Anda di halaman 1dari 11

Wisata Embung Malangsuko dan Perkembangan wilayah

kecamatan Tumpang, kabupaten Malang


Irma Yanuar 1, Drs. I Komang Astina, M.S.1*
Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial
1Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

*Penulis Korespondensi: irma.yanuar.2007216@students.um.ac.id

Abstract

Tourism is becoming a momentum in increasing regional revenues in Indonesia, one of the regions
with interesting tourist attractions located in Malang regency. Embung Malangsuko tourism with
an area of 0.8 hectares can become an irrigation dam, and a tourist destination in Tumpang sub-
district. SWOT analysis to provide an overview of the development of tourism potential, and the
condition of the strategic region. It is hoped that this research can introduce Embung Malangsuko
tourist attractions, provide alternative problem solving related to problem problems in WEM, and
maintain the sustainability of malangsuko reservoir sub-function. The research used is qualitative
research with observation methods, and data collection through literature studies in the form of
journals. Articles, and additional documents.

Keyword: Embung Malangsuko; Development

Abstrak
Pariwisata menjadi momentum dalam meningkatkan pendapatan daerah di Indonesia, salah satu
wilayah dengan obyek wisata yang menarik terletak di kabupaten Malang. Wisata Embung
Malangsuko dengan luas 0,8 hektar mampu menjadi dam irigasi, dan destinasi wisata di kecamatan
Tumpang. Analisis SWOT untuk memberikan gambaran terkait pengembangan potensi pariwisata,
dan kondisi wilayah yang strategis. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memperkenalkan obyek
wisata Embung Malangsuko, memberikan alternatif penyelesaian masalah terkait problemtika pada
WEM, dan menjaga kelestarian sub fungsi waduk Malangsuko. Penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan metode observasi, dan pengumpulan data melalui studi kepustakaan
berupa jurnal. Artikel, dan dokumen tambahan.

Kata kunci: Embung Malangsuko; Perkembangan

Pariwisata merupakan perjalanan manusia yang dilakukan di luar aktivitas


kesehariannya dengan tujuan mencari kesenagan, belajar, kepentingan bisnis, dan lainnya,
Pariwisata menawarkan sebuah jasa dengan segala fasilitas, pelayanan, pemesanan, dan
kebutuhan sementara untuk meningkatkan kenyamanan bagi pelaku pariwisata. Di Indonesia
aktivitas pariwisata menjadi kompleks, karena dalam lingkaran wisata mengandung unsur
budaya, alam ,dan faktor pendukung lainnya. Pariwisata sebagai industri yang dapat
memberikan nafkah bagi sektor ekonomi sebuah negara. Pada tahun 2019 sektor pariwisata
memberikan kontribusi devisa senilai 280 trilliun yang mengalahkan pesaing dari sektor
minyak bumi, dan gas.

Sejak mewabahnya covid-19 memasuki tahap penurunan. Latar belakang dari


penurunan sektor pariwisata yaitu Aturan jaga jarak(physical distancing) yang berlangsung
hingga keseluruh wilayah Indonesia, dalam serentak sektor pariwisata menjadi lumpuh,
Hingga pada 2020 sektor pariwisata menurun ditandai dengan menurunya pengunjung hanya
25% dari wisata tahun sebelumnya ( kemeparekraf, 2019). Jasa, pelayanan, dan fasilitas
mencerminkan tolak ukur karakteristik pariwisata di Indonesia, karena sifatnya yang abstrak,
sehingga pariwisata dapat dirasakan melalui kualitas. Perkembangan dunia jasa pariwisata
begitu pesat di Indonesia. Komponen pendukung lainnya selain jasa, fasilitas dan pelayanan
ialah budi luhur masyarakat Nusantara yang ramah dan sopan dalam menyambut turis
mancanegara maupun domestik. Aktivitas pariwisata di Indonesia antara lain wisata alam,
wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, wisata agama, dan wisata olahraga. Ciri khas
bangsa Indonesia yang majemuk dengan kenakaragaman suku, bangsa, agama, adat istiadat,
budaya, dan bahasa menjadi awal cikal bakal adanya industri dengan aktivitas yang kompleks.
Semua pulau besar di Indonesia memiliki ciri khas spasial bentang alam dan budaya yang
dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Peningkatan jumlah wisatawan menjadi
momentum penting dalam kegiatan industri, oleh karena dibutuhkan sebuah kajian yang
memantau perkembangan pariwisata, karena pariwisata tidak selalu mengalami peningkatan
melainkan juga bisa menuju arah yang stagnan bahkan mati. Untuk memaksimalkan
perkembangan tersebut perlu menggali potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah agar menjadi
jelas dan terstruktur , sehingga mewujudkan pariwisata yang inovatif dan kreatif.

Indonesia memiliki banyak wilayah yang mengembangkan sektor pariwisata sebagai


pemasukan negara, salah satunya sub wilayah kabupaten Malang, tepatnya kecamatan
Tumpang. Penyebaran obyek wisata di distrk dikatakan banyai, konsepwisata yang
mendayagunakan potensi alam sebagai atraksi dalam obyek pariwisata. Kajian di fokuskan
lebih spesifik pada obyek wisata Embung Malangsuko, perkembangan wisata yang cenderung
menurun jika dilihat dari fluktuasi pengunjung yang dinamis. Oleh karena itu perlu adanya
usaha inovatif dan menggali potensi lainnya pada wisata embung Malangsuko agar dapat
menemukan alternatif penyelesaian masalah dalam arah perkembangan wilayah, mengingat
kecamatan Tumpang kaya akan sumber daya alam, serta tempat transit kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru.

Metode
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Mantra, 2004). Jenis
penelitian yang diterapkan adalah kualitatif, model ini dapat memaparkan aspek pemahaman
secara lebih dalam, bukan hanya memandang generalisasi dari suatu permasalahan. Penelitian
jenis ini sesuai dengan keadaan natural. Maka digunakan sebuah metode kualitatif yang lebih
mengarah pada analisis deskriptif. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati
embung Malangsuko terkait waduk irigasi, kegiatan pariwisata, dan problematika yang terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan non-formal dapat memudahkan proses penelitian secara
alami, tanpa adanya hambatan.

2
Hasil dan Pembahasan
1. Pariwisata dan Aspek Lingkungan Wisata Embung Malangsuko

Gambar 1. Suasana Sunset di Wisata Embung Malangsuko

Objek wisata waduk Malangsuko yang berada pada desa WringinSongo Dusun
Malangsuko, kec. Tumpang Kab. Malang. Didirikan tahun 2010 dengan partispasi dari
UPTD, BumDes , dan GHIPTA yang diperuntukkan untuk keperluan irigasi. Waduk ini
disebut juga dengan Wisata Embung Malangsuko (WEM). Luas embung mencapai 0,8
hektar dengan kedalaman 2-4 meter dapat digunakan untuk pengairan sawah, ladang, dan
tadah hujan. Awalnya tempat ini tidak dimaksudkan untuk sarana wisata, karena inisiatif
dari masyarakat setempat guna menambah pendapatan, dan besarnya minat pengunjung.
Fungsional dari embung wisata Malangsuko memiliki empat fungsi yaitu irigasi dan tadah
hujan, tempat wisata, dan budidaya ikan. Sarana irigasi dari berbagai lahan dan sawah
seluas 46 hektar dan meliputi desa Nongkosongo, Pucangsongo, WringinSongo,
Glanggang dan Malangsuko. Sumber air berasal dari sungai rolak Tumpang dengan
kapasitas tair 24.000 m3, tujuan dari irigasi agar mencegah gagal panen. Di tengah
perannya sebagai induknya irigasi pada WEM pernah terjadi permasalahan yaitu
pendangkalan dasar waduk. Adanya sedimentasi pada dasar waduk akan mengganggu
volume air. Volume dan debit air yang berkurang akan menurunkan suplay ke saluran
irigasi. Sedimentasi terjadi akibat adanya hujan yang menyebabkan air keruh, Kemudian
terbentuk residu yang akan menyebabkan penumpukan sedimen pada air WEM dalam
waktu yang lama. Tahun 2020 Upaya dilakukan oleh UPTD dan GHIPTA adalah melakukan
normalisasi dengan pengerukan dasar WEM untuk memulihkan kembali fungsi waduk
buatan. Problematika pada waduk embung Malangsuko yang terjadi karena dipengaruhi
oleh iklim dan aktivitas manusia.

3
Gambar 2. Waduk Wisata Embung Malangsuko

Akomodasi yang ditawarkan sebagai sarana rekreasi yaitu gazebo, warung,


parkir, olahraga air perahu kecil, , spot foto menarik juga menambah nilai keindahan wisata
embung Malangsuko(WEM). Kemudian WEM juga dijadikan sebagai media budidaya ikan
seperti ikan lele, Mujaer, Nila dan mujaer, sarana wisata memancing pada waktu hari libur
ramai dikunjungi, pengurus juga menyediakan sewa alat pancing dari hargaRp.5000 hingga
Rp8000. Daya tarik utama dari wisata embung ini yaitu konsep wisata memancing yang
murah biaya, serta spot foto dan keindahan alam yang disajikan menjadi magnet bagi
pengunjug atau wisatawan. Tiket masuk embung Malangsuko digratiskan, namun hanya
perlu membayar uang parkir berkisar hingga Rp.3000-Rp 5000. Karena dikelola oleh
pemerintah daerah dengan kolaborasi BUMDES waduk ini mendapat suply bibit ikan dan
revitalisasi kawasan waduk. Latar belakang adanya pengelolaan tidak hanya dari segi objek
wisata namun paling utama adalah pengelolaan untuk keperluan origasi pertanian.
Produktifitas sebagai tempat wisata dapat menjadi nilai komersial lebih jika dalam objek
wisata embung Malangsuko dikelola dengan baik dan berwawasan lingkungan hidup.
Inovasi perlu dilakukan agar tidak terjadi fluktuasi pengunjung yang menurun dan stagnan.
Sinergis antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama dalam pengembangan
wisata embung Malangsuko(WEM).

2. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threaths)

2.1 Kekuatan (Strenght)

Srength dari destinasi wisata ini menjadi kunci pemting berjalannya kegiatan
pariwisata. Istilah wisata embung Malangsuko mulai diperkenalkan karena waduk buatan
Malangsuko menerapkan konsep wisata pemancingan ikan. Dipopulerkan dengan nama
WEM (Wisata Embung Malangsuko) menjadi daya tarik masyarakat untuk menjadikan
tempat ini sebagai daerah tujuan wisata. Atraksi yang disajikan berupa sarana
pemancingan ikan mujaer, lele, dan tombro. Kegiatan memancing tidak dipungut biaya,
karena WEM merupakan badan usaha milik desa yang dikelola pemerintah daerah sebagai
program pembangunan 4 embung. Daya tarik lainnya yaitu terletak pada spot foto dan
olahraga air seperti perahu, jasa penyewaan perahu dipatok dengan harga Rp 15.000.
Akomodasi yang disajikan berupa warung kopi, dan baliho di pinggiran waduk.

4
Penyediaan persewaan alat pancing dengan harga mulai dari Rp. 10.000-Rp 20.000. Harga
yang relatif murah unttuk rekreasi keluarga, karena pada umumnya banyak tempat wisata
yang menerapkan biaya mahal bagi para wisatawan, khususnya bagi masyarakat non-
lokal.

Dari segi aksesbilitas wisata embung Malangsuko mudah dijangkau, akses jalan
yang sudah memadai dan fleksibel untuk semua orang. Jika dari arah Malang dapat
melewati jalur Malang-Pakis-Tumpang dengan estimasi waktu sekitar 2 jam perjalanan
ditempuh dengan kendaraan. Nilai estika dari wisata Embung Malangsuko dilihat dari segi
keindahan alam menyajikan panorama sunset pada sore hari. Jam operasional hingga
sampai pukul 06.00 memberikan kesempatan bagi para wisatawan dan pengunjung untuk
menikmati salah satu anugrah ciptaan Tuhan. Berbeda dengan tempat wisata lainnnya,
waduk ini memiliki keunikan yang menjadi atraksi dari sebuah natural alam. Sehingga
saat sore banyak kaum milenial yang memburu foto untuk keperluan media sosial
tentunya, melalui media sosial wisata embung Malangsuko akan dikenal pada ranah yang
lebih luas karena keindahan alamnya.

2.2 Kelemahan (weakness)

Setiap tempat wisata mempunyai standar opreasionalnya masing-masing, sehingga


hal ini menjadi sebuah pengelolaan yang menghasilkan sebuah keutuhan sub fungsi dalam
kegiatan pariwisataan. Daya dukung yang menyajikan sistem manajemen untuk menjaga
kelestarian tempat wisata. Namun jika sistem pengelolaan dan manajemen tidak berjalan
dengan maksimal dapat menyebabkan sebuah problematika, bahkan tidak berfungsinya
salah satu komponen pariwisata. Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh obyek wisata
embung Malangsuko adalah kurangnya pengelolaan properti, jarangnya perawatan, dan
kurangnya kebersihan tempat. Komponen akomodasi seperti perahu, dan spot foto yang
sudah mulai rusak yang tidak dapat digunakan, belum lagi banyak sampah plastik bekas
pada pinggiran waduk. Selain itu kurangnya inovasi pada wisata embung Malangsuko
menjadi penyebab Wisata Embung Malangsuko tidak seramai dulu. Daya tarik utama
berupa atraksi yang berpusat pada properti waduk menjadi kunci utama waduk banyak
dikunjungi, khususnya pada awal pembukaan resmi sebagai tempat wisata pada tahun
2017.

2.3 Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan suatu kondisi atau kemanfaatan terkait sektor kepariwisataan


di masa depan. Peluang yang terjadi di luar kendali dari organisasi, proyek, dan konsep
komersial dari kegiatan pariwisata. Peluang ada jika setiap orang mampu menemukan,
dan mengambil peluang tersebut dengan cara yang kreatif. Di tangan orang yang kreatif
akan menciptakan sebuah konsepsi tentang kegiatan kepariwisataan yang baru dan
inovatif, sehingga peluang berperan mengembangkan kegiatan pariwisata untuk
kedepannya.

Analisis peluang wisata embung Malangsuko ditinjau dari perannya sebagai waduk
irigasi. Letaknya yang berada pada di Dusun Malangsuko Desa Wringin Songo, Kecamatan
Tumpang. Karena Tumpang merupakan kawasan agraris tidak menutup kemungkinan
untuk mendirikan sebuah wisata petik buah, dan sayur. Pada sebelah barat dan selatan
waduk Malangsuko terdapat sebuah ladang dan sawah dengan tanaman tomat, cabai,

5
padi, tebu, dan lainnya. Debit andalan waduk yang mampu mengairi hingga 80 % akan
mendukung kegiatan wisata berkonsep petik buah dan sayur.

Peluang yang kedua yang paling menjanjikan adalah wisata berkonsep spot foto
ikonik dengan mendirikan jembatan bambu, ditambah dengan kedai kopi yang entrik
dapat memberikan sebuah dorongan anak muda untuk berkunjung ke tempat wisata
embung Malangsuko. Pada areal pinggiran waduk yang berbatasan dengan sawah ladang
dapat didirikan sebuah jembatan bamboo. Model semacam ini terbukti pada wisata
jembatan bambu di kecamatam Jabung yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan
pengunjung. Konsep wisata dengan kedai kopi juga bisa menjadi potensial. Dukungan
atraksi alam berupa pemandangan sunset pada sore hari di wisata embung Malangsuko
akan menjadi magnet utama dalam kegiatan pariwisata, khususnya kalangan anak muda,
sehingga akan memperbesar [eluang untuk berkembang kedepannya.

2.4 Tantangan (threats)

Sedimentasi pada areal dasar waduk yang berpotensi mengangggu


keberlangsungan irigasi dalam waktu yang berkelanjutan. Pendangkalan waduk
Malangsuko yang mana akan mengganggu sub-sistem irigasi pada sawah dan ladang,
berkurangnya daya tampung air pertahunnya jika kondisi ini terjadi secara terus –
menerus. Karena hal ini dipengaruhi oleh proses alam, maka pemerintah daerah
melakukan sebuah upaya perbaikan berupa normalisasi wisata embung Malangsuko.
Menelik dari situs berita Malangpagi.com, Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Sumber
Daya Air dan Irigasi Tumpang dan Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GHIPPA)
“Tirto Songo” Desa Malangsuko Kecamatan Tumpang,pada tahun 2020 melakukan gotong
royong untuk mengeruk sedimentasi pada embung Malangsuko, tujuan dilakukan
normaliasi sendiri pada dasarnya juga untuk menjaga kualitas air, debit dan fungsi
embung sebagai waduk irigasi.

Kemudian tantangan yang sesungguhnya adalah pengembangan waduk ini sendiri,


Selera masyarakat setempat yang mudah bosan menjadi tantangan tersendiri bagi para
pengurus dan BUMDES dalam mengembangkan objek pariwisata embung Malangsuko.
Pengkajian terkait perkembangan dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek dan
faktor pariwisata, karena wisata embung Malangsuko berasosiasi dengan 6 obyek wisata
lainnya. Adanya pesaing membuat banyak pengunjung yang mengalihkan tujuan daerah
wisata dari Wisata Embung Malangsuko, adapun obyek wisata yang menjadi pesaing
wisata embung Malangsuko yaitu pemandian Sumber ringin, coban Jahe, pemandian
Precet, sumber pitu, dewi Sri dan Gunung Sari Sunset.

6
3. Aspek Sosial Wilayah kecamatan Tumpang

PRESENTASE PELAJAR KECAMATAN


TUMPANG TAHUN 2019

SD SMP SMA/SMK

10%

19%

71%

Grafik 1. Presentase Pelajar kecamatan Tumpang tahun 2019

Aspek sosial pada kecamatan Tumpang dapat dilihat dari berbagai segi. Bidang
pendidikan dikatakan maju. Jumlah terbanyak terletak pada sekolah dasar, karena tingkat
dasar menjadi awal dari proses pendidikan. Banyak dari masyarakat Tumpang yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, karena faktor ekonomi dan stigma masyarakat. Hal
ini dibuktikan dengan penurunan jumlah siswa SMA dari mulai dari tingkatan sekolah dasar,
sebanyak 744 orang sarjana yang mana berbanding terbalik dengan jumlah lulusan SD yaitu
3.265 orang. Kemudian bidang kependudukan kecamatan Tumpang memiliki dengan jumlah
penduduk 75.657 jiwa penduduk (BPS,2020). Pada tahun 2016 kepadatan penduduk mencapai
255 orang/km, padat penduduk karena kondisi wilayah yang mendukung mulai dari fasilitas,
air bersih, iklim, fisiografi wilayah sumber daya alam, dan ekonomi. Permasalahan sosial
kecamatan kemiskinan, dan rendahnya tingkat pendidikan yang dipengaruhi oleh masyarakat
itu sendiri.

Bidang kesehatan dan keagamaan pada masyarakat Tumpang, segi kesehatan wilayah
ini mempunyai fasilitas dengan 2 rumah sakit umum swasta, 1 puskesmas, dan 2 puskesmas
pembantu. Melalui adanya fasilitas kesehatan masyarakat akan terjamin kesehatannya,
letaknya yang saling berasosiasi akan memudahkan masyarakat berobat. Bidang keagamaan
masyarakat Tumpang memiliki mayoritas agama Islam dengan presentase sebesar 98,6%,
sehingga tidak heran jika banyak ditemukan masjid, mushola, ataupun majelis Islam.

Karakteristik masyarakat yang gotong royong dan guyub-rukun dengan budaya


paguyuban yang masih kental dirasakan, buktinya pada saat festival bersih desa dan kirab
budaya masyarakat sangat kompak. Korelasi karaktersitik sosial masyarakat dengan
kepariwisataan bahwa masyarakat mendukung segala bentuk kegiatan wisata, pendirian
tempat wisata buatan dan alami seperti coban Cinde, coban Jahe, pemandian Sumber ringin,
Sumber Pitu, Candi Jago, Candi Kidal, dan agrowisata Duwet. Masyarakat lokal sendiri yang
suka terhadap kegiatan kepariwisataan, buktinya banyak tempat wisata baru seperti Bromo
Transit Park, Pemandian Precet, dan Semar. Masyarakat desa Malangsuko dan Nongkosongo
mengapresiasi setiap wisatawan yang ingim berkunjung Embung wisata Malangsuko

7
mendapatkan dukungan dari para warga sekitarnya, hal ini direalisasikan pada pengadaan
perlombaan memancing dan bazat pada hari-hari besar nasional.

Kegiatan ekonomi masyarakat Tumpang terdiri dari pertanian, dan perdagangan.


Wilayah yang didominasi oleh sawah dan ladang menjadikan masyarakat bercocok tanam padi,
buah, dan sayur. Topografi wilayah yang mendukung, sebelah barat memiliki topografi datar,
bagian selatan dan utara memiliki bentukan bukit, sungai, dan lembah. Letak geografi wilayah
yang berada dekat kawasan gunung Bromo dan Semeru akan mendukung kegiatan pertanian,
Perdagangan pada wilayah Tumpang mempunyai pusat pasar dengan pangsa yang besar,
banyak masyarakat dari berbagai wilayah yang menjadikan pasar Tumpang sebagai pusat
perbelanjaan. Variasi produk dan harga yang murah menjadi faktor ramainya wilayah
Tumpang dikunjung banyak orang. Pusat administrasi yang berada wilayah ini dengan
berdekatan dengan fasilitas kesehatan, sekolah, tempat wisata, dan sarana-prasarana lain.

Mata pencaharian masyarakat sebagai pedagang, banyak ditemukan juga ditemukan


toko, tempat makan, dan café di pinggiran jalan raya. Kecamatan Tumpang dilalui oleh jalur
lintas provinsi, sehingga banyak yang melakukan transit disini, pada rest area banyak dijumpai
wisatawan yang akan bepergian ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Kepariwisataan dan ekonomi wilayah Kecamatan Tumpang, kedua hal ini saling berkorelasi
dalam menyumbangkan pemasukan daerah, Dimana daerah ini sebagai tujuan wisata akan di
dukung kegiatan ekonomi, misalkan saja wisatawan yang membeli oleh-oleh akan mampir ke
pasar Tumpang. Tumpang dapat menjadi akomodasi yang ditawarkan dalam oleh-oleh khas
daerah ataupun keperluan kebutuhan. Obyek wisata Embung wisata Malangsuko dengan
eksistensinya di tengah masyarakat tetap bertahan dan produktif dalam persaingan kegiatan
pariwisata. Usaha yanh diupayakam yaitu pengadaan bazar makanan pada tahun 2017 untuk
kegiatan ekonomi yang berkonsep wisata, dengan tujuan mengenalkan tempat wisata ini.
Kemudian kegiatan yang sifatnya massal mulai berhenti, karena kebijakan pemerintah pusat
terkait PPKM di masa pandemic covid-19.

4. Obyek Wisata pada Kawasan kecamatan Tumpang

Perkembangan objek wisata pada kawasan kecamatan Tumpang terjadi peningkatan


pesat dengan dibangunnya objek wisata baru bernuansa ekowisata, panorama alam, sumber
daya air, dan bidang lainnya. Dari tahun 2021 terdapat lebih dari 20 objek wisata diantaranya:

OBYEK WISATA KECAMATAN TUMPANG

1. Coban Jahe 1. Wisata sejarah Candi Kidal

2. Coban Cinde 2. Wisata sejarah Candi Jago

3. Sumber Pitu 3. Pemandian Sumber Ringin

4. Sumber Jenon . 4. Pemandian Precet

5. Embung Malangsuko 5. Pemandian Bokor

6. Bromo Transit Park 6. Lembah Tumpang

7. Eko wisata Semar 7. Taman Buah Jeru

8
8. Museum Panji 8. Desa Wisata Budaya Tulusbbesar

9. Coban Jahe 9. Wisata sejarah Candi Kidal

10. Wisata sejarah Candi Jago

Perkembangan wisata didukung penuh oleh pemerintah kecamatan Tumpang. Pada


sektor pertanian mengembangkan komoditas unggulan yaitu tanaman pangan padi jagung dan
ubi jalar pada lahan seluas 1.516 Ha., serta mengembangkan 14 jenis tanaman holtikultura
Kentang, Bawang Putih, Kacang Panjang, Mentimun, Cabe Rawit, Terung, Sawi, Kangkung,
Bayam, Buncis, Tomat, Cabe Besar, Kubis, Buncis, dan Wortel) dan 1 jenis tanaman buah (Apel).
Selain itu pemerintah Malang mendapat mandat dari pemerintah pusat bahwa akan di bangun
gondola di desa Jeru, Tumpang pada lahan seluas 15 hektar . Sektor perdagangan sejak di
bangunnya terminal Wisata pasar Tumpang yang menyediakan kebutuhan akomodasi bagi
sektor pariwisata mengalami kemajuan, sebagai daerah transit Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Hal ini menjadikan komponen pariwisata semakin kompleks dengan sarana
dan parsarana yang berdekatan, hingga tahun 2021 terjadi peningkatan pendapatan asli
daerah kecamatan Tumpang sebesar 50 juta/tahun. Potensi kecamatan Tumpang akan
besarnya peluang mendirikan tempat wisata sangat besar, atmosfer masyarakat yang suka
akan pariwisata, ramai dikunjungi masyarakat lokal dan mancanegara. Banyak para pengusaha
mendirikan tempat wisata baru, berbagai kekayaan sumber daya alam dan budaya mendukung
sektor pariwisata yang ideal.

Dampak yang di akibatkan dari adanya perkembangan wisata yang kian pesat di
kecamatan Tumpang menekankan pada peningkatan sektor perkonomian dalam
pembangunan wilayah. Naiknya pendapatan asli daerah (DAP) merambah pada sektor
ketenagakerjaan, alhasil banyak tersedia lapangan kerja baru yang menyerap tenaga kerja,
sehingga mengurangi angka pengangguran dan laju urbanisasi masyarakat di kecamatan
Tumpang. Dampak positif di dunia pendidikan dari adanya perkembangan wisata menjadikan
pentingnya peningkatan kualitas pendidikan, buktinya banyak SMA/SMK yang di bekali
dengan bidang Ketrampilan khusus, contohnya pada SMA Diponegoro Tumpang yang memiliki
6 ketrampilan yaitu tata busana, tata boga, elektro, sablon, dan administrasi perkantoran.
Kemudian dalam bidang interaksi sosial cenderung meningkatkan solidaritas dan gotong
royong masyarakat. Dampak positif yang ada diharapkan mampu mendongkrak peningkatan
sektor kepariwisataan kecamatan Tumpang, serta dalam pelaksanaanya pembangunan
wilayah haruslah berwawasan pelestarian lingkungan.

5. Perkembangan Wisata Embung Malangsuko

Untuk menjaga konsistensi fungsional waduk dilaksanakan perawatan pada wisata


Embung Malangsuko. Upaya Normalisasi waduk yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan koloborasi BUMDES, Karang Taruna Desa , dan GHIPTA secara berkala. Kemudian
dilakukan penanaman pohon untuk pada pinggiran embung untuk menambah keasrian alam.
Pengembangan wisata Embung Malangsuko juga mendapat perhatian dari Dinas Perikanan
Kabupaten Malang, pelepasan benih ikan yang kedua sebagai wujud implementasi wisata
memancing Embung Malangsuko oleh Bupati Rendra Kresna pada tahun 2016.

9
Sumber : http://perikanan.malangkab.go.id/pd/detail?title=gemadesa-kecamatan-tumpang

Arah Perkembangan embung Wisata Malangsuko untuk kedepannya mengedapankan


perawatan wisata embung Malangsuko dengan tetap memperhatikan fungsi utamanya yaitu
sebagai waduk irigasi sawah dan ladang di kecamatan Tumpang. Eksistensi Wisata Embung
Malangsuko dijaga dengan menerapkan budidaya ikan yang berkonsep wisata Pemancingan.
Dengan luas 0,8 hektar menjadi hambatan dalam mengembangkan wahana wisata, diawasi
oleh pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah desa, waduk buatan Malangsuko yang
memiliki daya tarik juga memperhatikan kelestarian alam dalam upaya pengembangannya
sebagai obyek wisata. Ancaman yang muncul apabila wisata embung Malangsuko dilakukan
pembangunan dalam skala yang besar akan merusak tatanan lingkungan, terlebih jika terjadi
overload. Biasanya obyek wisata yang ramai dikunjungi tanpa ada pengelolaan yang baik akan
menyumbangkan sampah plastik atau semacamnya dari para pengunjung/wisatawan.

Pengembangan obyek wisata yang dilakukan juga memperhatikan kelestarian


lingkungan. Sektor pariwisata tetap berjalan produktif hingga sekarang, tak heran jika terjadi
penurunan pengunjung atau wisatawan, karena masih ada kebijakan pembatasan sosial di
masa pandemic covid -19 pada setiap wilayah Indonesia. Meskipun terjadi fluktuasi para
pengunjung atau wsatawan yang masih dinamis, arah pengembangan oyek wisata embung
tetap konsisten menjaga fungsional waduk irigasi. Kegiatan pariwisata menjadi sektor yang
penting, tetapi dalam pelaksanaanya harus mempertimbangkan unsur fisik wisata Embung
Malangsuko yang berperan menjaga ketahanan pangan. Problematika kekeringan lahan
sekitar tahun 2009 terjawab oleh pembangunan waduk buatan Malangsuko pada tahun 2010
yang menghabiskan dana hingga 1,3 milliar , oleh karena itu meskipun sektor wisata
berdampak positif, pengelolaan embung wisata Malangsuko lebih diutamakan dalam
pelestarian sumber daya air.

Simpulan
Wisata Embung Malangsuko berfungsi sebagai waduk irigasi, budidaya ikan, dan wisata
memancing. Wisata memancing sebagai atraksi dalam kegiatan di waduk buatan yang terletak
di kecamatan Tumpang. Ssistem dam irigasi yang mampu mengairi hingga lima desa mejadi
urgensi pemerintah daerah untuk tetap melestarikan kawasan konservasi sumber daya air, di
tengah perannya sebagai obyek pariwisata. Dinamika pariwisata yang sempat mengalami
penurunan di masa pandemic COVID-19, namun destinasi wisata ini tetap berjalan dan
bertahan.

10
Pengembangan wisata obyek embung Malangsuko tetap dikembangkan, dibuktikan
dengan reparasi wahana, sarana dan prasarana di tempat wisata tersebut, beraosiao dengan
obyek wisata lain hingga potensi wilayah yang mendukung, wisata Embung Malangsuko akan
berkembang secara berkelanjutan. Bencana kekeringan yang melanda masyarakat dan
merugikan petani, menjadikan urgensi pengelolaan waduk sebagai sistem irigasi. Oleh karena
itu, pengembangan obyek wisata dilakukan dengan tetap menjaga lingkungan dari segi daya
dukung dan daya tampung lingkungan.

Ucapan Terima Kasih (Opsional)

Ucapan terimakasih kepada bapak Drs. I Komang Astina, M.S.selaku dosen pengampu
mata kuliah Geografi Pariwisata yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan untuk
melakukan kajian ilmiah tentang obyek Wisata Embung malangsuko. Mohon maaf apabila
ada kesalahan dan kekurangan terkait penugasan, semoga selalu senantiasa diberikan
kesehatan dan hidup yang barokah.

Daftar Rujukan
Arjana, I Gusti Bagus. (2016). Geografi Pariwisata dan ekonomi kreatif. Jakarta: Rawajali Pers.
Badan Pusat Statistik. (2020).” Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara 2017-2019,”
https://www.bps.go.id/indicator/16/1189/1/jumlah-perjalanan-wisatawan-nusantara.html.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kecamatan Tumpang dalam angka 2020. BPS Kabupaten Malang: Malang.
Basuki. 2020. “UPTD SDA Tumpang dan GHIPPA Tirto Songo Lakukan Normalisasi Embung UPTD SDA
Tumpang dan GHIPPA Tirto Songo Lakukan Normalisasi Embung,” https://malangpagi.com/uptd-sda-
tumpang-dan-ghippa-tirto-songo-lakukan normalisasi-embung/ diakses pada 12 April 2020
Cipta, Shinta Widyaning. (2017). Pengembangan Komoditas Unggulan Di Wilayah Pengembangan Tumpang
Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian : (7) 115-206
KEMENPRAKEF.(2021). “ Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi,”
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-Indonesia-di-Tengah Pandemi
diakses pada 2021.
Simanjuntak, Bungaran A., dkk. (2017). Sejarah Pariwisata : Menuju Pengembangan Pariwisata Indonesia.
Jakarta: IKAPI.
Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. N. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Suarto, E. (2017). Pengembangan Objek Wisata Berbasis Analisis Swot. Jurnal Spasial, 3(1), 19–24.
https://doi.org/10.22202/js.v3i1.1597
Wicaksono, Erwin. (2021).”Rencana Pembangunan Proyek Gondola Pemkab malang siapkan lahan di
kecamatan Tumpang,”https://surabaya.tribunnews.com/2021/05/15/rencanapembangunan-
proyek-gondola-pemkab-malang-siapkan-lahan-di-kecamatan-tumpang diakses pada 15 Mei 2021.
Wulandari, Tutut, dkk. (2020). Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Pola Operasi Embung Malangsuko Tumpang
Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian Vol. 8 No.1 : 63-71.

11

Anda mungkin juga menyukai