Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya yang berkaitan dengan karya ilmiah penulis. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Foniaman Zebua (2013) dengan judul “Kurangnya peran daerah dalam mengelola aset
bidang Pariwisata menjadi Pendapatan daerah” Foniaman tidak meneliti tantangan dan
hambatan secara umum, tetapi lebih dikhususkan pada tanggung jawab pemerintah.

Sementara itu, Wayan Yuliantini (2015) juga melakukan penelitian yang serupa dengan judul
“Pengembangan Pariwisata di Bali”. Dalam penelitiannya itu, Wayan meneliti hambatan
dan tantangan pengembangan pariwisata di Provinsi Bali. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yang meneliti mengenai hambatan dan tantangan pengembangan
pariwisata di kabupaten Banyuasin.

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, sesuai dengan judul
penelitian ini, di perlukan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian penulis sebagai
berikut.

2.1. Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, pariwisata berasal dari dua kata yaitu “ pari” yang berarti banyak
atau berkeliling, sedangkan “wisata” berarti pergi. Sedangkan pengertian secara umum
pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu
yang diselenggarakam dari suatu tempat ke tempat lain.

Menurut Undang-Undang No.10/2009 tentang kepariwisataan,yang dimaksud


denagn pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
macam kegiatan wisata yang didukung ole berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat,pengusaha,pemerintah, dan pemerintah daerah.

2.1.2. Perkembangan Pariwisata di Indonesia

Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun


2009,pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoniti
minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Kekayaan alam dan budaya merupakan
komponen penting di Indonesia. Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat jelas
dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969,khususnya bab II pasal 3.
Berdasarkan instruksi Presiden tersebur,dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di
Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan
negara dan masyarakat pada umumnya,perluasan kesempatan serta lapangan kerja,dan
mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
Industri pariwisata dikembangkan jelas dalam rangka untuk mendatangkan dan
meningkatkan devisa negara. Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan dengan
kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan utama mendatangkan
devisa negara. Di samping itu,pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk
memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini
berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh
Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut.

2.2. Kabupaten Banyuasin

2.2.1. Profil Kabupaten Banyuasin


Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan UU No.
6 Tahun 2002.
Nama kabupaten ini berasal dari nama Sungai Banyuasin, yang melintasi wilayah kabupaten
ini dan Kabupaten Musi Banyuasin. Perkataan banyuasin sendiri berasal dari istilah bahasa
Jawa banyu (air) dan asin, merujuk pada kualitas air sungai tersebut yang masin rasanya,
terutama ke arah pantai.
Luas Kabupaten Banyuasin 11.875 km2 di mana terdapat beberapa suku yang
menetap di kabupaten ini, antara lain Jawa, Madura, Bugis, Bali dan Penduduk asli
Banyuasin (melayu). Batas Wilayah banyuasin mengelilingi 2/3 wilayah kota palembang,
sehingga banyuasin dapat dikatakan sebagai wilayah penyangga ibukota provinsi sumatera
selatan. Banyak pembangunan provinsi sumatera selatan yang dilaksanakan di pinggir
wilayah banyuasin presis berbatasan dengan wilayah kota palembang dengan tujuan untuk
mendukung pembangunan di palembang, seperti sarana LRT, sekolah, Dermaga pelabuhan
tanjung api-api dan pemerintah kabupaten Banyuasin sangat konsen dengan pembangunan
dimulai dari desa dengan melaksanakan program 500 juta perdesa sehingga infrastruktur
dapat terealisasi langsung menyentuh rakyat desa. selain itu beliau telah melaksanakan
program perbaikan sistem demokrasi dengan melaksanakan pilkades evoting di 160 desa
pada tahun 2015 lalu yang merupakan terbanyak secara nasional di indonesia dan masuk
nominasi record MURI.
Pelaksanaan egovernment di Banyuasin berjalan dengan cukup baik dan dikenal di
seluruh Indonesia di mana pembangunan infrastruktur TIK telah dibangun sejak 2009 dengan
menghubungkan seluruh dinas/badan/kantor dan kecamatan berbasis jaringen fiber optik.
Banyak penghargaan yang telah diraih oleh kabupaten banyuasin dibidang egovernment ini
antara IOSA juara I Nasional, IDSA 2014, ICTpura dengan predikat utama, PEGI terbaik
sesumatera. sehingga banyak kab/kota di indonesia menjadikan banyuasin sebagai tempat
studi banding di dalam implementasi egovernment. Ditahun 2017 pelaksanaan egoverment
dikabupaten banyuasin kembali membanggakan, yaitu terpilih sebagai 24 kabupaten/kota dari
514 Kab/kota diindonesia sebagai kabupaten cerdas (smartcity) oleh pemerintah pusat dalam
hal ini kementerian kominfo bekerjasama dengan kementerian dalam negeri. Ditahun 2018
terpilih sebagai juara I IndonesiaUP mewakili Indonesia pada ajang ASEAN ICT Award
ditahun 2018. Pertanian di Banyuasin juga sangat membanggakan yaitu sebagai lumbung
padi sumatera selatan dan penyumbang 1,4 juta ton beras untuk sumatera selatan dan terus
ditingkatkan dengan target 2 juta ton beras untuk tahun 2016 ini.

2.2.2. Objek Wisata di Kabupaten Banyuasin


1. LOKASI PENAS KTNA XII

Lokasi Penas KTNA XII Desa Sembawa Kecamatan Banyuasin III, yang di
canangkan Presiden SBY sebagai kawasan percontohan pengembangan agrobisnis atau
dikenal dengan agrocenter penelitian tanaman Holtikultura dan mempunyai banyak sarana
bangunan yang di bangun pemerintah Propinsi Sumatera Selatan di Desa Lalang Sembawa
Kabupaten Banyuasin, baik itu berupa jalan, gedung, taman dan rumah adat. Tetapi karena
kurang pemanfaatan, perawatan dan perhatian dari Pemerintah setempat sekarang kondisinya
terlantar dan disalah gunakan pemanfaatannya oleh remaja. Mulai dari dijadikannya sebagai
tempat berpacaran yang dinilai sudah melebihi batas diluar kewajaran sampai yang paling
menonjol sekarang sarana jalan dijadikan arena balapan liar. Kondisi lokasi yang
menghabiskan anggaran mencapai Rp 3 miliar ini sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai ikon
daerah dan dijadikan objek wisata Kabupaten Banyuasin jika dirawat dan dikelola dengan
baik.

2. DANAU KEDUKAN AIR BATU


Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaannya dalam UU N0.23
tahun 1997. Kelestarian ekosistem danau sangat diperlukan untuk kesinambungan fungsi
lingkungan hidup danau, yaitu sebagai habitat makhluk hidup pada perairannya serta manfaat
sumber daya airnya bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan danau sebagai sumber daya alam
dan sumber energi terbarukan perlu seimbang dan tidak mengganggu ekosistemnya. Danau
Kedukan Air Batu terletak di Kelurahan Air Batu Kecamatan Talang Kelapa, tepatnya
terletak di Desa Talang Bungin berjarak tidak terlalu jauh dari pusat kota Pangkalan Balai.
Panorama Danau ini cukup indah dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang dan
suasana bersih, jernih yang masih alami dan pemandangan perbukitan yang tinggi menjadi
daya tarik kawasan ini. Pemerintah diharapkan dapat untuk memajukan objek wisata ini
maka harus diadakan pembangunan mulai dari pembuatan desain Danau, pengangkatan dan
pembersihan dan pembuatan tangga pengaman disekeliling Danau. Guna mewujudkan Danau
Kedukan tersebut menjadi objek kepariwisataan Kabupaten Banyuasin, pemerintah dan pihak
yang terkait supaya di diupayakan mencari investor yang berminat.
3. MONUMEN FRONT LANGKAN
Front bersejarah yang terletak di Jalan palembang - betung KM 35. Banyuasin III.
Monumen yang dibuat karena pristiwa pertempuran lima hari lima malam dikota palembang
tanggal 1 Januari s/d 5 Januari 1947, merupakan salah satu ikon Kabupaten Banyuasin karena
bangunan bersejarah ini memiliki daya tarik pengunjung, terkadang banyak para pengunjung
yang berkunjung ketempat bersejarah ini untuk melihat monumen dan berfoto disini, Dengan
adanya kegiatan pariwisata jangka pendek, misalnya pada akhir pekan atau dalam masa
liburan sehingga orang dapat mengadakan perjalanan sekedar untuk melihat bangunan
bersejarah, suasana pedesaan atau kehidupan dan dengan di potensi tempat bersejarah ini
diharapkan para wisatawan bisa berkunjung untuk mengetahui dan menambah wawasan
tentang tempat bersejarah daerah Kabupaten Banyuasin.

4. WISATA AIR SUNGSANG


Sungsang sebagai Desa Wisata Air yang terkenal mempunyai pemandangan alam
yang indah. Sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata air di daerah Kabupaten
Banyuasin yang dapat meningkatkan pemasukan daerah dengan menempuh pembangunan
industri pariwisata air dan lebih memantapkan dan menaruh perhatian yang lebih mendalam
menyangkut pariwisata di Desa Sungsang. Dalam kondisi ini pemerintah diharapkan
memanfaatkan tempat yang indah ini dan dapat mewujudkan beberapa potensi yang dapat
dikembangkan di Desa Sungsang antara lain :

· Wisata Alam terbuka dengan panorama pantai dan hutan bakau


· Wisata pemancingan
· Wisata Olahraga air ( Ski Air tag Bood)
· Wisata Bahari
· Wisata Kuliner

Penjabaran ini tentunya diharapkan memenuhi sasaran yang diharapkan

5. WISATA BUDAYA ADAT PERKAWINAN DESA SUNGSANG

Adat istiadat pernikahan desa Sungsang yang dikenal dengan nama basengi. Upacara adat
pernikahan ini diawali dengan pemotongan hewan kerbau sebagai persembahan untuk sang
pencipta sebagai rasa syukur warga atas segala nikmat. Wisata Budaya ini di tampilkan saat
acara Pawai Budaya Nusantara di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) Jakarta. Tim kesenian Kabupaten Banyuasin yang mewakili provinsi Sumatera
Selatan dibawahkan oleh 45 penari dari sanggar seni Sedulang Setudung dibawah asuhan
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuasin Hj Hafinalty Amiruddin Inoed. Ini
menunjukan bahwa Wisata Budaya di Kabupaten Banyuasin memiliki potensi. Adat tersebut
merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Budaya Bumi Sedulang Setudung yang bisa di
jadikan objek wisata dan memperkenalkan kebudayaan daerah yang sangat menarik.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tantangan dan Hambatan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Banyuasin

Adapun tantangan dan hambatan dalam pengembangan objek wisata di Kabupaten


Banyuasin diantaranya:
1. Infrastruktur yang kurang memadai
Infrastruktur yang kurang memadai tentunya membuat sektor pariwisata
kurang berkembang. Untuk membangun industri pariwisata, aksebilitas insfrastruktur
ini sangat dibutuhkan,dan pemerintah memang wajib menyediakannya,terutama akses
jalan menuju tempat wisata.
2. Kurangnya perhatian dari pemerintah
Selama ini,banyak objek wisata yang tidak dikembangkan karena berbagai
keterbatasan dari pemerintah pusat, sementara itupihak swasta dan pemerintah daerah
harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.
3. Kurangnya modal dan sumber daya manusia
Kurangnya tenaga terampil dan profesional dalam hal manejerial di bidang pariwisata
merupakan kendala yang seringkali muncul. Padahal, sumberdaya manusia
merupakan komponen utama dan penentu,terutama dalam menjalankan pekerjaan
pada jajarab frontlinters,yakni mereka yang bertugas langsung memberikan pelayanan
langsung pada wisatawan.
4. Rendahnya kesadaran masyarakat
Rendahnya kesadaran masyarakat juga merupakan kendala. Sebab,banyak rencana
pengembangan yang gagal karena kurangnya dukungan dari masyarakat. Sebagai
contoh:Lokasi Penas KTNA XII Desa Sembawa Kecamatan Banyuasin III, yang di
canangkan Presiden SBY sebagai kawasan percontohan pengembangan agrobisnis
atau dikenal dengan agrocenter penelitian tanaman Holtikultura dan
mempunyai banyak sarana bangunan yang di bangun pemerintah Propinsi Sumatera
Selatan di Desa Lalang Sembawa Kabupaten Banyuasin, baik itu berupa jalan,
gedung, taman dan rumah adat. Tetapi ,sekarang kondisinya terlantar dan disalah
gunakan pemanfaatannya oleh remaja. Mulai dari dijadikannya sebagai tempat
berpacaran yang dinilai sudah melebihi batas diluar kewajaran sampai yang paling
menonjol sekarang sarana jalan dijadikan arena balapan liar
DAFTAR PUSTAKA
Zebua, Foniaman. 2013. Kurangnya peran daerah dalam mengelola aset bidang
Pariwisata menjadi Pendapatan daerah. Semarang : USM
Yuliantini, Wayan. 2015. “Pengembangan Pariwisata di Bali”. Bali : STP BALI

Anda mungkin juga menyukai