KARYA REFERAT
Disusun oleh:
HUSNAN ABIYYU HARIS
16/395080/TK/44372
Dosen Pembimbing:
I Gde Budi Indrawan, S.T., M. Eng., Ph.D
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA REFERAT
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
referat ini tepat pada waktunya. Karya referat ini berjudul “Analisis Kestabilan
Lereng Clay shale pada Jalan” dan disusun guna memenuhi mata kuliah referat
serta sebagai pemenuhan salah satu syarat kurikulum wajib program studi strata 1
Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.
Selebihnya, tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, oleh sebab itu
penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam karya referat ini, yang masih
memerlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan untuk yang akan
datang. Akhir kata, semoga karya referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................................
SARI........................................................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
II.1 Pengertian....................................................................................................6
BAB IV.....................................................................................................................................
iv
IV.2 Continuum Modelling...............................................................................22
V.1.1 Pendahuluan..............................................................................................24
V.1.3 Kesimpulan................................................................................................28
V.2.1 Pendahuluan..............................................................................................30
V.2.3 Kesimpulan................................................................................................34
V.3 Land evolution and slope instability in the Bisaccia area, Southern
Apennines (L. Picarelli, G. Urciuoli, A. Mandolini, M. Ramondini, 2006)..............35
BAB VI KESIMPULAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar III 1 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan lemah berlumpur (Stead, 2015)....................20
Gambar III 2 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986)......................................................20
Gambar IV 1 Perkembangan pelunakan regangan yang berbeda-beda setiap bagian (after Sainsbury
and Sainsbury 2013)......................................................................................................22
Gambar V. 1 Kegagalan lereng pada lapisan embankment clay shale KM 97+500 (Irsyam et al., 2006)......30
Gambar V. 4 Hasil dari kestabilan lereng setelah pemasangan bored piles (SF>1,3).........................33
Gambar V. 5 Geological history of the Bisaccia hill according to Di Nocera et al. (1995)..................35
Gambar V. 6 Landslides in clay shale along steep slopes:(a) a deep slide affecting the hillslope; (b) a
vi
DAFTAR TABEL
Tabel III 1. Klasififikasi shales yang kompak dan tersementasi, Modifikasi Yagiz (2001)............................19
Tabel V. 1 Hasil Perbandingan Analisis Stabilitas Lereng (Syafiq dan Luluk, 2013)....................................26
vii
SARI
Kestabilan lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan
yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan
bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia, keamanan
peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat
dalam bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan,
bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan
lain-lain. Pada konstruksi jalan, umum dijumpai adanya tumpukan clay shale
dan sangat umum dijumpai di Indonesia. Clay shale memiliki peran penting
dalam stabilitas lereng, baik secara alami maupun direkayasa. Kompleksitas
terminologi dan klasifikasi clay shale pertama kali ditinjau diikuti dengan
kajian singkat dari pentingnya sifat fisik dan mekanik yang relevan dengan
stabilitas lereng serpih. Mekanisme stabilitas lereng serpih bervariasi serta
diuraikan dan kepentingannya disorot mengacu pada kegagalan lereng serpih
internasional seperti contoh pada bahu jalan. Oleh karena itu diperlukan
tinjauan stabilitas lereng menggunakan diantara metode-metode anilisis
kestabilan lereng yaitu meteode Fellenius, metode Bishop, maupun metode
kesetimbangan batas hingga mendapat nilai safety factor serta dilakukan
analisis lanjut menggunakan software seperti Plaxis.
viii
I
ix
BAB I
PENDAHULUAN
karena sifat dan karakteristik tanah maupun batuan sangat dipengaruhi oleh
material penyusun yang memiliki ikatan kuat sementara tanah terbentuk karena
lempung yang memiliki diameter lebih kecil dari 74 mikron meter. Tekstur
butir penyusunnya adalah partikel halus berukuran dari 0,001 – 0,1 mm.
seperti batu serpih (clay shale), batu lanau, batu lempung dan napal. Shale
yang semula merupakan batuan sedimen dapat menjadi tanah residual apabila
Leet (1971) juga mengemukakan bahwa “Clay shale sebagai material hasil
batuan sedimen pada kerak bumi”. Menurut cerita para pakar, material ini
1
sudah terkubur dan terpadatkan di dalam tanah selama ribuan tahun secara
alami.
Jika bertemu dengan jenis tanah ini, biasanya para ahli geoteknik akan
atasnya, dibandingkan dengan tanah jenis lainnya karena tanah ini akan mudah
sekali lapuk jika kondisi tanah aslinya menjadi terganggu. Terlebih lagi jika
daya dukung pondasi, kestabilan lereng kontruksi bawah tanah dan lain
(intermediate behavior) tanah dan batuan. Hal ini didukung oleh pernyataan
antara tanah dan batuan”. Hal ini yang menyebabkan clay shale mudah sekali
geoteknik.
2
Keberadaan clay shale sangat tidak stabil meskipun berada pada
lereng yang datar. Hal ini memunculkan banyak masalah geoteknik seperti
salah satu contohnya longsor yang terjadi pada Tol Cipularang KM.97 dimana
Karya referat dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Clay shale pada
jalan
Karya referat dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Clay shale pada
3
1.4 Manfaat Penulisan
dapat mengetahui bagaimana aplikasi dari analisis kestabilan lereng pada jalan
kondisi geologi pada dinding jalan yang tersusun atas clay shale.
sesuai dengan kondisi geologi yang ada dan juga dapat mengurangi kerugian
yang mengontrol.
analisis stabilitas lereng. Pada bagian clay shale membahas tentang pengertian
dan karakterisasi dari clay shale. Pada analisis stabilitas lereng membahas
4
5
BAB II
KESTABILAN LERENG
II.1 Pengertian
setempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah
setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis
yang beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam
pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu
akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik
gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
fatal. Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya
berada dalam keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam.
maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk mencapai keadaaan yang
baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa proses degradasi atau
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah
lereng.
asli tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi
dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah
7
dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam
pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat
fisik aslinya.
tersebut.
b. Data mekanika tanah a. Sudut geser dalam (ɸ) b. Bobot isi tanah atau
8
c. Faktor Luar = Getaran akibat kegiatan peledakan, beban alat mekanis
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah yang tidak
terganggu (Undisturb soil). Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama dalam
γdryatau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : γdry = γ wet / ( 1 + ω).
terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik
isi tanah, sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser batuan yang
dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam. Kekuatan
geser batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban
berat per volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan
air dalam batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu lereng
tambang maka gaya geser penyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot
isi diketahui dari pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk
analisa kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter yaitu nilai Bobot isi batuan
9
pada kondisi asli, kondisi kering dan Bobot isi pada kondisi basah.
b. Kohesi
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin
besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari
antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau
batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu
gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material
terhadapnya.
τnt = σn tan ϕ + c
Dimana :
σn = Tegangan Normal
C = Kohesi
10
Prinsip pengujian direct shear strength test atau juga dikenal dengan
shear box test adalah menggeser langsung contoh tanah atau batuan di
2. Struktur geologi
kestabilan lereng.
3. Geometri lereng
meliputi tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar (b), baik itu lereng
lereng disebut lereng tunggal (Single slope) jika dibentuk oleh satu jenjang
saja dan disebut keseluruhan (overall slope) jika dibentuk oleh beberapa
jenjang.
11
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah
longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis
batuan penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula dengan sudut
lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan
semakin tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng
basah dan batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini
5. Iklim
dingin, oleh karena itu singkapan batuan pada lereng di daerah tropis akan
lebih cepat lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng mudah tererosi dan
terjadi kelongsoran.
6. Gaya luar
adalah beban alat mekanis yang beroperasi diatas lereng, getaran yang
12
II.3 Klasifikasi Kelongsoran
dari suatu lereng dan juga struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut.
Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda, maka jenis longsorannya pun
Menurut Made Astawa Rai, Dr. Ir, (1998) longsoran pada kegiatan
dalamnya.
13
2. Longsoran Baji (wedge failure)
adalah adanya dua struktur geologi (dapat sama jenis atau berbeda jenis) yang
sebagai berikut :
a. Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus bidang diskontinyu
(i) lebih besar dari pada sudut geser dalam (ϕ) dan lebih kecil
Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang keras
mengguling ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan sudut bidang
gelincirnya.
alam, terutama pada tanah dan batuan yang telah mengalami pelapukan
sehingga hampir menyerupai tanah. Pada batuan yang keras longsoran busur
14
hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
yang rapuh atau lunak serta banyak mengandung bidang lemah, maupun pada
1. Metode Fellenius
kali oleh Fellenius (1936) bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel
Fellenius menganggap gaya –gaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri dari
sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang
15
bangunan di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan
2. Metode Bishop
Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga
titik pusat busur lingkaran bidang luncur. Tahap selanjutnya dalam proses
lereng yang kompleks atau yang terdiri dari banyak material yang berbeda,
merupakan perkalian antara tinggi h dan berat jenis tanah atau batuan (),
tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi muka air tanah dari
dasar elemen (hw) dan berat jenis air (w) dan kemudian lebar elemen (b).
16
dalam perhitungan.
mempunyai selisih lebih besar dari 0,001 terhadap faktor keamanan yang
perbedaan antara ke dua F kurang dari 0,001, dan F yang terakhir tersebut
adalah faktor keamanan yang paling tepat dari bidang longsor yang telah
dibuat.
= cinput / creduksi
dengan:
17
creduksi = kohesi tanah tereduksi (kN/m2)
18
BAB III
Clay shale
berukuran lempung (Yusuf, 2017). Kelongsoran pada tanah jenis clay shale
tersebut dapat terjadi sebelum kondisi jenuh total tercapai. Dalam rangka
sifat fisis lalu dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanis juga secara kimia.
Pengujian-pengujian sifat fisis yakni, pengujian berat isi, kadar air dan batas
Diffraction (XRD) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Variabel yang diuji
memiliki variasi nilai derajat kejenuhan yang didapat dari pengaturan nilai
koefisien β sebesar 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0 saat pengujian triaksial.
Selanjutnya, beberapa nilai sudut geser dalam dan kohesi yang diperoleh dari
19
kelongsoran. Penelitian ini juga menghasilkan grafik korelasi tingkat
Group Name Tabel III 1. Klasififikasi shales yang kompak dan tersementasi, Modifikasi Yagiz (2001)
Main Components
Compacted
Clayey Shale Contain 50% or more clay-sized particles, true clay mineral or clay-sized particles <0.002 mm
Shale
Silty Shale Contain 25-45% silt-sized particles, silt may be in thin layers between clayes-shale bonds
Sandy Shale Contain 25-45% silt-sized particles, sand may be in thin layers between clayey-shale bonds
Black Shale Contain organic-rich materials, split into thin semi-flexible sheets
Cemented
Calcareous Shale Contain 25-34% CaCo3 (marls and shaly chalks contain 35-60% CaCo3)
Shale
Siliceous Shale Contain 70-85% amorphous silica, often highly siliceous volcanic ash(quartzose shale and derital quartz)
Ferruginous Shale Contain 25-35% Fe2O3 (potassic shale contain 5-10% potash)
Carbonaceous Shale Carbonaceous materials 3-15%, tends to bond constituents together and impart certain degree of toughness
Clay Bended Shale Welded by recrystlization of clay minerals or other diagenetic bonds
Terdapat beberapa sifat keteknikan dari clay shale, dimana Bell (2000)
20
2. Kekuatan Geser, Celah dan Pelunakan
permukaan yang bercelah, tekanan air pori negatif, dan mengalami pelunakan.
puncak dan titik terendah kekuatan geser serta kerapuhan (Stead, 2015).
Gambar III 1 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan lemah berlumpur (Stead, 2015)
Gambar III 2 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986)Gambar III 3 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan
lemah berlumpur (Stead, 2015)
21
Gambar III 4 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986)
pengurangan kekuatan geser akibat pemotongan dan tektonisasi lapisan shale. Karena
sifatnya yang lunak, sering terjadi keretakan sepanjang sudut kecil hingga permukaan
bidang gesekan subhorizontal dengan tidak adanya kohesi residual dan sudut gesekan
rendah.
4. Komposisi
Clay shales tersusun atas lanau, lempung, mineral lempung, dan butiran
kuarsa (Stead, 2015). Umumnya berwarna abu-abu dan kadang berwarna berbeda di
kondisi tertentu. Shale yang berwarna hitam memiliki kandungan karbon lebih dari
mengandung besi besi oksida (hematit-merah), besi hidroksidda (goetit – hijau), dan
limonit (kuning).
oleh kaolinit, monmorilonit, dan ilit. Kemudian dari pembentukan ilite, juga
22
menghasilkan silika, sodium, kalsium, magnesium, besi, dan juga air. Unsur-unsur
yang dilepaskan ini akan membentuk kuarsa autigenik, rijang, kalsit, dolomit, ankerit,
hematit, dan albit, semuanya berasal dari mineral minor yang ditemukan di shale
23
BAB IV
batas kode ekuilibrium yang semakin penting dalam menganalisis lereng serpih
(Rocscience, 2014).
perkembangan kegagalan suatu lereng. Metode ini umum digunakan pada saat
Gambar IV 1 Perkembangan pelunakan regangan yang berbeda-beda setiap bagian (after Sainsbury and Sainsbury 2013)
24
IV.3 Discontinuum Modelling
25
BAB V
STUDI KASUS
V.1.1 Pendahuluan
geografi di berbagai tempat yang memiliki curah hujan tinggi serta struktur
geologi dan sifat rembesan tanah pada daerah setempat serta daerah potensi
iklim dan cuaca. Hal ini mengakibatkan terjadinya fissures dan pelapukan
dengan udara. Proses ini secara otomatis mengakibatkan turunnya kuat geser
Kelongsoran lereng bisa dipicu pula oleh masuknya air permukaan ke dalam
26
Proyek jalan tol Semarang – Solo paket VI merupakan salah satu
prioritas bagian program nasional pembangunan Jalan Tol Trans Jawa (Trans
Java Toll Road) bersama ruas jalan tol yang lain di Provinsi Jawa Tengah.
jaringan jalan nasional secara khusus di Jawa Tengah dan juga bagi
pembangunan jalan tol tersebut berpotensi longsor. Seperti yang terjadi pada
Sta. 22+700 s/d. 22+775. Sehingga perlu dicari solusi untuk mengatasi
masalah tersebut.
Dari hasil pengujian N-SPT diketahui bahwa tanah pada lapisan 2 dan
Degradation) dari kondisi awal tanah clay shale yang belum terekspose atau
dan kondisi Residual. Dalam proses analisis ini ada 3 (tiga) kondisi yang akan
tanah :
1. Kondisi Awal
3. Kondisi Residual
mengurangi kuat geser tanah clay shale pada lapisan 2 dan lapisan 4 pada
mengalami kelongsoran. Nilai parameter tanah dari ini juga akan digunakan
analisis metode elemen hingga pada software Plaxis V 8.2. maka hasilnya
angka keamanan seperti yang ditampilkan pada Tabel V.1, pada kondisi fully
PERENCANAAN KONSTRUKSI
28
Dari Tabel V.2 maka dapat dipilih solusi penanganan longsor dengan
Penanganan tersebut juga harus nilai safety factor (SF) yang memenuhi
dengan merubah geometri lereng dan memasang bored pile pada 2 elevasi yang
berbeda adalah yang paling tepat digunakan sebagai perkuatan lereng di lokasi
sebesar 1,433 nilai ini lebih besar dari yang disyaratkan 1,40.
mempunyai nilai N-SPT >50 sheet pile tidak akan bisa masuk ke
dalam tanah.
29
V.1.3 Kesimpulan
terjadi di proyek Jalan Tol Semarang-Solo Paket VI Sta. 22+700 s/d. 22+775
adalah:
22+700 s/d. 22+775 sebesar 0,875. Angka keamanan ini lebih kecil
bored pile.
30
dibandingkan SF minimal disyaratkan yaitu sebesar 1,4 sehingga
menerima beban
31
V.2 KEGAGALAN LERENG PADA TANAH CLAY SHALE KM 97 + 500
V.2.1 Pendahuluan
merupakan salah satu yang paling vital jalan raya di Indonesia yang
Bandung dan sekitarnya. Jalan tol tersebut dibangun pada tahun 2004 hingga
2005 dan sedang dibangun dibuka untuk angkutan umum pada Maret 2005.
Karena topografi dan geologis Syaratnya, jalan raya harus melewati perbukitan
dan lembah di atas serpih tanah liat jatiluhur Miosen Formasi Marl.
Gambar V. 1 Kegagalan lereng pada lapisan embankment clay shale KM 97+500 (Irsyam et al., 2006)
tanggul lereng pada clay shale lapisan. Rekaman indikator pemantauan lereng
adalah dari ujung tanggul sampai ke puncak tanggul pada median jalan raya.
32
Gambar V. 2 Hasil dari pengamatan indicator kelerengan (Irsyam, 2007)
Cipularang sudah bisa diduga yang disebabkan oleh penurunan kekuatan serpih
yang sesuai, prediksi yang tepat dari parameter kekuatan geser yang
terdegradasi clay shale menjadi sangat penting. Sayangnya, tidak ada uji
kegagalan kekuatan geser parameter clay shale pada kondisi rusak dapat
33
kegagalan. Analisis dilakukan dengan studi parametrik melalui analisis
dari clay shale. Kekuatan geser parameter clay shale yang menyebabkan
keamanan 1,0.
34
Sekelompok tiang bor dipilih sebagai solusi yang paling cocok untuk
lereng dalam ruang katup pembangkit listrik (Irsyam et al., 1999). Panjang
tiang bor harus dapat memotong bidang kegagalan dan ketahanan pasif tanah
ke tumpukan bor di bawah bidang kegagalan harus cukup besar untuk menahan
kegagalan.
keamanan dengan nilai lebih dari 1,3 dan kapasitas momen lentur kelompok
tiang bor adalah lebih dari yang dibutuhkan.Tiang pancang dibangun sekitar
bulan Oktober 2006. Saat musim hujan tahun lalu, sekitar November 2006
hingga Januari 2007, dengan beberapa kali hujan lebat, catatan indikator
35
Gambar V. 5 Hasil dari kestabilan lereng setelah pemasangan bored piles (SF>1,3)
V.2.3 Kesimpulan
besar disebabkan oleh PT adanya lapisan kekuatan geser rendah dari lempung
berlumpur dan serpih lempung lapuk. Parameter kuat geser yang dihitung balik
2. Sekelompok tiang bor dipilih sebagai solusi yang paling tepat untuk
beberapa hujan lebat berikut menunjukkan bahwa kelompok tiang bor efektif
36
V.3 Land evolution and slope instability in the Bisaccia area, Southern Apennines
37
Steep slopes in clay shale are subjected to either deep slides or
shallow mudslides. A couple of examples are shown in Fig. V.6. The first
photograph (Fig. V.6a) shows quite a deep slide along a flank of the Bisaccia
hill: the slide develops in grey clay shales, involving a brown conglomerate
block. The second photograph (Fig. V.6b) shows a shallow mudslide in grey
clay shales.
A B
39
BAB VI
KESIMPULAN
geoteknik di sekitar konstruksi jalan yang didominasi oleh clay shale melalui
b. Analisis kestabilan lereng clay shale pada bahu jalan dapat menentukan
40
DAFTAR PUSTAKA
Alhadar S., Asrida, L., Prabandiyani, S., Hardiyati, S., 2014, ANALISIS STABILITAS
LERENG PADA TANAH CLAY SHALE PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO
PAKET VI STA 22+700 SAMPAI STA 22+775, Paper, Jurnal Karya Teknik Sipil
V.3, No.2 pp 336-344
Bell,F.G., 2000, Engineering Properties of Soils and Rocks. Malden, MA, Blackwell
Sci., pp. 202-221.
Bishop, A.W., 1955, The Measurement of Soil in the Triaxial Test, Edward Arnold
Ltd. 2nd Ed
Bowless J. E, 1989, Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi
Kedua, Erlangga: Jakarta.
Di Nocera, S., Fenelli, G. B., Iaccarino, G., Pellegrino, A., Picarelli, L., and Urciuoli,
G., 1995, An example of the geotechnical implications of geological history,
in: Proc. 11th Europ. Conf. on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
“The interplay between Geotechnical Engineering and Engineering Geology”,
Copenhagen, 8, 39–48.
Fellenius, W., 1927, Erdstatische Berechnungen, Revised Edition, W. Ernst u. Sons,
Berlin.
Gartung, Erwin, 1986, Clay Geosynthetic Barries, A.A. Balkema Publisher.
Irsyam, M., Surono, A., Himawan, A. and Nugroho, A., 2006, Laporan Disain
Penanganan Kelongsoran Timbunan Badan Jalan KM 97+500 Tol
Cipularang, LAPI ITB-PT. JASA MARGA (persero).
Irsyam, M., Tami, D., Sadisun, I. A., Karyasuparta, S. R. and Tatang, A. H., 1999,
Solving landslide problem in shale cut slope in the construction of the Valve
Chamber of the Tulis Hydro Electric Power, Journal of ’99 Japan-Korea Joint
Symposium on Rock Engineering, ISSN 0917 - 2580, Fukuoka, Japan.
Lampitiello, S., Olivares, L., and Silvestri, F., 2001, Numerical simulation of seismic
and post-seismic response of Bisaccia hill, Proc. TC-4 satellite conf. on
“Lesson Learned from Recent Strong Earthquakes”, Istanbul.
Leet L.D., 1971, Physical Geology, New Jersey: Prentice Hall, Inc
Made Astawa Rai, Dr. Ir dan Anung Dri Prasetya, Ir., 1998, Kemantapan Lereng
Batuan, Kursus Pengawas Tambang.
Olivares, L. 1997, Caratterizzazione dell’argilla di Bisaccia in condizioni monotone,
cicliche e dinamiche e riflessi sul comportamento del “Colle” a seguito del
fenomeno del 1980, PhD Thesis, Universita` di Napoli Federico II.
Pellegrino, A., Picarelli, L., and Urciuoli, G. 2004, Experiences of mudslides in Italy,
Proc. Int. workshop on “Occurrence and Mechanisms of Flow-Like
Landslides in Earthfills and Natural Slopes”, Sorrento, 191–206, edited by:
Picarelli, L., Patron, Bologna.
Picarelli, L. and Urciuoli, G., 1993, Effetti dell’erosione in argilliti di alta plasticita,
Rivista Italiana di Geotecnica, 17, 29–47.
Rahardjo, P. P., Margono, M., Widjaja, B., 2001, Penelitian Clayshale di Bukit Sentul,
Bogor, Paper, Jurnal Geoteknik HATTI, Oktober, Jakarta. (ISSN 0853-0810)
Rocscience (2014) Slide V6 and phase 2.8, Documentation
Sainsbury D.P., Sainsbury B.,2013, Three-dimensional analysis of pit slope stability in
anisotropic rock masses, In: Dight PM (ed) 650 D. Stead 123 Slope stability
2013, 2013 Australian Centre for Geomechanics, Perth, pp 683–696
41
Yagiz. S., 2001, Overview of classification and engineering properties of shales for
design considerations, In: Proceedings of construction institute, ASCE 2001
Civil, Houston, pp 156–165
42