Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan kondisi Global saat ini, sektor pariwisata telah menjadi salah satu
sektor primadona baru dengan pertumbuhan paling dinamis dan cepat di seluruh
Dunia. Wisatawan lintas negara meningkat dari 25 juta orang pada tahun 1950 menjadi
1,838 juta wisatawan pada tahun 2021. Selain itu, menurut data World Bank Tahun
2019 tercatat bahwa akumulasi hasil perolehan pendapatan disektor pariwisata dari
berbagai negara di dunia mampu mencapai 16,426 Miliar US Dolar. Hal itu menjadikan
kegiatan pariwisata menjadi salahsatu sektor yang cukup prestisius dan menjanjikan
guna meningkatkan perolehan perekonomian daerah maupun penambah bagi devisa
negara secara signifikan.
Lebih lanjut, dalam rangka mewujudkan kegiatan pembangunan pariwisata yang
terencana dan berkelanjutan dari aspek pemasaran pariwisata, destinasi pariwisata,
industri pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan, maka diperlukan suatu pedoman
berupa Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Dalam hal
ini, Dokumen RIPPDA menjadi pedoman dasar dalam pelaksanaan program
pengembangan sektor kepariwisataan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8 yang berbunyi perencanaan
pengembangan kepariwisataan diatur melalui rencana induk pembangunan
kepariwisataan. Selain itu, dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) harus berpedoman pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10
tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten atau Kota.
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang menjadi
pedoman utama bagi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian pembangunan
kepariwisataan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang secara substansi memuat
visi, misi, tujuan kebijakan strategi, rencana dan program yang perlu dilakukan oleh
para pemangku kepentingan dalam pembangunan kepariwisataan. Maka, dengan
berlakunya Undang- Undang Otonomi Daerah menjadikannya sebagai titik tolak untuk
menetapkan langkah strategis guna mengoptimalkan dengan menggali,

1
mengembangkan dan mengelola aset-aset serta sumber daya yang dimiliki, sehingga
dapat menjadi lebih produktif dan dapat mendukung pembangunan daerah,
memberikan nilai manfaat serta menghasilkan produktifitas yang tinggi bagi
pembangunan daerah maupun peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan hasil
kegiatan wisata. Industri pariwisata saat ini merupakan penyumbang devisa ketiga
terbesar setalah minyak bumi dan batubara. Besarnya peneriamaan negara dari sektor
pariwisata menjadi dasar pemerintah untuk terus meningkatkan peran sektor
kepariwasaatan guna menunjang devisa negara. Hal itu mengingat era minyak bumi dan
batubara akan segera berakhir, sehingga kedepan dalam jangka panjang sektor
kepariwisataanlah yang dapat menjadi penopang utama devisa Negara Indonesia.
Kabupaten Muna Barat dengan luas wilayah daratan ± 81.327 Ha serta terdiri
dari 11 (sebelas) kecamatan dan memiliki potensi pariwisata khususnya terkait wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Salah satu arahan kebijakan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Muna Barat adalah pengembangan sektor pariwisata baik wisata
alam maupun budaya. Berdasarkan kondisi empiris, menunjukan bahwa kepariwisataan
Kabupaten Muna Barat perkembangannya belum optimal, baik dari segi kuantitas,
kualitas dan bentuk manajemen pengelolaan pada aspe kelembagaan dari obyek-obyek
wisata. Sedagkan, dari segi kuantitas dapat dilihat dari masih minimnya jumlah objek
wisata alam, budaya, dan buatan yang dimiliki Daerah Kabupaten Muna Barat saat ini.
Beberapa potensi objek wisata di Kabupaten Muna Barat diantaranya wisata
alam kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Selat Tiworo dan beberapa potensi
pariwisata unggulan lainnya juga memiliki dayatarik yang beragam. Walaupun
demikian, namun dari segi kualitas masih terdapat kekurangan berupa optimalitas dari
atraksi seni adat budaya, dan pemeliharaan dan sarana prasarana pendukung. Dari segi
manajemen yaitu dibuktikan dengan masih kurangnya kegiatan promosi pariwisata,
penyelenggaraan pagelaran event-event kepariwisataan dan SDM kepariwisataan yang
memiliki pemahaman mempuni terkait pengelolaan kepariwisataan, sehingga objek
wisata unggulan dan ikon kepariwisataan Kabupaten Muna Barat masih belum begitu
menonjol. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Muna Barat menjadi sulit untuk dapat
bersaing serta menetapkan objek wisata unggulannya sehingga eksistensi dari berbagai
destinasi wisata di Muna Barat masih sulit untuk dapat dimaksimalkan dengan baik
untuk menarik minat wisatawan. Padahal pada prinsipnya dayatarik dari suatu objek
wisata menjadi roh dalam sistem hidup objek wisata, sehingga dapat mendatangkan

2
kunjungan wisatawan baik lokal maupun nasional dan manca negara secara masif
melalui daya tarik nilai keunikan yang dimilikinya.
Berdasarkan tingkat kepopuleran objek wisata di Kabupaten Muna Barat saat ini
dikalangan masyarakat lokal dan dibeberapa daerah lainnya di Sulawesi Tenggara saat
ini yang juga memiliki prospek dan potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan
sebagai objek dan icon wisata unggulan di Muna Barat yaitu didominasi oleh jenis
wisata alam yang meliputi Wisata Pesisir dan Pulau-pulau kecil di Selat Tiworo (Pulau
Indo, Danau Gempol, Pulau Apung di Pulau Bangkok, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil),
Wisata Pesisir (Pantai Pajala), dan Wisata Alam meliputi (Mata Air Sangia, Danau
Gempol, Desa Agro Wisata Abadi Jaya, dan Permandian Wakante).
Pulau Indo adalah salah satu pulau kecil yang masih menjadi bagian dari
Kabupaten Muna Barat dan memiliki daya tarik akan pasir putih yang bersih serta
memiliki panorama alam yang dapat menyegarkan mata. Mata Air Sangia dan
Permandian Wakante yaitu permandian yang airnya bersumber dari mata air asli
sehingga memiliki panorama air yang cukup jernih dan dapat digunakan untuk
berenang maupun menaiki sampan atau perahu, bahkan selain itu juga wisatawan dapat
menikmati suasana empang di sekitar kawasan Permandian Wakante maupun
digunakan untuk lokasi camping ground. Danau Gempol yaitu objek wisata yang
menjual pemandangan danau yang dijembatani oleh bambu sebagai arsiteturnya serta
memiliki air yang jernih dipadukan dengan nuansa pepohonan di area danau sehingga
menjadikannya mampu menimbulkan impresi dan daya tarik bagi wisatawan. Desa Agro
Wisata Abadi Jaya yaitu kawasan yang sebelumnya menjadi lokasi transmigrasi yang
memiliki panorama yang indah akan persawahan, perkebunan melon, sayurmayur yang
dapat memanjakan mata bagi wisatawan. Selanjutnya adalah beberapa gugusan pulau-
pulau di Selat Tiworo seperti Pulau Indo, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil, dan Pulau
Bangkok yaitu merupakan kesatuan pulau yang memiliki daya tarik akan bentangan
pasir yang membela area laut, memiliki spot untuk menyelam, serta keunikan dari
kearifan lokal suku bajo yang hidup pada perumahan yang terapung diatas air sehingga
hal itu menjadikan masing-masing pulau tersebut memiliki keunikan yang khas
sehingga berdayatarik bagi wisatawan. Selain itu adalah Pantai Pajala yang memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai spot snorkling dan memiliki ombak yang cukup tenang.
Selain itu, beberapa objek wisata sejarah yang juga berpotensi untuk dikembangkan
karena menjadi identitas dari Kerajaan Tiworo di Muna Barat yaitu Kompleks Benteng

3
Tiworo yang didalamnya masih terdapat masjid tua dan makam para keturunan dari
Kerajaan Tiworo.
Sementara itu, dalam rangka memanfaatkan potensi wisata dan mendukung
pengembangan grand design objek wisata unggulan daerah yang strategis dan
terintegrasi pada gugusan pulau-pulau di Selat Tiworo Kabupaten Muna Barat yang
meliputi Pulau Indo, Pulau Gala, Pulau Gala Kecil, dan Pulau Bangkok dapat menjadi
objek wisata yang mendunia sekaligus menajdi Ikon Wisata daerah, serta lebih jauh
mampu berperan vital dalam memberi nilai tambah yang tinggi melalui multplier effect
yang ditimbulkannya terhadap pendapatan daerah dari sektor wisata. Hal ini
sebagaimana telah di praktikan pada Kawasan Wisata Pantai Kampa Kabupaten Konawe
Kepulauan yang pada 2021 lalu telah dikembangkan untuk dapat terintegrasi dengan
beberapa kawasan pantai yang strategis di pesisir utara Provinsi Sulawesi Tenggara
seperti Pantai Toronipa yang saat ini berstatus sebagai objek wisata berskala regional
yang akan dinaikan statusnya sebagai objek wisata berskala nasional, serta Pantai
Bokori dan Pantai Labengki yang saat ini juga menjadi primadona baru bagi kegiatan
wisata pesisir pantai di Sulwesi Tenggara. Hal ini tentu dapat menjadi best practice bagi
Kabupaten Muna Barat guna mendukung pembangunan pariwisata startegis yang
terintegrasi serta menonjolkan keunggulan dari destinasi wisata di Kabupaten Muna
Barat yang sangat potensial.
Sehubungan dengan gambaran potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Muna
Barat saat ini, maka menjadi suatu langka yang tepat bagi pemeritah daerah untuk
menetapkan visi pembangunan pariwisata guna mendorong pembangunan dan
peningkatan kualitas Kepariwisataan yang berwawasan Budaya, Ramah Lingkungan dan
Melibatkan partisipatif Masyarakat Luas. Olehnya itu, sehubungan dengan hal tersebut,
maka untuk dapat meningkatkan daya saing dan mendukung terwujudnya pariwisata di
Kabupaten Muna Barat perlu memiliki program kendali pengembangan kepariwisataan,
sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Muna Barat mempunyai acuan dalam
pembangunan sektor pariwisata maupun program investasi dimasa yang akan datang.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) ini adalah sebagai dokumen panduan dasar perencanaan, pengelolaan

4
dan pengendalian pembangunan kepariwisataan Daerah dalam wujud dokumen
rencana induk yang bersifat komprehensif serta memiliki kepastian hukum yang
berkaitan dengan perencanaan pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat.

1.2.2 Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) ini adalah untuk mengarahkan perkembangan pariwisata Kabupaten Muna
Barat dan menjadi pedoman utama bagi stakeholders pariwisata Kabupaten Muna Barat
yang mengakomodasikan isu-isu strategis dan perkembangan aktual secara terintegrasi
dan sinergis serta mampu mendukung kegiatan ekonomi kerakyatan, ekonomi kreatif,
sosial budaya, peningkatan pendapatan asli daerah, dan rasa cinta tanah air bagi
masyarakat, sehingga pariwisata dapat dijadikan alat dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan.

1.2.3 Sasaran
Sasaran kegiatan penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Muna Barat ini adalah sebagai berikut:

a. Tersusunnya suatu konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Muna


Barat, yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu-isu strategis yang terkait
dengan pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara;
b. Teridentifikasinya jenis obyek wisata dan potensi wisata unggulan Kabupaten
Muna Barat yang sesuai dengan kriteria ditetapkan;
c. Tersusunnya arah kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Muna Barat serta indikasi program pengembangan kepariwisataan di
setiap kawasan wisata unggulan kabupaten.
d. Merumuskan grand design serta road map arah pengembangan pariwisata
daerah;
e. Mewujudkan keselarasan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
f. Menjamin terpeliharanya objek wisata pasca pengembangan karena adanya rasa
memiliki keterlibatan partisipatif dari masyarakat Daerah Kabupaten Muna
Barat;
g. Peningkatan PDRB dari sektor kegiatan kepariwisataan.

5
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan penyusunan Dokumen Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Muna Barat disesuikan dengan substansi
tujuan, sasaran serta luaran yang menjadi harapan dari terselenggaranya kegiatan ini.
Dalam hal ini, ruang lingkup meliputi Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup
Kegiatan Teknis.

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah


Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)
Kabupaten Muna Barat, meliputi wilayah administratif Kabupaten Muna Barat dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan daerah wisata serta kegiatan pariwisata
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Muna Barat terletak di bagian barat dari Pulau Muna, dengan batas
administrasi sebagai berikut:
 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kbupaten Konawe Selatan
 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Muna
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Muna
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bombana

6
Gambar 1.1 Peta Posisi Kabupaten Muna Barat Terhadap Area Hinterlandnya
1.3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Secara umum, ruang lingkup pekerjaan RIPPDA Kabupaten Muna Barat ini
memfokuskan pada perencanaan satu atau beberapa objek wisata yang memang
menjadi, atau akan menjadi unggulan wisata kabupaten, artinya tidak mencoba untuk
mengembangkan seluruh objek wisata di kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk
membuat perencanaan secara jelas dan terfokus. Daerah tujuan wisata tersebut
kemudian menjadi kawasan wisata unggulan kabupaten. Dalam hal ini, melalui obyek
wisata unggulan yang dapat berperan sebagai ikon daerah melalui pengembangan
kawasan wisata unggulan kabupaten diharapkan mampu menimbulkan multiplier effect
yang berdampak terhadap pengembangan kawasan-kawasan wisata lainnya maupun
sektor-sektor lain bagi peningkatan kapasitas PAD daerah maupun kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Muna Barat.
RIPPDA Kabupaten Muna Barat menjadi acuan bagi seluruh stakeholders
pariwisata di daerah, memberikan arah bagi pengembangan pariwisata daerah,
mendudukkan posisi kepariwisataan Kabupaten Muna Barat agar dapat berkontribusi
secara positif terhadap pengembangan daerah. Bahkan selain itu, melalui RIPPDA
kabupaten juga dapat memberikan tatanan yang jelas dalam pelaksanaan
pengembangan kepariwisataan di lapangan, termasuk dalam mekanisme kerjasama
antar berbagai pihak yang terkait, siapa berbuat apa (baik OPD Kabupaten maupun
stakeholders).

1.3.3 Ruang Lingkup Substansi


Lingkup substansi penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) Kabupaten Muna Barat, meliputi:

1. Identifikasi kebijaksanaan makro dan mikro pariwisata Kabupaten Muna Barat;


2. Inventarisasi dan identifikasi objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Muna
Barat meliputi berbagai macam Objek Daya Tarik Wisata (ODTW);
3. Inventarisasi dan identifikasi sarana dan prasarana pendukung wisata meliputi
akomodasi, rumah makan, fasilitas pelayanan wisata dan aksesibilitas;
4. Identifikasi karakteristik pasar wisatawan;

7
5. Perumusan kawasan wisata unggulan dan prioritas pengembangan wisata;
6. Arahan kebijaksanaan, strategi dan program pengembangan kepariwisataan.

Dari lingkup substansi tersebut di atas, maka akan diperoleh keluaran/ output
dari penyusunan RIPPDA ini, yaitu meliputi:

1. Potensi, permasalahan, serta isu-isu strategis yang terkait dengan pengembangan


kepariwisataan Kabupaten Muna Barat.
2. Konsep pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat, termasuk visi misi
tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat.
3. Arahan kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat
yang mencakup pengembangan produk wisata, pengembangan pasar dan
pemasaran, serta pengembangan SDM dan kelembagaan, beserta indikasi
program pengembangan di masing-masing kawasan wisata unggulan Kabupaten.
Adapun Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Muna Barat meliputi:
 Pengembangan perwilayahan
 Pengembangan produk wisata
 Pengembangan produk wisata
 Pengembangan sumberdaya manusia
 Pengembangan institusi/ kelembagaan

Sedangkan Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Muna Barat meliputi:

 Pengembangan Kawasan Wisata Alam


 Pengembangan Kawasan Wisata Budaya
 Pengembangan Kawasan Wisata Minat Khusus

Untuk lebih jelasnya mengenai proses penyusunan Rencana Induk


Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Muna Barat ini dapat
dilihat pada kerangka berpikir berikut.

8
Gabmar 1.2 Kerangka Berpikir

1.4 Jangka Waktu Perencanaan


Jangka waktu Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)
Kabupaten Muna Barat adalah 20 tahun terhitung dari tahun 2023 sampai dengan tahun
2043 serta setiap 5 tahun akan diadakan peninjauan dan evaluasi terhadap RIPPDA
tersebut untuk mengevaluasi implementasi rencana dan mengawasi perubahan-
perubahan yang terjadi, antara lain berupa perubahan kebijakan pembangunan nasional
dan provinsi maupun dinamika internal di Daerah Kabupaten Muna Barat yang
mempengaruhi pembangunan kepariwisataan.

1.5 Landasan Hukum

Landasan hukum dilaksanakannya kegiatan penyusunan dokumen Rencana


Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Muna Barat ini adalah
sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 26 ahun 2007 tentang Penataan ruang;


b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
d. Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya;
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kabupaten;
g. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi dan Kabupaten/Kota;

9
h. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2016 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016-2031;
i. Peraturan Daerah Kabupaten Muna Barat Nomor 14 Tahun 2017 Tentang RPJMD
Kabupaten Muna Barat Tahun 2005–2025;
j. Peraturan Daerah Kabupaten Muna Barat Nomor 15 Tahun 2017 Tentang RPJPD
Kabupaten Muna Barat Tahun 2005–2025;
k. Peraturan Bupati Muna Barat Nomor Tahun 2022 Tentang Rencana
Pembangunan Daerah (RPD) Kabupaten Muna Barat Tahun 2023-2026.

1.6 Metode Pendekatan


Pendekatan perencanaan yang dijadikan dasar dalam penyusunan RIPPDA
Kabupaten Muna Barat ini ada yang bersifat umum maupun khusus. Pendekatan yang
bersifat umum menjadi “Kerangka” perencanaan, sedangkan pendekatan yang bersifat
khusus mengarahkan isi perencanaan yang dilakukan.

1.6.1 Kerangka Pendekatan Umum


1. Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Muna Barat direncanakan dan
dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan atau
merusak sumber daya alam dan sosial, melainkan dipertahankan untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut piagam pariwisata berkelanjutan tahun
1995, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang
didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi,
adil secara etika dan sosial.
Pembangunan pariwisata Kabupaten Muna Barat yang berkelanjutan
berprinsip pada terjaminnya keberkelanjutan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan lingkungan alam budaya, dan
manusia. Untuk itu pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat
memperhatikan daya dukung suatu ekosistem dalam menampung komponen
biotik (makhluk hidup) yang terkandung di dalamnya, termasuk
memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di dalam
yang sangat bervariasi dan selalu bergantung pada tingkat pemanfaatan yang
dilakukan oleh manusia.

10
2. Pendekatan Sistemik
Pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat direncanakan dan
dikembangkan dengan mempergunakan metode berfikir sistemik yang
Pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat direncanakan dan
dikembangkan dengan mempergunakan metode berfikir sistemik yang
merangkum semua komponen produk wisata dan pasar wisatawan. Hal ini
mengingat bahwa pariwisata dipandang sebagai sistem dengan komponen –
komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen dalam pariwisata,
baik yang tergolong produk maupun pasar wisata dari mulai pra perjalanan
sampai pasca perjalanan, memiliki keterkaitan satu sama lain yang membentuk
suatu sistem.

3. Pendekatan Menyeluruh dan Terintegrasi


Seluruh aspek dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Muna Barat,
termasuk elemen-elemen yang bersifat kelembagaan serta dampak-dampaknya
terhadap lingkungan hidup dan sosial-budaya-ekonomi, dianalisis, direncanakan,
dan dikembangkan. Pendekatan perencanaan pariwisata yang menyeluruh dan
terpadu dilakukan berdasarkan pada potensi dan permasalahan yang ada di
wilayah tersebut, baik dalam wilayah perencanaan maupun dalam kaitan regional.
Pendekatan menyeluruh dalam pengembangan pariwisata memberi arti bahwa
peninjauan permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan kawasan
atau daerah dalam arti sempit, namun juga ditinjau dan dikaji pula dalam
kepentingan yang lebih luas.
Selain itu, penyelesaian permasalahan pengembangan pariwisata tidak
hanya dipecahkan pada sektor pariwisata saja tetapi didasarkan kepada kerangka
perencanaan terpadu antar sektor yang dalam perwujudannya berbentuk
koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.

4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat


Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata merupakan suatu
pendekatan yang (mempertimbangkan kebutuhan sosial, lingkungan, dan
pelayanan), tidak saja kepada wisatawan tetapi juga pada masyarakat lokal.
Masyarakat Kabupaten Muna Barat dilibatkan dalam tahap perencanaan dan
pengambilan keputusan, serta berpartisipasi dalam pengembangan dan

11
pengelolaan pariwisata. Masyarakat lokal juga seyogyanya diuntungkan secara
sosial-ekonomi dalam pengembangan pariwisata tersebut untuk memperoleh nilai
manfaat secara ekonomi.

1.6.2 Pendekatan Khusus


1. Pendekatan Pemerataan Pembangunan Wilayah
Pembangunan wisata Kabupaten Muna Barat menjadi salah satu alat dalam
menyeimbangkan pertumbuhan antar wilayah Kabupaten Muna Barat.
Pertumbuhan Kabupaten Muna Barat perlu disebarkan ke setiap daerah untuk
mendorong pembangunan dan tidak hanya terkonsentrasi di satu tempat.

2. Pendekatan Pemaksimalan Keterkaitan Antar Sektor


Pariwisata dikaitkan dengan sektor ekonomi lain yang potensial di daerah.
Dengan perencanaan yang kreatif dan inovatif, pariwisata dikembangkan seiring
dengan sektor lain tanpa mengurangi fungsi sektor yang bersangkutan dan saling
memperkuat.

3. Pendekatan Pariwisata Sebagai Bagian dan Proses Budaya


Pariwisata dapat berperan sebagai wadah pertukaran budaya. Tradisi
pertukaran barang maupun pengetahuan antar tuan rumah dan pendatang yang
diikuti dengan asimilasi budaya pada tahapan selanjutnya menunjukkan peran
pariwisata sebagai agen perubahan.
Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan budaya
masyarakat Kabupaten Muna Barat, termasuk membudayakan masyarakat agar
bersedia turut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata daerah.

4. Pendekatan Keunikan untuk Menciptakan Keuntungan Kompetitif


Keunikan sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah, merupakan suatu
rahmat yang jika dikelola dengan balk maka dapat memberikan keuntungan bagi
berbagai pihak. Persaingan dalam kepariwisataan yang semakin tajam, menuntut
setiap wilayah untuk terus menggali potensi sumber daya agar berdaya jual,
diminati dan dikunjungi wisatawan. Keunikan tidak hanya bersifat dapat dinikmati
langsung, tetapi harus digali dari sumber daya yang dimiliki dan mampu
membentuk impresi dengan baik, sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung.

1.7 Sistematika Pembahasan


12
Sistematika pembahasan dalam laporan akhir ini disajikan dalam 6 (enam) bab
yang keseluruhannya merupakan suatu rangkaian proses yang disajikan dengan
struktur bahasan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab awal ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup yang terbagi ke dalam ruang lingkup wilayah,
ruang lingkup pekerjaan dan ruang lingkup substansi, jangka waktu
perencanaan, landasan hukum, metode pendekatan dan sistematika
pembahasan.
BAB II KEBIJAKSANAAN DAN KAJIAN TEORITIS
Pada bagian ini akan diuraikan Kebijaksanaan Pengembangan
Pariwisata Nasional, Provinsi dan Kabupaten, Visi dan Misi
Kabupaten Muna Barat serta landasan teori yang terdiri dari
beberapa pengertian yang berkaitan dengan pariwisata dan
pengembangannya, teori-teori mengenai pengembangan pariwisata.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA BARAT
Gambaran umum Kabupaten Muna Barat berisi substansi mengenai
kondisi fisik, struktur tata ruang, pemanfaatan lahan, sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana wilayah,
transportasi dan kondisi kepariwisataan.
BAB IV POTENSI DAN PERMASALAHAN PARIWISATA
Pada bab ini diuraikan mengenai potensi dan daya tarik wisata,
ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana, pasar wisata,
sumber daya pengelola pariwisata, SWOT pengembangan pariwisata,
potensi dan permasalahan pengembangan pariwisata setiap Satuan
Kawasan Wisata (SKW).
BAB V RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH
(RIPPDA) KABUPATEN MUNA BARAT
Pada bab ini akan diuraikan mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran
pengembangan pariwisata, strategi pengembangan pariwisata yang
meliputi strategi pengembangan produk wisata, strategi pemasaran
dan promosi, strategi pengembangan aksesibilitas, strategi
pengembangan prasarana dan strategi pengembangan usaha, selain
13
itu juga dibahas mengenai kebijaksanaan pengembangan pariwisata
Kabupaten Muna Barat meliputi kebijaksanaan spasial,
kebijaksanaan pengembangan produk wisata, kebijaksanaan
pemasaran dan promosi, kebijaksanaan penyediaan sarana dan
prasarana, kebijaksanaan kualitas sumber daya manusia,
kebijaksanaan pengaturan dan kelembagaan, kebijaksanaan
lingkungan hidup serta berbagai rencana pengembangan pariwisata
Kabupaten Muna Barat.
BAB VI RENCANA INDIKASI PROGRAM TINDAK PENGEMBANGAN
PARIWISATA
Pada bab enam yang merupakan bab terakhir dari Rencana
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Muna Barat
berisikan pembahasan mengenai prioritas rencana tindak yang
meliputi rencana tindak pengembangan sarana dan prasarana,
pentahapan insentif dan disinsentif program investasi dan prosedur
kemitraan serta prioritas program dan tahapan pelaksanaan
program.

14

Anda mungkin juga menyukai