Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH TEMPAT WISATA TELAGA SARANGAN

TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT


SEKITAR (1998-2000)

PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : ADIMAS MUHAMMAD AINUL YAQIIN

NIM: 17040284112

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
2022
A. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi ekonomi kerakyatan
yang perlu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan daerah. Hal ini dilakukan secara menyeluruh dan merata,
sehingga perlu adanya pembinaan untuk pengembangan yang terarah dan
terkoordinir. Di samping itu konsep wisata mencakup tentang upaya
pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik wisata serta berbagai
kegiatan dan jenis usaha pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan
hubungan dengan masyarakat sekitar objek wisata.
Pariwisata merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat sekitar
yang berkaitan dengan cara penggunaan waktu luang atau waktu libur yang
dimiliki seseorang. Selain itu, juga pariwisata atau rekreasi telah menjadi
kebutuhan hidup masyarakat saat ini, dengan berpariwisata dapat berkumpul
menghabiskan waktu dengan sanak saudara atau orang-orang yang disayangi
untuk menambah wawasan pengetahuan pada anak-anak dan sekedar
penghilang penat dari kesibukan pekerjaan yang ditekuni 1.
Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang potensial sebagai
tujuan wisata. Salah satu wisata utama yang berada di Kabupaten Magetan
adalah wisata alam yaitu Telaga Sarangan. Telaga Sarangan yang juga
dikenal sebagai telaga pasir ini adalah sebuah telaga alami yang terletak di
kaki Gunung Lawu, di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya
sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 18
hingga 25 derajat Celsius, Telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu
pengunjung setiap tahunnya.
Menurut cerita rakyat, Telaga Sarangan dulunya lahan kosong biasa
yang tidak ada airnya. Konon dulu di sana ada dua pasang suami istri yang
bernama Kyai Pasir (Kyai Jalilung) dan Nyai Pasir (Nyai Jalilung) yang
hidup di hutan gunung lawu. Telaga ini oleh masyarakat setempat terdahulu

1
M Suryadana, ‘Pengantar Pemasaran Pariwisata’, 2015.
dinamakan telaga pasir, karena telaga ini terwujud disebabkan oleh ulah Kyai
Pasir dan Nyai Pasir.
Penduduk setempat sering menyebut Telaga Sarangan sebagai Telaga
Pasir. Awal mula terbentuk telaga berasal dari cerita sepasang suami istri
bernama Kiai dan Nyai Pasir. Telaga Sarangan merupakan obyek wisata
andalan Magetan. Pemkab setempat tengah membuat proyek jalan tembus
yang menghubungkan Telaga Sarangan dengan obyek wisata Tawangmangu
di Kabupaten Karanganyar. Obyek wisata ini dapat ditempuh dari Kota
Magetan; dan lokasinya tak jauh dengan Air Terjun Grojogan Sewu,
Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah). Pemkab Magetan
juga ingin mengembangkan Waduk Poncol (sekitar 10 kilometer arah selatan
Telaga Sarangan) sebagai obyek wisata alternatif.
Kawasan Wisata Telaga Sarangan memanfaatkan alam sebagai acuan
utama untuk mendirikan sebuah kawasan wisata, serta tambahan fasilitas-
fasilitas yang mendukung kegiatan pengunjung di area kawasan wisata.
Kawasan Wisata Telaga Sarangan ini untuk kedepannya mampu menarik
wisatawan domestik dan mancanegara. Kawasan Wisata Telaga Sarangan
juga bisa menjadi pemasukan khas daerah Magetan dan mata pencaharian
masyarakat yang ada di sekitarnya.
Sumber Daya Alam yang berada di Wisata Telaga Sarangan, yaitu
mata air gunung, Telaga Sarangan, hawa sejuk, dan pemandangan gunung
lawu. Dari keempat Sumber Daya tersebut yang paling berpengaruh adalah
mata air gunung karena sangat berpengaruh bagi kehidupan warga sekitar
mulai dari minum, masak, dan mencuci. Di pinggir jalan ada lahan-lahan
yang di tanami strowbery, kubis, wortel, daun bawang, ketela.
Produk yang ada di Wisata Telaga Sarangan diantaranya yaitu: Telaga
Sarangan, reservasi hotel, taman bermain anak-anak, speed boat dan kuda
untuk menikmati Telaga Sarangan dengan mengelilinginya, menyedikan
hiburan untuk wisatawan yaitu angklung atau konser budaya setiap 2 minggu
sekali, produk wisata Telaga Sarangan yang di dalamnya di kemas agar
banyak dinikmati oleh orang banyak yaitu menjualkan produk dengan jenis
produk jasa guna untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk menghibur
diri, dan juga melakukan suatu aktivitas perjalanan rekreasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tempat Wisata Telaga Sarangan
terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar (1998-2000)”. Terdapat
beberapa alasan dalam pemilihan judul skripsi ini, yaitu (1) Kawasan tempat
wisata Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan Magetan, sehingga
perlu dilestarikan dan diperkuat nilai pentingnya, (2) Penulis berasal dari
Kota Magetan, sehingga ingin menulis potensi sejarah yang ada didaerah
penulis, (3) Telaga Sarangan memberikan banyak kontribusi di perekonomian
Kabupaten Magetan dengan berbagai hal mulai dari potensi wisata, pertanian,
peternakan, hingga kegiatan jasa yang memberikan sumbangan terhadap
perekonomian. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang terjadi di Telaga
Sarangan. Mulai dari jual beli (souvenir, makanan), hingga persewaan (kuda
dan penginapan). Telaga Sarangan termasuk salah satu icon Kabupaten
Magetan yang memberi sumbangan terbesar untuk perekonomian di Magetan.
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan sejarah perlu adanya pembatasan ruang lingkup
kajian, hal ini bertujuan agar penulisan sejarah fokus pada pembahasan
masalah dan tidak melebar dari tema kajian yang sudah diambil. Dalam ilmu
sejarah terdapat dua ruang lingkup, yakni ruang lingkup spasial dan ruang
lingkup temporal. Konsep waktu berhubungan dengan lokasi sebuah
peristiwa dan kejadian pada saat sejarah terjadi. Sedangkan dimensi temporal
merupakan kapan (waktu) suatu peristiwa dan kejadian berlangsung.
Lingkup spasial yaitu batasan wilayah penelitian dilaksanakan. Ruang
lingkup spasial dalam proposal ini dibatasi pada di tempat wisata Telaga
Sarangan Kabupaten Magetan. Ruang lingkup temporal dalam penelitian ini
adalah mengambil tahun 1998-2000.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah yang menjadi dasar dalam melakukan penelitian ini.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana infrastruktur tempat wisata Telaga Sarangan tahun 1998-
2000?
2. Bagaimana perizinan dagang di tempat wisata Telaga Sarangan tahun
1998-2000?
3. Bagaimana retribusi dinas pariwisata di tempat wisata Telaga Sarangan
tahun 1998-2000?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan tempat wisata
Telaga Sarangan?
5. Bagaimana perkembangan tempat wisata Telaga Sarangan tahun 1998-
2000?
6. Bagaimana pengaruh tempat wisata Telaga Sarangan terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat sekitar?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis infrastruktur tempat wisata Telaga Sarangan tahun 1998-
2000.
2. Menganalisis perizinan dagang di tempat wisata Telaga Sarangan tahun
1998-2000.
3. Menganalisis retribusi dinas pariwisata di tempat wisata Telaga Sarangan
tahun 1998-2000.
4. Menganalisis peran pemerintah dalam mengembangkan tempat wisata
Telaga Sarangan.
5. Mendeskripsikan perkembangan tempat wisata Telaga Sarangan tahun
1998-2000.
6. Menganalisis pengaruh tempat wisata Telaga Sarangan terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat sekitar.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat bermanfaat untuk kemajuan
bersama, antara lain:
1. Manfaat Akademis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah Indonesia.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian pustaka dan studi
lanjut mengenai sejarah tempat wisata Telaga Sarangan.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan pembaca mengenai sejarah dan
perkembangan tempat wisata Telaga Sarangan tahun 1998-2000.
b. Menambah khasanah keilmuan khususnya sejarah perekonomian dan
sejarah sosial, juga sejarah nasional pada umumnya.
c. Bagi mahasiswa, dapat digunakan untuk bahan referensi untuk
peneliti selanjutnya.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini memerlukan kajian pustaka yang berguna untuk
membantu analisis dalam penulisan penelitian ini. Buku dan Jurnal yang
dijadikan referensi dalam penulisan penelitian ini diantaranya:
Sebuah karya tulis yang berjudul “Ilmu Pariwisata” karya 2. Buku
tersebut membahas mengenai ilmu kepariwisataan dan diartikan secara umum
sebagai ilmu dasar kepariwisataan. Perkembangan industri pariwisata
memunculkan peran masyarakat terhadap peran pariwisata sendiri. Relevansi
buku tersebut dimana dari segi kajiannya mengenai dunia wisata serta obyek
wisata yang disertai peran masyarakat sekitar yang terjadi.
Selanjutnya terdapat karya tulis berjudul “Sejarah Pariwisata dan
Perkembangannya di Indonesia” oleh 3. Buku tersebut menceritakan tentang
sejarah dari pariwisata dan perkembangannya. Selain itu, juga membahas
pariwisata yang mempunyai orientasi pada keadilan ataupun kesetaraan yang
disebut wisata alternatif dan ekopariwisata. Orientasi tersebut mempunyai
2
Nyoman S Pendit, ‘Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana’, 1990.
3
H Kodhyat, Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia (Gramedia Widiasarana
Indonesia untuk Lembaga Studi Pariwisata Indonesia, 1996).
fungsi mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian
budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah. Buku tersebut juga
membahas bagaimana cara mengolah sektor pariwisata di masa yang akan
mendatang dan terdapat hubungan dengan sektor–sektor yang lain. Relevansi
dengan keinginan penulis yakni dengan ekopariwisata serta pengembangan di
sektor pariwisata yang menimbulkan perkembangan bagi lingkungan dan
daerah setempat.
Setelah itu terdapat jurnal yang berjudul “Dampak Sosial Ekonomi
Objek Pariwisata Alam Air Terjun Sedudo Kecamatan Sawahan Kabupaten
Nganjuk 1992-1997” 4. Karya tersebut membahas perkembangan pariwisata
yang berpengaruh pada sosial budaya masyarakat. Adanya obyek wisata
budaya dan wisata alam mempunyai dampak yang ditimbulkan oleh
banyaknya wisatawan yang berkunjung. Antara lain mempunyai dampak
terhadap sosial, ekonomi, dan budaya. Relevansi dengan penulisan penelitian
yakni pengembangan yang disertai adanya dampak yang ditimbulkan bagi
lingkungan sekitar tempat penelitian.
Jurnal berjudul “Wisata Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo Tahun
1993-2000” 5. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengembangan pariwisata
telah memenuhi beberapa unsur kepariwisataan, seperti atraksi, infrastruktur,
dan akomodasi. Potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo mulai
dioptimalkan, khususnya obyek wisata Telaga Ngebel memiliki keindahan
alam, makanan, dan peristiwa budaya yaitu larung sesaji yang diadakan
setiap tahun sekali. Pengembangan pariwisata menjadi tolak ukur dari segi
pertumbuhan sarana dan prasarana pendukung pariwisata akan mengikuti
peningkatan jumlah wisatawan. Potensi pariwisata terus dioptimalkan di
obyek wisata Telaga Ngebel sebagai perhatian utama Dinas Pariwisata
Kabupaten. Sementara partisipasi masyarakat mulai terlihat tahun 1993
dengan dimulai membuat keramba dan membuka usaha berdagang. Adanya
hal ini mulai diikuti masyarakat lain di tahun–tahun berikutnya. Seorang

4
(Padmasana, 2016)
5
(Saputro & Alrianingrum, 2019)
tokoh masyarakat setempat di tahun 1995 dengan berani mengusulkan bahwa
mulai ditetapkan harga masuk di obyek wisata Telaga Ngebel. Pada tahun
1998 Dinas Pariwisata Kabupaten mengambil alih pengelolaan dan
pemeliharaan obyek wisata Telaga Ngebel dengan tetap terjadi koordinasi
dengan masyarakat sekitar obyek wisata Telaga Ngebel. Koordinasi
menimbulkan fungsi sebagai hubungan timbal balik yang meliputi aspek
sosial dan politis. Kedua pihak bekerja sama dengan memperoleh
kesepakatan. Hasil kesepakatan bertujuan untuk menjaga keamanan dan
menarik retribusi bagi setiap wisatawan yang datang ke obyek wisata Telaga
Ngebel.
Jurnal berjudul “Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Kondisi

Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sanur” 6. Penelitian ini bertujuan untuk


mengidentifikasi dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial dan
ekonomi kondisi masyarakat pesisir Sanur, Bali. Berdasarkan tujuan
penelitian ini, beberapa teori, konsep dan studi literatur yang dimaksud dalam
konsep pariwisata, prinsip-prinsip pariwisata pembangunan, dan konsep
dampak pariwisata. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analisis kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Pantai Sanur.
Pengamatan langsung dan wawancara dengan tokoh desa dan masyarakat
pesisir Sanur dilakukan untuk dapat menilai secara langsung kondisi yang
ada. Dari hasil observasi dan wawancara, data diolah dan ditampilkan dalam
bentuk narasi dan tabel. Dengan menjawab rumusan masalah dari penelitian
ini, data atau informasi yang diperoleh dapat diklasifikasikan menjadi
dampak positif dan negatif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat lokal, dan memberikan kontribusi strategi untuk meminimalkan
dampak negatif pariwisata kepada masyarakat sosial dan ekonomi di Pantai
Sanur.

6
Made Arya Astina and Ketut Tri Budi Artani, ‘Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap
Kondisi Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sanur’, Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 7.2
(2017), 141–46.
Jurnal yang berjudul “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar Objek Wisata di Dieng Kabupaten
Wonosobo” 7. Penelitian ini mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari
adanya pengembangan objek wisata terhadap kondisi perekonomian
masyarakat sekitar. Penelitian ini dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilakukan karena meningkatnya
pengunjung objek wisata dan pendapatan sektor pariwisata yang berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi data kualitatif dan
kuantitatif baik data primer maupun sekunder. Penelitian ini menggunakan
alat Skala Likert untuk menentukan hasil penelitian. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui gambaran kondisi pariwisata, dan mengidentifikasi dampak
yang ditimbulkan dari adanya pengembangan pariwisata terhadap kondisi
perekonomian masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan fasilitas, pelayanan objek wisata setelah adanya
pengembangan, akan tetapi ada penurunan pada bidang kebersihan dan
keamanan. Persentase pendapatan masyarakat mengalami peningkatan yang
dihitung menggunakan Skala Likert dari 53,3% menjadi 68,5%, tingkat
kesempatan kerja rendah dengan persentase hanya sebesar 29,5%.
Jurnal berjudul “Perkembangan Pariwisata di Kota Banda Aceh
Tahun 1970-2015 8. Banda Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki
tempat wisata yang indah. Sejak adanya otonomi daerah menjadikan Aceh
sebagai salah satu tempat wisata dengan nilai-nilai islami. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengembangan
pariwisata di Kota Banda Aceh, perkembangan fasilitias penunjang pariwisata
di Kota Banda Aceh, perkembangan jumlah wisatawan (nusantara dan
mancanegara) yang mengunjungi pariwisata di Kota Banda Aceh serta
kendala yang dihadapi dalam mengembangkan pariwisata di Kota Banda
7
Sani Alim Irhamna, ‘Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Perekonomian Masyarakat
Sekitar Objek Wisata Di Dieng Kabupaten Wonosobo’, Economics Development Analysis Journal,
6.3 (2017), 320–27.
8
Nora Ramadhana, Husaini Ibrahim, and Zainal Abidin AW, ‘Perkembangan Pariwisata Di Kota
Banda Aceh Tahun 1970-2015’, JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 1.1 (2016).
Aceh. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitiannya adalah penelitian sejarah. Sumber yang digunakan
adalah sumber primer dan sekunder. Sumber primer diperoleh dari hasil
wawancara dan dokumentasi berupa statistik dan laporan. Sumber sekunder
diperoleh jurnal dan buku-buku yang berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pariwisata dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, tetapi
sekitar tahun 1970 pariwisata belum berkembang dan baru mulai berkembang
sekitar tahun 1980. Jumlah fasilitas baik saranan dan prasarana juga tahun
demi tahun yang pada awalnya (1970) misalnya hotel belum mulai ada tetapi
tahun 1991 hotel telah berjumlah 7 dan terus meningkat sehingga pada tahun
2015 telah berjumlah 61 hotel. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota
Banda Aceh sekitar tahun 1970 sampai 1990-an tidak berkembang dengan
baik disebabkan konflik antar RI dan GAM yang terjadi di terjadi di Aceh,
dan pada tahun 2004 karena bencana gempa dan tsunami yang memporak-
porandakan hampir semua fasilitas yang ada di Kota Banda Aceh, namun
mengalami peningkatan terutama setelah pembangunan kota Banda Aceh
pasca bencana gempa dan tsunami yaitu sejak tahun 2005, dan juga setelah
diadakannya visit Banda Aceh years, pada tahun 2011 jumlah wisatawan
yang datang baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara terus
meningkat dan orang-orang luar mulai mengenal Aceh. Kendala-kendala
yang dihadapi dalam mengembangkan pariwisata adalah sistem keamanana,
sikap masyarakat yang kurang mendukung, sumber daya manusia (SDM)
yang belum memadai, ketersediaan transportasi, lahan yang kurang dan
pendanaan.
Jurnal berjudul “Perkembangan Agrowisata Perkebunan Teh
Wonosari Tahun 1994-2010” 9. Sejak tahun 1990an produksi teh di Indonesia
mengalami penurunan. Pihak PTPN XII (Persero) mencoba meningkatkan
pendapatan perkebunan dengan membuka perkebunan sebagai objek wisata.
Perkebunan teh Wonosari resmi dibuka sebagai agrowisata pada Agustus

9
Ratna Kartika, ‘Perkembangan Agrowisata Perkebunan Teh Wonosari Tahun 1994-2010’,
Avatara, 2.3 (2014).
1994. Perkebunan ini menggunakan konsep agrowisata yaitu memanfaatkan
keindahan alam sebagai daya tarik wisata. Pembukaan agrowisata perkebunan
teh Wonosari sejalan dengan Undang-Undang Nomor 9 Tentang
Kepariwisataan tahun 1900 dan kebijakan Visit Indonesia Year 1991 Menteri
Pariwisata, Telekomunikasi dan Pos Joop Ave. Selain kebijakan-kebijakan
tersebut, keberhasilan PTPN VIII (Persero) membuka agrowisata perkebunan
teh Gunung Mas di Jawa barat mempengaruhi PTPN XII (Persero) untuk
membuka perkebunan teh Wonosari sebagai agrowisata. Berdasarkan latar
belakang tersebut dapat diambil rumusan masalah 1) Apa latar belakang
perkebunan teh Wonosari dibuka sebagai agrowisata tahun 1994; 2)
Bagaimana perkembangan agrowisata perkebunan teh Wonosari tahun 1994-
2010; 3) Bagaimana dampak sosial-ekonomi agrowisata perkebunan teh
Wonosari terhadap masyarakat sekitar. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian sejarah. Langkah di metode penelitian ini adalah
heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber berupa arsip agrowisata dan
sumber lisan berupa wawancara dengan karyawan PTPN XII (Persero) dan
penduduk sekitar agrowisata, kritik yaitu tahap untuk memilih sumber-
sumber yang telah ditemukan, interpretasi yaitu tahap melakukan analisis
terhadap fakta-fakta yang ditemukan berbagai sumber baik primer maupun
sekunder, historiografi yaitu tahap penyajian hasil laporan penelitian dalam
bentuk tulisan dengan penulisan sejarah yang benar. Agrowisata perkebunan
teh Wonosari bertujuan mendapatkan laba dan memanfaatkan peningkatan
usaha pariwisata di Indonesia. Perkembangan agrowisata perkebunan teh
Wonosari dibedakan menjadi tiga fase yaitu fase awal tahun 1994-1996, fase
tengah 1997-2001 dan fase akhir 2002-2010. Agrowisata perkebunan teh
Wonosari memberikan dampak sosial- ekonomi terhadap masyarakat sekitar.
Agrowisata perkebunan teh Wonosari dapat menyerap tenaga kerja namun
usaha produksi lebih dapat menyerap tenaga kerja dari penduduk sekitar
sebagai pemetik teh. Pendapatan pedagang makanan bertambah jika hari libur
menjadi salah satu dampak ekonomi yang dirasakan oleh penduduk sekitar.
Selain itu, agrowisata perkebunan teh Wonosari juga menyumbangkan
pendapatan asli daerah bagi kabupaten Malang.
Kajian-kajian pustaka tersebut mempunyai korelasi dengan penelitian
yang ditulis dimana nantinya membahas tentang sejarah dari obyek wisata
Telaga Sarangan dan pengembangannya. Tak lupa juga adanya partisipasi
dari masyarakat sekitar obyek wisata Telaga Sarangan sebelum pengelolaan
dan pemeliharaannya oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Magetan maupun
setelah pengelolaan dan pemeliharaannya oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Magetan.
G. Kajian Konseptual
Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Telaga Sarangan yang
terletak di Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan Jawa
Timur. Telaga Sarangan adalah telaga alami yang berada di ketinggian 1.200
meter di atas permukaan laut dan terletak di lereng Gunung Lawu, Kecamatan
Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga ini berjarak sekitar 16
kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan
berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 15 hingga 20 derajat
celcius. Telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap
tahunnya
Produk pariwisata utama adalah kunci menarik yang dapat menarik
wisatawan ke tujuan tertentu 10
. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta
“pari” yang berarti hal atau banyak melakukan dan kata “wisata” yang berarti
perjalanan. Jadi pariwisata adalah perjalanan atau banyak melakukan
perjalanan. Menurut Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Secara umum dan secara teknis mengenai pariwisata bahwa secara
umum definisi pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia

10
Abdelati M Benur and Bill Bramwell, ‘Tourism Product Development and Product Diversification
in Destinations’, Tourism Management, 50 (2015), 213–24.
usaha dan masyarakat untuk mengatur mengurus dan melayani kebutuhan
wisatawan. Sedangkan definisi secara teknis, bahwa pariwisata merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan
maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan
tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya
yang diadakan oleh pemerintah ataupun masyarakat agar dapat mewujudkan
keinginan wisatawan 11.
Menurut menteri kehutanan No. 4 Tahun 2012, kegiatan pengelolaan
dan pengembangan pariwisata alam dapat dilakukan di taman nasional
dengan memperhatikan asas kelestarian. Pengelolaan pariwisata alam di
Taman Nasional dapat dilakukan di zona pemanfaatan. Hal yang harus
dilakukan dalam kegiatan pengelolaan pariwisata alam terdiri dari beberapa
unsur yaitu:
1. Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara
2. Jasa Boga dan Restoran, industri jasa di bidang penyelenggaraan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersial.
3. Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di
bidang angkutan darat, laut dan udara.
4. Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan
atau pengunjung.
5. Cinderamata, (souvenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk
dibawa oleh wisatawan pada saat kembali ke tempat asal.
6. Biro Perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari
berangkat hingga kembali.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memegang peranan
penting dalam perkembangan perekonomian suatu wilayah karena diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan wilayah.
Pariwisata juga bersifat multiplier effect yang mampu mendorong sektor-
sektor lain seperti misalnya sektor perdagangan dan jasa, hunian, tenaga
kerja, untuk ikut tumbuh dan mampu berkembang bersamanya. Hal ini juga

11
A Hari Karyono, ‘Kepariwisataan’, Jakarta: Grasindo, 492 (1997).
didukung dengan pernyataan Pendit, yang mengatakan bahwa pariwisata
merupakan salah satu kegiatan yang mampu menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang cepat terutama dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standard hidup serta stimulus bagi perkembangan sektor lainnya
12
.
Pariwisata juga merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda
dengan sektor ekonomi yang lain yaitu dalam proses perkembangannya juga
mempunyai dampak atau pengaruh dibidang sosial ekonomi dan fisik
kawasan. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut dapat berupa pengaruh positif
maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat. Untuk mencegah
perubahaan itu menuju ke arah negatif maka diperlukan suatu perencanaan
yang mencakup aspek fisik, sosial dan ekonomi, sehingga sedapat mungkin
masyarakat setempat ikut terlibat di dalam perencanaan dan pengembangan
pariwisata. Hal ini perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan
pengembangan daerah wisata yang bersangkutan. Proses pembangunan dan
pengembangan suatu wilayah dapat ditunjang oleh potensi wisata yang
dimilikinya 13.
Dampak sosial ekonomi yaitu dampak negatif atau dampak positif
yang timbul terhadap lingkungan sosial ekonomi dalam kehidupan
masyarakat sebagai akibat perkembangan pariwisata terhadap perubahan
pekerjaan dan pendapatan masyarakat, pola pembagian kerja, kesempatan
kerja dan berusaha 14. Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang kompleks
dan menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek seperti
sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan lain-lain. Aspek yang
mendapat perhatian paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek
yang dianggap penting ialah aspek ekonomi. Dalam skala nasional,
pengembangan pariwisata akan memberikan dampak positif terhadap

12
Pendit.
13
Rudi Biantoro and Samsul Ma’rif, ‘Pengaruh Pariwisata Terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi
Masyarakat Pada Kawasan Objek Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang’, Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Kota), 3.4 (2014), 1038–47.
14
Soekadijo GR, ‘Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai “System Linkage”)’, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka, 1997.
perekonomian suatu negara. Menurut dampak tersebut dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung, meliputi:
a. Kegiatan industri pariwisata mampu menyerap tenaga kerja dan
mendorong munculnya berbagai lapangan kerja dan usaha yang
menunjang kegiatan pariwisata.
b. Meningkatkan perkembangan suatu daerah, karena pada umumnya
daerah wisata terletak di pantai, gunung gunung dan daerah daerah
terpencil yang mempunyai keindahan alam yang dapat dijadikan
sebagai obyek wisata. Sehingga kegiatan ekonomi dapat berkembang
dan meluas ke daerah daerah tersebut.
2. Pengaruh tak langsung meliputi:
a. Dampak Penggandaan (Multiplier Effect) Sejumlah uang yang
diterima dalam masyarakat akan menimbulkan beberapa transaksi
yang jumlahnya tergantung pada kondisi ekonomi.
b. Memajukan pasaran produk produk tertentu karena pariwisata
merupakan daya konsumtif yang dinamis yang dapat mendorong
konsumsi produk produk tersebut.
c. Penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak langsung maupun
retrubusi dari karcis tanda masuk dan parkir kendaraan.
Penelitian ini akan membahas mengenai “Pengaruh tempat wisata
Telaga Sarangan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat sekitar (1998-
2000)” dengan menggunakan perspektif sejarah dan pendekatan ekonomi.
Dalam hal ini dampak dari tempat wisata Telaga Sarangan terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat sekitar.
H. Metode Penelitian
Sesuai dengan latarbelakang keilmuan yang penulis ambil yaitu Ilmu
Sejarah dan menegaskan kembali bahwa karya tulis ini merupakan karya
sejarah, maka tentunya metode yang digunakan adalah metode sejarah.
Metode disini mempunyai arti ilmu-ilmu atau cara untuk memperoleh sebuah
kebenaran dengan data-data yang diperoleh dilapangan, yang kemudian
disusun dengan terstruktur agar menghasilkan sebuah temuan baru atau
pengetahuan baru. Dengan begitu metode sejarah adalah proses pencarian
sumber arsip dan data sejarah, baik berupa teks, audio, visual hingga lisan,
yang kemudian diverifikasi kebenarannya dan kemudian tafsirkan hingga
sampai pada tahap akhir, yaitu dituliskan menjadi sebuah karya tulis ilmiah 15.
Metode penelitian sejarah terbagi dalam empat tahap: pertama adalah
tahap heruistik atau mengumpulan sumber arsip dan data sejarah, verifikasi,
intrepretasi atau penafsiran dan terakhir adalah penulisan atau historiografi.
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Tahap pertama metode sejarah adalah Heruistik. Tahap ini adalah
tahap mengumpulkan sumber arsip dan data sejarah. Sumber (sumber
sejarah disebut juga data sejarah; data dari bahasa Inggris datum (bentuk
tunggal) atau data (bentuk jamak); bahasa Latin datum berarti pemberian)
yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.
Dalam proses pengumpulan sumber sejarah untuk menyusun penelitian
Pengaruh tempat wisata Telaga Sarangan terhadap perkembangan
ekonomi masyarakat sekitar (1998-2000), penulis mendapatkan sumber
sejarah yakni: sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber utama, yang belum diolah
isinya. Sumber tersebut berasal dari sumber atau penulis yang
mengalami sendiri maupun mendengar sendiri terkait suatu peristiwa
yang tertulis dalam sumber tersebut. Sumber primer merupakan saksi
dari suatu peristiwa, baik berua tulisa, audio, gambar maupun
menyaksikan dengan panca inderanya sendiri 16.
1) Studi Pustaka
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data
dengan tinjauan pustaka ke perpustakaan dan pengumpulan
bukubuku, bahan-bahan tertulis serta referensi-referensi yang
15
Dedi Irwanto and Sair Alian, ‘Metodologi Dan Historiografi Sejarah’ (Eja_Publisher, Yogyakarta,
2014).
16
Nina Herlina, ‘Metode Sejarah’ (Satya Historika, 2020).
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan 17. Dokumen
merupakan sumber tertulis yang memuat informasi sejarah yang
berasal dari berbagai sumber data, seperti tulisan, lisan, gambar
dan arkeologis . Dalam penelitian ini, pengumpulan sumber
18

data dilakukan dengan mengumpulkan data dari BAPEDDA,


Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magetan, Badan Pengelola tempat
wisata Telaga Sarangan.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara peneliti dapat melakukan face-to-face interview
(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan 19
.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur, menurut 20
wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Selanjutnya menurut 21
wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
dengan melakukan obersevasi ke lapangan dengan mencari
informan dari pihak Badan Pengelola tempat wisata Telaga

17
Sugiyono, Metode Penelitian, 3rd edn (bandung: alfabeta, 2016).
18
Louis Gottschalk and Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah
(Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1975).
19
John W Creswell and Cheryl N Poth, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among
Five Approaches (Sage publications, 2016).
20
Sugiyono.
21
Sugiyono.
Sarangan, pegiat komunitas, juga masyarakat atau pedagang
yang terdampak dengan adanya pengembangan tempat wisata
Telaga Sarangan dalam temporal yang sudah ditentukan, yakni
tahun 1998-2000.
3) Observasi Lapangan
Observasi merupakan upaya untuk pengumpulan data
yang dilakukan ketika peneliti langsung turun ke lapangan untuk
mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi
penelitian 22. Observasi lapangan yang dilakukan pada penelitian
ini dilakukan dengan cara mengunjungi tempat wisata Telaga
Sarangan untuk mengamati secara langsung objek yang akan
diteliti, dan melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan
dengan berkembangnya tempat wisata Telaga Sarangan.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber sejarah yang diperoleh
dari seusuatu yang tidak terlibat langsung dalam suatu peristiwa.
Sumber sekunder dapat diperoleh dari keluarga atau orang-orang
terdekat dari pelaku sejarah dan saksi sejarah. Sumber sekunder
merupakan sumber yang telah diolah, seperti: orang yang pernah
mendengar hasil keterangan dari pelaku sejarah, buku-buku maupun
artikel-artikel terkait suatu peristiwa 23. Pada penelitian ini, sumber
sekunder diambil dari berita-berita yang termuat di koran atau media
massa lainnya yang relevan dengan topik yang dibahas.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan tahapan untuk menganalisa,
memisahkan dan mencari sumber untuk memperoleh sumber yang
dibutuhkan secara valid/kredibel. Pada tahap ini akan dilakukan memilah
atau menyeleksi data tersebut kredibel atau tidak, baik dari segi isinya
atau bentuknya agar dapat dipertanggungjawabkan 24. Kritik sumber atau
22
Creswell and Poth.
23
Herlina.
24
Abdurrahman Dudung, ‘Metode Penelitian Sejarah’, Jakarta: Logos Wacana, 1999.
verifikasi merupakan suatu kegiatan menganalisis, memilah, dan menguji
suatu sumber secara kritis untuk mendapat sumber yang autentik 25
.
Sumber-sumber yang digunakan harus dinilai terlebih dahulu melalui
kritik ekstren dan kritik intern untuk mengetahui kebenaran dan keaslian
sumber tersebut. Tujuan utama dari kritik sumber adalah menyeleksi data
yang ada, sehingga memperoleh fakta yang diperlukan.
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah aktivitas mengkritisi sumber dari wujud
fisiknya atau luarnya. Penilaian sumber dari segi fisik sumber
dilakukan untuk dapat mengetahui dan menetapkan kredibiltas
sumber yang lebih dulu dilakukan sebelum kritik intern 26
. Untuk
kritik ekstern, penulis melakukan pengecekan dengan memilah
dokumen, buku literatur, arsip yang berkaitan dengan fokus
penelitian ini, yaitu mengenai data pengaruh tempat wisata Telaga
Sarangan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat sekitar
(1998-2000).
b. Kritik Intern
Kritik intern merupakan kegiatan untuk mengkritisi sumber
untuk melihat kredibilitas sumber, objektivitas maupun subjektivitas
sumber. Kritik intern merupakan kritik terkait isi buku, objektivita
dan subjektifitas dari buku tersebut atau dipakai untuk memperoleh
keabsahan sumber (dapat dipercaya atau tidak) 27
. Penulis akan
memilah sumber yang berasal dari buku-buku, arsip, artikel,
dokumen, skripsi, tesis dan sumber lain yang terpercaya, yang
berkaitan dengan fokus penelitian ini, untuk menguji keasliannya
dan dari segi bahasa dan tulisannya.
3. Interpretasi

25
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Penerbit Ombak, 2011).
26
M Wasino and Hartatik Endah Sri, ‘Metode Penelitian Sejarah: Dari Riset Hingga Penulisan’,
2018.
27
Ida Bagus Mantra, Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa Ke Kota Di Indonesia (Pusat Penelitian
Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, 1989).
Interpretasi merupakan tahap mengaitkan antara sumber satu
dengan sumber lainnya untuk meenghasilkan suatu fakta baru secara
utuh. Pada tahap ini, tidak semua fakta yang telah ditemukan dimasukkan
ke dalam penulisan, tetapi dipilih terlebih dahulu mana yang sesuai
dengan fokus penelitian ini. Dalam melakukan penafsiran peneliti harus
bersikap objektif. Dalam melakukan interpretasi penulis menggunakan
data-data seperti buku, koran, arsip, skripsi terdahulu, hasil wawancara,
ataupun artikel yang sesuai dengan fokus penelitian.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap akhir dari penulisan sejarah. Pada
tahap ini penulis melakukan penyusunan dan penulisan kembali dari hasil
penasfirannya berdasarkan data yang diperoleh yang dianggap valid dan
kredibel untuk menjadi sebuah karya ilmiah sejarah yang deskriptif dan
disusun secara kronologis sesuai dengan metodologi penelitian sejarah.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “pengaruh tempat wisata
Telaga Sarangan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat sekitar (1998-
2000)”, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagia berikut:
BAB I, merupakan bab pendahuluan dalam penulisan skripsi ini. Bab
pendahuluan ini memuat latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kajian konseptual,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II, memuat deskripsi wilayah mencakup kondisi geografis dan
demografis Kabupaten Magetan, gambaran umum wisata Telaga Sarangan,
dan sejarah wisata Telaga Sarangan.
BAB III, menjelaskan mengenai perkembangan wisata Telaga
Sarangan, potensi dan hambatan dalam upaya revitalisasi wisata Telaga
Sarangan, dan peran pemerintah dalam mengembangkan wisata Telaga
Sarangan.
BAB IV, membahas mengenai pengaruh tempat wisata Telaga
Sarangan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat sekitar (1998-2000).
BAB V, berisi simpulan dari hasil kesimpulan jawaban dari
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah.

J. Daftar Pustaka

Abdurrahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Penerbit Ombak,


2011)

Astina, Made Arya, and Ketut Tri Budi Artani, ‘Dampak Perkembangan
Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sanur’,
Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 7.2 (2017), 141–46

Benur, Abdelati M, and Bill Bramwell, ‘Tourism Product Development and


Product Diversification in Destinations’, Tourism Management, 50 (2015),
213–24

Biantoro, Rudi, and Samsul Ma’rif, ‘Pengaruh Pariwisata Terhadap Karakteristik


Sosial Ekonomi Masyarakat Pada Kawasan Objek Wisata Candi Borobudur
Kabupaten Magelang’, Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 3.4
(2014), 1038–47

Creswell, John W, and Cheryl N Poth, Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing among Five Approaches (Sage publications, 2016)

Dudung, Abdurrahman, ‘Metode Penelitian Sejarah’, Jakarta: Logos Wacana,


1999

Gottschalk, Louis, and Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah: Pengantar


Metode Sejarah (Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1975)

GR, Soekadijo, ‘Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai “System


Linkage”)’, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997

Herlina, Nina, ‘Metode Sejarah’ (Satya Historika, 2020)

Irhamna, Sani Alim, ‘Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Perekonomian


Masyarakat Sekitar Objek Wisata Di Dieng Kabupaten Wonosobo’,
Economics Development Analysis Journal, 6.3 (2017), 320–27

Irwanto, Dedi, and Sair Alian, ‘Metodologi Dan Historiografi Sejarah’


(Eja_Publisher, Yogyakarta, 2014)
Kartika, Ratna, ‘Perkembangan Agrowisata Perkebunan Teh Wonosari Tahun
1994-2010’, Avatara, 2.3 (2014)

Karyono, A Hari, ‘Kepariwisataan’, Jakarta: Grasindo, 492 (1997)

Kodhyat, H, Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia (Gramedia


Widiasarana Indonesia untuk Lembaga Studi Pariwisata Indonesia, 1996).

Mantra, Ida Bagus, Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa Ke Kota Di Indonesia
(Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, 1989)

Padmasana, Galih Fajar, ‘Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Objek Wisata


Alam Air Terjun Sedudo Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk (1992-
1997)’, Avatara, 4.3 (2016)

Pendit, Nyoman S, ‘Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana’, 1990

Ramadhana, Nora, Husaini Ibrahim, and Zainal Abidin AW, ‘Perkembangan


Pariwisata Di Kota Banda Aceh Tahun 1970-2015’, JIM: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 1.1 (2016)

Saputro, Agil Wahyu, And Septina Alrianingrum, ‘Wisata Telaga Ngebel


Kabupaten Ponorogo Tahun 1993-2000’, Avatara, 7.1 (2019)

Sugiyono, Metode Penelitian, 3rd edn (bandung: alfabeta, 2016)

Suryadana, M, ‘Pengantar Pemasaran Pariwisata’, 2015

Wasino, M, and Hartatik Endah Sri, ‘Metode Penelitian Sejarah: Dari Riset
Hingga Penulisan’, 2018

Anda mungkin juga menyukai