Anda di halaman 1dari 10

WETLAND ECOEDUPARK sebagai Pionir Pariwisata

Lahan Basah

( Eka Dahliani Nim. A1C515035 )


( Miranti Diah Prastika Nim. A1C415051 )
( M. Feyzar Rif’at Nim. A1C415053 )

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARMASIN
2017
LEMBAR ORISINALITAS MIND GATHERED 2017

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama ketua : Eka Dahliani

NIM : A1C515035

Asal Universitas : Universitas Lambung Mangkurat

Judul Karya : WETLAND ECOEDUPARK sebagai Pionir Pariwisata


Lahan Basah

Menyatakan bahwa tulisan yang kami kirimkan merupakan hasil karya


kami sendiri dan dapat dipublikasikan di saat pelaksanaan MIND Gathered 2017.
Segala kutipan dalam bentuk apapun telah mengikuti kaidah dan etika yang
berlaku. Mengenai isi dari tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Bukan
pelaksana MIND Gathered.

Demikian Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh


kesadaran.

Banjarmasin, 19 November 2017

(Eka Dahliani)
NIM. A1C515035
WETLAND ECOEDUPARK sebagai Pionir Pariwisata Lahan Basah

Indonesia adalah negara kepulauan terluas di dunia yang terdiri dari


daratan dan perairan. Luas daratan di Indonesia adalah 1.919.440 km2 yang
menempatkan Indonesia sebagai negara ke-15 terluas di dunia dan juga memiliki
luas wilayah perairan sebesar 3.257.483 km2 km. Berdasarkan data tersebut
terlihat bahwa perbandingan antara luas wilayah daratan dan perairan yaitu 1:3.
Dengan luas wilayah perairan 3 kali lipat dari wlilayah daratan mengindikasikan
bahwasanya Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang sangat besar.
Adapun perairan tersebut terdiri dari laut, samudra, sungai, danau, rawa, selat dan
teluk.

Sebagai negara yang memiliki potensi perairan yang besar, perlu adanya
suatu hubungan atau kerja sama dalam melindungi dan mengoptimalkan sumber
daya perairan. Melalui Konvensi Ramsar, berbagai negara salah satunya Indonesia
berkomitmen pada perlindungan sumber daya alam yaitu lahan basah untuk
melindungi dan memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam hayati yang
ada di dalamnya.

Restorasi di Daerah Lahan Basah

Lahan basah adalah “daerah berawa, payau, gambut atau perairan alami
atau buatan yang tertutup air yang tergenang atau mengalir secara tetap atau
sementara oleh air tawar, payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut yang
kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada saat air surut”. Lahan basah juga
mencakup “pinggiran aliran sungai atau zona-zona pesisir yang berdekatan
dengan lahan basah, dan dengan pulau-pulau atau bagian-bagian perairan laut
yang kedalamannya lebih dari enam meter pada saat air surut dan berada di lahan
basah”. [1]

Indonesia memiliki lahan basah terluas di Asia, pada awalnya mencapai


sekitar 42,6 juta ha.

[1] KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1991


Ada dua tipe lahan basah, yaitu lahan basah alami dan lahan basah buatan. Lahan
basah alami terdiri dari hutan mangrove, rawa gambut, rawa air tawar, padang
lamun, terumbu karang dan danau/situ.

Lahan basah buatan terdiri dari sawah, kolam, tambak. Total luas lahan basah
alami pada awalnya di Indonesia adalah 3 juta ha dan lahan basah batan 11 juta
ha. Dari total luas lahan basah tersebut sekitar 5.222.029 ha (atau kurang dari
50%) merupakan kawasan konservasi lahan basah yang tersebar di bagian timur
Sumatera, Kalimanta, Sulawesi, Jawa, Maluku sampai Papua[2]

Melimpahnya sumber daya yang dimiliki Indonesia dari sumber daya di


daratan dan di perairan tidak menjamin Indonesia menjadi negara yang sejahtera.
Faktanya masih ada 122 wilayah yang digolongkan menjadi daerah tertinggal,
terdepan, terluar (3T) dari seluruh wilayah di Indonesia. Kurangnya pemanfaatan
sumber daya secara optimal menyebabkan masyarakat yang tergolong ke dalam
daerah 3T masih mengalami ketimpangan dari bebagai aspek seperti
kesejahteraan, keamanan, ekonomi, pendidikan, dll.

Potensi Daerah sebagai pendongkrak ekonomi

Provinsi Kalimantan Selatan, terletak antara 1°21'-4°10' lintang selatan


dan 114°19'-116°33' bujur timur. Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mencakup
areal seluas 36.535 kilometer persegi. Tata guna lahan wilayah Provinsi
Kalimanan Selatan meliputi areal hutan seluas 17.427 kilometer persegi. Dengan
populasi penduduk 3.626.119 orang (BKKPN, 2010). Salah satu daerah di
provinsi Kalimantan Selatan yang termasuk ke dalam golongan wilayah 3T yaitu
Kabupaten Hulu Sungai Utara, tepatnya di kecamatan Danau Panggang. Secara
geografis, Kecamatan Danau Panggang terletak pada ruang lingkup koordinat 20
sampai dengan 30 Lintang Selatan dan 1150 sampai dengan 1160 Bujur Timur.

[2] Wetland International - Indonesia Programme. 2002. Warta Konservasi Lahan Basah. Vol.
14 : 4. Bogor.
Jarak kecamatan Danau Panggang dari pusat pemerintahan Kabupaten
Hulu Sungai Utara sekitar 12,7 km, serta jarak dari pusat Ibukota Kalimantan
Selatan sejauh 184,9 km

Kearifan lokal disetiap daerah memiliki keunikannya tersendiri yang


membuat masing-masing daerah memiliki keindahan, kebanggaan dan daya
tariknya. Tak terkecuali pada kecamatan Danau Panggang. Danau Panggang
terkenal dengan hamparan rawa yang luas serta kerbau rawanya. Wilayah rawa
pada kabuaten HSU memiliki luas sebesar 98% dari seluruh wilayahnya serta
Kecamatan Danau Panggang memiliki luas wilayah 25% dari luas total kabupan
HSU. Hal tersebut menjadikan kecamatan Danau Panggang menjadi wilayah
terluas di abupaten HSU, kerbau rawa tersebut merupakan kerbau rawa milik para
peternak setempat. Selain sulitnya sarana dan prasarana menuju daerah ini,
kurangnya pemanfaatan kearifan lokal setempat menyebabkan daerah ini kurang
dilirik baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Padahal potensi wisata
alam yang begitu besar sangat ditawarkan oleh daerah ini. Maka dari itu
diperlukan suatu rancangan terhadap pemanfaat kearifan lokal di Kecamatan
Danau Panggang yang efektif dan efisien agar mampu membantu memajukan
kecamatan Danau Panggang menjadi daerah yang berdaya saing.

Berbagai fakta dari masyarakat sekitar nyatanya selaras dengan data yang
dikemukakan Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Hulu
Sungai Utara bahwa terdapat sejumlah objek wisata di kabupaten HSU
namun tidak banyak menarik wisatawan. Objek wisata tersebut terdiri dari
wisata alam, wisata buatan, wisata religius, dan wisata sejarah/budaya.
Objek-objek wisata itu antara lain Situs Candi Agung, Pasar Kerajinan,
Waterboom Amuntai, Masjid Jami Sungai Banar, Makam Syaikh Sayid Sulaiman,
Pasar Itik Alabio, Padang Golf Air Tawar, Taman Puteri Junjung Buih,
Masjid Waringin Asy-Syuhada, Masjid Pandulangan dan Makam
Haji Hasbullah Yasin.
Dari sekian banyak objek wisata yang disuguhkan di HSU, terlihat bahwa
tidak ada wisata yang memanfaatkan rawa lebak sebagai objek wisata. Padahal
luas rawa lebak di kabupaten Hulu Sungai Utara mencapai 98 % dari luas total
kabupaten. Oleh karena itu perlu dicari sebuah konsep sebagai solusi dari
permasalahan tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan
pendayagunaan lahan basah salah satunya rawa lebak, guna meningkatkan
pendapatan daerah, membuka lapangan pekerjaan dan mewujudkan enterpreneur
muda kreatif dalam mengoptimalkan potensi daerah sehingga tercipta masyarakat
yang sejahtera.

Dengan demikian, kami menggagas suatu konsep Ecoedupark di


kecamatan Danau Panggang sebagai solusi yang tepat pada permasalahan yang
ada.

Wetland Ecoedupark

Wetland Ecoedupark adalah suatu taman tematik alam yang dibangun


untuk melestarikan serta mengenalkan kearifan lokal yang dikemas dalam bentuk
wisata lahan basah

Di Indonesia sendiri, hingga saat ini ecoedupark hanya terdapat di


Universitas Riau. Konsep ecoedupark yang terdapat di Universitas Riau berbasis
konservasi flora. Tidak jauh berbeda dengan konsep yang kami paparkan, wetland
ecoedupark menawarkan inovasi pemanfaatan dan pelestarian flora dan fauna di
lahan basah terutama kerbau rawa (bubalus bubalis carabanesis) sebagai wisata
edukasi berbasis kearifan lokal.

Segala mekanisme pembentukan Wetland Ecoedupark melibatkan


stakeholder mulai dari masyarakat hingga pemerintah daerah guna
memberdayakan masyarakat lokal untuk meningkatkan pendapatan daerah,
membuka lapangan pekerjaan dan mewujudkan enterpreneur muda kreatif dalam
mengoptimalkan potensi daerah sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera.

Untuk merealisasikan konsep Wetland Ecoedupark ada beberapa metode


yang akan diterapkan,
1. Pembentukan Pokdarwis

Pokdarwis merupakan kependekan dari Kelompok Sadar Wisata yang


berisi perkumpulan pemuda desa yang mengelola potensi wisata desa. Menurut
buku Panduan Kelompok Sadar Wisata (2012: 17) maksud dari pembentukan
kelompok sadar wisata adalah mengembangkan kelompok masyarakat
yang dapat berperan sebagai motivator, penggerak serta komunikator dalam
upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian masyarakat di sekitar
destinasi pariwisata agar dapat berperan sebagai tuan rumah yang baik, serta
memiliki kesadaran akan peluang dan nilai manfaat yang dapat
dikembangkan dari kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat.

Kelompok Sadar Wisata yang akan dibentuk kami beri nama


“POKDARWIS BBC”. Proses pembentukan Kelompok Sadar Wisata BBC
kecamatan Danau Panggang dibentuk oleh instansi terkait di bidang
Kepariwisataan, yaitu Disporabudpar Hulu Sungai Utara seperti digambarkan oleh
skema berikut ini:

a. Dinas Pariwisata Provinsi berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kab/


Kota untuk membentuk Pokdarwis dengan menggalang inisiatif ke
masyarakat di desa untuk membentuk Pokdarwis; atau inisiatif
dapat muncul dari Dinas Pariwisata kab/ kota menggalang inisiatif ke
masyarakat di tingkat desa untuk membentuk Pokdarwis.
b. Kepala Desa/ Lurah memfasilitasi pertemuan antara warga masyarakat
dengan Dinas Pariwisata untuk membentuk Pokdarwis.
c. Hasil pembentukan Pokdarwis dilaporkan ke Kecamatan untuk selanjutnya
diteruskan dan dicatat oleh Dinas Pariwisata Provinsi/Kabupaten/ Kota se-
tempat untuk mendapatkan pengesahan dan pembinaan lebih lanjut.
d. Pengukuhan Pokdarwis dilakukan oleh Bupati atau Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi pariwisata (kemenpar, 2012).

2. Sosialisasi dan Pembuatan Rancangan Wetland Ecoedupark kepada


POKDARWIS dari Pemerintah
Setelah terbentuk Pokdarwis BBC kecamatan Danau Panggang, diperlukan
sosialisasi dari pemerintah atau dinas terkait untuk realisasi Wetland Ecoedupark.

3. Pembangunan Wetland Ecoedupark

Wetland Ecoedupark merupakan inovasi pembangunan taman berbasis


lahan basah di wilayah rawa sebagai wisata edukasi guna memaksimalkan potensi
di wilayah Danau Panggang dengan memanfaatkan kearifan lokal yaitu kerbau
rawa.

Rancangan pembangunan Wetland Ecoedupark terdiri dari beberapa


fasilitas yaitu :

a. Kantor Pokdarwis

Fungsi kantor Pokdarwis yaitu sebagai ekretariat serta pusat pelayanan


informasi bagi wisatawan.

b. Sepeda air

Sepeda air merupakan salah satu fasilitas transportasi pagi pengunjung


untuk mengeliling daerah taman kerbau rawa. Wisatawan dapat menikmati
keindahan rawa yang disuguhkan disekitar taman.

c. Tematik kerbau rawa

Fasilitas ini memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk


mengetahui kehidupan kerbau rawa secara langsung. Dimulai dari cara
memandikan, memberi pakan, memerah susu kerbau rawa hingga ikut serta dalam
mengolah pernak-pernik oleh-oleh khas dari Hulu Sungai Utara.

d. Maskot kerbau rawa

Maskot kerbau rawa yang terletak di tengah taman merupakan identitas


kearifan lokal daerah Danau Panggang. Pengunjung diperbolehkan untuk
mengabadikan momen foto di area ini.

e. Spot foto instagramable


Tempat ini dirancang khusus untuk mengabadikan momen dalam bentuk
foto dengan spot-spot yang menarik sesuai dengan ciri khas daerah tersebut. Ciri
khas daerah rawa yaitu penggunaan perahu kecil bagi para peternak dan juga
banyaknya tumbuhan teratai dan eceng gondok.

f. Pusat oleh-oleh khas Hulu Sungai Utara

Toko pusat oleh-oleh memudahkan pengunjung untuk membeli oleh-oleh


khusunya khas Danau Panggang, Hulu Sungai Utara dan oleh-oleh khas
Kalmantan Selatan pada umumnya. Seperti tas, dompet, topi dari eceng gondok,
abon Itik, anyaman tikar dari daun purun, susu kerbau rawa, olahan susu kerbau
dan lain-lain.

g. Kedai khas Hulu Sungai Utara

Kedai khas HSU menyediakan berbagai makanan khas Kabupaten Hulu


Sungai Utara, seperti itik tanpa tulang, udang galah panggang, balibis panggang,
dendeng kerbau dan lain-lain.

h. Mushola & Toilet

Mushola dan toilet merupakan fasilitas wajib yang harus ada di tempat
umum seperti di tempat wisata ini.

Dari perencanaan pembangunan Wetland Ecoedupark yang di dalamnya


terdapat wisata edukasi juga promosi kerajinan lokal daerah, diharapkan mampu
menjadi solusi pemanfaatan potensi lokal sebagai pendongkrak ekonomi daerah.

4. Promosi Wisata

Langkah terakhir yaitu promosi wisata. Promosi merupakan hal yang


penting pada bagian pemasaran. Dalam usaha mempopulerkan objek wisata
Wetland Ecoedupark, diperlukan promosi yang menarik, efektif dan terorganisir
sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Adapun cara-cara
yang bisa dilakukan untuk mempromosikan Wetland Ecoedupark ini dapat
diimplementasikan dengan berbagai cara sebagai berikut, yaitu :
1. Pembuatan website resmi tentang objek wisata Wetland Ecoedupark yang
dikelola oleh Humas Pokdarwis sebagai sarana wisatawan untuk
megetahui berbagai fasilitas yang tersedia.

2. Pembuatan akun media sosial yang dikelola oleh Humas Pokdariwis


sebagai sarana pencitraan objek wisata Wetland Ecoedupark

3. Pembuatan brosur yang berisi daftar paket wisata yang bisa dipilih oleh
wisatawan.

Berdasarkan konsep di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan


melimpahnya potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia, mulai dari sumber
daya yang dapat diperbaharui sampai yang tidak dapat diperbaharui harus dikelola
dan diberdayagunakan dengan baik dan sebijak mungkin demi menciptakan
masyarakat yang sejahtera. Selain itu diperlukan dukungan penuh dari berbagai
lapisan masyarakat mulai warga lokal hingga pemerintah daearah demi
terwujudnya konsep wetland ecoedupark ini. Dengan diterapkannya konsep ini,
diharapkan mampu memberikan solusi bagi masyarakat lokal dan pemerintah
daerah dalam upaya pemanfaatan potensi daerah sekaligus meningkatkan
perekonomian daerah.

Anda mungkin juga menyukai