø20 merupakan pondasi tiang termahal
bila tanah keras berada pada kedalaman 3 – 8 m. 2) Pondasi bor pile Ø30 merupakan pondasi tiang
termurah bila tanah keras berada pada kedalaman 5 – 8 m. 3) Pondasi bor pile Ø40 merupakan
pondasi tiang termurah bila tanah keras berada pada kedalaman 3 – 4 m. 4) Pondasi telapak termurah
bila kedalaman tanah keras (qc ≥ 2,00 Kg/cm2 ) berada pada kedalaman -1,80 m. 1. Total Biaya
Pondasi Telapak = Rp 3.558.983 2. Total Biaya Pondasi Bor pile = Rp 9.307.924 3. Total Biaya
Pondasi Tiang pancang = Rp 5.030.000
Press.
R. Ginsa & W. Eko. 2015. Analisis Perbandingan Biaya Pada Pondasi Telapak, Bor Pile
Dan Tiang Pancang Dengan Daya Dukung Yang Sama. Garut : Jurnal Konstruksi Sekolah