Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH REVIEW TIGA JURNAL

SISTEM KONSTRUKSI KAPAL

Disusun Oleh :

Nama : Nurisa Sharani Fasya

NIM : 201910701003
Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Yasim, S.T., M.T.

760020007
Mata Kuliah : Konstruksi dan Kekuatan Kapal

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KONSTRUKSI PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. berkat rahmat dan hidayahnya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Konstruksi Kapal”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Konstruksi dan Kekuatan Kapal. Dalam kesempatan ini,
saya sebagai penulis, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Yasim, S.T., M.T.
selaku Dosen Pengampu pada mata kuliah Konstruksi dan Kekuatan Kapal. Tak luput juga
kepada kedua orang tua saya yang telah mendukung baik dari segi materi maupun moril.

Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam disiplin ilmu
bangunan kapal. Kami sadar masih banyak hal-hal yang belum tersampaikan dalam makalah
ini. Dan saya harap pembaca dapat memberi saran, dan kritik yang membangun baik dari isi,
susunan, bahasa yang ada di dalam makalah ini.

Jember, 30 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH ………………………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… 3

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………... 4

BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 5

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………. 5


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 5
1.3 Tujuan dan Manfaat …………………………………………………………… 5

BAB 2. PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 7

2.1 Jurnal 1: Kekuatan Batas Lambung Kapal Dalam Menahan Momen Lentur
Vertikal ………………………………………………………………………... 7
2.2 Jurnal 2: Efek Penambahan Panjang Terhadap Kekuatan Struktur Konstruksi
Alas Ganda Kapal Roro ……………………………………………………… 10
2.3 Jurnal 3: Perancangan Sistem Konstruksi dan Analisa Kekuatan Fish Processing
Vessel dengan Bentuk Lambung Catamaran pada Perairan Indonesia ……….. 12

BAB 3. PENUTUP ………………………………………………………………………… 15


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 15
3.2 Saran ………………………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………... 16

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Konstruksi Melintang …………………………………………………... 8

Gambar 2.2 Sistem Konstruksi Membujur ………………………………………………….. 8

Gambar 2.3 Sistem Konstruksi Kombinasi (1) ……………………………………………… 9

Gambar 2.4 Sistem Konstruksi Kombinasi (2) ……………………………………………… 9

Gambar 2.5 Alas Ganda (Double Bottom) …………………………………………………. 10

Gambar 2.6 Pemodelan Menggunakan Finite Element Method …………………………… 13

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kapal merupakan sebuah vessel yang memanfaatkan kerja prinsip Archimedes, yaitu
keadaan dimana ketika benda padat tercelup air maka benda akan mengalami gaya keatas
sebesar fluida yang dipindahkan (Rawson, K.J., 2001). Menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran, “kapal” adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis
tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Bedasarkan
fungsinya kapal digolongkan menjadi transport marine vehicles (kapal niaga) dan non-
transport marine vehicles.
Berdasarkan peraturan BKI tahun 2019 volume II, kapal harus menambah sekat
melintang pada tanki muatnya dan merubah konstruksi bottomnya dari dasar tunggal (single
bottom) menjadi dasar ganda (double bottom). Dengan penambahan konstruksi sekat
melintang dan dasar ganda ini, tentunya akan menambah berat kapal dalam kondisi kosong.
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dilaksanakan perhitungan ukuran dan berat
penambahan konstruksi sekat melintang dan double bottom kapal.
Perhitungan konstruksi kapal pada umumnya akan menghasilkan modulus penampang
midship diatas batas minimum. Kelebihan nilai ini berdasarkan peraturan bukanlah suatu
masalah. Namun dari segi ekonomi akan dibutuhkan biaya lebih yang sebenarnya dapat
dihemat (Rachman dkk, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah untuk
makalah kali ini, adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kekuatan batas lambung kapal dalam menahan momen lentur vertikal?
b. Bagaimana efek penambahan panjang terhadap kekuatan struktur konstruksi alas ganda
kapal Roro?
c. Bagaimana perancangan sistem konstruksi dan analisa kekuatan fish processing vessel
dengan bentuk lambung catamaran pada perairan Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berikut disajikan tujuan dan manfaat dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari ditulisnya makalah ini, antara lain :
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui kekuatan batas lambung kapal dalam menahan momen
lentur vertikal.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui efek penambahan panjang terhadap kekuatan struktur
konstruksi alas ganda kapal Roro.

5
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui perancangan sistem konstruksi dan analisa kekuatan
fish processing vessel dengan bentuk lambung catamaran pada perairan Indonesia.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dari ditulisnya makalah ini, antara lain :
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui kekuatan batas lambung kapal dalam menahan momen
lentur vertikal.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui efek penambahan panjang terhadap kekuatan struktur
konstruksi alas ganda kapal Roro.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui perancangan sistem konstruksi dan analisa kekuatan
fish processing vessel dengan bentuk lambung catamaran pada perairan Indonesia.

6
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 JURNAL 1

Jurnal : Jurnal Penelitian Enjiniring


Judul Jurnal : Kekuatan Batas Lambung Kapal dalam Menahan
Momen Lentur Vertikal
Volume & Nomor : Vol. 22 & No. 1
Tahun : 2018
Penulis : Azhar Aras Mubarak, Ganding Sitepu, Muhammad
Zubair Muis Alie
Reviewer : Nurisa Sharani Fasya (201910701003)
Tanggal : 31 Oktober 2021

Struktur kapal pada arah longitudinal umumnya memiliki komponen-komponen yang


saling berhubungan dan memperkuat satu sama lainnya yang ditemukan pada konstruksi sisi,
konstruksi geladak dan konstruksi bottom. Konstruksi tersebut diperkuat oleh pelat kapal,
senta lambung, stiffener, balok geladak, center girder, side girder, penumpu geladak, sheer
strake, dan lain-lain. Semua konstruksi sisi, bottom, dan geladak mendapat bending, momen
di arah vertikal, momen horizontal serta puntiran (torsi). Semua struktur tersebut memiliki
batas kekuatan, sehingga ketika struktur tersebut terus-menerus mendapat beban baik itu
beban eksternal dari gelombang dan beban internal dari muatan kapal dan struktur itu sendiri
maka akan mencapai kekuatan batas (ultimate strength) pada struktur tersebut.
Pemilihan jenis sistem untuk suatu kapal sangat ditentukan oleh ukuran kapal dan
jenis atau fungsi kapal juga menjadi dasar pertimbangan, dijelaskan:
2.1.1 Sistem Konstruksi Melintang
Dalam sistem ini gading-gading (frame) dipasang vertikal (mengikuti bentuk body
plan) dengan jarak antara (spacing), ke arah memanjang kapal, satu sama lain yang rapat
(sekitar antara 500 mm – 1000 mm, tergangung panjang kapal). Pada geladak, baik geladak
kekuatan maupun geladak-geladak lainnya, dipasang balok-balok geladak (deck beam)
dengan jarak antara yang sama seperti jarak antara gading-gading. Ujung masing-masing
balok geladak ditumpu oleh gading-gading yang terletak pada vertikal yang sama. Pada alas
dipasang wrang dengan jarak yang sama pula dengan jarak antara gading-gading sedemikian
rupa sehingga masing-masing wrang, gading-gading dan balok geladak membentuk sebuah
rangkaian yang saling berhubungan dan terletak pada satu bidang vertikal sesuai penampang
melintang kapal pada tempat yang bersangkutan.

7
Gambar 2.1 Sistem Konstruksi Melintang

2.1.2 Sistem Konstruksi Membujur


Dalam sistem ini gading-gading utama tidak dipasang vertikal, tetapi dipasang
membujur pada sisi kapal dengan jarak antara, diukur ke arah vertikal, sekitar 700-1000 mm.
gading-gading ini (pada sisi) dinamakan pembujur sisi (side longitudinal). Pada setiap jarak
tertentu (sekitar 3-5 m) dipasang gading-gading besar, sebagaimana gading-gading besar
pada sistem melintang, yang disebut pelintang sisi (side transverse). Pada alas, dan alas
dalam, juga dipasang pembujur-pembujur seperti pembujur-pembujur sisi tersebut di atas
dengan jarak antara yang sama pula seperti jarak antara pembujur-pembujur sisi. Pembujur-
pembujur ini dinamakan pembujur-pembujur alas (bottom longitudinal) dan, pada alas dalam,
pembujur alas dalam (inner bottom longitudinal). Pada alas juga dipasang wrang-wrang, dan
dihubungkan pada pelintang-pelintang sisi. Tetapi umumnya tidak pada tiap pelintang sisi;
yaitu setiap dua, atau lebih, pelintang sisi. Wrang-wrang pada sistem membujur juga
dinamakan pelintang alas (bottom transverse). Penumpu tengah dan penumpu samping sama
halnya seperti pada sistem melintang.

Gambar 2.2 Sistem Konstruksi Membujur

2.3.3. Sistem Konstruksi Kombinasi


Sistem kombinasi ini diartikan bahwa sistem melintang dan sistem membujur dipakai
bersama-sama dalam badan kapal. Dalam sistem ini geladak dan alas dibuat menurut sistem
membujur sedangkan sisinya menurut sistem melintang. Jadi, sisi-sisinya diperkuat dengan
gading-gading melintang dengan jarak antara yang rapat seperti halnya dalam sistem
melintang, sedangkan alas dan geladaknya diperkuat dengan pembujur-pembujur. Dengan
demikian maka dalam mengikuti peraturan klasifikasi (rules) sisi-sisi kapal tunduk pada
ketentuan yang berlaku untuk sistem melintang, sedangkan alas dan geladaknya mengikuti

8
ketentuan yang berlaku untuk sistem membujur, untuk hal-hal yang memang diperlukan
secara terpisah.

Gambar 2.3 Sistem Konstruksi Kombinasi (1)

Gambar 2.4 Sistem Konstruksi Kombinasi (2)

Hasil :
Penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan kekuatan didapatkan menggunakan
NLFEA pada box girder dan kapal tanker pada kondisi hogging dan sagging. Untuk
menganalisis kapal tanker yang menjadi objek penelitian, diawali dengan memodifikasi kapal
tanker menjadi kotak sehingga menjadi lebih sederhana. Pada kondisi hogging, penampang
bagian dek akan mengalami tarik dan dibagian bottom akan mengalami tekan. Sedangkan
pada kondisi sagging, penampang bagian deck akan mengalami tekan dan bagian bottom
akan mengalami tarik. Ini disebabkan oleh proses control moment yang dilakukan. Adanya
bentuk kondisi sagging dan hogging mengakibatkan deformasi pada bagian dek dan bottom
mengalami perubahan bentuk, dimana stiffener dan pelat yang terdapat pada bagian tersebut
mengalami tekuk.
Analisis perbandingan kekuatan batas kapal tanker dan referensi rules yang digunakan
menunjukkan bahwa struktur kapal tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan yang
dikeluarkan oleh DNV GL. Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga menunjukkan adanya
kesesuaian grafik yang dihasilkan yaitu grafik antara momen dan curvature serta grafik
antara momen dan displacement.

Keunggulan: Penggunaan bahasa yang mudah dipahami.


Kelemahan: Gambar grafik tidak dijelaskan secara lebih mendetail.

9
2.2 JURNAL 2

Jurnal : Jurnal Teknologi Maritim


Judul Jurnal : Efek Penambahan Panjang Terhadap Kekuatan Struktur
Konstruksi Alas Ganda Kapal Roro
Volume & Nomor : Vol. 3 & No. 1
Tahun : 2020
Penulis : Amanatul Mufidah, Priyambodo Nur Ardi Nugroho, S.T.,
M.T., Ph.D., Tri Karyono, S.T., M.T.
Viewer : Nurisa Sharani Fasya (201910701003)
Tanggal : 01 November 2021

Kapal Ro-Ro merupakan salah satu kapal niaga yang populer digunakan di Indonesia.
PT. ASDP Indonesia ferry adalah operator terbesar dari kapal ferry di Indonesia. Tercatat
menurut laporan company profile tahun 2016, PT. ASDP memiliki 135 armada kapal Ro-Ro
yang terbagi menjadi 75 kapal komersial, 60 kapal perintis dan masing-masing 1 kapal untuk
keperluan sewa dan kerjasama operasi. Tercatat pula jumlah kapal yang beroperasi pada peta
lintasan kapal komersil PT. ASDP di cabang Lembar yaitu sebanyak eMPat kapal pada satu
lintasan, KMP RODITHA merupakan salah satu kapal yang beroperasi pada lintasan tersebut.
Dengan data rute kapal yang hanya melalui satu lintasan, maka perlu dibayangkan pentingnya
perencanaan kapasitas muat satu kapal dalam sekali jalan.

2.2.1 Alas Ganda


Salah satu bagian dari kapal yang paling terintegrasi adalah struktur bottom. Struktur
tersebut didesain bukan hanya memberi kekuatan yang diperlukan untuk menahan berat
kargo, tapi juga untuk menahan beban hidrostatik dari luar yang bekerja pada bawah
lambung. Alas ganda atau double bottom adalah sebuah rangkaian konstruksi bottom dari
sebuah kapal. Konstruksi alas ganda meliputi kulit kapal bagian bawah (bottom shell plating),
bagian atas dibatasi tinggi oleh tanktop (inner bottom plating), bagian samping dibatasi oleh
margin plate dan bagian fore dibatas oleh sekat kedap terdepan (collision bulkhead)
sedangkan bagian aft dibatasi oleh sekat ceruk belakang (aft peak bulkhead).

Gambar 2.5 Alas Ganda (Double Bottom)


2.2.2 Tegangan
Tegangan ialah intensitas gaya (yaitu gaya per satuan luas), yang mana dinotasikan
dengan huruf yunani σ (sigma). Selain itu, tegangan merupakan mutual sesungguhnya

10
diantara bagian-bagian material untuk mempertahankan posisinya ketika beban dari luar
diberikan pada material. Tegangan dapat dirumuskan :

… 2.1
Keterangan :
σ = Tegangan (N/mm2)
F = gaya yang bekerja atau beban (N)
A = luas penampang (mm2)
Kalkulasi tegangan akan berbeda apabila dilihat pemberian beban, apabila terdapat
beban yang tegak lurus terhadap sumbu memanjang dari batang maka akan timbul momen
dalam yang disebut momen bending.

2.2.3 Beban pada Kapal


Pembebanan pada kapal ini dibagi menjadi lima, antara lain :
a. Beban Statis
Beban statis atau beban tetap merupakan beban yang baik intensitas, titik dan arah
kerjanya tetap. Beban statis pada kapal meliputi gaya tekan air keatas, berat bagian konstruksi
kapal dan berat muatan. Dalam pengaplikasiannya, perhitungan kekuatan bagian konstruksi
kapal didasarkan seluruhnya pada beban statis, yang mana kapal hanya terapung diam di air
tenang. Banyak biro klasifikasi mendasarkan regulasinya pada kondisi kapal di air tenang,
ditambah dengan perhitungan beban-beban akibat laut bergelombang namun tetap pada
keadaan diam.
b. Beban Quasi Statis
Beban quasi statis adalah beban yang besar maupun arahnya berubah secara lambat.
Beban quasi statis pada kapal meliputi gaya tekan air keatas pada air bergelombang, gaya
tekan dinamis akibat gerakan kapal, gaya dorong baling-baling dan gaya akibat muatan cair
dalam tangki-tangki. Pada penjelasan beban statis, muncul pernyataan bahwa perhitungan
beban-beban akibat laut bergelombang dilakukan pada keadaan diam.
c. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang besar maupun arahnya berubah secara cepat. Pada
kapal beban dinamis meliputi beban sesaat karena slamming, beban air yang naik ke geladak,
dan benturan dengan kapal lain maupun dermaga.
d. Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah nilai beban ultimat suatu bahan dibagi beban ijin suatu
batang tersebut. Pendekatan lain ialah dengan menentukan beban runtuh ultimate sebuah
bangunan kemudian membaginya dengan faktor beban yang dipilih sesuai unuk mendapatkan
beban ijin atau beban kerja.

11
e. Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah prosedur numerik yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah mekanika kontinu dengan tingkat ketelitian yang dapat diterima [5].
Pada dasarnya, finite element merupakan bagian micro dari struktur sebenarnya yang mana
dapat berdeformasi dengan cara yang terbatas. Sebuah contoh ialah apabila ujung dari elemen
diberi pressure arah lurus, maka elemen yang bersebelahan dengan dengannya tidak akan
tumpang tindih maupun terpisahkan.

Hasil :
Pembebanan pada kapal berada pada kondisi muatan penuh, dimana juga dihadapkan
pada kondisi air tenang, kondisi satu puncak gelombang (hogging) dan dua puncak
gelombang (sagging). Pada perhitungan pembebanan dilakukan dengan dua metode yaitu
perhitungan analitikal dan perhitungan prediktif. Perhitungan tersebut dikalkulasikan pada
kondisi pembebanan pada muatan penuh (displacement pada sarat penuh) dan buoyancy
untuk kondisi air tenang, kondisi hogging dan kondisi sagging. Untuk perhitungan prediktif
didapatkan gaya lintang dan momen lengkung sesuai dengan peraturan BKI Vol. II section 5
mengenai kekuatan memanjang.

Kelebihan: Terdapat banyak data (gambar, grafik, atau pun tabel) yang memudahkan
pembaca memahami isi dari jurnal tersebut.
Kekurangan: Ada beberapa istilah yang cukup asing, seharusnya kata tersebut diberikan
penjelasan di bagian footer.

2.3 JURNAL 3

Jurnal : Teknik Perkapalan


Judul Jurnal : Perancangan Sistem Konstruksi dan Analisa Kekuatan
Fish Processing Vessel dengan Bentuk Lambung
Catamaran pada Perairan Indonesia
Volume & Nomor : Vol. 9 & No. 1
Tahun : 2021
Penulis : Muhammad Nurazim, Ahmad Fauzan Zakki, Berlian
Arswendo
Viewer : Nurisa Sharani Fasya (201910701003)
Tanggal : 03 November 2021

Fish Processing Vessel atau dapat juga disebut factory ship adalah kapal yang
membantu kapal perikanan lain dalam fasilitas hasil penangkapan pada saat masih ditengah
laut. Fish processing vessel berlayar ke tengah laut bersama kapal-kapal ikan yang lebih
kecil. Dalam mendesain sebuah kapal, banyak sekali aspek yang perlu dipenuhi. Pada
penelitian sebelumnya telah dilakukan perancangan hullform fish processing vessel tipe
katamaran ini. Dihasilkan bentuk dan karakteristik lambung yang memiliki hambatan,
stabilitas, dan olah gerak yang baik. Akan tetapi belum ada studi perancangan sistem

12
konstruksi pada fish processing vessel ini. Sehingga diperlukan perancangan sistem
konstruksi agar kapal ini memiliki struktur dan tingkat tegangan (akibat gelombang,
pembebanan internal, maupun momen lentur yang diterima oleh kapal) yang memenuhi
kriteria rules dan yang sesuai dengan bebannya. Konstruksi kapal harus dirancang
menghindari deformasi elastis yang diluar batas yang akan mengakibatkan perubahan bentuk
atau deformasi plastis.

2.3.1 Perancangan Sistem Konstruksi


Sistem penggadingan kapal dibagi menjadi tiga yaitu sistem penggadingan melintang,
sistem penggadingan memanjang, dan sistem penggadingan campuran. Pada konstruksi
bagian sisi lebih baik menggunakan konstruksi melintang dan pada bagian bottom & dek
lebih baik menggunakan konstruksi memanjang. Pada perancangan sistem konstruksi fish
processing vessel mengkaji dua sistem konstruksi.
2.3.2 Permodelan Menggunakan FE
Finite Element Method (FEM) adalah prosedur numeris yang dapat dipakai untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang rekayasa (engineering) seperti saat ini yaitu
analisis tegangan pada stuktur. Pada permodelan FEM, intinya adalah membagi suatu beda
yang akan dianalisis, menjadi beberapa jumlah bagian hingga (finite) atau yang sering disebut
sebuah elemen atau yang dapat disebut meshing. Dalam permodelan FEM meliputi properti
material, ukuran mesh, tipe mesh, boundary condition, dan ukuran model.

Gambar 2.6 Pemodelan Menggunakan Finite Element Method

2.3.3 Analisis Respon Struktur


Setelah dilakukan perancangan sistem konstruksi, dilakukan analisis respon struktur
suntuk mendapatkan nilai deformasi dan tegangan menggunakan pembebanan statis dengan
beban internal (LWT+DWT) kapal pada saat keadaan full loaded, momen lentur, dan tekanan
hidrostatis berupa kondisi gelombang air tenang, sagging, dan hogging dengan tinggi
gelombang 4 meter.
2.3.4 Analisis Kekuatan Batas
Pembebanan yang diaplikasikan pada metode NLFEA (Non linear finite elemen
analysis) menggunakan proses peningkatan beban dan menggunakan dua jenis kontrol beban
yaitu kontrol kelengkungan menggunakan rigid-link pada kedua sisi ujung model dan kontrol
momen lentur untuk mendapatkan nilai momen lentur maksimum kapal. Ultimate strength
13
dapat ditentukan dengan memfokuskan perhatian pada kondisi akhir kegagalan struktur hull
girder akibat bending. Kegagalan struktur mempertimbangkan hasil dari tegangan dengan
buckling pada bagian yang diberi kompresi. Karakteristik elastik & plastik pada struktur
dihitung dan dipertimbangkan untuk mendapatkan nilai ultimate strength.
2.3.5 Boundary Condition
Asumsi boundary condition yang diambil harus mendukung sesuai dengan keadaan
real, sehingga didapat kemiripan kondisi yang semirip mungkin dan dicocokkan dengan
temuan dilapangan. Geometri yang sudah terbentuk element diberikan boundary condition
untuk sebuah finite element analysis.

Hasil :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kedua variasi sistem konstruksi yang
dirancang memenuhi kriteria minimum section modulus LR Rules. Pada perhitungan massa
sistem konstruksi hullform yang dimodelkan, masa sistem konstruksi variasi II memiliki
massa 8.851 ton atau 0.91% lebih ringan dibanding dengan sistem konstruksi variasi I. Pada
hasil analisis respon struktur, tegangan yang terjadi pada kedua sistem konstruksi masih
memenuhi persyaratan tegangan yang diatur dalam LR Rules. Dengan hasil tegangan yang
terjadi pada sistem konstruksi variasi II lebih kecil dibanding dengan sistem konstruksi
variasi I dengan presentase 0.15% pada air tenang, 2.87% pada kodisi sagging, dan 4.16 %
pada kondisi hogging.

Kelebihan: Pemilihan diksi sangat pas, sehingga pembaca mudah memahami maksud atau isi
dari jurnal tersebut.
Kelemahan: Terlalu banyak data perhitungan.

14
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari tiga buah jurnal yang menjadi sumber data dalam penulisan makalah
ini, yakni :
a. Kekuatan Batas Lambung Kapal dalam Menahan Momen Lentur Vertikal
b. Efek Penambahan Panjang Terhadap Kekuatan Struktur Konstruksi Alas Ganda Kapal
Roro, dan
c. Perancangan Sistem Konstruksi dan Analisa Kekuatan Fish Processing Vessel dengan
Bentuk Lambung Catamaran pada Perairan Indonesia
dapat disimpulkan bahwa, menurut saya jurnal ke-3 (Perancangan Sistem Konstruksi dan
Analisa Kekuatan Fish Processing Vessel dengan Bentuk Lambung Catamaran pada Perairan
Indonesia) adalah jurnal yang terbaik dibandingkan dua jurnal lainnya.

Selain memiliki judul yang unik dan inspiratif, jurmal ini menyajikan pembahasan
yang mudah dipahami dengan bahasa yang lugas serta komunikatif.

3.2 Saran
Saya selaku penulis, menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, terdapat banyak
sekali kekurangan. Oleh karenanya, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, agara ke depannya bisa lebih baik lagi daripada sebelumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Azhar Aras; Sipetu, Ganding; Alie, Muhammad Zubair Muis. 2018.
Kekuatan Batas Lambung Kapal dalam Menahan Momen Lentur Vertikal. Universitas
Hasanuddin. Vol 22 No 1.

Mufidah, Amanatu; Nugroho, Priyambodo Nur Ardi, S.T., M.T., Ph.D.; Karyono, Tri,
S.T., M.T.. 2020. Efek Penambahan Panjang Terhadap Kekuatan Struktur Konstruksi Alas
Ganda Kapal Roro. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Vol 3 No 1.

Nurazim, Muhammad; Zakki, Ahmad Fauzan; Arswendo, Berlian. 2021. Studi


Perancangan Sistem Konstruksi dan Analisa Kekuatan Fish Processing Vessel dengan Bentuk
Lambung Catamaran pada Perairan Indonesia. Universitas Diponegoro. Vol 9 No 1.

16

Anda mungkin juga menyukai