Abstract
Tourism is becoming a momentum in increasing regional revenues in Indonesia, one of the regions
with interesting tourist attractions located in Malang regency. Embung Malangsuko tourism with
an area of 0.8 hectares can become an irrigation dam, and a tourist destination in Tumpang sub-
district. SWOT analysis to provide an overview of the development of tourism potential, and the
condition of the strategic region. It is hoped that this research can introduce Embung Malangsuko
tourist attractions, provide alternative problem solving related to problem problems in WEM, and
maintain the sustainability of malangsuko reservoir sub-function. The research used is qualitative
research with observation methods, and data collection through literature studies in the form of
journals. Articles, and additional documents.
Abstrak
Pariwisata menjadi momentum dalam meningkatkan pendapatan daerah di Indonesia, salah satu
wilayah dengan obyek wisata yang menarik terletak di kabupaten Malang. Wisata Embung
Malangsuko dengan luas 0,8 hektar mampu menjadi dam irigasi, dan destinasi wisata di kecamatan
Tumpang. Analisis SWOT untuk memberikan gambaran terkait pengembangan potensi pariwisata,
dan kondisi wilayah yang strategis. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memperkenalkan obyek
wisata Embung Malangsuko, memberikan alternatif penyelesaian masalah terkait problemtika pada
WEM, dan menjaga kelestarian sub fungsi waduk Malangsuko. Penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan metode observasi, dan pengumpulan data melalui studi kepustakaan
berupa jurnal. Artikel, dan dokumen tambahan.
Metode
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Mantra, 2004). Jenis
penelitian yang diterapkan adalah kualitatif, model ini dapat memaparkan aspek pemahaman
secara lebih dalam, bukan hanya memandang generalisasi dari suatu permasalahan. Penelitian
jenis ini sesuai dengan keadaan natural. Maka digunakan sebuah metode kualitatif yang lebih
mengarah pada analisis deskriptif. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati
embung Malangsuko terkait waduk irigasi, kegiatan pariwisata, dan problematika yang terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan non-formal dapat memudahkan proses penelitian secara
alami, tanpa adanya hambatan.
2
Hasil dan Pembahasan
1. Pariwisata dan Aspek Lingkungan Wisata Embung Malangsuko
Objek wisata waduk Malangsuko yang berada pada desa WringinSongo Dusun
Malangsuko, kec. Tumpang Kab. Malang. Didirikan tahun 2010 dengan partispasi dari
UPTD, BumDes , dan GHIPTA yang diperuntukkan untuk keperluan irigasi. Waduk ini
disebut juga dengan Wisata Embung Malangsuko (WEM). Luas embung mencapai 0,8
hektar dengan kedalaman 2-4 meter dapat digunakan untuk pengairan sawah, ladang, dan
tadah hujan. Awalnya tempat ini tidak dimaksudkan untuk sarana wisata, karena inisiatif
dari masyarakat setempat guna menambah pendapatan, dan besarnya minat pengunjung.
Fungsional dari embung wisata Malangsuko memiliki empat fungsi yaitu irigasi dan tadah
hujan, tempat wisata, dan budidaya ikan. Sarana irigasi dari berbagai lahan dan sawah
seluas 46 hektar dan meliputi desa Nongkosongo, Pucangsongo, WringinSongo,
Glanggang dan Malangsuko. Sumber air berasal dari sungai rolak Tumpang dengan
kapasitas tair 24.000 m3, tujuan dari irigasi agar mencegah gagal panen. Di tengah
perannya sebagai induknya irigasi pada WEM pernah terjadi permasalahan yaitu
pendangkalan dasar waduk. Adanya sedimentasi pada dasar waduk akan mengganggu
volume air. Volume dan debit air yang berkurang akan menurunkan suplay ke saluran
irigasi. Sedimentasi terjadi akibat adanya hujan yang menyebabkan air keruh, Kemudian
terbentuk residu yang akan menyebabkan penumpukan sedimen pada air WEM dalam
waktu yang lama. Tahun 2020 Upaya dilakukan oleh UPTD dan GHIPTA adalah melakukan
normalisasi dengan pengerukan dasar WEM untuk memulihkan kembali fungsi waduk
buatan. Problematika pada waduk embung Malangsuko yang terjadi karena dipengaruhi
oleh iklim dan aktivitas manusia.
3
Gambar 2. Waduk Wisata Embung Malangsuko
Srength dari destinasi wisata ini menjadi kunci pemting berjalannya kegiatan
pariwisata. Istilah wisata embung Malangsuko mulai diperkenalkan karena waduk buatan
Malangsuko menerapkan konsep wisata pemancingan ikan. Dipopulerkan dengan nama
WEM (Wisata Embung Malangsuko) menjadi daya tarik masyarakat untuk menjadikan
tempat ini sebagai daerah tujuan wisata. Atraksi yang disajikan berupa sarana
pemancingan ikan mujaer, lele, dan tombro. Kegiatan memancing tidak dipungut biaya,
karena WEM merupakan badan usaha milik desa yang dikelola pemerintah daerah sebagai
program pembangunan 4 embung. Daya tarik lainnya yaitu terletak pada spot foto dan
olahraga air seperti perahu, jasa penyewaan perahu dipatok dengan harga Rp 15.000.
Akomodasi yang disajikan berupa warung kopi, dan baliho di pinggiran waduk.
4
Penyediaan persewaan alat pancing dengan harga mulai dari Rp. 10.000-Rp 20.000. Harga
yang relatif murah unttuk rekreasi keluarga, karena pada umumnya banyak tempat wisata
yang menerapkan biaya mahal bagi para wisatawan, khususnya bagi masyarakat non-
lokal.
Dari segi aksesbilitas wisata embung Malangsuko mudah dijangkau, akses jalan
yang sudah memadai dan fleksibel untuk semua orang. Jika dari arah Malang dapat
melewati jalur Malang-Pakis-Tumpang dengan estimasi waktu sekitar 2 jam perjalanan
ditempuh dengan kendaraan. Nilai estika dari wisata Embung Malangsuko dilihat dari segi
keindahan alam menyajikan panorama sunset pada sore hari. Jam operasional hingga
sampai pukul 06.00 memberikan kesempatan bagi para wisatawan dan pengunjung untuk
menikmati salah satu anugrah ciptaan Tuhan. Berbeda dengan tempat wisata lainnnya,
waduk ini memiliki keunikan yang menjadi atraksi dari sebuah natural alam. Sehingga
saat sore banyak kaum milenial yang memburu foto untuk keperluan media sosial
tentunya, melalui media sosial wisata embung Malangsuko akan dikenal pada ranah yang
lebih luas karena keindahan alamnya.
Analisis peluang wisata embung Malangsuko ditinjau dari perannya sebagai waduk
irigasi. Letaknya yang berada pada di Dusun Malangsuko Desa Wringin Songo, Kecamatan
Tumpang. Karena Tumpang merupakan kawasan agraris tidak menutup kemungkinan
untuk mendirikan sebuah wisata petik buah, dan sayur. Pada sebelah barat dan selatan
waduk Malangsuko terdapat sebuah ladang dan sawah dengan tanaman tomat, cabai,
5
padi, tebu, dan lainnya. Debit andalan waduk yang mampu mengairi hingga 80 % akan
mendukung kegiatan wisata berkonsep petik buah dan sayur.
Peluang yang kedua yang paling menjanjikan adalah wisata berkonsep spot foto
ikonik dengan mendirikan jembatan bambu, ditambah dengan kedai kopi yang entrik
dapat memberikan sebuah dorongan anak muda untuk berkunjung ke tempat wisata
embung Malangsuko. Pada areal pinggiran waduk yang berbatasan dengan sawah ladang
dapat didirikan sebuah jembatan bamboo. Model semacam ini terbukti pada wisata
jembatan bambu di kecamatam Jabung yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan
pengunjung. Konsep wisata dengan kedai kopi juga bisa menjadi potensial. Dukungan
atraksi alam berupa pemandangan sunset pada sore hari di wisata embung Malangsuko
akan menjadi magnet utama dalam kegiatan pariwisata, khususnya kalangan anak muda,
sehingga akan memperbesar [eluang untuk berkembang kedepannya.
6
3. Aspek Sosial Wilayah kecamatan Tumpang
SD SMP SMA/SMK
10%
19%
71%
Aspek sosial pada kecamatan Tumpang dapat dilihat dari berbagai segi. Bidang
pendidikan dikatakan maju. Jumlah terbanyak terletak pada sekolah dasar, karena tingkat
dasar menjadi awal dari proses pendidikan. Banyak dari masyarakat Tumpang yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, karena faktor ekonomi dan stigma masyarakat. Hal
ini dibuktikan dengan penurunan jumlah siswa SMA dari mulai dari tingkatan sekolah dasar,
sebanyak 744 orang sarjana yang mana berbanding terbalik dengan jumlah lulusan SD yaitu
3.265 orang. Kemudian bidang kependudukan kecamatan Tumpang memiliki dengan jumlah
penduduk 75.657 jiwa penduduk (BPS,2020). Pada tahun 2016 kepadatan penduduk mencapai
255 orang/km, padat penduduk karena kondisi wilayah yang mendukung mulai dari fasilitas,
air bersih, iklim, fisiografi wilayah sumber daya alam, dan ekonomi. Permasalahan sosial
kecamatan kemiskinan, dan rendahnya tingkat pendidikan yang dipengaruhi oleh masyarakat
itu sendiri.
Bidang kesehatan dan keagamaan pada masyarakat Tumpang, segi kesehatan wilayah
ini mempunyai fasilitas dengan 2 rumah sakit umum swasta, 1 puskesmas, dan 2 puskesmas
pembantu. Melalui adanya fasilitas kesehatan masyarakat akan terjamin kesehatannya,
letaknya yang saling berasosiasi akan memudahkan masyarakat berobat. Bidang keagamaan
masyarakat Tumpang memiliki mayoritas agama Islam dengan presentase sebesar 98,6%,
sehingga tidak heran jika banyak ditemukan masjid, mushola, ataupun majelis Islam.
7
mendapatkan dukungan dari para warga sekitarnya, hal ini direalisasikan pada pengadaan
perlombaan memancing dan bazat pada hari-hari besar nasional.
8
8. Museum Panji 8. Desa Wisata Budaya Tulusbbesar
Dampak yang di akibatkan dari adanya perkembangan wisata yang kian pesat di
kecamatan Tumpang menekankan pada peningkatan sektor perkonomian dalam
pembangunan wilayah. Naiknya pendapatan asli daerah (DAP) merambah pada sektor
ketenagakerjaan, alhasil banyak tersedia lapangan kerja baru yang menyerap tenaga kerja,
sehingga mengurangi angka pengangguran dan laju urbanisasi masyarakat di kecamatan
Tumpang. Dampak positif di dunia pendidikan dari adanya perkembangan wisata menjadikan
pentingnya peningkatan kualitas pendidikan, buktinya banyak SMA/SMK yang di bekali
dengan bidang Ketrampilan khusus, contohnya pada SMA Diponegoro Tumpang yang memiliki
6 ketrampilan yaitu tata busana, tata boga, elektro, sablon, dan administrasi perkantoran.
Kemudian dalam bidang interaksi sosial cenderung meningkatkan solidaritas dan gotong
royong masyarakat. Dampak positif yang ada diharapkan mampu mendongkrak peningkatan
sektor kepariwisataan kecamatan Tumpang, serta dalam pelaksanaanya pembangunan
wilayah haruslah berwawasan pelestarian lingkungan.
9
Sumber : http://perikanan.malangkab.go.id/pd/detail?title=gemadesa-kecamatan-tumpang
Simpulan
Wisata Embung Malangsuko berfungsi sebagai waduk irigasi, budidaya ikan, dan wisata
memancing. Wisata memancing sebagai atraksi dalam kegiatan di waduk buatan yang terletak
di kecamatan Tumpang. Ssistem dam irigasi yang mampu mengairi hingga lima desa mejadi
urgensi pemerintah daerah untuk tetap melestarikan kawasan konservasi sumber daya air, di
tengah perannya sebagai obyek pariwisata. Dinamika pariwisata yang sempat mengalami
penurunan di masa pandemic COVID-19, namun destinasi wisata ini tetap berjalan dan
bertahan.
10
Pengembangan wisata obyek embung Malangsuko tetap dikembangkan, dibuktikan
dengan reparasi wahana, sarana dan prasarana di tempat wisata tersebut, beraosiao dengan
obyek wisata lain hingga potensi wilayah yang mendukung, wisata Embung Malangsuko akan
berkembang secara berkelanjutan. Bencana kekeringan yang melanda masyarakat dan
merugikan petani, menjadikan urgensi pengelolaan waduk sebagai sistem irigasi. Oleh karena
itu, pengembangan obyek wisata dilakukan dengan tetap menjaga lingkungan dari segi daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
Ucapan terimakasih kepada bapak Drs. I Komang Astina, M.S.selaku dosen pengampu
mata kuliah Geografi Pariwisata yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan untuk
melakukan kajian ilmiah tentang obyek Wisata Embung malangsuko. Mohon maaf apabila
ada kesalahan dan kekurangan terkait penugasan, semoga selalu senantiasa diberikan
kesehatan dan hidup yang barokah.
Daftar Rujukan
Arjana, I Gusti Bagus. (2016). Geografi Pariwisata dan ekonomi kreatif. Jakarta: Rawajali Pers.
Badan Pusat Statistik. (2020).” Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara 2017-2019,”
https://www.bps.go.id/indicator/16/1189/1/jumlah-perjalanan-wisatawan-nusantara.html.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kecamatan Tumpang dalam angka 2020. BPS Kabupaten Malang: Malang.
Basuki. 2020. “UPTD SDA Tumpang dan GHIPPA Tirto Songo Lakukan Normalisasi Embung UPTD SDA
Tumpang dan GHIPPA Tirto Songo Lakukan Normalisasi Embung,” https://malangpagi.com/uptd-sda-
tumpang-dan-ghippa-tirto-songo-lakukan normalisasi-embung/ diakses pada 12 April 2020
Cipta, Shinta Widyaning. (2017). Pengembangan Komoditas Unggulan Di Wilayah Pengembangan Tumpang
Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian : (7) 115-206
KEMENPRAKEF.(2021). “ Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi,”
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-Indonesia-di-Tengah Pandemi
diakses pada 2021.
Simanjuntak, Bungaran A., dkk. (2017). Sejarah Pariwisata : Menuju Pengembangan Pariwisata Indonesia.
Jakarta: IKAPI.
Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. N. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Suarto, E. (2017). Pengembangan Objek Wisata Berbasis Analisis Swot. Jurnal Spasial, 3(1), 19–24.
https://doi.org/10.22202/js.v3i1.1597
Wicaksono, Erwin. (2021).”Rencana Pembangunan Proyek Gondola Pemkab malang siapkan lahan di
kecamatan Tumpang,”https://surabaya.tribunnews.com/2021/05/15/rencanapembangunan-
proyek-gondola-pemkab-malang-siapkan-lahan-di-kecamatan-tumpang diakses pada 15 Mei 2021.
Wulandari, Tutut, dkk. (2020). Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Pola Operasi Embung Malangsuko Tumpang
Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian Vol. 8 No.1 : 63-71.
11