LANDASAN TEORI
Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya yang berkaitan dengan karya ilmiah penulis. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Foniaman Zebua (2013) dengan judul “Kurangnya peran daerah dalam mengelola aset
bidang Pariwisata menjadi Pendapatan daerah” Foniaman tidak meneliti tantangan dan
hambatan secara umum, tetapi lebih dikhususkan pada tanggung jawab pemerintah.
Sementara itu, Wayan Yuliantini (2015) juga melakukan penelitian yang serupa dengan judul
“Pengembangan Pariwisata di Bali”. Dalam penelitiannya itu, Wayan meneliti hambatan
dan tantangan pengembangan pariwisata di Provinsi Bali. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yang meneliti mengenai hambatan dan tantangan pengembangan
pariwisata di kabupaten Banyuasin.
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, sesuai dengan judul
penelitian ini, di perlukan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian penulis sebagai
berikut.
2.1. Pariwisata
Secara etimologi, pariwisata berasal dari dua kata yaitu “ pari” yang berarti banyak
atau berkeliling, sedangkan “wisata” berarti pergi. Sedangkan pengertian secara umum
pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu
yang diselenggarakam dari suatu tempat ke tempat lain.
Lokasi Penas KTNA XII Desa Sembawa Kecamatan Banyuasin III, yang di
canangkan Presiden SBY sebagai kawasan percontohan pengembangan agrobisnis atau
dikenal dengan agrocenter penelitian tanaman Holtikultura dan mempunyai banyak sarana
bangunan yang di bangun pemerintah Propinsi Sumatera Selatan di Desa Lalang Sembawa
Kabupaten Banyuasin, baik itu berupa jalan, gedung, taman dan rumah adat. Tetapi karena
kurang pemanfaatan, perawatan dan perhatian dari Pemerintah setempat sekarang kondisinya
terlantar dan disalah gunakan pemanfaatannya oleh remaja. Mulai dari dijadikannya sebagai
tempat berpacaran yang dinilai sudah melebihi batas diluar kewajaran sampai yang paling
menonjol sekarang sarana jalan dijadikan arena balapan liar. Kondisi lokasi yang
menghabiskan anggaran mencapai Rp 3 miliar ini sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai ikon
daerah dan dijadikan objek wisata Kabupaten Banyuasin jika dirawat dan dikelola dengan
baik.
Adat istiadat pernikahan desa Sungsang yang dikenal dengan nama basengi. Upacara adat
pernikahan ini diawali dengan pemotongan hewan kerbau sebagai persembahan untuk sang
pencipta sebagai rasa syukur warga atas segala nikmat. Wisata Budaya ini di tampilkan saat
acara Pawai Budaya Nusantara di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) Jakarta. Tim kesenian Kabupaten Banyuasin yang mewakili provinsi Sumatera
Selatan dibawahkan oleh 45 penari dari sanggar seni Sedulang Setudung dibawah asuhan
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuasin Hj Hafinalty Amiruddin Inoed. Ini
menunjukan bahwa Wisata Budaya di Kabupaten Banyuasin memiliki potensi. Adat tersebut
merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Budaya Bumi Sedulang Setudung yang bisa di
jadikan objek wisata dan memperkenalkan kebudayaan daerah yang sangat menarik.
BAB III
PEMBAHASAN