Anda di halaman 1dari 17

SAUJANA DAN PENGELOLAAN TAMAN WISATA GUNUNG TUNAK

LOMBOK TENGAH SEBAGAI DAYA TARIK WISATA


Hamdani Satriawan
20050095
Abstract
The development of tourism today can be influenced by several factors supporting
the destination. The emergence of new destinations that create experiences that
are different from other places will make tourists feel satisfied during the trip.
Various tourism products with unique tourist attractions make the island of
Lombok more attractive to foreign tourists such as the Gunung Tunak Nature Park
Area. Gunung Tunak Nature Tourism Park is located in Mertak, Pujut Village,
Central Lombok, West Nusa Tenggara. Gunung Tunak Natural Tourism Park has
various potential tourist attractions in the form of protected conservation areas in
forest areas and views of sea water that are still clean and beautiful. In the
management carried out in the Gunung Tunak area, it is still not optimal, there are
various obstacles that must be considered. This paper was created to identify the
potential and tourist attractions in Gunung Tunak Tourism Park.
Keyword: Tourism; Lombok, Saujana: Gunung Tunak, CBT..
Abstraksi
Perkembangan pariwisata saat ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendukung destinasi. Munculnya destinasi baru yang menciptakan pengalaman
yang berbeda dari tempat lain akan membuat wisatawan merasa puas selama
perjalanan. Berbagai produk wisata dengan daya tarik wisata yang unik
menjadikan pulau Lombok semakin diminati wisatawan mancanegara seperti
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tunak. Taman Wisata Alam Gunung
Tunak terletak di Mertak, Desa Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Taman Wisata Alam Gunung Tunak memiliki berbagai potensi tempat wisata
berupa kawasan konservasi yang dilindungi di kawasan hutan dan pemandangan
air laut yang masih bersih dan asri. Dalam pengelolaan yang dilakukan di kawasan
Gunung Tunak masih belum optimal, terdapat berbagai kendala yang harus
diperhatikan. Makalah ini dibuat untuk mengidentifikasi potensi dan daya tarik
wisata di Taman Wisata Gunung Tunak.
Kata Kunci: Pariwisata;lombok, Saujana:Gunung Tunak, CBT.
I. Pengantar
Pengelolaan pariwisata di Indonesia saat ini sangat penting tidak hanya
untuk meningkatkan pendapatan devisa negara, tetapi juga untuk menciptakan
lapangan kerja baru untuk memperluas peluang usaha dan mengurangi
pengangguran. Pengembangan pariwisata harus direncanakan dengan baik,
karena tanpa perencana yang baik, pariwisata sebagai industri dapat
terpengaruh secara negatif. Manajemen pariwisata tidak hanya menguntungkan
daerah, tetapi juga orang-orang yang tinggal di dekat tujuan.
Nusa Tenggara Barat adalah Provinsi yang mempunyai posisi strategis
karena berada pada lintas perhubungan Banda Aceh-Atambua yang secara
ekonomis menguntungkan. Selain itu Provinsi NTB merupakan lintas
perdagangan Surabaya dan Makasar dan yang utama jika dilihat dari sudut
pandang pariwisata, NTB merupakan daerah lintas wisata antara Pulau Bali,
Komodo, dan Toraja yang dijuluki sebagai “Segitiga Emas Pariwisata
Indonesia”. Secara geografis, letak NTB sangat strategis dan cocok dipandang
dari aspek pembangunan pariwisata.Dewasa ini sektor Pariwisata NTB perlahan
mengalami banyak perkembangan, hal ini dapat dibuktikan dengan dibukanya
Bandar Udara yang bertaraf internasional guna memenuhi kebutuhan wisatawan
mancanegara yang ingin berkunjung ke Provinsi Lesser Sunda
Islands Barat,maupun wisatawan nusantara yang ingin ke luar daerah maupun
luar negeri. Perkembangan pariwisata di Provinsi Lesser Sunda Islands Barat
umumnya dan pulau Lombok khususnya sudah dijadikan sebagai wisata halal
dan pembangunan kawasan ekonomi kreatif mandalika dan saat ini sarana dan
prasarana pariwisata pendukung lainnya sudah banyak dibangun seperti, sarana
transportasi (transportasi darat dan laut), sarana akomodasi (Hotel, Home stay,
Bungalow,dan Villa), dan sarana – sarana lainnya yang masuk dalam industri
pariwisata.
Kekayaan alam dan budaya Lombok terbentang dari puncak gunung
sampai ke dasar laut dan dari timur ke barat. Alam yang rimbun memberikan
ketenangan seiring dengan pemandangan alam hutan lindung. Eksotis pantai
pasir putih marmer halus di pantai pulau-pulau kecil Lombok dan Pulau
Sumbawa yang disebut Bendungan, melengkapi panorama wisata yang
menakjubkan.
Kabupaten Lombok Tengah, salah satu wilayah Nusa Tenggara Barat,
memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dengan masa depan yang sangat
menjanjikan dan ditetapkan sebagai tujuan utama di Indonesia oleh Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia. Salah satu objek wisata yang dikelola oleh
kantor wilayah BKSDA Kabupaten Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat
adalah Taman Wisata Alam Gunung Tunak. Taman Wisata Gunung Tunak
merupakan salah satu tempat wisata dengan keindahan alam yang sangat
menarik dan menarik untuk dikunjungi dan dijadikan salah satu tempat wisata
Lombok Tengah. Dengan tidak adanya atau letak sarana atau prasarana, ada
kemungkinan potensi Taman Wisata Alam Gunneung tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Sektor pariwisata membutuhkan model pengelolaan pariwisata
yang terencana untuk mengelola potensinya secara optimal.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dokumen ini disusun untuk memperjelas
bagaimana Kabupaten Lombok Tengah (Pusat Konservasi Sumber Daya Alam)
harus dikelola untuk menentukan potensi dan jenis hasil wisata alam, budaya
dan sosial. . Peninggalan sejarah pengelolaan pariwisata. Penulis yang melihat
hal tersebut ingin menulis artikel dengan judul “Pengelolaan Taman Wisata
Alam Saujana dan Gunung Tunak Sebagai Landmark di Lombok
Tengah”.Dalam melengkapi penulisan makalah ini, penulis mengambil beberapa
Literature terkait sebagai panduan dalam penyempurnaan penulisan makalah ini.
Penelitian terkait, “Pariwisata Pusaka: Destinasi dan Motivasi Wisata Saujana
Imogiri Yogyakarta”. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dalam
melakukan kunjungan pariwisata, wisatawan memiliki motivasi yang beragam
dan pengaruh dari motivasi wisatawan dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan ke destinasi wisata imogiri sebagai suatu tujuan wisata pusaka
saujana yang bukan hanya wisata alam, tempat kuliner atau kompleks
pemakaman raja melainkan konteks kebudayaan yang menjadi minat wisatawan.
Rani dkk, (2018). Penelitian Terkait’ “Strategi Pengembangan Ekowisata di
SUB 1A Pada Kasawan Saujana Lembah Merapi Merbabu Magelang”. Dari
hasil penelitian ini di dapatkan pengembangan kawasan ekowisata harus di
kelola secara berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan yang
berkesinambungan. Potensi 1A dalam pengembangan pariwisata di Lembah
Merapi Merbabu di identifikasi jadi atraksi, aksesibilitas dan amenitas dalam
memanfaatkan peluang terhadap pengembangan potensi terhadap kawasan objek
wisata. Sugiharti dkk, (2020). Penelitian terkait, “Revitalisasi Potensi Saujana
Budaya Kawasan Perdesaan Krebet Yogyakarta Berbasis Pada Aktivitas
Ekonomi”. Hasil penelitian di dapatkan bahwa pemanfaatan kawasan saujana
apabila di kelola dengan baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik. Dengan
didukung panorama yang indah kawasan Perdesaan Krebet dapat meningkatkan
ekonomi lokal dalam aktivitas pariwisata yang berlangsung. Pelestarian yang
dilakukan untuk melestarikan Nilai keaslian yang menjadi ikon dan daya tarik
wisata di kawasan pleret terus dilakukan untuk mendukung aktivitas pariwisata.
Amiluruh S, Dkk (2017). Penelitan Terkait, “Identifikasi Jetayu Pekalongan
Sebagai Kasawan Wisata Kreatif Berbasis Edukasi Budaya”. Hasil Penelitian di
dapatkan kawasan dapat di sebut kreatif apabila memenuhi lima unsur
penunjang yang di sebut Pentalix dalam sinergitas pengembangan pariwisata.
Potensi kawasan Jetayu dikategorikan wisata berbasis budaya karena adanya
berbagai macam komunitas yang terdiri dari komunitas pemerintah, mandiri dan
hasil dari hobi yang sama sehingga pemerintah hanya memerlukan sosialisasi
untuk melakukan pemberdayaan agar masyarakat sadar akan potensi pariwisata
yang dimiliki daerah. Religia, (2021).
II. Saujana Dalam Landscape Alam, Sosial & Budaya Gunung Tunak
Dalam lanskap budaya, sauyana diartikan sebagai cerminan interaksi
antara warisan alam (natural heritage) dan warisan budaya (cultural heritage)
dalam satu ruang, dan merupakan realitas kompleks dengan menggunakan bukti
fisik tak berwujud. ) (Plachter & Rossler, 1995; Piagam Pelestarian Warisan
Budaya Indonesia, 2003). Warisan alam adalah kumpulan alam yang meliputi
gunung, hutan, sungai, danau, dan gurun. Warisan adalah hasil kreativitas dan
cita rasa berdasarkan prakarsa dan karya manusia, termasuk tradisi, kepercayaan,
dan gaya hidup. Sauzana juga dapat diartikan sebagai produk kreativitas kolektif
yang mentransformasikan lanskap untuk mencapai keseimbangan kehidupan
antara alam dan budaya. Sauyana dapat dilihat dari empat perspektif atau
dimensi penelitian: dimensi studi spasial, dimensi penelitian sosiokultural,
dimensi penelitian lingkungan, dan dimensi konservasi (Page et al. 1998).
Juga, keempat aspek penelitian itu tidak dapat dipisahkan atau tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Produk Saujana adalah ekspresi Saujana yang
tercermin dalam pola penggunaan lahan, pola sosial dan arsitektur lokal (Farina,
1998; Getis, Getis & Fellmann, 1985; Vink, 1983). Ketiganya saling
berhubungan dan menunjukkan hasil kreativitas manusia dalam mengolah
makanan berdasarkan falsafah hidup Jawa: keseimbangan dan keselarasan atau
harmoni dengan alam. Semua daerah yang menghasilkan pertukaran budaya
antara alam dan manusia adalah Sauzana, namun pada kenyataannya tidak
semua daerah dapat dipercaya sebagai warisan budaya Sauzana (cultural
landscape heritage). Pusat Warisan Dunia UNESCO menetapkan kriteria untuk
mengevaluasi suatu daerah sebagai situs warisan alam. Hal ini untuk
memastikan bahwa lebih banyak perhatian diberikan pada warisan Saujana dan
kelestariannya tetap terjaga. Menurut standar yang ditetapkan oleh UNESCO, ini
menunjukkan bahwa warisan Saudjana lebih berharga daripada Saudjana biasa.
Label Warisan Dunia Saujan diberikan kepada wilayah di seluruh dunia yang
dapat menunjukkan keunikan, keutuhan dan keaslian interaksi antara manusia
dengan lingkungan alamnya, yang berada pada level “Outstanding Universal
Value” (Nilai Universal Luar Biasa). ) UNESCO World 2003) Sauzhana tidak
permanen karena pengaruh aktivitas manusia. Perubahan sosial dapat terjadi
secara perlahan atau cepat dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya,
ekonomi dan ekologi. Perubahan tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
kualitas hidup bagi alam dan manusia (Ndubisi, 1991 dalam Thompson &
Steiner, 1997). Setiap perubahan dalam Saujana dapat membahayakan
keberadaan Saujana. Untuk itu, Arab Saudi membutuhkan kesinambungan
manusia untuk menjaga atau mengaturnya. Melestarikan saujana dengan
menggunakan nilai-nilai fisik, sejarah dan budaya merupakan upaya yang harus
dilakukan untuk mengendalikan perubahan lingkungan dan menciptakan
keselarasan antara lingkungan alam dan kualitas hidup manusia.
1. Saujana dalam landscape Alam Gunung Tunak
Gambar 1. Bentang Lahan Alam Gunung Tunak

Gambar 2. Buterflay Learning Center Gambar 3. Penangkaran Rusa


Taman Wisata Alam Gunung Tunak Terletak Di Desa Mertak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB, luas wilayah
312 Ha. TWA Gunung Tunak Memiliki Potensi Yang sangat menarik untuk
di kunjungi sebagai wahana wisata maupun pendidikan, di antaranya adalah
tempat penagkaran rusa dan terdapat pemandangan alam yang indah. Taman
Wisata Alam Gunung Tunak memiliki keindahan alam dan daya Tarik wisata
yang sangat mempesona. Dengan melihat hamparan laut lepas, dan terdapat
penangkaran Rusa dan butterplay. Selain itu di Taman Wisata Alam Gunung
Tunak dapat melakukan aktivitas berkemah, serta memberi makanan pada
rusa. Jarak antara daya tarik yang satu dengan yang lainnya berdekatan
Sumber Daya Manusia yang dimiliki terbilang baik. dalam pengelolaan yang
berjaga dan perawatan fasilitas serta pelayanan dan kebersihan. Rata-rata
memiliki kualitas Sumber Daya Manusia terbilang baik dan berperan aktif
dalam pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Tunak.

Gambar 4. Pintu Masuk Gunung Tunak


2. Saujana dalam landscape Sosial di GunungTunak
Kehidupan masyarakat di kawasan Gunung Tunak itu dilakukan dengan
cara berkelompok, dimana semua masyarakat masih patuh terhadap nilai-nilai
adat istiadat yang ada di Gunung Tunak, seperti tidak bolehnya perempuan
dan laki – laki yang bukan muhrimnya berada pada satu atap yang sama,
setiap kegiatan masyarakat di lakukan denga Gotong Royong, untuk kegiatan
pariwisata yang berlangsung di kawasan gunung tunak juga sangat berjalan
baik. Ke aktifan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata
memiliki peran dalam pelayanan yang di berikan ke wisatawan.
Sebelum menjadi objek wisata, sebagian besar penduduk Sekitaran
Gunung Tunak bekerja di bidang pertanian. Masyarakat Gunung Tunak
menggantungkan hidupnya pada Sektor pertanian untuk kehidupan sehari-hari
dan terutama mengolah ladang dan persawahan, yang ditanami dengan padi,
jagung di atas perbukitan dan pohon kelapa sebagaian besar untuk di jual. Hal
ini dikarenakan kondisi tofografis wilayah Gunung Tunak tidak adanya
saluran irigasi sehingga hanya bisa dipanen setahun sekali dan dalam
mengelola lahan di sekitaran gunung tunak masyarakat sebagian ada yang
mengembala sapidan kerbau. Mereka percaya bahwa kedua hewan ini dapat
membawa kesuburan pada lahan pertanian mereka dan memperbaiki taraf
hidup mereka. Orang Gunung Tunak sebenarnya juga sangat memegang
teguh nilai-nilai luhur yang masih ada dalam pekerjaan sehari-hari mereka.
a) Sebelum menjadi objek wisata, sistem organisasi Gunung Tunak
terhubung dengan sistem pemerintahan tingkat masyarakat di bawah
arahan Jero Kerian. Jero kerian adalah nama walikota yang dipilih sesuai
dengan silsilahnya. Namun meskipun pilihan Jero kerian telah diturunkan
dari generasi ke generasi di Gunung Tunak, pertimbangan tetap menjadi
prioritas. Misi dan fitur Jero Keliang adalah: Pelaksanaan birokrasi di
Gunung Tunak di bawah pemerintahan walikota
b) Selain pemerintah daerah sederhana, ada organisasi lokal yang ada di
tingkat masyarakat Gunung Tunak. Bebanjar adalah jenis asosiasi yang
mewakili sensasi tradisional atau suportif. Orang biasanya bertemu ketika
tetangga mereka melakukan pesta (Begawe), perayaan (Epen Gawe), atau
ritual kematian.

Salah satu alat komunikasi verbal yang ada adalah bahasa. Setiap
daerah harus berbicara bahasa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda. Suku Sasak berasal dari
Lombok. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Sasak berkomunikasi dalam
bahasa Sasak. Masyarakat Gunung Tunak Sasak mengenal dua dialek.

a) Jamak Dasar (Sasak Kasar) Jamak Dasar adalah salah satu dialek Sasak
yang termasuk dalam bahasa Sasak kasar. Double bass ini biasanya
digunakan oleh masyarakat Gunung Tunak untuk berkomunikasi dengan
teman sebaya.
b) Bass Dalem (Sasak Halus) Bass Dalem adalah dialek Sasak yang agak
canggih atau sopan. Orang Sasak jenis ini biasanya digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang tua atau dikenal dalam bahasa Sasak dengan
sebutan Toaq. Selain itu, bahasa Sasak yang lembut juga digunakan untuk
komunikasi pernikahan yang disebut Solon Pengarahan Aji Kraem

3. Saujana dalam landscape budaya Gunung Tunak


Seperti masyarakat suku sasak pada umumnya, masyarakat yang ada di
kawasan Gunung Tunak juga menjalankan budaya yang sama, seperti:
a) Nyongkolang

Gambar 5. Prosesi Nyongkolang


Salah satu acara budaya nyongkolang sangat umum adalah prosesi jalanan
setelah upacara pernikahan. Nyongkolan adalah arak-arakan berjenjang
yang sangat terstruktur termasuk Pemucuk, atau rombongan keluarga
orang tua mempelai laki-laki; Penglingsir dan Pawongan, atau tokoh
agama, masyarakat dan adat Karas atau pembawa wadah anyaman bambu
dengan barang-barang favorit pengantin wanita dan rombongan pengantin
diapit oleh pasukan yang membawa tombak tradisional. Tingkat
selanjutnya adalah Pawestri, rombongan wanita berbaju adat bersama
seniman Tawak-Tawak dan mempelai pria diapit oleh “pasukan” yang
membawa tombak adat. Kemudian muncul Pengerebeng, atau barisan laki-
laki berbusana adat yang diikuti oleh para seniman Gendang Beleq.
b) Gendang Beleq /Gendang Besar (Musik Tradisional)
Gendang Beleq adalah salah satu tarian tradisional yang paling populer di
suku sasak. Dinamakan demikian karena setiap penari memainkan beleq
besar (gendang). Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan untuk
mengucapkan selamat tinggal kepada para prajurit yang pergi ke medan
perang, dan juga untuk menyambut para prajurit itu ketika mereka
kembali. Saat ini tarian ini dilakukan untuk menyambut pengunjung
penting. Juga banyak dipentaskan dalam berbagai acara seperti upacara
pernikahan, dalam parade yang disebut Nyongkolan dan juga untuk
hiburan para tamu penting yang berkunjung. Pertunjukan Gendang Belek
juga dipadukan dengan tari Gandrung. Tarian ini menyertakan dua
kendang besar yang mengiringinya. Kata "Beleq" berarti besar dan kata
"Gendang" berarti kendang. Drum mengeluarkan suara keras, yang berarti
inti dari perang. Empat sampai enam penari oceh/oncer juga memainkan
alat musik copet, satu memainkan petuk. Instrumen lainnya adalah suling,
gong, ternpan, kensen dan pensek. Grup pertunjukan ini memiliki sekitar
40 pemain dan sedang digunakan.
c) Presean
Permainan ini merupakan pertarungan antara dua orang, dipersenjatai
dengan tongkat anyaman Sasak yang disebut Penjarin dan dipersenjatai
dengan kulit kerbau yang tebal dan tahan lama yang disebut Ende. Dua
pesilat bersenjata "Penjarin" saling serang dan mempertahankan pukulan
lawan sampai habis. Pejuang Rombok "Sasak" lokal disebut Pepadu dan
berasal dari seorang pria pemberani dan lembut yang dipilih dengan
cermat yang hanya mengenakan "salon" dan ikat kepala tanpa pakaian atau
pelindung tubuh atau wajah lainnya. Ada "Pakebar" sebagai wasit
permainan
d) Festival Bau Nyale
Salah satu festival paling penting dan populer dan masih dilaksanakan oleh
masayarakat Gunung Tunak adalah Bau Nyale, yang berarti “menangkap
cacing laut” dalam bahasa Sasak setempat. Nyale adalah cacing laut dalam
berbagai warna dari coklat atau krem pucat hingga merah dan hijau. Bau
Nyale, atau Festival Nyale, berlangsung setiap tahun pada bulan kesepuluh
penanggalan Sasak pada saat mendekati bulan purnama, dirayakan pada
bulan Februari sekitar tanggal 14 dan 15 di pantai pantai selatan Lombok.
Tempat paling populer untuk merayakan Bau Nyale adalah di Pantai Seger
yang indah di dekat Kuta; sebuah daerah yang disebut Putri Nyale (Putri
Nyale) oleh masyarakat Lombok.
4. Tour Package Saujana Gunung Tunak
Tabel 1. Rancangan Paket Wisata Gunung Tunak

Tour of Saujana Gunung Tunak


Place Time Operation Remaks
Saujana 08:00 – 09:00 am, WITA Perjalanan Ke Gunung
Gunung Tunak
09: 15 – 14:00 pm, WITA Menyusuri Hutan
Tunak
Gunung Tunak
14:15 – 16:30 pm, WITA Menyusuri Pantai
Gunung Tunak

Perencanaan paket wisata ini dilakukan untuk memberikan kemudahan


dan pelayanan yang maksimal terhadap wisatawan. Dalam perencanaan paket
wisata saujana gunung kita seperti yang terlihat pada Tabel 1 diatas
menunjukan bahwa dalam perencanaan waktu dan keterangkan harus di
terangkan dengan jelas.
Pada Jam 08:00 – 09: 00 am, WITA. Selaku pelaku yang menjadi
pemandu wisata diharapkan dapat mempersiapkan semua kebutuhan
wisatawan selama perjalanan yang telah di tentukan sesuai dengan tempat
penginapan mereka. Pada Jam 09: 15 – 14:00 pm, WITA. Setelah sampai di
lokasi Gunung Tunak pemandu wisata mengajak rombongan untuk
menyusuri Hutan dimana wisatawan bisa menikmati keindahan Flora &
Fauna kawasan Taman Wisata Gunung Tunak dimana terdapat berbagai
spesies, terdapat sarang burung langka Megapodius reinwartdtii yang
dilindungi oleh undang-undang dan diburu oleh wisatawan mancanegara
untuk berfoto di alam. Dan juga bisa menemukan rusa timor bersembunyi di
semak-semak. Dan juga pada jam 14:15 – 16:30 pm, WITA. Wisatawan akan
di ajak keluar dari hutan untuk melanjutkan perjalanan wisata pantai yang
indah dan exsotis yang ada di kawasan gunung tunak dan apabila wisatawan
ada permintaan untuk bermalam wisatawan bisa langsung memesan
kebutuhan berupa fasilitas untuk Camping Ground sesuai dengan paket yang
tersedia.
III. Saujana Dalam Konsep Pengelolaan Wisata Alam Gunung Tunak
Berbasis Community Based Tourism (CBT)

Keterlibatan dalam CBT meningkatkan gaya hidup dan mendorong


pertukaran besar dalam sosial dan budaya di antara masyarakat lokal dan
pengunjung. Meskipun CBT secara umum dipahami sebagai “konservasi alam
melalui ekowisata” (Zapata dkk 2011), konsepnya telah diperluas dan berbagai
macam produk pariwisata seperti pertunjukan tradisional, dan produksi kerajinan
tangan disediakan untuk pengunjung. Oleh karena itu, pemahaman tentang
persepsi masyarakat lokal yang dihasilkan dari partisipasi aktif dan interaksi
mereka dengan pengunjung sangat penting. Pemahaman ini menguntungkan
masyarakat setempat secara merata dan memastikan pasokan produk wisata
kepada pengunjung terus menerus. Lebih dari itu, masyarakat lokal memiliki
kesempatan untuk mengelola sumber daya mereka sendiri, dan mengambil
keputusan untuk kepentingan generasi sekarang tanpa membentuk struktur
organisasi generasi mendatang. Pada titik ini, CBT menggambarkan praktik
pengelolaan yang tepat yang dihasilkan dari interaksi yang baik antara
masyarakat lokal. Pariwisata berbasis masyarakat (CBT) didefinisikan sebagai
“sarana pembangunan dimana kebutuhan sosial, lingkungan dan ekonomi
masyarakat lokal terpenuhi melalui penawaran produk pariwisata”. Pariwisata
berbasis masyarakat terdiri dari aspek-aspek penting seperti masyarakat lokal,
sumber daya alam, budaya, dan gaya hidup. Jenis pariwisata ini memberikan
peluang bagi masyarakat lokal untuk mendirikan usaha kecil sendiri yang
dikelola sendiri. Sumber daya alam merupakan bagian dari produk wisata yang
ditawarkan penduduk setempat kepada para pengunjung. Selain itu, berbagai
praktik budaya yang dilakukan oleh penduduk setempat menjadi motivator bagi
wisatawan yang ingin melihat sendiri perbedaan budaya dibandingkan dengan
mereka. Dengan itu, para tamu akan memiliki kesempatan untuk mengalami dan
belajar tentang cara hidup dan budaya lokal. Padahal, kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan satu paket lengkap yang dapat ditemukan dalam program homestay,
sebuah program yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang sudah ada di dalam dan merupakan sumber
pendapatan, Khususnya bagi masyarakat di pedesaan.

Dengan melihat potensi yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Tunak, pihak yang terkait dalam penerapan CBT harus lebih memperhatikan
kondisi dan situasi objek wisata Gunung Tunak. Seperti keterlibatan kedua aktor
berikut:

1) Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dalam hal ini Dinas BKSDA
(Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Mendapatkan anggaran Dana yang di
hususkan untuk mendukung pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Tunak brasal dari APBN. Kebijakan pemerintah adalah faktor yang
paling menentukan pengelolaan pariwisata di daerah ini. Peran pemerintah
disini adalah sebagai pengelola utama dalam pengelolaan Taman Wisata
Alam Gunung Tunak melalui pendanaan untuk pembangunan fasilitas,
aksesibilitas serta Promosi dan mengarahkan serta memberdayakan
masyarakat untuk terlibat lansung dalam pengelolaan. Dalam pengelolaan
Taman Wisata Alam Gunung Tunak agar Tetap menjaga regulasi yang telah
di tetapkan. Agar kedepannya lokasi tempat wisata Taman Wisata Alam
Gunung Tunak tetap mendapatkan keamanan serta perlindungan yang layak
yang nantinya berdampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan
pendapatan Negara. Dalam hal ini pemerintah telah membuat Regulasi atau
peraturan untuk Taman Wisata Alam Gunung Tunak.
2) Dalam usaha pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Tunak selain
kesatuan langkah dari pemerintah, peran serta dukungan masyarakat juga
sangat diperlukan dalam pencapaian usaha pengelolaan sektor pariwisata.
Kesadaran masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Tunak untuk
berperan aktif dalam usaha mendukung pengelolaan Taman Wisata Alam
Gunung Tunak sudah baik dalam menjaga wilayah yang kondusif baik
keamanan, kebersihan dan dalam hal ini taman wisata alam gunung tunak
memiliki organisasi aktif yang bernama Mitra polhut dan Tunak Besopok
yang terbentuk dari masyarakat setempat. Pentingnya peran serta masyarakat
sangat diperlukan untuk mendukung pengelolaan pariwisata. Diperlukan
kerjasama serta kekompakan yang baik antar Sumber Daya Manusia sekitar
kawasan wisata, agar masyarakat ikut serta menjaga kelestarian potensi
wisata alam yang ada dalam hal ini hubungan Sumber Daya Manusia Taman
Wisata Alam Gunung Tunak hubungannya sangat baik.
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Taman Wisata Alam Gunung Tunak menawarkan keindahan pemandangan
Alam yang masih Asri dan memiliki keindahan alam dan daya Tarik wisata
yang sangat mempesona. Dengan melihat hamparan laut lepas, dan terdapat
penangkaran Rusa dan butterplay. Peran pemerintah BKSDA (Balai
Konservasi Sumberdaya Alam) sebagai pengelola utama dan mendukung
dengan kebijakan melalui pendanaan untuk pembangunan fasilitas,
aksesibilitas, Sumber Daya Manusia yang dimiliki lumayan baik. Hanya saja
Fasilitas belum sepenuhnya mendukung dikarenakan masih perlu di tata dan di
tambah fasilitas yang kurang. Untuk kebersihan dan Keamanan kawasan sudah
baik dan aman. Dalam pengelolaan Taman Wsata Alam Gunung Tunak
memiliki peningkatan pengujung setiap tahun. Pengunjung yang datang di
dominasi generasi muda dan wisatawan domestik dan beberapa wisatawan
asing. Sedangkan peran serta masyarakat juga sangat di pengaruhi dalam
pencapaian usaha pengelolaan sektor wisata. Kesadaran masyarakat yang
tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata sekitar Taman Wisata Alam Gunung
Tunak untuk berperan aktif dalam pengelolaan dan Taman Wisata Alam
Gunung Tunak sangat baik dalam menjaga keamanan serta kebersihan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisa dan pembahasan tentang Saujana dan Penglolaan
Taman Wisata Alam Gunung Tunak Sebagai Daya Tarik Wisata Di Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat. Maka dapat di sarankan bahwa :
1. Tetap menjaga regulasi yang telah di tetakan oleh pemerintah. Agar
kedepannya lokasi tempat wisata Taman Wisata Alam Gunung Tuank
tetap mendapatkan keamanan serta perlindungan yang layak.
2. Tetap menjaga dan meningkatkan kualitas Sumber daya manusia yang ada
agar lebih mudah dalam proses mempromosikan tempat wisata Taman
Wisata Alam Gunung Tunak.
3. Maksimalkan pendanaan dalam pengelolaan fasilitas, dan aksesibilitas
untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
4. Tetap menjaga hubungan harmonis agar sesama Sumber Daya Manusia
agar semakin kompak dalam menjaga Taman Wisata Alam Gunung tunak
supaya dapat meningkatkan kunjungan dari semua kalangan.
5. Tetap menjaga keamanan dan meningkatkan kreatifitas supaya tidak ada
pesaing.
6. Pemerintah agar dibuatkan dan menempatkan tower sinyal Handphoe
supaya memiliki sinyal Hp Yang Kuat.
7. Meningkatkan fasilitas yang menyangkut teknologi di taman Wisata Alam
Gunung Tunak.

DAFTAR PUSTAKA

Agama, E. (2021) Mengidentifikasi potensi Jetayupe Carongan sebagai ruang pariwisata


kreatif berbasis pendidikan budaya. Risalah Seminar Ilmu Arsitektur 2021
(SIAR).
Akbar, M.A. (2018). Pengembangan desa wisata budaya berbasis masyarakat di
Sadehamlet, Desa Lombok, Lombok Tengah (disertasi, Universitas Muhammadi
Yamaran).
Andhika, M. (2020). Rencana ekowisata di Lombok.
Arianty, N. (2015). Dampak budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan. Jurnal
Ilmiah Manajemen dan Ekonomi, 14 (2).
Arimbawa, W. & Santhyasa, I.K.G. (2012) Model pengelolaan objek wisata cagar budaya
Taman Ayun berbasis nilai-nilai lokal. Seminar Nasional Antariksa (Volume 3,
hal. 58).
Dadan, S. , Dan Widodo, B. (2020). Revitalisasi dan pelestarian permainan tradisional
anak sebagai strategi pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal pada masa
pemerintahan Banuma. Gulawentah: Jurnal Ilmu Sosial [Gulawentah. Jurnal
Ilmu Sosial, 5 (2), 107.
FEBRIAN, L. , & Setiawan, A. (2018). Menargetkan desain branding pada situs
bersejarah di Kabupaten Karawang. LUKY FEBRIAN 0960 100 26 (Makalah,
Desain Komunikasi Visual).
Hazeri, G., Hartono, D. , Dan Cahyadinata, I. (2016). Kajian kesesuaian Pantai Laguna di
Desa Melpas, Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur sebagai kawasan
pengembangan pariwisata dan konservasi. JURNAL ENGGANO, 1 (1), 3341.
Hermawan, H. , & Brahmanto, E. (2018) Geowisata: Perencanaan wisata berdasarkan
pemeliharaan alam. penerbit NEM.
Himawan, W. (2014). Citra budaya sejarah dan identitas: Perubahan budaya pariwisata
Bali melalui seni lukis. Jurnal Seni Masyarakat Perkotaan, 1 (1), 7488.
Irfan, P. & Apriani, A. (2017) Analisis strategi pengembangan e-tourism sebagai promosi
pariwisata di Lombok. Jurnal Ilmiah ILKOM, 9 (3), 325330.
Khairunnisa, K., Rinuastuti, B. H. , & Furkan, L.M. (2018). Perumusan sektor pariwisata
dan budaya sektor pariwisata dan budaya Kabupaten Lombok Tengah untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pantai Selatan Lombok Tengah. JMM
UNRAMMASTER JURNAL MANAJEMEN, 7 (2), 5059.
Munir, U., Dimyati, K. & Absori, A. (2018) Implementasi kebijakan pengembangan
pariwisata di Pulau Lombok. YUSTISIA MERDEKA: Jurnal Hukum, 4 (2).
Pāramitā, S. (2017). Perspektif kedaerahan tentang komunikasi pariwisata pada
masyarakat Desa Sade, Lombok. Jurnal Komunikasi Visi, 14 (2), 146156.
Purnawan, R., Pitana, I. G. & Putra, I. N.D. (2001) Lanskap Budaya: Pengetahuan
tentang merek pariwisata tentang Bali dalam platform komunikasi online untuk
ulasan perjalanan. Jurnal Seni Budaya Mudra, 36 (2), 254263.
Rafek, A.G., Ong, B.C. , Dan Goh, T.L. (2019). Karakteristik geomekanik dan analisis
stabilitas lereng badan batuan di Grand View di Saujana Puchong, Selangor,
Malaysia. Ilmu Malaysia, 48 (4), 757763.
Rahmi, D.H., Sudibyakto, H.A., Sutikno, H. & Adisakti, L. T. (2012). Saujana
Borobudur Heritage: Wandelund Kontinuität (Lanskap Budaya Borobudur:
Perubahan dan Kontinuitas). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19 (1), 9594.
Rani, F. P., Kusuma, H.E. , & Ardhyanto, A. (2018) Wisata Pusaka: Destinasi dan
Motivasi Wisata Saujanai Mogiri Heritage Yogyakarta. Jurnal Planologi, 15 (2),
149163.
Rani, F.P., Kusuma, H.E. , Dan Tampubolon, A.C. (2020). Hubungan Motivasi, Aktivitas
dan Daya Tarik Wisata di Yogyakarta Pusaka Saujanai Mogiri.
Rochayati, N., Pramunarti, A. , Dan Herianto, A. (2018). Kabupaten Lombok Barat
Kabupaten Sekoton Kecamatan Sekoton Desa Batupti Cagar Alam Banco Banco
Sebuah inisiatif untuk menjaga potensi wisata dan mengembangkan ekowisata di
cagar alam. Paedagoria: Jurnal Studi Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan,
7 (1), 1423.
Sarinastiti, E. N. (2021) Komersialisasi dan Pariwisata: Pengelolaan taman hiburan
berbasis konservasi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, 11 (1).
Simamora, R. K , & Sinaga, R.S. (2016). Peran pemerintah daerah dalam pengembangan
wisata alam dan budaya pada masa pemerintahan Tapanuli Utara. JPPUMA:
Jurnal Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Jurnal Pemerintahan dan Sosial
Politik UMA), 4 (1), 7996.
Soeroso, A. , Dan Susilo, Y. S. (2017). Kemungkinan budaya Saujana di pedesaan
Yogyakarta berdasarkan kebangkitan kegiatan ekonomi.
Sugiharti,R.R、&Sari、K(2020)KO-TOURISM USE STRATGIE IN SUB 1 A IM
SAUJANA-GEBIET DES MERBABU MERBABUMAGELANG 。 Gorontalo
Journal of Forestry Research、3(2)、6478
Sukmawan、S.、Rizal、M。 S. , & Rohman, M.F. (2018). KULSERVASI (Memasak
dan Pengawetan) KAMPUNG WANAMERTA, Tengah: Konsep wisata hijau.
Kajian Budaya Nusantara, 2 (2), 98106.
Untara I 。 M. G.S.Supada W 2020 Keberadaan Pura Tanah Lot dalam pengembangan
wisata budaya pada masa pemerintahan Tabanan. Kebudayaan : Wisata Budaya
dan Religi, 1 (2), 186197.
Widayati, M. T. (2014). RATU BOKOK RATON masalah pengelolaan kawasan wisata
cagar budaya. Risalah pendidikan teknik katering pakaian, 9 (1).
------ UU Pariwisata No. 10/2009------

Anda mungkin juga menyukai