Anda di halaman 1dari 137

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan sektor pariwisata di Indonesia

melalui kementerian pariwisata sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang

Pariwisata Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, tentang pedoman penyusunan

rencana induk pembangunan kepariwisataan di tingkat provinsi dan Kabupaten/kota.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan

pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan serta mendorong

pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan destinasi dan daya tarik

wisata yang di miliki Indonesia. Oleh karena itu, di Indonesia saat ini, kegiatan promosi

pariwisata menjadi program prioritas pemerintah pusat maupun pemerintah regional.

Pemasaran pariwisata nasional menjadi agenda kerja prioritas yang di tugaskan

ke pemerintah, khususnya bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kunjungan wisatawan di suatu destinasi/daya tarik wisata secara signifikan akan dapat

memberikan pengaruh yang baik dalam aspek perekonomian daerah tersebut. Semakin

meningkat jumlah wisatawan yang berkunjung, maka semakin meningkat pula kualitas

perekonomiannya, khususnya Anggaran Pendapatan Daerah dan serta meningkatkan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari

upaya pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dengan harapan

1
2

beberapa tahun terakhir ini kunjungan wisatawan akan semakin meningkat. Terlebih

lagi dengan dibukanya beberapa penerbangan langsung ke Indonesia, maka semakin

meningkat pula wisatawan yang akan datang.

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi dengan luas keseluruhan

mencapai 20.153,20 km2 yang terletak antara 115046’-11905’ Bujur Timur dan 8010’-

905’ Lintang Selatan. Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau

Lombok dan Pulau Sumbawa dan serta juga ratusan pulau-pulau kecil lainnya. Pulau

Lombok sendiri memiliki luas satu per-tiga bagian dari keseluruhan luas Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB), yaitu sekitar 4.739,30 km2. Pulau Lombok merupakan salah

satu pulau yang terletak disebelah Pulau Bali dan merupakan salah satu pulau yang

berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki daya tarik wisata yang

cukup terkenal mulai dari wisata budaya, wisata bahari, wisata religi, dan wisata alam

serta lainnya. Secara administrasi Pulau Lombok terbagi menjadi empat wilayah

administrasi dan satu kota Madya yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat,

Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok

Tengah.

Kabupaten Lombok Tengah memiliki kekayaan alam dan tradisi budaya yang

masih sangat terjaga yang kemudian dijadikan sebagai peluang destinasi wisata yang

disiapkan oleh pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk

mendukung dari putusan sebagai Kabupaten pariwisata. Hal ini pula di jadikan sebagai

landasan pembagian pengembangan zonasi pariwisata untuk mempermudah

pengelolaan dan pembagian jenis pengembangan destinisi wisata yang terbagi menjadi
3

tiga zonasi yaitu: zonasi kawasan wialayah utara yang dikembangkan sebagai wilayah

yakni kawasan berbasis ekowisata, zonasi kawasan wilayah tengah yang berbasis

sebagai wilayah industri serta pelayanan umum skala Kabupaten dan tumbuh sebagai

wilayah daya tarik wisata budaya, dan yang terakhir zona selatan bagian pesisir dan

pengembangan kawasan pantai yang dilakukan dengan strategi konservasi. Penentuan

zonasi wilayah ditujukan untuk mempermudah tata kelola dan pembagian klasifikasi

jenis destinasi wisata yang akan dikembangkan.

Kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Lombok Tengah mulai menunjukan

keseriusan dalam mengembangankan sektor pariwisata dengan membuat perencanaan

jangka menengah melalui perumuskan dan menetapkan Kabupaten Lombok tengah

sebagai Kabupaten pariwisata. Pembentukan dan penetapan perencanaan jangka

menengah, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Lombok Tengah

(2022) mencatat peningkatan dan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mulai dari

tahun 2017-2021 mengenai jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara

yang menginap di kabuapten Lombok Tengah dari tahun 2017 sampai dengan tahun

2021 yang mengalami pertumbuhan maupun penurunan yang fluktuatif, pada tahun

2018 dengan tingkat penurunan sebesar 27,01 persen untuk wisatawan domestik dan

penurunan sebesar 18,47 persen untuk wisatawan mancanegara; pada tahun 2019

mengalami penurunan untuk wisatawan domestik sebesar 19,95 persen namun

mengalami pertumbuhan kunjungan untuk wisatawan mancanegara sebesar 14,81

persen; selanjutnya pada tahun 2020 wisatawan domestic mengalami penurunan

sebesar 59,9 persen dan untuk wisatawan mancanegara menurun juga sebesar 77,96
4

persen; dan pada tahun 2021 kunjungan wisatawan domestik mengalami pertumbuhan

sebesar 42,85 persen akan tetapi untuk wisatawan nusantara mengalami penurunan

sebesar 83,2 persen.

Selanjutnya, melalui Pokdarwis, atau kelompok masyarakat yang fokus pada

pariwisata, keputusan zonasi diantisipasi untuk memudahkan koordinasi dan

identifikasi sumber daya masyarakat lokal untuk pertumbuhan pariwisata. Melalui

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pokdarwis kemudian berperan sebagai

penyelenggara pariwisata di tingkat daerah tujuan wisata, mengembangkan sumber

daya manusia yang dampaknya dapat dilihat oleh masyarakat setempat dari segi

ekonomi, sosial, dan budaya. Dari 175 desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah,

terdapat 56 desa wisata yang telah mendapatkan SK (Keputusan) dari Bupati,

diantaranya Desa Wisata Sasak Ende. Desa-desa wisata tersebut telah didaftarkan

melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Tengah. Di Kabupaten

Lombok Tengah terdapat 56 pemukiman wisata, dimana salah satunya adalah Desa

Wisata Sasak Ende.

Desa Wisata Sasak Ende adalah salah satu desa wisata yang derada di Dusun

Piang – Tansang-ansang, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut dengan jumlah penduduk

sebanyak 35 Kepala Keluarga, 135 Jiwa yang sebagian besar berprofesi sebagai Petani

dan Berternak (Surahman, 2020). Desa Wisata Sasak Ende menjadikan keunikan adat

tradisi budaya sasak sebagai potensi wisata seperti bangunan rumah tradisional,

lumbung padi, bale jajar, serta tarian-tarian tradisional yang masih dijaga. Di samping

itu, dalam melaksanakan keseharian masyarakat Desa Wisata Sasak Ende juga
5

mempertahankan tradisi keseharian seperti halnya menjunjung tinggi kekeluargaan dan

suatu pekerjaan yang dikerjakan secara gotong-royong (Surahman, 2020). Masyarakat

Desa Wisata Sasak Ende memiliki peran yang berbeda dalam pengembangan sektor

pariwisatanya. Mulai dari wanita sebagai pengrajin tenun, kain sasak yang diproduksi

dengan menggunakan alat tenun yang masih sederhana. Setiap kain tenun yang

dihasilkan dari setiap kerajinan tenun di desa Sasak Ende. Kain yang diproduksi dan

dijual dalam satu wadah kooperasi yang di kelola secara kekeluargaan dengan harga

yang ditawarkan bervariatif mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung

dari jenis kain. Sedangkan kaum pria berperan sebagai pemandu wisata lokal yang

memberikan pelayanan kepada setiap wisatawan yang datang di Desa Wisata Sasak

Ende.

Desa Wisata Sasak Ende dijadikan sebagai desa wisata yang sudah di sahkan

berdasarkan SK Desa Sengkol serta Berdasarkan SK Gubenur Nomer 050.13-366

Tahun 2019 tentang penetapan 99 lokasi Desa wisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2019-2023. Seiring dengan proses perkembangan Desa Wisata Sasak Ende yang

mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, tentunya mengalami berbagai

macam perubahan baik perubahan fisik maupun non fisik guna mendukung dan

menunjang sektor pariwisata yang berdampak pada masyarakat. Proses perubahan fisik

dan non fisik yang ditimbulkan dengan pengembangan pariwisata, tentunya berdampak

pula pada jumlah kunjungan wisatawan. Penyebab utama dari hal ini karena belum

adanya pendekatan pemasaran yang sesuai yang dijalankan oleh para pelaku usaha

wisata yang ikut andil dalam kegiatan kepariwisataan di DTW tersebut.


6

Berdasarkan data buku Tamu di Desa Wisata Sasak Ende (2022) mencatat

peningkatan dan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mulai dari tahun 2017-2021

mengenai jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung

ke Desa Wisata Sasak Ende dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 yang

mengalami pertumbuhan maupun penurunan yang fluktuatif, pada tahun 2018 dengan

tingkat kenaikan sebesar 0,21 persen untuk wisatawan domestik dari 23.506 orang

menjadi 28.675 orang dan kenaikan sebesar 0,80 persen untuk wisatawan mancanegara

dari 13.015 orang menjadi 23.476 orang; pada tahun 2019 mengalami peningkatan

untuk wisatawan domestik sebesar 0,10 persen dari 28.675 orang menjadi 31.771 orang

dan mengalami pertumbuhan kunjungan untuk wisatawan mancanegara sebesar 0,18

persen dari 23.467 orang menjadi 27.783 orang; selanjutnya pada tahun 2020

wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara mengalami penurunan drastis

sebesar 100 persen dikarenakan tidak adanya kunjungan; dan pada tahun 2021

kunjungan wisatawan domestik mengalami pertumbuhan sebesar 100 persen dari yang

semula nihil menjadi 14.015 orang dan wisatawan mancanegara mengalami

peningkatan sebesar 100 persen juga menjadi 10.230 orang.

Sejauh ini strategi pemasaran yang dijalankan dalam kegiatan kepariwisataan

Desa Wisata Sasak Ende hanya dengan cara-cara konvensional seperti promosi melalui

tari-tarian atau budaya yang disajikan oleh para masyarakat setempat yang ikut

berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangannya. Sangat disayangkan

pendekatan promosi ini tidak direncanakan dengan baik karena memakan banyak biaya

dan sudah terlalu sering dilakukan, sehingga perlu adanya upaya mencocokan langkah-
7

langkah yang sinkron untuk meningkatkan kunjungan wisata (Surahman, 2020). Dalam

beberapa tahun terakhir juga telah dilaksanakan beberapa kajian dan penelitian yang

terkait dengan strategi pengembangan dan pemasaran desa wisata di pulau Lombok.

Meskipun penelitian-penelitian dan kajian terdahulu memiliki persamaan atau

kemiripan dengan penelitian ini terutama dalam konsep penelitian yang berfokus pada

strategi terpadu dan terintegrasi dalam mengembangkan dan memasarkan sebuah

destinasi wisata, serta tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kompetensi-

kompetensi tertentu yang sekiranya harus diterapkan di desa wisata dalam strategi

bauran pemasaran destinasi wisata guna bisa meningkatkan jumlah kunjungan

wisatawan. Selain memiliki persamaan dan kemiripan, perbedaan juga dapat dilihat

dari strategi alternatif yang dihasilkan masing-masing penelitian. Akan tetapi sejauh

ini belum ada strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan di Desa Wisata Sasak

Ende dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

Terlepas dari kegiatan pemasaran yang telah secara administratif menjadi tugas

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata, BPPD Nusa Tenggara Barat, Indonesian

Tourism Development Corporation (ITDC) dan lembaga/instansi lainnya; Penelitian

ini secara khusus bertujuan untuk mengungkap strategi bauran pemasaran yang

terintegrasi untuk diterapkan khususnya dari aspek lingkungan Internal desa wisata

yang meliputi Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) dan juga dari aspek

lingkungan Eksternal DTW yang mencakup Peluang (Opportunies) dan Ancaman

(Threats). Salah satu jenis strategi pemasaran yang bisa diterapkan adalah strategi

bauran pemasaran (marketing mix) 7P yang terdiri dari product, price, place,
8

promotion, people, process, physical evidence. Strategi bauran pemasaran (marketing

mix) 7P digunakan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran.

Wisatawan merupakan tolak ukur suatu daya tarik wisata untuk menentukan standar

produk yang akan ditawarkan. Dengan strategi pemasaran yang tepat, diharapkan suatu

usaha mampu memiliki konsumen yang loyal dan konsumen mendapatkan produk

yang diinginkan.

Berdasarkan uraian diatas, Desa Wisata Sasak Ende memiliki strategi untuk

memasarkan produknya. Pada penelitian ini bertujuan untuk, mengkaji lebih dalam

penerapan strategi bauran pemasaran (marketing mix) 7P (product, price, place,

promotion, people, process, physical evidence) yang dilaksanakan di Desa Wisata

Sasak Ende serta tanggapan konsumen mengenai strategi bauran pemasaran (marketing

mix) 7P yang diterapkan di Desa Wisata Sasak Ende.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal Desa Wisata

Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah?

2. Apa yang menjadi peluang dan ancaman dari faktor-faktor eksternal Desa Wisata

Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah?

3. Bagaimana strategi dan program pemasaran yang memadai diterapkan untuk

memasarkan Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah?


9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitan

sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan dari faktor internal Desa Wisata Sasak

Ende di Kabupaten Lombok Tengah.

2. Untuk mengkaji peluang dan ancaman dari faktor-faktor eksternal Desa Wisata

Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah.

3. Untuk mengkaji rumusan strategi dan program pemasaran yang memadai

diterapkan untuk memasarkan Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok

Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang ilmu kepariwisataan dalam merumuskan strategi

pemasaran produk pariwisata.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat penelitian dari segi praktisi sebagai berikut.

a) Memudahkan pemerintah dalam mengambil kebijakan terhadap berbagai hal

yang berkaitan dengan strategi pengembangan dan pemasaran Desa Wisata Sasak

Ende di Kabupaten Lombok Tengah.


10

b) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada pelaku pariwisata, para

pengelola Daya Tarik Wisata beserta masyarakat setempat, mengenai peluang,

ancaman, kekuatan dan kelemahan dari faktor eksternal dan internal yang terkait

dengan keberadaan Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah

dalam memasarkan produknya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL
PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dibuat bertujuan sebagai sebuah pembanding dengan penelitian-

penelitian sebelumnya yang terkait dan relevan terhadap penelitian yang akan

dilakukan. Tinjauan pustaka juga memuat teori, proposisi, konsep, atau pendekatan

baru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Adapun peneliti telah

merangkum beberapa penelitian relevan yang menjadi acuan dalam penulisan tesis dan

jurnal yang terkait dengan upaya penguatan peranan pemandu wisata dalam pemasaran

kegiatan kepariwisataan, yang selanjutnya penelitian-penelitian tersebut disajikan

dalam bentuk sinopsis sebagai berikut;

Penelitian yang dilakukan oleh Kanom (2015) yang berjudul Strategi

Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Penelitian

ini membahas tentang strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai tujuan wisata

yang berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi,

hambatan, dan merumuskan strategi dan program. Penelitian ini menerapkan teori

perencanaan dan teori siklus hidup kawasan wisata. Data dikumpulkan dengan

observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data tadi dianalisis dengan

11
12

metode deskriptif kualitatif, dan analisis matriks SWOT: Kekuatan, Kelemahan,

Peluang, dan Ancaman. Potensi Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan adalah terdiri dari potensi alam dan potensi social budaya. Faktornya

adalah itu menjadi kendala seperti kurangnya sumber daya manusia yang memadai,

pengelolaan destinasi wisata, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga

kebersihan dan kelestarian lingkungan, juga keamanan dan kenyamanan. Artikel

tersebut mengusulkan bahwa dua ribu strategi tersebut meliputi strategi penetrasi dan

pengembangan pasar dari produk pariwisata.

Penelitian selanjutnya oleh Aryani (2017) yang berjudul Strategi Promosi dalam

Pengembangan Desa Wisata Hijau Bilebante Kecamatan Peringgarata Kabupaten

Lombok Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif

melalui metode studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, obervasi

dan studi literature, dan dokumentasi. Adapun langkah analisis data meliputi reduksi

data, penyajian data, dan verifikasi. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk

mengetahui strategi promosi Desa Wisata Hijau Bilebante, Kabupaten Lombok tengah

yang dijalankan oleh Kelompok Penggerak Pariwisata Jari Sholah. Menjalankan

promotion mix yang meliputi word of mouth, public relation, personal selling, event,

eksebisi, publikasi dan internet. Dari keseluruhan bentuk promosi, prioritas utama

promosi dilakukan melalui media sosial dan public relation. Dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa Kompepar Jari Sholah belum merumuskan strategi promosi secara

komprehensif dan terintegrasi.


13

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Permadi, dkk (2017) berjudul Strategi

Pengembangan dan Pemasaran Desa Wisata Sukarara yang Terintegrasi di Kecamatan

Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi

pengembangan dan pemasaran desa Terpadu yang tepat untuk diterapkan di Wisata

Sukarara sesuai dengan kondisi lingkungan desa dan untuk mengidentifikasi strategi

yang harus diprioritaskan oleh pemerintah dan peserta lokal. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer terutama diperoleh

dengan mewawancarai pemangku kepentingan lokal, sedangkan data sekunder diambil

dari studi kepustakaan dan data pemerintah. Hasil penelitian ini menyarankan yang

utama yaitu strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan dan memasarkan

desa wisata Sukarara adalah mengembangkan daya tarik wisata alternatif dengan tetap

mempertahankan tenun songket sebagai daya tarik utama desa dengan mempersiapkan

desain baru yang lebih menarik bagi pengunjung, menyiapkan promosi internet,

mengatur orang-orang lokal sebagai pemandu wisata budaya dan penataan ruang desa.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Virgilenna & Anom (2018) yang

mengambil judul Strategi Pemasaran Pariwisata Sembalun Kecamatan Sembalun

Kabupaten Lombok Timur. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bauran pemasaran

wisata Sembalun berdasarkan produk, harga, distribusi, saluran, promosi, orang, bukti

fisik dan proses. Dalam penelitian ini juga membahas tentang analisis SWOT tentang

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh pariwisata Sembalun

yang terkait dengan bauran bauran pemasaran (marketing mix), dari strategi pemasaran

yaitu Meningkatkan promosi ke pasar lain, Meningkatkan kerjasama dengan Travel


14

Agent baik Luar maupun dalam negeri, meningkatkan akses, meningkatkan kualitas

Sumber daya manusia.

Kemudian penelitian sejenis yang dilakukan oleh Mardiah, Rishan Adha &

Kurniawan (2018) dengan judul Strategi Promosi Pariwisata Di Dinas Pariwisata

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

strategi promosi pariwisata dan faktor penghambat promosi pariwisata di Dinas

Pariwisata Provinsi NTB pasca gempa bumi di Pulau Lombok tahun 2018. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan

narasumber dari pegawai Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang

digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data kemudian

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi

pariwisata pada Dinas Pariwisata Provinsi NTB menggunakan strategi melalui bauran

promosi yaitu periklanan, penjualan personal, hubungan masyarakat dan pemasaran

langsung. Faktor penghambat promosi pariwisata pada Dinas Pariwisata Provinsi NTB

terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Adapun penelitian sejeneis yang dilakukan oleh Ramli (2020) dengan judul

Strategi Penerapan Konsep Sustainable Tourism di Desa Wisata Sesaot Kecamatan

Narmada Lombok Barat. Hasil penelitian ini menemukan Faktor Pendorong Penerapan

Konsep Sustainable Tourism di Desa Wisata Sesaot. yang memperoleh kategori sangat

tinggi adalah penataan desa wisata yang sangat indah dan asri, keindahan budaya

(penduduk muslim dan hindu hidup berdampingan), sumber air melimpah, memiliki
15

keunggulan produk perkebunan (buah-buahan), lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat

kota. Faktor penghambat Penerapan Konsep Sustainable Tourism di kawasan wisata

memperoleh rata-rata dengan kategori tinggi adalah rendahnya SDM masyarakat dalam

pengembangan desa wisata, promosi dan pemasaran wisata kurang optimal, fasilitas di

lokasi yang kurang memadai, kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan kawasan

wisata dan kurangnya partisifasi pemerintah dalam pengembangan potensi desa.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Prayuda (2021) yang berjudul

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Pal Jepang di Desa Sapit Kabupaten

Lombok Timur. Adapun hasil penelitian ini diketahui Wisata Bukit Pal Jepang di Desa

Sapit memiliki beragam potensi wisata, baik wisata alam, budaya dan buatan yang

sangat beragam serta menarik untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata di Desa

Sapit. Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa Wisata Bukit Pal Jepang memiliki

atraksi atau daya tarik wisata seperti keindahan landscape dan fenomena alam,

keunikan budaya serta masyarakat lokal, pertanian serta produk kreatif khas Desa

Sapit. Terdapat akomodasi yang mendukung kegiatan wisata serta lokasi kawasan yang

mudah ditemukan dan sejalur dengan kawasan pariwisata khusus Lombok Timur.

Adanya faktor pendukung yakni kelompok sadar wisata Langgar Pusaka Desa Sapit

serta pemerintah Kabupaten Lombok Timur serta provinsi Nusa Tenggara Barat.

Strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam pengembangan daya tarik wisata Bukit

Pal Jepang di Desa Sapit adalah semua pihak bersinergi untuk menjadikan wisata Bukit

Pal Jepang sebagai daya tarik unggulan di Kabupaten Lombok Timur dan mengoptimal

segala potensi wisata Bukit Pal Jepang dengan kreativitas serta memperbaiki kualitas
16

daya tarik wisata serta sarana, prasarana dan fasilitas yang terdapat di kawasan Bukit

Pal Jepang.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Jamroni (2021) yang berjudul Strategi

Pengembangan Pariwisata Desa Karang Sidemen Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hasil

penelitian menunjukan Desa Karang Sidemen memiliki potensi wisata dari segi atraksi

yang dimiliki baik atraksi wisata alam, buatan, maupun budaya. Ketersediaan amenitas

dan ancillary masih minim serta aksesbilitas menuju daya tarik wisata masih buruk.

Peran stakeholders dalam pengembangan pariwisata Desa Karang Sidemen adalah

pihak pemerintah dan komunitas sudah berperan aktif sedangkan pihak media,

business, dan akademik (pariwisata) masih belum terlibat langsung dalam aktivitas dan

pengembangan pariwisata Desa Karang Sidemen. Strategi alternatif dalam

pengembangan pariwisata Desa Karang Sidemen adalah dari segi pengembangan

produk wisata, penyediaan fasilitas pendukung pariwisata, penetrasi pasar dan

pengembangan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, serta pengembangan

pariwisata secara terbatas.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Inzana, Mayunita, & Jumaah (2021)

yang berjudul Strategi Pemasaran dalam Pengembangan Desa Wisata di Lantan

Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi

pemasaran dalam pengembangan desa wisata di Desa Lantan Kabupaten Lombok

Tengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi pemasaran yang


17

dilakukan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu pertama, tahapan analisis situasi

melalui analisa SWOT dan analisa usaha pemasaran sebelumnya. Kedua, tahap

penetapan tujuan, dimana tujuan pemasaran yang ada di Desa Lantan sudah tepat,

spesifik, dan terukur. Ketiga, tahap perencanaan strategi, melalui identifkasi nilai-nilai

budaya yang ada dan potensial, pemberdayaan potensi untuk dikembangkan, dan

peningkatan koordinasi, infromasi, serta promosi. Keempat, tahap penentuan taktik

dengan melobi kebijakan strategis yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kecamatan.

Kelima, tahap implementasi, yakni aksi dengan promosi melalui berbagai macam

media.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Mahayana (2019) dengan judul

“Strategi Pemasaran Desa Wisata Adat Sade Lombok Tengah dalam Meningkatkan

Kunjungan Wisatawan”. Berdasarkan hasil analisis strategi IFAS diketahui faktor yang

menjadi kekuatan utama Desa Wisata Sasak EndeLombok Tengah adalah tidak adanya

penarikan retribusi tiket masuk ke Dusun Sade dengan besar bobot (0,105), sedangkan

kelemahan utama yang dimiliki yaitu harga kain tenun/songket dan souvenir dengan

besar bobot (0,038). Selanjutnya hasil analisis EFAS diketahui faktor yang menjadi

peluang utama adalah mengikuti perkembangan teknologi informasi dengan besar

bobot (0,163), sedangkan indikator yang merupakan ancaman utama adalah stabilitas

keamanan di Lombok dengan besar bobot (0,093). Berdasarkan hasil analisis matriks

IE posisi Desa Wisata Sasak Endeberada pada sel I (growth and develop) dengan nilai

total skor lingkungan internal 3,787 dan lingkungan eksternal 3,242. Strategi yang

dapat diterapkan adalah strategi penetrasi pasar (market penetration), pengembangan


18

pasar (market development) dan pengembangan produk (product development).

Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi yang dapat diterapkan Desa Wisata Sasak

Endeyaitu Strategi WO bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan

pengembangan fasilitas sarana dan prasarana Dusun Sade (W4 – O1). Mengemas paket

wisata baru dengan memanfaatkan media sosial sebagai media promosi. (W1 – O3).

Kemudian penelitian internasional yang relevan juga dilakukan oleh As’at, dkk

(2015) yang berjudul Tourism Marketing Strategy to Increase Tourist Visit to Bawean

Island, Gresik, East Java. Temuan dari penelitian ini adalah: 1) Perlunya memotivasi

masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas sumber daya yang tersedia sehingga

mampu mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada dengan baik; 2) Layanan yang

diperlukan untuk disesuaikan. Bawean merupakan produk wisata yang meliputi wisata

religi dan sejarah, wisata alam, wisata seni budaya dan wisata kerajinan tangan, dimana

secara keseluruhan obyek wisata di Pulau Bawean belum memiliki pelayanan yang

layak sebagai obyek wisata yang layak; 3) Daya tarik wisata perlu didukung oleh sarana

dan prasarana yang layak sehingga kualitas pelayanan yang diberikan kepuasan, bukti

pelayanan pariwisata yang kurang mendukung di Pulau Bawean adalah minimnya

jumlah penginapan dan hotel, restoran, transportasi laut dan udara, keterbatasan listrik

dan telepon, infrastruktur jalan yang sempit dan tidak layak huni, perlu ditingkatkan

untuk mengelola permasalahan yang ada dengan merancang fisika sarana dan

prasarana, menyeimbangkan permintaan dan penawaran melalui promosi dan

publikasi, menarik investor melalui promosi dan pertemuan investasi di kalangan

investor.
19

Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya
No. Judul Penelitian Perbedaan Persamaan
Penelitian Penelitian
1 Kanom, (2015). Strategi 1. Lokasi Penelitian 1. Faktor Eksternal
Pengembangan Kuta Lombok 2. Analisis Data Lingkungan Wisata
sebagai Destinasi Pariwisata 3. Teknik (PEST)
Berkelanjutan. pengumpulan data. 2. Landasan Teori
4. Teknik penentuan (Teori CBT dan
sampel. Teori Sustainable
Tourism)
2 As’at, dkk. (2015) yang 1. Merumuskan 1. Teknik analisis
berjudul Tourism Marketing strategi promosi data: Analisis
Strategy to Increase Tourist melalui konsep SWOT
Visit to Bawean Island, Gresik, teori 4A. 2. Tujuan Penelitian
East Java 2. Waktu dan lokus yang sama
Penelitian yang
berbeda.
3 Permadi, dkk. (2017). Strategi 1. Teknik 1. Deskriptif kualitatif
Pengembangan dan Pemasaran pengumpulan data. 2. Teknik analisis
Desa Wisata Sukarara yang 2. Teknik penentuan data: Analisis
Terintegrasi di Kecamatan sampel. SWOT, Matriks
Jonggat Kabupaten Lombok 3. Lokasi Penelitian EFAS-IFAS.
Tengah 3. Fokus penelitian
yang sama
4 Aryani, (2017). Strategi 1. Teknik analisis Tujuan Penelitian
Promosi dalam Pengembangan data: Analisis yang sama
Desa Wisata Hijau Bilebante SWOT, Matriks
Kecamatan Peringgarata EFAS-IFAS.
Kabupaten Lombok Tengah 2. Teknik
pengumpulan data.
3. Teknik penentuan
sampel.
4. Lokasi Penelitian
5 Virgilenna & Anom, (2018). 1. Teknik 1. Konsep dan
Strategi Pemasaran Pariwisata pengumpulan data. Landasan Teori
Sembalun Kecamatan 2. Teknik penentuan (Marketing-Mix)
Sembalun Kabupaten Lombok sampel. 2. Deskriptif kualitatif
Timur 3. Lokasi Penelitian 3. Teknik analisis
data: Analisis
SWOT
20

6 Mardiah, Rishan Adha & 1. Lokasi Penelitian 1. Landasan Teori


Kurniawan, (2018). Strategi 2. Teknik (Marketing Mix dan
Promosi Pariwisata Di Dinas Pengumpulan Data Strategi Pemasaran)
Pariwisata Provinsi Nusa 3. Konsep Penelitian 2. Tujuan Penelitian
Tenggara Barat 4. Reduksi Data yang sama
7 Mahayana, (2019) Strategi 1. Teknik analisis 1. Teknik analisis
Pemasaran Desa Wisata Sasak data: Matriks IE data: Analisis
EndeLombok Tengah Dalam 2. Lokasi Penelitian SWOT, Matriks
Meningkatkan Kunjungan EFAS-IFAS.
Wisatawan 2. Teknik
pengumpulan data.
3. Teknik penentuan
sampel.
8 Ramli, (2020). Strategi 1. Teknik 1. Teknik analisis
Penerapan Konsep Sustainable Pemgumpulan data data: Analisis
Tourism di Desa Wisata Sesaot, (FGD) SWOT
Kecamatan Narmada, Lombok 2. Teknik analisis 2. Konsep dan
Barat data: Analisis Landasan Teori
Matriks IE
3. Lokasi Penelitian
9 Prayuda, (2021). Strategi 1. Lokasi Penelitian 1. Teknik analisis
Pengembangan Daya Tarik 2. Konsep dan data: Analisis
Wisata Bukit Pal Jepang di Landasan Teori SWOT, Matriks
Desa Sapit Kabupaten Lombok yang digunakan EFAS-IFAS.
Timur 2. Teknik
pengumpulan data.
3. Teknik penentuan
sampel.
10 Jamroni, (2021). Strategi 1. Lokasi Penelitian 1. Teknik analisis
Pengembangan Pariwisata Desa 2. Teknik data: Analisis
Karang Sidemen Lombok, Pemgumpulan data SWOT
Nusa Tenggara Barat (FGD) 2. Tujuan Penelitian
3. Teknik analisis yang sama
data: Analisi
Matriks EFAS-
IFAS.
11 Inzana, Mayunita, & Jumaah, Waktu dan lokus 1. Teknik analisis
(2021). Strategi Pemasaran penelitian yang data: Analisis
dalam Pengembangan Desa berbeda. SWOT
Wisata di Lantan Kabupaten 2. Konsep dan
Lombok Tengah Landasan Teori
3. Tujuan Penelitian
yang sama
21

2.2 Konsep Penelitian


2.2.1 Desa Wisata

Perubahan minat wisatawan terhadap tempat wisata berdampak pada tumbuhnya

komunitas wisata. Wisatawan dengan minat khusus yang ingin terhubung kembali

dengan lingkungan, terlibat dengan penduduk setempat, dan belajar tentang budaya dan

kekhasan lokal merupakan tren wisata yang berkembang, yang pada akhirnya

mendukung pertumbuhan pariwisata di daerah pedesaan. Desa wisata didukung oleh

sejumlah hipotesis, yang tercantum di bawah ini.

Desa wisata adalah kawasan pedesaan yang menunjukkan keseluruhan suasana

keaslian dari pedesaan dalam hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi,

sosial budaya, adat istiadat, dan rutinitas masyarakat, memiliki arsitektur bangunan

yang unik atau kegiatan ekonomi yang menarik dan khas, dan memiliki potensi untuk

mengembangkan berbagai komponen wisata, seperti atraksi, akomodasi, dan restoran,

sesuai dengan Wisata Inti Rakyat (PIR) dalam Priasukmana dan Mulyadin (2001).

Desa wisata, menurut Pedoman Umum Pengembangan Desa Wisata Cirangkong

Tahap Awal (2012), adalah tempat dengan kualitas dan nilai tertentu yang dapat

menarik pengunjung dengan minat tertentu pada kehidupan pedesaan. Hal ini

menunjukkan bahwa cara hidup masyarakat desa yang khas, yang tidak terdapat di

daerah lain, seperti kota, menjadi daya tarik utama desa wisata. Dari beberapa

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa desa wisata adalah sebuah lokasi atau

lokasi yang menampilkan keindahan alam dan kehidupan sosial budaya desa serta

memiliki kualitas untuk menarik pengunjung ke lokasi tersebut.


22

a) Persyaratan Desa Wisata

Mengambil dari pengertian desa wisata sebelumnya, menurut pernyataan

Hadiwijoyo dalam Syafi’i dan Suwandono (2015) suatu desa bisa ditetapkan sebagai

desa wisata harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:

1) Memiliki aksesibilitas yang baik sehingga wisatawan mudah untuk datang

berkunjung menggunakan berbagai jenis alat transportasi.

2) Memiliki obyek-obyek yang menarik berupa alam, seni budaya, legenda,

makanan lokal dan yang lainnya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.

3) Masyarakat dan aparat desa dapat menerima dan memberikan dukungan yang

tinggi terhadap desa wisata dan para wisatawan yang datang berkunjung.

4) Keamanan di desa terjamin.

5) Tersedia akomodasi, telekomunikasi dan tenaga kerja yang memadai.

6) Memiliki iklim yang sejuk.

7) Berhungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal masyarakat luas.

b) Tujuan Desa Wisata

Dalam pembangunannya, Priasukmana dan Mulyadin (2001) menjelaskan bahwa

ditetapkannya sebuah desa wisata bertujuan untuk:

1) Mendukung program yang dibuat oleh pemerintah dalam pembangunan

kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif.

2) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata.

3) Memperluas lapangan kerja bagi penduduk desa, sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kkualitas hidup masyarakat desa.


23

4) Mendorong orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan agar senang pergi ke

desa untuk berekreasi (ruralisasi).

5) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di desanya

sehingga mengurangi angka urbanisasi.

6) Mempercepat pembauran antara penduduk non-pribumi dengan pribumi.

7) Memperkokoh persatuan bangsa sehingga dapat mengatasi disintegrasi.

c) Komponen Desa Wisata


Menurut Ascholani (2010) terdapat dua konsep yang utama dalam komponen

desa wisata, yaitu:

1) Akomodasi, sebagian akomodasi yang tersedia berasal dari tempat tinggal para

penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang dari konsep tempat tinggal

penduduk.

2) Atraksi, seluruh kehidupan penduduk mulai dari kehidupan sehari-hari penduduk

setempat beserta bentuk fisik desa yang memungkinkan wisatawan ikut terlibat

dalam kegiatan semacam mengikuti kursus tari, bahasa dan kegiatan lainnya

yang terdapat di desa wisata.

d) Pengembangan Umum Desa Wisata

Pengembangan Umum dalam Pedoman Umum Pengembangan Desa Wisata

Cirangkong Tahap Awal (2012) adalah sebuah upaya yang dilakukan berdasarkan

perencanaan untuk menciptakan sebuah daerah tujuan wisata yang memberikan

pelayanan terbaik bagi wisatawan, salah satunya yaitu Pelayanan Interpretasi.

Pelayanan interpretasi adalah sebuah komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan


24

informasi melalui berbagai media penyampaian baik secara langsung maupun tidak

langsung. Beberapa teknik interpretasi yaitu:

1) Brosur dan Selebaran, yaitu media interpretasi dalam bentuk paling umum dan

mudah untuk disebarluaskan.

2) Pemandu Wisata, yaitu merupakan media langsung dalam interpretasi karena

dapat menyampaikan informasi secara personal kepada wisatawan.

3) Perjalanan wisata yang dipandu, yaitu merupakan salah satu teknik yang efektif

dalam penyampaian informasi dimana wisatawan dapat memperoleh informasi

mengenai berbagai tempat yang dikunjungi.

4) Tourist Information Centre (TIC), yaitu sebuah tempat yang menyediakan

berbagai informasi umum mengenai desa dalam bentuk peta wisata, buku, dan

lain-lain.

5) Kuesioner, yaitu merupakan teknik interpretasi yang memberikan peluang bagi

wisatawan untuk memberikan timbal balik terhadap segala kegiatan di desa

wisata.

Pelayanan Interpretasi diberikan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Adapun

tujuan utamanya antara lain adalah:

1) Memberikan kenyamanan dan pengala man pendidikan bagi wisatawan.

2) Meningkatkan apresiasi dan pengertian wisatawan terhadap desa wisata.

3) Meningkatkan kemampuan pihak pengelola dan pelaksana desa wisata dalam

berkreasi menginterpretasikan desanya.


25

2.2.2 Bauran Pemasaran Pariwisata

a) Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan terpenting guna untuk memasarkan suatu

produk. Setiap perusahaan akan melakukan pemasaran dengan cara dan konsep yang

berbeda-beda guna untuk menarik perhatian khalayak umum. Beberapa ahli

mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian pemasaran seperti, Saladin (2007)

pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang

dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan (2007) pemasaran yaitu

sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk

menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen. Sedangkan menurut

Kotler dan Keller (2009) mengenai pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi

dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat

dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”.

Pengertian di atas mengandung beberapa kesimpulan, yaitu:

1) Pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditunjukan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan langganan melalui proses pertukaran.

2) Pemasaran adalah kegiatan perusahaan dalam membuat rencana, menentukan

harga, promosi serta mendistribusikan barang dan jasa.

3) Pemasaran berorientasikan kepada langganan yang ada dan potensial.


26

4) Pemasaran tidak hanya bertujuan memuaskna langganan tetapi juga

memperhatikan semua pihak yang terkait dengan perusahaan.

5) Program pemasaran itu dimulai dengan sebuah ide tentang produk baru, dan tidak

berhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pemasaran adalah suatu langkah untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan cara

memperkenalkan suatu produk tertentu.

b) Bauran Pemasaran Pariwisata

Konsep pemasaran pariwisata yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan salah satu

konsep kunci dalam pemasaran modern. Bauran pemasaran adalah keputusan yang

dibuat dalam hubungannya dengan 7P, yaitu product, price, promotion, place

(distribution), Process, People dan Physical Evidence, (McCarthy, 1978). Bauran

pemasaran juga didefinisikan sebagai the set of marketing tools that work together to

affect the marketplace (Kotler dan Amstrong, 1996). Hal yang paling mendasar untuk

menentukan strategi bauran pemasaran yang baik adalah dengan menentukan target

pasar dengan jelas. Walaupun target pasar bukanlah bagian dari bauran pemasaran,

namun memiliki peran penting dalam menentukan perbedaan pendekatan strategi

bauran pemasaran yang dipakai. Target pasar merupakan fokus dari seluruh kegiatan

bauran pemasaran.
27

1) Produk (Product)

Efektivitas perencanaan bauran pemasaran wisata sangat tergantung pada

kemampuan memilih target pasar, yang berarti juga kemampuan dalam

mendiversifikasi produk sehingga mampu memuaskan wisatawan. Keputusan yang

berkaitan dengan formulasi produk wisata melibatkan pertimbangan yang sedemikian

rupa dari beberapa faktor diantaranya yaitu: Pelayanan, Kualitas dan Jangkauan

produk, Merek dan Keunggulan.

2) Harga (Price)

Kebijakan harga produk pariwisata sering berhubungan langsung dengan

tampilan produk dan peluangnya di masa depan. Penentuan harga harus

memperhitungkan kompleksitas yang ditimbulkan oleh sifat musimannya, perbedaan

dalam segmen pasar (liburan atau perjalanan bisnis), dan sebagainya. Konsep

penentuan harga menggunakan pendekatan demand-oriented pricing, yaitu

menentukan harga dengan memperhitungkan faktor permintaan dibanding biaya-biaya.

Pendekatan ini memiliki 4 metode, yaitu: Discrimination pricing atau disebut juga

flexible pricing, Backward pricing, Market penetration pricing dan Skimming price.

3) Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan berkomunikasi dimana penyelenggara pariwisata

berusaha mempengaruhi orang-orang. Untuk meningkatkan efektivitas promosi, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Efek komunikasi, b. Advertising, c.

Promosi penjualan, d. Personal selling dan e. Hubungan masyarakat (humas)


28

4) Distribusi (Place)

Pariwisata memerlukan bentuk distribusi yang khusus karena sifat dan

karakteristiknya yang juga khusus. Dalam hal ini tidak ada transfer kepemilikian, tetapi

produk dan pelanannya secara langsung dikonsumsi atau disewa. Namun sebelum

dikonsumsi, produk harus tersedia dan dapat diakses. Hal ini memerlukan system

distribusi yang merupakan saluran yang dipakai untuk memperoleh akses produk

tersebut.

5) Personal (People)

Personal (people) merupakan elemen terpenting yang memiliki pengetahuan

dalam segala aspek pemasaran. Personal melibatkan pengarahan atau tidaknya

produksi dan konsumsi terhadap pelayanan. Dalam pariwisata personal termasuk

penyedia layanan dan penerima yang merupakan bagian penting dalam menambah nilai

pada keseluruhan penawaran produk dan pelayanan. Sehingga yang dimaksud people

dalam penelitian ini yaitu orang yang telah memiliki pengalaman untuk memberikan

pelayanan jasa kepada konsumen guna memberikan rasa aman dan kepuasan kepada

konsumen yang memakai jasa penyeberangan.

6) Bukti fisik (Physical Evidence)

Bukti fisik merupakan segala yang ada di sekitar lingkungan fisik dan pengaturan

suasana tempat yang menghubungkan dengan pelayanan yang tak terduga atau

pengalaman. Jadi bukti fisik pada penelitian ini yaitu lingkungan fisik yang bersifat

nyata pada jasa penyeberangan dan suasana yang diciptakan guna menginformasikan

kepada konsumen hal-hal yang mendukung pelaksanaan pelayanan tersebut.


29

7) Proses (Process)

Proses merupakan refleksi kenyataan dari pelayanan, tidak hanya produk fisik,

tetapi juga pengalaman sebagai proses pada waktu mereka membuatnya. Jadi yang

dimaksud proses pada penelitian ini adalah suatu pelayanan yang dilakukan untuk

membuat konsumen merasa aman, nyaman dan puas dalam memakai jasa.

2.2.3 Faktor Internal Lingkungan Desa Wisata

Variabel internal potensial dari industri pariwisata adalah yang berbentuk atraksi

wisata dan memiliki kekuatan dan kelemahan dalam hal menarik pengunjung ke sana.

Untuk memastikan kondisi internal daerah dilakukan pemeriksaan terhadap elemen-

elemen internal yang terkait, meliputi kekuatan (Strengths) dan kelemahan

(Weaknesses). Cooper (1993) mengutip Suwena dan Widyatmaja sebagai tujuan

wisata. Bauran pemasaran, menurut (Kotler, 2002 dalam Daryanto, 2019), adalah

sekelompok alat pemasaran yang dapat dimanfaatkan bisnis untuk mencapai tujuan

pemasaran mereka di pasar sasaran. Perusahaan dapat menggunakan bauran

pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan, untuk memengaruhi perilaku pelanggan

dalam kelompok pasar tertentu yang ingin dijangkau. Cooper (1993) mencatat tujuan

wisata di Suwena dan Widyatmaja (2010:86). Komponen produk wisata terdiri dari

empat poin yang diantaranya mencangkup:


30

a) Attraction (Atraksi)

Atraksi adalah sebuah komponen yang signifikan dimana didalamnya memiliki

sebuah keunikan tersendiri dimana keunikan tersebut akan menarik minat para

wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah yang memiliki daya tarik wisata tersebut.

Suatu tempat bisa dijadikan tujuan pariwisata ketika kondisinya mendukung untuk

dilakukan pengembangan menjadi sebuah atraksi pariwisata.

b) Amenities (Fasilitas)

Amenitas ini merupakan suatu bentuk dari segala macam sarana dan prasarana

yang diperlukan oleh para wisatawan selama wisatawan tersebuat berada di daerah

tujuan wisatanya. Sarana dan prasana yang dimaksud disini seperti: tempat makan,

tempat menginap, tempat beribadah, dan lainnya.

c) Accessibillity (Aksesibilitas)

Aksesibilitas merupakan hal yang sangat penting didalam sebuah kegiatan

pariwisata. Segala macam jasa transportasi umum menjadi suatu hal penting

dalampariwisata.

d) Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Pelayanan tambahan ini merupakan pelayanan yang sudah harus disediakan oleh

Pemerintah setempat dari suatu daerah tujuan wisata baik itu untuk wisatawan maupun

untuk pelaku pariwisata itu sendiri baik itu dijalan raya maupun di daya tarik wisata

dengan baik.

Sedangkan menurut Sujali (1993: 9), ada tiga bentuk daya tarik wisata yaitu

diantaranya:
31

a) Daya tarik wisata alam (natural resources)

Bentuk dan wujud dari daya tarik wisata ini berupa pemandangan alam. Daya

tarik wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, hutan, pantai,maupun lingkungan

hidup yang berupa flora dan fauna.

b) Daya tarik wisata budaya (cultural resources)

Bentuk dan wujud dari daya tarik wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh

lingkungan maupun kehidupan manusia, seperti tarian tradisional ataupun kesenian,

upacara adat, upacara keagamaan.

c) Objek buatan manusia (Man-Made Resources)

Bentuk dan wujud daya tarik wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas

manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, dan kawasa wisata dibangun

seperti Taman Mini Indonesia Indah.

Menurut Oke A. Yoeti (2008: 48), suatu Daya Tarik Wisata harus mempunyai

tiga syarat daya tarik, yaitu:

a) Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see)

b) Ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do)

c) Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)

Bauran Pemasaran (Lingkungan Internal) yang terdiri dari delapan variabel yang

dikenal dengan 7P yang merupakan kombinasi inti dari sistem pemasaran yaitu:

1) Product

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk

memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen dan dapat merupakan


32

barang memiliki bentuk (tangible), maupun tidak berbentuk (intangible) seperti

jasa, asuransi, dan lain- lain. Pada dasarnya, hal ini berkaitan dengan

memperkenalkan produk baru yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende atau

meningkatkan produk yang telah ada. Produk yang ditawarkan oleh pihak Desa

Wisata Sasak Ende adalah kain tenun, atraksi dan budaya adat masyarakat

setempat seperti gendang beleq/atraksi presean, serta keunikan arsitektur

bangunan Dusun yang lantainya terbuat dari kotoran sapi.

2) Price

Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk

atau jasa yang menjadi salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil

keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak. Price yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah nilai daripada produk Desa Wisata Sasak Ende, harga kain

tenun dan beberapa souvenir yang ditetapkan dalam bentuk rupiah. Selain itu

untuk harga tiket masuk ke Desa Wisata Sasak Ende tidak dikenakan biaya

retribusi melainkan sistem Donasi.

3) Place

Tempat adalah lokasi transaksi pertukaran terjadi antara jasa atau produk

yang dijual dengan mata uang konsumen, dengan berbagai upaya yang dilakukan

oleh perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia pada

konsumen sasaran. Tempat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lokasi

Desa Wisata Sasak Ende dan saluran distribusi pemasaran yang digunakan Desa

Wisata Sasak Ende Lombok Tengah dalam memasarkan produknya kepada


33

wisatawan, saluran distribusi yang digunakan adalah bekerjasama dengan

beberapa Travel Agent.

4) Promotion

Promosi adalah cara berkomunikasi pihak Desa Wisata Sasak Ende kepada

konsumen mengenai produk yang ditawarkan, sehingga konsumen yang tadinya

tidak mengenal menjadi mengenal dan memutuskan untuk membeli dan

berkunjung serta tetap menginginkan produk tersebut. Promosi yang dimaksud

adalah Desa Wisata melakukan kegiatan promosi melalui media internet seperti

website dan media cetak seperti brosur.

5) People

People adalah semua pelaku yang menjadi penyedia jasa dan

mempengaruhi persepsi konsumen. People di sini mengacu kepada konsumen,

karyawan, manajemen dan masyarakat desa yang terlibat di dalamnya kualitas

dan kuantitas personal karyawan/pengelola yang nantinya akan terlibat dalam

penjualan produk dan pemasarannya. People yang dimaksud adalah Pemandu

Wisata Lokal lokal yang dimiliki oleh Desa Wisata Sasak Ende.

6) Physical evidence

Physical evidence adalah lingkungan fisik perusahaan jasa tempat layanan

diciptakan dan pengalaman dari tamu setelah menikmati layanan maupun produk

yang diberikan oleh perusahaan pada tamu. Bukti fisik adalah bukti bahwa

layanan telah terjadi. Dalam kasus produk fisik, produk itu sendiri yang menjadi

bukti fisik. Sedangkan untuk layanan jasa seperti asuransi, polisi merupakan
34

bukti fisiknya. Kelengkapan fasilitas penunjang beserta arsitektur yang dimiliki

oleh Desa Wisata Sasak Ende yaitu terdapatnya tempat peristirahatan atau gazebo

untuk para wisatawan, toilet yang bersih, lahan parkir dan arsitektur bangunan

Dusun yang unik.

7) Process

Proses merupakan refleksi kenyataan dari pelayanan, tidak hanya produk

fisik, tetapi juga pengalaman sebagai proses pada waktu mereka membuatnya.

Tahapan dari penyediaan jasa tersebut dalam hal ini Desa Wisata Sasak Ende

Lombok Tengah sebagai penyedia jasa dan wisatawan sebagai penerima jasa.

2.2.4 Faktor Eksternal Lingkungan Desa Wisata

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor berupa daya tarik wisata yang meliputi

peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dalam menarik wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daya Tarik wisata. Analisis eksternal yang meliputi peluang

(Opportunities) dan ancaman (Threats) dilakukan untuk mengetahui posisi daerah

dalam berhadapan dengan lingkungan eksternalnya. Peluang merupakan situasi utama

yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan, sedangkan ancaman adalah

situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu daya tarik wisata.

Adapun dalam penelitian ini, konsep yang akan digunakan ialah konsep analisa

menurut Kotler dan Keller (2009: 159) diantaranya yaitu:


35

a) Competition

Pemasar bisa mempengaruhi tindakan dari organisasi-organisasi pesaing,

tetapi mereka tidak bisa mengendalikannya. Jumlah dan ukuran dari pesaing juga

tidak bisa dikendalikan. Persaingan adalah sebuah proses yang dinamis dalam

sebuah perusahaan. Ketika sebuah perusahaan mengimplementasikan sebuah

strategi pemasaran, maka kemudian pesaingnya akan bereaksi dengan strategi

perlawanan. Tidak ada orang akan bertahan dengan cara yang permanen dalam

industri. Pemasar secara terus-menerus mengamati aktivitas-aktivitas pemasaran

pesaing termasuk aktivitas-aktivitas pemasarannya.

Morrison (2013:22) menyatakan ada tiga tingkat persaingan dalam

industri, yaitu (1) persaingan langsung; (2) pelayanan pengganti; (3) persaingan

tidak langsung. Persaingan langsung adalah jenis persaingan dimana organisasi

atau hotel yang menyediakan pelayanan sama bersaing untuk memuaskan

kebutuhan dari kelompok-kelompok wisatawan yang sama. Persaingan yang

kedua muncul dari adanya substitusi terhadap pelayanan-pelayanan tertentu dan

barang-barang yang lainnya. Contohnya daripada tinggal di hotel yang harganya

mahal lebih baik tinggal di villa dengan harga yang cukup murah dengan fasilitas

yang sama dengan hotel bintang lima. Jenis persaingan yang tidak langsung

terdiri atas perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi yang bersaing

dengan industri hotel di dalam merebut dolar daripada wisatawan, misalnya

pembayaran-pembayaran penggadaian, toko penjual bahan makanan,


36

pengobatan, rumah sakit, tagihan dokter gigi, biaya asuransi dan biaya-biaya

perbaikan rumah serta masih banyak contoh lainnya.

b) Politic, Legislatation, dan Regulation

Pemasaran juga dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh

legislasi dan regulasi dari penggunaan tanah. Ada beberapa undang-undang

khusus mengenai bagaimana sebaiknya pelayanan dipromosikan, bagaimana

kontes dan taruhan di atur, siapa yang boleh dan tidak boleh minum, dan banyak

lagi yang lainnya. Pemasaran harus dibuat sesuai dengan undang-undang atau

peraturan yang ada, dimana undang-undang ini berada di luar kontrol organisasi

atau hotel.

Beberapa peraturan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sebuah

industri. Misalnya peraturan pemerintah atas pengenaan 10 persen pajak

pemerintah dan pajak pelayanan dalam industri pariwisata khususnya hotel di

Bali, berpengaruh pada penetapan harga kamar sebuah hotel. Demikian juga

peraturan pemerintah tentang pencabutan Bebas Visa Kunjungan Singkat

(BVKS) sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata ke Bali, dan

banyak lagi peraturan-peraturan daerah yang berdampak terhadap operasional

hotel. Pada dasarnya undang-undang dan peraturan-peraturan mengatur

bagaimana bisnis harus dilakukan. Hal ini bisa secara langsung berpengaruh

terhadap cara suatu pelayanan atau produk dipasarkan, sehingga seorang pemasar

harus tetap mengetahui dan mengikuti perubahan-perubahan peraturan yang

terbaru.
37

c) Economic Environment

Inflasi, pengangguran, dan resesi adalah tiga faktor dalam lingkungan

ekonomi yang mengganggu perekonomian di negara-negara berkembang dewasa

ini. Kondisi perekonomian seperti ini akan sangat membuat industri pariwisata

menderita karena sebagian besar perusahaan atau individu-individu berupaya

untuk mendapatkan pelayanan dan produk pengganti yang sesuai dengan daya

beli mereka. Sebagai contoh, rapat digantikan dengan conference call, pertemuan

nasional diganti dengan pertemuan regional, dan tinggal di rumah lebih baik

daripada melakukan liburan.

Kenaikan harga minyak mentah dan energi dewasa ini telah membuat

perekonomian negara-negara asal dari wisatawan mengalami masalah

perekonomian. Kenaikan harga ini mempengaruhi berbagai harga-harga

kebutuhan pokok dan kebutuhan primer lainnya. Mereka akan memilih untuk

melakukan efesiensi dalam setiap kegiatannya dengan memilih perjalanan atau

liburan yang bersifat lokal atau melakukan perjalanan liburan keluar negeri

dengan anggaran yang relatif rendah.

d) Technology

Teknologi merupakan sebuah syarat penentu dalam perubahan. Hospitality

dan travel harus melihat dua aspek dari lingkungan teknologi. Pertama,

menggunakan teknologi terbaru dalam berbagai pelayanan dan produk bisa

merupakan nilai kompetitif, misalnya semua kamar tamu dalam hotel dilengkapi

dengan fasilitas audio-video dan internet access. Aspek kedua adalah pengaruh
38

teknologi pada wisatawan. Sistem hiburan rumah yang bisa dibuat dengan sangat

lengkap dapat menjadi pengganti dari hiburan di luar rumah. Di samping

ancaman ini teknologi juga merupakan teman dalam

e) Societal and Cultural Environment

Dalam lingkungan sosial dan budaya ini ada dua sisi yang harus

diperhatikan, pertama sebuah organisasi harus mempertimbangkan bagaimana

wisatawan akan bereaksi terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran berdasarkan

kaidah-kaidah sosial dan budaya. Kedua, wisatawan-wisatawan sendiri

dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam sosial dan budaya. Tekanan

ekonomi dan perubahan sosial telah mengkombinasikan hal ini sehingga adanya

wanita bekerja di luar rumah bisa diterima. Etika-etika gereja juga berada dalam

kepungan perubahan sosial dan budaya. Liburan Hedonistic yang berbasis

kesenangan (pleasure is good for you) semakin terkenal.

f) Natural Environment

Menurut Kotler dan Keller (2009: 121) natural environment terdiri atas

sumber-sumber daya alam yang dibutuhkan oleh para pemasar atau dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan pemasaran. Sejak tahun 1960 tumbuh perhatian

masyarakat tentang kerusakan lingkungan alami yang diakibatkan oleh berbagai

kegiatan dari industri modern. Kerusakan tersebut adalah berkurangnya sumber

daya alami yaitu rusaknya sumber daya air, bumi dan udara.

Lebih lanjut dikatakan bahwa perhatian masyarakat pada kondisi tersebut

di atas akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap industri yang ada.


39

Menghadapi kondisi tersebut beberapa industri khususnya hotel mulai

mengedepankan konsep pelestarian sumber daya alam seperti yang dilakukan

Hyatt Regency Wailoka dengan cara menghindari untuk menghancurkan

kehidupan microorganic marine yang berkembang pada kolam renang hotel

tersebut. Kegiatan konservasi sumber daya ini dapat dilakukan dengan fokus

terhadap pengurangan polusi dan zat-zat sisa termasuk penggunaan sumber

energi lainnya seperti air, listrik, serta mengolah kembali barang-barang yang

sudah terpakai agar bisa bermanfaat kembali (recycling). Ecotourism adalah

salah satu produk pariwisata yang betul-betul melakukan kegiatan konservasi

alam yaitu dengan melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap kehidupan

alam dan isinya yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Pariwisata Berkelanjutan

Menurut Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi

Pariwisata Berkelanjutan bahwa Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang

memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan,

memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat serta

dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifitas wisata di semua jenis destinasi wisata,

termasuk wisata masal dan berbagai jenis kegiatan wisata lainnya. Selain itu, Setiawan

(2014:59) berpendapat bahwa Sustainable Tourism itu adalah Pariwisata yang

berkembang pesat, termasuk pertumbuhan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal,


40

dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi-investasi baru dalam

sektor pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan

lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak

negatif.

Eadington dan Smith dalam Suwena dan Atmadjaya (2017:245) mengartikan

pariwisata berkelanjutan sebagai “Form of tourism that are consistent with natural,

social, and community values and which allow both hosts and guests to enjoy positive

and worthwhilw interaction and shared experiences” sependapat dengan Eadington,

meninjau lebih dalam, (Eber dalam Adiati dan Basalamah, 2014: 82) menjelaskan

bahwa

“Sustainability tourism is tourism and associated infrastructure that: both now


and in the future operate within natural capacities for the regeneration and
future productivity of natural resources; recognize the contribution that people
and communities, customs and lifestyles, make to the tourism experience; accept
that these people must have an equitable share in the economic benefits of local
people and communities in the host area”.
Selain itu Sharpley dalam Kristiana dan Thedora (2017:3) menyatakan bahwa

pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah

tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan

(wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakeholder dapat merusak

keseimbangan.

Pengembangan berkelanjutan merupakan konsep alternatif yang ada pada kutub

yang berlawanan dengan pembangunan konvensional, karena pembangunan

berkelanjutan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi


41

ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi

mendatang, pemgurangan ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi

masyarakat setempat. Menurut World Comission on Environment and Development

(WCED) dalam Suwena dan Widyatmaja (2017:245) disebutkan bahwa “Sustainable

Development is Development that meets the needs of the present without compromising

the ability of the future generation to meet their own needs”. Demikian pula WTO

dalam Suwena dan Widyatmaja (2017:245), mengedepankan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan yang mencakup: “ecological sustainability; (2) social and

cultural sustainability; dan (3) economic sustainability, baik untuk generasi yang

sekarang maupun generasi yang akan datang.

2.3.2 Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT)

merupakan salah satu jenis pariwisata yang memasukkan partisipasi masyarakat

sebagai unsur utama dalam pariwisata guna mencapai tujuan pembangunan pariwisata

berkelanjutan (Telfer dan Sharpley dalam (Adikampana, 2017)). Pemahaman ini

sejalan dengan pemikiran Timothy dan Boyd dalam (Adikampana, 2017) yang

menyebutkan pariwisata berbasis masyarakat sebagai partisipasi masyarakat dalam

pembangunan pariwisata. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu: ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan

pembagian manfaat pariwisata.


42

Partisipasi dalam pengambilan keputusan berarti masyarakat mempunyai

kesempatan untuk menyuarakan harapan, keinginan dan kekhawatirannya dari

pembangunan pariwisata, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam proses

perencanaan pariwisata. Sedangkan mengambil peran dalam pembagian manfaat

pariwisata mengandung pengertian bahwa masyarakat semestinya mempunyai

kesempatan untuk memperoleh keuntungan finansial dari pariwisata dan keterkaitan

dengan sektor lainnya. Untuk itu pengembangan destinasi pariwisata seharusnya

mampu menciptakan peluang pekerjaan, kesempatan berusaha dan mendapatkan

pelatihan serta pendidikan bagi masyarakat agar mengetahui manfaat pariwisata

(Timothy dalam (Adikampana, 2017)). Menurut Murphy dalam (Adikampana, 2017))

pariwisata merupakan sebuah “Community Industry”, sehingga keberlanjutan

pembangunan pariwisata sangat tergantung dan ditentukan oleh penerimaan dan

dukungan masyarakat terhadap pariwisata. Implikasi pariwisata sebagai sebuah

industri masyarakat adalah adanya kepastian bagi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pengembangan pariwisata.

Selain itu, pariwisata berbasis masyarakat sering dipahami sebagai sesuatu yang

berseberangan dengan pariwisata skala besar (enclave), berbentuk paket (all inclusive),

pariwisata masal, dan minim keterkaitannya dengan masyarakat lokal. Sehingga

pariwisata berbasis masyarakat disebut juga sebagai pariwisata berskala kecil,

dibangun oleh masyarakat lokal, serta melibatkan berbagai elemen lokal seperti

pengusaha, organisasi, dan pemerintah lokal, Leslie (2012). Terkait dengan

pembangunan pariwisata berskala kecil, terdapat perbandingan antara pariwisata skala


43

kecil dengan skala besar untuk mengetahui dampak pembangunan pariwisata terhadap

masyarakat lokal. Berdasarkan komparasi tersebut diketahui bahwa pembangunan

pariwisata berskala kecil mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dari

pembangunan pariwisata berskala besar.

Seringkali partisipasi masyarakat dalam pariwisata disebut sebagai strategi

pembangunan alternatif yang terdengar sangat ideal namun dalam implementasinya

banyak terdapat tantangan dan hambatan. Scheyvens (2002) menyebutkan ada dua

tantangan terbesar dalam pariwisata berbasis masyarakat. Pertama, pada kenyataannya

masyarakat lokal dalam suatu destinasi pariwisata terbagi ke dalam berbagai faksi atau

golongan yang saling mempengaruhi berdasarkan kelas masyarakat (kasta), gender,

dan kesukuan. Antar faksi biasanya saling menyatakan paling memiliki atau

mempunyai hak istimewa (privilege) keberadaan sumber daya pariwisata. Golongan

elite masyarakat tertentu sering berada dalam posisi mendominasi pelaksanaan

pariwisata berbasis masyarakat, lalu memonopoli pembagian atau penerimaan manfaat

pariwisata (Mowforth dan Munt, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, partisipasi secara adil (equitable) menjadi

pertimbangan penting dalam mendorong pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat. Selain itu juga isu-isu tentang kelas masyarakat, gender, dan kesukuan

penting dipertimbangkan terutama dalam perencanaan pengembangan pariwisata.

Tantangan kedua adalah permasalahan dalam masyarakat untuk mengidentifikasi

pariwisata sebagai strategi pengembangan masyarakat lokal. Masyarakat pada

umumnya tidak cukup punya informasi, sumber daya, dan kekuatan dalam
44

hubungannya dengan berbagai pengambil keputusan lainnya dalam pembangunan

pariwisata, sehingga masyarakat lokal rentan terhadap eksploitasi. Sehingga

berdampak pada minimnya kesempatan berpartisipasi dalam pariwisata dan sektor lain

yang terkait, akibat dari kesulitan yang dialami masyarakat dalam mengidentifikasi

manfaat pariwisata.

Selain tantangan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam pembangunan

pariwisata berbasis masyarakat juga akan berhadapan dengan berbagai hambatan.

Tosun (2000) mengidentifikasi tiga hambatan dalam pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat terutama di negara berkembang. Adapun hambatan-hambatan tersebut

berupa:

1) Keterbatasan operasional; termasuk dalam hambatan ini adalah sentralisasi

administrasi publik, lemahnya koordinasi, dan minimalnya informasi pariwisata.

2) Keterbatasan struktural; berupa sikap pelaku pariwisata, terbatasnya tenaga ahli,

dominasi elite masyarakat, aturan hukum yang belum tepat, sedikitnya jumlah

sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten, dan minimnya akses ke modal

ekonomi/finansial.

3) Keterbatasan kultural; terbatasnya kapasitas terutama pada masyarakat miskin

dan apatis atau rendahnya kesadaran pariwisata masyarakat lokal Semua jenis

keterbatasan tersebut, dapat menciptakan masalah serius dalam partisipasi

masyarakat, baik untuk pengambilan keputusan atau perencanaan yang tepat

maupun secara bersama-sama membagi manfaat pariwisata.


45

2.4 Model Penelitian


Setiap Penelitian memerlukan model penelitian sebagai pijakan dalam

menentukan arah dan focus penelitian. Model penelitian dalam penelitian ini terfokus

pada upaya mengkaji strategi bauran dan program pemasaran untuk meningkatkan

wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende, di Kabupaten Lombok

Tengah. Namun pada kenyataannya, jumlah kunjungan di Desa Wisata Sasak Ende

dalam lima tahun terakhir belum begitu maksimal dan cenderung mengalami

penurunan yang fluktuatif. Meskipun menerapkan konsep dan produk kepariwisataan

yang sama, namun jika dibandingkan dengan Desa Wisata Sasak Sade, jumlah

kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Sasak Sade jauh lebih banyak.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu di adakannya strategi bauran pemasaran

suatu daya tarik wisata yang di inisiasi dan difasilitasi oleh masyarakat setempat

sebagai pengelola dan juga segala instansi terkait yang ikut andil dalam segala kegiatan

kepariwisataan di tempat ini telah menjadi sebuah upaya untuk melayani kebutuhan

wisatawan yang menjadi target promosi. Dalam tulisan ini, telah di deskripsikan

beberap teori kepariwisataan terkait dalam rangka menunjang penyusunan model

penelitian dengan alur seperti dalam gambar 2.1:


46

Desa Wisata Sasak Ende

Pemasaran Desa Wisata


Sasak Ende

Analisis
Analisis
Faktor
Faktor Konsep: Eksternal
Internal 1. Desa wisata Lingkungan
Lingkungan 2. Pemasaran Pariwisata Desa Wisata
Desa Wisata 3. Bauran Pemasaran (EFAS):
(IFAS): Pariwisata 1. Persaingan
1. Product 4. Analisis Faktor 2. Politik,
2. Price Legislasi dan
Lingkungan Desa
3. Promotion Regulasi
Wisata 3. Lingkungan
4. Place Teori:
5. People Ekonomi
1. Pariwisata 4. Teknologi
6. Physical Berkelanjutan 5. Alam
Evidence 2. Community Based 6. Sosial &
7. Process Tourism Budaya

Analisis Matriks SWOT

Strategi Bauran Pemasaran dan Program


PemasaranDesa Wisata Sasak Ende

Gambar 2.1. Model Penelitian


BAB 3
METODE PENELITIAN

Metode penelitian membahas tentang bagaimana metodologi penelitian

dilaksanakan. Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari

pendekatan yang digunakan oleh peneliti, waktu dan lokasi penelitian, jenis dan sumber

data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik

penyajian hasil analisis data. Penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut akan

diuraikan secara rinci dibawah ini.

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan ialah metode mixed-methods. Metode

penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk

penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitian

kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan

penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian

kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011: 404) menyatakan bahwa metode

penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang

mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode

kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian,

sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif untuk

mendapatkan gambaran tentang strategi pemasaran guna meningkatkan jumlah

47
48

kunjungan wisatawan di Desa Wisata Ende, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok

Tengah.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini terhitung sejak

diselesaikannya ujian usulan penelitian dan serta terhitung sejak tanggal

dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 4 (empat) bulan, yaitu

sejak tanggal 13 Januari 2023 sampai 13 Mei 2023. Dalam 1,5 bulan pengumpulan data

dan 2,5 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk tesis selama

proses bimbingan berlangsung.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini memilih lokasi di salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten

Lombok Tengah, tepatnya di Desa Wisata Sasak Ende, Dusun Piang - Tansang-

Ansang, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut. Tempat ini digunakan sebagai konteks kajian

penelitian dikarenakan mengingat Desa Wisata Sasak Ende dianggap sebagai salah satu

destinasi wisata adat dan budaya yang masih sangat otentik dimana masyarakat

setempat tetap mempertahankan penerapan adat dan budaya susuk sasak dan juga

sangat potensial untuk dikembangkan serta diharapkan bisa menjadi destinasi wisata

yang berkelanjutan. Secara Geografis terletakpada koordinat 08° - 50 LS dan 116° -

BT, berbatasan sebelah utara Desa Rembitan, Sebelah barat desa Sukadana, sebelah

timur desa Pengembur dan sebelah selatan desa Ketara.


49

Gambar 3.1. Lokasi Desa Wisata Sasak Ende, Lombok Tengah


(Sumber: Google Map)

3.3 Penentuan Sampel

Sampel pengunjung yang berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende kemudian

dijadikan sebagai sumber data penelitian. Dengan menggunakan metodologi Purposive

Sampling, yaitu strategi pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu, sampel

dipilih berdasarkan keadaan yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan.

Karena pengambilan sampel membutuhkan ukuran sampel yang representatif agar

temuan penelitian dapat digeneralisasikan, rumus Slovin digunakan dalam penelitian

ini di formulasikan sebagai berikut di bawah ini:

n= 𝑁
1 + N(𝑒)2

Keterangan:

a) n = Rata-rata ukuran sampel/jumlah responden

b) N = ukuran populasi

c) e = persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa di tolerir: 0, 1.


50

Adapun jumlah rata-rata populasi dalam penelitian dalam lima tahun sejak 2018-

2022 adalah sebanyak 34.494 wisatawan sehingga persentase kelonggaran yang

digunakan sebanyak 0,1 atau 10 persen dari hasil perhitungan dan hasil perhitungan

dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian, dengan perhitungan sebagai berikut:

n= 34.494
1+ 34.494 x 0,12
n= 34.494
1+ (34.494 x 0,01)
n= 34.494
345,94
n = 99,71;
Berdasarkan perhitungan yang di lakukan maka sampel yang menjadi responden
dalam penelitian di sesuaikan atau di bulatkan menjadi 100 Responden.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut

(Nazir, 2005). Variabel dan Indikator dalam penelitian ini yaitu faktor internal dan

faktor eksternal bauran pemasaran Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok

Tengah yang menggunakan indikator 7P (Product, Price, Promotion, Place, People,

Physical Evidence and Process) untuk faktor lingkungan internalnya serta indikator

Persaingan, Politik, legislasi dan regulasi, Lingkungan Ekonomi, Teknologi, Alam dan
51

Sosial dan budaya untuk faktor lingkungan eksternalnya yang kemudian diperjelas

dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1.
Variabel dan Indikator Lingkungan Internal
Variabel Indikator
(7P)
Product . Atraksi dan arsitektur bangunan yang disuguhkan Desa Wisata Sasak Ende
kepada wisatawan.
. Penjualan kain tenun, souvenir/cendramata dan segala jenis produk ekonomi
kreatif lainnya
Price . Pembebasan retribusi tiket masuk ke Desa Wisata Sasak Ende.
. Harga Kain Tenun/ Songket dan Souvenir.

Promotion . Desa Wisata Sasak Ende melakukan promosi melalui media internet/website
maupun media cetak seperti brosur.

Place . Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan Akomodasi.


. Saluran distribusi Desa Wisata Adat Desa Wisata Sasak Ende.

People . Penampilan pemandu wisata Desa Wisata Sasak Ende.


. Keterampilan pemandu wisata menggunakan bahasa asing.

Physical . Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende.


Evidence . Desa Wisata Sasak Ende memiliki lingkungan yang bersih dan nyaman.

Process . Prosedur pelayanan pemandu wisata Desa Wisata Sasak Ende.

Sumber: Lovelock dan Wright, (2002)

Tabel 3.2.
Variabel dan Indikator Faktor Lingkungan Eksternal
Variabel Indikator
Persaingan . Lokasi berdekatan dengan Kompetitor
. Kompetitor memiliki produk yang sama.
. Produk souvenir kompetitor lebih variatif
Politik, Legislasi, dan . Stabilitas keamanan di Lombok.
Regulasi . Kebijakan pemerintah daerah fleksibel.
Lingkungan . Tingkat tukar rupiah terhadap dollar Amerika stabil.
Ekonomi
Teknologi . Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Alam . Terjadinya bencana/gangguan alam dan pandemi.
Sosial dan Budaya . Tren Halal Tourism di Lombok.
Sumber: Kotler dan Keller (2009)
52

3.5 Jenis dan Sumber Data


3.5.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang berupa pendapat atau pernyataan sehingga tidak

berupa angka, tetapi berupa kata-kata atau kalimat. (Siregar, 2014:38). Data Kualitatif

diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis

dokumen, diskusi atau observasi lapangan yang telah dituangkan dalam bentuk

transkrip, seperti struktur organisasi Desa Wisata Sasak Ende, Kecamatan Pujut,

Kabupaten Lombok Tengah.

b) Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan bentuknya data

kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan

statistik (Siregar, 2013:38). Data kuantitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini

seperti jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Lombok, serta

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende di Lombok Tengah.

3.5.2 Sumber Data

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang

diamati. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari lokasi penelitian

yang berupa informasi melalui wawancara yang dilakukan mengenai strategi

pemasaran Desa Wisata Sasak Ende, di Kabupaten Lombok Tengah.


53

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti hanya mencari

dan mengumpulkan data tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

pihak – pihak terkait, seperti BPS serta data yang berisikan daftar nama anggota

Pemandu Wisata Lokal, dan gambaran umum dari Desa Wisata Sasak Ende.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

berdasarkan jenis data yang dibutuhkan, dimana dalam penelitian ini meggunakan

teknik pengumpulan data Trianggulasi. Dalam teknik pengumpulan data trianggulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang digabungkan dari berbagai teknik dan

sumber data yang ada. Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data memiliki ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

objek-objek alam yang lain. Teknik ini sesuai untuk pengumpulan data primer dengan

cara langsung melakukan pengamatan di lapangan untuk digabungkan dan dilengkapi

data yang didapatkan dari data skunder.

b) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara


54

dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2016:240). Dokumentasi yang didapatkan

merupakan esensi Strategi Bauran Pemasaran Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten

Lombok Tengah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.

c) Interview/Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua pihak dengan

satu tujuan yang telah ditetapkan. Metode wawancara identik dengan interview, secara

sederhana dapat dimaknai sebagai dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(intervewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Sebagai informasi kunci

(key informan) adalah Pemandu Wisata (Anggota HPI Lombok Tengah), Kepala Dusun

Wisata Sasak Ende, Ketua Pengelola Desa Wisata Sasak Ende, Kepala Pemandu

Wisata Lokal Desa Wisata Sasak Ende, Dosen Pariwisata Universitas Mataram dan

Admin Media (Go Mandalika)

Penulis menggunakan interview bebas terpimpin, artinya bahwa penginterview

memberikan kebebasan kepada orang yang di interview untuk memberikan tanggapan

atau jawaban sendiri. Penulis menggunakan cara ini karena untuk mendapatkan data

yang relevan dan juga tidak menginginkan adanya kekakuan antara penulis sebagai

penginterview dengan orang yang di interview. Interview ini penulis gunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan study pendahuluan untuk

menemukan masalah yang harus diteliti.

d) Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk


55

dijawab. Tipe pertanyaan dalam angket dibagi menjadi dua, yaitu: terbuka dan tertutup.

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk

menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Sebaliknya pertanyaan

tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan

responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang

telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data

nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup Sugiyono

(2017:143). Dalam penelitian ini kuesioner diberikan untuk menentukan kekuatan dan

kelemahan factor lingkungan internal yang dirujuk dari konsep 7P yang kemudian

diberikan kepada wisatawan sebagai responden. Kemudian selanjutnya kuesioner juga

diberikan kepada key informan untuk menentukan faktor lingkungan eksternal Desa

Wisata Sasak Endeyang dirujuk dari indikator Persaingan, Politik, legislasi dan

regulasi, Lingkungan Ekonomi, Teknologi, Alam dan Sosial dan budaya.

3.7 Teknik Analisis Data


Analisis data dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal.

Factor eksternal berupa peluang dan ancaman sedangkan faktor internal berupa

kekuatan dan kelemahan yang di analisa menggunakan teknik wawancara dengan

informan kunci dan pangkal. Perumusan strategi menurut Umar (2002) dilakukan

dengan dua tahap yaitu:

Tahap 1. Masukan (Input Stage)


Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan External Factor Analysis
Summary (EFAS)
56

Tahap 2. Pencocokan (Matching Stage)


Matriks SWOT

3.7.1. Teknik Analisis IFAS/EFAS

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menyusun EFAS dan IFAS

adalah sebagai berikut:

a) Identifikasi faktor-faktor sukses kunci utama baik internal maupun eksternal

yang menjadi kekuatan dan kelemahan Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten

Lombok Tengah.

b) Analisis kekuatan dan kelemahan Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten

Lombok Tengah yang meliputi bauran pemasaran yaitu: product, price, place,

promotion, people, physical evidence, process.

c) Analisis peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi Desa Wisata

Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah meliputi: kompetisi, Politik Legislasi

dan Regulasi, Lingkungan ekonomi, teknologi, Alam, sosial dan budaya.

d) Menentukan bobot dari faktor-faktor sukses kunci, pada tahap ini akan dilakukan

pembobotan oleh responden, besarnya bobot menunjukkan strategis indikator

variabel penentu terhadap keberhasilan Dusun Sade Lombok Tengah. Variabel

ini diberi bobot dengan angka dari 0,01 (kurang mempengaruhi) sampai dengan

0,99 (sangat mempengaruhi) sehingga jumlah bobot semua variable adalah 1.00

(satu) atau 100 persen. Pemberian bobot merupakan penilaian oleh wisatawan

tentang tingkat kepentingan terhadap variabel-variabel dari faktor-faktor internal


57

pemasaran dan tentang tingkat kepentingan terhadap variabel-variabel dari faktor

eksternal.

e) Menentukan nilai (rating) dari setiap faktor sukses kunci. Responden akan

menilai setiap faktor sukses kunci dengan menggunakan skala likert lima

tingkatan, yaitu memberikan respon terhadap setiap pernyataan dengan memilih

salah satu dari 5 (lima) pilihan yang bersifat berjenjang seperti yang terlihat pada

tabel 3.3.

Tabel 3.3.
Skala Penilaian Model Skala Likert
Skala Internal Eksternal
5 Kekuatan Sangat Besar Peluang Sangat Besar
4 Kekuatan Besar Peluang Besar
3 Kekuatan Sedang Ancaman Sedang
2 Kelemahan Besar Ancaman Besar
1 Kelemahan Sangat Besar Ancaman Sangat Besar
Sumber: Duarta (2008: 79)

f) Menentukan nilai total. Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai total dengan

cara menjumlah seluruh nilai sebagai hasil dari perkalian antara nilai bobot dan

rating untuk faktor strategis eksternal dan internal seperti pada Tabel 3.4 dan Tabel

3.5 dibawah ini:

Tabel 3.4.
Internal Factor analysis Summary (IFAS)
Faktor-Faktor Bobot Rating Skor (Bobot x Rating)
Strategi Internal
Kekuatan
Kelemahan
Total
Sumber: Rangkuti (2006: 24-25)
58

Tabel 3.5.
Eksternal Faktor Analysis Summary (EFAS)
Faktor-Faktor Bobot Rating Skor (Bobot x Rating)
Strategi
Eksternal
Peluang
Ancaman
Total
Sumber: Rangkuti (2006: 24-25)

g) Menentukan strategi perusahaan. Nilai total masing-masing faktor strategi baik

internal maupun eksternal kemudian di posisikan pada matrik faktor strategis

eksternal dan internal untuk merumuskan strategi pemasaran yang memadai

untuk diterapkan pada Desa Wisata Sasak Ende, Lombok Tengah.

h) Rentang nilai, pemberian interval penilaian atas posisi Desa Wisata Sasak Ende,

diLombok Tengah terhadap faktor eksternal dan internal digunakan rumus

sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 4
Interval = = = 0,80
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 5

Berdasarkan Pada rumus tersebut diatas kemudian ditentukan kriteria

penelitian hasil analisis dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6.
Kriteria Penilaian Hasil Analisis
Nilai Rentang Hasil Internal Hasil Eksternal
1 1,00 – 1,80 Kelemahan Sangat Besar Ancaman Sangat Besar
2 1,81 – 2,60 Kelemahan Besar Ancaman Besar
3 2,61 – 3,40 Kekuatan Sedang Ancaman Sedang
4 3,41 – 4,20 Kekuatan Besar Peluang Besar
5 4,21 – 5,00 Kekuatan Sangat Besar Peluang Sangat Besar
Sumber: Duarta (2008:79)
59

Berdasarkan Tabel 3.6 variabel eksternal memberikan gambaran tentang peluang

dan ancaman. Apabila nilai yang diperoleh dengan sebutan baik dan sangat baik, maka

akan merupakan suatu peluang sebagai suatu perusahaan, tetapi apabila nilai yang

diperoleh dengan sebutan kurang, maka hal tersebut merupakan suatu ancaman.

3.7.2 Teknik Analisis Matriks SWOT

Menggunakan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman), temuan

analisis deskriptif kemudian diperiksa lebih lanjut untuk mengembangkan strategi

pemasaran Desa Wisata Tradisional, Desa Wisata Sasak Ende. Pemasaran wisata Desa

Wisata Sasak Ende memiliki kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman,

yang semuanya dijelaskan dalam analisis SWOT. Menemukan faktor internal berupa

kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dilakukan

sebagai bagian dari proses analisis SWOT dalam rangka menyusun strategi pemasaran

wisata Desa Wisata Adat Desa Wisata Sasak Ende. Faktor-faktor tersebut kemudian

dianalisis menggunakan matriks untuk menentukan titik kuadran posisi pariwisata

masyarakat adat Desa Wisata Sasak Ende. Adapun analisis Matriks SWOT dirumuskan

pada table 3.7:


60

Tabel 3.7.
Matriks SWOT
SW STRENGTHS WEAKNESSES
Faktor-Faktor Faktor-Faktor
Kekuatan Lingkungan Kelemahan Lingkungan
OT Internal Internal

OPPORTUNITIES Strategi S-O: Strategi W-O:


Faktor-faktor Peluang Menggunakan kekuatan Menciptakan strategi yang
lingkungan Eksternal untuk memanfaatkanmeminimalkan kelemahan
peluang untuk memanfaatkan
peluang
TREATS Strategi S-T: Strategi W-T:
Faktor-faktor Menciptajan strategi yang Menciptakan strategi yang
Ancaman lingkungan menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
Eksternal untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2004)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pariwisata Desa Wisata Sasak Ende

Desa Wisata Sasak Ende merupakan salah satu daya tarik wisata berbasis budaya

yang di tempati oleh masyarakat suku sasak. Suku Sasak adalah masyarakat asli pulau

Lombok yang sekaligus tinggal di Desa Wisata Sasak Ende. Sasak berasal dari dua

suku kata yaitu sak-sak yang artinya adalah satu-satu. Dalam bahasa Sanskerta juga

mengatakan Sasak (Sak=Pergi Saka=Asal) yang kemudian diartikan masyarakat Sasak

adalah orang yang pergi meninggalkan daerah asal. Sasak di pulau Lombok juga

mengandung dua makna yaitu sebagai nama suku yang tinggal di pulau Lombok dan

Sasak juga merupakan nama bahasa tradisional yang digunakan sebagai alat

komunikasi.

Desa Wisata Sasak Ende juga terkenal dengan adat tradisi budayanya serta

keterampilan dalam membuat kain tenun. Semua anak gadis pada umumnya

dimasyarakat sasak memiliki keterampilan menenun sebagai tolak ukur seorang gadis

di suku sasak untuk bisa menikah. Bangunan tradisional peninggalan leluhur juga

masih dijaga erat seperti Bale Tani (rumah adat), Berugak (gazebo), Bale Jajar (balai

pertemuan), Bale Alang (lumbung padi). Selain itu berbagai macam tarian dan musik

di lestarikan sebagai daya tarik wisata adalah musik Gendang Beleq, Musik Genggong,

Musik Rantok, Tarian Peresean, Tarian Gandrung yang kemudian dikemas dalam

pertunjukan atraksi budaya di Desa Wisata Sasak Ende.

61
62

a) Kondisi Geografis Desa Wisata Sasak Ende

Secara geografis, Desa Wisata Sasak Ende terleak di sebuah perbukitan yang

secara admiministrasi wilayah temasuk di Desa Sengkol, Kec.Pujut dan berbatasan

dengan:

1) Sebelah Barat : Dusun Gentang, Desa Sengkol

2) Sebelah Timur : Dusun Pengeleng, Desa Sukadana

3) Sebelah Utara : Dusun Sedo, Desa Sengkol

4) Sebelah Selatan : Dusun Rembitan, Desa Rembitan

Desa Wisata Sasak Ende memiliki luas wilayah 1,5 Hektar dengan topografi

yang datar dan bergelombang di karenakan pemukiman Desa Wisata Sasak Ende

terletak di daerah perbukitan. Kondisi iklim di Desa Wisata Sasak Ende yaitu beriklim

tropis. Desa Wisata Sasak Ende dalam menjaga keberlangsungan kepariwisataan dan

Adat istiadatnya yang memilki Visi “Mewujudkan Desa Wisata Sasak Ende Sengkol

sebagai Destinasi Wisata unggulan yang berbudaya sebagai upaya mensejahterakan

masyarakat” dan Misi sebagai berikut diantaranya:

a) Menjaga dan menjunjung teguh nilai leluhur.

b) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap budaya lokal.

c) Meningkatkan kreatifitas masyarakat dan sumber daya manusia.

d) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung untuk kemajuan Desa

Wisata Sasak Ende

e) Meningkatkan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat.

f) Menerapkan Sapta Pesona.


63

Selain visi dan misi dia atas, masyarakat suku sasak Desa Wisata Sasak Ende

selalu menerapkan tiga nilai sikap sosial terhadap wisatawan ataupun sesama

masyarakat sekitar, diantaranya adalah pertama Gerasaq yaitu sikap ramah-tamah-

santun, tertib-tafsila, serta terbuka pada sesama, kedua Reme yaitu sikap bersahaja,

rukun-damai serta kompak dalam menyelesaikan setiap persoalan atau masalah, dan

yang ketiga Lome yaitu sikap tidak ingin mengecewakan orang lain atau siapapun. Jadi

dari tiga nilai sikap sosial ini yang diimplementasikan dalam keseharian masyarakat

Desa Wisata Sasak Ende baik antar sesama masyarakat maupun kepada wisatawan.

A. Sejarah Desa Wisata Sasak Ende

Desa Wisata Sasak Ende berada di wilayah desa Sengkol, kecamatan Pujut,

kabupaten Lombok Tengah ini berada di wilayah perbatasan desa, pada mulanya desa

ini di tempati oleh tokoh masyarakat utusan desa Sengkol untuk menjaga wilayah

perbatasan desa pada zaman penjajahan Belanda. Tokoh masyarakat yang mendiami

Desa Wisata Sasak Ende pertama kalinya adalah Baloq Kidul dan Baloq Deo dan

berkembang menjadi pemukiman masyarakat sampai saat ini. Pemberian nama Ende

juga didasari dari lokasi pemukiman Desa Wisata Sasak Ende yang merupakan

perbatasan desa dan dalam bahasa Sasak, Ende diartikan sebagai tempat pengintaian

penjajah yang akan masuk desa. Ende juga merupakan nama sebuah atribut kesenian

tarian peresean yang digunakan sebgai pelindung atau tameng perang yang terbuat dari

kulit sapi. Jika dikaitkan dengan nama Desa Wisata Sasak Ende, maka dapat diartikan

sebagai sebuah tameng pertahanan desa.


64

Awal mula pengembangan Desa Wisata Sasak Ende sebagai Desa Wisata

berawal dari tiga tokoh pemuda yang tidak lain adalah cucu dari Balok Deo yaitu Sekar

Jaya, Mane, Tamat riadi sebagai penggagas dan penggerak masyarakat menuju desa

wisata. Timbulnya ide pengelolaan desa wisata karena adanya wisatawan mancanegara

yang mulai singgah masuk Desa Wisata Sasak Ende karna melihat bangunan

pemukiman tradisional. Tahun 1998 adalah momentum mulainya terbentuk komunitas

pemandu lokal yang berbekal pengalaman bahasa asing seadanya. Mulailah proses

pengadaan jasa pemandu lokal yang menemani wisatawan dan memberikan penjelasan

mengenai Desa Wisata Sasak Ende.

B. Kondisi Demografis Desa Wisata Sasak Ende

Desa Wisata Sasak Ende adalah permukiman masyarakat dengan jumlah

penduduk 36 KK (kepala keluarga) dengan jumlah populasi masyarakat sebesar 153

jiwa. Mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor pertanian dan peternakan. Dalam

sektor pertanian masyarakat Desa Wisata Sasak Ende menanam tanaman padi dan

kacang kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kecipir. Sedangkan di sektor

peternakan, rata-rata masyarakat memiliki binatang ternak seperti sapi, kerbau, dan

ayam kampung. Selain di sektor pertanian dan peternakan, masyarakat Desa Wisata

Sasak Ende juga memiliki pekerjaan sampingan seperti kaum perempuan mengerjakan

kerajinan tenun serta kaum laki-laki bekerja di sektor pariwisata menjadi pemandu

wisata lokal dan pelaku kesenian.


65

Dalam kesehariannya masyarakat Desa Wisata Sasak Ende juga masih

mempertahankan tradisi budaya serta gaya hidup baik dari cara berpaikan, pola makan,

dan berkomunikasi.

1) Tata cara berpakaian

Meskipun zaman telah modern, akan tetapi masyarakat Desa Wisata Sasak Ende

masih tetap menjaga cara berpakaian, memakai kain dalam kesehariannya adalah suatu

hal yang mutlak baik bagi kaum laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan

menggunakan celana dalam keseharian di ruang lingkup wilayah masyarakat Desa

Wisata Sasak Ende dianggap kurang sopan dan melanggar norma kesopanan, kecuali

untuk bepergian ke luar desa ataupun kota. Pakaian keseharian perempuan lebih di

dominasi dengan warna hitam mulai dari baju sampai kain bawahannya.

Tidak jauh berbeda dengan perempuan, cara berpakaian laki-laki juga

menggunakan kain sebagai bawahannya. Terkadang menggunakan ikat kepala sebagai

simbul tentang keyakinan kepada tuhan. Masyarakat Lombok umumnya menyebutnya

dengan Sapuk. Kemudian hal Ini menjadi suatu keharusan bagi masyarakat di Desa

Wisata Sasak Ende dalam aturan tata cara berpakaian sehari hari maupun upacara adat.

Berbeda dengan pakaian sehari-hari. Ketika melaksanakan upacara pernikahan

ataupun penyelenggaran upacara peringatan hari besar suku Sasak, maka di wajibkan

untuk menggunakan busana adat. Di bagian paling atas, di sebut sebagai Sapuk sebagai

pelindung kepala dan lambang keyakinan terhadap sang pencipta. Baju disebut pegon,

secara umum berwarna hitam, bagian pengikat kain disebut Bebet, sedangkan

bawahannya di sebut Selewok.


66

2) Pola Makan

Makanan keseharian dari masyarakat Desa Wisata Sasak Ende sama dengan

masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu nasi putih sebagai makanan pokoknya.

Masyarakat Desa Wisata Sasak Ende terkadang juga mencampur nasi dengan ubi

ataupun jagung ketika persediaan padi sudah mulai menipis. Hal ini dikarenakan

daerah pertanian di wilayah Desa Wisata Sasak Ende hanya memiliki satu kali

kesempatan untuk menanam padi karena tidak ada sistem irigasi yang bisa mengairi

persawahan warga.

Mengenai jam makan, kebiasaaan masyarakat Desa Wisata Sasak Ende pada

umumnya membagai jam makannya tiga kali sehari. Pagi hari sarapan (Mangan

Nyampah), makan siang (Mangan Kejelo), makan malam (Mangan Kemalem) dan

terkadang masyarakat Desa Wisata Sasak Ende apabila memiliki kegiatan gotong

royong dimalam hari maka akan disediakan makan tengah malam (Mangan Boak).

Untuk lauk pauknya, masyarakat desa menyebutnya Daun atau Kandok Kelak. Pada

umumnya masyarakat Desa Wisata Sasak Ende mengolah sayur-sayuran sebagai lauk

pauknya yang diperoleh dari ladang ataupun persawahannya seperti daun Talas, daun

Turi, daun Kelor dan terkadang mengkonsumsi ikan ataupun menyembelih ayam

ternaknya. Apabila ada pesta adat ataupun perkawinan, maka lauk pauknya,

masyarakat Desa Wisata Sasak Ende mengkonsumsi daging sapi ataupun kerbau.
67

3) Komunikasi

Dalam menyampaikan informasi, masyarakat Desa Wisata Sasak Ende apabila

memiliki kegitan yang sifatnya gotong royong biasanya menggunakan pengeras suara

yang sudah disediakan di musshola yang berada di bagian depan dari desa adat.

Apabila informasi yang sifatnya dari perseorangan seperti acara zikiran keluarga

ataupun acara adat, maka umumnya masyarakat Desa Wisata Sasak Ende akan

mengutus salah satu anak muda untuk datang kesetiap rumah untuk menyampaikan

informasi (Berolem, Menyilak).

C. Pola Pemukiman Desa Wisata Sasak Ende

1) Tata Ruang Pemukiman

Tata ruang pemukiman masyarakat Desa Wisata Sasak Ende tergolong tidak

terlalu padat. Hal ini dikarenakan jarak antar rumah warga tidak terlalu berdekatan

antara dua sampai tiga meter. Dalam wilayah pemukiman masyarakat, masih memiliki

pohon besar sebagai cagar alam seperti pohon Asam, Kelapa, Mangga sehingga

terlihat hijau di musim hujan ataupun musim kering. Pola pembagunan rumah

penduduk juga mengikuti dari kontur tanah atau arah kemiringan tanah sehingga

terlihat berbaris rapi. Pola dan pembuatan rumah masyarakat Desa Wisata Sasak Ende

masih menggunakan material dari alam seperti dinding terbuat dari anyaman bambu

(Pager atau Bedek), pondasi rumah dari susunan batu dan dilapisi tanah liat serta

kotoran sapi (Ngelulut), serta susunan atap terbuat dari daun ilalang yang sudah

dikeringkan yang biasanya diganti dalam lima sampai tujuh tahun sekali.
68

2) Arsitektur

Arsitektur rumah tradisional masyarakat Desa Wisata Sasak Ende terbagi atas

dua ruangan, ruang tamu dan ruang inti rumah yang dijadikan sebagai tempat tidur dan

menyimpan barang berharga keluarga. Ciri khas dari rumah tradisional Desa Wisata

Sasak Ende adalah bagian depan atap teras rumah yang terbuat rendah atau miring ke

depan dengan maksud ketika tamu dan wisatawan akan masuk rumah akan menunduk

sebagai bentuk hormat kepada pemilik rumah.

Dalam pembagian ruangannya dan kegunaannya, pada teras depan

(betaranduah) biasanya dipergunakan untuk menerima tamu sekaligus tempat tidur

untuk laki-laki. Sedangkan bagian ruangan dalam (betaran dalam) adalah tempat tidur

kaum perempuan beserta tempat menyimpan barang berharga. Dalam penggunaan

ruang tidur, meskipun dalam suatu keluaraga diharuskan tidur terpisah yang dimana

sang laki-laki akan tidur di ruang teras untuk menjaga keluarga dan kandang ternak,

sedangkan ibu dan anaknya akan tidur di ruangan ini. Dalam suatu keluarga akan tidur

berdua apabila akan berhubungan intim.

Adapun konstruksi bangunan dari rumah adat Desa Wisata Sasak Ende sebagai

berikut:

1) Pondasi rumah

Adapun pondasi rumah adat Desa Wisata Sasak Ende tersusun atas batuan dan

tanah yang berfungsi sebagai dudukan tiang dan lantai ruangan. Dalam proses

pembuatan pondasi rumah adat, Desa Wisata Sasak Ende masih menggunakan bahan

dari alam dan cara tradisional yaitu menggunakan campuran tanah dan ampas padi
69

sebagai perekat. Penggunaan tanah sebagai pondasi karna masyarakat Desa Wisata

Sasak Ende percaya bahwa manusia terbuat dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Setelah penggunaan tanah pada pondasi rumah, masyarakata Desa Wisata Sasak

Ende akan menggunakan kotoran sapi ataupun kerbau untuk melumuri lantai ruangan

yang dilakukan secara berkala baik dua sampai tiga kali dalam sebulan. Hal ini tetap

dilakukakan karna merupakan peninggalan nenek moyang dengan makna kotoran sapi

atau kerbau sebagai simbul kerja keras dalam bekerja sebagai petani sekaligus obat

anti nyamuk terkala malam hari.

2) Tiang

Tiang berfungsi menyalurkan beban dari atap ke pondasi. Tiang ini terbuat dari

kayu gelondongan atau yang biasa masyarakat sebut dengan tekan. Diatasnya ada kayu

berbentuk segi empat yang disebut ampak. Ampak berhubungan langsung dengan dua

bagian kayu lainnya yang disebut lampen dan Langkar, hal ini dikarenakan fungsi dari

kayu-kayu tersebut sebagai murplat (balok tembok atau blandar).

3) Atap

Atap adalah salah satu struktur dari bangunan yang berfungsi sebagai penutup

bagian atas pada suatu bangunan. Di Desa Wisata Sasak Ende, atap rumah

tradisionalnya masih menggunakan daun alang-alang yang di dapat dari hutan yang

kemudian di keringkan. Setelah di keringkan maka akan di susun dengan

menggunakan media bambu untuk di bentuk tipis. Penggunaan alang-alang pada

rumah Desa Wisata Sasak Ende memiliki fungsi sebagai pengatur suhu ruangan dalam

rumah dan terkala hujan tidak akan bersuara.


70

Kelemahan dari penggunaan daun alang-alang sebagai atap dari rumah adat Desa

Wisata Sasak Ende selalu di perbaharui lima sampai tujuh tahun sekali. Pembaharuan

atap ini dikarenakan lambat laun daun alang-alang yang digunakan sebagai atap akan

lapuk dikarenakan terkena terik panas matahari dan embun pada malam hari.

4) Dinding

Dinding yang digunakan pada rumah adat Desa Wisata Sasak Ende terbuat dari

anyaman bilah bambu yang di susun agak renggang. Hal ini disebabkan karena

bangunan rumah tidak memilki pentilasi ataupun jendela sehingga memanfaatkan

celah susunan bilah bambu sebagai ventilasi udaranya.

D. Struktur Kepengurusan Pengelola Desa Wisata Sasak Ende dan Kelompok

Sadar Wisata Desa Wisata Sasak Ende

Berikut ini adalah struktur kepengurusan Desa Wisata Sasak Ende secara adat

yang dijabarkan dalam gambar 4.1:


71

KETUA
Sunardi

SEKRETARIS
Yoga Irham

BENDAHARA
Mahrip

SEKSI - SEKSI

Pemandu lokal KEAMANAN Pokdarwis


Temu Amaq Risma Supardi

Buku Tamu Sanggar Seni Koperasi


Mahnim Amaq Erwim Zohratul Atain

Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Pengelola Desa Wisata Sasak Ende


Sumber: Dokumen Desa Wisata Sasak Ende (2023)

Gambar diatas merupakan struktur kepengurusan Desa Wisata Sasak Ende yang

merupakan destinasi pariwisata berbasis masyarakat. Menjadikan budaya suku Sasak

sebagai daya tarik pariwisatanya. Dalam perkembangannya, tentunya Desa Wisata

Sasak Ende memiliki struktur kepengurusan untuk keberlangsungan kepariwisataanya

dan tanggung jawab masing-masing bidang. Selain memiliki struktur kepengurusan

didalam secara adat, Desa Wisata Sasak Ende juga memiliki Struktur kepengurusan

dibawah naungan pemerintah. Melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan membentuk


72

Kelompok Sadar Wisata yang disingkat Pokdarwis. Tanggung jawab dari Pokdarwis

yang sudah di tetapkan berdasarkan Sapta Pesona yaitu: Keamanan, Ketertiban,

Kebesihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, Keindahan, dan Kenangan. Sapta

pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat

wisatawan berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende.

Berikut ini adalah struktur kepengurusan dan data kelembagaan kelompok Sadar

Wisata Desa Wisata Sasak Ende:

1. Nama Pokdarwis : Pokdarwis Desa Wisata Sasak Ende

2. Alamat Sekertariat : Jl. Pariwisata Sengkol-Kute

3. Nama Pengurus :

a. Penasehat : H. Lalu Syahrial Ahkmadi, S.H.

: Tamat

b. Ketua Pokdarwis : Zulhindro, Amd.Par.

c. Wakil Ketua : Asa Lidarto

d. Sekretaris : Mahrip

e. Bendahara : Supardi

f. Koordinator Seksi :

- Keamanan dan ketertiban : Amaq Asa

Anggota : Amaq Risma

: Mane

- Kebersihan dan keindahan : Yoga Irham

Anggota : Sekar Jaya


73

: Sume Jaye

- Daya Tarik Wisata : Suhardi

Anggota : Irwan Irfan Kadir

: Samiun

- Humas Dan Pengembangan SDM : Temu

Anggota : Abdul Rahim

: Hayudin

- Pengembangan Usaha : Sukerti, S.Pd

Anggota : Mahnim

: Inaq Edrik

Pokdarwis Desa Wisata Sasak Ende memiliki ruang lingkup kerja dan tanggung

jawab sesuai dengan wilayah kerja Pokdarwis sebagai berikut:

Table 4.1
Daya Tarik Desa Wisata Sasak Ende
Daya Tarik Wisata Ada / Tidak Keterangan
Ada
a. Daya tarik Wisata Alam Ada Perbukitan
b. Daya Tarik Wisata Budaya Ada Budaya Suku Sasak
c. Daya Tarik Wisata Khusus Ada Spot untuk foto selfi
Atau lainnya
Sumber: Pokdarwis Desa Wisata Sasak Ende (2023)

Tabel 4.1 menerangkan tentang potensi daya tarik wisata yang dikembangkan

berdasarkan jenis dari daya tarik wisatanya seperti: daya tarik wisata alam, daya tarik

wisata budaya, dan daya tarik wisata khusus atau buatan yang di kelola oleh

Pokdariwis Desa Wisata Sasak Ende. Perbukitan di wilayah Desa Wisata Sasak Ende
74

dijadikan sebagai daya tarik wisata alam. Keunikan budaya suku Sasak dijadikan

sebagai daya tarik wisata budaya. Serta pembuatan tempat berfoto dijadikan sebagai

daya tarik khusus bagi wisatawan dan di bawah kepengurusan pokdarwis Desa Wisata

Sasak Ende.

4.2 Karakteristik Wisatawan

Hasil karakteristik wisatawan di Desa Wisata Sasak Ende dijelaskan berdasarkan

Jenis Kelamin, Daerah Asal Wisatawan, Usia dan Pekerjaa. Karakteristik wisatawan

yang berkunjung di Desa Wisata Sasak Ende akan dijelaskan sebagai berikut

4.2.1 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut merupakan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata

Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah ditinjau berdasarkan jenis kelamin, yakni

dijabarkan dalam table berikut dibawah ini:

Tabel 4.2.
Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Laki-Laki 56 56
2. Perempuan 44 44
Jumlah 100 100

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2023

Berdasarkan pada Tabel 4.2. menunjukkan karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan bahwa wisatawan dengan jenis kelamin laki-laki lebih
75

banyak dengan presentase sebesar 56 persen dibandingkan dengan wisatawan dengan

jenis kelamin perempuan yaitu dengan presentase sebesar 44 persen. Hal ini

dikarenakan wisatawan Laki-laki cenderung memiliki minat terhadap atraksi wisata

yang memiliki daya tarik wisata budaya, seni dan pertunjukan atraksi budaya. Hasil ini

memperkuat penelitian dari Inzana, Mayunita, & Jumaah (2021) dan Mahayana (2019)

yang menyatakan bahwa wisatawan laki-laki lebih menyukai wisata budaya, kuliner

dan religi daripada wisatawan perempuan. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat

disimpulkan dari hasil data perolehan kuesioner bahwa jenis kelamin wisatawan yang

yang berkunjung ke Desa Wisata Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah lebih

didominasi oleh laki-laki.

4.2.2 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal Wisatawan

Berikut merupakan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata

Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah ditinjau berdasarkan daerah asal

wisatawan, yakni anatar wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang

dijabarkan dalama table 4.3 sebagai berikut dibawah ini:

Tabel 4.3
Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal Wisatawan

No. Daerah Asal Wisatawan Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Nusantara 45 45
2. Mancanegara 55 55
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2023.
76

Pada Tabel 4.3. menunjukkan bahwa daerah asal wisatawan yang berkunjung ke

Desa Wisata Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah lebih banyak dikunjungi oleh

wisatawan yang berasal dari mancanegara dengan presentase sebesar 55 persen

dibandingkan dengan wisatawan yang berasal dari nusantara dengan presentase sebesar

45 persen. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan dari hasil data

perolehan kuesioner bahwa wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sassak Ende

di Kabupaten Lombok Tengah tidak hanya digemari oleh wisatawan dalam negeri

tetapi juga wisatawan mancanegara dan berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa targeting wisatawan atau segmentasi pasar yang dimiliki Desa Wisata Sade

tidak hanya berfokus terhadap wisatawan domestik tetapi juga wisatawan mancanegara

sehingga lebih didominasi oleh wisatawan yang berasal dari mancanegara

dibandingkan wisatwan yang berasal dari nusantara.

4.2.3 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Usia

Berikut merupakan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata

Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah ditinjau berdasarkan usia:

Tabel 4.4
Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Usia

No. Umur Jumlah Persentase


(tahun) (orang) (%)
1. 15-24 51 51
2. 25-44 38 38
3. 45-65 10 10
4. Lebih dari 65 1 1
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2023
77

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 51 persen responden yang mengisi

kuesioner berusia di antara rentang 15 sampai 24 tahun, kemudian 38 persen responden

yang mengisi kuesioner berusia pada rentang 25 sampai 44 tahun, kemudian 10

persen responden yang mengisi kuesioner berada di rentang usia rentang 45 sampai 65

tahun, dan yang terakhir 1 persen responden yang mengisi kuesioner dengan rentang usia

lebih dari 65 Tahun. Hal ini dikarenakan usia 15 sampai 24 tahun cenderung memiliki

kemandirian dalam merencanakan dalam melakukan perjalanan mereka, wisatawan

dalam kelompok ini memiliki ketertarikan pada pengalaman budaya dan sejarah dan

serta waktu luang yang lebih banyak ketimbang kelompok usia 25 sampai 44 tahun

yang dimana meskipun memiliki kestabilan finansial yang lebih baik ketimbang usia

muda.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian dari Mahayana (2019) yang

menyatakan bahwa wisatawan berdasarkan umur 15 sampai 24 tahun merupakan

wisatawan yang paling banyak melakukan aktivitas wisata di Pulau Lombok

dibandingkan wisatawan usia 25 sampai 44 tahun, wisatawan usia 45 sampai 65 tahun

dan wisatawan dengan usia lebih dari 65 tahun merupakan wisatawan yang tidak

banyak melakukan aktivitas di pulau Lombok.

Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan

Berikut merupakan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata

Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah ditinjau berdasarkan pekerjaan, yang

dijabarkan dalam tabel 4.5:


78

Tabel 4.5
Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1 Pelajar/Mahasiswa 30 30
2 Pegawai Swasta 22 22
3 Lainnya 20 20
4 Pegawai Negeri Sipil 13 13
5 Pengusaha 13 13
6 Wiraswasta 2 2
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2023

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen responden yang

mengisi kuesioner memiliki pekerjaan sebagai Pelajar/Mahasiswa, kemudian sebanyak

22 persen memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Swasta, selanjutnya sebanyak 20 persen

memiliki pekerjaan lainnya, kemudian sebanyak 13 persen memiliki pekerjaan masing-

masing sebagai Pegawai Negeri Sipil dan sebagai pengusaha. Selanjutnya sebanyak 2

persen memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Berdasarkan pembahasan tersebut

dapat disimpulkan dari perolehan kuesioner, wisatawan yang paling dominan

berkunjung ke Desa Wisata Sassak Ende di Kabupaten Lombok Tengah adalah yang

memiliki pekerjaan sebagai pelajar mahasiswa.

Hal ini dikarenakan karena perilaku wisata berdasarkan kelompok pekerjaan

dimana pelajar/mahasiswa cenderung memiliki kemandirian dalam merencanakan

dalam melakukan perjalanan mereka, wisatawan dalam kelompok ini memiliki

ketertarikan pada pengalaman budaya dan sejarah dan serta waktu luang yang lebih

banyak. Selanjutnya wisatawan sebagai pegawai swasta cenderung melakukan


79

perjalanan akhir pekan (Weekend) walaupun memiliki waktu yang singkat tetapi

wisatawan yang berdasarkan pekerjaan pegawai swasta akan mencari destinasi yang

menawarkan makanan, festival budaya, acara seni, atau tour bersejarah yang dapat

memperkaya pengetahuan mereka tentang budaya dan sejarah destinasi yang dimiliki

Desa Wisata Sasak Ende sedangkan wisatawan dengan pekerjaan ASN merupakan

kategori wisatawan yang berkunjung paling rendah hal ini dikarenakan meskipun

memiliki pendapatan yang stabil tetapi wisatawan dengan kelompok pekerjaan ASN

tidak memiliki fleksibilitas waktu yang tinggi dan memiliki jadwal kerja yang teratur

sehingga kegiatan berwisata dilakukan pada hari cuti bersama.

4.2. Formulasi Alternatif Strategi IFAS

Pemberian rating terhadap indikator variabel lingkungan internal diperoleh

melalui perspektif responden yang berjumlah 100 (seratus) orang wisatawan yang

pernah berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende sebagai perwakilan untuk tahap

analisis. Terhadap kuesioner yang telah disebarkan dapat diketahui bahwa masing-

masing responden memberikan nilai yang berbeda dan mendapat rating yang sama

pada masing-masing indikator maka akan dicari rata-rata (mean) dari masing-masing

rating. Hasil analisis menunjukkan bahwa indicator variabel internal yang memiliki

rating paling besar, berarti paling besar mempengaruhi operasional desa. Berikut rata-

rata rating yang diberikan oleh masing-masing responden seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 4.6 sebagai berikut di bawah ini:


80

Tabel 4.6
Perhitungan Rating Faktor Lingkungan Internal Desa Wisata Sasak Ende di
Kabupaten Lombok Tengah
No. Indikator Rating
1 Atraksi dan arsitektur bangunan yang disuguhkan 4.28
Desa Wisata Sasak Ende kepada wisatawan.
2 Penjualan kain tenun, souvenir/cendramata dan segala 2.62
jenis produk ekonomi kreatif lainnya
3 Pembebasan penarikan retribusi tiket masuk ke Desa 4.21
Wisata Sasak Ende.
4 Harga Kain Tenun/ Songket dan Souvenir. 1.60
5 Desa Wisata Sasak Endemelakukan promosi melalui 4.07
media internet/website maupun media cetak seperti
brosur.
6 Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan akomodasi. 2.93
7 Penampilan pemandu wisata Desa Wisata Sasak Ende. 3.94
8 Keterampilan pemandu wisata menggunakan bahasa 3.99
asing.
9 Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak 4.10
Ende.
10 Desa Wisata Sasak Endememiliki lingkungan yang 2.13
bersih dan nyaman.
11 Prosedur pelayanan oleh pemandu wisata Desa Wisata 4.05
Sasak Ende.
12 Produksi kain tenun, souvenir/cendramata dan segala 3.94
jenis produk ekonomi kreatif lainnya.
Total 41.86
Sumber: Hasil Analisis Data 2023

Berdasarkan hasil analisis perhitungan rating dan pemratingan pada Tabel 4.6

dapat diidentifikasi indikator – indikator yang menjadi kekuatan maupun kelemahan

internal dari Desa Wisata Sasak Ende. Adapun indikator tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.7 sebagai berikut:


81

Tabel 4.7
Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan Internal Desa Wisata Sasak Ende
No Indikator Rating Kategori Komentar

Kekuatan
1 Atraksi dan arsitektur 4.28 Kekuatan Atraksi dan arsitektur
bangunan yang disuguhkan Sangat Besar bangunan yang unik
Desa Wisata Sasak Ende
kepada Wisatawan.
2 Pembebasan penarikan 4.21 Kekuatan Menggunakan sistem
retribusi tiket masuk ke Desa Sangat Besar donasi
Wisata Sasak Ende.
3 Keterampilan pemandu wisata 4.10 Kekuatan Beberapa menguasai
menggunakan bahasa asing. Besar bahasa Inggris, Prancis
dan Italia
4 Desa Wisata Sasak Ende 4.07 Kekuatan Memiliki website resmi
melakukan promosi melalui Besar yang dikelola
media internet/website maupun pemerintah daerah
media cetak seperti brosur.
5 Desa Wisata Sasak Ende 4.05 Kekuatan Terdapat organisasi
memiliki lingkungan yang Besar kepengurusan
bersih dan nyaman. kebersihan Desa
6 Penampilan pemandu wisata 3.99 Kekuatan Memakai pakaian adat
Desa Wisata Sasak Ende. Besar Desa
7 Saluran distribusi yang dimiliki 3.94 Kekuatan Bekerjasama dengan
Desa Wisata Sasak Ende. Besar Travel Agent
8 Prosedur pelayanan oleh 3.94 Kekuatan Memberikan
pemandu wisata Desa Wisata Besar kenyamanan bagi
Sasak Ende. wisatawan
Kelemahan
1 Harga Kain Tenun/ Songket 1.60 Kelemahan Harga Kain Tenun
dan Souvenir terbilang mahal. Sangat Besar terbilang mahal
2 Fasilitas wisata yang dimiliki 2.13 Kelemahan Tidak adanya tourist
Desa Wisata Sasak Ende. Besar information.
3 Program paket wisata yang 2.63 Kelemahan Belum adanya paket
ditawarkan Desa Wisata Sasak Besar wisata yang dimiliki
Ende kepada wisatawan.
4 Lokasi Desa Wisata Sasak 2.93 Kelemahan Minimnya akomodasi
Ende dengan akomodasi. Besar restoran dan penginapan
di kawasan Ende.
Sumber: Hasil Penelitian 2023
82

A. Kekuatan

1) Rating terbesar terdapat pada indikator atraksi dan keunikan arsitektur bangunan

yang disuguhkan oleh Desa Wisata Sasak Ende kepada wisatawan dengan rating

sebesar (4,28). Indicator ini menjadi kekuatan utama dengan perolehan rating

terbesar yang dimiliki oleh Desa Wisata Sasak Ende yang tentunya menjadi salah

satu daya tarik utama dibandingkan desa-desa wisata yang lain di kabupaten

Lombok Tengah.

2) Kekuatan yang lain dengan urutan kedua dengan rating (4,21) yaitu Pembebasan

penarikan retribusi tiket masuk ke Desa Wisata Sasak Ende, sehingga ini

menjadi salah satu kekuatan utama yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende,

dengan adanya sistem donasi ini cukup menarik simpati para wisatawan lokal

khususnya yang berasal dari Lombok itu sendiri karena untuk tiket masuk tidak

memaksakan para wisatawan untuk membayar uang yang ditentukan melainkan

secara sukarela bahkan terkadang ada beberapa wisatawan diperbolehkan masuk

begitu saja tanpa memberikan donasi.

3) Keterampilan Pemandu Wisata Lokal dalam menggunakan Bahasa asing dengan

besar rating (4,10), pada saat melakukan penelitian setiap Pemandu Wisata

Lokal lokal menggunakan pakaian adat desa dengan rapi dan sopan dan juga

beberapa pemandu wisata lokal sudah mampu menguasai dengan baik

keterampilan Bahasa asing seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Prancis. Namun

tidak menutup kemungkinan untuk pihak Kepala Dusun agar melakukan

pelatihan tiap bulannya kepada para pemandu wisata lokal yang, baik yang
83

diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah maupun

instansi terkait lainnya sehingga terjadi pemerataan pada setiap pemandu wisata

lokal memiliki keterampilan bahasa asing yang kompeten.

4) Indikator Desa Wisata Sasak Ende yang melakukan promosi melalui media

Internet/website maupun media cetak seperti brosur dengan besar rating (4,07),

Desa Wisata Sasak Ende telah melakukan promosi melalui media cetak seperti

brosur yang terdapat pada stand donasi di pintu masuk dusun yang nantinya akan

dibagikan kepada wisatawan yang berkunjung, serta Desa Wisata Sasak Ende

sudah memiliki website resmi namun masih dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Lombok Tengah, untuk kedepannya diharapkan website tersebut

sudah dapat dikelola sendiri oleh Desa Wisata Sasak Ende atau melakukan

kerjasama dengan komunitas yang bersedia dan ahli dalam bidang pengelolaan

sebuah website agar bisa lebih optimal dalam promosi.

5) Indikator Desa Wisata Sasak Ende memiliki lingkungan yang bersih dan nyaman

dengan besar rating (4,05), hal ini dapat dikatakan baik karena Desa Wisata

Sasak Ende sudah memiliki tempat sampah di setiap sudut dusun dan memiliki

anggota organisasi yang menangani kebersihan dari Desa Wisata Sasak Ende.

6) Indikator penampilan pemandu wisata Desa Wisata Sasak Ende dengan besar

rating (3,99), pada saat melakukan penelitian setiap pemandu wisata lokal

menggunakan pakaian adat desa dengan rapi dan sopan.

7) Indikator (1) Saluran distribusi yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende, Desa

Wisata Sasak Ende melakukan kerjasama dengan beberapa relasi atau pihak
84

ketiga untuk mendatangkan wisatawan ke DTW, salah satu Travel Agent yang

bekerjasama dengan Desa Wisata Sasak Ende adalah ASIA WISATA dan (2)

Prosedur pelayanan oleh pemandu wisata Desa Wisata Sasak Ende dengan besar

rating masing-masing (3,94). Hal ini dapat dikatakan sudah cukup baik dengan

prosedur yang dilakukan pemandu wisata terhadap para wisatawan yang

berkunjung, saat peneliti melakukan kunjungan ke Desa Wisata Sasak Ende

melihat para pemandu wisata lokal sudah berjaga di depan pintu masuk untuk

menyambut para wisatawan dan mengajak berkumpul di gazebo atau tempat

peristirahatan untuk di jelaskan sejarah tentang Desa Wisata Sasak Ende serta

disuguhkan atraksi presean dan gendang beleq dan selanjutnya berkeliling

melihat keunikan arsitektur bangunan dan cara pembuatan kain tenun/gelang.

B. Kelemahan

1) Kelemahan utama dari Desa Wisata Sasak Ende yaitu indikator harga kain

tenun/songket dan souvenir dengan besar rating (1,60), hal ini dikarenakan untuk

harga kain tenun asli dari Desa Wisata Sasak Ende terbilang mahal dengan

kisaran harga dari Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000 dan peneliti mendapatkan

informasi dari TripAdvisor.com komentar wisatawan tentang harga kain tenun

Desa Wisata Sasak Ende:

“The Sasak community's entire history was really eye-opening. In addition,


it was incredibly marketed with all the mementos, so-called weaved fabric,
etc., and it was really costly. 500k rupiah for a single item. You may buy it
at the airport for about 150k. They also assert that they will control the
negotiation process until an agreement is reached by both sides. Bull-crap.
The worst part is that they begin to market grandmotherly tales like "I have
a family of 10, it takes a long time to weave this." Come on, seriously? A
85

"pity me" game being played? I won't suggest visiting here.


(@Geraldinesc28)

Hal tersebut akan berdampak pada nilai jual produk Desa Wisata Sasak

Ende dan dapat mempengaruhi wisatawan lebih cenderung memilih untuk

membeli jenis kain tenun ini di luar Desa Wisata Sasak Ende tersebut dengan

harga yang lebih murah.

2) Indikator Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende dengan besar

rating (2,13), Hal tersebut dikategorikan sebagai kelemahan bagi Desa Wisata

Sasak Ende walaupun untuk fasilitas wisata sebagai penunjang wisatawan

seperti toilet, lahan parkir dan tempat berkumpul/peristirahatan (gazebo)

sudah ada, namun tourist information yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende

masih belum ada.

3) Indikator Program paket wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Sasak

Ende dengan besar rating (2,62). Beberapa program paket wisata Desa Wisata

Sasak Ende hanya menawarkan sebuah pelatihan membuat kain tenun kepada

para wisatawan yang berkunjung, hal ini dikategorikan sebagai kelemahan

bagi Desa Wisata Sasak Ende dikarenakan untuk pesaing dari Desa Wisata

Sasak Ende yaitu Desa Wisata Sasak Sade juga memiliki produk dan atraksi

yang disuguhkan sama. Diharapkan untuk kedepannya memiliki inovasi

produk paket wisata yang berbeda dengan pesaing dengan memanfaatkan

potensi-potensi yang dimiliki seperti memanfaatkan makanan khas yang


86

dimiliki Desa Wisata Sasak Ende serta memanfaatkan pakaian adat yang

dapat dicoba oleh wisatawan lalu dikemas berupa paket wisata.

4) Indikator Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan akomodasi dengan besar

rating (2,93). Lokasi Desa Wisata Sasak Endeini terletak tidak jauh dari

destinasi lain seperti Pantai Kuta Mandalika yang merupakan salah satu

destinasi wisata favorit di Kabupaten Lombok Tengah dengan jarak yang

ditempuh kurang lebih 11 km dan jarak dari Desa Wisata Sasak Ende menuju

bandara kurang lebih sekitar 7 km. Namun masih minimnya akomodasi

seperti penginapan dan/atau restoran di kawasan Desa Wisata Sasak Ende,

sehingga wisatawan beranjak dari Desa Wisata Sasak Ende untuk mencari

akomodasi terdekat yaitu di sekitaran KEK Mandalika.

Hasil analisis dari penelitian ini selaras dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Mahayana (2019), dimana indikator atraksi dan keunikan arsitektur

bangunan yang disuguhkan oleh Desa Wisata Sasak Ende menjadi kekuatan utama

yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende. Sedangkan indikator harga kain tenun/songket

dan souvenir menjadi kelemahan utama dalam faktor internal lingkungan desa wisata.

Penelitian kami menambah bukti pada literatur sebelumnya oleh Permadi, dkk

(2017) dengan menunjukkan bahwa faktor internal di Desa Wisata, yang termasuk

dalam Kekuatan meliputi: Kerajinan Tenun, Budaya, Jiwa wirausaha masyarakat,

Aksebilitas, Sikap masyarakat, Pendapatan yang diperoleh masyarakat luas, dan

Kondisi keamanan desa. Sementara itu Kelemahan meliputi: Sarana dan prasarana

yang memadai, Keterampilan masyarakat dalam berbahasa asing, Pelayanan kepada


87

wisatawan, Dukungan dana yang memadai, Kebersihan lingkungan, Pemanfaatan

SDM sebagai pemandu wisata dan Penataan lingkungan desa. Hasil penelitian ini juga

mendukung pernyataan hasil wawancara dengan Samiun, selaku ketua Pemandu

Wisata Lokal Desa Wisata Sasak Ende yang mengatakan:

“… . Kekuatan utama Desa Wisata Sasak Ende adalah warisan budaya dan tradisi
yang kaya dari nenek moyang kami. Arsitektur bangunan dan kesenian
tradisional khas suku Sasak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tarian,
musik, dan seni anyaman menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang datang
ke desa wisata kami. Selain itu, lokasi geografis kami yang terletak di antara
gunung dan pantai memberikan keindahan alam yang luar biasa. Ini menciptakan
pengalaman wisata yang unik bagi para pengunjung. Salah satu kelemahan yang
kami hadapi adalah kurangnya fasilitas penginapan dan restoran yang masih
terbatas, yang dapat mempengaruhi kenyamanan wisatawan selama berkunjung
di desa wisata kami. … .”
Berdasarkan uraian di atas, kekuatan-kekuatan yang dimiliki Desa Wisata Sasak

Ende memainkan peran penting dalam meningkatkan daya tarik dan kepuasan

wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende. Disamping itu, kelemahan-

kelemahan yang ada perlu diperhatikan dan ditangani secara pro-aktif guna untuk

meningkatkan pengalaman wisatawan dan memperbaiki kualitas pelayanan di Desa

Wisata Sasak Ende.

4.3 Formulasi Alternatif Strategi EFAS

Setelah pada analisis lingkungan internal, maka untuk analisis lingkungan

eksternal juga didahului dengan pemratingan terhadap indikator variabel lingkungan

strategis eksternal yang dilakukan oleh responden yang berjumlah 6 (enam) orang yang

berasal dari dalam dan luar manajemen Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok

Tengah diantaranya Pemandu Wisata (Anggota HPI Lombok Tengah), Kepala Desa
88

Wisata Sasak Ende, Ketua Pengelola Desa Wisata Sasak Ende, Kepala Pemandu

Wisata Lokal Desa Wisata Sasak Ende, Dosen Pariwisata Universitas Mataram dan

Admin Media (Go Mandalika). Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan dapat

diketahui bahwa masing-masing responden memberikan nilai yang berbeda dan

mendapat rating yang sama pada masing-masing indikator maka akan dicari rata-rata

(mean) dari masing-masing rating. Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator

variabel eksternal yang memiliki rating paling besar, berarti paling besar

mempengaruhi operasional desa. Berikut rata-rata rating yang diberikan oleh masing-

masing responden seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.8:

Tabel 4.8
Perhitungan Rating Faktor Lingkungan Eksternal Desa Wisata Sasak Ende di
Kabupaten Lombok Tengah
No. Indikator Rating
1 Berdekatan dengan Kompetitor 2.0
2 Kompetitor memiliki produk yang sama. 2.0
3 Pengelola competitor lebih profesional. 1.8
4 Stabilitas keamanan di Lombok tidak Kondusif. 2.4
5 Kebijakan pemerintah daerah fleksibel 4.0
6 Tingkat tukar rupiah terhadap dollar Amerika Stabil. 4.0
7 Mengikuti perkembangan teknologi informasi. 4.2
8 Terjadinya bencana/gangguan alam. 1.6
9 Tren halal tourism di Lombok 3.8
Total 25.8
Sumber: Hasil Analisis Data (2023)

Berdasarkan hasil analisis perhitungan rating dan pemratingan pada Tabel 4.8

dapat diidentifikasi indikator – indikator yang menjadi peluang maupun ancaman


89

eksternal dari Desa Wisata Sasak Ende. Adapun indikator tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.9:

Tabel 4.9.
Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal Desa Wisata Sasak Ende
No Indikator Rating Kategori Komentar
Peluang
1 Mengikuti 4.21 Peluang Sangat Besar Peluang untuk
perkembangan mempromosikan
teknologi informasi. produk Desa
Wisata Sasak
Ende
2 Kebijakan 4.0 Peluang Besar Membantu
pemerintah daerah pengembangan
fleksibel Desa Wisata
Sasak Ende
3 Tingkat tukar rupiah 4.0 Peluang Besar Mempengaruhi
terhadap dollar daya beli
Amerika Stabil. wisatawan
4 Tren halal tourism di 3.8 Peluang Besar Menambah
Lombok pangsa pasar
yang baru
Ancaman
1 Stabilitas keamanan 2.4 Ancaman Besar Menurunkan
di Lombok. image Lombok
dan Desa Wisata
Sasak Ende
2 Berdekatan dengan 2.0 Ancaman Besar Persaingan yang
Kompetitor ketat
3 Kompetitor memiliki 2.0 Ancaman Besar Persaingan pasar
produk yang sama. yang ketat
4 Pengelola competitor 1.8 Ancaman Sangat Besar Pengelola
lebih profesional. kompetitor
memiliki banyak
relasi
5 Terjadinya bencana/ 1.6 Ancaman Sangat Besar Menurunkan
gangguan alam. tingkat
kunjungan
Sumber: Hasil Penelitian 2023
90

A. Peluang

1) Dapat dilihat bahwa indikator mengikuti perkembangan teknologi informasi

memiliki rating terbesar yaitu (4,2) hal ini dikategorikan sebuah peluang bagi

Desa Wisata Sasak Ende dalam mempromosikan ataupun memasarkan produk

yang dimiliki karena semakin canggihnya teknologi informasi maka penyebaran

informasi akan semakin cepat, Desa Wisata Sasak Ende pun sudah memiliki

website resmi yang diberikan dari pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lombok Tengah untuk digunakan sebagai media promosi ataupun pemasaran.

2) Ada dua indikator dengan besar rating masing-masing (4,0) yaitu (1) tingkat nilai

tukar dollar Amerika stabil. Walaupun secara umum saat wisatawan melakukan

perjalanan tidak memperdulikan nilai mata uang, hal tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap daya beli wisatawan setelah sampai di Negara tujuan, (2)

indikator kebijakan pemerintah daerah dinilai sangat penting dalam mendukung

kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke Lombok.

3) Indikator tren Halal Tourism di Lombok dengan besar rating (3,80). Dengan

ditetapkannya Lombok sebagai salah satu destinasi world halal tourism maka

secara tidak langsung turut mempromosikan kepariwisataan Lombok ke

wisatawan dunia atau khususnya wisatawan muslim. Hal tersebut menjadi

peluang yang besar bagi Desa Wisata Sasak Endemengingat Ende memiliki

target pasar yaitu Asia dan Nusantara, dengan memanfaatkan Ceruk Pasar (niche

market) yang belum terlalu diperhatikan namun memiliki potensi besar dalam
91

mendatangkan keuntungan seperti segmen wisatawan timur tengah (midle –east

Asia).

B. Ancaman

1. Selanjutnya indikator stabilitas keamanan di Lombok memiliki besar rating (2,4)

hal ini akan berpengaruh pada minat wisatawan berkunjung, apabila keamanan

di Lombok kondusif wisatawan akan senang dan merasa nyaman melakukan

perjalanan wisata. Lombok sendiri memiliki brand image keamanan yang masih

lemah, terdapat banyak daerah yang tekenal dengan wilayah yang rawan

pembegalan baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan asing, untuk itu

diperlukan peran pemerintah daerah untuk mengatasi dan mengawasi keamanan

di Lombok.

2. Indikator selanjutnya yaitu (1) berdekatan dengan kompetitor dan (2)

Kompetitor memiliki produk yang sama dengan besar rating masing-masing

sebesar (2,0). Hal ini merupakan sebuah ancaman bagi Desa Wisata Sasak Ende

dikarenakan lokasi kompetitor terbilang cukup dekat dengan Desa Wisata Sasak

Ende dan produk yang ditawarkan hampir sama, ini akan menjadi perebutan

pasar yang ketat antara Desa Wisata Sasak Ende dengan Desa Ende.

3. Selanjutnya indikator Pengelola kompetitor lebih professional dengan besar

rating (1,8), pengelola dari kompetitor tersebut memiliki relasi yang lebih luas.

4. Indikator yang terakhir yaitu Terjadinya bencana/gangguan alam dan pandemi

dengan besar rating (1,6), baru-baru ini Lombok dilanda bencana gempa bumi

pada bulan Agustus tahun 2018 lalu dan berdampak pada tingkat kunjungan
92

wisatawan ke Lombok khususnya pada Desa Wisata Sasak Ende wisatawan yang

berkunjung terlihat menurun drastis walaupun tidak ada kerusakan bangunan

dari Desa Wisata Sasak Ende.

Hasil analisis dari penelitian ini relevan dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Mahayana (2019), dimana indikator mengikuti perkembangan

teknologi informasi menjadi peluang utama yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende.

Sedangkan indikator stabilitas keamanan di Lombok menjadi ancaman utama yang

dimiliki Desa Wisata Sasak Ende dalam faktor eksternal lingkungan desa wisata.

Temuan penelitian ini mendukung hasil studi terdahulu oleh Kanom (2015) yang

menunjukkan bahwa berikut adalah beberapa kendala yang bisa menghambat dalam

pemasaran Desa Wisata Sasak Ende sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan

diantaranya adalah; masih rendahnya sumber daya manusia khususnya sektor

pariwisata, manajemen destinasi pariwisata yang masih kurang, masih rendahnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan serta

kemanan dan kenyamanan yang masih kurang.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan pendapat dari Sunardi selaku ketua

Pengelola Desa Wisata Sasak Ende yang mengatakan:

“Peluang utama yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende adalah meningkatnya
minat wisatawan terhadap wisata budaya dan alam. Dengan memiliki warisan
budaya dan tradisi yang kaya, serta lokasi geografis yang indah, kami memiliki
daya tarik yang unik bagi wisatawan. Selain itu, meningkatnya konektivitas dan
aksesibilitas ke daerah ini, termasuk melalui pembangunan infrastruktur jalan
dan fasilitas transportasi, juga memberikan peluang untuk meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan.
93

. …, ada beberapa ancaman yang perlu kami perhatikan. Pertama, persaingan


dengan destinasi wisata Sade yang memiliki jenis wisata serupa dan kami perlu
terus berinovasi untuk mempertahankan daya tarik wisata kami. Selain itu,
adanya perubahan pola kunjungan wisatawan akibat situasi politik, ekonomi,
atau bencana alam juga dapat menjadi ancaman. Kami harus siap menghadapi
perubahan tersebut dan menjaga keberlanjutan pariwisata. … .
. …, kami telah melakukan beberapa langkah untuk mengoptimalkan peluang
dan mengatasi ancaman tersebut. Pertama, kami terus memperbaiki dan
mempromosikan atraksi budaya dan alam kami melalui pemasaran online dan
offline. Kami juga menjalin kerjasama dengan pihak terkait, seperti pemerintah
daerah, lembaga pariwisata, dan pelaku bisnis lokal, untuk meningkatkan fasilitas
dan layanan kami. Selain itu, kami terus melakukan pemantauan terhadap
perubahan tren pariwisata dan melakukan diversifikasi produk wisata agar dapat
beradaptasi dengan perubahan pasar.”
Sehingga berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukaknnya program

pengembangan kualitas keamanan di sekitar desa wisata, penataan destinasi dan

invetarisasi daya tarik wisata di Desa Wisata Sasak Ende harus dilakukan dengan detail

dan sebaik mungkin, termasuk manajemen destinasinya dengan pendekatan spiritual,

realitas sosiologis masyarakat di destinasi pariwisata, dan pembangunan berkelanjutan.

4.4 Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT dalam penelitian ini disusun berdasarkan hasil dari identifikasi

lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang berupa kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki oleh desa wisata dan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh desa

wisata. Adapun kemudian analisis matriks SWOT menghasilkan empat tipe alternatif

strategi, yaitu strategi S-O (Strength – Opportunities), strategi W-O (Weakness –

Opportunities) dan strategi S-T (Strength – Threats). Strategi yang dihasilkan dari

matriks SWOT dapat dilihat dalam Tabel 4.10:


Tabel 4.10.
Analisis Matriks SWOT Desa Wisata Sasak Ende
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Atraksi dan arsitektur bangunan yang 1. Belum adanya program paket wisata yang
disuguhkan Desa Wisata Sasak Ende Kepada ditawarkan oleh Desa Wisata Sasak Ende
wisatawan. kepada wisatawan.
2. Pembebasan retribusi tiket masuk ke Desa 2. Harga kain tenun/songket dan souvenir
Wisata Sasak Ende. terbilang mahal.
3. Desa Wisata Sasak Ende melakukan promosi 3. Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan
melalui media internet/website maupun media akomodasi cukup jauh.
cetak seperti brosur. 4. Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata
4. Saluran distribusi Desa Wisata Sasak Ende. Sasak Ende masih kurang.
5. Penampilan Pemandu wisata Desa Wisata Sasak
Ende.
6. Keterampilan pemandu wisata menggunakan
Bahasa asing.
7. Desa Wisata Sasak Ende memiliki lingkungan
yang bersih dan nyaman.
8. Prosedur pelayanan pemadu wisata lokal Desa
Wisata Sasak Ende.
Peluang (O) Strategi SO: Strategi WO:
1. Kebijakan pemerintah daerah 1) Peningkatan Kualitas Produk Wisata. (S1, S7, 1) Pengembangan Fasilitas Sarana dan Prasarana
fleksibel. S3, S8, S4 – O3, O4) Desa Wisata Sasak Ende (W4– O1)
2. Tingkat tukar rupiah terhadap dollar 2) Peningkatan Kualitas SDM Pemandu Wisata 2) Promosi Produk Wisata Melalui Media Sosial.
Amerika stabil. Berkelanjutan. (S5, S6 – O1) (W1 – O3)
3. Mengikuti perkembangan teknologi 3) Perluasan Area Desa Wisata (S1, S4, S7 – O1, 3) Penyediaan Penginapan di Desa Wisata (W3,
informasi. O2, O3) W4 – O1, O3)
4. Tren Halal Tourism di Lombok
Ancaman (T) Strategi ST: Strategi WT:
1. Berdekatan dengan kompetitor. 1) Peningkatan Promosi Desa Wisata (S3, S4 – T4, 1) Standarisasi Harga Produk Pariwisata dan
2. Kompetitor memiliki produk yang T5) Ekonomi Kreatif. (W2 – T2)
sama. 2) Branding Desa Wisata (S1, S2 - T1, T2, T3) 2) Inovasi Produk Pariwisata dan Ekonomi
3. Pengelola kompetitor lebih 3) Peningkatan Kualitas SDM Pengelola Desa Kreatif. (W1 – T1, T2)
profesional. Wisata (S1, S2, S4 – T1, T2, T3) 3) Kerjasama dengan Perusahaan/Ahli Keamanan
4. Stabilitas keamanan di Lombok. (W3, W4 – T3, T4)
5. Terjadinya bencana/gangguan alam.

94
Sumber: Hasil Penelitian (2023)
95

Dalam pembuatan strategi atau rencana dalam penelitian ini diawali dengan

menjelaskan faktor internal dan faktor eksternal yang di dalamnya terdapat kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman. Dilanjutkan dengan penggunaan matrik SWOT

sehingga menemukan strategi atau rencana alternative. Strategi yang dihasilkan dari

analisis matrik SWOT (tabel 4.5) untuk alternatif strategi yang dapat dilakukan di Desa

Wisata Sasak Ende ialah sebagai berikut dibawah ini:

1. Strategi S-O
Strategi yang diterapkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan

memaksimalkan peluang yang ada yaitu:

A. Peningkatan kualitas produk wisata. Program peningkatan kualitas produk wisata

di atas dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap

objek wisata. Implementasi program yang konsisten dan berkelanjutan akan

meningkatkan daya tarik dan kualitas produk wisata. Berikut ini adalah contoh

program peningkatan kualitas produk wisata yang dapat diimplementasikan:

a) Melakukan survei kepuasan pengunjung untuk mengetahui kelemahan dan

kekuatan produk wisata yang ditawarkan. Data yang diperoleh dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi dan perbaikan produk wisata yang ada.

b) Mengadakan pelatihan bagi para pengelola wisata, khususnya dalam hal

pelayanan terhadap pengunjung. Pelatihan dapat mencakup aspek-aspek seperti

keramahan, kerapihan, kebersihan, dan pengetahuan tentang objek wisata yang

dijelaskan kepada pengunjung.


96

c) Meningkatkan kualitas fasilitas yang tersedia di area wisata, seperti toilet, tempat

parkir, restoran, dan sarana lainnya. Fasilitas yang memadai akan meningkatkan

kenyamanan dan kepuasan pengunjung.

B. Peningkatan kualitas SDM Pemandu Wisata yang berkelanjutan. Adapun contoh

program yang bisa di ikuti ialah program pelatihan pemandu wisata yang diadakan

pemerintah daerah maupun oleh instansi-instansi yang terkait. Strategi tersebut

dilakukan guna meningkatkan kualitas SDM pemandu wisata lokal Desa Wisata

Sasak Ende untuk menjadi Pemandu Wisata yang baik dalam melayani wisatawan

dan mempelajari bahasa asing baru seperti bahasa arab untuk menangani

wisatawan Timur Tengah yang menjadi segmen pasar baru dari Desa Wisata

Sasak Ende.

C. Perluasan desa wisata merupakan upaya untuk mengembangkan dan

meningkatkan potensi wisata di suatu desa dengan melibatkan partisipasi aktif

masyarakat lokal. Program perluasan desa wisata membutuhkan komitmen yang

kuat dan keterlibatan aktif dari masyarakat lokal. Dengan pendekatan yang terarah

dan berkelanjutan, desa wisata dapat menjadi sumber penghasilan yang

berkelanjutan bagi masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup mereka, sambil

tetap menjaga keberlanjutan alam dan budaya lokal. Berikut ini adalah beberapa

program yang dapat dilakukan dalam program perluasan desa wisata:

a) Konsultasi dan Partisipasi Masyarakat: Libatkan masyarakat dalam proses

pengembangan desa wisata. Selenggarakan pertemuan, diskusi, atau konsultasi

dengan penduduk desa untuk mendapatkan masukan, ide, dan aspirasi mereka
97

terkait pengembangan desa wisata. Masyarakat harus merasa memiliki dan

terlibat dalam setiap tahap program ini.

b) Pengembangan Infrastruktur: Perbaiki atau bangun infrastruktur dasar yang

diperlukan untuk mendukung pariwisata, seperti akses jalan, sistem sanitasi, dan

sumber daya air. Pastikan bahwa infrastruktur ini memadai untuk menampung

jumlah wisatawan yang lebih besar.

c) Pelatihan dan Pendidikan: Berikan pelatihan kepada masyarakat dalam bidang

seperti kerajinan tangan, pemandu wisata, kebersihan dan keamanan, dan

manajemen bisnis. Hal ini akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

masyarakat dalam menyediakan layanan yang berkualitas kepada wisatawan.

d) Diversifikasi Produk Wisata: Selain daya tarik utama, dorong masyarakat untuk

mengembangkan produk wisata tambahan, seperti homestay, agrowisata, kuliner

lokal, atau kegiatan ekowisata. Diversifikasi produk wisata akan memberikan

variasi pengalaman bagi wisatawan dan meningkatkan tingkat kunjungan.

e) Evaluasi dan Monitoring: Lakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur

keberhasilan program perluasan desa wisata. Tinjau kembali strategi yang telah

dilakukan, identifikasi area perbaikan, dan monitor dampak yang telah dicapai.

f) Kerjasama dengan Pihak Terkait: Jalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait,

seperti pemerintah daerah, perusahaan swasta, lembaga pendidikan, atau

komunitas lokal. Kerjasama ini dapat membantu dalam pembiayaan, promosi,

pengembangan kapasitas, dan pemberdayaan masyarakat.


98

2. Strategi W-O

Strategi ini ditujukan untuk memperbaiki atau membenahi kelemahan yang

dimiliki suatu perusahaan supaya dapat memanfaatkan atau mengambil peluang yang

ada di industri. Dalam hal ini kemudian menghasilkan strategi yaitu:

A. Pengembangan fasilitas sarana dan prasarana Desa Wisata Sasak Ende. Program

pengembangan fasilitas sarana dan prasarana di Desa Wisata di atas dapat

diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap desa wisata.

Implementasi program yang konsisten dan berkelanjutan akan meningkatkan

daya tarik dan kualitas Desa Wisata, sehingga dapat menarik wisatawan dan

meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Wisata Sasak Ende. Berikut ini

adalah contoh program pengembangan fasilitas sarana dan prasarana di Desa

Wisata yang dapat diimplementasikan:

a) Pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi masyarakat setempat, seperti

kerajinan tangan, seni budaya, dan kuliner lokal untuk memperkuat daya tarik

desa wisata.

b) Pembuatan papan informasi, petunjuk arah, dan peta desa wisata untuk

memudahkan wisatawan dalam menjelajahi desa wisata.

c) Penyediaan sarana penunjang bagi wisatawan yang memiliki disabilitas.

d) Pembangunan fasilitas penginapan, baik homestay, guesthouse, atau hotel kecil,

yang dapat menampung wisatawan dengan berbagai macam kelas dan harga.

B. Promosi produk wisata melalui media sosial. Program promosi produk wisata

melalui media sosial di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
99

setiap objek wisata. Implementasi program yang konsisten dan berkelanjutan akan

meningkatkan popularitas dan visibilitas produk wisata, sehingga dapat menarik

minat wisatawan dan meningkatkan pendapatan daerah. Berikut ini adalah contoh

program promosi produk wisata melalui media sosial yang dapat

diimplementasikan:

a) Membuat akun media sosial resmi untuk produk wisata, seperti Facebook,

Instagram, atau Twitter. Akun tersebut harus terkelola dengan baik dan terus di

tingkatkan dengan konten yang menarik dan informatif.

b) Membuat konten visual yang menarik, seperti foto dan video yang menampilkan

keindahan dan keunikan objek wisata yang ditawarkan. Konten visual yang

menarik dapat menarik perhatian audiens dan meningkatkan minat mereka untuk

mengunjungi objek wisata.

c) Menjalin kerjasama dengan influencer atau selebriti lokal yang memiliki

pengikut di media sosial untuk memperluas jangkauan audiens dan

meningkatkan visibilitas produk wisata.

C. Strategi penyediaan penginapan di desa wisata bertujuan untuk memperluas

pilihan akomodasi bagi wisatawan dan mendorong pertumbuhan pariwisata

berkelanjutan di Desa Wisata Sasak Ende. Dengan adanya program penyediaan

penginapan di desa wisata, diharapkan jumlah wisatawan dapat meningkat,

pendapatan masyarakat lokal meningkat, dan desa wisata menjadi tujuan

pariwisata yang menarik dengan akomodasi yang berkualitas. Berikut adalah

beberapa program yang dapat diambil dalam strategi tersebut:


100

a) Pelatihan dan Sertifikasi: Berikan pelatihan kepada pemilik dan pengelola

penginapan terkait manajemen akomodasi, pelayanan pelanggan, kebersihan,

dan keamanan. Dukung juga sertifikasi atau penilaian kualitas untuk memastikan

bahwa penginapan memenuhi standar tertentu dalam hal fasilitas, kebersihan,

dan layanan.

b) Pemberdayaan Masyarakat: Dukung masyarakat desa untuk menjadi pemilik

atau pengelola penginapan dengan memberikan pendampingan, akses ke

pembiayaan, atau bantuan teknis. Dorong partisipasi aktif masyarakat dalam

pengelolaan penginapan untuk memperkuat keterlibatan dan keberlanjutan

pariwisata.

c) Kerjasama dengan Pihak Terkait: Jalin kerjasama dengan pemerintah daerah,

asosiasi pariwisata, atau agen perjalanan untuk memperluas jangkauan promosi

penginapan di desa wisata. Kerjasama ini dapat meliputi penyediaan informasi,

distribusi brosur, atau paket perjalanan yang melibatkan penginapan desa wisata.

3. Strategi S-T

A. Peningkatan Promosi Desa Wisata Sasak Ende.

B. Branding Desa Wisata Sasak Ende.

Strategi Peningkatan promosi dan Branding Desa Wisata Sasak Ende.Hal ini

dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setiap Desa Wisata.

Implementasi program yang konsisten dan berkelanjutan akan meningkatkan

popularitas dan citra positif Desa Wisata, sehingga dapat menarik minat wisatawan
101

dan meningkatkan pendapatan masyarakat di desa tersebut. Berikut ini adalah contoh

program peningkatan promosi dan re-branding Desa Wisata Sasak Ende yang dapat

di implementasikan:

a) Meningkatkan kualitas objek wisata dengan melakukan perbaikan dan

pembenahan pada infrastruktur dan fasilitas, serta meningkatkan kualitas layanan

dan pelayanan di objek wisata.

b) Menggunakan media tradisional dan online untuk mempromosikan Desa Wisata,

seperti iklan di media cetak, radio, televisi, dan media online seperti website dan

media sosial.

c) Melakukan kerja sama dengan agen perjalanan dan travel blogger untuk

memperluas jangkauan promosi dan meningkatkan visibilitas Desa Wisata.

d) Melibatkan masyarakat lokal dalam program promosi dan branding, seperti

dengan melibatkan mereka dalam membuat konten promosi, atau melibatkan

mereka dalam menyediakan produk atau jasa pendukung wisata.

C. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam desa wisata

adalah langkah penting untuk memastikan bahwa masyarakat lokal memiliki

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengelola dan

menyediakan layanan pariwisata yang berkualitas. Melalui program ini,

diharapkan masyarakat desa wisata dapat mengembangkan keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola dan menyediakan layanan

pariwisata yang berkualitas, sehingga meningkatkan pengalaman wisatawan dan


102

kontribusi ekonomi desa secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa program

yang dapat di imlementasikan:

a) Identifikasi Kebutuhan dan Potensi: Lakukan identifikasi kebutuhan dan potensi

SDM di desa wisata. Identifikasi keterampilan yang ada, serta pengetahuan yang

perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat mengelola wisata dengan baik. Dengan

memahami kebutuhan dan potensi, program pelatihan dapat disesuaikan secara

efektif.

b) Pelatihan dan Pendidikan: Sediakan pelatihan dan pendidikan yang relevan untuk

masyarakat desa wisata. Ini dapat meliputi pelatihan dalam manajemen destinasi

pariwisata, pelayanan pelanggan, pemandu wisata, keberlanjutan lingkungan,

promosi dan pemasaran, keterampilan kerajinan tangan, dan sebagainya.

Pastikan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masyarakat desa

wisata.

c) Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan: Jalin kerjasama dengan lembaga

pendidikan, seperti universitas atau sekolah vokasi, untuk menyediakan program

pelatihan atau pendidikan formal yang mendukung pengembangan SDM di desa

wisata. Kolaborasi ini dapat mencakup pengembangan kurikulum khusus,

program magang, atau kunjungan lapangan.

d) Pemberdayaan Masyarakat: Selain pelatihan, dorong pemberdayaan masyarakat

melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan desa

wisata. Dengan memberikan tanggung jawab dan otonomi kepada masyarakat


103

lokal, mereka akan merasa memiliki dan berkontribusi secara lebih signifikan

dalam pengembangan desa wisata.

e) Pertukaran Pengalaman dan Best Practice: Fasilitasi pertukaran pengalaman dan

best practice antara desa wisata. Mengadakan pertemuan, seminar, atau

lokakarya di mana masyarakat desa wisata dapat berbagi pengetahuan, ide, dan

pengalaman sukses mereka. Ini akan mendorong pembelajaran lintas desa wisata

dan peningkatan kualitas SDM secara keseluruhan.

4. Strategi W-T

Strategi weakness – treat adalah Strategi yang ditujukan untuk memperbaiki atau

membenahi kelemahan yang dimiliki suatu perusahaan supaya dapat memanfaatkan

atau mengambil peluang yang ada di industri. Dalam hal ini kemudian menghasilkan

strategi yaitu:

A. Standarisasi harga produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki dengan

pesaing. Program standarisasi harga produk pariwisata dan ekonomi kreatif di atas

dapat membantu mengurangi persaingan tidak sehat di antara pengusaha dan

meningkatkan kualitas produk serta layanan yang ditawarkan. Hal ini dapat

membantu meningkatkan kepercayaan wisatawan dan pelanggan, meningkatkan

daya saing produk pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah tersebut, serta

mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Berikut adalah contoh program

standarisasi harga produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang dapat

diimplementasikan:
104

a) Melakukan riset pasar untuk mengetahui harga yang umum dipatok di pasar dan

menentukan harga yang wajar dan kompetitif.

b) Penetapan standar harga produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang diakui oleh

semua pengusaha di daerah tersebut. Standar harga tersebut harus disesuaikan

dengan kondisi daerah, jenis produk, dan nilai tambah yang diberikan oleh

masing-masing produk.

B. Inovasi produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki. Program inovasi

produk pariwisata dan ekonomi kreatif di atas dapat membantu meningkatkan

daya saing produk pariwisata dan ekonomi kreatif di Desa Wisata Sasak Ende.

Dengan menghasilkan produk-produk inovatif, pengusaha dapat memperluas

pasar dan meningkatkan jumlah pelanggan. Selain itu, program ini juga dapat

memotivasi pengusaha untuk terus berinovasi dan menciptakan produk-produk

berkualitas sehingga dapat meningkatkan kualitas pariwisata dan ekonomi kreatif

di Desa Wisata Sasak Ende. Berikut adalah contoh program inovasi produk

pariwisata dan ekonomi kreatif yang dapat diimplementasikan:

a) Melakukan riset pasar untuk mengetahui trend dan kebutuhan wisatawan atau

pelanggan terhadap produk pariwisata dan ekonomi kreatif di Desa Wisata Sasak

Ende.

b) Mengadakan event atau festival inovasi produk pariwisata dan ekonomi kreatif

untuk memperkenalkan produk-produk inovatif kepada wisatawan dan

pelanggan.
105

C. Kerjasama dengan Perusahaan/Ahli Kemananan. Program kerjasama dengan

perusahaan atau ahli keamanan adalah langkah yang baik untuk meningkatkan

stabilitas keamanan di desa wisata. Dengan kerjasama yang baik antara desa

wisata, perusahaan atau ahli keamanan, serta pihak terkait lainnya, stabilitas

keamanan desa wisata dapat ditingkatkan, memberikan rasa aman dan nyaman

bagi wisatawan yang berkunjung. Berikut adalah beberapa program yang dapat

dilakukan dalam kerjasama tersebut:

a) Pelatihan dan Kesadaran Keamanan: Selenggarakan pelatihan keamanan bagi

penduduk desa wisata dan pelaku pariwisata. Ini termasuk pelatihan tentang

pengenalan tanda-tanda kejahatan, keamanan pribadi, pengelolaan risiko, dan

langkah-langkah tindakan darurat.

b) Kolaborasi dalam Pengawasan: Dalam kerjasama dengan perusahaan atau ahli

keamanan, adakan kerjasama untuk meningkatkan pengawasan di desa wisata.

Misalnya, melibatkan petugas keamanan yang ditempatkan di titik-titik strategis,

melakukan patroli keamanan rutin, atau mengkoordinasikan dengan kepolisian

setempat.

c) Respons Terhadap Kejadian Keamanan: Bersama dengan mitra keamanan,

tetapkan prosedur respons terhadap kejadian keamanan, seperti tindakan yang

harus diambil dalam situasi darurat atau penanganan insiden keamanan.

d) Evaluasi dan Peningkatan Terus-Menerus: Lakukan evaluasi rutin terhadap

efektivitas program keamanan dan kerjasama dengan mitra keamanan.


106

Identifikasi area yang perlu diperbaiki dan lakukan perbaikan atau penyesuaian

sesuai kebutuhan.

Hasil analisis dari penelitian ini menambah bukti pada literatur sebelumnya oleh

Mahayana (2019) dengan menunjukkan hasil analisis matriks SWOT: Kekuatan,

Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yaitu potensi Desa Wisata Sasak Ende sebagai

destinasi pariwisata berkelanjutan adalah terdiri dari potensi alam dan potensi social

budaya. Adapun dalam kajian ini, kami mengonfirmasi hasil temuan penelitian

sebelumnya oleh Permadi, dkk (2017) yang menyatakan dimana faktor yang menjadi

kendala seperti kurangnya sumber daya manusia yang memadai, pengelolaan destinasi

wisata, serta juga keamanan dan kenyamanan. Kanom (2015) menyimpulkan bahwa

strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan dan memasarkan Desa Wisata

Sasak Ende adalah mengembangkan daya tarik wisata alternatif dengan tetap

mempertahankan atraksi dan arsitektur bangunan dan juga produk-produk ekonmi

kreatif sebagai daya tarik utama desa dengan mempersiapkan desain baru yang lebih

menarik bagi pengunjung, menyiapkan promosi internet, mengatur orang-orang lokal

sebagai pemandu wisata budaya dan penataan ruang desa.

Berdasarkan uraian di atas bahwa Potensi alam dan sosial budaya merupakan

potensi sangat layak dan potensial sebagai faktor pendukung dalam pengembangan dan

pemasaran Desa Wisata Sasak Ende sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan semua pihak, baik itu oleh pemerintah, legistaif,

stakeholder, pelaku pariwisata dan masyarakat agar pengembangan tersebut dapat


107

terwujud diantaranya adalah kerjasama yang baik dengan semua pihak terutama pihak

terkait, peningkatan sumber daya manusia serta manajemen destinasi yang baik, cermat

dan efektif. Peningkatan sumber daya manusia khususnya di sektor pariwisata harus

ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk mengupayakan berdirinya Sekolah Tinggi

Pariwisata (STP) atau lembaga pendidikan terkait baik itu tingakat dasar, menengah

dan tinggi serta yang dapat dijangku oleh masyarakat setempat guna meningkatkan

kualitas pelayanan. Penataan destinasi dan invetarisasi daya tarik wisata di Desa Wisata

Sasak Ende harus dilakukan dengan detail dan sebaik mungkin, termasuk manajemen

destinasinya dengan pendekatan spiritual, realitas sosiologis masyarakat di destinasi

pariwisata, dan pembangunan berkelanjutan.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil dari analisis strategi IFAS didapatkan faktor lingkungan internal yang

menjadi kekuatan dan kelemahan Desa Wisata Sasak Ende di kabupaten Lombok

Tengah. Kekuatan ditunjukkan oleh indikator: (1) Atraksi dan arsitektur bangunan

tradisional khas suku sasak yang disuguhkan Desa Wisata Sasak Ende kepada

wisatawan, (2) Pembebasan penarikan retribusi tiket masuk ke Desa Wisata Sasak

Ende, (3) Desa Wisata Sasak Ende melakukan promosi melalui media internet/website

maupun media cetak seperti brosur, reklame dan lain-lain (4) Saluran distribusi yang

dimiliki Desa Wisata Sasak Ende, (5) Penampilan Pemandu wisata lokal Desa Wisata

Sasak Ende, (6) Keterampilan Pemandu wisata lokal menggunakan Bahasa asing, (7)

Desa Wisata Sasak Ende memiliki lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, (8)

Prosedur pelayanan oleh Pemandu wisata lokal Desa Wisata Sasak Ende. Sedangkan

kelemahan yang dimiliki Desa Wisata Sasak Endeyaitu diantaranya: (1) Program paket

wisata yang ditawarkan Desa Wisata Sasak Ende, (2) Harga kain tenun/songket dan

souvenir, (3) Lokasi Desa Wisata Sasak Endedengan akomodasi dan (4) Fasilitas

wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende.

Hasil dari analisis strategi EFAS didapatkan faktor lingkungan eksternal yang

menjadi peluang Desa Wisata Sasak Ende, kabupaten Lombok Tengah ditunjukkan

oleh indikator: (1) Kebijakan pemerintah daerah fleksibel, (2) Tingkat tukar rupiah

108
109

terhadap dollar Amerika stabil, (3) Mengikuti perkembangan teknologi informasi dan

teknologi dan (4) Tren Halal Tourism di Lombok. Sedangkan indikator yang

merupakan ancaman bagi Desa Wisata Sasak Ende adalah: (1) Berdekatan dengan

kompetitor, (2) Kompetitor memiliki produk yang sama, (3) Pengelola competitor lebih

professional, (4) Stabilitas keamanan di Lombok, (5) Terjadinya bencana/gangguan

alam dan juga pandemi.

Perumusan Formulasi Strategi dari hasil analisis Matriks SWOT dihasilkan 12

(dua belas) formulasi strategi yang dapat diterapkan di Desa Wisata Sasak Ende.

Strategi dan Program Pemasaran yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu: Strategi

peningkatan kualitas produk wisata, dengan program: 1) Melakukan survei kepuasan

pengunjung, 2) Mengadakan pelatihan bagi para pengelola wisata, dan 3)

Meningkatkan kualitas fasilitas yang tersedia. Selanjutnya strategi peningkatan kualitas

SDM Pemandu Wisata yang berkelanjutan, dengan program pelatihan pemandu wisata.

Kemudian strategi pengembangan fasilitas sarana dan prasarana Desa Wisata, melalui

program: 1) Pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi masyarakat setempat, 2)

Pembuatan papan informasi, petunjuk arah, dan peta desa wisata, (3) Penyediaan

sarana penunjang bagi wisatawan yang memiliki disabilitas dan 4) Pembangunan

fasilitas penginapan. Selanjutnya strategi promosi produk wisata melalui media sosial,

dengan contoh program: 1) Membuat akun resmi dan konten di media sosial dan 2)

Menjalin kerjasama dengan influencer atau selebriti lokal. Strategi peningkatan

promosi dan re-branding Desa Wisata Sasak Ende, dengan contoh program: 1)

Perbaikan dan pembenahan kualitas DTW, 2) Menggunakan media tradisional dan


110

online untuk promosi, 3) Kerja sama dengan agen perjalanan dan travel blogger dan 4)

Melibatkan masyarakat lokal dalam program. Strategi standarisasi harga produk

pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan contoh program: 1) Riset pasar untuk

mengetahui harga pasar dan 2) Standarisai harga produk pariwisata dan ekonomi

kreatif untuk semua pengusaha daerah. Selanjutnya strategi Inovasi produk pariwisata

dan ekonomi kreatif dengan contoh program: 1) Riset pasar untuk mengetahui tren dan

kebutuhan wisatawan atau pelanggan terhadap produk pariwisata dan ekonomi kreatif

di Desa Wisata dan 2) Mengadakan event atau festival inovasi produk pariwisata dan

ekonomi kreatif untuk memperkenalkan produk-produk inovatif kepada wisatawan dan

pelanggan. Kemudian strategi perluasan desa wisata, dengan program: 1) Konsultasi

dan Partisipasi Masyarakat, 2) Pengembangan Infrastruktur, 3) Pelatihan dan

Pendidikan, 4) Diversifikasi Produk Wisata, 5) Evaluasi dan Monitoring dan 6)

Kerjasama dengan Pihak Terkait. Selanjutnya strategi penyediaan penginapan di desa

wisata bertujuan untuk memperluas pilihan akomodasi bagi wisatawan dan mendorong

pertumbuhan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Sasak Ende, dengan program:

1) Pelatihan dan Sertifikasi, 2) Pemberdayaan Masyarakat dan 3) Kerjasama dengan

Pihak dengan pemerintah daerah, asosiasi pariwisata, atau agen perjalanan untuk

memperluas jangkauan promosi penginapan di desa wisata. Kemudian strategi

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam desa wisata, dengan program:

1) Identifikasi Kebutuhan dan Potensi SDM di desa wisata 2) Pelatihan dan Pendidikan

untuk masyarakat desa wisata, 3) Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan, 4)

Pemberdayaan Masyarakat dan 5) Pertukaran Pengalaman dan Best Practice.


111

Selanjutnya strategi kerjasama dengan Perusahaan/Ahli Kemananan, dengan program:

1) Pelatihan dan Kesadaran Keamanan, 2) Kolaborasi dalam Pengawasan, 3) Respons

Terhadap Kejadian Keamanan, 4) Evaluasi dan Peningkatan Terus-Menerus.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis
Berdasarkan implikasi strategi yang telah diuraikan sebelumnya maka beberapa

hal perlu disarankan kepada pihak kepala Desa Wisata Sasak Ende agar dapat

melakukan perbaikan sehingga Desa Wisata Sasak Ende Kabupaten Lombok Tengah

dapat lebih meningkatkan kinerjanya, adapun saran peneliti yang dapat diberikan

adalah:

1. Pemerintah

a. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penunjang Pariwisata Desa Wisata

Sasak Ende

b. Pengembangan kualitas SDM masyarakat lokal Desa Wisata Sasak Ende

c. Memfasilitasi kegiatan promosi seperti mengikutsertakan Desa Wisata Sasak

Ende pada kegiatan Travel Fair dan Expo di luar daerah, serta membuat

calendar event pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

2. Pengelola Desa Wisata Sasak Ende

a. Desa Wisata Sasak Ende dapat membuat inovasi produk wisata yang berbeda

dengan kompetitor yaitu memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

b. Tetap menjaga hubungan kerjasama dengan stakeholder yang meliputi

ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media) atau


112

yang biasa di sebut Penta-Helix untuk mengadakan Forum Group Discussion

serta menjalin hubungan kerjasama dengan agen-agen perjalanan yang baru

baik di dalam maupun di luar negeri untuk mempromosikan kembali

pariwisata di Lombok pada umumnya dan khususnya Desa Wisata Sasak

Ende.

c. Diharapkan Desa Wisata Sasak Ende untuk lebih menggencarkan promosinya

kepada khalayak ramai dengan tujuan memperluas pangsa pasarnya dan

meningkatkan brand awareness wisatawan terhadap Desa Wisata Sasak Ende.

d. Mengikuti pelatihan SDM yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lombok Tengah dan meningkatkan kinerja Kelompok Sadar

Wisata guna membantu dalam peningkatan pengembangan dan pemasaran

Desa Wisata.

5.2.1 Saran Akademis

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian

ini lebih jauh dan komprehensif dengan menambahkan variabel terkini yang mungkin

dapat membantu strategi pemasaran Desa Wisata Sasak Endenamun belum termasuk

kedalam penelitian ini, selain itu peneliti selanjutnya bisa menggunakan Metoda

Analisis Strategi Perusahaan Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau

QSPM untuk perhitungan total skor untuk setiap alternatif strategi dengan

menjumlahkan perkalian antara penilaian dan bobot setiap faktor yang relevan.
113

DARTAR PUSTAKA

Adikampana, I Made. 2017. “Pariwisata Berbasis Masyarakat”. Denpasar: Cakra.


Press.
Adhaghassani, F., S. 2016. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 7P (Product,
Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence) di Cherryka
Bakery. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Aryani, M. 2017. Strategi Promosi dalam Pengembangan Desa Wisata Hijau
Bilebante Kecamatan Peringgarata Kabupaten Lombok Tengah. Mataram:
Universitas Pendidikan Mataram.
As’at, et.al. 2015. Tourism Marketing Strategy to Increase Tourist Visit to Bawean
Island, Gresik, East Java. American Journal of Tourism Management, 4(3): 54-
60.
Black, R. & Weiler, B. 2005. Quality Assurance and Regulatory Mechanisms in The
Tour Guiding Industry: A Systematic Review. Journal of Tourism Studies, 16(1),
hal. 24-37.
Cooper, C. et. al. 1993. Tourism Principle and Practice. Clays. Ltd, Great Britain,
London.
Creswell, J. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah. 2022. Statistik Kepariwisataan
2022
Ende, P. D. W. S. 2022. Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2017-2022 ke Desa Wisata
Sasak Ende. (dokumen Desa Wisata Sasak Ende), Lombok Tengah: Ende
Village.
Hill, Jennifer dan Gale, Tim (Eds.). 2009. Ecotourism and Environmental
Sustainability: Principles and Practice. Burlington: Ashgate.
Holloway, J. 1981. The Guided Tour: A Sociological Approach. Annals of Tourism
Research, 8(3), hal. 377–402.
Inzana, N., Mayunita, S. & Jumaah, S., H. 2021. Strategi Pemasaran dalam
Pengembangan Desa Wisata di Lantan Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal
Ranah Publik Indonesia Kontemporer Vol.1 No.2.
Jamroni. 2021. Strategi Pengembangan Pariwisata Desa Karang Sidemen Lombok,
Nusa Tenggara Barat. Denpasar: Universitas Udayana.
114

Kanom. 2015. Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata


Berkelanjutan. Jurnal JUMPA 1 [2]: 25 – 42
Kotler, Philip. 2005. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kotler dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Edisi 12.
Jakarta: Erlangga.
Kristiana dan Theodora. 2016. Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata
Berkelanjutan Agrowisata Berbasis Masyrakat Kampung Domba Terpadu Juhut,
Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Widya, Vol. 3, No. 3, 1-3.
Mahayana, P., G., A., P. 2019. Strategi Pemasaran Desa Wisata Sasak Sade Lombok
Tengah dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan. Jurnal IPTA: Vol. 7 No. 2
Malhotra. 2009. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Jilid I edisi keempat.
Indonesia: PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Morrison, Alastair M. 2013. Marketing and Managing Tourism Destinations. New
York: Routledge.
Mardiah, Rishan, A. & Kurniawan. 2018. Strategi Promosi Pariwisata Di Dinas
Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Administrasi Publik: Vol.
7 No. 1 Hal. 25-33
Nejmeddin, I. 2019. The Importance of Tour Guides in Increasing the Number of
Tourists at a Tourist Destination. Erbil Polytechnic University.
Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
Permadi, L., A., et. al. 2017. Strategi Pengembangan dan Pemasaran Desa Wisata
Sukarara yang Terintegrasi di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
Mataram: Universitas Mataram.
Prayuda, D., N. 2021. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Pal Jepang di
Desa Sapit Kabupaten Lombok Timur. Denpasar: Universitas Udayana.
Purnomo, D. Sudana, I. P. & Mananda, I. G. S., 2016. Pengaruh Pendidikan dan
Pelatihan terhadap Kompetensi serta Dampaknya pada Kinerja Pemandu wisata
Bali. Jurnal IPTA, 4(2), hal. 52-57.
Ramli, A. 2020. Strategi Penerapan Konsep Sustainable Tourism di Desa Wisata
Sesaot Kecamatan Narmada Lombok Barat. Mataram: Universitas Mataram.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 2 No. 2
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
115

Sadq, Z. M., Othman, B. & Khorsheed, R. K. 2019. The Impact of Tourism Marketing
in Enhancing Competitive Capabilities. African Journal of Hospitality, Tourism
and Leisure, Volume 8 (5).
Setiawan, Heri. 2014. Bahan Ajar Budaya dan Kepariwisataan. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukaatmaja. 2003. Manajemen Pemasaran Wisata Agro. Makalah Disampaikan pada
Matrikulasi Karya Siswa Baru PS. Kajian Pariwisata Unud.
Surahman, T. 2020. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Lokal di Desa Wisata Sasak Ende, Lombok. Jimbaran: Universitas
Udayana
Suwena, IK. & Widyatmaja, I G. N. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Denpasar: Pustaka Larasan.
Solomon dan Elnora. 2003. Strategi Pemasaran. Jakarta: Kelompok Gramedia
Stone, P. R., 2006, “A Dark Tourism Spectrum: Towars a Typology of Death and
Macabre Related Tourist Sites, Attraction and Exhibitions”, Tourism, 54(2), pp.
145-160.
Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran: Jasa –Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset
Umar, H. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Umar, Husein. 2002. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam pemasaran. edisi II,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Virgilenna, S. & Anom, P. 2018. Strategi Pemasaran Pariwisata Sembalun Kecamatan
Sembalun Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Destinasi
Pariwisata Vol. 6 No. 1.
Warokka, M., N. & Djamali, R. 2021. Penguatan Peran Tour Guide dalam
Memasarkan Daya tarik wisata di Kecamatan Silian Raya di Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal Hospitaliti dan Pariwisata Edisi 4 Vol. 1.
Wira, S., N., B., S. 2019. Peran Pemandu wisata dalam Promosi Kepariwisataan di
Bali. Jurnal JUMPA Volume 05, No. 02.
116

Weiler, B. & Black, R. 2015. Tour Guiding Research: Insight, Issues, and Implications.
Bristol: Channel View Publications.
Weiler, B., Johnson, T. & Davis, D. 1992. Roles of the Tour Leader in Environmental
Responsible Tourism. Canberra, Bureau of Tourism Research, hal. 228-233.
World Federation of Tourist Guide Association. 2003. Tourist Guiding: What is a
Tourist Guide? Tersedia dari: http://www.wftga.org
Yoeti, O., A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Online:
 http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/113861/potongan/D3-2017-
362161-bibliography.pdf (diakses 30 Februari 2023)
 https://www.neliti.com/publications/31951/faktor-faktor-keputusan-
wisatawan-di-objek-wisata-riau-fantasi-labersa-waterpark (diakses 30 Februari
2023)
 http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/ (diakses
30 Februari 2023)
 http://www.radarplanologi.com/2015/10/desa-wisata-dalam-konteks-industri-
pariwisata.html (diakses 30 Februari 2023)
 https://www.majalahhutan.com/2018/01/pengertian-desa-wisata-menurut-
para-ahli.html (diakses 30 Februari 2023)
117

LAMPIRAN I
Daftar Informan Kunci (Key Informan)
No. Nama Umur Jenis Jabatan
(Tahun) Kelamin
(L/P)
1 Tantowi Surahman, S.Par 27 L Pemandu Wisata
(Anggota HPI Lombok Tengah)
2 Riyadi 34 L Kepala Desa Wisata Sasak
Ende
3 Sunardi 37 L Ketua Pengelola Desa Wisata
Sasak Ende
4 Sami’un 46 L Kepala Pemandu Wisata Lokal
Desa Wisata Sasak Ende
5 Dr. Nuriadi, Ss., M.Hum 43 L Dosen Pariwisata Universitas
Mataram
6 Lale Aulia Laksmi, S. IP 27 P Admin Media (Go Mandalika)

Daftar Responden
No. Umur Jenis Kelamin Kewarganegaraan Pekerjaan
(Tahun) (L/P)
1 15-24 P Czech Republic Pelajar / Mahasiswa
2 15-24 P Czech Republic Pelajar / Mahasiswa
3 25-44 P Ukraine Karyawan Swasta
4 15-24 L Netherland Pelajar / Mahasiswa
5 25-44 L German Lainnya
6 25-44 L Singapore Wiraswasta
7 25-44 L Singapore Pegawai Negeri Sipil
8 25-44 L Singapore Pegawai Negeri Sipil
9 25-44 L Singapore Wiraswasta
10 25-44 P Singapore Lainnya
11 45-65 P Malaysia Karyawan Swasta
12 45-65 L Malaysia Pengusaha
13 45-65 L Malaysia Karyawan Swasta
14 45-65 L Malaysia Karyawan Swasta
15 45-65 P Malaysia Karyawan Swasta
16 15-24 P French Pelajar / Mahasiswa
118

17 25-44 L French Pegawai Negeri Sipil


18 25-44 P French Karyawan Swasta
19 15-24 P Malaysia Pelajar / Mahasiswa
20 15-24 L Malaysia Karyawan Swasta
21 15-24 L Malaysia Karyawan Swasta
22 15-24 P Malaysia Pelajar / Mahasiswa
23 25-44 L Singapore Lainnya
24 25-44 L Singapore Lainnya
25 15-24 P Swiss Pelajar / Mahasiswa
26 25-44 L Australia Lainnya
27 25-44 L Australia Karyawan Swasta
28 25-44 L Bandung Karyawan Swasta
29 25-44 P Bandung Karyawan Swasta
30 25-44 P Purwakarta Karyawan Swasta
31 15-24 L Malaysia Pelajar / Mahasiswa
32 15-24 L Malaysia Pelajar / Mahasiswa
33 15-24 L Malaysia Pelajar / Mahasiswa
34 15-24 L Malaysia Pelajar / Mahasiswa
35 15-24 L Malaysia Pelajar / Mahasiswa
36 15-24 P Malaysia Pelajar / Mahasiswa
37 15-24 P Malaysia Pelajar / Mahasiswa
38 15-24 P Malaysia Pelajar / Mahasiswa
39 15-24 P Subang Pelajar / Mahasiswa
40 25-44 L Subang Karyawan Swasta
41 25-44 L Subang Karyawan Swasta
42 25-44 L German Pegawai Negeri Sipil
43 25-44 P German Lainnya
44 25-44 P Malaysia Karyawan Swasta
45 25-44 P Malaysia Karyawan Swasta
46 25-44 P Malaysia Karyawan Swasta
47 15-24 L Lombok Timur Lainnya
48 15-24 L Lombok Timur Lainnya
49 15-24 L Lombok Timur Lainnya
50 15-24 P Mataram Pelajar / Mahasiswa
51 15-24 L Mataram Pelajar / Mahasiswa
52 25-44 P Bali Karyawan Swasta
119

53 25-44 P Bali Karyawan Swasta


54 45-65 P Bali Lainnya
55 45-65 L Bali Lainnya
56 25-44 P Bali Lainnya
57 15-24 P Surabaya Pelajar / Mahasiswa
58 15-24 L Surabaya Karyawan Swasta
59 15-24 P Singapore Karyawan Swasta
60 15-24 P Singapore Karyawan Swasta
61 15-24 P Bandung Pelajar / Mahasiswa
62 25-44 P Bandung Pelajar / Mahasiswa
63 15-24 L Bandung Pelajar / Mahasiswa
64 15-24 P Lombok Tengah Pegawai Negeri Sipil
65 15-24 L Pontianak Pengusaha
66 15-24 L Pontianak Pengusaha
67 15-24 L Pontianak Pengusaha
68 15-24 L Samarinda Pegawai Negeri Sipil
69 15-24 P Samarinda Pelajar / Mahasiswa
70 25-44 L Samarinda Pengusaha
71 15-24 P Bali Pelajar / Mahasiswa
72 25-44 L Bali Pegawai Negeri Sipil
73 15-24 P Belanda Lainnya
74 15-24 L Italia Pelajar / Mahasiswa
75 25-44 L Italia Lainnya
76 15-24 P Lombok Barat Pelajar / Mahasiswa
77 15-24 P Lombok Barat Pelajar / Mahasiswa
78 <65 P Belanda Lainnya
79 25-44 L Lombok Timur Pengusaha
80 45-65 L Lombok Timur Pegawai Negeri Sipil
81 25-44 P Belanda Lainnya
82 15-24 P Lombok Barat Pelajar / Mahasiswa
83 15-24 L Lombok Barat Lainnya
84 45-65 L Australia Pengusaha
85 45-65 P Australia Pegawai Negeri Sipil
86 15-24 P Swedia Pelajar / Mahasiswa
87 25-44 L Swedia Pengusaha
88 15-24 L Canada Lainnya
120

89 15-24 L French Pelajar / Mahasiswa


90 15-24 P Jakarta Pengusaha
91 15-24 L Jakarta Pegawai Negeri Sipil
92 15-24 L Jakarta Pegawai Negeri Sipil
93 15-24 L Jakarta Pengusaha
94 15-24 L Jakarta Pengusaha
95 15-24 L Jakarta Pengusaha
96 25-44 L Germany Lainnya
97 25-44 P Germany Lainnya
98 25-44 L Medan Pengusaha
99 25-44 L Semarang Pegawai Negeri Sipil
100 25-44 L Semarang Pegawai Negeri Sipil
121

LAMPIRAN II
Tabulasi Data Lingkungan Internal (7P)
No. Indikator Lingkungan Internal
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12
1 4 2 4 1 5 2 4 3 4 2 4 3
2 3 1 5 1 5 3 5 5 3 2 4 5
3 4 3 5 1 5 2 5 4 5 2 4 4
4 4 2 5 2 3 2 3 3 4 2 4 4
5 5 2 4 1 5 3 3 5 5 3 4 3
6 3 2 5 1 5 3 4 5 4 3 5 4
7 3 2 4 2 5 3 4 5 5 2 5 3
8 4 2 5 2 5 2 3 3 3 3 3 4
9 3 3 4 2 3 2 5 4 3 2 4 3
10 3 2 5 2 5 2 5 5 5 3 4 3
11 4 2 5 2 5 2 3 4 3 2 5 5
12 5 2 4 2 5 2 5 5 4 3 5 3
13 3 3 5 2 4 2 3 3 4 2 4 3
14 4 4 5 2 5 2 4 5 5 2 4 5
15 5 2 5 2 3 3 4 5 4 3 3 5
16 5 3 4 2 3 2 4 5 3 2 5 5
17 5 2 5 1 5 3 4 3 3 3 4 4
18 5 2 5 2 5 3 5 3 5 3 3 5
19 5 2 4 1 3 3 5 5 3 2 5 4
20 4 1 5 1 4 2 5 3 5 3 3 4
21 5 3 4 1 3 2 3 4 4 2 3 5
22 3 1 5 1 5 3 4 3 4 2 3 3
23 5 3 5 2 3 3 3 4 3 3 5 3
24 5 3 4 1 3 2 5 4 5 2 5 3
25 4 2 5 1 4 3 3 4 4 3 4 4
26 5 3 5 1 3 2 4 5 4 1 4 4
27 5 3 5 2 3 3 3 5 4 2 5 4
28 4 3 5 2 3 3 4 3 5 3 4 4
29 5 3 5 2 5 2 3 4 5 1 4 4
30 4 2 4 2 5 3 4 5 3 3 5 4
31 5 2 5 2 3 3 4 3 4 2 3 5
122

32 4 3 3 2 4 3 3 5 3 2 4 5
33 4 3 4 2 3 1 3 3 3 2 5 4
34 5 3 5 1 3 2 5 3 5 1 3 5
35 4 3 3 1 3 3 5 5 5 3 5 4
36 5 2 4 2 5 2 3 5 3 2 5 3
37 5 2 4 1 4 1 4 4 5 3 5 5
38 5 3 4 1 3 2 4 4 5 2 4 3
39 3 2 4 2 3 2 5 4 5 1 5 5
40 3 3 5 2 5 3 3 5 4 2 4 5
41 5 2 5 1 3 3 4 4 4 2 4 5
42 5 3 3 1 3 2 4 5 5 2 5 4
43 5 2 4 2 5 3 4 5 4 2 4 3
44 3 3 3 2 4 2 5 4 4 3 4 4
45 4 2 5 2 5 3 4 5 5 1 4 5
46 5 2 4 2 4 3 5 4 5 3 3 5
47 4 3 3 2 4 2 5 5 5 3 5 3
48 5 3 3 1 5 2 4 4 3 2 4 3
49 4 2 4 1 4 3 5 5 3 1 3 4
50 4 2 5 2 4 2 3 5 4 2 4 3
51 4 2 3 1 5 3 4 3 4 2 3 3
52 5 3 5 1 5 2 5 4 5 3 5 3
53 5 2 5 2 5 2 5 5 5 1 4 5
54 5 2 4 1 3 2 5 4 5 3 5 5
55 4 2 3 2 5 2 3 3 4 1 5 5
56 4 3 5 1 4 2 4 5 4 3 5 4
57 4 2 5 2 4 3 3 3 4 3 3 3
58 4 2 5 2 5 2 4 4 5 2 5 5
59 5 2 3 2 3 3 5 4 3 2 3 5
60 3 2 5 2 5 3 3 3 5 2 5 3
61 4 3 5 1 5 4 3 4 5 3 4 3
62 4 3 5 1 4 4 4 4 5 3 4 3
63 4 3 5 2 4 3 4 4 3 2 4 4
64 5 2 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4
65 5 2 4 2 3 3 3 3 5 2 3 5
66 3 3 4 2 4 4 4 3 4 2 3 4
67 5 2 3 2 5 4 4 4 5 3 5 5
123

68 4 3 5 1 4 4 4 4 3 2 3 4
69 4 3 5 1 4 3 4 3 5 2 5 4
70 3 3 4 1 5 4 4 3 3 3 3 4
71 5 3 4 2 5 3 4 3 4 3 4 3
72 5 3 5 1 4 4 4 5 4 2 4 3
73 5 3 3 2 4 3 4 5 5 2 3 3
74 5 4 5 2 3 3 3 3 5 1 3 4
75 4 3 5 1 3 4 5 3 3 1 5 4
76 4 2 5 1 5 5 3 4 4 2 3 4
77 4 4 4 2 5 4 3 3 3 1 4 3
78 4 4 4 2 4 3 3 4 4 2 4 4
79 4 4 4 2 4 5 5 3 4 2 4 3
80 3 4 3 1 4 3 3 4 3 3 3 5
81 3 3 3 2 5 4 5 4 3 2 4 5
82 5 3 5 2 3 3 4 3 3 2 4 4
83 5 4 4 2 4 4 4 3 5 1 3 4
84 5 3 4 2 3 5 4 3 4 1 5 3
85 4 4 4 1 3 4 4 3 3 1 4 4
86 5 3 3 2 3 3 3 4 5 1 3 4
87 4 3 4 2 3 4 4 3 5 2 4 4
88 5 2 4 2 3 3 3 4 4 2 4 5
89 4 2 3 1 4 3 5 4 4 3 3 4
90 5 3 4 1 4 4 4 5 4 2 3 3
91 5 3 3 2 5 3 4 5 3 2 5 4
92 5 2 3 2 5 4 4 4 4 2 4 3
93 5 3 3 1 4 4 4 4 3 3 5 4
94 4 2 4 2 5 3 3 4 5 2 4 4
95 4 2 3 2 4 4 4 3 4 2 3 3
96 5 3 4 2 3 4 4 4 5 2 4 4
97 5 3 4 1 4 4 3 5 3 1 4 3
98 3 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4
99 3 4 3 1 4 3 4 3 5 2 5 4
100 4 3 3 2 5 4 4 5 5 1 5 4
Total 428 262 421 160 407 293 394 399 410 213 405 394
Rating 4.28 2.62 4.21 1.6 4.07 2.93 3.94 3.99 4.1 2.13 4.05 3.94
124

Tabulasi Data Lingkungan Eksternal


No. Indikator Lingkungan Eksternal
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9
1 1 2 2 2 4 4 5 2 3
2 3 3 3 2 5 4 4 2 4
3 2 2 1 2 4 4 4 1 3
4 2 1 1 3 4 4 4 1 4
5 2 2 2 3 3 4 4 2 5
Total 10 10 9 12 20 20 21 8 19
Rating 2.00 2.00 1.80 2.40 4.00 4.00 4.20 1.60 3.80
125

LAMPIRAN III
Pemberian Rating Lingkungan Internal Desa Wisata Sasak Ende
No Indikator Rating

1 Atraksi dan arsitektur bangunan yang disuguhkan Desa Wisata 4.28


Sasak Ende kepada Wisatawan.
2 Program paket wisata yang ditawarkan Desa Wisata Sasak Ende 2.62
kepada wisatawan.
3 Pembebasan retribusi tiket masuk ke Desa Wisata Sasak Ende. 4.21
4 Harga Kain Tenun/ Songket dan Souvenir. 1.60
5 Desa Wisata Sasak Ende melakukan promosi melalui media 4.07
internet/website maupun media cetak seperti brosur.
6 Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan Akomodasi. 2.93
7 Saluran distribusi Desa Wisata Sasak Ende. 3.94
8 Penampilan Pemandu Wisata Desa Wisata Sasak Ende. 3.99
9 Keterampilan Pemandu Wisata menggunakan bahasa asing. 4.10
10 Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende. 2.13
11 Desa Wisata Sasak Ende memiliki lingkungan yang bersih dan 4.05
nyaman.
12 Prosedur pelayanan oleh Pemandu Wisata Desa Wisata Sasak 3.94
Ende.
Total 41.86

Responden: 100 wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende

Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan Internal Desa Wisata Sasak


Ende
No Indikator Rating Kategori

Kekuatan
1 Atraksi dan arsitektur bangunan yang 4.28 Kekuatan Sangat Besar
disuguhkan Desa Wisata Sasak Ende
kepada wisatawan.
2 Pembebasan retribusi tiket masuk ke 4.21 Kekuatan Sangat Besar
Desa Wisata Sasak Ende.
126

3 Keterampilan Pemandu Wisata 4.10 Kekuatan Besar


menggunakan bahasa asing.
4 Desa Wisata Sasak Ende melakukan 4.07 Kekuatan Besar
promosi melalui media internet/website
maupun media cetak seperti brosur.
5 Desa Wisata Sasak Ende memiliki 4.05 Kekuatan Besar
lingkungan yang bersih, aman dan
nyaman.
6 Penampilan Pemandu Wisata Desa 3.99 Kekuatan Besar
Wisata Sasak Ende.
7 Saluran distribusi dimiliki Desa Wisata 3.94 Kekuatan Besar
Sasak Ende.
8 Prosedur pelayanan oleh Pemandu 3.94 Kekuatan Besar
Wisata Desa Wisata Sasak Ende.
Kelemahan
1 Harga Kain Tenun/ Songket dan 1.60 Kelemahan Sangat Besar
Souvenir.
2 Fasilitas wisata yang dimiliki Desa 2.13 Kelemahan Besar
Wisata Sasak Ende.
3 Program paket wisata yang ditawarkan 2.62 Kelemahan Besar
Desa Wisata Sasak Ende kepada
wisatawan.
4 Lokasi Desa Wisata Sasak Ende dengan 2.93 Kelemahan Besar
Akomodasi.

Keterangan:

Kriteria Penilaian Hasil Analisis


Nilai Rentang Hasil Internal Hasil Eksternal
1 1,00 – 1,80 Kelemahan Sangat Ancaman Sangat
Besar Besar
2 1,81 – 2,60 Kelemahan Besar Ancaman Besar
3 2,61 – 3,40 Kekuatan Sedang Ancaman Sedang
4 3,41 – 4,20 Kekuatan Besar Peluang Besar
5 4,21 – 5,00 Kekuatan Sangat Peluang Sangat
Besar Besar
127

LAMPIRAN IV
Pemberian Rating Lingkungan Eksternal Desa Wisata Sasak Ende
No Indikator Rating

1 Berdekatan dengan Kompetitor 2.0


2 Kompetitor memiliki produk yang sama. 2.0
3 Pengelola competitor lebih profesional. 1.8
4 Stabilitas keamanan di Lombok tidak Kondusif. 2.4
5 Kebijakan pemerintah daerah fleksibel 4.0
6 Tingkat tukar rupiah terhadap dollar Amerika 4.0
Stabil.
7 Mengikuti perkembangan teknologi informasi. 4.2
8 Terjadinya bencana/ gangguan alam. 1.6
9 Tren halal tourism Lombok 3.8
Total 25.8
Informan Kunci:
1. Pemandu Wisata (Anggota HPI Lombok Tengah)
2. Kepala Desa Wisata Sasak Ende
3. Ketua Pengelola Desa Wisata Sasak Ende.
4. Kepala Pemandu Wisata Lokal Desa Wisata Sasak Ende.
5. Dosen Pariwisata Universitas Mataram
6. Admin Media (Go Mandalika)

Penentuan Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal Desa Wisata Sasak


Ende
No Indikator Rating Kategori

Peluang
1 Mengikuti perkembangan teknologi 4.2 Peluang Sangat Besar
informasi.
2 Kebijakan pemerintah daerah fleksibel 4.0 Peluang Besar
3 Tingkat tukar rupiah terhadap dollar 4.0 Peluang Besar
Amerika Stabil.
4 Tren halal tourism Lombok 3.8 Peluang Besar
128

Ancaman
1 Stabilitas keamanan di Lombok tidak 2.4 Ancaman Besar
Kondusif.
2 Berdekatan dengan Kompetitor 2.0 Ancaman Besar
3 Kompetitor memiliki produk yang 2.0 Ancaman Besar
sama.
4 Pengelola competitor lebih profesional. 1.8 Ancaman Sangat Besar
5 Terjadinya bencana/ gangguan alam. 1.6 Ancaman Sangat Besar

Keterangan:
Kriteria Penilaian Hasil Analisis
Nilai Rentang Hasil Internal Hasil Eksternal
1 1,00 – 1,80 Kelemahan Sangat Ancaman Sangat
Besar Besar
2 1,81 – 2,60 Kelemahan Besar Ancaman Kecil
3 2,61 – 3,40 Kekuatan sedang Peluang Sedang
4 3,41 – 4,20 Kekuatan Besar Peluang Besar
5 4,21 – 5,00 Kekuatan Sangat Peluang Sangat
Besar Besar
129

LAMPIRAN V
KUESIONER

KUESIONER
STRATEGI PEMASARAN DESA WISATA SASAK ENDE DI KABUPATEN
LOMBOK TENGAH

Responden Yang Terhormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau Tesis sebagai syarat kelulusan

bagi mahasiswa S2 Program Magister Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas

Udayana, Saya harus mengumpulkan data tentang Strategi Bauran Pemasaran Desa

Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah. Sehubungan dengan ini, saya

dengan rendah hati meminta Anda (Tuan / Nyonya / Nona) untuk mengisi kuesioner

ini dengan jujur sehingga data yang telah diperoleh benar-benar valid dan objektif.

Terima kasih atas partisipasi Anda dan kerjasama yang baik.

Hormat saya,

Peneliti
Akhmad Fendro Edwin
130

A. IDENTITAS RESPONDEN
(Silahkan centang √ dalam kotak di samping opsi)
Nama Responden : .....................................................................................

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan


2. Daerah Asal : .....................................................................................
3. Usia : < 14 tahun 15-24 tahun
25- 44 tahun 45-65 tahun
> 65 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri Sipil
Pengusaha Professional
Lainnya: .........................

5. Status : Menikah Single

INTRUKSI
1 = Kelemahan Sangat Besar
2 = Kelemahan Besar
3 = Kekuatan Sedang
4 = Kekuatan Besar
5 = Kekuatan Sangat Besar
Setiap Faktor Strategis dilakukan dengan memberikan tanda (X) pada tingkat
kepentingan (1-5) yang paling sesuai menurut responden.
Kuesioner Pembobotan Faktor Strategik Internal Pemasaran Desa Wisata
Sasak Ende, Lombok Tengah
Faktor Strategi Internal
NO
1 2 3 4 5
Produk (Product)
Atraksi dan arsitektur bangunan yang disuguhkan Desa
1
Wisata Sasak Endekepada wisatawan.
Program paket wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata
2
Sasak Ende.
Harga (Price)
131

Pembebasan penarikan retribusi tiket masuk ke Desa


3 Wisata Sasak Ende.

4 Harga Kain Tenun/ Songket dan Souvenir.


Promosi (Promotion)
Desa Wisata Sasak Endemelakukan promosi melalui media
5
internet/website maupun media cetak seperti Brosur.
Saluran Distribusi (Place)
6 Lokasi Desa Wisata Sasak Endedengan Akomodasi.
7 Saluran distribusi Desa Wisata Sasak Ende.
Personal (People)
Penampilan Pemandu Wisata Lokal Desa Wisata Sasak
8
Ende.
Keterampilan Pemandu Wisata Lokal menggunakan bahasa
9
asing.
Bukti Fisik (Physical Evidence)
10 Fasilitas wisata yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende.
Desa Wisata Sasak Endememiliki lingkungan yang bersih
11
dan nyaman.
Proses
Prosedur pelayanan Pemandu Wisata Lokal Desa Wisata
12
Sasak Ende.
Total
Responden: 100 Wisatawan
132

Kuesioner Pemberian Rating Faktor Lingkungan Eksternal Strategi Pemasaran


Desa Wisata Sasak Ende di kabupaten Lombok Tengah.

Intruksi:
1 = Ancaman Sangat Besar 4 = Peluang Besar
2 = Ancaman Besar 5 = Peluang Sangat Besar
3 = Ancaman Sedang

Setiap Faktor Strategis dilakukan dengan memberikan tanda (X) pada tingkat
kepentingan (1-5) yang paling sesuai menurut responden.
Faktor Strategi Eksternal
NO
1 2 3 4 5
Persaingan
1 Lokasi berdekatan dengan kompetitor.

2 Kompetitor memiliki produk yang sama.

3 Pengelola competitor lebih professional


Politik, Legislasi dan Regulasi
4 Stabilitas keamanan di Lombok.
5 Kebijakan pemerintah daerah fleksibel.
Lingkungan Ekonomi
6 Tingkat tukar rupiah terhadap dollar Amerika stabil.
Teknologi
7 Mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Alam
8 Terjadinya bencana/ gangguan alam.
Sosial dan Budaya
9 Trend Halal Tourism Lombok.
Total
Informan:
1. Pemandu Wisata (Anggota HPI Lombok Tengah)
2. Kepala Desa Wisata Sasak Ende
3. Ketua Pengelola Desa Wisata Sasak Ende.
4. Kepala Pemandu Wisata Lokal Desa Wisata Sasak Ende.
5. Dosen Pariwisata Universitas Mataram
6. Admin Media (Go Mandalika)
133

QUESTIONNAIRE
MARKETING STRATEGY OF SASAK TRADITIONAL VILLAGE OF ENDE
IN CENTRAL LOMBOK REGENCY.

Dear Respondent,

In order to complete the final project or thesis as a graduation requirement for Master
Program of Tourism S2 students, Faculty of Tourism, University of Udayana, I must
collect data on the Marketing Mix Strategy of Sasak Traditional Village of Ende in
Central Lombok Regency. In connection with this, I humbly ask you (Ladies and
Gentlemen) to fill out this questionnaire honestly so that the data obtained is truly valid
and objective. Thank you for your participation and good cooperation.

Best Regards,

Researcher
Akhmad Fendro Edwin
134

A. IDENTITY OF RESPONDENTS
(Please check √ in the box to the option)
Name : .....................................................................................

1. Gender : Male Female


2. Country : .....................................................................................
3. Age : < 14th 15-24 th
25- 44 th 45-65 th
> 65 th
4. Occupation : Student Civil Servant
Employers Professional
Other: .........................

INTRUCTIONS
1 = Very big weakness 4 = Big Strength
2 = Big weakness 5 = Very big strength
3 = Medium Strength
Each Strategic Factor is carried out by giving a sign (X) at the level of importance (1-
5) that is most appropriate according to the respondent.

Internal Factor of Marketing-Mix Strategy Weighting Questionnaire in Ende


Village, Central Lombok
INTERNAL STRATEGIC FACTOR
No.
1 2 3 4 5
Product
The attractions and architecture of the building presented by
1
Ende Sasak Village to tourists.
2 Tour package program offered by Ende Sasak Village.
Price
There is no withdrawal of ticket fees entering the village of
3
Ende.
4 Price of Woven / Songket Fabrics and Souvenirs.
Promotion
Ende village promotes through internet / website media and
5
print media such as brochures.
135

Place
6 Location of Ende village with accommodation.
7 Ende village distribution channel.
People
8 Appearance of Ende tourism village guide.

9 Skills of tour guides using foreign languages.


Physical Evidence
10 Tourist facilities owned by Ende village.
11 Ende village has a clean and comfortable environment.
Process
12 Procedure for Ende Village guide services.

Total
Respondent: 100 Visitors
136

LAMPIRAN VI

Daftar Pertanyaan Wawancara Strategi Bauran Pemasaran Desa Wisata Sasak


Ende di Kabupaten Lombok Tengah
1. Menurut anda bagaimana keadaan rute atau akses menuju ke Desa Wisata Sasak

Ende?

2. Menurut anda bagaimana amenitas dan fasilitas yang dimiliki oleh Desa Wisata

Sasak Ende?

3. Menurut anda bagaimana atraksi wisata (alam, buatan, budaya) yang dimiliki oleh

Desa Wisata Sasak Ende

4. Menurut anda bagaimana fasilitas tambahan untuk menunjang kebutuhan wisatawan

di Desa Wisata Sasak Ende?

5. Bagaimana keterlibatan pemerintah desa dalam upaya pemasaran Desa Wisata

Sasak Ende?

6. Bagaimana keterlibatan pihak akademik dalam upaya pemasaran Desa Wisata Sasak

Ende?

7. Bagaimana keterlibatan pihak investor dalam upaya pemasaran Desa Wisata Sasak

Ende?

8. Bagaimana keterlibatan pihak media dalam upaya pemasaran Desa Wisata Sasak

Ende?

9. Bagaimana keterlibatan pihak komunitas dalam upaya pemasaran Desa Wisata

Sasak Ende?
137

10. Menurut anda apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam pemasaran

Desa Wisata Sasak Ende?

11. Menurut anda apa saja kelebihan yang dimiliki Desa Wisata Sasak Ende

dibandingkan desa wisata lain?

12. Menurut anda apa saja kelemahan yang dimiliki oleh Desa Wisata Sasak Ende?

13. Menurut anda bagaimana peluang yang dimiliki dalam pemasaran Desa Wisata

Sasak Ende?

14. Menurut anda bagaimana ancaman yang perlu diantisipasi dalam pemasaran Desa

Wisata Sasak Ende?

15. Saran serta masukan dari masing-masing peserta narasumber dalam upaya

penyusunan strategi pemasaran Desa Wisata Sasak Ende.

Anda mungkin juga menyukai