PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Zufarizky Abayomi 2201841015
Pembimbing Skripsi:
Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng.
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Zufarizky Abayomi 2201841015
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
Zufarizky Abayomi
2201841015
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Koordinator Skripsi
Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng. Dr. Ir. Juliastuti, M.T.
D2940 D1722
Mengetahui,
Zufarizky Abayomi
2201841015
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 2
1.5 Hipotesa Penelitian .......................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................................... 1
2.1 Definisi Pantai.................................................................................................. 1
2.1.1 Struktur Pelindung Pantai ................................................................. 2
2.2 Definisi Likuifaksi ........................................................................................... 4
2.2.1 Proses Terjadinya Li quifaksi ........................................................... 5
2.3 Gelombang ....................................................................................................... 6
2.4 Pemecah Gelombang ....................................................................................... 6
2.4.1 Pemecah Gelombang Sisi Miring ..................................................... 7
2.5 Fluktuasi Muka Air Laut .................................................................................. 7
2.5.1 Pasang Surut ..................................................................................... 7
2.6 Stabilitas dan Dimensi Batu Lapis Pelindung Hudson .................................... 9
2.7 Stabilitas dengan Formula Van der Meer ...................................................... 12
2.8 Dasar Jurnal Penelitian Terdahulu ................................................................. 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 16
3.1 Pendahuluan ................................................................................................... 16
3.1.1 Penentuan Lay-out dan Tipe Breakwater ........................................ 17
3.1.2 Simulasi Model Menggunakan Finite Element Software PLAXIS
2D.................................................................................................... 17
3.2 Data Tes Tanah (Geoteknik) .......................................................................... 18
19
3.3 Tahap Penelitian ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 21
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Definisi dan batasan pantai ....................................................................... 1
Gambar 2. 2 Sketsa Profil Melintang contoh Revertment Blok Kubus Beton ............. 3
Gambar 2. 3 Pemecah Gelombang Sisi Miring ............................................................ 3
Gambar 2. 4 Giant Sand Containers (GSC) ................................................................. 4
Gambar 2. 5 Proses Terjadinya Likuifaksi ................................................................... 5
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Road map penelitian terdahulu .................................................................. 14
x
xi
xii
1BAB 1
PENDAHULUAN
2
3. Pemecah gelombang yang bertipe rubble mound breakwater sisi miring non
overtopping;
4. Pemecah gelombang yang berada di Pantai Sanur;
5. Hidrodinamika gelombang dan arus serta kondisi tanah timbunan dan dasar
telah ditentukan;
LANDASAN TEORI
1. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi langsung oleh air
pasang tertinggi dan air surut terendah.
2. Pesisir adalah daerah di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut dan rembesan air laut. Jadi daerah pesisir jauh lebih
luas dari pantai.
3. Daerah daratan adalah daerah yang dimulai dari garis pasang tertinggi ke arah
darat.
4. Daerah lautan adalah daerah yang dimulai dari sisi laut pada garis surut
terendah ke arah laut, termasuk dasar lautan dan bagian bumi di bawahnya.
5. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut dimana
posisinya dapat berubah sesuai dengan pasang air laut dan akibat erosi pantai
Apabila ditinjau dari garis pantai ,maka wilayah pesisir memiliki dua macam
batas dan arah. Pertama, batas dan arah yang sejajar garis pantai (longshore). kedua,
batas dan arah yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore). sdf
2
Gambar 2. 2 Sketsa Profil Melintang contoh Revertment Blok Kubus Beton
2. Breakwater
Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk
melindungi daerah perairan dari gangguan gelombang. Pemecah
gelombang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang
sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama digunakan untuk
perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
perlindungan pantai terhadap erosi (Triatmodjo, 2008).
4. Groin
Groin/groyne adalah struktur hidrolik kaku yang dibangun dari pantai
(dalam rekayasa pantai) atau dari ambang sungai yang menahan aliran air
dan membatasi pergerakan sedimen. Tujuan pembuatan groin adalah
untuk mengurangi laju angkutan sedimen sejajar pantai. Kelemahan groin
adalah erosi yang sering terjadi di sebelah hilirnya (down drift) arah laut
lepas. Bentuk groin bisa berbentuk I, T, atau L. Groin merupakan
bangunan pengendali sedimen yang ditempatkan menjorok dari pantai ke
arah laut.
4
dalam waktu singkat ini, tanah kehilangan banyak kekuatan atau kekakuannya
sehingga tidak dapat menopang
2.3 Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Diantaranya adalah:
a) gelombang angin yang diakibatkan oleh tiupan angin di permukaan laut
b) gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda – benda
langit terutama matahari dan bulan,
c) gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di
laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya.
Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat mempengaruhi profil
pantai. Selain itu gelombang juga menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam
arah tegak lurus maupun sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya – gaya yang
bekerja pada bangunan pantai.
Pada umumnya bentuk gelombang yang di alam adalah sangat kompleks dan
sulit digambarkan secara matematis. Ada beberapa teori yang menggambarkan
gelombang linier atau teori gelombang amplitudo kecil yang pertama kali
dikemukakan oleh Airy pada tahun 1845 (Bambang Triatmodjo, 2016)
6
2.4.1 Pemecah Gelombang Sisi Miring
Bangunan sisi miring terbuat dari tumpukan batu yang disusun dalam
beberapa lapis dengan ukuran batu tertentu, sehingga menjadi sebuah lapisan yang
berfungsi sebagai saringan bagi lapisan di bawahnya. Seperti pada gambar berikut,
pemecah gelombang terbuka kearah laut pada satu sisi, sedangkan sisi lainnya
berada di daerah terlindung. Pemecah gelombang terdiri dari beberapa lapis berikut
ini :
a. Lapisan pelindung utama (primary cover layer), lapis paling luar yang
menerima langsung serangan gelombang. Berat unit lapis lindung harus
cukup besar sehingga stabil terhadap hantaman gelombang.
b. Lapis pelindung sekunder (secondary cover layer), lapis paling luar yang
berada pada elevasi di bawah lapis pelindung utama. Berat unit lapis
lindung lebih kecil daripada lapis lindung utama.
c. Lapis bawah pertama (first underlayer), lapis disebelah dalam dari lapis
lindung utama dan sekunder.
d. Lapis bawah kedua (second underlayer), lapis disebelah dalam dari lapis
bawah kedua.
e. Inti (core), bagian paling dalam dari pemecah gelombang.
f. Bedding layer, lapis yang merupakan alas untuk timbunan batu di atasnya.
g. Pelindung tumit, yang berfungsi untuk melindungi gerusan pada kaki
bangunan.
8
2.6 Stabilitas dan Dimensi Batu Lapis Pelindung Hudson
Untuk memodelkan stabilitas pemecah gelombang, digunakanlah Hudson’s
Formula sebagai pedoman dalam permodelan pemecah gelombang. Berat buti batu
pelindung penentuannya dapat dihitung dengan rumus Hudson.
𝛾𝑟 𝐻 3
𝑊=
𝐾𝐷 (𝑆𝑟 − 1)3 𝑐𝑜𝑡𝜃
𝛾𝑟
𝑆𝛾 =
𝛾𝑎
dengan:
W : Berat butir batu pelindung;
𝛾𝑟 : Berat jenis batu;
𝛾𝑎 : Berat jenis air laut;
H : Tinggi Gelombang rencana;
𝛩 : Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang;
𝐾𝐷 : Koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung.
Persamaan (1) menetukan berat butir batu pelindung dengan ukuran
yang hamper seragam. Untuk batu dengan ukuran yang tidak seragam (Graded
riprap), Hudson dan Jackson 162 (dalam SPM, 1984) telah memodifikasikan
persamaan tersebut menjadi:
𝛾𝑟 𝐻 3
𝑊50 =
𝐾𝑅𝑅 (𝑆𝑟 − 1)3 𝑐𝑜𝑡𝜃
(Graded riprap) biasanya lebih banyak digunakan untuk revetment.
Batasan pemakaiannya adalah tinggi gelombang rencana kurang dari 1,5m. Jika
ukuran lapis pelindung pertama sebesar (W), maka kaki dan lapisan bawah pertama
adalah (W/10), lapisan bawah kedua (W/200) dan lapisan inti (W/4000). Gambar
adalah tampang melintang pemecah gelombang yang mengalami serangan pemecah
gelombang pada satu sisi (sisi laut) (SPM, Vol. 2,1984).
Gambar Pemecah gelombang sisi miring dengan serangan gelombang pada
satu sisi
Tabel 1. Koefisien stabilitas 𝐾𝐷 untuk Berbagai Jenis Butir Waktu
Catatan :
n : jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung
10
*1 : penggunaan n=1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 : sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai nilai KD, Penggunaan KD
dibatasi pada kemiringan 1: 1.5 s/d 1 : 3
*3 : batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan
bangunan
Koefisien Stabilitas (KD) tergantung pada bentuk batu pelindung (batu alam
atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antara butir ,
keadaan pecahnya gelombang. Adapun nilai KD untuk berbagai bentuk batu
pelindung pada Tabel 1.
Elevasi puncak pemecah tergantung pada limpasan yang diijinkan. Terkadang
di puncak pemecah gelombang tumpukan batu dibuat dinding dan lapis beton yang
dicor ditempat. Lapisan beton ini mempunyai tiga fungsi yaitu memperkuat puncak
bangunan, menambah tinggi puncak bangunan dan sebagai jalan perawatan.Tebal
lapis pelindung dan jumlah butir batu setiap satu luasan diberikan oleh rumus berikut
ini:
1
𝑊 3
𝑡 = 𝑛. 𝑘𝛥 [ ]
𝛾𝑟
2
𝑃 𝛾𝑟 3
𝑁 = 𝐴. 𝑛. 𝑘𝛥 [1 − ][ ]
100 𝑊
Dengan :
t : tebal lapis pelindung;
N : jumlah lapis batu dalam lapis pelindung;
kΔ : koefisien lapis;
A : luas permukaan;
P : Porositas rata-rata;
N : Jumlah butir batu untuk satu luas permukaan A.
Nilai kΔ (Koefisien lapis) untuk berbagai bentuk batu pelindung dapat dilihat
di tabel 2
Tabel 2. Koefisien lapis (KΔ)
Sedangkan untuk menentukan Angka Stabilitas (Ns), Formula Hudson
pada persamaan 3 dapat diturunkan sebagai berikut:
𝑊𝑎 1⁄3
𝐷𝑎 = ( )
𝛾𝑟
𝐻𝑑𝑒𝑠
𝑁𝑠 = = (𝐾𝐷 𝑐𝑜𝑡𝜃)1⁄3
𝛥𝑎 𝐷𝑎
Dengan :
𝑁𝑠 = Angka stabilitas;
𝐷𝑎 = Ukuran Nominal batuan
𝐻𝑑𝑒𝑠 = Tinggi gelombang desain
𝛥𝑎 = Massa jenis relative / (Sr-1)
12
𝐴𝑒
𝑆𝑎 =
𝐷𝑎 2
𝑡𝑎𝑛𝜃
𝜉𝑚 =
√𝑆𝑚
𝐻𝑠 2𝜋𝐻𝑠
𝑆𝑚 = =
𝐿0,𝑚 𝑔𝑇𝑚2
Dengan:
Pb = Porositas Breakwater
Nw = Paratemer untuk mempertimbangkan bahwa kondisi tercapai berkali-
kali selama umur rencana struktur
Ae = Area erosi di profil pemecah gelombang
𝜉𝑚 = Parameter surf similitary
Sm = Armor damage
Van der Meer menyarankan bahwa nilai Pb = 0,1 untuk lapisan armor di atas
lapisan kedap, Pb = 0,4 untuk armor di atas coarse core, dan Pb = 0,6 untuk struktur
yang seluruhnya dari batu armor. Sedangkan untuk nilai Sa = 2 untuk zero damage.
Struktur yang gagal biasanya didefinikasikan sebagai titik saat lapisan sekunder tidak
terlindungi, Sa=15. Dasarnya, persamaan surging digunakan hanya pada saat
gelombang yang sangat datar. Sejak Van der Meer menggunakan Hs sebagai tinggi
gelombang deasinnya, Nw hanyalah Parameter untuk mempertimbangkan bahwa
kondisi desain tercapai berkali-kali selama umur rencana struktur. Dalam kasus ini
nilai Nw yang disarankan antara 1000-7500.
Untuk angka stabilitas armor beton yang telah dia lakukan percobaan,
Van der Meer memberikan persamaan lain dari pada persamaan 8 atau 9. Tes
dilakukan dengan batas = 1,5 dengan keadaan zero damage.
𝐶
𝑁𝑠 = 𝐶1 𝑆𝑚2
Tabel 3. Koefisien Van Der Meer
2.8 Dasar Jurnal Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan tabel hasil penelitian dan metode yang digunakan
terdahulu:
Tabel 2. 1 Road map penelitian terdahulu
14
4 F. Model 2D Pancer, Kecepa Mela Metode Tekanan horizontal
Novico, Pengaruh Jawa tan kukan Elemen yang terjadi akibat
Sahudin Gaya Timur arus, Surve Terbatas kecepatan arus tidak
(2011) Horizontal tinggi i banyak menimbulkan
Arus Pada pemeca perubahan pada tubuh
Pemecah h pemecah gelombang,
Gelombang gelomb namun tetap saja
di Tepi ang dan memberikan
Pancer Jawa gaya perubahan untuk
Timur horizon posisi pemecah
tal gelombang itu sendiri.
5 Lucky Evaluasi Kabupat Kecepa Mem Metode Dengan Nilai
W. A., Pemecah en tan perole elemen stabilitas sebesar
Noor Gelombang Banyuw angin h data terbatas yaitu 2,63 > 2
S., (Breakwater) angi dan sekun , maka dengan nilai
Arief pada gelomb der tersebut, tanah
A. Pelabuhan ang dapat menahan
(2017) Perikanan beban yang ada
pada
breakwater
tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Berikut adalah pendekatan berupa diagram alir yang akan dilakukan pada
penelitian ini:
16
3.1.1 Penentuan Lay-out dan Tipe Breakwater
18
Gambar 3. 4 Data Bore Log di Laut
20
DAFTAR PUSTAKA
Hakam, A., & Darjanto, H. (2013). Penelusuran Potensi Likuifaksi Pantai Padang
Berdasarkan Gradasi Butiran dan Tahanan Penetrasi Standar. Jurnal Teoretis
dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, XX(1).
Karima, D. A. (2017). Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk
Sumbreng, Kabupaten Trenggalek. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Putra, R. E. (2013). STUDI PERENCANAAN REVETMENT PADA PANTAI
RINDU ALAM DI KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN
SELATAN. JURNAL REKAYASA SIPIL, 1(1), 2337-7720.
Winanto, S. L., Kharisma, D., & Suharyanto. (2014). KAJIAN STRUKTUR
PENGAMAN PANTAI SIGANDU, BATANG. Jurnal Karya Teknik Sipil,
3(4), 1207 – 1221. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkts