DisusunOleh
1. Kevin VerrelNurreyhan_151210198
2. AchmadSyamsudduha_151210187
3. VeshiaNindyaRenata_151210187
4. YusniansyahadhityaPutra_151210198
YusniansyahArdhita Putra
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Pulau Seribu
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181014151703-269-338377/indonesia-pamer-10-bali-baru-di-pertemuan-imf-bank-dunia.
Sebagian Kepulauan Seribuadalah PulauPari yang oleh P2O LIPI dikenal sebagai
Kawasan Konservasi dan Penelitian Terumbu Karang dan saat ini sedang di jadikan
Kawasan Wisata Alam. Para pemancing di Pulau Pari mengalami masalah dengan
pendapatan yang semakin berkurang akibat penangkapan yang berlebihan, sehingga
kawasan industry wisata ini diandalkan untuk menambah penghasilan masyarakat. Pantai
Pasir Perawan merupakan destinasi liburan pantai di PulauPari yang awal nya merupakan
pantai laut yang kaya. Menjelang akhir tahun 2012, masyarakat setempat naik keatas
lempeng dan membersihkan tanah serta mengkondisikan nya sehingga ada akses kepantai
pasir putih sempurna yang saat ini dikenal sebagai Pantai Pasir Perawan.
Pantai Pasir Perawan diawasi secara mandiri oleh penduduk Pulau Pari dengan
bantuan Forum Pesisi rPantai (FORSIR) sebagaia sosiasi wilayah setempat yang
menjunjung tinggi kemajuan objek industry wisata dan bantuan pemerintah penduduk
Pari. Selain di tepilaut, perairan Pulau Parijuga kaya akan keanekaragaman hayati.
Kondisi aset normal yang membantu kegiatan wisata di Pulau Pari menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan. Gerakan wisatawan yang berlaku. Wisatawan di
PulauParitertarikdenganwisatapantaidanwisataberenang. Sebagian perairan PulauPari
yang sering di gunakan untuk berenang adalah Kawasan Konservas iLaut(APL),
keunggulan tenggelam nya dapat diterima dan terletak di kawasan yang aman dengan
Situs ini dikenang sebagai zona ekowisata bahari untuk peningkatan industri
perjalanan reguler. Begitu juga dengan daerahnya. Kajian ini ditujukan untuk memastikan
batas penyampaian wilayah Pulau Pari untuk kegiatan wisata pantai dan renang,
mengukur nilai keuangan industri wisata di Pulau Pari dan menambah kawasan industri
perjalanan ke gaji individu.
Hasil perhitungan di daerah eksplorasi menunjukkan bahwa catatan kewajaran
industri perjalanan (IKW) dan batas angkut ruang berada pada kelas yang layak. Nilai
moneter industri perjalanan di Pulau Pari yang dinilai dengan teknik biaya pergerakan
memberikan konsekuensi sebesar 152.627.300.000,00 sen/tahun. Kehadiran kawasan
industri wisata di Pulau Pari juga berkontribusi 70,12 persen terhadap pendapatan
penduduk sekitar.
Besarnya nilai finansial dan komitmen industri perjalanan untuk membayar
kabupaten secara implikasi menunjukkan bahwa keberadaan kawasan industri perjalanan
di Pulau Pari sangat berharga baik untuk wilayah maupun untuk iklim. Dengan demikian,
latihan industri perjalanan di Pulau Pari harus dibuat dengan cara yang layak, dalam hal
apa pun, dengan membatasi batas pengangkutan ruang.
KatalingaGenyas,analisis ekonomi daya dukung pengembangan ekowisata pulau pari kepulauan seribu jakart,anovember.2013.ipb:insitut
Konflik antara korporasi dengan masyarakat dengan masyarakat salah satu nya
adalah ketika korporasi mengeklaim bahwa pulau pari milik mereka,satu sisi
masyarakat yang sudah hidup dan menjadi warisan nenek moyang mencoba
mempertahankan pulau mereka dan mencoba menjelaskan pulau ini bukan punya
TUJUAN PENILITIAN
1.Memberikan pemahaman tentang para Mahasiswa dan masyarakat untuk dalam
mengembangkan potensi wilayah pulau mereka dan mampu mengangkat kehidupan
Ekonomi masyarakat
MANFAAT PENELITIAN
1.Menjelaskan tentang bagaiman sumber daya alam bisa di kelola oleh
massyarakatmenajdi pendapatan yang menguntungkan
2.bisa menjaga adat budaya tanpa harus ketakkutan kehilangan wilayah dengan
iming-iming dari korporasi dengan ancaman hukum
PARIWISATA
Industri perjalanan adalah segala sesuatu yang menyinggung, untuk pergi
untuk pengalihan, perjalanan, dan hiburan, dilakukan dengan sukarelawan dan
bersifat sementara dan ditegakkan oleh berbagai instansi dan administrasi yang
diberikan oleh daerah, visioner bisnis, pemerintah dan legislatif lingkungan (KBBI
2012, UU N° 10 tahun 2009). Industri perjalanan, dilakukan, secara umum, telah
meningkatkan harapan, agama dan kualitas, budaya, kebebasan dasar, administrasi
penawaran, untuk individu, dan menjamin kombinasi antar daerah.
Menurut Spillane (1991) ada enam jenis industri perjalanan, yaitu industri
perjalanan yang menghargai perjalanan, industri perjalanan olahraga, industri
perjalanan sosial, industri perjalanan, olahraga, dan bisnis industri perjalanan.
pertukaran diskon, dan industri perjalanan untuk keamanan alam. Industri
perjalanan wisata (delightthetravelindustry) adalah jenis industri perjalanan yang
dilakukan oleh orang-orang mulai dari meninggalkan rumah untuk berlibur,
mencari udara bersih baru, menikmati keindahan alam hingga menikmati dongeng
di luar angkasa. , Menghargai hiburan, dll. Industri perjalanan untuk pemulihan
(pembangunan kembali area) adalah semacam industri perjalanan yang dilakukan
oleh individu yang membutuhkan hari libur dari pekerjaan untuk pemulihan, untuk
memulihkan kesehatan fisik dan dunia lain, menyegarkan lelah dan lelah.
Socialthetravelindustry (socialthetravelindustry) adalah semacam industri
perjalanan yang digambarkan oleh sekumpulan inspirasi seperti kerinduan untuk
belajar dalam fokus pengajaran dan eksplorasi untuk mengenal setiap inci, inci,
gaya hidup negara lain, dan sebagainya jenis industri perjalanan untuk
tujuan olahraga (sport thetravelindustry) dengan tujuan akhir permainan dan
dikoordinasikan kepadanya bahwa ia perlu berlatih sendirian. industri perjalanan
untuk pertukaran yang sangat besar (bisnis industri perjalanan) adalah semacam
industri perjalanan yang merupakan komponen unggulan kebebasan yang
dimanfaatkan oleh para pelancong yang memanfaatkan energi yang ada untuk
menjadi Wisatawan untuk hiburan hanya dengan mengunjungi berbagai atraksi,
industri perjalanan untuk asuransi alam adalah semacam industri perjalanan yang
dilakukan dari seseorang dengan tujuan latihan perasaan jaminan alam
KORPORASI
Korporasi sebagai suatu badan hokum hasil ciptaan hokum tentu nya
mempunyai hak dan kewajiban sebagai manahal nya manusia. Tatanan yang di
ciptakan oleh hokum itu baru menjadi kenyataana pabila kepada subjek hokum
diberihak dan dibebanikewajiban.Ketika subjek hokum itu diberi hak maka iapun
secara tidak langsung sudah di bebani oleh kewajiban atau sebaliknya, tidak lah
mungkin ada nya kewajiban bila subjek hokum tidak mempunyai haknya. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai korporasi sebagai suatu badan hukum, adabaiknya
menyimak beberapa pendapat di bawah ini :
Sudikno Mertokusumo, menjelaskanapa yang dimaksud dengan badan hokum adalah
organisasi atau kelompo kmanusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat
menyandang hak dan kewajiban.
Penulisan istilah korporasi mulai terlihat pada tahun 1997 dalam UU Psikotropika. Hal
ini di pengaruhi oleh Konsep KUHP (baru) 1991/1992 sebagai iusconstituendum dalam
Pasal 146 yang menyatakan korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dana tau
kekayaan, baik merupakan badan hokum atau bukan.Menurut I GedeWidhianaSuarda, ia
mengatakan korporasi dapat di jadikan subjek hokum pidana internasional dengan
alasan :
1. Korporasi dapat dijadikan sarana untuk mencari keuntungan dan
Pada akhirnya di gunakan sebagai sumber dana suatu kejahatan internasional.
Artinya, keuntungan suatu korporasi ditujukan untuk mendanai kejahatan
internasional, seperti terorisme, kejahatan perang, genosida, danse bagainya. Dalam
hal ini, korporasi tersebut pada umum nya berstatus legal serta menjalankan usaha
sebagai mana layaknya korporasi legal padaumumnya. Selain di gunakan sebagai
sarana untuk mendanai kejahatan internasional, korporasi dapat dijadikan sebagai
tempat atau sarana untuk mencuciuang (money laundering) hasil-hasil kejahatan
internasional, misalnya mencuci uang korupsi, perdagangan narkotika dan
sebagainya. Artinya korporasi dapat di dirikansecara legal serta melakukan kegiatan
dengan legal pula, tetapi itu hanya sebagai kedok untuk mencuci uang dari hasil
tindak pidana internasional yang dilakukannya.
2. Korporasi dapat menjadi pelaku tindak pidana internasional, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai contohnya adalah ketika terjadi pembantaian
etnis (genosida) di Rwanda, ternyata ada beberapa korporasi, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung ikut berperan dalam mengobarkan semangat
pembantaian tersebut. Dalam masa pembantaian tersebut beberapa media massa
Rwanda telah ikut mamainkan peran penting “memuluskan” kejahatan yang
dilakukan. Karena itu, wajar apa bila korporasi dapat dijadikan sebagai subjek
hokum pidana internasional.
3. Perkem bangan dalam teori hukum (dan hokum pidana khususnya) telah
menempatkan korporasi sebagai subjek hokum sebagaimana
Manusia atau individu. Hampir semua negara di dunia telah
Menempatkan korporasi juga sebagai subjek hokum dalam sistem hokum
pidananya, termasuk Indonesia. Memang pada awal Kemunculan fenomen
akorporasi sebagai subjek hokum pidana telah Ditentang dan dikritikbanyak
orang. Namun demikiansaatini, keberadaan korporasi sebagai pelaku tindak
pidana atau sebagai subjek hokum pidana sudah tidak terbantahkan lagi.Dari sisi
EKOWISATA
sebagian besar terbatas pada kontribusi yang dimilikinya.Perusahaan adalah
"elemen atau hubungan yang sah dari beberapa organisasi yang diawasi dan bekerja
sebagai organisasi yang sangat besar; kumpulan individu atau kekayaan yang
terkoordinasi, terlepas dari apakah elemen yang sah atau elemen yang tidak sah".
Dalam EncyclopediaofEconomics, Finance andCommerce, sebuah organisasi
dicirikan sebagai: di bawah hukum suatu negara yang menjalankan bisnis atau
latihan atau mengambil bagian dalam latihan hukum lainnya. Badan ini dapat
dibingkai untuk waktu yang cukup lama atau untuk jangka waktu yang terbatas,
memiliki nama dan kepribadian yang dengannya nama dan karakter tersebut dapat
ditangani di pengadilan, dan memenuhi syarat untuk mencapai pengaturan yang
bergantung pada kesepakatan dan keinginan semua orang lain. melakukan kapasitas
yang dapat dilakukan seseorang di bawah hukum suatu negara. Sebagai aturan
umum, organisasi dapat berupa asosiasi pemerintah, semi-pemerintah atau swasta.
Seperti yang ditunjukkan oleh I Gede Widhiana Suarda, dia mengatakan bahwa
organisasi dapat bergantung pada hukum pidana di seluruh dunia karena alasan
berikut:
akhirnya digunakan sebagai sumber aset untuk kejahatan di seluruh dunia. Artinya,
manfaat kemitraan diharapkan untuk mendanai kesalahan global, seperti perang
psikologis, kekejaman, pembantaian, dll. Untuk situasi ini, perusahaan
5. Sejauh
am Kurnianto (2008) juga menemukan bahwa mengembangkan industry dan pari
wisata berkelanjutan yang mempertimbangkan pertimbangan ekonomi, social
budaya dan lingkungan kedalam proses pengambilan keputusan manajemen di
semua komponen industripariwisata.
Dengan cara ini, penilaian produk yang tidak memiliki pasar selesai. Barang dagangan ini
adalah produk yang diciptakan oleh aset normal dan iklim, seperti tujuan liburan
(Adrianto, 2006). Penilaian keuangan dari aset karakteristik dan bantuan ekologi sangat
penting. Salah satu administrasi ekologi adalah alam industri perjalanan. Sifat industri
perjalanan adalah gerakan memanfaatkan aset biasa yang tidak hanya memusatkan aset
Oleh karena itu, asosiasi atau perusahaan harus memiliki pilihan untuk menjadi subjek
hukum dunia sama seperti ditolak berdasarkan hukum pidana global.
PengembanganWisataPesisirBerkelanjutan
Wisata air dapat di bagi menjadi dua bagian (Hall, 2001), yaitu wisata pantai dan
wisata bahari.Wisata pantai meliputi kegiatan pantai dan rekreasi seperti berperahu,
memancing, snorkeling, dan menyelam, sedangkan wisata bahari mengarah pada
air laut, seperti memancing di laut dalam dan kapal.Pengembangan kawasan wisata
merupakan alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan potensi ekonomi
maupun upaya konservasi. Pengembangan kawasan wisata di lakukan melalui
penataan secara terpadu berbagai potensi dan sumber daya alam dan
hayati.Selanjutnya akan di kembangkan model pengelolaan kawasan wisata
berbasis perlindungan lingkungan (Ramly, 2007 dalam Kurnianto, 2008). Gunawan
dkk. (2000) dal
KerangkaPemikiranTeoritis
KerangkapemikiranteoritisdalampenelitianiniterdiridariteoriIndivual Travel
Cost Method (ITCM) dandayadukungkawasanwisat
Biaya perjalanan di gunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari penggunaan
barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilai fasilitas rekreasi. Biaya perjalanan
ini dapat dipakai sebagai pasar dari suatu lingkungan (Adriantoet al, 2004). Jumlah biaya
perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang di habiskan
untuk perjalanan dari rekreasi tersebut.
Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan
dalam menujudkan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh jarak wisata wan
ketempat wisata,
Akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan
yang lebih dekat dengan lokasi wisata tentuakan lebih sering berkunjung ketempat wisata
tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan
yang dikeluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh
dengan biaya perjalanan yang besarakan mendapatkan surplus konsumen yang rendah,
begitu pun sebaliknya (Igunawati, 2010).
Fungsi permintaan yang dibangun dalamTravel Cost Method (TCM) memerlukan sumsi
dasar agar penilaian tersebut tidak bias. Menurut GrigalunasdanCongar (1995) dalam
Adriantoet al. (2004), pendekatan TCM di dasarkan pada dua asumsi penting, yaitu
pengunjung menempuh perjalanan dengan satu tujuan dan pengunjung tidak mendapat
manfaat tertentu selama perjalanan, kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju.
Pendekatan TCM dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dapat digunakan
dalam beberapa konteks kebijakan seperti manfaat ekonomi apa yang dihasilkan dari
pengingkatan kualitas lingkungan dari pembangunan lokasi baru dan seberapa besar
biaya
Biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari penggunaan
barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilaifasilitas rekreasi. Biaya perjalanan ini
dapat di pakai sebagai penggantini lai pasar dari suatu lingkungan (Adriantoet al, 2004).
Jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengann ilaiuang yang
dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut.
Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang di korbankan oleh para
wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisatat tersebut. Semakin jauh jarak
wisatawan ketem patwisata, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata
tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi wisata tentuakan lebih sering
berkunjung ketempat wisata tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang
tercermin pada biaya perjalanan yang di keluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang
berasal dari tempat yang jauh dengan biaya perjalanan yang besarakan mendapatkan
surplus konsumen yang rendah, begitu pun sebaliknya (Igunawati, 2010).
Fungsi permintaan yang dibangun dalam Travel Cost Method (TCM) memerlukana sumsi
dasar agar penilaian tersebuttidak bias. Menurut Grigalunas danCongar (1995) dalam
Adriantoet al. (2004), pendekatan TCM di dasarkan pada dua asumsi penting, yaitu
pengunjung menempuh perjalanan dengan dan pengunjung tidak mendapatt manfaat
Ekonom iyang timbul akibat penutupan sebuah lokasi pantai dari kegiatan pariwisata
akibat berubah nya kualitas lingkungan.
Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi
berdasarkan TCM (Fauzi, 2006), teknik tersebut adalah:
1. Pendekatansederhanamelaluizonasi
2. PendekatanIndividual Travel Cost Method (ITCM) denganmenggunakan
data sebagianbesardarisurvei.
di mana:
Vij : jumlah kunjungan oleh individui ketempat j
Cij:biaya perjalanan yang di keluarkan oleh individui untuk mengunjungi
lokasi j
Tij:biaya waktu yang di perlukan oleh individuI untuk mengunjungi lokasijQij :persepsi
respon den terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi
Sij:karakteristik substitusi yang mungkinada di tempat lain Mi:pendapatan individui Nilai
ekonomi wisata di estimasimelaui surplus konsumen
Daya dukung kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini
perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan,
sehingga kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya.
Menurut Knudson (1980), hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan
rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
pola penggunaan.
kegiatan wisata, daya dukung lingkungan mempunyai tiga elemen yang harus
diperhatikan, yaitu elemen ekologis yang terkait dengan lingkungan alamiah destinasi
wisata; sosiokultural, terkait dengan dampak wisata terhadap masyarakat dan budayanya;
serta fasilitas yang terkait dengan kebutuhan wisatawan. Batasan daya dukung untuk
jumlah wisatawan merupakan jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas
sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Daya tampung dan pengembangan
fasilitas sebaiknya menperhatikan daya dukung sebagai batas pemanfaatan. Daya dukung
kawasan untuk aktivitas wisata dirumuskan sebagai berikut (Yulianda, 2007):
Pulau Pari memiliki panorama alam dan bawah laut yang sangat indah. Kondisi perairan
yang bersih dan berpasir putih dengan kemiringan pantai yang landai sangat mendukung
bagi kegiatan wisatas norkling dan wisata pantai. Keberadaan Pantai Pasir Perawan yang
saat ini menjadi Wisata unggulan Pulau Pari merupakan salah satu daya tarik bagi
wisatawan. Hal ini mengakibatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari
semakin meningkat.
Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Parisaat ini belum menerapkan konsep wisata
berwawasan lingkungan, seperti pengaturan jumlah pengunjung/jumlah trip yang di
sesuaikan dengan daya dukung kawasan. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat
Pulau Pari yang juga merupakan tempat penelitian dan konservasi terumbukarang. Oleh
karena itu, Pulau Pari harus tetap terjaga kelestariannya.
Lokasi wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata
(IKW) untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai yang kemudian dihitung daya
dukung nya. Berdasarkan aktivitas wisata tersebut kemudian dilakukan estimasinilai
ekonomi wisata menggunakan metode biaya
Gambar 2
PengembanganKawasanPulauParisebagai Daerah
TujuanWisata (DTW) di KepulauanSeribu, DKI Jakart
PeningkatanJumlahKunjunga
Potensiekono
PotensiWisat mi
a
PotensiOver Carrying
Cappacity
Nilaiekonomi Dampak
wisata wisata
AnalisisIndeksKesesu
aian Wilayah
Kontribusi
SektorPari
DayaDukungKawa wisataterh
santerhadapAktivit adapPengh
TidakSesuai asWisata asilanMas
yarakat
Sesuai
perumahan, walaupun pengembangan Pulau Pari saat ini lebih mengarah pada
wisata. Hal ini terjadi karena usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami
penurunan[ CITATION DIR12 \l 1057 ]
PELAKSANAAN (Bulanke-)
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Persiapan:
mengurus izin,
menentukanrencana
kerjadanpembagian
tugas,
menyusun format
pengumpulandata
2 Pengumpulan
Data
3 Analisis
danpenafsiranData
4 Pengambilan
kesimpulan
5 Diskusitim,
diskusidenganpeer
group,
penyusunanlaporan
6 Seminar
Hasilpenelitian
7 Penggandaan
danpengirimanlapor
an
8 Penyusunanartikelil
miah
DAFTAR PUSTAKA
BUKAN PESONA INDONESIA - Di BalikBisnisPariwisata
https://www.youtube.com/watch?v=aQwCgdqGfQU&t=348s