MINI RISET 1
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga makalah “ANALISA TINJAU
KEKUTAN BALOK BAJA PADA RUANG BANGUNAN KANTIN FISIP
UMSU” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam dimohonkan ke hadirat Allah
SWT yang telah membimbing umat manusia dari berbagai permasalahan menuju
kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dasar-dasar metode elemen
hingga, dengan tujuan meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para
mahasiswa atau mahasiswi.
Makalah ini berusaha kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan dan
kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi pembuatan makalah
berikutnya.
Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tak retak dan tidak ada istilah
final dalam ilmu, maka saya menyadari bahwa makalah ini bukan karya yang
final. Oleh karena itu dengan segala senang hati, kritik dan saran serta pandangan
dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai pembuat makalah ini berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dalam mencapai suatu tujuan yang diharapan. Amin.
Penulis, dkk..
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................ 6
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................ 6
BAB II ................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7
2.1 Umum ........................................................................................................ 7
2.2 Pengertian Baja .......................................................................................... 7
2.3. Keunggulan Baja Sebagai Material Konstruksi .......................................... 8
2.4 Kelemahan baja sebagai material konstruksi ............................................... 8
2.5 Sifat-sifat mekanik baja .............................................................................. 9
2.6 Tegangan Multiaksial ................................................................................. 9
2.7 Kriteria leleh (Huber-von Mises Hencky) ................................................. 10
2.9 Hubungan Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja........................ 10
2.8 Displacement (Lendutan) ......................................................................... 11
2.10 Profil Wide Flange ................................................................................. 11
BAB III.............................................................................................................. 13
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 13
3.1 LOKASI DAN WAKTUPENELITIAN.................................................... 13
3.2 CARA PENGAMBILAN DATA ............................................................. 13
BAB IV ............................................................................................................. 15
HASIL PENELITIAN........................................................................................ 15
4.1 DESKRIPSI PENELITIAN ...................................................................... 15
4.2 ANALISA PERHITUNGAN PROFIL BAJA ........................................... 16
BAB V............................................................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 21
5.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 21
5.2 SARAN ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR
Gambar 2.9 Profil Baja wide flange ................................................................... 12
Gambar 3.1 Pengukuran balok profil Baja .......................................................... 13
Gambar 3.2 ........................................................................................................ 14
Gambar 3.3 ........................................................................................................ 14
TABEL
Tabel 2.5 Sifat-siifat mekanis baja struktural ........................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti
beban mati dan beban hidup (Rachmawaty Asri, 2014). Beberapa material balok
yang umumnya digunakan pada proses konstruksi di lapangan salah satunya adalah
material baja. Profil baja umum digunakan sebagai elemen struktur pada sebuah
bangunan, terutama untuk bangunan bentang lebar. Baja memiliki kekuatan yang
tinggi, sehingga struktur yang terbuat dari baja pada umumnya mempunyai ukuran
penampang yang relatif kecil dan proses pengerjaannya relatif lebih cepat.
Terdapat beragam jenis tumpuan balok, salah satunya adalah balok sendirol.
Balok sendi-rol merupakan balok yang ujungnya berupa tumpuan sendi dan ujung
lainya berupa rol.
Namun kekuatan baja akan berkurang bila pembebanan yang diberi lebih besar
dari pada kekuatan nominal baja yang dapat ditopang oleh baja. Hal ini dipengaruhi
karena adanya nilai Displacement dan tegangan yang besar diakibatkan
pembebanan pada balok.
Pada penelitian ini, diusulkan penelitian tentang studi mengenai balok sendi-
rol yang menggunakan profil IWF dengan menggunakan program ABAQUS 6.14.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat diambil perumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana hubungan pembebanan dengan Displacement ?
2. Berapa tegangan maksimum yang dapat ditopang oleh balok profil baja ?
3. Bagaimana cara mengoperasikan program pemodelan ABAQUS 6.14 dalam
melakukan uji numerik pada pembebanan balok ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Bagaimana hubungan pembebanan dengan Displacement
2. Mengetahui Berapa tegangan maksimum yang dapat ditopang oleh balok profil
baja
3. Mengetahui cara mengoperasikan program pemodelan ABAQUS 6.14 dalam
melakukan uji numerik pada pembebanan balok
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Bertambahnya pengetahuan tentang pembebanan balok prrofil baja serta
pemodelan menggunakan program ABAQUS 6.14.
2.Mengetahui cara perhitungan metode elemen hingga (Finite element method)
sebagai aplikasi pada penelitian.
3.Memberikan pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
teknik sipil terutama dalam merencanakan struktur balok baja.
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka analisa penelitian ini dibatasi pada :
1. Profil baja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ukuran profil WF
250x250x9x14 mm dengan mutu leleh baja (fy) adalah 250 MPa.
2. Bentang balok yang digunakan adalah sepanjang 4,5 meter.
3. Jenis pembebanan berupa beban terpusat di tengah bentang balok, dan beban
terbagi merata disepanjang balok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang penting. Sifat-sifatnya yang
terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah mempunyai kekuatan yang
tinggi, dibandingkan terhadap bahan yang lain yang tersedia, dan sifat keliatannya.
Keliatan (ductility) adalah kemampuan untuk berdeforasi secara nyata baik dalam
tegangan maupun kompresi sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1984). Salah satu
kegagalan yang terjadi dalam struktur balok adalah tekuk torsi lateral. Tekuk torsi
lateral merupakan kondisi batas yang dapat menentukan kuat lentur nominal yang
perlu di perhitungkan pada perencanaan balok.
2.2 Pengertian Baja
Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja
karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari
baja tersebut seperti tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM
A6/A6M.
A. Baja karbon Baja karbon dibagi menjadi tiga katagori tergantung dari persentase
kandungan karbonnya, yaitu : baja karbon rendah (C = 0,03-0,35 %), baja karbon
medium (C = 0,35-0,50%), dan baja karbon tinggi (C = 0,55-1,70%). Baja yang
sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya BJ 37.
B. Baja paduan rendah mutu tinggi Yang termasuk dalam katagori baja paduan
rendah mutu tinggi (highstrength low-alloy steel/HSLA) mempunyai tegangan
leleh berkisar antara 290-550 MPa dengan tegangan putus (fu) antara 415-700
MPa.
C. Baja paduan Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan
untuk memperoleh tegangan leleh antara 550-760 MPa. Tegangan leleh dari baja
paduan biasanya ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat timbul regangan
permanen sebesar 0,2%, atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada saat
regangan mencapai 0,5% (Setiawan, 2008).
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar
antara 0,2% hingga 2,1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena
berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan
cangkul. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah titanium,
krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten (wolfram). Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan teriknya (tensile strength),
namun disisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletan
(ductility).
2.3. Keunggulan Baja Sebagai Material Konstruksi
A. Kekuatan Tinggi (High Strength)
Baja struktural umumnya mempunyai daya tarikan (tensile strength) antara
400 S/D 900 MPa. Hal ini sangat berguna untuk di pakai pada struktur-struktur
yang memiliki bentang Panjang dan struktur pada tanah lunak.
B. Elastisitas (Elasticity)
Baja mendekati prilaku seperti asumsi yang direncanakan oleh perencana,
karena mengikuti hukum Hooke, walaupun mencapai tegangan yang cukup
tinggi. Modulus elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan.
C. Daktalitas (Ductility)
Daktalitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan
deformasi inelastic bolak-balik berulang di luar batas titik leleh pertama, sambal
mempertahankan sejumlah besar kemampuannya daya dukung bebannya.
Manfaat daktilitas ini bagi kinerja structural adalah pada saat baja mengalami
pembebanan yang melebihi kekuatannya , baja tidak langsung hancur tapi
akanmeregang sampai batas daktilitas. Demikian juga pada beban siklik,
daktilitas yang tinggi menyebabkan baja dapat menyerap energi yang besar.
D. Keseragaman (Uniformity)
Sifat- sifat baja tidak berubah karena waktu. Hampir seluru bagian baja
memiliki sifat- sifat yang sama sehingga menjamin kekuatan nya.
E. Kuat Patah/Retak (Fracture Toughness)
Baja adalah material yang sangat ulet sehingga dapat memikul beban yang
berulan-ulang. Komponen struktur baja yang di bebani sampai mengalami
deformasi besar, masi mampu menahan gaya-gaya yang cukup besar tanpa
mengalami faktur. Keuletan ini dibutuhkan jika terjadi konsentrasi tegangan
walaupun tegangan yang masih di bawah batas yang diizinkan. Pada bahan yang
tidak memiliki keuletan yang tinggi, keruntuhan dapat terjadi pada tegangan
yang rendah dan akan bersifat getas (keruntuhan secara langsung).
2.4 Kelemahan baja sebagai material konstruksi
A. biaya perawatan (Maintenace cost)
Baja biasa berkarat karena berhubungan dengan air dan udara. Oleh sebab
itu, baja harus di catat secara berkala.
B. Biaya penahan api ( Fire proofing cost)
Kekuatan baja dapat turu drastic pada temperature tinggi.
C. Kelelahan (Fatigue)
Kelelahan pada baja tidak selalu dimulai dengan yielding (leleh) atau
deformasi yang sangat besar, tetapi dapat juga disebabkan beban siklik ataupun
pembebanan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Kejadian ini
sering terjadi dengan adanya konsentrasi tegangan karena adanya lubang.
D. Rekah kerapuhan
Struktur baja ada kalanya tiba-tiba runtuh tanpa menunjukkan tanda- tanda
deformasi yang membesar. Kegagalan ini sangat berbahaya dan harus dihindari.
Berbeda dengan kelelahan, rekah kerapuhan disebabkan oleh beban statik.
2.5 Sifat-sifat mekanik baja
Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli struktur
harus memahami pula sifat-sifat mekanik dari baja. Model pengujian yang paling
tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja adalah dengan
melakukan uji tarik terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan
data yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan
beberapa hal antara lain adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidaksetabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi
didalam benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Dalam
perencanaan struktut baja, SNI 03-1729-2015 mengambil beberapa sifat mekanik
dari material baja yang sama yaitu : Modulus Elastisitas, E = 200.000 Mpa Angka
poisson, μ = 0,30 Density baja = 7850 kg/mm3 Sedangkan berdasarkan tegangan
leleh dan tegangan putusnya, SNI 03- 1729-2002 mengklasifikasikan mutu dari
material baja menjadi 5 kelas mutu sebagai berikut :
Tabel 2.5 Sifat-siifat mekanis baja struktural
Jenis Tegangan Putus Tegangan Leleh Regangan
Baja Minimum Minimum Minimum
ƒᵤ (MPa) ƒᵧ (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : Perencanaan Struktur Baja dengan Medode LRFD
2.6 Tegangan Multiaksial
Untuk tiap kondisi tegangan multiaksial, diperlukan definisi leleh yang jelas.
Definisi ini dinamakan kondisi leleh (atau teori keruntuhan) yang merupakan suatu
persamaan interaksi antara tegangan-tegangan yang bekerja.
2.7 Kriteria leleh (Huber-von Mises Hencky)
Kriteria leleh untuk kondisi tegangan triaksial menurut Huber-Von Mises-
Hencky adalah :
σe 2 = [(σ1 – σ2) 2 + (σ2 – σ3) 2 + (σ3 – σ1) 2 ] ≤ ƒ 2𝑦 ................................. (3.1)
Dengan σ1, σ2, σ3 adalah merupakan tegangan-tegangan utama, sedangkan σe
adalah tegangan efektif. Dalam banyak perencanaan struktur σ3 mendekati nol atau
cukup kecil sehingga dapat diabaikan (Setiawan, 2008).
2.9 Hubungan Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja
𝑓𝑒 : Batas elastis
𝑓𝑦𝑢′ 𝑓𝑦 : Tegangan leleh atas dan bawah
𝑓𝑢 : Tegangan putus
𝑠ℎ : Regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan)
𝑢 : Regangan saat tercapainya tegangan putus
Titik-titik penting ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah
sebagi berikut :
Daerah linear antara 0 dan 𝑓𝑝′ dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke, kemiringan
dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus elastisitas atau Modulus
Young.
E (= ƒ/ ) ............................................................................................. ( 3.2)
Daerah elastis antara 0 dan 𝑓𝑒 pada daerah ini jika beban dihilangkan maka
benda uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan baha benda uji tersebut
masih bersifat elastis Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga
1,2-1,5%, pada bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan
sebesar 𝑓𝑦 . Daerah ini dapat menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja
tersebut. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini
tegangan masih mengalami kenaikan. Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai
daerah plastis yang benar-benar datar sehingga tak dapat dipakai dalam analisa
plastis. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara 𝑠ℎ dan . Untuk
regangan lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan
kembali mengalami kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada
kemiringan daerah elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan
(strain-hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus. Kemiringan
daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan (Est) (Setiawan, 2008).
2.8 Displacement (Lendutan)
Lendutan adalah peralihan dalam arah y dari sembarang titik di sumbu balok.
Bila sebuah balok dibebani maka sumbu longitudinal yang semula lurus akan
berubah menjadi kurva yang disebut kurva lendutan dari balok. Dalam perencanaan
bangunan, dimana biasanya ada batas maksimum untuk lendutan, karena lendutan
yang besar akan mengakibatkan penampilan yang jelek dan struktur yang terlalu
lemas.
2.10 Profil Wide Flange
Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I yang dihasilkan dari
proses canai panas (Hot rolling mill). Profil-I merupakan profil yang paling umum
dan efisien digunakan untuk balok dari segi kekuatannya terhadap momen lentur.
Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B), tebal
badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan
penjelasan seperti pada Gambar 1.
Gambar 3.3
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di lokasi yang telah ditentukan oleh dosen, yaitu yang
berlokasikan di dalam areal kampus UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATREA UTARA. Kantin FISIP dekat lapangan futsal.
:
4,5
14
9
250 222
14
250
c. Properti Penampang :
Luas Penampang ;
𝐴 = (250 × 14 × 2) + (9 × (250 − 14 − 14)
= 8998 𝑚𝑚2
Inersia pada sb. X
1
𝐼𝑥 = (𝑏(𝑑 3 − ℎ3 ) + (𝑡𝑤. ℎ3 ))
12
1
= (125(2503 − 2223 ) + (9. 2223 ))
12
= 56996952,66 𝑚𝑚4 ≈ 5699,6 𝑐𝑚4
Jari-jari Inersia
𝐼𝑥 5,69 × 107
√
𝑟𝑥 = ( ) = √( ) = 79,58 𝑚𝑚
𝐴 8998
Modulus Elastisitas
𝐸 = 200.000 𝑀𝑃𝑎
Badan (Web) :
ℎ 250−2.14
λ = 𝑡𝑤 = = 24,66
9
𝐸 200.000
λp = 3,76 × √𝑓𝑦 = 3,76 × √ = 106,34
250
𝐼𝑦 3,64 × 107
√
𝑟𝑥 = ( ) = √( ) = 63,66 𝑚𝑚
𝐴 8998
𝐸 200.000
𝐿𝑝 = 1,76 × 𝑟𝑦 × √ = 1,76 × 63,66 × √
𝑓𝑦 250
= 3169,01 𝑚𝑚 ≈ 3,16 𝑚
Panjang batang pengaruh tegangan residu :
𝐸 𝐽. 𝑐 𝐽. 𝑐 2 0,7𝑓𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95 × 𝑟𝑡𝑠 × ×√ + √( ) + 6,76 × ( )
0,7. 𝑓𝑦 𝑆𝑥. ℎ𝑜 𝑆𝑥. ℎ𝑜 𝐸
𝐸 200.000
= 0,7 × 250 = 1142,85
0,7𝑓𝑦
𝐽.𝑐 513952,33
= = 9,67
𝑆𝑥.ℎ𝑜 227980000 × 233
𝐸 𝐽. 𝑐 𝐽. 𝑐 2 0,7𝑓𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95 × 𝑟𝑡𝑠 × ×√ + √( ) + 6,76 × ( )
0,7. 𝑓𝑦 𝑆𝑥. ℎ𝑜 𝑆𝑥. ℎ𝑜 𝐸
= 42240,52 𝑚𝑚 ≈ 42,24 𝑚
Dikarenakan
𝐿𝑝 = 3,16 𝑚 < 𝐿𝑏 = 𝐿 = 4,5 𝑚 < 𝐿𝑟 = 42,24 𝑚
Maka :
𝐿𝑏 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 × [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0,7𝑓𝑦𝑆𝑥) × ] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Adapun :
12,5. 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏 =
2,5. 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3. 𝑀𝐴 + 4. 𝑀𝑏 + 3. 𝑀𝑐
Dimana,:
5.1 KESIMPULAN
Dari penelitian ini didapat beberapa kesimpulan yaitu:
a. Profil baja yang digunakan pada Ruang Tunggu Biro
Administrasi Keuangan Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara adalah profil baja WF 250×250×9×14
dengan kuat mutu baja BJ-41.
b. Pembebanan yang terjadi pada profil baja Bangunan kantin
FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara beban
ultimate nya sebesar 8,84 kN/𝑚2 . Dengan beban matinya
sebesar 4.7 kN/m dan beban hidupnya sebesar 2
5.2 SARAN
Diharapkan penulis lebih teliti dalam mengukur dan
menghitung dimensi profil baja. Dan semoga dengan
penulisan penelitian ini dapat menambah wawasanterkait
ilmu dan perhitungan baja.
DAFTAR PUSTAKA