Anda di halaman 1dari 20

Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

JOURNAL Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 2021, Page 119-134
ISSN: 2622-4631 (print), ISSN: 2622-495X (online)
OF TOURISM Email: jurnalapi@gmail.com
Website: http://jurnal.stieparapi.ac.id/index.php/JTEC
AND ECONOMIC DOI: https://doi.org/10.36594/jtec.v4i2.122

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WONOKRITI SEBAGAI DESA


WISATA EDELWEIS DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO
TENGGER SEMERU

Amin Kiswantoro
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Yogyakarta aminkiswantoro@gmail.com

Dwiyono Rudi Susanto


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

ABSTRACT

Edelweis tourism village is one of the tourist villages located in Pacitan Regency, East Java.
This tourist village is still in the Bromo Tengger Semeru National Park area. This tourist village
has the main tourism potential, namely the Edelweiss flower or eternal flower. In this research,
using descriptive analysis which is qualitative in nature. The data obtained were then analyzed
using SWOT analysis. From the results of this study, the development strategy of Wonokriti
Village as an Edelweiss tourism village is obtained, including holding activities related to the
Edelweiss flower, making this village a center for educational tourism, especially edelweiss
flowers, developing tourism supporting infrastructure, holding hospitality training for human
resources involved in management. Edelweiss Tourism Village.

Keywords: Edelweiss, SWOT, Tourism, Village, Wonokriti

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 2021 1


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

ABSTRAK

Desa wisata Edelweis merupakan salah satu desa wisata yang berada di Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Desa wisata ini masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Desa wisata ini memiliki potensi wisata yang utama, yaitu bunga Edelweis atau bunga
abadi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif yang bersifat kualitatif. Data yang
diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis SWOT. Dari hasil penelitian ini
diperoleh strategi pengembangan Desa Wonokriti sebagai desa wisata Edelweis, diantaranya
adalah mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan bunga Edelweis, menjadikan desa ini
sebagai pusat wisata edukasi khususnya bunga edelweiss, mengembangkan sarana prasana
pendukung pariwisata, mengadakan pelatihan hospitality bagi SDM yang terlibat dalam
pengelolaan Desa Wisata Edelweis.

Kata Kunci : Desa, Edelweis, Wisata, Wonokriti, SWOT

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 2


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

PENDAHULUAN Untuk mengembangkan potensi


pariwisata yang ada di TNBTS ini, Balai
Indonesia merupakan negara yang Besar Taman Nasional Bromo Tengger
memiliki kekayaan alam yang beragam Semeru (BB-TNBTS) melibatkan peranan
seperti gunung, pantai, bukit juga hutan. masyarakat. Salah satunya di Desa
Kekayaan alam ini bisa menjadi salah satu Wonokriti yang terletak di Kecamatan
potensi daya tarik wisata untuk menarik Tosari, Kabupaten Pasuruan. Desa
minat wisatawan berkunjung ke lokasi Wonokriti diresmikan sebagai desa wisata
tersebut. Salah satu dampak positifnya pada tahun 2018 sesuai SK Bupati. Desa
adalah bisa meningkatkan pendapatan Wonokriti dinobatkan sebagai desa wisata
negara dengan menyumbang devisa. Jika dikarenakan memiliki potensi sebagai salah
dikelola secara optimal, sektor pariwisata satu destinasi wisata yang berada di
dapat menjadi salah satu bidang yang Kawasan TNBTS, yaitu bunga Edelweis.
mendorong peningkatan ekonomi Bunga Edelweis memiliki nama latin
masyarakat. Pariwisata saat ini telah Anaphalis javanica, dikenal sebagai “bunga
berkembang secara pesat. Hal ini dikarenan abadi” karena memiliki waktu mekar yang
meningkatnya kesadaran masyarakat akan cukup lama, yaitu 10 tahun lamanya. Selain
pentingnya melakukan kegiatan wisata. itu, bunga ini banyak dijumpai di gunung.
Salah satu lokasi wisata yang banyak Bunga ini sudah tidak asing lagi bagi para
diminati adalah Taman Nasioanl Bromo pendaki, karena bunga ini tidak boleh
Tengger Semeru. dipetik. Bahkan larangan ini telah tertuang
Taman Nasional Bromo Tengger dalam Undang- undang Nomor 5 Tahun
Semeru terletak di Jawa Timur, tepatnya 1990 pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang
berada di Kabupaten Malang, Pasuruan, Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Probolinggo dan Lumajang. Taman Nasional Ekosistem. Bagi siapa saja yang melanggar
ini dikelola oleh Taman Nasional Bromo UU ini, maka dapat dikenai hukuman
Tengger Semeru dengan tugas utamanya selama 5 tahun atau denda hingga Rp 100
mengelola, konservasi dan pelestarian juta.
tumbuhan dan satwa serta perlindungan Bunga Edelweis dapat dijumpai
ekosistem yang ada di taman nasional. dengan mudah di Desa Wonokriti, sehingga
Umumnya, Kawasan TNBTS terdiri dari desa ini dibina untuk mengelola potensi
Cagar Alam Laut Pasir Tengger, Cagar pariwisata agar dapat memberikan manfaat
Alam Ranu Kumbolo, Cagar Alam Ranu bagi masyarakat. Salah satunya dibidang
Pani- Ranu Regulo, Taman Wisata Ranu ekonomi, yaitu meningkatkan kesejahteraan
Darungan, Taman Wisata Tengger Laut masyarakat Desa Wonokriti. Namun, di
Pasir, Hutan Produksi dan Hutan Lindung, dalam pelaksaanaanya, pengelolaan desa
dengan luas area sekitar 50.276,3 ha wisata ini belum optimal dikarenakan
(bromotenggersemeru.org). Sedangkan kendala beberapa faktor, seperti SDM. Oleh
jumlah kunjungan wisatawan pada tahun karena itu, penelitian ini bertujuan
2019 di Taman Nasional Bromo Tengger mengetahui strategi yang tepat dalam
Semeru (TNBTS) tercatat sebanyak 690.831 mengembangkan potensi pariwisata di Desa
dengan rincian 669.422 orang berasal dari Wonokriti di Kawasan Taman Nasional
dalam negeri, sedangkan 21.409 orang Bromo Tengger Semeru.
berasal dari luar negeri. Hal ini
dikemukakan oleh Kepala Sub Bagian Data
Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BB-
TNBTS, Sarif Hidayat (jatim.inews.id).

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 3


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

TINJAUAN LITERATUR Yoeti, 1991). Terdapat beberapa faktor yang


menjadi penyebab utama seseorang
Pariwisata melakukan perjalanan wisata. Salah satunya
Definisi wisata dalam Undang- adalah daya tarik wisata yang dimiliki oleh
Undang No 10 Tahun 2009 Pasal 1, yaitu sebuah destinasi wisata, daya tarik tersebut
“Wisata adalah kegiatan perjalanan yang diantaranya sumber daya alam dan budaya
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dari suatu daerah. Daya tarik wisata menjadi
orang dengan mengunjungi tempat tertentu motivasi utama wisatawan melakukan
untuk tujuan rekreasi, pengembangan kegiatan pariwisata (Rakib, 2017). Tujuan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya adanya pariwisata menurut UU No. 10 tahun
tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu 2009 pasal 4, yaitu untuk (1) Meningkatk an
sementara”. Sedangkan definisi pariwisata pertumbhan ekonomi, (b) Meningkatkan
diartikan dengan berbagai macam kegiatan kesejahteraan rakyat, (c) Menghapus
wisata dan didukung sebagai fasilitas serta kemiskinan, (d) Mengatasi pengangguran,
layanan yang disediakan oleh masyarakat, (e) Melestarikan alam, lingkungan dan
pengusaha, pemerintah dan pemerintah sumber daya alam, (f) Memajukan
daerah”. Selain wisata dan pariwisata, kebudayaan (g) Mengangkat citra bangsa,
dikenal juga istilah destinasi wisata, yaitu (h) Memupuk rasa cinta tanah air, (i)
sebuah tempat atau daerah yang menjadi Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
tujuan objek wisata (Nurchayati, 2016). dan (j) Mempererat persahabatan antar
Sedangkan menurut Hidayah (2019) bangsa”.
destinasi pariwisata merupakan suatu Usaha pariwisata dapat dapat
wilayah geografis (seperti negara, pulau dikaitkan dengan sarana pokok
kab/kota, kecamatan, desa, kampung atau kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup
kawasan pariwisata) yang memiliki daya dan kehidupannya sangat tergantung kepada
tarik (seperti atraksi wisata, fasilitas, arus kedatangan orang-orang yang
aksesibilitas, SDM, citra dan harga) untuk melakukan perjalanan wisata (Yoeti, 1996).
dikunjungi dan ditinggali oleh individu atau Sebagai salah satu industri yang kompleks,
kelompok secara sementara dalam suatu pariwisata juga merealisasi industri-industri
perjalanan yang disebut dengan migrasi klasik seperti industri kerajinan tangan dan
wilayah. Menurut Meidila (2014) dalam cinderamata, penginapan dan transportasi
Suharto, daya tarik wisata dibagi menjadi (Wahab, 1975). Sementara itu menurut Kim
tiga macam, yaitu Daya Tarik Wisata Alam, & Brown (2012) produk pariwisata sendiri
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dan Daya terdiri dari sekelompok atraksi, fasilitas dan
Tarik Wisata Minat Khusus. layanan kepada wisatawan.
Menurut UU No. 10 tahun 2009, Untuk mengembangkan sektor
kekayaan alam, flora, fauna, peninggalan pariwisata di suatau daerah tidak hanya
purbakala, peninggalan sejarah, seni dan dibutuhkan daya tarik wisata tetapi usaha
budaya termasuk dalam kategori sumber pariwisata lainnya, yang meliputi kawasan
daya dan modal pembangunan. Sumber daya pariwisata, jasa transportasi, akomodasi,
tersebut dapat dijadikan sebagai potensi perjalanan wisata, makanan dan minuman,
pariwisata bagi suatu daerah. Pariwisata juga penyelenggara kegiatan hiburan dan
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan rekreasi, penyelenggara MICE, jasa
berkali-kali atau berputar-putar dari suatu informasi pariwisata, konsultan
tempat ke tempat yang lain, yang dalam oariwisata, pramuwisata,
bahasa inggris disebut dengan “Tour” ( wisata tirta, dan spa (UU No.
10 tahun 2009). Rakib (2017) juga
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 4
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
menjelaskan bahwa pengembangan
industri

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 5


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, 2005). Menurut


seperti sarana dan prasarana yang baik,
memiliki produk dan jasa yang ditawarkan
kepada wisatawan serta aksebilitas yang
mudah dicapai oleh wisatawan. Tidak boleh
dilupakan ialah penggunaan berbagai media
sosial sangat penting dalam pengembangan
pariwisata (Priatmoko & David, 2021). Hal
ini dikarenakan wisatawan akan memilih
berkunjung ke sebuah destinasi wisata yang
memiliki daya tarik wisata dan kualitas yang
baik dari sebuah lokasi wisata (Brahmanto,
2017).

Desa Wisata
Menurut Nuryati (1993), desa wisata
adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pedukung yang
disajikan dalam satu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tatacara
dan tradisi yang berlaku. Sedangkan
menurut Joshi (2012) dalam Antara (2015),
Desa Wisata (rural tourism) merupakan
pariwisata yang terdiri dari keseluruhan
pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi,
unsur-unsur yang unik yang secara
keseluruhan dapat menarik minat
wisatawan). Untuk menjadi sebuah desa
wisata harus memiliki 2 komponen utama,
yaitu akomodasi dan atraksi. Akomodasi
merupakan sebagian dari tempat tinggal para
penduduk setempat dan atau unit-unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk. Sedangkan Atraksi merupakan
seluruh kehidupan keseharian penduduk
setempat beserta setting fisik lokasi desa
yang memungkinkan berintegrasinya
wisatawan sebagai
partisipasi aktif, seperti kursus tari, bahasa
dan kegiatan lain yang lebih spesifik.
Desa-desa yang memiliki potensi
keindahan alam, budaya seperti kerajinan
dan perdesaan ziarah, sebenarnya dapat
diangkat sebagai objek wisata perdesaan
percontohan yang pada akhirnya dapat
memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan ekonomi daerah (Suyatna,

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 6


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
Antara (2015), sistem elemen pembentuk
desa wisata terdiri dari akomodasi, atraksi
wisata masyarakat lokal, promosi dan
infrastruktur. Sebagai desa wisata, peranan
masyarakat lokal sangat berpengaruh dalam
pengembangan pariwisata. Menurut
Kachniewska (2015) dalam Meitolo, dalam
pelaksanaanya sangat dibutuhkan keahlian,
kesadaran dari masyarakat lokal serta
kerjasama dengan para pemangku
kepentingan.
Untuk menjadi sebuah desa wisata,
maka harus memenuhi beberapa kriteria,
seperti atraksi wisata, jarak tempuh, besar
desa, system kepercayaan dan
kemasyarakatan, dan infrastruktur. Atraksi
wisata meliputi alam, budaya maupun
buatan manusia. Atraksi yang dipilih adalah
atraksi yang paling menarik dan atraktif
yang dimiliki oleh desa tersebut. Sedangkan
kriteria jarak tempuh diukur dari ibu kota
provinsi maupun kabupaten dan juga dari
Kawasan utama tempat tinggal wisatawan.
Kriteria besar desa menyangkut dengan
jumlah rumah penduduk, karakteristik
maupun luas wisalayah desa tersebut
sebagai daya dukung terhadap
kepariwisataan. Sedangkan system
kepercayaan dan kemasyarakatan ini
berkaitan dengan agama yang dianut oleh
masyarakat dan system kemasyarakatan
yang ada di desa tersebut. Hal ini menjadi
salah satu aspek atau unsur penting karena
berkaitan degan aturan yang ada atau
berlaku di dalam komunitas atau
masyarakat dari sebuah desa. Sedangkan
infrastruktur, meliputi fasilitas dan
pelayanan transportasi, ketersediaan air
bersih, adanya jaringan listrik dan juga
telepon. Dari kriteria tersebut maka dapat
dilihat karakteristik dari desa tersebut,
sehingga dapat menentukan bahwa desa
tersebut termasuk dalam kategori wisata
untuk singgah sementara, one day trip atau
tinggal inap.

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 7


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Kebijakan dan Pengembangan Destinasi beberapa aspek, seperti (a) Kemampuan


Pariwisata untuk mendorong peningkatan
Menurut Pitana (2009), kebijakan perkembangan kehidupan ekonomi dan
adalah arah atau tuntutan dalam pelaksanaan sosial budaya; (b) Nilai-nilai agama, adat
suatu kegiatan oleh suatu pemerintah yang istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang
diekspresikan dalam sebuah pernyataan hidup dalam masyarakat; (c) Kelestarian
umum mengenai tujuan yang ingin dicapai, budaya dan mutu lingkungan hidup; (d)
yang menuntun Tindakan dari para Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
pelaksana, baik dipemerintahan maupun di Sedangkan pengembangan
luar pemerintahan, dalam mewujudkan merupakan suatu proses, cara, perbuatan
harapan yang telah ditetapkan tersebut. menjadikan sesuatu menjadi lebih baik,
Salah satu bentuk kebijakan pengembangan maju, sempurna dan berguna.
pariwisata adalah dengan adanya Instruksi Pengembangan merupakan suatu
Presiden R.I. No. 9 Tahun 1969 pasal 3 yang proses/aktivitas memajukan sesuatu yang
disebutkan bahwa usaha-usaha dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa
pengembangan pariwisata di dengan meremajakan atau memelihara yang
Indonesia bersifat suatu pengembangan sudah berkembang agar menjadi lebih
industri pariwisata dan merupakan bagian menarik dan berkembang (Alwi, at al.
dari usaha pengembangan dan pembangunan 2005). Menurut Pitana (2005),
serta kesejahteraan masyarakat dan negara. pengembangan pariwisata adalah kegiatan
Sesuai dengan instruksi presiden tersebut, untuk memajukan suatu tempat atau daerah
dikatakan pula bahwa tujuan pengembangan yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa
pariwisata di Indonesia, yaitu (1) baik dengan cara memelihara yang sudah
meningkatkan pendapatan devisa negara berkembang atau menciptakan yang baru.
pada khususnya dan pendapatan negara dan Dalam perencanaan pengembangan
masyarakat pada umumnya, perluasan pariwisata harus melibatkan masyarakat
kesempatan kerja serta mendorong kegiatan- setempat (lokal) khususnya yang berada di
kegiatan industri penunjang dan industri- sekitar destinasi wisata, karena masyarakat
industri sampingan lainnya, (2) setempat merupakan pemilik dan lebih
memperkenalkan dan mendayagunakan mengetahui destinasi tersebut (Ridwan,
keindahan alam dan kebudayaan Indonesia, 2012). Selain itu, Ridwan (2012) juga
dan (3) meningkatkan mengemukakan bahwa ada lima pendekatan
persaudaraan/persahabatan nasional dan perencanaan pengembangan pariwisata yang
internasional. perlu diketahui dan diaplikasikan dalam
Selain tertuang dalam Instruksi pembangunan dan pengembangan
Presiden, kebijakan pengembangan pariwisata, yaitu: (1) pendekatan
pariwisata juga terdapat dalam Undang- pemberdayaan masyarakat lokal, (2)
undang No. 9 Tahun 1990 tentang pendekatan berkelanjutan, (3) pendekatan
kepariwisataan, pasal (5), menyatakan kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan,
bahwa Pem-bangunan Obyek dan Daya dan
Tarik Wisata (ODTW) dilakukan dengan (5) pendekatan dari sisi penawaran (supply)
cara mengusahakan, mengelola, dan dan permintaan (demand).
membuat obyek-obyek baru sebagai obyek Menurut Holloway at al (2009)
dan daya tarik wisata, kemudian pasal (6) bahwa pariwisata adalah aktivitas dari
dinyatakan bahwa, pembangunan obyek dan pemanfatan waktu luang atau leisure, dan
daya tarik wisata dilakukan dengan keluar negara untuk mencari sesuatu yang
memperhatikan berbeda dari kebiasaan sehari-hari dan
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 8
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
memberikan dampak ekonomi pada
masyarakat lokal.

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 9


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Lebih jauh Beech J & Simon C. (2006) dimaksud dengan siklus hidup destinasi
berusaha memberikan definisi pariwisata (destination lifecycle model) yaitu sebagai
secara lebih akademis, bahwa the activities berikut.
of persons traveling to and staying in places Pengembangan destinasi pariwisata
outside their usual environment for not more memerlukan teknik perencanaan yang baik
than one consecutive year for leisure, dan tepat. Teknik pengembangan harus
business or other purposes. menggabungkan beberapa aspek penunjang
Destinasi merupakan suatu tempat kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut
yang dikunjungi dengan waktu yang adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan
signifikan selama perjalanan seseorang saluran pemasaran), karakteristik
dibandingkan dengan tempat lainnya yang infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi
dilalui selama perjalanannya (misalnya sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan
daerah transit). Suatu tempat akan memiliki sektor lain, daya tahan akan dampak
batas-batas tertentu baik secara aktual pariwisata, tingkat resistensi komunitas
maupun hukum. Menurut Richardson dan lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan
Fluker (2004) destinasi pariwisata kawasan alam merupakan dasar-dasar
didefinisikan sebagai: ”A significant place penataan kawasan memasukan aspek yang
visited on a trip, with some form of actual or perlu dipertimbangkan dan komponen
perceived boundary. The basic geographic penataan kawasan tersebut. Gunn, et. al
unit for the production of tourism (2002) mengemukakan bahwa suatu
statitistics” (Richardson dan Fluker, 2004). kawasan wisata yang baik dan berhasil
Di lihat dari apa yang diuraikan oleh Beech secara optimal didasarkan pada empat aspek
J & Simon C (2006), tampaknya kegiatan yaitu :1) Mempertahankan kelestarian
pariwisata sangat dekat dengan dinamisnya lingkungannya,
kehidupan manusia yang di satu sisi didasari 2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
oleh keinginan untuk memenuhi di kawasan tersebut, 3) Menjamin kepuasan
kebutuhannya, yaitu untuk liburan. pengunjung, 4) Meningkatkan keterpaduan
Destinasi dapat dibagi menjadi, dan kesatuan pembangunan masyarakat di
destination area‟ yang oleh WTO sekitar kawasan dan zona pengembangan.
didefinisikan sebagai berikut: “Part of Penataan kawasan wisata alam
destination. A homogeneous tourism region mencakup penetapan peruntukan lahan yang
or a group of local government terbagi menjadi tiga, yaitu : 1) zona
administrative regions” (WTO in Ricardson preservasi, 2) zona konservasi, 3) zona
dan Fluker, 2004). Dalam mendiskusikan pemanfaatan. Menurut Rijksen (1981),
destinasi pariwisata, kita juga harus konservasi merupakan suatu bentuk evolusi
mempertimbangkan istilah „region‟ yang kultural atau perubahan budaya dimana pada
didefinisikan sebagai berikut: “(1) A saat dulu, upaya konservasi lebih buruk
grouping of countries, usually in a common daripada saat sekarang. Sedangkan menurut
geographic area, (2) An area within a Wayne Attoe (1979), yang dapat
country, usually a tourism destination area” dikonservasi adalah lingkungan alam
(Ricardson dan Fluker, 2004). Tujuan utama (seperti daerah pantai, hutan, lereng
dari penggunaan model siklus hidup pegunungan dan lokasi arkeologi), kawasan
destinasi (destination lifecycle model) yaitu kota dan perdesaan, skyline dan
sebagai alat untuk memahami evolusi dari pemwisatawanngan koridor wilayah, bagian
produk dan destinasi pariwisata. Hal ini depan suatu gedung (fasade) dan bangunan
dipertegas oleh Richardson dan Fluker serta unsur dari bangunan.
(2004) yang

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 10


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Menurut Suwantoro(1996), unsur pelayanan apa saja yang tersedia di DTW


pokok yang harus mendapat perhatian guna tersebut (bagaimana akomodasi perhotelan
menunjang pengembangan pariwisata yang ada), restaurant , pelayanan umum
didaerah tujuan wisata meliputi (1) obyek seperti Bank/money changers, kantor pos,
dan daya tarik wisata, dan (2) sarana dan telepon/teleks yang ada di DTW tersebut; (e)
prasarana wisata. Daya tarik dan obyek informasi dan promosi (kapan iklan
wisata merupakan potensi yang dipasang, kemana leaflets /brosur disebarkan
menjadi pendorong kehadiran wisatawan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap
kesuatu daerah tujuan wisata. Obyek dan paket wisata dan wisatawan cepat
daya Tarik wisata dapat berupa keindahan mengambil keputusan pariwisata di
alam (pantai, gunung, hutan dan lain-lain) wilayahnya dan harus menjalankan
dan atraksi wisata (kesenian, upacara adat, kebijakan yang paling menguntungkan bagi
sejarah). Sedangkan sarana wisata daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan
merupakan kelengkapan daerah tujuan tugas dari organisasi pariwisata pada
wisata yang diperlukan untuk melayani umumnya).
kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisata. Berbagai sarana wisata METODE PENELITIAN
yang harus disediakan didaerah tujuan
wisata seperti hotel, biro perjalanan, alat Teknik Analisis Data
transportasi, restoran dan rumah makan serta Teknik analisa yang digunakan
sarana pendukung lainnya. Lain halnya adalah analisis triangulasi dan analisis
dengan prasarana wisata, yaitu merupakan SWOT yang bertujuan menemukan strategi
sumber daya alam dan sumber daya buatan pengembangan Desa Wonokriti sebagai
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh Desa Wisata Edelweis. Menurut Sutopo
wisatawan dalam perjalanannya di daerah (2006) triangulasi merupakan cara yang
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, paling umum digunakan bagi peningkatan
telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain validitas data dalam penelitian kualitatif.
sebagainya. Untuk dapat bertahan, sebuah Teknik Triangulasi dibagi menjadi empat,
tempat wisata perlu dikembangkan yaitu (1) triangulasi data/sumber (data
mengikuti kemajuan zaman. triangulation),
Menurut Yoeti (1997), (2) triangulasi peneliti (investigator
pengembangan pariwisata perlu triangulation), (3) triangulasi metodologis
memperhatikan beberapa aspek yaitu: (a) (methodological triangulation), dan (4)
Wisatawan (Tourist ) harus diketahui triangulasi teoritis (theoritical
karakteristik dari wisatawan, dari negara triangulation). Sedangkan menurut
mana mereka datang, usia, hobi, dan pada Sugiyono (2011), triangulasi diartikan
musim apa mereka melakukan perjalanan; sebagai Teknik pengumpulan data yang
(b) transportasi harus dilakukan penelitian bersifat menggabungkan dari berbagai
bagaimana fasilitas transportasi yang teknik pengumpulan data dan sumber data
tersedia untuk membawa wisatawan ke yang telah ada. Dalam penelitian ini, peneliti
daerah tujuan wisata yang dituju; (c) melakukan triangulasi terhadap data hasil
atraksi/obyek wisata yang akan dijual, observasi di lapangan, data interview atau
apakah memenuhi tiga syarat seperti; Apa wawancara dengan narasumber serta
yang dapat dilihat (something to see); Apa dokumen-dokumen pendukung Desa
yang dapat dilakukan (something to do); Wonokriti.
Apa yang dapat dibeli (something to buy);
(d) fasilitas

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 11


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Teknik Pengambilan Data itu, data pendukung juga diperoleh dari


Pada proses pengambilan data pustaka, seperti sejarah maupun dokumen
dilakukan dengan cara datang langsung ke yang berkaitan dengan Desa Wonokriti.
lokasi wisata atau observasi untuk
melakukan kegiatan pengamatan secara Alur Pikir Penelitian
langsung di lokasi wisata dan melakukan Berikut alur penelitian yang
interview dengan beberapa pihak yang menggambarkan apa saja yang dikerjakan
dijadikan sebagai sumber informasi di lokasi dalam penelitian ini dari awal hingga akhir
wisata, yaitu pengelola wisata dan sekaligus capaian peneliti
wisatawan. Selain

Gambar 1. Diagram Alur Proses Penelitian


Sumber: peneliti, 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN Tengger Semeru (TNBTS). Awal mula


terbentuknya desa wisata Edelwais bertujuan
Gambaran Umum Desa Wonokriti untuk melestarikan kebudayaan masyarakat
Desa Wonokriti merupakan sebuah Desa Wonokriti yang memanfaatkan bunga
desa yang terletak di Kecamatan Tosari, Edelwais untuk kegiatan upacara adat, bung
Kabupaten Pasuruan. Desa ini masih berada aini dianggap sakral. Sebelumnya,
di sekitar 127es ain Taman Nasional Bromo masyarakat terbiasa mengambil bunga
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 12
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Edelwais yang tumbuh secara bebas di bagaimana cara budidaya bunga Edelweis.
pegunungan, sehingga menyebabkan jumlah Daya wisata lain yang dimiliki Desa
bunga di alam bebas berkurang adanya Wonokriti adalah pemandangan alam yang
larangan untuk memetic bunga langka ini bagus, bernuansa pegunungan dengan
menyebabkan Balai Besar TNBTS hamparan bunga Edelweis, dimana biasanya
melakukan pembinaan terhadap masyarakat bunga ini hanya dapat dijumpai di gunung.
untuk membentuk sebuah Kelompok Tani
bernama Hulun Hyang yang menginisiasi Aksesbilitas
agar masyarakat bisa menanam sendiri Menurut Sammeng (2000) dalam
bunga Edelweis (kompas.com). Rossadi, dengan adanya kemajuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai
macam alat trasnportasisudah tersedia
beragam jenisnya dan menjadi salah satu
pendukung serta pendorong kemajuan
pariwisata. Untuk menuju desa wisata
Edelweis yang berada di Desa Wonokriti,
wisatawan dapat menggunakan kendaraan
roda dua maupun roda empat menuju
kabupaten Pasuruan. Lokasinya berada
sekitar 500 m dari pintu masuk Bromo ke
arah utara Desa Sedaeng. Desa wisata ini
Gambar 2.Gerbang atau pintu masuk berapa di tepi jalan raya sehingga mudah
Desa Wonokriti dilihat oleh wisatawan yang ingin
Sumber: Dokumen penulis, 2019 berkunjung. Namun, jika dilihat dari kondisi
jalan, masih ada beberapa jalan yang rusak
dan berlubang.

Atraksi
Salah satu kekuatan yang dimilikim
oleh Desa Wonokriti selain adanya bunga
Edelweis adalah adat istiadat. Masyarakat di
Desa Wonokriti masih menjunjung tinggi
warisan budaya leluhur mereka, berupa
kepercayaan adat istiadat. Di desa ini masih
melaksanakan tradisi nenek moyang yang
Gambar 3. Bunga Edelweiss di Desa berupa upacara-upacara adat serta
Wonokriti keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap
Sumber: Dokumen penulis, 2019 tahun, seperti kegiatan upacara Karo,
Kasada, Barikan, Pujan, Pagenepan, Entas-
Desa Wonokriti menjadi desa bagi entas dan Slametan. Selain sebagai asset
konservasi bunga Edelweis yang selanjutnya desa wisata, bunga Edelweis juga digunakan
berkembang menjadi desa wisata, dalam kegiatan upacara adat bagi
dikarenakan potensi yang dimiliki yaitu masyarakat Desa Wonokriti. Oleh karena
bunga Edelweis. Disini, selain menjadi salah itu, adanya kegiatan budidaya bunga
satu tempat resmi pembelian bunga Edeweis Edelweis juga dimanfaatkan untuk kegiatan
juga menjadi salah satu tempat belajar upacara keagamaan maupun adat selain
sebagai daya
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 13
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

tarik wisata. Atraksi yang terkait dengan melarang orang luar untuk tinggal menetap
budaya sangat penting untuk kegiatan di desa tersebut. Tidak hanya itu, di desa ini
pariwisata berbasis masyarakat (Priatmoko masih menganut kepercayaan kepada dukun.
et al., 2021). Bahkan masyarakat di Desa Berikut beberapa atraksi yang sudah ada di
Wonokriti masih memegang teguh Desa Wonokriti:
kepercayaan leluhur, salah satunya adalah

Tabel 1. Atraksi Wisata di Desa Wonokriti


No Jenis Atraksi
1 Wisata alam bunga edelweiss
2 Upacara Karo
3 Upacara Kasada
4 Upacara Barikan
5 Upacara Pujan
6 Upacara Pagenepan
7 Upacara Entas-entas
8 Upacara Slametan
Sumber: penulis. 2019

Gambar 4. Proses Budidaya


Gambar 5. Hasil Panen Budidaya
Tanaman Edelweiss (Sumber: Dokumen
Edelweiss di Desa Wonokriti
penulis, 2019)
Sumber: Dokumen penulis, 2019
Amenitas Fasilitas Pendukung
Dilihat dari sisi amenitas, desa wisata Dilihat dari lokasinya, desa wisata ini
ini sudah memiliki beberapa fasilitas sangat dekat dengan beberapa destinasi
pendukung wisata, seperti penginapan, wisata lain, seperti Puncak Penanjakan,
warung makan dan tempat untuk membeli Bromo, Kawah Bromo dan Bukit Cinta.
oleh-oleh atau souvenir. Namun, jika dilihat
dari jumlahnya, tempat wisata ini masih Analisa SWOT
memiliki kekuarangan, seperti minimnya Dari hasil observasi di Desa Wisata
toilet, tempat sampah, lahan parkir maupun Edelweis, ditemukan beberapa kekuatan
tempat ibadah. (Strength), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunity) dan juga ancaman (Threat)
sebagai berikut:

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 14


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Table Analisis SWOT


Analisa SWOT faktor internal strategi
Strength Weakness
Memiliki daya tarik wisata, yaitu adanya bunga Aksesbilitas menuju lokasi wisata kurang
Edelweis bagus, masih ada jalan yang berlubang
dan rusak
Memiliki atraksi wisata berupa kegiatan Jumlah fasilitas pendukung seperti toilet,
upacara adat-isiadat Desa Wonokriti dll masih kurang memadai
Masyarakat masih menjunjung tinggi nilai-nilai Peranan masyarakat atau pengelola masih
budaya warisan leluhur belum maksimal dalam mengelola
potensi pariwisata
Menjadi tempat penjualan resmi bunga Belum memiliki fasilitas sarana
Edelweis prasarana bagi wisatawan berkebutuhan
khusus atau penyandang disabilitas
Menjadi wisata edukasi, yaitu budidaya Minimnya informasi bagi wisatawan
tanaman Edelweis
Berada di Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru
Analisa swot faktor eksternal strategi
Opportunity Threat
Mengadakan event yang berkaitan dengan Terjadinya bencana alam, seperti longsor
bunga Edelweis
Menjalin Kerjasama dengan pihak ketiga untuk Adanya destinasi wisata lain yang serupa,
memajukan desa wisata Edelweis yaitu desa wisata Edelweis yang berada
di sekitar Desa Wonokriti
Mengembangan potensi wisata edukasi
berkaitan dengan budidaya bunga Edelweis
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

Untuk mengembangkan sebuah bisa menjadi salah satu daya tarik bagi
destinasi pariwisata, maka diperlukan wisatawan untuk menyaksikan secara
sebuah strategi yang tepat. Menurut Tjiptono langsung kapan dan bagaimana bung
(2000) dalam Nieamah strategi merupakan aini mekar, sehingga event ini bisa
pendekatan secara keseluruhan yang menjadi salah datu daya tarik bagi
berkaitan dengan gagasan, perencanaan, wisatawan untuk berkunjung ke Desa
daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun Wisata Edelweis.
waktu tertentu. Dari analisis SWOT 2. Mengembangkan wisata edukasi, yaitu
tersebut, maka dapat diperoleh rumusan sebagai pusat budidaya bunga Edelweis.
strategi pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis telah dikenal sebagai
Edelweis di Desa Wonokriti, yaitu: bunga abadi, tentunya banyak kalangan
1. Mengadakan kegiatan atau event yang yang ingin mengetahui bagaimana cara
berkaitan dengan bunga Edelweis, atau teknik budidaya bung aini,
seperti saat bunga tersebut mekar. terutama di kalangan pelajar. Hal ini
Moment ketika bunga Edelweis akan dapat menjadi salah satu jenis wisata
mekar bisa menjadi salah satu peristiwa edukasi, dimana wisatawan tidak hanya
yang berharga bagi wisatawan. Hal ini sekedar berwisata tetapi sekaigus
belajar. Jenis
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 15
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

wisata ini sangat cocok untuk kalangan Terlebih jika pengelola pariwisata
pelajar ataupun anak muda, sehingga merupakan masyarakat setempat yang
mereka dapat menghargai bunga abadi masih awam dengan kegiatan
ini dan tidak memetiknya jika berada di pariwisata, maka diperlukan pelatihan
atas gunung. khusus bagi SDM yang terlibat agar
3. Mengembangkan sarana dan prasarana bisa melayani wisatawan sesuai dengan
pendukung pariwisata, seperti standar pelayanan dalam dunia
pengadaan tempat sampah, toilet, pariwisata.
petunjuk jalan maupun kondisi jalan 6. Mengadakan Kerjasama dengan
menuju desa wisata Edelweis. Sarana destinasi wisata di sekitar desa wisata
dan prasarana serta fasilitas pendukung Edelweis, seperti pembuatan paket
dapat menjadi salah satu motivasi wisata. Untuk mengembangkan desa
wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata Edelweis dan desa wisata di
wisata Edelweis, dikarenakan kondisi sekitarnya dapat saling bekerjasama
destinasi wisata yang baik dapat dengan cara membuat paket wisata yang
memberikan penilaian ataupun citra bisa ditawarkan kepada wisatan,
yang baik dimata masyarakat, sehingga tujuanya adalah untuk berkembang
wisatawan bisa merekomendasikan bersama, sehingga tidak hanya salah
destinasi wisata ini kepada wisatawan satu destinasi wisata yang lebih unggul
lain. dari destinasi lainnya.
4. Mengembangkan pariwisata menuju 7. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sustainable tourism atau pariwisata desa Wonokriti dalam bidang budaya
berkelanjutan. pariwisata berkelanjutan sebagai salah satu atraksi wisata, seperti
adalah kepariwisataan yang kegiatan upacara adat (Upacara
dikembangkan dalam Galungan, Kuningan, Karo, Pujan
memperhatikan kelestarian alam dan Kesongo), kesenian rakyat (tari tani
budaya masyarakat setempat sehingga Edelweis, Tari Ujung dan Musik
dapat diwariskan untuk generasi Baleganjur), pakaian adat tengger dan
mendatang (Sugiama, 2011). Pariwisata fetival makanan tradisional (Bledus,
yang akan bertahan adalah pariwisata Jadah, Jenang, Nasi Aron dan Pasung
yang memperhatikan faktor Pipis)
keberlanjutan, terlebih jika daya tarik 8. Meningkatkan kegiatan pemasaran
utamanya adalah wisata alam, maka dengan memanfaatkan kemajuan
pengelola harus memperhatikan aspek teknologi, seperti media social. Selain
lingkungan maupun keberlanjutan dari itu, pemasaran juga bisa dilakukan
destinasi wisata, seperti menjaga dengan mengadakan Kerjasama
lingkungan dari sampah dan pemerintah setempat untuk berperan
menggunakan bahan-bahan yang ramah dalam memasarkan pariwisata desa
lingkungan. Wonokriti.
5. Mengadakan pelatihan hospitality bagi
SDM yang terlibat dalam pengelolaan KESIMPULAN
desa wisata Edelweis. Faktor lain dalam
menarik wisatawan adalah dengan Dari pembahasan di atas dapat
pelayanan, pelayanan yang baik akan diambil kesimpulan bahwa Desa Wonokriti
memberikan penilaian yang baik memiliki banyak potensi pariwisata sebagai
terhadap sebuah destinasi wisata. Desa Wisata Edelweis. Namun, dalam
pengelolaannya, Desa Wisata Edelweis
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 16
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

masih belum optimal, sehingga dibutuhkan Antara, Made. Arida Sukma. 2015. Panduan
strategi yang tepat untuk mengelola potensi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
pariwisata yang dimiliki oleh Desa Potensi Lokal. Bali: Konsorsium
Wonokriti. Dilihat dari factor intenal dan Riset Pariwisata (KRP) Universitas
ekternal, terdapat beberapa strategi yang Udayana.
dapat diterapkan di Desa Wonokriti untuk Brahmanto,. E. Hermawan., H dan Hamzah.,
mengembangkan potensi pariwisata sebagai F. 2017 Strategi Pengembangan
Desa Wisata Edelweis, yaitu (1) Kampung Batu Sebagai Daya Tarik
Mengadakan kegiatan atau event yang Wisata Minta Khusus. Jurnal Media
berkaitan dengan bunga Edelweis, seperti Wisata. Vol.15 No.2. Hal 1-13 2.
saat bunga tersebut mekar, (2) Beech, John dan Simon Chadwick. 2006.
Mengembangkan wisata edukasi, yaitu The Business of Tourism
sebagai pusat pengembangan bunga Management. England. Pearson
Edelweis, (3) Mengembangkan sarana dan Education.
prasarana pendukung pariwisata, seperti Gunn, C. A., & Var, T. (2002). Tourism
pengadaan tempat sampah, toilet, petunjuk Planning: Basics, Concepts, Cases
jalan maupun kondisi jalan menuju desa (4th ed.). New York: Routled
wisata Edelweis, (4) Mengembangkan Hidayah, Nurdin (2019). Pemasaran
pariwisata menuju sustainable tourism atau Destinasi Pariwisata, Alfabeta,
pariwisata berkelanjutan, (5) Mengadakan Bandung
pelatihan hospitality bagi SDM yang terlibat Holloway, J. Christopher, Humphreys ,
dalam pengelolaan desa wisata Edelweis, (6) Claire, dan Davidson, Rob. (2009).
Mengadakan Kerjasama dengan destinasi The Business of Tourism, 8th
wisata di sekitar desa wisata Edelweis, Edition. England: Pearson Education
seperti pembuatan paket wisata, (7) Limited
Mengoptimalkan potensi yang dimiliki desa Hulu, Meitolo. (2018). Pengelolaan
Wonokriti dalam bidang budaya sebagai Pariwisata Berkelanjutan Studi
salah satu atraksi wisata, seperti kegiatan Kasus
upacara adat (Upacara Galungan, Kuningan, : Desa Wisata “Blue Lagoon” di
Karo, Pujan Kesongo), kesenian rakyat (tari Kabupaten Sleman, DIY. Journal of
tani Edelweis, Tari Ujung dan Musik Tourism and Economic, 1 (2), 73-81
Baleganjur), pakaian adat tengger dan fetival Kim, A.K. and Brown, G. (2012).
makanan tradisional (Bledus, Jadah, Jenang, Understanding the relationships
Nasi Aron dan Pasung Pipis), (8) between perceived travel experiences,
Meningkatkan kegiatan pemasaran dengan overall satisfaction, and destination
memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti loyalty, Anatolia: An International
media social. Selain itu, pemasaran juga bisa Journal of Tourism and Hospitality
dilakukan dengan mengadakan Kerjasama Research, Vol. 23 No. 3, pp. 328-347
pemerintah setempat untuk berperan dalam Nieamah, Kartika Fajar, Purwoko, Yitno.
memasarkan pariwisata desa Wonokriti. (2021). Strategi Pengembangan
Healthtourism Di Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Tourism and Economic, 4
(1), 38-46
Alwi, at al. 2005.Kamus Besar Bahasan Nurchayati dan Ratnawati., A. T. 2016.
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta. Strategi Pengembangan Industri
Departemen Pendidikan Nasional. Kreatif Sebagai Penggerak Destinasi
Balai Pustaka. Pariwisata di Kabupaten Semarang.
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 17
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
Prosiding Seminar Nasional Multi

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 18


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Disiplin Ilmu ke 2 Tahun 2016. Hal Agar Wisatawan Puas dan Loyal.
180-90. ISBN 978- 979-3649-96-2 Guardaya Intimarta. Bandung, hal 65
Nuryanti,Wiendu 1993. Concept, Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Perspective and Challangs, Makalah Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Pitana, I Gede. Dan Surya Diarta, I Ketut. kualitatif, dan R&D). Bandung :
2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Alfabeta
Yogyakarta: Penerbit Andi Suharto. (2018). Pengelolaan Daya Tarik
Priatmoko, S., & David, L. D. (2021). Pantai Berbasis Pemberdayaan
Winning tourism digitalization Masyarakat (Studi Kasus Pantai
opportunity in the Indonesia CBT Gesing Kabupaten Gunung Kidul
business. Geojournal of Tourism and Yogyakarta. Journal of Tourism and
Geosites, 37(3), 800–806. Economic, 1 (2), 92-100
https://doi.org/10.30892/GTG.37309 Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian
-711 Kualitatif. Surakarta: Penerbit
Priatmoko, S., Kabil, M., László, V., Pallás, Universitas Sebelas Maret
E. I., & Dávid, L. D. (2021). Tjiptono, F. 2000, Strategi Pemasaran, edisi
Reviving an unpopular tourism 2, Yogyakarta.
destination through the placemaking Undang-undang RI No.9 Tahun 1990.
approach: Case study of Ngawen Tentang Kepariwisataan. Jakarta
temple, Indonesia. Sustainability Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
(Switzerland), 13(12). 10 Tahun 2009 Tentang
https://doi.org/10.3390/su13126704 Kepariwisataan
Rakib. M. 2017. Strategi Pengembangan Wahab,Salah. 1975. Tourism Management.
Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan London:Tourism International Press
Lokal Sebagai Penunjang Daya Tarik Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu
Wisata. Jurnal Kepariwisataan. Vol Pariwisata. Angkasa. Bandung
01 N0.02. Hal 54-69. ISSN 2580- Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan
5681 Pengembangan Pariwisata. PT.
Richardson & Fluker. 2004. Understanding Pradnya Paramita. Jakarta
and Managing Tourism. Australia:
Pearson Education Australia, NSW Internet
Australia Bromo Tengger Semeru. 2020. Profil Taman
Ridwan, 2012. Perencanaan dan Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengembangan Pariwisata. Jakarta: https://bromotenggersemeru.org/page
PT Sofmedia -static/profil [3 Januari 2020 ]
Rossadi, Leylita Novita, Widayati, Endang. Sarif Hidayat. 2020. Jumlah Wisatawan
(2018). Pengaruh Aksesibilitas, Bromo Tengger Semeru Menurun
Amenitas, Dan Atraksi Wisata Selama 2019.
Terhadap Minat Kunjungan https://jatim.inews.id/berita/jumlah-
Wisatawan Ke Wahana Air Balong wisatawan-bromo-tengger-semeru-
Waterpark Bantul Daerah Istimewa menurun-selama-2019 [ 10 Februari
Yogyakarta. Journal of Tourism and 2020]
Economic, 1 (2), 109-116
Sugiama, A Gima. 2013. Manajemen Aset
Pariwisata: Pelayanan Berkualitas

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 19


Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi

Kompas. 2020. Desa Wisata Edelweis 09/02/180500727/desa-wisata-


Wonokitri, Tempat Resmi Beli edelweis-wonokitri-tempat-resmi-
Bunga Edelweis. beli-bunga-edelweis?page=all [10
https://travel.kompas.com/read/2020/ September 2020]

Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 20

Anda mungkin juga menyukai