KOTAGEDE 2 YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
HASBUL HAMDJA
17210032
2022
i
IDENTIFIKASI POTENSI ROOF TOP PLTS DI PUSKESMAS
KOTAGEDE 2 YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
HASBUL HAMDJA
17210032
Tanggal :
Dewan Pembimbing
Mengetahui,
NIDN: 0517116201
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
Tersusunnya Skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
2. Ir. MRS Darmanidjati, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut
Teknologi Yogyakarta.
7. Angkatan 2017 Teknik Energi yang selalu ada ketika penulis membutuhkan
iii
8. Keluarga Besar HMTE ITY yang telah memberikan banyak pengalaman
selama ini.
ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik
yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu penulis pun menyadari bahwa
skripsi yang telah penulis susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan
serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu
penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
penulisan mendatang.
Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
Hasbul Hamdja
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
v
3.5 Analisis Data .......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
MonoCrystalline bulat 42
............................................................................................ 44
Gambar 2.11. Bentuk Sel PolyCrystalline (a.) Sel polyCrystalline tanpa
lapisan anti – reflektif (b.) Sel polyCrystalline dengan
lapisan anti – reflektif (c.) Sel polyCrystalline dengan
lapisan anti – reflektif dan garis grid hubung
............................................................................................
Gambar 2.12. Sel Thin – Film
............................................................................................
Gambar 2.13. Pengaruh Suhu Sel Surya terhadap Tegangan
............................................................................................
Gambar 2.14. Simbol Inverter
............................................................................................
Gambar 2.15. Skema untuk sistem PLTS on-grid
............................................................................................
Gambar 2.16. Kerangka Berpikir
............................................................................................
Gambar 3.1. Lokasi Pra Desain
............................................................................................
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian
............................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
tiap harinya. Potensi sinar matahari yang dapat dimanfaatkan untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia rata-rata sebesar 4,8 kWh/m2 /hari, atau
dikenal sebagai potensi radiasi sinar matahari (Winardi, dkk, 2019) atau dalam
istilah ilmiah adalah insolation. Potensi tenaga surya secara nasional 4,8 kWh/m2
/hari tersebut setara dengan 207.898 MW, namun baru dimanfaatkan sebesar 0,05%
alias 100 MW saja (Dewan Energi Nasional, 2020). Sumber energi dari matahari
menjadi salah satu pilihan alternatif karena ketersediaannya yang cukup melimpah
dan memiliki tingkat pencemaran yang lebih rendah daripada pembangkit listrik
yang bersumber dari energi fosil (Yakin & Rajagukguk, 2020). Hal tersebut yang
yaitu standalone dan on-grid (Rizkasari, dkk, 2020). Standalone di sini biasa
disebut juga sebagai off-grid atau tidak terhubung ke jaringan listrik PT PLN
mandiri pada daerah yang terisolasi, pedalaman, atau pulau-pulau yang belum
terhubung dengan sistem transmisi dan distribusi PLN. Sistem on-grid adalah
1
Konsumsi energi listrik dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Penjualan tenaga listrik PLN tahun 2018 sebesar 234.617,88 GWh meliputi sektor
industri, sektor rumah tangga, sektor komersial, dan sektor publik (Statistik
sebesar 2.857,06 GWh meliputi sektor rumah tangga, sektor industri, sektor bisnis,
sektor sosial, sektor gedung kantor pemerintahan dan penerangan jalan umum
3,80 MW, PLTS 0,02 MW dan PLTHybrid 0,02 MW, sehingga untuk memenuhi
2018). Hal ini dikarenakan daerah D. I. Yogyakarta tidak memiliki potensi energi
primer, sehingga permintaan energi primer seperti batubara, minyak bumi dan gas
dipasok dari daerah lain. Energi listrik di D. I. Yogyakarta dipasok melalui jaringan
PLTBM 2,71%, PLTS 0,09% dan PLT Hybrid 0,01% (Statistik Ketenagalistrikan,
2
hingga 40% dari total energi tahunan (Adhiem, dkk., 2021). Energi surya
terletak di daerah khatulistiwa. Energi surya yang dapat dibangkitkan untuk seluruh
daratan Indonesia yang mempunyai luas 2 juta km2 adalah 4,8 kWh/m2 /hari atau
setara dengan 112.000 GWp yang didistribusikan (Qosim & Hariyati, 2021).
mayoritas gedung perkantoran menggunakan listrik pada siang hari atau jam kerja
pasalnyabiaya pengadaan listrik yang lebih murah dari diesel ataupun bahan bakar
minyak (BBM). Selain itu, perawatan dan pengoperasiannya juga mudah namun
penduduk dan memiliki bangunan rumah maupun perkantoran yang padat sehingga
pemanfaatan atap bangunan dapat digunakan sebagai PLTS untuk sumber daya
energi. Salah satu gedung yang dapat menerapkan pemanfaatan energi terbarukan
yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87
3
GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar
yang cukup besar dalam pengembangan energi surya off grid maupun on grid di
masa yang akan datang. Sejalan dengan itu komponen pendukung sistem PLTS
dihasilkan dari PLTS atap yang dibangun pada gedung Puskesmas Kotagede 2
penelitian ini dilakukan studi pendahuluan yaitu berisi informasi dalam proses
solar panel sebagai sumber energi baru terbarukan untuk sarana prasarana. Gedung
Puskesmas Kotagede 2 Yogyakarta di-supplay oleh energi listrik yang berasal dari
konsumsi energi dalam bidang ekenomi dan kelistrikan pun semakin maju.
Penggunaan PLTS merupakan saIah satu alternatif energi, yang dapat digunakan
untuk mengurangi pemakaian listrik dari PLN pada siang hari. PLTS rooftop grid-
struktur pemasangan modul surya, tersedia jaringan distribusi (Merta dkk., 2019),
4
dapat mengurangi tagihan listrik rumah tangga atau perkantoran (Putra, 2015;
Rizkasari dkk., 2020). PLTS juga mempunyai dampak lingkungan yang rendah
dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis batu bara maupun energi baru
terbarukan lainnya (Hernandez dkk., 2014). Emisi CO2 merupakan salah satu
berkontribusi dalam menurunkan emisi CO2 (Dey dan Subudhi, 2020), mengurangi
Potensi energi surya pada lokasi penelitian ini dihasilkan dari data NASA
Surface Meteorology and Solar Energy (SMSE). Potensi radiasi matahari di lokasi
ini ditentukan dengan memasukan titik kordinat lokasi, sehingga didapatkan radiasi
(SMSE, 2016). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa radiasi matahari di
uraian di atas maka penulis memilih pokok pembahasan yang berjudul “Identifikasi
5
2. Bagaimana aspek biaya energi matahari sebagai pembangkit listrik tenaga
membahas penelitian tentang hasil keluaran daya produksi pada PLTS setelah
2. Aspek biaya dalam penelitian ini adalah kelayakan investasi PLTS yang
penelitian yang dilakukan bisa menghasilkan informasi dan data yang akurat bagi:
Warga masyarakat dapat menghitung potensi yang dimiliki oleh atap rumahnya
6
2. Pemerintah Republik Indonesia
Bisa menjadi tambahan referensi dan bahan pustaka dalam pemanfaatan tenaga
4. Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kotagede II yang beralamat di Jl. Ki
Yogyakarta 55172.
(Sumber: https://www.google.com/maps/place/Puskesmas+Kotagede+2)
8
Gambar 2.2 Gedung Puskesmas Kotagede II
1,40 km2 yang meliputi tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Rejowinangun, Prenggan,
Rukun Warga.
114 m di atas permukaan laut Curah hujan: 2000 – 3000 mm/tanah, Topografi :
dataran rendah, Kelembaban Udara : 70-80%. Batas wilayah yang ada di Puskesmas
Bantul.
Yogyakarta.
9
c. Sebelah Barat : Kelurahan Warung Boto Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta.
Bantul.
kecamatan yang sehat melalui budaya hidup bersih dan sehat dalam lingkunagan
sehat dengan pelayanan yang berstandar mutu, merata dan terjangkau serta
terjangkau.
pelanggan.
preventif.
10
Sarana pelayanan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kotagede II sebagai
berikut.
a. RS Umum Swasta : 1
b. RS Khusus Swasta : 1
e. Puskesmas Keliling : 0
f. Puskesmas Pembantu : 0
g. Rumah Bersalin : 1
h. Balai pengobatan/Klinik : 3
a. Dokter Umum : 3
b. Dokter Gigi : 1
c. Perawat : 3
d. Perawat Gigi : 2
e. Bidan : 2
g. Apoteker : 1
h. Kesehatan Lingkungan : 1
i. Nutrisionis : 1
11
j. Tenaga Kesehatan lain-lainnya : 1
b. KB
d. Kesehatan Lingkungan
k. Kesehatan Kerja
n. Kesehatan Jiwa
12
o. Kesehatan Mata
r. Laboratorium
satu yang memiliki kemampuan dalam menangani tindakan tindakan medik dasar,
dan medik spesialistik sederhana. Klinik yang tersedia yaitu klinik umum, klinik
lansia, klinik gigi, dan mulut serta klinik kesehatan ibu dan anak. Selain itu terdapat
klinik konsultasi gigi, konsultasi psikologi serta klinik sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
dasar, seperti darah rutin, urin rutin, dan fases rutin juga bisa melakukan
pemeriksaan kadar gula darah, asam urat, dan profil lipid sederhana. Namun untuk
Satelit (PS), jadi setiap apusan dahak harus dikirim ke Puskesmas Rujukan
Mikroskopik (PRM).
13
HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan) untuk program penanggulangan HIV/AIDS.
Serupa dengan program TB maka pada PITC, Puskesmas Kotagede II hanya akan
Yogyakarta, RSUP dr.Sardjito, dan BP4 Kotagede, serta Rumah Sakit lain baik
milik pemerintah atau swasta. Rujukan yang dilakukan dapat berupa rujukan
terbarukan dengan bantuan solar panel sebagai pengubah energi radiasi menjadi
surya dapat dibedakan berdasarkan tempat meletakkan panel surya. Solar park
adalah sistem PLTS yang panel surya diletakan di atas permukaan tanah, sedangkan
rooftop photovoltaic system adalah PLTS dengan panel surya diletakkan di atas atap
yang memperoleh sumber daya dari radiasi sinar matahari melalui sel surya
listrik (Putra, 2015). Sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan
pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses
konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar
14
matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar
PLTS adalah salah satu pembangkit listrik yang sangat sederhana dan
mudah dipasang di rumah, sehingga PLTS merupakan salah satu sarana untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik yang sangat ramah lingkungan karena
memanfaatkan sinar matahari (Adhiem, dkk., 2021). PLTS sering juga disebut
Solar Photovoltaic, atau Solar Energy. Cahaya matahari merupakan salah satu
sumber energi alternatif yang potensial dan mempunyai prospek cukup besar untuk
dikembangkan, karena matahari tidak akan pernah habis dan dapat dimanfaatkan
pembangkit ini bisa digunakan untuk beban lampu atau listrik yang dihasilkan atau
skala kecil pada saat terjadi pemadaman listrik oleh pembangkit konvensional.
tepat agar listrik yang akan dihasilkan nantinya sesuai dengan kapasitas solar cell
yang kita miliki. PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya (alat yang menyediakan
daya), dan dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai
dengan besar, baik secara mandiri, maupun dengan Hybrid (dikombinasikan dengan
sumber lain).
diklarifikasi menjadi dua, yaitu Sistem PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan
(off-grid PV plant) atau PLTS berdiri sendiri (stand-alone) dan sistem PLTS
15
Sedangkan PLTS yang digabung dengan jenis pembangkit listrik lain disebut sistem
hybrid.
PLTS terpusat disebut juga Stand Alone PV System yaitu sistem pembangkit yang
PLTS Stand Alone atau disebut juga PLTS off grid adalah PLTS yang
diperuntukan untuk kebutuhan beban listrik disuatu tempat itu sendiri dengan hanya
juga sebagai off-grid atau tidak terhubung ke jaringan listrik PT PLN (Persero),
yang biasanya dirancang untuk memanfaatkan sinar matahari secara mandiri pada
daerah yang terisolasi, pedalaman, atau pulau-pulau yang belum terhubung dengan
sistem transmisi dan distribusi PLN. Sedangkan sistem on-grid adalah sebaliknya,
Secara umum konfigurasi PLTS sistem terpusat dapat dilihat seperti gambar
2.3.
16
Gambar 2.3 Prinsip Kerja PLTS Off-Grid (ABB, 2010)
a. Sumber energi listrik yang dihasilkan oleh modul surya (PV) pada siang hari
akan disimpan dalam baterai. Proses pengisisan energi listrik dari PV ke baterai
diatur oleh Solar Charge Controller agar tidak terjadi over charge. Besar
maksimum mencapai 1000 W/m2, dengan efisiensi cell 14% maka daya yang
listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi. Dengan adanya sistem ini akan
mengurangi tagihan listrik rumah tangga, dan memberikan nilai tambah pada
pemiliknya. Sesuai namanya, grid connected PV, maka sistem ini akan tetap
PV untuk menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin (Harfi & Hadi, 2021).
PLTS on grid, yaitu sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan PLN.
PLTS ini biasanya banyak dipasang diatas atap gedung (rooftop) umumnya
berkapasitas 100 kWp sampai dengan 1 MWp. Sistem PLTS terinterkoneksi (on-
grid) adalah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan radiasi matahari untuk
menghasilkan listrik dan sesuai dengan namanya, maka sistem ini akan
matahari melalui modul surya atau photovoltaic modul yang menghasilkan listrik
semaksimal mungkin. Sistem ini juga dianggap ramah lingkungan dan bebas emisi.
Sistem PLTS terinterkoneksi juga merupakan sebuah solusi green energi bagi
dapat memperkecil tagihan rekening listrik dari PLN (Hasanah, dkk., 2018).
Berdasarkan pola operasi sistem tenaga listrik ini dibagi menjadi dua yaitu,
battery back up, menggunakan baterai sebagai cadangan dan penyimpanan tenaga
listrik dan tanpa baterai atau disebut Grid-connected PV without a battery back up.
Baterai pada PLTS On-grid berfungsi sebagai suplai tenaga listrik untuk beban
listrik apabila jaringan mengalami kegagalan untuk periode tertentu dan sebagai
18
suplai tenaga listrik ke jaringan listrik negara (PLN) apabila ada kelebihan daya
listrik (exces power) yang dibangkitkan PLTS. Berdasarkan aplikasinya sistem ini
Komponen sistem PLTS rooftop grid connected terdiri dari sejumlah panel
surya yang tersusun kombinasi seri, paralel, atau seri paralel yang diletakkan di atas
atap gedung yang mengubah sinar matahari menjadi listrik arus searah. Arus searah
akan diubah oleh inverter menjadi arus bolak balik yang akan disambungkan ke
jaringan listrik pengguna. Kristiawan, dkk., (2019) menyatakan adapun cara kerja
1. Sinar matahari dikumpulkan oleh panel surya yang dipasang pada atap gedung
persyaratan.
1. Pada siang hari, modul surya yang terpasang akan mengkonversi sinar matahari
menjadi energi listrik arus searah (DC). Selanjutnya sebuah komponen yang
disebut grid inverter merubah listrik arus DC tersebut dari PV menjadi listrik
berbagai peralatan rumah tangga. Jadi pada siang hari, kebutuhan energi listrik
berbagai peralatan disuplai langsung oleh modul surya. Jika pada kondisi ini
19
terdapat kelebihan energi dari PV maka kelebihan energi ini dapat dijual ke
2. Pada malam hari atau jika kondisi cuaca mendung maka peralatan akan disuplai
oleh jaringan PLN. Hal ini dimungkinkan karena sistem ini tetap terkoneksi
Selain itu sistem PLTS on-grid ini dapat menggunakan baterai sebagai
cadangan atau backup energi. Sistem ini disebut sebagai grid connected PV system
with battery backup Sistem ini berfungsi sebagai backup energi listrik untuk.
terjadi kegagalan pada suplai listrik PLN (pemadaman listrik) maka peralatan-
peralatan elektronik dapat beroperasi secara normal dalam jangka waktu tertentu
20
Gambar 2.5 Sistem PLTS grid-connected Dengan Penyimpanan (Storage) (a)
Charge Control dan Inverter Charge Ccontrol Terpisah, dan (b) Charge
antara lain:
21
1. Baterai mengkonsumsi energi selama pengisian dan pemakaian
2. Mengurangi efisiensi dan output dari sistem PV sekitar 10 persen untuk baterai
timbal- asam.
4. Biaya meningkat.
6. Baterai biasanya akan perlu diganti sebelum bagian lain dari sistem dan di biaya
1. Panel Surya
22
Photovoltaic adalah alat yang berfungsi untuk mengubah atau
mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. Panel surya terbuat dari bahan
semikonduktor. Bahan yang sering dipakai untuk pembuatan panel surya adalah
silikon. Jumlah energi yang dihasilkan oleh panel surya bergantung kepada energi
matahari yang tersedia, yang pada khususnya bergantung pada arah modul surya
terhadap matahari (Muslim, dkk., 2020). Ketika panel surya mendapat masukan
Besar arus yang dihasilkan oleh panel surya berbanding lurus dengan
besarintensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam sel surya. Besar intensitas
kenyataannya, panel surya yang selama ini digunakan memiliki banyak variasi
meliputi daya maksimum, tegangan, dan arus yang mampu dihasilkan oleh modul
utama terlihat dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan arus hubung singkat (Isc).
Panel surya terbuat dari bahan semi konduktor yang tersusun dari lapisan tipe n dan
tipe p. Lapisan tipe p dan lapisan tipe n yang bertemu akan menciptakan P – N
junction (Pido, dkk., 2019). Prinsip kerja panel surya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Semikonduktor
Elektron pada pita terluar dari sebuah atom menentukan bagaimana sebuah
atom akan bereaksi atau bergabung dengan atom tetangga, pita terluar disebut pita
valensi. Beberapa elektron pada pita valensi dapat melompat kepitayang lebih
tinggi danjauh terpisah dari inti. Elektron tersebut bertanggung jawab untuk
23
konduksi panas dan listrik, dan pita terjauh ini disebut pita konduksi. Perbedaan
energidari sebuah elektron pada pita valensi dan sub kulit terdalam pita konduksi
Silikon memiliki empat elektron pada pita valensi. Atom silikon murni
membentuk struktur yang stabil dan masing-masing atom berbagi dua elektron
dengan setiap atom disekitarnya. Jika fosfor yang memiliki lima elektron valensi
(satu lebih banyak dari Si), digunakan sebagai campuran dalam silikon maka
material yang dibentuk akan memiliki kelebihan elektron meskipun netral. Bahan
yang didoping seperti ini disebut silikon tipe n. Jika silikon didoping (dicampur)
dengan boron, yang memiliki tiga elektron valensi (satu lebih sedikit dari Si), maka
ada lubang positif (hilang elektron) dalam strukturnya, meskipun material yang
didoping adalah netral. Materil tersebut disebut silikon tipe-p. Dengan demikian,
24
Bahan tipe n memiliki beberapa atom pengotor dengan elektron lebih
banyak dari atom semikonduktor lainnya. Jika elektron berlebih dilepas, atom
pengotor akan lebih sesuai secara merata pada struktur yang dibentuk oleh atom
sisi lain, bahan tipe p memiliki beberapa atom pengotor dengan elektron lebih
sedikit dari sisa atom semikonduktor. Oleh karena itu, atom-atom ini memiliki
lubang yang bisa menampung elektron berlebih meskipun atom bermuatan netral.
Jika penambahan elektron dilakukan untuk mengisi lubang, atom pengotor akan
lebih sesuai secara merata pada struktur yang dibentuk oleh atom semikonduktor
utama namun atom tersebut akan bermuatan negatif (Sihite, 2021). Hubungan
Dari Gambar 2.8. dapat dilihat ketika kedua bahan bergabung, elektron
berlebih melompat dari lapisan n untuk mengisi lubang di lapisan p. Oleh karena
itu di dekat sambungan materi memiliki muatan positif pada sisi n dan muatan
dari sisi n ke sisi p, sementara pergerakan elektron tambahan dari sisip ke sisi n
25
menjadi lebih mudah karena muatan positif pada sambungan ada pada sisi n.
c. Efek Photovoltaik
Ketika foton dari cahaya diserap oleh elektron valensi sebuah atom, energi
elektron meningkat sesuai dengan dengan jumlah energi dari foton. Perpindahan
Jika energi foton tersebut sama dengan atau lebih besar dari celah pita
lebih kecil dari celah pita, elektron tidak akan memiliki energi yang cukup untuk
menjadi energi kinetik oleh elektron, yang mengakibatkan suhu meningkat. Foton
hanya dapat membebaskan satu elektron meskipun energi foton jauh lebih tinggi
dari celah pita. Inti dari pemanfaatan efek photovoltaik untuk pembangkitan listrik
26
Panel surya memiliki beberapa jenis yang berbeda tergantung dari bahan
yang dipakai. Bahan yang dipakai panel surya membedakan kualitas dari panel
surya yaitu kualitas tegangan dan arus. Beberapa jenis panel surya antara lain:
1) Crystalline Silikon
Bahan yang paling utama dalam pembuatan sel surya Crystalline adalah
silikon. Materi ini tidak dalam bentuk murni, tetapi dalam senyawa kimia dengan
oksigen dalam bentukkuarsa atau pasir. Oksigen tidak diperlukan, maka harus lebih
dengan bumi (terrestrial). Pada proses ini, bahan dasar dari polyCrystalline
(polysilicon) dilelehkan di dalam suatu wadah kuarsa, pada suhu sekitar 1420°C.
Sebuah biji kristal dicelupkan ke dalam lelehan silikon tadi dan perlahan-lahan
ditarik ke atas keluar dari lelehan. Selama proses ini, kristal akan berubah menjadi
silinder ini dipotong untuk membentuk batangan semi bulat atau persegi yang
lempeng tipis dengan tebal sekitar 0,3 mm. Lapisan berbentuk wafer itu lalu
bagian mentah (raw wafers) kemudian lapisan didopingdengan boron menjadi tipe
p sementara tipe n dibuat dengan mendoping fosfor (Sihite, 2021). Gambar bentuk
27
sel silikon monocrystalline ditunjukkan oleh Gambar 2.10.a, Gambar 2.10.b, dan
Gambar 2.10.c :
balok tuang (block cast method), balok silikon berukuran besar atau ingot akan
menggunakan gergaji pita (band saw) dan kemudian dipotong lagi menjadi
28
Gambar 2.11. Bentuk Sel PolyCrystalline (a.) Sel polyCrystalline tanpa lapisan
anti – reflektif (b.) Sel polyCrystalline dengan lapisan anti – reflektif (c.) Sel
polyCrystalline dengan lapisan anti – reflektif dan garis grid hubung
(Sumber: Sihite, 2021)
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa
lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini
sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel. Jenis ini dikenal juga dengan
nama TFPV (Thin Film Photovoltaic). Gambar sel thin – film ditunjukkan oleh
Gambar 2.12 :
menjadi:
29
a) Amofous silicon (a-Si) Solar Cells.
Sel surya dengan bahan amorphous silicon ini awalnya banyak diterapkan
pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi
cara beberapa lapis amorphous silicon ditumpuk membentuk sel surya (Muslim,
dkk., 2020).
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki
efisiensi lebih tinggi dari sel surya amorphous silicon, yaitu sekitar 9%-11%
(Sitanggang, 2022).
CIGS sel surya memiliki efisiensi paling tinggi jika dibandingkan dengan a-
Si dan CdTe yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak mengandung bahan
sebagai berikut:
1) Temperatur
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperature sel
tetap normal (25°C), kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada
PV sel akan melemahkan tegangan open circuit (Voc). Setiap kenaikan temperature
sel surya 1°C dari 25°C akan berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga yang
30
Gambar 2.13. Pengaruh Suhu Sel Surya terhadap Tegangan
(Sumber: Rumbayan, 2020)
keadaan spectrum sel surya ke bumi. Insolation matahari akan banyak berpengaruh
pada arus (I) dan berpengaruh sedikit pada tegangan (V) (Widharma, dkk., 2020),
3) Kecepatan Angin
Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, partikel debu udar, asap
uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukn hasil maksimum arus listrik dari
31
5) Sudut orientasi matahari (tilt angle) dan peletakan panel
Agar energi tetap berada pada nilai yang optimal maka permukaan panel
surya harus dipertahankan tegak lurus terhadap sinar matahari yang jatuh ke
permukan panel surya, oleh karena itu penentuan tilt angle sangat penting untuk
2. Inverter
bolak-balik (AC). Selain itu, fungsi inverter adalah untuk menaikkan tegangan
karena tegangan DC dari PLTS berada posisi rendah. Inverter bertegangan rendah
yang kecil. Gedung-gedung tersebut bertegangan 220V 1 phasa atau 380 AC untuk
hingga 220V atau 380V (Maabuat, dkk., 2020). Simbol inverter ditunjukkan pada
Tersambung Jaringan PLN (off grid) Sistem PLTS tersambung dengan jaringan
sistem inverter terhubung kejaringan ditunjukkan pada gambar 2.15 berikut ini:
Inverter on-grid adalah sebuah alat yang dapat mengirimkan daya panel ke
mengubah daya DC dari solar panel menjadi AC dimana frekuensi dan tegangan
AC yang akan disuplai harus sama dengan frekuensi dan tegangan jaringan PLN
yaitu sebesar 60 Hz. Terdapat MPPT yang digunakan untuk menstabilkan daya
Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah sebuah alat yang digunakan
untuk terus mencari daya maksimum pada sebuah panel. Fungsinya adalah
meyakinkan bahwa modul surya menghasilkan daya setinggi mungkin. Cara kerja
dari MPPT adalah dengan membaca arus dan tegangan secara dinamis (Dalimunthe,
dkk., 2019).
33
Inverter on-grid memiliki MPPT dengan spesifikasi minimum dan
maka MPPT dapat berfungsi sebagai sistem pengaman karena tegangan berlebih
diketahui biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada perancangan
PLTS. Perencanaan biaya yang dilakukan meliputi perhitungan biaya investasi awal
setiap komponen agar menjadi sebuah sistem yang sesuai kebutuhan serta
PWF adalah metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai dari
seluruh biaya pemeliharaan tahunan selama sistem digunakan pada tahun yang
ke- sekian. Menurut buku GSES menghitung nilai PWF dapat menggunakan
rumus berikut:
34
Keterangan:
r = suku bunga
n = jumlah tahun
atau pengeluaran cash disebut dengan cash flow cost (Indrayani, 2010).
berikut:
CFC yaitu biaya-biaya yang timbul, ada yang terjadi hanya sekali atau tidak
berulang (nonrecurring) selama umur perlatan dan ada yang berulang selama
35
5. Net Present Value (NPV) Analysis
Metode ini didasarkan atas nilai sekarang bersih dari hasil perhitungan nilai
sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dengan nilai sekarang aliran dana
keluar (pengeluaran) selama jangka waktu analisis dan suku bunga tertentu.
Kriteria kelayakannya adalah apabila nilai sekarang bersih atau NPV > 0, yang
dirumuskan:
dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio adalah
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari
tertentu. Kriteria kelayakannya adalah bila nilai BC Ratio > 1 dan dirumuskan
dengan:
menggunakan rumus bunga, akan tetapi yang dianalisis adalah seberapa cepat
modal atau investasi yang telah dikeluarkan dapat segera kembali. Kriteria
36
merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menghitung ekonomi dari
𝑪
𝑇=𝑺
Keterangan:
5000 MW pada tahun 2025. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
pemasangan PLTS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi daya dan
dipasang di sisi utara, timur, barat, dan selatan dari atap gedung Puspem Badung.
memproduksi energi listrik terbesar, yaitu 1.847.361 kWh/tahun. Total energi listrik
37
yang dapat dihasilkan sebesar 6.169.092 kWh/tahun, jumlah ini setara dengan
kebutuhan energi 6,86 % setiap tahunnya. Kebutuhan energi sebagian besar berasal
dari energi tak terbarukan yang memiliki keterbatasan dan tidak ramah lingkungan.
Oleh karena itu diperlukan alternatif energi terbarukan dan ramah lingkungan.
pembangkit listrik yang dikonversikan dengan panel surya. Kaitanya dengan itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kontribusi dan aspek biaya
energi matahari sebagai pembangkit listrik di atap Hotel Kini Pontianak. Hasil
1.076.367.000. Dengan harga energi per kWh Rp 1.467,28 /kWh, total arus kas
Rooftop di Hotel kini Pontianak, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Net Present Value dengan nilai selisih kekurangan sebesar Rp 651.236.761 dari
investasi awal, hasil Profitability Index yang bernilai 0,394 (<1 ) dan Discounted
Payback Period lebih besar dari periode umur proyek. Maka secara analisis
38
Penelitian yang dilakukan Rafli, dkk., (2022) berjudul “Perencanaan dan
Studi Kelayakan PLTS Rooftop pada Gedung Fakultas Teknik UNG”. Sebagian
besar pembangkit tenaga listrik terpasang di Indonesia saat ini masih didominasi
oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil secara
karena itu, untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, perlu dikembangkan
pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan, salah satunya pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS). Tujuan penelitian ini ialah merencanakan PLTS rooftop pada
kelayakannya dari aspek teknis dan ekonomis. Perencanaan PLTS rooftop pada
penelitian ini terdiri dari tahap desain teknis dengan parameter akhir yang
diharapkan ialah nilai performance ratio (PR) yang lebih besar dari 60% dan analisa
kelayakan ekonomis menggunakan tiga metode analisis yakni, net present value
(NPV), benefit cost ratio (BCR) dan payback period (PP). Dasar perhitunan dalam
dan cost of energi (COE) Rp1,261.26/kWh. Hasil desain teknis diperoleh nilai PR
sebesar 70% dan dari segi ekonomi dengan dasar perhitungan tarif LWBP diperoleh
nilai NPV Rp (1,266,891,940.59), BCR 0,97 dan PP 26,1 tahun. Sedangkan dengan
dasar perhitungan COE, diperoleh nilai NPV Rp488,730,414.17, BCR 1,77 dan PP
12,17 tahun. Kesimpulan akhir yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ialah bahwa sistem PLTS yang direncanakan layak (feasible) untuk
diwujudkan.
39
2.3 Kerangka Berpikir
tiap harinya. Potensi sinar matahari yang dapat dimanfaatkan untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia rata-rata sebesar 4,8 kWh/m2 /hari, atau
dikenal sebagai potensi radiasi sinar matahari atau dalam istilah ilmiah adalah
insolation. Potensi tenaga surya secara nasional 4,8 kWh/m2 /hari tersebut setara
dengan 207.898 MW, namun baru dimanfaatkan sebesar 0,05% alias 100 MW saja.
yang memanfaatkan sumber energi terbarukan dari sinar matahari dan atap
sebagai energi baru terbarukan (EBT) menjadi sebuah gerakan untuk mengurangi
dari fosil hal ini dikarenakan solar panel hanya memerlukan sinar matahari sebagai
dihasilkan dari PLTS atap yang dibangun pada gedung Puskesmas Kotagede 2
dibatasi yaitu hanya membahas penelitian tentang hasil keluaran daya produksi
pada PLTS setelah pemasangan PLTS rooftop on-grid di atap Puskesmas Kotagede
2 Yogyakarta. Aspek biaya dalam penelitian ini adalah kelayakan investasi PLTS
40
sekarang atau Net Present Value dari semua kas (positif maupun negatif) dari suatu
investasi tertentu sama dengan nol. Pay Back Period adalah suatu parameter yang
Gambar Desain
Potensi Roof Top PLTS di Puskesmas
Kotagede 2 Yogyakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
41
3.1 Lokasi Penelitian
55172.
kuantitatif. Penelitian ini membutuhkan data-data kuantitatif seperti luas area atap,
potensi radiasi lokasi, kemiringan, dan orientasi. Data-data yang lokasi tersebut
yang akan digunakan sebagai acuan dalam perancangan sistem PLTS yang sesuai
42
pada lokasi. Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan kemudian merancang
sistem PLTS sesuai ruang atap yang tersedia, mulai dari menentukan konfigurasi
Kotagede 2 Yogyakarta dilakukan pada awal bulan Februari 2022 sampai dengan
43
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
44
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Studi Literatur
dengan PLTS rooftop grid-connected antara lain, pemilihan lokasi, potensi radiasi
matahari, perancangan sistem PLTS. Studi literatur ini dilakukan untuk membantu
mengetahui data apa saja yang diperlukan dalam penelitian serta cara pengolahan
data tersebut.
b. Identifikasi masalah
atap bangunan untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada gedung
memanfaakan atap bangunan serta sebagai penelitian yang ilmiah dan bertaraf
tinggi.
c. Rumusan masalah
masalah yaitu meningkatkan rasio elektrifikasi ada beberapa cara salah cara dengan
pemanfaatan energi surya untuk tenaga listrik yang dapat langsung digunakan
adalah sistem PLTS rooftop grid-connected yang ditempatkan pada atap bangunan.
d. Tujuan
45
pembangunanya serta dapat pengurangan emisi.
a. Data Primer
lokasi penelitian maupun data dari perusahaan. Data-data tersebut antara lain adalah
data konstruksi atap bangunan untuk memastikan area yang dapat digunakan dalam
ini meliputi luas atap bangunan, kemiringan atap dan jenis atap.
b. Data Sekunder
Data Radiasi harian matahari wilayah pekanbaru, data regulasi, tingkat suku
bunga, inflasi dan data yang diperoleh melalui literatur dan jurnal-jurnal yang
3. Perancangan PLTS
sesuai kapasitas ruang atap yang tersedia pada bangunan dan potensi radiasi
matahari yang ada pada lokasi. Penelitian ini merupakan sebuah perencanaan
4. Analisis Teknis
sesuai dengan potensi radiasi dan efisiensi yang ada pada sistem yang dirancang.
46
Dalam melakukan pembangunan suatu proyek ada beberapa aspek yang
dipertimbangkan salah satunya aspek teknis. Aspek teknis pada penelitian ini yaitu
menghitung performa kinerja PLTS yang terdiri dari losses, hasil produksi energi,
5. Analisa Ekonomi
mempertimbangan aspek ekonomi. Aspek ekonomi ini membahas aspek biaya dan
aspek finansial.
tidak langsung baik observasi, studi literatur maupun wawawancara. Data yang
diperoleh terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
lokasi penelitian maupun data dari perusahaan. Data-data tersebut antara lain adalah
data konstruksi atap bangunan untuk memastikan area yang dapat digunakan dalam
ini meliputi luas atap bangunan, kemiringan atap dan jenis atap.
2. Data Sekunder
Data Radiasi harian matahari, data regulasi, tingkat suku bunga, inflasi dan
47
data yang diperoleh melalui literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
tenaga surya, hal yang harus dilakukan yaitu dengan studi lapangan untuk
mengetahui kondisi dan memperkirakan beban yang akan disuplai oleh PLTS.
dan menghitung analisis ekonomi. Apabila sudah di ketahui, tahap selanjutnya yaitu
Biaya siklus hidup adalah biaya yang dikeluarkan oleh sistem pembangkit
selama life time dari modul surya yang telah ditentukan. Biaya siklus hidup atau
Life Cycle Cost ditentukan oleh nilai sekarang dan biaya total sistem PLTS terkecil
dari biaya investasi awal, biaya jangka panjang untuk biaya pemeliharaan dan biaya
𝐿𝐶𝐶=𝐶+𝑀𝑃𝑊
Dimana :
48
umur proyek atau selama n tahun
Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari aliran
kas masuk atau cash inflow dengan nilai sekarang aliran kas keluar atau cash
outflow. Cara ini digunakan untuk menganalisa tingkat keuntungan dari suatu
investasi proyek. Proyek atau sistem PLTS dinilai layak jika nilai NPV bernilai
Dimana :
r = Discount rate
Net Present Value dari semua kas (positif maupun negatif) dari suatu investasi
tertentu sama dengan nol. Nilai IRR adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu
investasi. Suatu proyek dapat dilaksanakan apabila rate of return lebih besar
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Dalimunthe, E. R., Kurniawan, F., & Lasmadi, L. (2019). Pengaruh Penggunaan
Perturb & Observe pada MPPT terhadap Daya Keluaran Sel Surya. Aviation
Electronics, Information Technology, Telecommunications, Electricals,
Controls, 1(1), 53-64.
Dewan Energi Nasional. (2020). Buku Bauran Energi Nasional 2020. Sekretariat
Jenderal DEN.
Harfi, R., & Hadi, B. N. (2021). Perancangan Cold Storage Portabel Kapasitas 10
Ton Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Presisi, 23(2), 60-72.
Hasanah, A. W., Koerniawan, T., & Yuliansyah, Y. (2018). Kajian Kualitas Daya
Listrik PLTS Sistem Off-Grid Di STT-PLN. Energi & Kelistrikan, 10(2),
93-101.
Hidayanti, F. (2021). Aplikasi Sel Surya: Sistem Sel Surya Wearable. Jakarta:
Penerbit : LP_UNAS.
Kotta, H. Z., & Wintolo, D. (2018). Energi terbarukan: konsep dasar menuju
kemandirian energi. UGM PRESS.
Majid, A., Eliza, E., & Hardiansyah, R. (2018). Alat Automatic Transfer Switch
(Ats) Sebagai Sistem Kelistrikan Hybrid Sel Surya Pada Rumah
Tangga. Jurnal Surya Energy, 2(2), 172-178.
51
Muslim, S., Khotimah, K., & Azhiimah, A. N. (2020). Analisis Kritis Terhadap
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Plts) Tipe Photovoltaic (Pv)
Sebagai Energi Alternatif Masa Depan. Rang Teknik Journal, 3(1), 119-
130.
Pido, R., Dera, S., & Rifal, M. (2019). Analisa Pengaruh Kenaikan Temperatur
Permukaan Solar Cell Terhadap Daya Output. Gorontalo Journal of
Infrastructure and Science Engineering, 2(2), 24-30.
Rafli, R., Ilham, J., & Salim, S. (2022). Perencanaan dan Studi Kelayakan PLTS
Rooftop pada Gedung Fakultas Teknik UNG. Jambura Journal of Electrical
and Electronics Engineering, 4(1), 8-15.
Ramadhan, A. I., Diniardi, E., & Mukti, S. H. (2016). Analisis desain sistem
pembangkit listrik tenaga surya kapasitas 50 WP. Jurnal Teknik, 37(2), 59-
63.
Rega, M. S. N., Sinaga, N., & Windarta, J. (2021). Perencanaan PLTS Rooftop
untuk Kawasan Pabrik Teh PT Pagilaran Batang. ELKOMIKA: Jurnal
Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 9(4),
888.
Rizkasari, D., Wilopo, W., & Ridwan, M. K. (2020). Potensi Pemanfaatan Atap
Gedung untuk PLTS di Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan
Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM), Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Journal of Approriate Technology for Community Services,
1(2), 104–112.
Roza, E., & Mujirudin, M. (2019). Perancangan Pembangkit Tenaga Surya Fakultas
Teknik UHAMKA. Jurnal Kajian Teknik Elektro, 4(1), 16-30.
52
Sanjaya, O. I., Giriantari, I. A. D., & Kumara, I. S. (2019). Perancangan Sistem
Pompa Irigasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Untuk Pertanian
Subak Semaagung. Jurnal SPEKTRUM Vol, 6(3).
Wicaksena, A. G., Karnoto, K., & Winardi, B. (2017). Analisis Pengaruh Perubahan
Temperatur Dan Irradiasi Pada Tegangan, Arus Dan Daya Keluaran Plts
Terhubung Grid 380 V. Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 6(2), 202-
208.
Winardi, B., Nugroho, A., & Dolphina, E. (2019). Perencanaan Dan Analisis
Ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat Untuk Desa
Mandiri. Jurnal Tekno, 16(2), 1–11.
Yakin, K., & Rajagukguk, A. (2020). Desain Pembangkit Listrik Tenaga Surya Tipe
Rooftop on Grid—Sistem pada Gedung Laboratorium Teknik Elektro
Universitas Riau. Jom FTEKNIK, 7, 11.
53