JOURNAL Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 2021, Page 119-134
ISSN: 2622-4631 (print), ISSN: 2622-495X (online)
OF TOURISM Email: jurnalapi@gmail.com
Website: http://jurnal.stieparapi.ac.id/index.php/JTEC
AND ECONOMIC DOI: https://doi.org/10.36594/jtec.v4i2.122
Amin Kiswantoro
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Yogyakarta aminkiswantoro@gmail.com
ABSTRACT
Edelweis tourism village is one of the tourist villages located in Pacitan Regency, East Java.
This tourist village is still in the Bromo Tengger Semeru National Park area. This tourist village
has the main tourism potential, namely the Edelweiss flower or eternal flower. In this research,
using descriptive analysis which is qualitative in nature. The data obtained were then analyzed
using SWOT analysis. From the results of this study, the development strategy of Wonokriti
Village as an Edelweiss tourism village is obtained, including holding activities related to the
Edelweiss flower, making this village a center for educational tourism, especially edelweiss
flowers, developing tourism supporting infrastructure, holding hospitality training for human
resources involved in management. Edelweiss Tourism Village.
ABSTRAK
Desa wisata Edelweis merupakan salah satu desa wisata yang berada di Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Desa wisata ini masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Desa wisata ini memiliki potensi wisata yang utama, yaitu bunga Edelweis atau bunga
abadi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif yang bersifat kualitatif. Data yang
diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis SWOT. Dari hasil penelitian ini
diperoleh strategi pengembangan Desa Wonokriti sebagai desa wisata Edelweis, diantaranya
adalah mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan bunga Edelweis, menjadikan desa ini
sebagai pusat wisata edukasi khususnya bunga edelweiss, mengembangkan sarana prasana
pendukung pariwisata, mengadakan pelatihan hospitality bagi SDM yang terlibat dalam
pengelolaan Desa Wisata Edelweis.
Desa Wisata
Menurut Nuryati (1993), desa wisata
adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pedukung yang
disajikan dalam satu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tatacara
dan tradisi yang berlaku. Sedangkan
menurut Joshi (2012) dalam Antara (2015),
Desa Wisata (rural tourism) merupakan
pariwisata yang terdiri dari keseluruhan
pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi,
unsur-unsur yang unik yang secara
keseluruhan dapat menarik minat
wisatawan). Untuk menjadi sebuah desa
wisata harus memiliki 2 komponen utama,
yaitu akomodasi dan atraksi. Akomodasi
merupakan sebagian dari tempat tinggal para
penduduk setempat dan atau unit-unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk. Sedangkan Atraksi merupakan
seluruh kehidupan keseharian penduduk
setempat beserta setting fisik lokasi desa
yang memungkinkan berintegrasinya
wisatawan sebagai
partisipasi aktif, seperti kursus tari, bahasa
dan kegiatan lain yang lebih spesifik.
Desa-desa yang memiliki potensi
keindahan alam, budaya seperti kerajinan
dan perdesaan ziarah, sebenarnya dapat
diangkat sebagai objek wisata perdesaan
percontohan yang pada akhirnya dapat
memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan ekonomi daerah (Suyatna,
Lebih jauh Beech J & Simon C. (2006) dimaksud dengan siklus hidup destinasi
berusaha memberikan definisi pariwisata (destination lifecycle model) yaitu sebagai
secara lebih akademis, bahwa the activities berikut.
of persons traveling to and staying in places Pengembangan destinasi pariwisata
outside their usual environment for not more memerlukan teknik perencanaan yang baik
than one consecutive year for leisure, dan tepat. Teknik pengembangan harus
business or other purposes. menggabungkan beberapa aspek penunjang
Destinasi merupakan suatu tempat kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut
yang dikunjungi dengan waktu yang adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan
signifikan selama perjalanan seseorang saluran pemasaran), karakteristik
dibandingkan dengan tempat lainnya yang infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi
dilalui selama perjalanannya (misalnya sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan
daerah transit). Suatu tempat akan memiliki sektor lain, daya tahan akan dampak
batas-batas tertentu baik secara aktual pariwisata, tingkat resistensi komunitas
maupun hukum. Menurut Richardson dan lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan
Fluker (2004) destinasi pariwisata kawasan alam merupakan dasar-dasar
didefinisikan sebagai: ”A significant place penataan kawasan memasukan aspek yang
visited on a trip, with some form of actual or perlu dipertimbangkan dan komponen
perceived boundary. The basic geographic penataan kawasan tersebut. Gunn, et. al
unit for the production of tourism (2002) mengemukakan bahwa suatu
statitistics” (Richardson dan Fluker, 2004). kawasan wisata yang baik dan berhasil
Di lihat dari apa yang diuraikan oleh Beech secara optimal didasarkan pada empat aspek
J & Simon C (2006), tampaknya kegiatan yaitu :1) Mempertahankan kelestarian
pariwisata sangat dekat dengan dinamisnya lingkungannya,
kehidupan manusia yang di satu sisi didasari 2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
oleh keinginan untuk memenuhi di kawasan tersebut, 3) Menjamin kepuasan
kebutuhannya, yaitu untuk liburan. pengunjung, 4) Meningkatkan keterpaduan
Destinasi dapat dibagi menjadi, dan kesatuan pembangunan masyarakat di
destination area‟ yang oleh WTO sekitar kawasan dan zona pengembangan.
didefinisikan sebagai berikut: “Part of Penataan kawasan wisata alam
destination. A homogeneous tourism region mencakup penetapan peruntukan lahan yang
or a group of local government terbagi menjadi tiga, yaitu : 1) zona
administrative regions” (WTO in Ricardson preservasi, 2) zona konservasi, 3) zona
dan Fluker, 2004). Dalam mendiskusikan pemanfaatan. Menurut Rijksen (1981),
destinasi pariwisata, kita juga harus konservasi merupakan suatu bentuk evolusi
mempertimbangkan istilah „region‟ yang kultural atau perubahan budaya dimana pada
didefinisikan sebagai berikut: “(1) A saat dulu, upaya konservasi lebih buruk
grouping of countries, usually in a common daripada saat sekarang. Sedangkan menurut
geographic area, (2) An area within a Wayne Attoe (1979), yang dapat
country, usually a tourism destination area” dikonservasi adalah lingkungan alam
(Ricardson dan Fluker, 2004). Tujuan utama (seperti daerah pantai, hutan, lereng
dari penggunaan model siklus hidup pegunungan dan lokasi arkeologi), kawasan
destinasi (destination lifecycle model) yaitu kota dan perdesaan, skyline dan
sebagai alat untuk memahami evolusi dari pemwisatawanngan koridor wilayah, bagian
produk dan destinasi pariwisata. Hal ini depan suatu gedung (fasade) dan bangunan
dipertegas oleh Richardson dan Fluker serta unsur dari bangunan.
(2004) yang
Edelwais yang tumbuh secara bebas di bagaimana cara budidaya bunga Edelweis.
pegunungan, sehingga menyebabkan jumlah Daya wisata lain yang dimiliki Desa
bunga di alam bebas berkurang adanya Wonokriti adalah pemandangan alam yang
larangan untuk memetic bunga langka ini bagus, bernuansa pegunungan dengan
menyebabkan Balai Besar TNBTS hamparan bunga Edelweis, dimana biasanya
melakukan pembinaan terhadap masyarakat bunga ini hanya dapat dijumpai di gunung.
untuk membentuk sebuah Kelompok Tani
bernama Hulun Hyang yang menginisiasi Aksesbilitas
agar masyarakat bisa menanam sendiri Menurut Sammeng (2000) dalam
bunga Edelweis (kompas.com). Rossadi, dengan adanya kemajuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai
macam alat trasnportasisudah tersedia
beragam jenisnya dan menjadi salah satu
pendukung serta pendorong kemajuan
pariwisata. Untuk menuju desa wisata
Edelweis yang berada di Desa Wonokriti,
wisatawan dapat menggunakan kendaraan
roda dua maupun roda empat menuju
kabupaten Pasuruan. Lokasinya berada
sekitar 500 m dari pintu masuk Bromo ke
arah utara Desa Sedaeng. Desa wisata ini
Gambar 2.Gerbang atau pintu masuk berapa di tepi jalan raya sehingga mudah
Desa Wonokriti dilihat oleh wisatawan yang ingin
Sumber: Dokumen penulis, 2019 berkunjung. Namun, jika dilihat dari kondisi
jalan, masih ada beberapa jalan yang rusak
dan berlubang.
Atraksi
Salah satu kekuatan yang dimilikim
oleh Desa Wonokriti selain adanya bunga
Edelweis adalah adat istiadat. Masyarakat di
Desa Wonokriti masih menjunjung tinggi
warisan budaya leluhur mereka, berupa
kepercayaan adat istiadat. Di desa ini masih
melaksanakan tradisi nenek moyang yang
Gambar 3. Bunga Edelweiss di Desa berupa upacara-upacara adat serta
Wonokriti keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap
Sumber: Dokumen penulis, 2019 tahun, seperti kegiatan upacara Karo,
Kasada, Barikan, Pujan, Pagenepan, Entas-
Desa Wonokriti menjadi desa bagi entas dan Slametan. Selain sebagai asset
konservasi bunga Edelweis yang selanjutnya desa wisata, bunga Edelweis juga digunakan
berkembang menjadi desa wisata, dalam kegiatan upacara adat bagi
dikarenakan potensi yang dimiliki yaitu masyarakat Desa Wonokriti. Oleh karena
bunga Edelweis. Disini, selain menjadi salah itu, adanya kegiatan budidaya bunga
satu tempat resmi pembelian bunga Edeweis Edelweis juga dimanfaatkan untuk kegiatan
juga menjadi salah satu tempat belajar upacara keagamaan maupun adat selain
sebagai daya
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 13
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
tarik wisata. Atraksi yang terkait dengan melarang orang luar untuk tinggal menetap
budaya sangat penting untuk kegiatan di desa tersebut. Tidak hanya itu, di desa ini
pariwisata berbasis masyarakat (Priatmoko masih menganut kepercayaan kepada dukun.
et al., 2021). Bahkan masyarakat di Desa Berikut beberapa atraksi yang sudah ada di
Wonokriti masih memegang teguh Desa Wonokriti:
kepercayaan leluhur, salah satunya adalah
Untuk mengembangkan sebuah bisa menjadi salah satu daya tarik bagi
destinasi pariwisata, maka diperlukan wisatawan untuk menyaksikan secara
sebuah strategi yang tepat. Menurut Tjiptono langsung kapan dan bagaimana bung
(2000) dalam Nieamah strategi merupakan aini mekar, sehingga event ini bisa
pendekatan secara keseluruhan yang menjadi salah datu daya tarik bagi
berkaitan dengan gagasan, perencanaan, wisatawan untuk berkunjung ke Desa
daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun Wisata Edelweis.
waktu tertentu. Dari analisis SWOT 2. Mengembangkan wisata edukasi, yaitu
tersebut, maka dapat diperoleh rumusan sebagai pusat budidaya bunga Edelweis.
strategi pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis telah dikenal sebagai
Edelweis di Desa Wonokriti, yaitu: bunga abadi, tentunya banyak kalangan
1. Mengadakan kegiatan atau event yang yang ingin mengetahui bagaimana cara
berkaitan dengan bunga Edelweis, atau teknik budidaya bung aini,
seperti saat bunga tersebut mekar. terutama di kalangan pelajar. Hal ini
Moment ketika bunga Edelweis akan dapat menjadi salah satu jenis wisata
mekar bisa menjadi salah satu peristiwa edukasi, dimana wisatawan tidak hanya
yang berharga bagi wisatawan. Hal ini sekedar berwisata tetapi sekaigus
belajar. Jenis
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 15
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
wisata ini sangat cocok untuk kalangan Terlebih jika pengelola pariwisata
pelajar ataupun anak muda, sehingga merupakan masyarakat setempat yang
mereka dapat menghargai bunga abadi masih awam dengan kegiatan
ini dan tidak memetiknya jika berada di pariwisata, maka diperlukan pelatihan
atas gunung. khusus bagi SDM yang terlibat agar
3. Mengembangkan sarana dan prasarana bisa melayani wisatawan sesuai dengan
pendukung pariwisata, seperti standar pelayanan dalam dunia
pengadaan tempat sampah, toilet, pariwisata.
petunjuk jalan maupun kondisi jalan 6. Mengadakan Kerjasama dengan
menuju desa wisata Edelweis. Sarana destinasi wisata di sekitar desa wisata
dan prasarana serta fasilitas pendukung Edelweis, seperti pembuatan paket
dapat menjadi salah satu motivasi wisata. Untuk mengembangkan desa
wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata Edelweis dan desa wisata di
wisata Edelweis, dikarenakan kondisi sekitarnya dapat saling bekerjasama
destinasi wisata yang baik dapat dengan cara membuat paket wisata yang
memberikan penilaian ataupun citra bisa ditawarkan kepada wisatan,
yang baik dimata masyarakat, sehingga tujuanya adalah untuk berkembang
wisatawan bisa merekomendasikan bersama, sehingga tidak hanya salah
destinasi wisata ini kepada wisatawan satu destinasi wisata yang lebih unggul
lain. dari destinasi lainnya.
4. Mengembangkan pariwisata menuju 7. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sustainable tourism atau pariwisata desa Wonokriti dalam bidang budaya
berkelanjutan. pariwisata berkelanjutan sebagai salah satu atraksi wisata, seperti
adalah kepariwisataan yang kegiatan upacara adat (Upacara
dikembangkan dalam Galungan, Kuningan, Karo, Pujan
memperhatikan kelestarian alam dan Kesongo), kesenian rakyat (tari tani
budaya masyarakat setempat sehingga Edelweis, Tari Ujung dan Musik
dapat diwariskan untuk generasi Baleganjur), pakaian adat tengger dan
mendatang (Sugiama, 2011). Pariwisata fetival makanan tradisional (Bledus,
yang akan bertahan adalah pariwisata Jadah, Jenang, Nasi Aron dan Pasung
yang memperhatikan faktor Pipis)
keberlanjutan, terlebih jika daya tarik 8. Meningkatkan kegiatan pemasaran
utamanya adalah wisata alam, maka dengan memanfaatkan kemajuan
pengelola harus memperhatikan aspek teknologi, seperti media social. Selain
lingkungan maupun keberlanjutan dari itu, pemasaran juga bisa dilakukan
destinasi wisata, seperti menjaga dengan mengadakan Kerjasama
lingkungan dari sampah dan pemerintah setempat untuk berperan
menggunakan bahan-bahan yang ramah dalam memasarkan pariwisata desa
lingkungan. Wonokriti.
5. Mengadakan pelatihan hospitality bagi
SDM yang terlibat dalam pengelolaan KESIMPULAN
desa wisata Edelweis. Faktor lain dalam
menarik wisatawan adalah dengan Dari pembahasan di atas dapat
pelayanan, pelayanan yang baik akan diambil kesimpulan bahwa Desa Wonokriti
memberikan penilaian yang baik memiliki banyak potensi pariwisata sebagai
terhadap sebuah destinasi wisata. Desa Wisata Edelweis. Namun, dalam
pengelolaannya, Desa Wisata Edelweis
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 16
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
masih belum optimal, sehingga dibutuhkan Antara, Made. Arida Sukma. 2015. Panduan
strategi yang tepat untuk mengelola potensi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
pariwisata yang dimiliki oleh Desa Potensi Lokal. Bali: Konsorsium
Wonokriti. Dilihat dari factor intenal dan Riset Pariwisata (KRP) Universitas
ekternal, terdapat beberapa strategi yang Udayana.
dapat diterapkan di Desa Wonokriti untuk Brahmanto,. E. Hermawan., H dan Hamzah.,
mengembangkan potensi pariwisata sebagai F. 2017 Strategi Pengembangan
Desa Wisata Edelweis, yaitu (1) Kampung Batu Sebagai Daya Tarik
Mengadakan kegiatan atau event yang Wisata Minta Khusus. Jurnal Media
berkaitan dengan bunga Edelweis, seperti Wisata. Vol.15 No.2. Hal 1-13 2.
saat bunga tersebut mekar, (2) Beech, John dan Simon Chadwick. 2006.
Mengembangkan wisata edukasi, yaitu The Business of Tourism
sebagai pusat pengembangan bunga Management. England. Pearson
Edelweis, (3) Mengembangkan sarana dan Education.
prasarana pendukung pariwisata, seperti Gunn, C. A., & Var, T. (2002). Tourism
pengadaan tempat sampah, toilet, petunjuk Planning: Basics, Concepts, Cases
jalan maupun kondisi jalan menuju desa (4th ed.). New York: Routled
wisata Edelweis, (4) Mengembangkan Hidayah, Nurdin (2019). Pemasaran
pariwisata menuju sustainable tourism atau Destinasi Pariwisata, Alfabeta,
pariwisata berkelanjutan, (5) Mengadakan Bandung
pelatihan hospitality bagi SDM yang terlibat Holloway, J. Christopher, Humphreys ,
dalam pengelolaan desa wisata Edelweis, (6) Claire, dan Davidson, Rob. (2009).
Mengadakan Kerjasama dengan destinasi The Business of Tourism, 8th
wisata di sekitar desa wisata Edelweis, Edition. England: Pearson Education
seperti pembuatan paket wisata, (7) Limited
Mengoptimalkan potensi yang dimiliki desa Hulu, Meitolo. (2018). Pengelolaan
Wonokriti dalam bidang budaya sebagai Pariwisata Berkelanjutan Studi
salah satu atraksi wisata, seperti kegiatan Kasus
upacara adat (Upacara Galungan, Kuningan, : Desa Wisata “Blue Lagoon” di
Karo, Pujan Kesongo), kesenian rakyat (tari Kabupaten Sleman, DIY. Journal of
tani Edelweis, Tari Ujung dan Musik Tourism and Economic, 1 (2), 73-81
Baleganjur), pakaian adat tengger dan fetival Kim, A.K. and Brown, G. (2012).
makanan tradisional (Bledus, Jadah, Jenang, Understanding the relationships
Nasi Aron dan Pasung Pipis), (8) between perceived travel experiences,
Meningkatkan kegiatan pemasaran dengan overall satisfaction, and destination
memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti loyalty, Anatolia: An International
media social. Selain itu, pemasaran juga bisa Journal of Tourism and Hospitality
dilakukan dengan mengadakan Kerjasama Research, Vol. 23 No. 3, pp. 328-347
pemerintah setempat untuk berperan dalam Nieamah, Kartika Fajar, Purwoko, Yitno.
memasarkan pariwisata desa Wonokriti. (2021). Strategi Pengembangan
Healthtourism Di Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Tourism and Economic, 4
(1), 38-46
Alwi, at al. 2005.Kamus Besar Bahasan Nurchayati dan Ratnawati., A. T. 2016.
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta. Strategi Pengembangan Industri
Departemen Pendidikan Nasional. Kreatif Sebagai Penggerak Destinasi
Balai Pustaka. Pariwisata di Kabupaten Semarang.
Journal of Tourism and Economic Vol.4, No.2, 17
Amin Kiswantoro,Dwiyono Rudi
Prosiding Seminar Nasional Multi
Disiplin Ilmu ke 2 Tahun 2016. Hal Agar Wisatawan Puas dan Loyal.
180-90. ISBN 978- 979-3649-96-2 Guardaya Intimarta. Bandung, hal 65
Nuryanti,Wiendu 1993. Concept, Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Perspective and Challangs, Makalah Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Pitana, I Gede. Dan Surya Diarta, I Ketut. kualitatif, dan R&D). Bandung :
2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Alfabeta
Yogyakarta: Penerbit Andi Suharto. (2018). Pengelolaan Daya Tarik
Priatmoko, S., & David, L. D. (2021). Pantai Berbasis Pemberdayaan
Winning tourism digitalization Masyarakat (Studi Kasus Pantai
opportunity in the Indonesia CBT Gesing Kabupaten Gunung Kidul
business. Geojournal of Tourism and Yogyakarta. Journal of Tourism and
Geosites, 37(3), 800–806. Economic, 1 (2), 92-100
https://doi.org/10.30892/GTG.37309 Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian
-711 Kualitatif. Surakarta: Penerbit
Priatmoko, S., Kabil, M., László, V., Pallás, Universitas Sebelas Maret
E. I., & Dávid, L. D. (2021). Tjiptono, F. 2000, Strategi Pemasaran, edisi
Reviving an unpopular tourism 2, Yogyakarta.
destination through the placemaking Undang-undang RI No.9 Tahun 1990.
approach: Case study of Ngawen Tentang Kepariwisataan. Jakarta
temple, Indonesia. Sustainability Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
(Switzerland), 13(12). 10 Tahun 2009 Tentang
https://doi.org/10.3390/su13126704 Kepariwisataan
Rakib. M. 2017. Strategi Pengembangan Wahab,Salah. 1975. Tourism Management.
Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan London:Tourism International Press
Lokal Sebagai Penunjang Daya Tarik Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu
Wisata. Jurnal Kepariwisataan. Vol Pariwisata. Angkasa. Bandung
01 N0.02. Hal 54-69. ISSN 2580- Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan
5681 Pengembangan Pariwisata. PT.
Richardson & Fluker. 2004. Understanding Pradnya Paramita. Jakarta
and Managing Tourism. Australia:
Pearson Education Australia, NSW Internet
Australia Bromo Tengger Semeru. 2020. Profil Taman
Ridwan, 2012. Perencanaan dan Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengembangan Pariwisata. Jakarta: https://bromotenggersemeru.org/page
PT Sofmedia -static/profil [3 Januari 2020 ]
Rossadi, Leylita Novita, Widayati, Endang. Sarif Hidayat. 2020. Jumlah Wisatawan
(2018). Pengaruh Aksesibilitas, Bromo Tengger Semeru Menurun
Amenitas, Dan Atraksi Wisata Selama 2019.
Terhadap Minat Kunjungan https://jatim.inews.id/berita/jumlah-
Wisatawan Ke Wahana Air Balong wisatawan-bromo-tengger-semeru-
Waterpark Bantul Daerah Istimewa menurun-selama-2019 [ 10 Februari
Yogyakarta. Journal of Tourism and 2020]
Economic, 1 (2), 109-116
Sugiama, A Gima. 2013. Manajemen Aset
Pariwisata: Pelayanan Berkualitas