Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,

menyebutkan bahwa setiap daerah memiliki wewenang serta kekuasaan untuk

mengurus dan mengatur daerahnya sendiri. Hal menjadi pedoman bagi setiap untuk

menggali, mengembangkan, mengelola setiap potensi yang dimiliki setiap daerah

untuk menunjang kegiatan Pembangunan daerah, salah satunya berasal dari sektor

pariwisata.

Selanjutnya dari aspek sosial budaya Rencana induk pembangunan

pariwisata daerah ini merupakan upaya pendekatan yang utuh dalam melestarikan

nilai-nilai budaya masyarakat di daerah, melestarikan alam, melestarikan

lingkungan serta menumbuhkan rasa kebanggaan nasional. Berdasarkan hal-hal

sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah sebagai pedoman bagi

pelaksanaan pembangunan pariwisata di Daerah yang dapat digunakan oleh semua

komponen pariwisata daerah dalam menentukan perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian kepariwisataan di daerah.

Pengembangan objek dan daya tarik wisata merupakan penggerak utama

sektor kepariwisataan sehingga membutuhkan kerja sama seluruh pemangku

kepentingan dari semua pihak yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerja

sama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Pariwisata menjadi

bagian penting dalam melakukan revitalisasi suatu wilayah saat ini. Pariwisata

1
2

adalah salah satu industri terbesar dan menunjukkan dengan pertumbuhan yang

konsisten tiap tahunnya. Pengembangan objek wisata harus terus dilakukan dengan

pertimbangan bahwa tempat wisata butuh perubahan agar wisatawan tidak cepat

merasa bosan dengan pemandangan yang biasa saja.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan telah

menjelaskan mengenai pariwisata pada pasal 1 ayat 3 bahwa “Pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah”. Selain

itu, dalam pasal 23 ayat 1c telah memaparkan dengan jelas bahwa kewajiban

pemerintah adalah “memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional

yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali”.

Bangkitnya pariwisata pada suatu daerah dapat menjadi daya tarik

tersendiri pada kota tersebut dan menjadi sasaran kunjungan masyarakat dan

berbagai tujuan proyek baru. Hal ini juga menjadikan semua provinsi yang ada di

Indonesia gencar melakukan pembangunan di sektor pariwisata, termasuk di

Provinsi Sulawesi Barat dan lebih tepatnya di Kabupaten Mamasa

Kabupaten Mamasa merupakan salah satu kabupaten yang berdiri sejak

tahun 2002 melalui pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa, berdasarkan UU

No.11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di

Sulawesi Selatan. Kabupaten ini terdiri dari 17 kecamatan yakni Kecamatan

Mamasa, Kecamatan Messawa, Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Tanduk

Kalua’, Kecamatan Sesena Padang, Kecamatan Nosu, Kecamatan Pana’,

Kecamatan Tabang, Kecamatan Mambi, Kecamatan Tabulahan, Kecamatan Aralle,


3

Kecamatan Balla, Kecamatan Tawalian, Kecamatan Bambang, Kecamatan Rante

Bulahan Timur, Kecamatan Mahalaan dan Kecamatan Buntu Malangka.

Daya Tarik wisata Kabupaten Mamasa dimuat dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Mamasa Nomor 3 Tahun 2017 yang berisikan wisata budaya dan

peninggalan budaya sejumlah 65 objek wisata dan daya tarik berdasarkan gejala

alam sejumlah 65 objek wisata sehingga total objek wisata yang tersebar di 17

kecamatan di Kabupaten Mamasa adalah sebanyak 130 objek wisata. Dengan

jumlah objek wisata yang banyak tersebut masyarakat diharapkan dapat

diberdayakan dalam pengolahannya, selain untuk mengembangkan potensi wisata

jugamenyerap tenaga kerja sehingga masyarakat mendapat pekerjaan. Hal ini sesuai

dengan visi Kabupaten Mamasa yang bertujuan untuk menjadikan Kabupaten

Mamasa sebagai daerah tujuan wisata.

Rencana Strategis Pembangunan Daerah yang tercantum dalam Peraturan

Daerah Mamasa N0 2 Tahun 2017 yang mana menjelaskan bahwa pengembangan

pariwisata merupakan sektor andalan yang harus dikembangkan karena mampu

mempengaruhi sektor-sektor pembangunan lainnya. Pembangunan pariwisata

mencakup 2 (dua) dimensi yaitu dimensi ekonomi dan sosial budaya. Dimensi

ekonomi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing dan

sekaligus meningkatkan pendapatan daerah. Sejalan dengan perkembangan kondisi

negara secara nasional yang disebabkan oleh situasi politik dan keamanan dalam

negeri, maka pembangunan pariwisata harus mampu memulihkan citra pariwisata

bagi daerah maupun nasional sebagai daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman

untuk dikunjungi. Di samping itu Rencana induk pembangunan pariwisata daerah


4

ini disusun dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat bagi

pengembangan pariwisata daerah melalui pengembangan Obyek Daya Tarik

Wisata.

Wisata yang tersebar di masing masing kecamatan, memiliki objek wisata

yang khas dan unik . contohnya Wisata Budaya seperti Kuburan Tedong-tedong di

Kecamatan Balla, Minanga di Sesenapadang. Ada Wisata Alam yaitu Air Terjun

Sarambu, Permandian Air Panas di Desa Rambusaratu. Ada juga Agro Wisata

Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa, dan Wisata Budaya Rumah Adat,

Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu dan masih banyak lagi.Selain itu ada

Gunung Mambulilling yang terletak di sebelah timur Kota Mamasa dan merupakan

salah satu gunung tertinggi yang dimiliki oleh daerah ini dengan ketinggian 2741

mdpl. Gunung Mambulilling berada di Desa Mambulilling, Kecamatan

Mamasa.Gunung Mambulilling menawarkan banyak daya tarik yang memikat

wisatawan. Di bawah kaki gunung ini misalnya, terdapat sebuah surga kecil yang

bernama Tondok Bakaru.

Desa Tondok Bakaru adalah desa terakhir sebelum memasuki Taman

Nasional Gandang Dewata. Sebelumnya, perkampungan ini merupakan

perkampungan tua bagian dari kehadatan Rambu Saratu. Desa ini memiliki 6 Dusun

dengan jumlah penduduk 2386 jiwa, mayoritas penduduknya merupakan petani.

Dengan bentangan alam yang luas menjadikan Desa Tondok Bakaru miliki potensi

pariwisata yang cukup besar.

Desa Tondok Bakaru berjarak sekitar 1 kilometer dari Ibukota Kabupaten

Mamasa, rute menuju Desa ini dapat dilalui dengan menggunakan sepeda motor,
5

mobil, maupun bus pariwisata dengan waktu tempuh sekitar 5 menit dari kota

Kabupaten Mamasa. Jaraknya yang cukup dekat dan mudah dijangkau, menjadikan

desa ini sebagai salah satu destinasi andalan di Kabupaten Mamasa.

Tondok Bakaru merupakan objek wisata baru yang telah diresmikan oleh

wakil Bupati Mamasa pada Tahun 2019 lalu sebagai Desa Wisata. Desa Wisata

Tondok Bakaru ini di pelopori oleh warga setempat melalui tanaman anggrek.

Sehingga, Anggrek menjadi icon Desa Tondok Bakaru dan karena tanaman ini

Tondok Bakaru bergerak menjadi desa wisata. Tergabung beragam objek wisata

dalam desa wisata ini selain dari tanaman anggrek, seperti Lantang Mamase

(kuliner di tengah persawahan), Sawah Orchid dan masih banyak lagi. Uniknya,

selain keindahan alamnya, Tondok Bakaru bisa disebut sebagai destinasi lengkap

karena tak hanya indah secara visual, namun juga beragam atraksi dan spot yang

ditawarkan, seperti seni, kerajinan, botani, agrowisata, dan budaya. Banyaknya

varian atraksi yang ditawarkan bisa menjadi salah satu alasan wisatawan untuk

berkunjung dari semua segmentasi.

Selain itu, Rumah-rumah tradisional di desa ini dari berbagai ukuran

masih berdiri kokoh di perkampungan serta peninggalan budaya dan tradisi juga

masih bisa dijumpai di desa ini. Tinggal di rumah adat adalah salah satu atraksi

yang ditawarkan. Bukan hanya tinggal, tetapi mengetahui dan mempelajari budaya

Mamasa juga bisa dilakukan dengan atraksi diskusi budaya. Sanggar-sanggar seni

aktif bergerak untuk pelestarian budaya. Representasi dari wajah Mamasa bisa

Terlihat di sini.
6

Dengan terbukanya beragam objek wisata maka tentu ada penyerapan

tenaga kerja untuk pengelolaan objek wisata, baik dalam fasilitas maupun

pelayanan. Penyerapan tenaga kerja ini termasuk salah satu bentuk upaya

pemberdayaan agar masyarakat mampu untuk mandiri dan mengembangkan

potensinya dan potensi daerahnya. Terbukanya desa wisata ini diharapkan adanya

keterlibatan dari masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaannya sebagai

bentuk partisipasi dari masyarakat. Hal tersebut juga merupakan salah satu

bentukusaha membangun kemandirian masyarakat yang berada di desa agar

masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dengan

memanfaatkan potensi pariwisata yang ada di desa.

Adapun jumlah wisatawan yang datang sejak diresmikannya Desa Wisata

Tondok Bakaru adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah wisatawan sejak 2019


Tahun Jumlah wisatawan
2019 10.000
2020 3500
2021 14.000
2022 15.000
Sumber : BUMDES Tondok Bakaru Tahun 2022

Dari tabel diatas, terlihat bahwa Desa Wisata Tondok Bakaru sudah menarik

perhatian wisatawan sejak desa wisata ini dibuka, meskipun di tahun selanjutnya

yakni 2020 mengalami penurunan wisatatawan yang datang akibat dari pandemi

covid-19. Tetapi setelahnya, Desa wisata ini terus berkembang dengan membuat

event event yang menarik perhatian wisatawan .


7

Desa Wisata Tondok Bakaru mulai mulai dikelalola untuk menjadi

wisata berbayar sejak tahun 2021. Adapun penghasilan Desa Wisata Tondok

Bakaru sebagai berikut

Tabel 1.1 Pemasukan Desa Wisata Tondok Bakaru


Tahun Pemasukan
2021 Rp.12.000.000
2022 Rp.13.500.000
Sumber : BUMDES Tahun 2022

Pemasukan tersebut berasal dari penjualan tiket masuk wisata serta penjualan

souvenir dari lokasi wisata.

Tahun 2022 merupakan tahun yang istimewa bagi desa wisata ini. Dimana

Desa Wisata Tondok Bakaru menjadi salah satu desa yang masuk dalam 50 besar

Anugerah Desa Wisata Indonesia yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif. Dan Desa Tondok Bakaru berhasil menyabet juara harapan II

kategori souvenir dan juara harapan II kategori fashion show.

Dibalik capain yang telah ditorehkan oleh Desa Wisata Tondok Bakaru,

masih banyak permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan Desa Tondok Bakaru sebagai kawasan wisata yakni pengolaan atau

pengembangan baik dari promosi pariwisata, pengembangan sumber daya manusia,

penyedian sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten

Mamasa terkesan lambat Sehingga menyebabkan Desa Wisata Tondok Bakaru

belum maksimal dalam menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Hal tersebut

berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti.


8

Penelitian tentang pariwisata telah banyak dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Regina Anastasia Manoppo yang berjudul

Peranan Pemerintah Dalam Pengembangan Objek Wisata Pantai Lakban (Studi Di

Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Di Kabupaten Minahasa Tenggara). Dalam

penelitian ini dikhususkan untuk menggambarkan bagaimana peranan pemerintah

dalam mengembangkan objek wisata yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara.

Berdasarkan hasil penelitian kinerja dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten

minahasa tenggara terbilang kurang berperan dalam pengembangan dan

pembagunan objek objek wisata yang ada di kabupaten minahasa tenggara.

Diharapkan kepada pemerintah dan dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten

minahasa tenggara supaya bisa menambah objek wisata andalan yang bisa dikenal

banyak orang selain objek wisata pantai lakban, supaya jangan terpaku hanya

mengandalakan objek wisata pantai lakban saja.

Penelitian terdahulu berikutnya yang dilakukan oleh Marlina A.

Makkuraga (2021) dengan judul Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata

Kabupaten Bulukumba Dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata Tanjung Bira.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peran Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba dalam Pengembanga Kawasan Pariwisata

Tanjung Bira maka dapat disimpulkan bahwa Peran yang diberikan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba dalam pengembangan Kawasan

Parwisata Tanjung Bira sudah berjalan dengan cukup baik tapi masih ada beberapa

yang perlu diperbaikki atau dibenahi agar dapat meningkat daya tarik wisatawan.

Terutama pada indikator motivator dan fasilitator. Fasilitas yang sudah ada di
9

kawasan pariwisata Tanjung Bira masih perlu direno fasi agar dapat menjadikan

Tanjung Bira lebih maju, dengan terpenuhinya fasilitas maka masyarakat dan

pengunjung wisata akan merasa puas dan nyaman. Sedangkan untuk indikator

motivator kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelatihan dan masiha

ada masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pariwista.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Febria Gita Maharani dan

Hasbullah Malaudengan judul Peran Dinas Pariwisata Kebudayaan Kota Pariaman

Dalam Pengembangan Daerah Wisata Hutan Mangrove Di Desa Apar Kota

Pariaman. Berdasarkan penelitian ini, Peran fasilitator Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Pariaman dalam pengembangan kawasan wisata hutan mangrove

di Desa Apar Kota Pariaman belum optimal karena penyediaan sarana dan

prasarana masih berjalan. Peran Dinamisator Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Pariaman dalam pengembangan sarana wisata hutan mangrove di Desa Apa

Kota Pariaman kurang optimal karena kurangnya kerjasama dengan instansi

pemerintah lainnya, swasta dan masyarakat. Peran Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Pariaman sebagai motivator dalam pengembangan Kawasan

Wisata Hutan Mangrove di Desa Apar Kota Pariaman kurang optimal karena

proaktif dalam memotivasi investor dan masyarakat sekitar. kawasan wisata Hutan

Mangrove. Kendala yang pertama dari sisi anggaran, karena anggaran merupakan

faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan kawasan wisata. Kendala

kedua dari SDM (sumber daya manusia) masih terganjal dengan mindset

masyarakat yang belum memiliki kesadaran tentang pariwisata, kurangnya


10

kesadaran masyarakat akan peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah

pariwisata.

Berdasarkan uraian diatas, letak perbedaan penelitian yang akan dilakukan

ialah terletak pada lokus dan fokus yang digunakan. Adapun lokus dari penelitian

ini di Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa. Adapun

Fokus Penelitian ini ada pada peran Dinas pariwisata Kabupaten Mamasa Dalam

Pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru.

Berbagai upaya harus dilakukan oleh Pariwisata Kabupaten Mamasa

sebagai pihak pemerintah daerah yang bertanggungjawab dalam bidang pariwisata

mengingat program atau kegiatan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa adalah

program yang mengacu pada perkembangan pariwisata khususnya objek wisata

sehingga Kabupaten Mamasa menjadi Daerah Tujuan Wisata. Hal tersebut menjadi

kewajiban instansi pemerintah bidang pariwisata untuk menciptakan iklim yang

kondusif dalam rangka pencapaian tata kelola pengembangan kepariwisataan yang

baik.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan

Kawasasan Desa Wisata Tondok Bakaru Di Kabupaten Mamasa, Provinsi

Sulawesi Barat”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimana peran Dinas Pariwisata dalam pengembangan Kawasan Desa

Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa ?


11

2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Dinas Pariwisata dalam

pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten

Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan

dari penelitian yaitu mengetahui

1. Peran Dinas Pariwisata dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata

Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa Provinsi

2. Kendala Dinas Pariwisata dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata

Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, Penelitian ini dapat menjadi bahan ajang berfikir kritis

berkenaan dengan Peran Dinas Pariwisata. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan

sehingga pemikiran dapat terbuka lebar untuk kedepannya.

2. Manfaat praktis, Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan berkaitan

dengan perannya dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok

Bakaru, Kabupaten Mamasa


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Peran
Kata peran merupakan salah satu kata yang sering kita dengar dan ucapkan

dalam kehidupan sehari-hari, namun terkadang orang tahu kata itu tetapi belum

paham arti dari kata tersebut. Peran berkaitan erat dengan status yang melekat pada

diri seseorang atau sekelompok orang yang mana akan menimbulkan adanya hak

dan kewajiban dari seseorang tersebut. Peran merupakan suatu aspek dinamis

dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan suatu

peran. Peran juga dapat berarti sebagai laku atau bertindak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Peran adalah seperangkat tingkat

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.

Peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai

suatu proses, jadi lebih tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau

tempat di dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Peranan merupakan suatu aspek dari kedudukan atas status karena peranan

adalah dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa

disebut sebagai status subjektif untuk melakukan suatu fungsi. Sedangkan menurut

Poerwodarminta, Peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu peristiwa (Widyaningsih 2020)

Menurut Poerwodarminta Peran merupakan tindakan yang dilakukan

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa. Berdasarkan pendapat

12
13

Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang

diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat

(Usman, Widyaningsih, and Syukri 2021)

Menurut Thoha, peranan merupakan perilaku teratur yang ditimbulkan

karena suatu jabatan. Selanjutnya menurut Salbin T.R dan Allen dalam Miftah

Thoha, suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilku yang teratur,

yang ditimbulkan karena suatu jabatan atau karena adanya suatu kantor yang

mudah dikenal. Kemudian menurut Rivai dalam Gugun peranan dapat diartikan

sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.

Sehingga dalam kaitannya dengan peranan sebuah organisasi atau instansi maka

dapat diartikan sebagai rangkaian perangkat perilaku yang diharapkan untuk

dilakukan oleh organisasi, instansi atau kantor sesuai dengan posisi instansi

tersebut (Supriadi 2021)

Berdasarkan konsep yang di jabarkan mengenai peran, maka dapat

disimpulkan bahwa jika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.

Ciri-ciri peran yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan suatu

rangkaian dalam aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.
14

b. Peranan adalah sebuah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai suatu organisasi

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi sturktur

masyarakat

Hal-hal penting yang terkait dengan peranan:

a. Bahwa peranan-peranan harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat

hendak dipertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut seharusnya dilekatkan pada individu yang dianggap oleh

masyarakat mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu

melaksankan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannnya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut.(Bima 2017)

2. Pemerintah Daerah

Pemerintah adalah sekumpulan orang yang mengatur kewenangan,

melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pengembangan

masyarakat pada lembaga tempatnya berada. Pada awal lahirnya pemerintahan

adalah untuk memelihara sistem ketertiban sosial dan memungkinkan masyarakat

untuk menjalani kehidupan yang normal. Dengan perkembangan masyarakat

modern yang ditandai dengan meningkatnya permintaan, maka peran pemerintah

pun berubah menjadi melayani masyarakat. Intinya, pemerintahan modern adalah


15

pelayanan kepada masyarakat. Pembentukan pemerintahan bukan untuk melayani

diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi agar setiap

anggota dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya sendiri-sendiri

untuk mencapai kemajuan bersama (Bungin 2022)

Dalam undang-undang otonomi daerah, dalam ketentuan umum yang

dimaksud pemerintah ada dua pengertian. Yang pertama adalah pemerintah pusat

atau disebut pemerintah adalah presiden republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Yang kedua adalah

pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut azas asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang dasar republik Indonesia

tahun 1945

Kemudian pada Pasal 1 Angka 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa Pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Salah satu kewajiban yang harus dijalankan oleh pemerintah daerah yaitu

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, yang artinya pemerintah harus dapat

meningkatkan pendapatannya dengan menyediakan lapangan pekerjaan,


16

kesehatannya, pendidikannya dan lain-lain termasuk rasa aman dan terlindungi

dalam lingkungan dimana dia hidup.

Menurut Siagian (mengatakan bahwa pemerintah memainkan peranan yang

dominan dalam proses pembangunan nasional. Peran pemerintah yang disoroti

yaitu:

a. Peran selaku stabilisator, pemerintah selaku stabilitator yaitu dalam hal

mewujudkan perubahan tidak berubah jadi gejolak sosial, apalagi yang dapat

merupakan ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan

bangsa.

b. Peran selaku inovator, inovator merupakan salah satu produk dari kretivitas,

di tinjau dari administrasi pembangunan, inovasi berarti penemuan baru,

metode baru, sistem baru, dan yang terpenting cara berfikir yang baru. Jadi

prakondisi yang harusterpenuhi agar efektif memainkan peranannya,

pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahaan (legitimacy) yang tinggi.

c. Peran sebagai modernisator, pemerintah bertugas untuk menggiring

masyarakat kearah kehidupan modern, pengalaman di banyak Negara

menunjukkan bahwa agar pemerintah mampu memainkan peranan penting itu,

maka proses modernisasi harus terjadi di lingkungan birokrasi pemerintah

sendiri.

d. Peran selaku pelopor, pemerintah harus memainkan peranan sebagai pelopor

dalam berbagai segi kehidupan bernegara, dengan perkataan lain, selaku

pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh

masyarakat.
17

e. Peran selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk memainkan

peran selaku pelaksana sendiri berbagai kegiatan meskipun diharapkan bahwa

makin maju suatu masyarakat makin berkurang pula identitas peranan tersebut

(Husni Al 2015)

Fungsi dan peran dari organisasi pariwisata pada umumnya:

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan dengan segala fasilitas

dengan potensi yang dimilikinya

b. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi,

jabatan yang ada bertujuan mengembangkan industri pariwisata

c. Mengusahakan memasyarakatkan pariwisata pada orang banyak, sehingga

mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu

industri

d. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata

pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu

yang akan datang.

e. Menyediakan semua perlengkapan seperti fasilitas untuk kegiatan pariwisata

f. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana (Indriastuti

& Ferdian, 2020).

3. Pariwisata

Istilah kepariwisataan berasal dari akar kata wisata. dalam kepustakaan

tentang kepariwisataan di indonesia, seperti hal nya yang tercantum dalam

Undang-undang No. 10 Tahun 2009, tentang kepariwisataan. Pengertian wisata


18

diberikan batasan sebagai Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekolompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sugiama mengungkapkan bahwa pariwisata adalah rangkaian aktivitas,dan

penyedian layanan baik untuk kebutuhan atraksi wisata, transportasi, akomodasi,

dan layanan lainyang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang

atau sekelompok orang. Perjalanan yang dilakukan hanya untuk semntara waktu

saja meninggalkan tempat tinggalnya dengan maksud beristirahat, berbisnis, atau

maksud lainnya (Reskiyani, Yahya, and Wardah 2022)

Pariwisata merupakan suatu kegiatan wisata sebagai kebutuhan manusia

yang terwujud dalam keterkaitan kegiatan yang dilakukan wisatawan dengan

fasilitas dan pelayanan dari masyarakat, pemerintah dan swasta. Pariwisata adalah

kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

bidang usaha. Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak

pendekatan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai istilah

kepariwisataan, berpedoman pada Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menjelaskan sebagai

berikut :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.


19

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan

pemerintah.

d. Kepariwasataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat

setempat, sesama wisatawan, pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.

e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

f. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

kegiatan usaha pariwisata.

g. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

h. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung

lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Ada beberapa unsur-unsur penting yang ada dalam dalam kepariwisataan,

yaknni :

a. Jenis aktivitas yang dilakukan dan tujuan kunjungan


20

b. Lokasi kegiatan wisata

c. Lama tinggal di daerah tujuan wisata.

d. Fasilitas dan pelayanan dimanfaatkan dan disediakan oleh usaha pariwisata

(Ismayanti, 2020).

Ada beberapa karakteristik pariwisata yang membedakannya dari kegiatan

ekonomi lainnya, di antaranya yaitu

a. Pariwisata adalah kegiatan ekspor yang tidak terlihat.

b. Produk dan layanan saling melengkapi.

c. Tidak ada industri khusus yang hanya memproduksi untuk pariwisata

d. Produk pariwisata mudah rusak

e. Arah transaksi adalah terbalik

f. Perantara dalam konsumsi

g. Produk wisata terfragmentasi

h. Bepergian dalam sebuah pengalaman Usaha di industri pariwisata (Ashoer et

al. 2021)

4. Desa Wisata

Menurut Priasukmana & Mulyadin , desa wisata merupakan suatu kawasan

pedesaan yang menawarkan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik

dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, dan keseharian

memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan

perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk

dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi,


21

makanan-minuman, cendera mata, dan kebutuhan wisata lainnya (Sari, Rahayu, and

Rin 2021)

Desa wisata yaitu sebuah kawasan yang berkaitan dengan wilayah atau

berbagai kearifan lokal (adat-istiadat, budaya, potensi, yang dikelola sebagai daya

tarik wisata sesuai dengan kemampuannya, yang ditujukan untuk kepentingan

sosial dan ekonomi. Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang memiliki

antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang menyatu dengan berbagai

tradisi dan tata cara kehidupan masyarakat lokal.

Fandeli memberikan definisi desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan

yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik

dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat, aktivitas keseharian, arsitektur

bangunan, dan struktur tata ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan

sebagai daya tarik wisata, misalnya atraksi, makanan dan minuman, cinderamata,

penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya.

Priasukmana & Mulyadin memberi arti desa wisata yaitu suatu kawasan

pedesaan yang menawarkan keseluruhan dari suasana yang mencerminkan keaslian

dari pedesaan itu sendiri mulai dari sosial budaya, adat istiadat keseharian memiliki

arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas dan dari kehidupan

sosial ekonomi atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta

mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan,

misalnya atraksi, akomodasi, makanan minuman, cinderamata, dan kebutuhan

wisatawan lainnya. (Refida et al. 2021)


22

Penetapan desa wisata tidak semata-mata karena keinginan masyarakat,

kelompok, dan bahkan individu dalam suatu desa. Desa wisata memiliki kriteria

atau syarat yang d\harus diperhatikan oleh semua pihak sebagaimana diringkaskan

berikut ini

a. Alam/bio hayati, antara lain meliputi landscape alam/geografis yang unik,

indah, dan memiliki fenomena hayati yang unik.

b. Lingkungan fisik yang meliputi lingkungan relatif alami dan pola

pemukiman yang tradisional.

c. Budaya yang meliputi mitos/legenda desa, ritual tradisi yang unik dan khas,

serta kesenian tarian sakral yang tetap dilestarikan.

d. Amenitas adalah rumah penduduk dipakai sebagai homestay.

e. Kelembagaan yaitu badan pengelola desa wisata yang bekerja efektif.

f. Sumber daya manusia yaitu warga masyarakat usia produktif yang tinggal

di desa. Sikap dan tata kehidupan masyarakat yang terbuka terhadap

pariwisata desa serta bersahabat dengan orang luar atau wisatawan.

g. Aksesibilitas yaitu terbukanya sarana jalan yang bisa diakses oleh

wisatawan untuk menikmati keunikan atau potensi desa tersebut..

Selain kriteria di atas, desa wisata dikategorikan dalam 4 (empat) tahapan:

a. Desa wisata rintisan.

b. Desa wisata berkembang.

c. Desa wisata maju.

d. Desa wisata mandiri (Waruwu et al. 2022)


23

Dalam mewujudkan kategori desa wisata ini dibutuhkan kerja keras,

kreatifitas, dan keseriusan masyarakat lokal, Masyarakat lokal tentu saja

didampingi oleh akademisi atau konsultan agar mampu mengembangkan potensi

desanya. Seiring berjalannya waktu, maka sebuah desa bisa menjadi desa wisata

rintisan, desa wisata berkembanga, desa wisata maju, dan desa wisata mandiri. Desa

wisata mandiri merupakan sebuah kategori desa wisata yang sudah berhasil

mengembangan potensi dan keunggulan desanya, sehingga masyarakat menikmati

kesejahteraan dari hasil pariwisata tersebut.

5. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan wilayah pariwisata sangat diperlukan untuk pembaharuan

sebagai bentuk daya saing dengan tempat wisata yang ada dan semakin membuat

wisatawan tertarik dalam melakukan kunjungan wisata, karena apabila dilakukan

dengan cara mengikuti perkembangan zaman maka akan bertambahnya kunjungan

wisatawan.

Menurut Barreto dan Giantari Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha

untuk mengembangkan atau memajukan objek wisata agar objek wisata tersebut

lebih baik dan lebih menarik di tinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang

ada di dalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk

mengunjunginya.(Andani, Fiadi, and Fitra 2022)

Pada intinya pengembangan destinasi pariwisata paling tidak harus mencakup

komponen-komponen utama sebagai berikut:


24

a. Obyek dan Daya Tarik (atractions) yang mencakup: daya tarik bisa berbasis

utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan atau artificial, seperti

event atau sering disebut sebagai minat khusus (spescial interest)

b. Aksesibilitas (accesibility) yang mencakup dukungan sistem transportasi yang

meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan

moda transportasi yang lain.

c. Amenitas (amenities), yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung

wisata meliputi: akomodasi, rumah makan (food and bevarage), retail, toko

cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi wisata,

dan fasilitas kenyamanan lainnya.

d. Fasilitas pendukung (ancillary services) ketersediaan failitas pendukung yang

digunakan oleh wisatawan, seperti bank telekomunikasi, pos rumah sakit dan

sebagainya.

e. Kelembagaan (institutions) yang terkait dengan keberadaan dan peran masing-

masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk

masyarakat setempat sebagai tuan rumah .(Bima 2017)

Menurut Butler, ada enam tahap pengembangan pariwisata yang membawa

implikasi serta dampak yang berbeda secara teoritis, yaitu seperti di bawah ini:

a. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration). Pada

tahap ini jumlah wisatawan relatif kecil. Mereka cenderung dihadapkan pada

keindahan alam dan budaya yang masih alami di daerah tujuan wisata.

Fasilitas pariwisata dan kemudahan yang didapat wisatawan juga kurang baik.
25

Suatu atraksi di daerah wisata belum berubah oleh pariwisata dan kontak

dengan masyarakat lokal relatif tinggi.

b. Tahap keterlibatan (involvement) Pada tahap ini mulai adanya inisiatif

masyarakat lokal menyediakan fasilitas wisata, kemudian promosi daerah

wisata dimulai dengan dibantu oleh keterlibatan pemerintah. Hasilnya

terjadinya peningkatakan jumlah kunjungan wisatawan.

c. Tahap pengembangan dan pembangunan (development) Pada tahap ini,

wisatawan yang datang meningkat tajam. Pada musim puncak wisatawan

biasanya memiliki jumlah yang sama, bahkan melebihi jumlah penduduk

lokal. Investor luar berdatangan memperbarui fasilitas. Sejalan dengan

meningkatnya jumlah dan popularitas daerah pariwisata, masalah-masalah

kerusakan fasilitas mulai terjadi.

d. Tahap konsolidasi Pada tahap ini tingkat pertumbuhan mulai menurun

walaupun total jumlah wisatawan masih cenderung meningkat. Daerah

pariwisata belum berpengalaman mengatasi masalah dan kecenderungan

terjadinya monopoli yang sangat kuat.

e. Tahap kestabilan Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang berada pada

puncaknya. Artinya, wisatawan tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan

wisata. Hal ini disadari bahwa kunjungan ulangan wisatawan dan pemanfaatan

bisnis dan komponen-komponen lain pendukungnya dibutuhkan untuk

mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung.

f. Tahap penurunan kualitas Pada tahap decline, pengunjung kehilangan daerah

tujuan wisata yang diketahui awalnya dan menjadi “resort” baru. Resort
26

menjadi bergantung pada sebuah daerah secara geografi lebih kecil untuk

perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang

kuat untuk berubah dan fasilitas-fasilitas pariwisata, seperti akomodasi akan

berubah manfaatnya (Wijayanti 2019)

Pitana dan Gayatri mengemukakan pemerintah daerah memiliki peran

untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai :

a. Motivator berkoordinasi dalam hal promosi, pembinaan dan ekonomi kreatif.

Dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai motivator

diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor, masyarakat,

serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu

untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan

dengan baik

b. Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran

pemerintah adalah menyediakan segala program yang diadakan oleh dinas

pariwisata.

c. Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung

pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus

dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu

stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk mensinergikan

ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme

demi perkembangan pariwisata. (Andani et al. 2022)

Dalam pengembangan wisata yang bersentral pada lokalistik desa, maka

perlu menetapkan saran sebagai berikut:


27

a. Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan

kepariwisataan yang berkelanjutan / ramah lingkungan.

b. Memadukan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis

potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta

membuat kemungkinan alternatif pengembangannya.

c. Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan

sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan

menjaga keselamatan pengunjung.

d. Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan

arsitektur bangunan rumah tradisional.

e. Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara,

menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat,

yang berguna bagi kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh

pengunjung dan tersedianya makanan khas daerah dari bahan bahan mentah

yang ada di desa.(Jumarding et al. 2021)

B. Kerangka Konseptual

Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi pariwisata

sangatlah penting, terlebih dalam meningkatkan pendapatan daerah baik untuk

pemerintah maupun masyarakat sekitar untuk meningkatkan daya tarif hidup.

Dimana dalam hal ini yang bertanggung jawab atas kemajuan dalam

pengembangan pariwisata ialah Dinas Pariwisata.

Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa menyusun program kerja yang dirasa

relevan dengan keadaan kepariwisataan di Kabupaten Mamasa yaitu adanya


28

motivator, fasilitator dan dinamisator. Disamping membuktikan peran pemerintah

melalui tiga variabel, dalam penelitian ini juga dinilai perlu untuk mengetahui

pengembangan destinasi desa wisata. Untuk lebih jelasnya maka dibuatlah

gambaran kerangka konseptual untuk memudahkan jalan terhadap masalah dalam

penelitian ini, yakni:

Peran Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Kawasan


Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa
Provinsi Sulawesi Barat

Peran Dinas Pariwisata:


Motivator
Fasilitator
Dinamisator
(Pitana dan Gayatri, 2005)

Berkembangnya kawasan Desa Wisata Tondok


Bakaru di Kabupaten Mamasa

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu

jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan/tulisan dari informan.

Pendekatan ini dipilih dengan maksud menggambarkan mengenai situasi-

situasi atau kejadian-kejadian secara sitematis, aktual dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat dari peran Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa

dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Mamasa di Kantor Dinas

Pariwisata Kabupaten Mamasa dengan alasan untuk mengetahui Program

Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Objek Wisata Tondok Bakaru. Dan

penelitian ini juga akan dilaksanakan di Desa Wisata Tondok Bakaru untuk

mengobservasi Kawasan desa wisata tersebut.

C. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana peran

Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru

di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulaweasi barat dengan menggunakan teori

Peran Pemerintah dari Pitana dan Gayari. Terdapat tiga indikator peran, yaitu:

30
31

1. Peran Motivator,

Maksud dari dinas pariwisata sebagai motivator adalah memberikan

inspirasi, dukungan, dan dorongan kepada masyarakat setempat serta

pengelola desa wisata agar terlibat aktif dan berperan dalam pengembangan

kawasan desa wisata. Dengan peran motivator ini, dinas pariwisata

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan kemajuan

desa wisata serta meningkatkan motivasi dan komitmen semua pihak terlibat

dalam pengembangan pariwisata lokal. Dinas pariwisata memiliki peran

penting dalam memotivasi dan menginspirasi masyarakat setempat,

pengelola desa wisata, dan pemangku kepentingan lainnya untuk aktif

terlibat dalam pengembangan kawasan desa wisata. Dinas pariwisata

bertindak sebagai agen yang membangkitkan semangat, gairah, dan

antusiasme dalam mengembangkan potensi pariwisata di desa wisata.

2. Peran Fasilitator.

Maksud dari dinas pariwisata sebagai fasilitator adalah bahwa dinas

pariwisata berperan sebagai penghubung dan penyedia dukungan yang

memfasilitasi berbagai kegiatan dan proses dalam pengembangan kawasan

desa wisata. Dinas pariwisata berfungsi sebagai fasilitator yang membantu

mengatasi hambatan, menyediakan sumber daya, dan menciptakan kondisi

yang memungkinkan untuk kemajuan kawasan desa wisata. Melalui peran

ini, dinas pariwisata menciptakan lingkungan yang mendukung,

mempercepat, dan memudahkan pengembangan kawasan desa wisata,

sehingga berkontribusi pada pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan.


32

3. Peran Dinamisator

Peran dinas pariwisata sebagai dinamisator mengacu pada kemampuannya

untuk memicu perubahan positif, inovasi, dan perkembangan dalam

pengembangan kawasan desa wisata. Sebagai dinamisator, dinas pariwisata

mendorong perubahan yang progresif dan mengambil langkah-langkah

strategis untuk mencapai pertumbuhan dan kemajuan dalam industri

pariwisata di desa wisata. Dalam peran dinas pariwisata sebagai

dinamisator, mereka bertindak sebagai penggerak utama yang mendorong

inovasi, kolaborasi, pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya, dan

pengadopsian teknologi di kawasan desa wisata. Melalui tindakan ini, dinas

pariwisata berupaya mempercepat perkembangan dan memberikan dampak

positif yang signifikan bagi desa wisata dan komunitas setempat.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pra penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi serta wawancara awal terkait

permasalahan yang diangkat. Setelah itu, peneliti menyusun proposal

penelitian untuk diajukan sebagai persyaratan dalam melakukan

penelitian. Adapun proposal yang telah disetujui oleh Program Studi

digunakan untuk mengurus perizinan kepada instansi terkait pemerintahan

yang akan dilakukan.


33

2. Tahap penelitian

Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data baik itu berupa

wawancara langsung maupun pengumpulan data menggunakan

teknikteknik lain yang dapat menjadi acuan dalam melakukan analisis data

penarikan kesimpulan.

3. Tahap akhir

Pada tahap ini data-data yang telah terkumpul kemudian akan diolah dan

dianalisis serta dilakukan penarikan kesimpulan. Dari hasil tersebut dapat

disusun sebuah laporan (skripsi) berdasarkan aturan-aturan penulisan yang

ditetapkan oleh Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Mamasa.

E. Jenis Dan Sumber Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak

dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti sesuatu yang diberikan. Dalam

keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah

sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh

orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama. Sumber data utama ini dicatat melalui catatan tertulis yang

dilakukan melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan

masalah yang diteliti melalui informan, yaitu:


34

a. Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisita di dinas Pariwisata

Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

b. Kepala Desa Tondok Dakaru

c. Masyarakat sekitar destinasi Desa Wisata Tondok Bakaru

d. Wisatawan

2. Data Sekunder

Data sekunder mencakup dokomen-dokumen resmi, buku-buku, hasil

penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Dalam hal ini yang

menjadi data sekunder yaitu buku-buku yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, dokumen-dokumen yang berisi informasi penting.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. peneliti sebagai human instrument, yang

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, analisis data, menilai kualitas data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan berdasarkan temuannya. Selain itu untuk melengkapi

data maka digunakan pedoman wawancara dan pedoman pengamatan (foto/video).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan oleh sampel

yang telah ditentukan sebagai berikut:

1. Observasi. Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara

pengamatan dan mencatat dengan sistematik terhadap fenomena fenomena


35

yang diselidiki. Adapun dalam arti luas observasi ini tidak hanya terbatas

pada pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

dari subyek subyek penelitian.

a. Pengamatan langsung, dilakukan tanpa perantara terhadap obyek yang

diteliti.

b. Pengamatan tidak langsung, dilakukan terhadap suatu objek melalui

perantara suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi

sebenarnya maupun buatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dimana Penulis mengajukan

pertanyaan kepada informan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

dan hasilnya merupakan data sekunder. Komunikasi berlangsung dalam

bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik

informan merupakan pola media yang melengkapi informasi lisan yang

disampaikan oleh informan.

Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pertama,

wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Dalam studi

dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu peninjauan di

lapangan (pra survei) dimana peneliti menginventarisir issu dan concerns.

Kedua, wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Pedoman

pertanyaan dapat digunakan sebagai panduan.


36

3. Dokumentasi

Bahwa untuk menyempurnakan teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini, maka peneliti menggunakan studi dokumentasi. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif

akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan studi dokumen dalam

metode penelitian kualitatifnya. Dimana studi dokumentasi ini digunakan

untuk melangkapi penelitian, berupa data, sumber tertulis, gambar, yang

dimana dapat memberikan informasi dalam proses penelitian ini

H. Pengecekan Keabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi

dan temuan penelitian akurat maka peneliti perlu menentukan keakuratan dan

kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain:

1. Member checking, adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu

atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada

partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis tentang

keakuratan laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai aspek

dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap,

apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa

kecenderungan.

2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan,

analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari
37

individu (informan), tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan

dokumen),serta metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan

dokumen).

3. External Audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian,

peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian

imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.

I. Analisis Data

Analisis data adalah tahap selanjutnya untuk mengolah data dimana data

yang diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpulkan persoalan yang

diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles,Huberman,Saldana

(2014) terdapat 3 aktivitas dalam analisis data, yaitu :

1. Kondensasi Data

Kondensasi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari

catatan yang tertulis di lapangan. Dalam reduksi ini dituangkan dalam

laporan yang lengkap. Kemudian laporan ini akan direduksi, dirangkum,

diseleksi dan difokuskan hal-hal pokok, kemudian diperoleh tema, reduksi

data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian yang

berlangsung
38

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data merupakan rakitan informasi

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart,

dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data merupakan rakitan informasi

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart,

dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah dipahami.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peran Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Wisata di Desa Tondok Bakaru

Kabupaten Mamasa

a) Motivator

Peran pemerintah sebagai motivator diperlukan agar usaha pariwisata terus

berjalan. Pendampingan dari dinas pariwisata kepda para pelaku wisata agar

perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan maksimal. Dalam wawancara

yang dilakukan dengan PA selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi

Pariwisata, mengatakan bahwa:

“kita disini selalu berusaha untuk memberikan pendampingan kepada


pelaku usaha pariwisata dan masyarakat yang ada di Desa Tondok Bakaru.
Pendampingan ini termasuk dalam upaya kami untuk meningkatkan potensi
pariwisata di daerah tersebut. Kami bekerja sama dengan pemerintah
setempat dan berbagai pihak terkait untuk memberikan bimbingan teknis,
pelatihan, serta informasi mengenai perkembangan industri pariwisata. Kita
juga mendukung promosi dan pemasaran usaha-usaha pariwisata di Desa
Tondok Bakaru agar dapat menarik lebih banyak pengunjung dan
mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, kami selalu terbuka
untuk menerima masukan dan kerjasama dari pelaku usaha maupun
Masyarakat supaya ini pariwisata di desa ini dapat berkembang”
(wawancara 21 juni 2023)

Dalam wawancara tersebut, Dinas Pariwisata di Desa Tondok Bakaru

menjelaskan komitmennya dalam memberikan pendampingan kepada pelaku

usaha pariwisata dan masyarakat setempat. Mereka bekerja sama dengan

pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk memberikan bimbingan teknis,

pelatihan, dan informasi tentang industri pariwisata. Selain itu, mereka

39
mendukung promosi dan pemasaran usaha-usaha pariwisata di desa tersebut

untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan mendukung ekonomi lokal. Dinas

Pariwisata juga menekankan keterbukaannya terhadap masukan dan kerjasama

dari pelaku usaha dan masyarakat untuk memajukan pariwisata di desa Tondok

Bakaru.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan Bapak DS selaku Kepala

Desa Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

“Jadi Kalau dikatakan apakah ada peran seperti pendampingan, ya ada.


Dinas pariwisata yang jadi mitra kita dari awal, dari desa sadar wisata
menjadi desa wisata. Mereka jadi mitra kami, tempat kami berdiskusi,
tempat kami meminta arahan. ( wawancara 10 Juli 2023)

Dalam wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dinas Pariwisata

telah berperan sebagai mitra utama Desa Tondok Bakaru sejak awal

transformasi desa menjadi destinasi pariwisata. Dinas Pariwisata menjadi

tempat berdiskusi dan sumber arahan yang penting bagi desa dalam

pengembangan pariwisata.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku Masyarakat Desa

Wisata Tondok Bakaru. Dalam Wawancara tersebut beliau mengatakan bahwa:

“Berbicara tentang Desa Wisata Tondok Bakaru dari dulu memang kita
dikelola oleh masyarakat disini, bahkan awal mula muncul Kawasan Desa
Wisata ini dimulai dari kelompok Masyarakat sekitar, yang mana mulai
dilirik oleh peneliti luar dan wisatawan luar dari tanaman Anggrek. Memang
dulu ada pendampingan tetapi tidak mencakup semua pelaku usaha di disini.
setelah itu tidak ada lagi kontribusi dari Dinas Pariwisata ataupun
pemerintah daearah. Nanti setelah Desa tondok bakaru masuk di anugerah
desa wisata Indonesia tahun 2022, Dinas pariwisata baru mulai melirik desa
ini” (wawancara 10 Juli 2023)”

40
Dalam wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa awalnya, Desa

Wisata Tondok Bakaru dikendalikan oleh masyarakat setempat dan mulai

dikenal oleh peneliti dan wisatawan karena tanaman Anggreknya. Meskipun

ada sedikit pendampingan pada awalnya, tidak semua pelaku usaha di desa

tersebut tercakup dalam program tersebut. Kemudian, tidak ada kontribusi

lebih lanjut dari Dinas Pariwisata atau pemerintah daerah. Namun, setelah Desa

Tondok Bakaru menerima penghargaan sebagai Desa Wisata Indonesia pada

tahun 2022, Dinas Pariwisata mulai memberikan perhatian lebih terhadap desa

tersebut.

Sebagai Motivator, dinas pariwisata dari segi pembuatan regulasi

diperlukan agar pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru bisa berjalan

dengan maksimal. Wawancara yang dilakukan dengan PA selaku kepala

bidang pengembangan destinasi pariwisata, mengatakan bahwa :

"untuk regulasi, kita ada beberapa regulasi yang ditujukan untuk


mendukung pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru. Regulasi ini
tujuannya untuk mengatur dan memfasilitasi perkembangan pariwisata
disama. Beberapa regulasi yang telah diterapkan termasuk peraturan terkait
izin usaha pariwisata, standar kebersihan, keamanan, dan perlindungan
lingkungan” (wawancara 10 Juli 2023)”

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan Bapak DS selaku Kepala

Desa Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "kalau untuk regulasi, kemarin ada

dikeluarkan dari dinas pariwisata yang isinya itu bagaimana pengelolaan

pariwisata seperti keamanan dan ada beberapa poin itu (wawancara 10 Juli

2023)”

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku Masyarakat Desa

Wisata Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "saya tidak terlalu tahu tentang

41
regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata. Mungkin ada

dikeluarkan tetapi penyampain ke masyrakat itu masiih kurang’(wawancara 10

Juli 2023)”

Sebagai Motivator, dinas pariwisata dari segi pengawasan diperlukan agar

pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru bisa berjalan dengan maksimal.

Wawancara yang dilakukan dengan PA selaku kepala bidang pengembangan

destinasi pariwisata, mengatakan bahwa :

"kita disini sudah melakukan pengawasan terhadapan wisata desa tondok


bakaru. Tapi memang saat ini pengawasan belum berjalan secara maksimal.
Faktor seperti keterbatasan sumber daya atau keterlambatan dalam
pelaksanaan pengawasan mungkin masih menjadi kendala. (wawancara 10
Juli 2023)”

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan Bapak DS selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "Saat ini, pengawasan dari Dinas

Pariwisata untuk kita disini masih sangat kurang. Dulu memang ada beberap

kali tetapi untuk saat ini sudahh tidak ada lagi. (wawancara 10 Juli 2023)”

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku Masyarakat Desa

Wisata Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

"pengawasan masih sangat kurang, bahkan ada beberapa masyarakat disini


sudah tidak tidak mematuhi aturan atau melanggar ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan oleh desa. Dan kalau kita biarkan itu menjadi hal yang
merugikan untuk desa ini (wawancara 10 Juli 2023)”

Sebagai Motivator, dinas pariwisata dari segi penghargaan kepada pelaku

disata diperlukan agar pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru bisa

42
berjalan dengan maksimal. Wawancara yang dilakukan dengan PA selaku

kepala bidang pengembangan destinasi pariwisata, mengatakan bahwa :

"untuk penghargaan yang diberikan kepada para pelaku usaha di Desa


Wisata Tondok Bakaru sampai saat ini belum ada. Meskipun kita sangat
menghargai kontribusi para pelaku wisata disana dalam pengembangan
pariwisata, kami belum memiliki program penghargaan khusus untuk
mereka. Tetapi dari kita hanya menyediakan pelatihan pelatihan yang
menyangkut kepariwisataan” (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan Bapak DS selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

"Sampai saat ini, saya belum mengetahui adanya penghargaan yang


diberikan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa kepada para pelaku
usaha di Desa Wisata Tondok Bakaru. Mungkin ada program yang saya
tidak tahu atau belum pernah terdengar. Namun, saya berharap bahwa
komunikasi dan koordinasi antara pihak desa dan Dinas Pariwisata dapat
lebih ditingkatkan." (wawancara 10 Juli 2023)”

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku Masyarakat Desa

Wisata Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "Saya tidak tahu banyak tentang

penghargaan yang diberikan oleh Dinas Pariwisata. Mungkin ada beberapa

program, tetapi saya belum pernah menerimanya." (wawancara 10 Juli 2023)”

b) Fasilitator

Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata sebagai fasilitator adalah

pengembangan potensi, pariwisata peran pemerintah adalah menyediakan

infrastuktur. Dalam wawancara yang dilakukan dengan PA Selaku Kepala

Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Mamasa, mengatakan

bahwa:

Positif:

43
"Dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa telah memberikan kontribusi
positif dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru melalui
pengadaan infrastruktur. Tetapi sepenuhnya infrastruktur itu tidak semua
berasal dari kita, tetapi kita bekerja sama dengan dinas lain pembangunan
fasilitas-fasilitas penting seperti jalan akses yang lebih baik, tempat parkir,
dan fasilitas lainya untuk mendukung kenyamanan pengunjung dan
meningkatkan aksesibilitas ke desa wisata. kita juga mengakui bahwa masih
ada kekurangan dalam infrastruktur yang perlu diperbaiki. Beberapa
wilayah disana mungkin belum mendapatkan perhatian yang memadai
dalam hal pengembangan infrastruktur. (wawancara 21 Juni 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa : “Setelah jadi desa wisata, sudah mulai

ada beberapa fasilitas yang diberikan misalnya pembangunan beberapa sarana

sarana pariwisata yang ada disini” (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS sebagai masyarakata

Desa Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

“Seperti yang saya jelaskan tadi, awal mulanya desa wisata ini terbentuk
dari Masyarakat itu sendiri. Sehingga pada awalnya, semua fasilitas yang
ada di desa ini itu berasal dari masyarakat itu sendiri. Pemerintah mulai
melaksankan Pembangunan sejak desa ini masuk ke 50 anugerah desa
wisata Indonesia tahun 2022. Pembangunan fasilitas mulai dari lahan parkir,
wc umum, jalan, jembatan dan sebagainya sudah dilaksanakan. Anggaran
yang masuk juga di tahun itu cukup besar. Bahkan diwaktu itu Bapak Bupati
Mamasa berkantor di Desa tondok Bakaru” (wawancara 10 Juli 2023)

Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata sebagai fasilitator adalah

pengembangan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Dalam wawancara yang dilakukan dengan PA Selaku Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Mamasa, mengatakan bahwa:

“Dalam rangka memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia, yang


pertama itu memantapkan pelaku wisata, yakni yang pertama kelompok
sadar wisata karna ini harus ada disana untuk mendorong desa wisata lebih
eksis kedepannya dan juga supaya aktif di media social. Peran kita dari dinas

44
pariwisata yakni memberikan pelatihan pelatihan utamanya lebih banyak di
pelatihan digital, media sosial dan conten creator serta melaksanakan event
event daerah yang ada di desa tondok bakaru. Kemudian kalau untuk sumber
daya alam, kita sudah berusaha memanfaatkan itu dan terus
mengembangkan potensi yang ada. Salah satu pemanfaatan itu seperti hutan
pinus lenong (wawancara 21 juni 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa : “Seperti yang saya katakana tadi,

pelatihan pelatihan serta pengembengan potensi wisata disini itu baru terlihat

setelah desa ini menjadi desa wisata ” (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat

tondok bakaru, mengatakan bahwa: “pelatihan pelatihan serta pengembengan

potensi wisata disini itu baru terlihat setelah desa ini menjadi desa wisata ”

(wawancara 10 Juli 2023)

Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata sebagai fasilitator adalah

pengadaan alokasi dana untuk pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok

Bakaru. Dalam wawancara yang dilakukan dengan PA Selaku Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Mamasa, mengatakan bahwa:

Positif:

"Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa telah mengalokasikan dana untuk


pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa.
Alokasi dana ini digunakan untuk berbagai proyek dan program yang
bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur, promosi, pelatihan, dan
pelestarian lingkungan di kawasan desa wisata. Tetapi perlu juga diphami
bahwa permasalahan yang terjadi untuk alokasi dana untuk pengembangan
wisata disana adalah anggaran yang terbatas” (wawancara 10 Juli 2023)

45
Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa :

"saya disini tidak tahu apakah ada alokasi dana dari Dinas Pariwisata
Kabupaten Mamasa untuk pengembangan wisata disini . mungkin ada
alokasi dana dari dinas tetapi bisajadi diarahkan ke pelatihan dan pengadaan
infrastuktur, tetapi jika ditanya apakah ada alokasinya, kami disini kurang
tau" (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat tondok

bakaru, mengatakan bahwa: “untuk alakosi dana dari dinas pariwisata untuk

desa tondok bakaru itu saya kurang tau” (wawancara 10 Juli 2023)

Peran pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata sebagai fasilitator adalah

memfasilitasi investor masuk ke desa wisata tondok. Dalam wawancara yang

dilakukan dengan PA Selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi

Pariwisata Kabupaten Mamasa, mengatakan bahwa:

"Kita disini telah mengambil langkah-langkah untuk mengundang investor


ke Desa Wisata Tondok Bakaru. ini bertujuan untuk mendukung
perkembangan pariwisata di desa. Kita sudah ada beberapa kali mengadakan
pertemuan dengan calon investor dan membantu mereka memahami potensi
investasi di desa wisata di tondok bakaru. Meskipun hingga kini kalau diliat
investasi disana masih sangat kurang kita terus mencari peluang untuk
mendatangkan investasi yang dapat mendukung pengembangan disana
(wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku Kepala Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa :

ini Dinas Pariwisata belum mengundang investor untuk berinvestasi di Desa


Wisata Tondok Bakaru. Kami masih fokus pada pengembangan
berkelanjutan dan melibatkan pelaku usaha lokal dalam upaya
pengembangan pariwisata kami. Meskipun belum ada keterlibatan investor
eksternal, kami berusaha untuk memanfaatkan sumber daya lokal dan upaya
sukarela untuk meningkatkan destinasi pariwisata kami." (wawancara 10
Juli 2023)

46
Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat

tondok bakaru, mengatakan bahwa:

"Kalau dilihat kondisi sekarang, belum terlihat adanya tindakan dari Dinas
Pariwisata dalam mengundang atau memasukkan investor ke Desa Tondok
Bakaru. mungkin ada kendala atau hambatan yang menghalangi proses
investasi disini. tapi kita berharap agar langkah-langkah lebih lanjut dapat
diambil oleh dinas pariwisata atau pemerintah untuk mendorong investasi
disini " (wawancara 10 Juli 2023)

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa dinas

pariwisata telah hadir sebagai fasilitator meskipun bisa terbilang lambat,

karena dinas pariwisata hadir memberikan sarana dan prasarana setelah desa

ini menjadi desa wisata.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran

dinas pariwisata sebagai dinamisator sudah terlaksana, hal ini terlihat dari

sarana dan prasarana bisa dikatakan lengkap

c) Dinamisator

Berlangsungnya pengembangan tempat wisata yang ideal maka pemerintah

dan masyarakat diharapkan bekerja sama. Pemerintah sebagai salah satu

stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk mensinergiskan

ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme

demi perkembangan pariwisata. Dalam wawancara yang dilakukan dengan PA

selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, mengatakan

bahwa:

“Jadi dinamika yang sekarang dibuat adalah bagaimana kita memberikan


pandangan pandangan dalam sektor pariwisata, contohnya kita kolaborasi

47
dengan dinas perdagangan dan UMKM. Nah disitu mereka membantu
masyarakat dalam mempromosikan kuliner khas yang ada disana. Juga
seperti yang tadi saya katakan, kita selalu mencari agar pihak pihak investor
luar itu masuk ke desa tondok bakaru dan berinvestasi disitu”( Wawancara
21 Juni 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa:

“kalau dari partisipasi dinas pariwisata dalam mengkolaborasikan, kalau


kita persentasikan itu masih kecil, karena seperti yang saya bilang tadi desa
ini dimulai dari inisiatif masyarakat. Kalau kita harapkan partisipasinya
dalam mengkolaborasikan masyarakat dan swasta itu yah masih kecil, jauh
dari yang kita harapkan. Seperti halnya event yang kita adakan dibulan
Desember yakni festival kampung natal itu Dinas Pariwisata tidak terlibat”
(wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

“Peran Dinas Pariwsata selama ini dalam mengkolaborasikan pihak


pemerintah, swasta dan Masyarakat dalam pengembangan desa ini hingga
menjadi Kawasan desa wisata itu tidak ada. Bahkan saya sendiri yang
mendaftarkan desa wisata ini ke kementrian pariwisata. Peneliti juga lebih
banyak menghubungi saya untuk melakukan penelitian di desa tondok
bakaru dibandingkan dari dinas pariwisata. Bahkan kita lebih banyak
dibantu dari teman teman kesenian yang mau mengembangkan Kawasan
desa wisata ini” (wawancara 10 Juli 2023)

Sebagai dinamisator, Dinas pariwisata membangun kemitraan dengan

instasi pemerintahan maupun dari instansi swasta dalam rangka pengembangan

kawasan desa wisata. Dalam wawancara yang dilakukan dengan PA selaku

Kepala Bidang pengembangan destinasi wisata, mengatakan bahwa :

"Dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa telah aktif membangun


kemitraan dengan pihak swasta maupun pengembangan Desa Wisata
Tondok Bakaru. Kemitraan ini menjadi salah satu strategi kita dalam
mempercepat pengembangan pariwisata di desa tersebut. kita telah menjalin

48
kerja sama dengan berbagai pihak seperti kampus politkenik pariwisata, dan
pelaku usaha pariwisata lokal, dan komunitas wisatawan. Kerja sama ini
mencakup berbagai aspek seperti promosi bersama, dan pelestarian
lingkungan." (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa:

“sampai sekarang belum terlihat jelas ada kerjasama yang terjalin antara
Dinas Pariwisata dan pihak swasta atau pihak lain. Tapi kita pemerintah bisa
lebih aktif mencari peluang kerjasama yang bisa membantu perkembangan
pariwisata di desa ini." (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "kalau dari pandangan saya upaya dinas

pariwisata belum terlalu berhasil dalam bekerja sama dengan pihak swasta atau

yang lain untuk mengembangkan Desa Wisata Tondok Bakaru. " (wawancara

10 Juli 2023)

Sebagai dinamisator, Dinas pariwisata melakukan promosi pariwisata

untuk mengembangkan kawasan desa wisata. Dalam wawancara yang

dilakukan dengan PA selaku Kepala Bidang pengembangan destinasi wisata,

mengatakan bahwa :

"Kita aktif melakukan promosi pariwisata Desa Tondok Bakaru. Nah


promosi yang dikakukan ini dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui
media media sosial, pameran pariwisata, dan ikut di promosikan juga di
acara-acara pariwisata nasional. dari promosi ini kita berharap agar wisata
disana dapat menarik wisatawan, dan dan meningkatkan kunjungan
wisatawan. Dan juga kita juga telah mendorong partisipasi dalam berbagai
acara promosi pariwisata di tingkat lokal dan nasional, termasuk
penyelenggaraan festival pariwisata dan kebudayaan. Semua ini bertujuan
untuk memperkenalkan potensi wisata Desa Tondok Bakaru kepada

49
masyarakat luas dan menciptakan daya tarik yang kuat bagi pengunjung."
(wawancara 10 Juli 2023)

Terkait dengan promosi, kita laksana- kan secara konvensional seperti


pameran, pasar wisata dan kerjasama industri door to door. Kita kerjasama
dengan biro perjalanan wisata travelegen yang ada di Makassar, Bali, di
Jawa dan Tana Toraja. Kemudian kita bekerjasama dengan pengusaha-
pengusaha BPW untuk melakukan promosi bersama di pasar-pasar wisata
atau minimal me- nitipkan bahan promosi saat kita tidak sempat ikut.
Kemudian untuk penyusunan bahan promosi kita adakan kerjasama dengan
beberapa pihak swasta khususnya media promosi cetak untuk bahan cetak,
kita lakukan di beberapa pihak swasta dari Jawa dari Jakarta termasuk dari
lokal sendiri untuk menyusun semacam brosur, lip map, majalah peta dan
lain-lain. promosi kita arahkan ke digital promotion. Karena melihat
sekarang trend promosi pemasaran lebih kepada media digital, jadi kami
optimalkan sejak hadirnya TIC (Tourism Information Center). Kami
hadirkan penyempurnaan website yang terintegrasi dengan website
pemerintah Kab. Mamasa sebagai official dengan portal "dispar mamasakab
goid" Dalamnya berisi könten terkait informasi terkait Dinas Pariwisata,
selanjutnya lewat Instagram kami buat wonderful-mamasa, twitter
@Disparmamasa, facebook dengan nama Dinas Pariwisata Mamasa, dan
youtube kami menggunakan nama akun wonderful Mamasa. kami selalu
berupaya mentransformasi metode-metode pemasaran dengan kondisi
kekinian. Jadi kami lebih senang berkolaborasi dengan kaum-kaum
milenial, menggait dan bekerjasama dengan mereka yang menyukai dunia-
dunia digital untuk bekerjasama dalam hal promosi pariwisata Jadi kita
selalu berupaya melakukan inovasi metode-metode pemasaran dan promosi
selama ini meskipun kita mengakini masih ada kendala yang kita hadapi
termasuk peralatan, SDM yang mesu kita latih lagi kemudian pembiayaan
dan lain-lain" (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa: "Saat ini, kami merasa bahwa promosi

pariwisata Desa Wisata Tondok Bakaru belum mencapai optimal. "

(wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: "upaya promosi dari Dinas Pariwisata

50
masih kurang. Yang saya lihat Promosi terkadang terbatas pada daerah saja,

belum mencapai promosi yang lebih luas. (wawancara 10 Juli 2023)

Sebagai dinamisator, Dinas pariwisata membantu percepatan perizinan bagi

investor untuk mengembangkan kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Dalam

wawancara yang dilakukan dengan PA selaku Kepala Bidang pengembangan

destinasi wisata, mengatakan bahwa :

"Saat ini, kami belum memiliki mekanisme yang secara khusus mengarah
pada percepatan perizinan bagi investor di Kawasan Desa Wisata Tondok
Bakaru. Proses perizinan diatur oleh instansi pemerintah lainnya, dan kami
hanya dapat memberikan dukungan informasi dan koordinasi yang
diperlukan kepada investor. Kami berharap agar kerja sama dengan instansi
terkait dapat ditingkatkan untuk memudahkan proses perizinan di masa
depan." (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa:

"Sayangnya, saat ini kami belum melihat adanya bantuan yang signifikan
dari Dinas Pariwisata dalam percepatan perizinan bagi investor yang tertarik
untuk masuk ke Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Proses perizinan
masih berjalan dengan cukup lambat, dan ini mungkin menghambat minat
investor untuk berinvestasi di desa wisata kami. Kami berharap agar
langkah-langkah lebih aktif dapat diambil dalam percepatan perizinan."
(wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

"Saat ini, kami belum melihat adanya bantuan yang signifikan dari Dinas
Pariwisata dalam percepatan perizinan bagi investor yang tertarik untuk
masuk ke Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Proses perizinan masih

51
berjalan dengan lambat, dan ini mungkin menghambat minat investor untuk
berinvestasi di desa wisata kami. Kami berharap agar langkah-langkah lebih
aktif dapat diambil dalam percepatan perizinan." (wawancara 10 Juli 2023)

d) Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pengembangan Kawasan


Desa Wisata Tondok Bakaru

Pengembangan kawasan desa wisata adalah sebuah upaya untuk

meningkatkan potensi ekonomi dan pariwisata di daerah pedesaan. Proses

pengembangan ini melibatkan berbagai faktor pendukung dan penghambat

yang perlu diperhatikan

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung merupakan unsur atau aspek yang mendukung

keberhasilan dalam upaya pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok

Bakaru. Berdasarkan wawancara dengan bapak PA selaku kepala bidang

pengembangan destinasi pariwisata, mengatakan bahwa :

“Jikalau kita hendak membandingkan Mamasa dengan daerah wisata


lainnya seperti di Bali ataupun Wakatobi Mamasa sebenarnya tertinggal
jauh, tetapi jika dibandingkn objek wisatanya Mamasa mempunyai nilai
jual tersendiri yakni kondisi alamnya yang terjaga dan masih alami,
daerah pegunungan yang dingin dan masih jauh dari polusi, serta
keadaan budaya yang beragam dan tak dapat dijumpai di daerah lain.
Sebut saja budaya Rambu Tuka’ atau upacara adat orang mati, hanya di
Mamasa saja anda akan mendapati mayat yang di kubur di atas tebing
batu setinggi puluhan meter, diupacarakan dengan adu kerbau yang
memakan biaya ratusan juta. Budaya lain yang tak kalah nilai jualnya
yaitu pesona perkampungan adat dimana rumah adat tongkonan yang
unik berdiri tertata, serta kuburan alam berusia ratusan tahun yang
masih terjaga” (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa:

52
"Saat ini, kami belum melihat adanya bantuan yang signifikan dari
Dinas Pariwisata dalam percepatan perizinan bagi investor yang tertarik
untuk masuk ke Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Proses
perizinan masih berjalan dengan lambat, dan ini mungkin menghambat
minat investor untuk berinvestasi di desa wisata kami. Kami berharap
agar langkah-langkah lebih aktif dapat diambil dalam percepatan
perizinan." (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa:

"Saat ini, kami belum melihat adanya bantuan yang signifikan dari
Dinas Pariwisata dalam percepatan perizinan bagi investor yang tertarik
untuk masuk ke Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Proses
perizinan masih berjalan dengan lambat, dan ini mungkin menghambat
minat investor untuk berinvestasi di desa wisata kami. Kami berharap
agar langkah-langkah lebih aktif dapat diambil dalam percepatan
perizinan." (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan A selaku wisatawan,

mengatakan bahwa:

"Pada kunjungan saya ke Desa Wisata Tondok Bakaru, saya telah


mengidentifikasi beberapa faktor pendukung yang membuat tempat ini
begitu menarik dan layak untuk dikunjungi. Pertama, keindahan alam
di sekitar desa ini sungguh menakjubkan. Lanskap perbukitan hijau,
sungai yang mengalir dengan jernih, dan hutan yang lebat memberikan
pengalaman alam yang luar biasa bagi para wisatawan. Ini adalah daya
tarik utama yang saya nikmati selama kunjungan saya.

Kemudian, keragaman budaya di Desa Tondok Bakaru juga sangat


menarik. Saya memiliki kesempatan untuk menyaksikan pertunjukan
tari tradisional dan mendengarkan musik lokal yang memukau. Kuliner
tradisionalnya juga luar biasa lezat. Ini memberikan pengalaman
budaya yang mendalam dan autentik.

Saya juga perlu mengapresiasi partisipasi aktif masyarakat lokal dalam


menjaga dan mengembangkan desa wisata ini. Mereka sangat ramah
dan bersemangat untuk berbagi warisan budaya mereka dengan
wisatawan. Ini menciptakan atmosfer yang hangat dan ramah bagi
pengunjung.

53
Selain itu, infrastruktur dan fasilitas di Desa Wisata Tondok Bakaru
cukup baik. Aksesibilitasnya mudah dengan jalan yang baik dan
akomodasi yang nyaman untuk wisatawan. Fasilitas ini memberikan
kenyamanan selama kunjungan saya.

Terakhir, kerja sama yang baik dengan pihak luar seperti pemerintah
daerah dan lembaga nirlaba memberikan dukungan tambahan dalam
pengembangan desa wisata ini. Ini tampaknya membantu dalam
memperbaiki infrastruktur dan layanan, serta menggalakkan promosi.

Secara keseluruhan, faktor-faktor pendukung ini membuat pengalaman


saya di Desa Wisata Tondok Bakaru sangat positif. Saya sangat
merekomendasikan tempat ini kepada wisatawan lain yang ingin
merasakan keindahan alam dan budaya Indonesia yang autentik."
(wawancara 10 Juli 2023)

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat merupakan elemen atau kondisi yang menjadi kendala

dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Berdasarkan

wawancara dengan bapak PA selaku kepala bidang pengembangan destinasi

pariwisata, mengatakan bahwa :

“Ketidak berhasilan pengelolaan pariwisata di kabupaten mamasa


disebabkan oleh, kebijakan yang diambil oleh pimpinan dalam hal ini
bupati di dalam menempatkan pejabat atau stafnya tidak mengacu pada
the right man on the right place dalam artian menempatkan seseorang
tidak memperhatikan latar belakang atau kompetensi dari orang yang di
tepatkan pada suatu SKPD. Bahwa pemerintah daerah kabupaten
Mamasa dalam rangka melakukan perubahan di bidang pembangunan,
tidak mempunyai visi yang jelas. Sehingga, dalam membangun
pembangunan yang ada di kabupaten mamasa tidak sesuai dengan
tupoksi dan latar belakang yang diberikan oleh pejabat tersebut“
(wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan DD selaku kepala Desa

Tondok Bakaru , mengatakan bahwa:

“Salah satu kendala dalam pembangunan di Mamasa adalah karena


infrastruktur jalan yang masih belum memadai. Saat ini kita masih terus

54
membenahi infrastruktur kita dulu khususnya infrastruktur jalan.
Karena segala yang kita butuhkan akan lebih mudah tercapai apabila
kita memiliki jalan yang baik” (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan AS selaku masyarakat Desa

Tondok Bakaru, mengatakan bahwa: “Berbagai macam kendala warga

yang sulit dihilangkan, Seperti, ketidaksiapan pemerintah daerah maupun

warganya dalam menyambut wisatawan atau pengunjung ke kabupaten

mamasa. (wawancara 10 Juli 2023)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan A selaku wisatawan,

mengatakan bahwa:

"Saat ini, kami belum melihat adanya bantuan yang signifikan dari
Dinas Pariwisata dalam percepatan perizinan bagi investor yang tertarik
untuk masuk ke Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru. Proses
perizinan masih berjalan dengan lambat, dan ini mungkin menghambat
minat investor untuk berinvestasi di desa wisata kami. Kami berharap
agar langkah-langkah lebih aktif dapat diambil dalam percepatan
perizinan." (wawancara 10 Juli 2023)

B. Pembahasan

Pengembangan pariwisata sangat penting dalam kemajuan dan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mamasa, maka dari itu diharapkan pemerintah

untuk lebih memperhatikan perkembangan tempat-tempat wisata yang berada di

Kabupaten Mamasa terlebih karena yang Desa Tondok Bakaru menjadi Kawasan

wisata yang strategis.”. Untuk mengetahui Peran Dinas Pariwisata Kabupaten

Mamasa Dalam Pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru di

Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat penulis menggunakan teori Pitana dan

Gayatri yaitu motivator, fasilitator, dinamisator.

55
1. Motivator

Pentingnya peran Dinas Pariwisata sebagai motivator dalam pengembangan

Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa merupakan hal yang sangat

penting. Sebagai motivator Dinas Pariwisata kabupaten Mamasa telah berperan

penting dalam pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru. Hal ini bisa terlihat

dari pelatihan pelatihan yang di pelopori oleh Dinas Pariwisata kabupaten Mamasa.

Hanya saja peran pemerintah sebagai motivator terksesan lamban dikarenakan

dinas pariwisata hadir setelah Desa Tondok Bakaru sudah menjadi Desa wisata.

Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata juga belum terlalu

memperlihatkan hasil yang maksimal, sehingga peran Dinas Pariwisata Kabupaten

Mamasa sebagai motivator dianggap belum maksimal

2. Fasilitator

Peran Dinas Pariwisata sebagai fasilitator sangat penting dalam hal

memfasilitasi atau melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana yang berada di

objek wisata tersebut. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten

Mamasa merupakan pendukung dalam pengembangan objek wisata tetapi peran

Dinas Pariwisata sebagai fasilitator dianggap belum optimal dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan dan

wawancara yang diperoleh. Hal ini terlihat dari kehadiran Dinas Pariwisata yang

hadir dan memfasilitasi sarana dan prasarana setelah 2 tahun sejak diresmikannya

desa ini menjadi Desa Wisata melalui Peraturan Bupati Tahun 2019’

3. Dinamisator

56
Peran Dinas Pariwisata sebagai dinamisator dinilai belum optimal. Hal

tersebut terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis

bahwa belum maksimalnya kerja sama antara pemerintah, Masyarakat dan swasta

dalam hal mengembangkan Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa.

Kurangnya bantuan terhadap pengembangan objek wisata sedari awal sebelelum

menjadinya Desa Sadar Wisata tersebut mengakibatkan lambatnya perkembangan

menjadi Desa Wisata. Selain itu, kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat,

pemerintah ataupun swasta di Desa Wisata Tondok Bakaru belum terlihat jelas.

Bahkan pengelolaan dan promosi pariwisata kebanyakan di lakukan oleh masyrakat

itu sendiri

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dinas Pariwisata dalam pengembangan


Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru di Kabupaten Mamasa, Provinsi
Sulawesi Barat

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah segala jenis faktor yang sifatnya turut mendorong,

menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat dan

sebagainya terjadinya sesuatu. Dalam hal ini ada beberapa faktor pendukung

dalam pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru

a. Keindahan Alam

Di Desa Tondok Bakaru keindahan alam adalah salah satu suguhan yang

langsung diberikan kepada para pengunjung ketika datang ke Desa Tondok

Bakaru. Bentangan sawah yang dapat dilihat langsung dan juga panorama

alam berada tepat dibawah kaki gunung mambulilling. Di Desa wisata

Tondok Bakaru keindahan alam yang ditawarkan dapat dinikmati di

57
beberapa tempat tertentu diantaranya, : citoll Hill, jendela alam, sawo, hutan

pinus lenong, villa adelwais, golden bridge dan lainya

b. Wisata unik dan khas

Desa Wisata Tondok Bakaru memiliki keunikan dan khas yakni tanaman

anggrek. Melalui tanaman ini, desa ini dilirik oleh peneliti peneliti dari luar

daerah bahkan peneliti dari luar Negeri. Selain itu wisata budaya, kuliner

menjadi faktor yang sangat mendukung dalam pengembangan Desa Wisata

ini.

c. Dukungan dari Pihak Pemerintah maupun swasta

Dukungan Dari pihak pemerintah maupun swasta sangat membantu dalam

pengembangan desa wisata ini. Baik itu dukungan materi dan laiinya

menjadi faktor pendukung dalam pengembangan desa ini.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah semua jenis faktor yang sifatnya menjadikan

lambat atau bahkan menghalangi dan menahan terjadinya sesuatu. Dalam hal

ini faktor penghambat dalam pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok

Bakaru yaitu:

a. Anggaran Terbatas

Anggaran Pemerintah khusunya yang dialokasikan ke pengembangan desa

wisata tondok bakaru terbilang sedikit. Yang mana sejak terbentuk dari

Desa Sadar Wisata menjadi Kawasan Desa Wisata, aanggarn untuk desa

tersebut yang bisa di alokasikan dari dinas pariwisata kabupaten mamasa

hanya dianggarkan di tahun 2021 dan 2022.desa wisata yang tersebar di

58
seluruh Indonesia. Akibatnya banyak potensi potensi pariwasata yang

belum maksimal pengelolannya mulai dari sarana dan prasarana dan

sebgainya.

b. Kurangnya perawatan sarana dan prasarana wisata

Kurangnya perawatan fasilitas wisata yang ada di Desa Wisata Tondok

Bakaru menyebabkan berkurangnya jumlah wisatawan yang datang

berkujung

c. Pemberdayaan masyarakat belum maksimal

Pelatihan pelatihan yang telah dilaksanakan belum maksimal, hal ini terlihat

dari pengelolaan pariwisata yang dilakukan Masyarakat masih kurang

d. Akses Jalan Yang Tidak Memadai

Akses jalan yang belum memadai membuat kunjungan wisatawan di Desa

Tondok Bakaru masih belum maksimal. Kebanyakan wisatawan berasal

dari kabupaten mamasa itu sendiri. Hal ini diakibatkan akses jalan dari luar

kabupetan mamasa masih sangat kurang memadai

e. Kurangnya Promosi Pariwisata

Kurangnya promosi pariwisata khususnya Desa Wisata Tondok Bakaru

yang dilakukan oleh dinas pariwisata membuat desa wisata ini belum

terkenal luas, sehingga kebanyakan wisatawan berasal dari daerah

Kabupaten mamas aitu sendiri

59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan yang ada, maka

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1) Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Kawasan Desa Wisata


Tondok Bakaru Di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat
Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Kawasan Wisata Desa

Wisata Tondok Bakaru sesuai dengan teori Pitana dan Gayatri(2005) yakni

60
peran pemerintah sebagai Motivator, Fasilitator dan Dinamisator sudah

terlaksana tetapi belum maksimal, Dinas Pariwasata sebagai motivator belum

maksimal karena dalam kenyataannya belum Dinas Pariwisata Kabupten

Mamasa hadir untuk memotivasi masyarakat setempat atau pelaku usaha yang

berada di Desa tersebut, setelah Desa ini menjadi Desa Wisata. Peran Dinas

Pariwisata sebagai fasilitator belum berjalan secara maksimal dan optimal

karena penyediaan sarana dan prasarana terkesan lambat. Hal ini terlihat dari

Kehadiran Dinas Pariwasata yang tidak sedari awal memfasilitasi Masyarakat

dalam pengembangan desa ini. Kemudian pemerintah sebagai dinamisator

dalam pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru belum maksimal. Karena,

kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat itu tidak terlihat jelas.

Bahkan masyrakat sendiri yang lebih berperan dalam mengkolaborasikan kerja

sama dengan pihak swasta. Ketidakmaksimalan Peran dinas pariwisata

kabupaten mamasa sebagai motivator, fasilitator dan Dinamisator menjadikan

desa wisata ini tidak memaksimalkan segala potensi pariwisata yang dimiliki

Desa Wisata Tondok Bakaru Kabupten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat

2) Faktor Pendukung Dan Penghambat Dinas Pariwisata Dalam


Pengembangan Kawasan Desa Wisata Tondok Bakaru Di Kabupaten
Mamasa Provinsi Sulawesi Barat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan Kawasan Desa
Wisata Tondok Bakaru. Adpun faktor terssbut diliat dari fakto pendukung dan
penghambat. Faktor Pendukung yang dimiliki dalam Pengembangan Desa
Wisata Tondok Bakaru anatara lain Desa Wisata Tondok Bakaaru memiliki
Keunikan seperti Tanmanam Anggrek yang khas, Paket Wisata Lengkap serta
Potensi Alam dan Budaya yang Luar Biasa. Kemudian faktor penghambat
dalam pengembangan Desa Wisata Tondok Bakaru seperti Keterbatasan

61
Anggaran, Kurangnya Pemberdayaan Masyarakat, Kurangnya Promosi
Pariwisata dan Akses Jalan yang Tidak Memadai
B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan yang ada maka adapun saran penulis

paparkan sebagai suatu masukan terkait dengan hasil penelitian yang penulis

lakukan yaitu sebaiknya Dinas Pariwisata Kota Mamasa Membuat pelatihan

pelatihan yang lebih efektif dan mudah dipahami oleh para pelaku wisata tersebut.

Kemudian Melakukan follow up terhadap pelatihan pelatihan yang dilaksankan,

sehingga pelatihan tersebut tidak hanya sebatas pelaitahan tanpa ada output yang

jelas. Dinas Pariwasata juga harus Lebih memperhatikan anggaran yang sudah

ditetapkan terutama untuk bagian pengembangan pariwisata agar dapat menambah

fasilitas khususnya di Desa Wisata Tondok Bakaru. Kemudian Dinas Pariwisata

juga bisa berkolaborasi dengan dinas lain maupun swasta agar Menciptakan

fasilitas pendukung untuk meningkatkan penjualan produk produk Khas Mamasa

Di Desa Tondok Bakaru. Terakhir, kiranya Dinas Pariwisata Lebih Lebih

Meningkatkan kerja sama dengan masyrakat Desa Tondok Bakaru dan lebih peka

terhadap persolan persolan pariwisata yang ada di Desa Wisata Tondok Bakaru Di

Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.

62
63

Anda mungkin juga menyukai