Anda di halaman 1dari 36

STRATEGI PROMOSI OBJEK WISATA DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PESISIR BARAT

( SKRIPSI )

OLEH:

AHMAD SOBIRIN

NPM:19111005

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Pesisir Barat dibentuk berdasaarkan Undang-Undang No. 22 tahun

2012 tentang pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) pada tahun 2013 dengan

ibu kota Kabupaten terletak di krui. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ±2.953,48

km2 dan berpenduduk ±164.453 jiwa (disdukcapil.pesisisrbaratkab.go.id). terletak

memanjang di sisi barat Provinsi Lampung berhadapan langsung dengan samudera

hindia termasuk dua bah pulau kecil yang menjadi wilayah Pesisir Barat yaitu Pulau

Betuah dan Pulau Pisang (pesisirbaratkb.go.id).

Sektor pariwisata sendiri merupakan potensi andalan dari Kabupaten paling

bungsu di Provinsi Lampung ini terus menggeliatkan potensi pariwisata kepada

wisatawan untuk berkunjung menikmati bentang alam dengan garis pantai sepanjang

±210 km dan dikelilingi lebatnya hutan tropis Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

(TNBBS). Didukung dengan komitmen pemerintah Pesisir Barat dalam membangun

sektor pariwisata di Bumi Para Say Batin Dan Ulama slah satu misalnya adalah

mewujudkan Kabupaten Pesisir Barat sebagai daerah tujuan wisata yang berpijak

pada kearifan lokal. Berikut gambar pola perjalanan wisata menuju Pesisir Barat.

Dinas pariwisata Kabpaten Pesisir Barat sedang mengupayakan beberapa

langkah strategis demi memaksimalkan potensi daerah yang dimiliki oleh Kabupaten

Pesisir Barat yang tertuang di dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata

Daerah ( RIPPDA ) Kabupaten Pesisir Barat.


Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan

promosi di sector pariwisata kepada para wisatawan domestic atau wisatawan

mancanegara. Adapun promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir

Barat melalui Dinas Pariwisata adalah:

1. Objek Wisata

a. Objek Wisata Alam

Dengan letak geografisnya yang sebagian besar berada pada daerah pegunungan

dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) serta berada pada daerah

pesisir pantai Samudera Hindia menjadikan alam Pesisir Barat kaya akan segala

potensi wisata alam.

b. Tapis

Dari sector perindustrian yang menjadi andalan Kab. Pesisir Barat adalah dari

subsector indutri krajinan tangan (handmade) yang menjadi cirri khas Pesisir

Barat secara khusus dan menjadi ciri khas Provinsi Lampung secara umum.

c. Makanan

Dari sector pariwisata kuliner (makanan) yang menjadi andalan Kabupaten

Pesisir Barat adalah: Sup iwa Tuhuk (Soup Ikan Marlin), Gulai Halom (Semur

daging) , Gulai Jabung (Sayur akaecombrang), Pandap (Sejenis Buntil di Jawa),

Kinca(Berupa Kolak Duren).

d. Jumlah Kunjungan Wisata

Berkaitan dengan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Pesisir Barat selama

periode dari tahun 2017-2019 adalah sebagai berikut.


Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan MANCANEGARA TAHUN 2017-2019

KABUPATEN PESISIR BARAT

No Tahun Jumlah Wisatawan

1 2017 638

2 2018 948

3 2019 654

Jumlah 1940

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, Dicatat Th 2020

Berdasarkan table diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi fluktualisasi

kunjungan wisatawan mancanegara di Kabupaten Pesisir Barat. Dimana

peningkatan kunjungan wisata terjadi pada tahun 2018 dan mengalami penurunan

pada tahun 2019 ( Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, Th 2020 )

e. Data pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten pesisir barat

Tabel 1.2
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Hasil Retribusi Daerah Yang

Dilaksanakan Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat

No Tahun Target PAD Realisasi

1 2017 Rp.50.000.000,00 Rp.89.978,00

2 2018 Rp.90.000.000,00 Rp.100.000.000,00

3 2019 Rp.150.000.000,00 Rp.101.544.000,00

Jumlah Rp.290.000.000,00 Rp.291.522.000,00

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, Dicatat 2020

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata kabupaten pesisir barat

berdasarkan table diatas setiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun

pada than 2019 tidak mencapai target yang di tetapkan oleh pemerintah

kabupaten pesisir barat.

f. Budaya dan Kultur Kabupaten Pesisir Barat

Perkembangan pariwisata tentunya tidak terlepas dari budaya dan kultur

masyarakat setempat. Seperti bbudaya dan kultur masyarakat Kabupaten Pesisir

Barat, seperti :

a. Nyuncun Pahakh atau juga dapat disebut dengan Nyuncun

Pahar adalah salah satu tradisi dan kebudayaan dari Suku Lampung,

khususnya masyarakat adat Sai Batin  yang berupa kebiasaan dan

perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan alam  dan semesta. tradisi

nyuncun pahakh Nyuncun Pahakh terdapat di wilayah Provinsi Lampung,

tepatnya di Kabupaten Pesisir Barat Nyuncun Pahakh sendiri sudah tercatat

di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2017 dan


sudah terdaftar pada 2018 sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda

Indonesia.

b. Bebai Nyuncun Pahakh dalam bahasa Lampung, bebai artinya perempuan,

Nyuncun artinya penjunjng diatas kepala, sedangkan pahakh adalah semacam

wadah pangan berkaki. Kegiatan tersebut hanya ada di Krui Pesisir Barat dan

satu-satunya di Provinsi Lampung tidak ada di daerah lain. Parade Bebai

Nyuncun pahakh pertama yang di gelar pada Jum´at, 15 April 2016, mulai

pukul 13.00 WIB, ini bahkan tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI).

c. Bebai Ngantak Uyan Sasuduk dalam bahasa Lampung Bebay artinya

perempuan, Ngantak artinya membawa, Uyan Sasuduk berarti bahan

makanan/bahan pokok untuk membantu saudra yang sedang hajatan/pesta.

Selain banyak tradisi kearifan lokal yang menjadi daya tarik wisatawan

untuk berkunjung ke Pesisir Barat, Kabupaten ini juga sangat terkenal dengan

kultur masyarakat yang sederhana ramah dan aman, hal tersebut dapat kita lihat

dari rendahnya tingkat criminal di Pesisir Barat, bahkan wisatawan tidak perlu

khawatir kehilangan barang atau kendaraan pada saat liburan ketika lupa

mengunci kendaraan atau member pengaman ganda.

Berkembangnya pariwisata disuatu daerah mendatangkan banyak manfaat bagi

pemerintah daerah dan masyarakat yakni secara ekonomi, social dan budaya.

Pengelolaan objek wisata hendaknya dilakukan dengan lebih focus melalui penataan

dan pengembangan berbagai objek pariwisata secara gradual dan sistematis, dengan

melengkapi segala fasilitas pendukungnya. Harus diakui bahwa fasilitas penunjang dan

daya tarik berbagai objek wisata di Kabupaten Pesisir Barat belum seluruhnya dalam

kondisi baik, khususnya aksesibilitas menuju berbagai objek wisata yang ada, sebagian
besar dalam kondisi yang kurang baik. Selain itu, terbatasnya sarana transportasi, baik

kualitas maupun kuantitas dapat menghambat mobilitas wisatawan menuju objek wisata

yang ada. Selain itu belum mertanya pembenahan sarana dan prasarana disetiap objek

wisata dapat menyebabkan berkurangnya minat wisatawan untuk berkunjung. Hal

tersebut disebabkan karena pemerintah daerah masih berfokus pada objek wisata yang

di unggulkan saja. Dari uraian diatas, perlu disadari oleh pemerintah Kabupaten Pesisir

Barat agar dapat berperan extra dalam proses promosi serta pembangunan objek wisata,

baik objek wisata yang telah dikelola maupun objek wisata yang belum dikelola,

mengingat bahwa objek wisata di Kabupaten Pesisir Barat memiliki potensi yang sangat

besar untuk dapat menumbuhkan perekonomian serta pendapatan daerah Kabupaten

Pesisir Barat apabila objek wisata tersebut dapat dikelola, dikembangkan dan

dipromosikan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang diatas yang membuat

penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana pengaruh Promosi serta Objek wisata di

Pesisir Barat terhadap Peningkatan Asli Daerah (PAD) dalam bentuk Skripsi yang

berjudul : “Strategi Promosi Objek Wisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Barat” ( Studi Pada Dinas Pariwisata Kabupaten

Pesisir Barat).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas maka dapat diketahui identifikasi

masalah yang terjadi, yaitu:

1. Dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat belum maksimal dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pariwista

Kabupaten Pesisir Barat.


2. Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat belum maksimal dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pariwisata yang

ditandai belum maksimalnya promosi dan pengembangan objek wisata di

Pesisir Barat.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaruh Promosi Objek Wisata Terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Di Pesisir Barat.?

2. Bagaimana Pengaruh Pengembangan Objek Wisata Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Di Pesisir Barat?

3. Bagaimana Pengaruh Promosi Dan Pengembangan Objek Wisata

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Pesisir Barat?

1.4 Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1.4.1Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengaruh Promosi Objek Wisata

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Pesisir Barat.

2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengaruh Pengembangan Objek

Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Pesisir Barat.


3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Promosi Dan Pengembangan Objek

Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Pesisir Barat.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut;

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai wahana untuk mengembangkan wacana serta pemikiran dalam

pengembangan ilmu Administrasi Publik yang berkaitan dengan pariwisata

b. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pengelolaan objek wisata di

kabupaten pesisir barat

c. Menambah litelatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan

untuk melakukan kajian dan penelitian selanjutnya.

1. Kegunaan praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat

dalam pengelolaan Objek Wisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Pesisir Barat.

b. Untuk memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang

pariwisata kabupaten pesisisr barat.

c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Publik,

Universitas Bandar Lampung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

Pada bab ini akan diketemukan teori-teori yang mendasari penelitian ini yaitu

yang berkaitan dengan promosi, pengembangan objek wisata dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah.

1.1.1 Prommosi

1. Definisi Promosi

Promosi adalah, aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan

membujuk pelanggan membelinya (Kloter dan kattlter, 2012) Menurut

Hasan (2009: 10), promosi adalah fungsi pemasaran yang focus untuk

mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasive kepada

target pelanggan-calon pelanggan (audienc) untuk mendorong terciptanya

transaksi pertukaran antara perusahaan dan audience.

Promosi merupakan salahb satu faktor penentu keberhasilan suatu

program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila lonsumen

belum pernahb mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan

berguna bagi mereka, maka merekata tidak akan pernah membelinya.

Pentingnya promosi dapat digambarkan lewat perumpamaan bahwa

pemasaran tanpa promosi dapat diibaratkan seorang pria berkacamata hitam

yang dari tempat gelap pada malam kelam mengedipkan matanya pada

seorang gadis cantik di kejauhan. Tak seorang pun yang tahu apa yang

dilakukan pria tersebut, selain dirinya sendiri.


1. Tujuan Promosi

Tujuan utama promosi adalah menginformasikan, mempengruhi dan

membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran

pemasaran. Menurut tjiptono (2002: 221), secara rinci ketiga tujuan promosi

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

2. Menginformasikan (informing), dapat berupa:

a. Mengimpormasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,

b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk baru,

c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar,

d. Menjelaskan cara kerja suatu produk,

e. Menginformasmikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan

f. Meluruskan kesan yang keliru,

g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli

h. Membangun citra perusahaan

i. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:

j. Membentuk pilihan merk,

k. Mengalihkan pilihan ke merk tertrntu,

l. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut pokok,

m. Mendorong pembeli untuk membeli saat itu juga,

n. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiranaga (salesman).

o. Mengingatkan (remiding), dapat terdiri atas:

p. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan

dalam waktu dekat,


q. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk

perusahaan,

r. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan,

s. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.

Misalnya bila pembeli ingin membeli sabun mandi, diharapkan ingatan

pertamanya adalah merk Lux.

3. Jenis-Jenis Promosi

a. Prommosi fisik

promosi dapat diadakan dilingkungan fisik yang biasanya di lakukan pada

acara-acara tertentu atau event-event khusus yang diadakan disuatu tempat

seperti pameran, bazaar, festival, konser, dan semacamnya. Biasanya para

penjual membuka semacam “stand” atau “booth” untuk menampilkan dan

menawarkan produk atau jasanya.

Kelebihan jenis promosi secara fisik dan langsung adalah dapat menjangkau

langsung para calon konsumen, mereka dapat secara langsung melihat

produk atau jasa yang ditawarkan dan dapat secara langsung bertanya segala

sesuatu hal mengenai produk ata jasa tersebut, dan dari pihak penjual hal ini

dapat dimanfaatkan untuk membujuk dan merayu calon konsumen agar

membeli produk atau jasa yang mereka tawarkan pada saat itu juga.

Interaksi di lapangan sangat memungkinkan orang langsung melakukan

pembelian.

Kekurangan cara promosi secara fisik adalah sangat terbatasnya jumlah

calon konsumen karena hanya diadakan dilingkungan atau area tertentu

seperti perkantoran, kampus, sekolah dansemacamnya.


b. Promosi Melalui Media Tradisional

Yang dimaksud jenis promosi melalui media tradisional adalah via meda

cetak seperti Koran, majalah, tabloid, dan sejinisnya dan media elektronik

sepeti radio dan televisi, serta media diluar ruangan seperti iklan banner,

papan raklame atau papan billboard

Kelebihan jenis promosi melalui media tradisional adalah dapat menjangkau

lebih banyak calon konsumen dari pada dengan promosi secara fisisk,

karena jangkauan media yang memangcukup luas.

Kekurangan cara prommosi melalui media tradisional adalah membutuhkan

biaya yang sangat besar, karena melibatkan media-media besar seperti

televise, penyedia papan billboard dan lain sebagainya.

c. Promosi Melalui Media Digital

jenis promosi melali mediadigital mencangkupi media internet dan media

social atau jaringan social. Ini adalah cara moderen untuk berpromosi

karena memungkinkan orang melihat produk atau jasa yang dipromosikan

melalui teknologi terkini seperti ponsel. Banyak para pengusaha yang sudah

beralih mengunakan media digital sebagai strategi prommosi mereka karena

memang media digital saat ini merupakan cara paling efektif untuk

menjangkau

konsumen mereka setiap hari. Lebih dari 2,7 miliar orang mengunakan

internet diseluruh dunia, yaitu sekitar 40% dari populasi dunia. 67% dari

semua pengguna internet secara global menggunakan media social.

Kelebihan promosi menggunakan media digital adalah dapat menjangkau

orang sangat luas dengan waktu dan biaya yang lebih efisien.
Kekurangan promosi menggunakan media digital adalah banyak sekali

competitor atau pesaing yang ikut bermain didalamnya. Tugas yang cukup

berat bagi para pemasar agar lebih kreatif lagi dalam berpromosi di media

digital ini agar lebih menarik calon konsumen dibandingkan competitor.

Dari beberapa jenis promosi diatas, promosi melalui media digital adalah

yang paling banyak dilakukan saat ini, karena faktor efisiensi biaya dan

penyebarannya yang luas dan relative lebih cepat.

4. Indicator Promosi

Semua usaha dalam kegiatan promosi dilakukan melalui komunikasi yang

menggunakan kombinasi peralatan promosi yang disebut dengan bauran

promosi.

Menurut Kotler dan amstrong (2008), menyatakan bahwa bauran promosi

terdiri dari :

1. Advertising (Periklanan)

Yaitu setiap bentuk persentasi dan promosi non-personal yang memerlukan

biaya tentang gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor.

a. Sales Promotion (Promosi Penjualan)

Yaitu insentif-insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau

penjualan sebuah produk atau jas.

b. Public Relation And Publicity (Hubungan Masyarakat Dan Publisitas)

Yaitu membangun hubungan baik dengan berbagai public perusahaan

dengan sejumlah cara supaya memperoleh publisitas yang menguntungkan


, membangun citra perusahaan yang bagus dan menangani atau

meluruskan rumor, cerita, sertaevent yang tidak menguntungkan.

c. Personal Selling (Penjualan Secara Pribadi)

Yaitu presentasi proposal oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan

tujuan menghasilkan transaksi penjualan dan membangun hubungan

dengan pelanggan.

d. Direct Marketing (Pemasaran Langsung)

Yaitu hubungan-hubungan langsung dengan masing-masing pelanggan

yang dibidik secara seksama dengan tujuan baik untuk memproleh

tanggapan segera, maupun untuk membina hubungan dengan pelanggan

yang langgeng.

1.1.2 Pengembangan Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyedian lapangan kerja,

pendapatan, tariff hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam

Negara penerima wisatawan.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud

dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati objek atau daya tarik wisata


b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-

usahanya terkait dibidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah segala yang bertujuan menyelenggarakan

jasa.

Spilane dalam badrudin (2001) mendefinisikan pariwisata sebagai

perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat semntara,

dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbagan atau keserasian atau kebahagiaan dengan lingkungan

hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

t. Jenis-Jenis Pariwisata

Wisata berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu:

a. Wisata alam, yang terdiri dari

1) Wisata pantai (Marine Tourism) merupakan kegiatan pariwisata yang

ditunjukan oleh sarana dan prasarana untuk berkembang, memancing,

menyelam dan olahraga lainnya, termasuk sarana dan prasarana

akomodasi, makan dan minum.

2) Wisata etnik (Etnik Tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati

perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap

menarik.
3) Wisata cagar alam (Ecoturismi), merupakan wisata yang banyak

dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa

udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa)yang

langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat ditempat-tempat

lain.

4) Wisata buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri yang

memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan

oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agan atau biro perjalanan

5) Wisata agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan

perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan dan ladang

pembibitan dimana wisata rombongan dapat mengadakankunjungan

dan tinjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman

disekitarnya

b. Wisata sosial-budaya, yang terdiri dari :

1) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monument, wisata ini

termasuk golongan budaya, monument nasional, gedung bersejarah,

kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat

bersejarah lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battele field)

yang merupakan daya tarik wisata utama dibanyak Negara.

2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang

berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan disuatu kawasan

atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada

temannya antara lain museum arkeologi , sejarah, etnologi, sejarah


alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industry,

maupun dengan tema khusus lainnya.

Dari uraian diatas bahwasanya jenis-jenis objek wisata terbagi

menjadi dua yaitu objek wisata alam dan objek wisata sosial-

budaya. Objek wisata alam sendiri terdiri dari wisata pantai, wisata

etnik, wisata cagar alam, wisata buru dan wisata agro. Sedangkan

objek wisata sosial-budaya terdiri dari peninggalan sejarah

kepurbakalaan dan monument, wisata ini termasuk golongan budaya,

monument nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-

bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya dan

wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di

suatu kawasan ata daerah tertentu.

u. Pengembangan Pariwisata

Ecology Sustainability, yakni memastikan bahwa pengembangan yang

dilakukan sesuai dengan proses ekologi dan keragaman sumberdaya ekologi

yang ada. Social and Cultural sustainability, yakni memastikan bahwa

pengmbangan yang dilakukan memberikan dampak positif bagi kehidupan

masyarakat sekitar dan sesuai dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang

berlaku pada masyarakat tersebut. Economic Sustainability, yaitu

memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan efisien secara ekonomi

dan bahwa sumberdaya yang digunakan dapat bertahan bagi kebutuhan di

masa emendating pembanguna pariwisata bertujuan memberikan

keuntungan bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan

pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam.
Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendakatan

peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan

produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui

pendkatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembngan

pariwisata. Menurut terminologi dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat

terbentuk apabila ada pelaku wisata (demand) yang memang mempunyai

motivasi untuk melakukan perjalanan wisata, ketersedian infrastruktur

pendukung, keberadaan objek wisata dan atraksi wisata yang didukung

dengan system promosi dan pemasaran yang baik serta pelayanan terhadap

para pelaku wisata (supply). Terkait dengan UU No. 10 Tahun 2009 tentang

kepariwisataan , yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

v. Indicator Pengembangan Pariwisata

Definisi Promosi

Promosi adalah aktifitas yang menyampaikan manfaat produk dan

membujuk pelanggan membelinya (Kotler dan Kattler, 2012) Menurut

Darminta dalam Wulandari (2015:17) pengembangan adalah suatu proses

atau cara menjadikan sesuatu menjad maju, baik, sempurna dan berguna.

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981:12) dapat didefinisikan

sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan

yang dibutuhkan masyarakat.


Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam

pengembangan suatu objek wisata diantaranya adalah :

a. Atraksi WisataAtraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur.

Atraksi yang didefinisikan (sumber daya alam, sumber daya manusia,

budaya, dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi

wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada pariwisata, bagian utama lain

tidak diperlukan .

b. Promosi dan Pemasaran

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi

wisata yang ditawarkan dan cara bagai mana atraksi dapat dikunjungi.

Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.

c. Pasar Wisata (Masyarakat Pengirim Wisata)

Pasara wisata merupakanbagian penting. Walaupun untuk perencanaan

belum/tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun

informasi mengenai trend pelaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi,

dan sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang

berlibur.

d. Transportasi

Pendapatan dan keinginan wisatawan adalah bebeda dengan pendapat

penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap

volume dan pengembangan pariwisata.

1.1.3 Pendapatan asli daerah (PAD)

1. Pengertian pendapatan asli daerah (PAD)

Pengertian pendapatan (revenues) berbeda dengan income. Revenues


Merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya-biaya untuk memproleh

pendapatan tersebut, sedangkan income adalah pendapatan yang telah

dikurangi dengan biaya-biaya untuk memproleh pendapatan-pendapatan iti.

Income lebih tepat diterjemahkan sebagai penghasilan.

Sesuai Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 ayat 1 dan 2, menyebutkan bahwa

sumber pendapatan asli daerah terdiri dari :

a. Pendapatan asli daerah

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Dana perimbangan

b. Lain- lain pendapatan daerah yang sah

Dari ketentuan pasal tersebut di atas, maka pendapatan daerah dapat

dibedakan dalam dua jenis yaitu :

1) Pendapatan asli daerah

2) Pendapatan asli non daerah

Sampai saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah,

pendapatan yang berasal dari daerah itu sendiri dan di dapat melalui

pajak daerah, retribusi daerah, BUMD, dan hasil kerja sama dengan

pihak ketiga.

2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dari pengertian Pendapatan Asli Daerah di atas, penjelasan masing-masing

sumber pendapatan asli daerah tersebut adalah sebagai berikut:


a. Pajak daerah

Pajak daerah merupakan jenis pendapatan asli daerah yang berasal dari

iuran wajib seseorang atau badan kepada daerah. Semakin banyak

pembangunan yang dilakukan oleh suatu daerah maka nilai pajak yang

diadapat daerah tersebut tentunya akan meningkat pula. Hal ini tentu saja

sebelumnya dibarengi oleh daya beli masyarakat karena pendapatan

masyarakatnya yang tinggi sehingga pembangunan yang seibang antara

pendapatan masyarakat dan daya beli dapat berjalan selaras. Dan

pemasukan pajak secara otomatis juga meningkat.

b. Retribusi daerah

pendapatan suatu daerah juga berasal dari retribusi daerah tersebut. hal ini

terdapat dalam UU. No. 28 Th 2009 yang mengatur jenis pendapatan

daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah. Hal ini dapat dirinci

menjadi :

1) Pajak Provinsi

Pajak provinsi merupakan pemasukan provinsi dari pajak kendaran di

atas air maupun pajak kendaraan bermotor. Juga dalam hal ini termasuk

biaya balik nama suatu kendaraan diatas air maupun kendaraan bermotor

lainnya. Pajak pemanfaatan atas air dibawah tanah juga air permukaan.

Pemerintah berupaya menaikan pemasukan daerah juga melalui pajak

yang di berlakukan atas bahan bakar suatu kendaran bermotor.

2) Pajak Kabupaten
Pajak pemasukan dari kabupaten ini berasal dari berbagai sektor

pembangunan yang telah dilakukan oleh daerah tersebut seperti pajak

yang bersumber dari hotel, tempat hiburan, pajak restoran, pajak dari

periklanan, pajak atas penerangan jalan, maupun pajak dari pengambilan

bahan galian bergolongan C. tak luput juga pendapatan daerah tersebut

bersumber dari pajak parkir yang dimanfaatkan dari setiap lahan parker

restoran, tempat hiburan dan fasilitas daerah lainnya.

3) Pemasukan daerah dari retribusi

Retribusi juga merupakan pemasukan asli daerah yang didapat dari

beberapa segi seperti hal nya retribusi akan jasa pelayanan umum, retribusi

jasa akan usaha serta juga retribusi suatu perizinan usaha tertentu. Dapat

dibayangkan jika banyaknya pembangunan yang dilakukan suatu daerah

maka retribusi yang masuk ke kas daerah juga akan semakin banyak dan

dapat dimanfaatkan pada sektor pembangunan fasilitas umum dan

kepentingan umum lainnya.

c. Hasil usaha/pengelolaan kakayaan daerah dar perusahan daerah

Jenis penerimaan daerah ini berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan

pengolalaan kakayaan memiliki daerah yang dipisahkan. Perusahaan daerah selain

memperkerjakan tenaga kerja daerah yang akan meningkatkan pendapatan

masyarakatnya juga bisa dijadikan sumber penerimaan bagi daerah tersebut. hal

ini juga dapat dikatakan sebagai kekayaan daerah. Daerah perlu untuk melihat

potensi daerahnya yang dapat dikembangkan menjadi usah atau perusahan daerah.

Dalam hal ini daerah juga dapat menggandeng badan dari asing guna menjadi
patner dalam usah atau perusahan daerahnya. Dalam UU. No. 33 Th 2004 jenis

kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci sebagi berikut :

- Bagian laba dari perusahaan daerah

- Bagian laba dari lembaga keuangan bank

- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara/BUMN

- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Sumber pendapatan daerah yang dapat menjadi pemasukan pendapatan daerah

lainnya adalah bersumber dari pendapatan lainnya adalah bersumber dari pendapatan

lainnya yang sah, yaitu sebagai berikut :

- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan jasa giro pendapatan

bunga

- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap matauang asing

- Komisi, potongan, ataupun bentuk lainnya sebagai akibat dari penjualan atau

pengadan barang dan jasa oleh daerah

- Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah

Banyak pendapatan atau pemasukan daerah lainnya yang dapat menjadi

pendapatan suatu daerah. Baik itu adalah kegiatan bisnis maupun yang non bisnis.

Hal ini tentu saja bergantung pada keuletan pemerintah daerah dan kebijakan yang

diambil.
3. Manfaat Pendapatan Daerah Adapun manfaat pendapatan daerah diantaranya

untuk melaksanakan urusan pemerintahan dalam melindungi dan meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan , kesehatan,

fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem

jaminan sosial. Juga untuk melaksanakan penyelenggarakan pemerintah dalam

rangkah memberikan pelayanan kepada masyarakat dan untuk melaksanakan

pembangunan. Sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari

pusat, sehingga meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan terkait dengan

menentukan sebuah strategi dan pengembangan potensi objek wisata dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah dan penelitian tersebut dijadikan penulis

sebagai bahan referensi dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan

penulis adalah sebagai berikut:

1. Noval Fahroni. Efektivitas Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Potensi

Wisata Di Kota Surakarta (Penelitian Deskriptif Tentang Efektivitas Dinas

Pariwisata Dalam Pengembangan Potensi Wisata Di Kota Surakarata Tahun

2001). Dalam usaha pengembangan potensi wisata diperlukan organisasi

yang efektif. Di sini yang dimaksud adalah Dinas Pariwisata dirasa belum

optimal. Dari sini muncul permasalahan sejauhmana Dinas Pariwisata kota

Surakarta dalam pengembangan potensi wisata di kota Surakarta dan faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas Dinas Pariwisata.


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilaksanakan di Dinas Pariwisata kota Surakarta. Data primer diperoleh dari

wawancara dengan informan yang relevan dengan masalah penelitian. Data

sekunder diperoleh dari dokumentasi lapangan serta buku-buku. Penentuan

sumber data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Validitas data

diperoleh dengan teknik triangulasi, analisa data yang digunakan adalah

model interaktif.

Dari penelitian diperoleh hasil mengenai pelaksanaan program kerja

Dinas Pariwisata tahun 2001 yang sudah efektif karena sesuai dengan target

yang ditentukan yaitu peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata

dengan lima proyek. Dinas Pariwisata kota Surakarta dalam usaha

pengembangan potensi wisata efektif karena terealiasinya program kerja dan

tujuan pengembangan potensi wisata secara tidak langsung dengan adanya

faktor pendukung yang ada belum optimal karena masih banyaknya faktor

penghambat yang muncul dan masih rendahnya kontribusi Dinas Pariwisata

dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

2.3. Kerangka Pemikiran

Pariwisata merupakan suatu aspek yang penting bagi suatu daerah, yang mana

sektor pariwisata dapat menjadi tulang punggung terhadap pendapatan asli daerah

tersebut seperti objek wisata kabupaten pesisir barat sebagai salah satu penghasil
pendapatan asli daerah bagi kabupaten pesisir barat. Pengelolaan pariwisata

kabupaten pesisir barat merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah

dan stakeholders dengan tujuan umtamanya yaitu income atau pendapatan daerah,

dan untuk itu tentu dubutuhkan strategi pengelolaan untuk mencapainya, dalam

penelitian terkait analisis pengelolaan objek wisata dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah di kabupaten pesisir barat. peneliti akaan menguraikan

kerangka berpikir yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar: 2.2 Kerangka Pemikiran

Strategi Promosi Objek Wisata Dalam Meningkatkan Pendapatan


Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Barat

Faktor Internal Faktor Ekternal


Pengembangan objek
wisata

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Kabupaten Pesisir Barat

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong

(2007:4) mendefinisikan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati dari fenomena

yang terjadi. Lebih lanjut (Moelang, 2007: 11) mengemukakan bahwa penelitian

deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka

yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Penelitian ini

menggunakan tipe kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena atau

kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dari obyek Wisata Kabupaten Pesisir

Barat dengan mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa sehingga

menghasilkan suatu penggambaran atas fenomena yang terjadi.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari karakteristik

sumbernya terbagi dari:

a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara menggali

secara langsung dari narasumber yang merupakan hasil dari teknik

pengumpulan data melalui wawancara dan meminta penjelasan kepada

beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data yang bersumber dari informasi yang berhubungan

dengan penelitian, data primer merupakan data yang didapat secara langsung

dari studi lapangan. Memberikan gambaran yang lebih jelas,kemudian hasil

observasi, dan dokumentasi yang dilakukan akan menjadi analisis

dokumentasi.
b. Data sekunder

Data sekunder dilakukan untuk memperoleh data dengan melalui serangkaian

kegiatan membaca, mencatat, mengutip dan menelaah bahan-bahan pustaka

yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur. Data

sekunder ini merupakan data yang diperlukan untuk melengkapi informasi

yang diperoleh dari data primer.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan beberapa teknik diantaranya:

a. observasi lapangan Observasi bertujuann untuk mengamati subjek dan objek

penelitian, sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya.

Observasi dilakukan pada bulan november 2018 di kabupaten pesisisr barat.

b. wawancara menurut sofar dan widiyono ( 2013:153) wawancara adalah alat

pengumpulan data yang dilakukan dalam komunikasi langsung yang

bebentuk sejumlah pernyataan lisan yang dilakukan oleh pengumpul data

(interviewer) sebagai pencari nformasi yang dijawab secara lisan oleh

informan (interviewer) secara singkat wawancara didefinisikan sebagai alat

pengumpulan data berupa Tanya jawab antara pihak pencari informasi dan

sumber informasi yang berlangsung secara lisan. Dalam hal ini wawancara

dilakukan berfokus pada analisis pengelolaan objek wisata pesisisr barat yang

dtinjau dari kekuatan dan kelemhannya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang


(Sugiyono, 2009:213) Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan

lebih kredibel apabila didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto, gambar saat

wawancara yang berguna untuk meningkatkan tingkat kredibilitas

kepercayaan dari proses observasi atau wawancara, serta data-data mengenai

wisata Pesisir Barat.

3.4 Subjek Penelitian dan Informan

Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi terkait judul

penelitian “Starategi Promosi Objek Wisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Barat”. Seseorang yang

memberikan informasi tersebut disebut informan. Informan adalah orang yang

diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi (Sugiyono,

2009:208). Tidak menggunakan istilah populasi pada penelitian kualitatif,

melainkan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu,

tempat (place), pelaku (actor) dan aktifitas (activity). Situasi sosial itu dapat

dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi

didalamnya.

Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik

dengan situasi sosial yang diteliti. Adapun penentuan informan dalam penelitian

dilakukan secara snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlah sedikit, lama-lama

menjadi besar (Sugiyono,2017:219). Alasan peneliti menggunakan teknik ini

adalah dimana pada situasi tertentu, jumlah subjek penelitian yang terlibat
menjadi bertambah karena subjek atau informan. Adapun informan pada

penelitian ini meliputi kriteria dibawah ini:

1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat

2. Pengelola Obejk wisata

3. Para Wisatawan

4. Warga sekitar objek wisata

3.5 Teknik Pengolahan

Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Tahapan Editing Dalam tahapan ini hasil wawancara yang didapat

diperiksa kembali apakah masih terdapat kesalahan dalam melakukan

pengisiannya, tidak tepat, atau terdapat keterangan fiktif.

2. Tahapan Koding Tahapan ini merupakan usaha mengklasifikasikan

jawaban yang didapat dari berbagai narasumber menurut macamnya atau

jenis pertanyaan yang dimaksud untuk memudahkan penuluis dalam

mengolah data pada proses selanjut

3. Tahap Tabulasi Tahapan ini berupa data yang diintrepetasikan agar lebih

mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

4. Tahap Interpretasi Tahapan ini berupa data diinterprestasikan agara lebih

mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.nya.

3.6Teknik Analisis Data

Menurut Mudjiarahadjo (didalam V. Wiratna Sujarweni, 2014: 34) analisis

data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode atau tanda, dan mengkatagorikannya sehingga diperoleh suatu

temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan antara

teoriteori yang telah ada dengan data-data yang didapat dari studi kasus.

Menurut Miles dan Faisal (didalam V. Wiratna Sujarweni, 2014: 34) analisis

data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah semua data

terkumpul dengan teknik analisis model interaktif. Analisis data berlangsung

secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan

sebagai berikut:

1. Reduksi Data Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data

yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal

yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan

satuan konsep, tema, dan kategori, tertentu akan memberikan gambaran

yang lebih tajam tentang hasil pegamatan juga mempermudah peneliti untuk

mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang

diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat

pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi

dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara

sistematis akan disimpulkan. verifikasi dilakukan dengan mencari data yang


baru yang lebih mendalam untuk mendukung kesimpulan yang sudah

didapatkan. Ketiga proses analisis data tersebut berperan penting dalam

proses dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Selain itu,

ketiga tahap dalam proses analisis diatas merupakan bagian yang saling

berhubungan antara tahap yang satu dengan yang lainnya. Analisis akan

dilaksanakan secara terus menerus sejak awal penelitian hingga akhir

penelitian.

3.7 Teknik Menguji Keabsahan Data

Teknik keabsahan data ini mengacu pada Moleong (2005 :34), kriteria

keabsahan data dapat dilihat sebagai berikut :

1. Teknik Memeriksa Derajat Kepercayaan Ketekunan Pengamatan, teknik

ini bermaksud menemukan ciri-ciri dari unsur tersebut secara rinci.

Pengamatan yang dimaksud dalam hal ini pengamatan yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh terhadap sumber data primer dan data sekunder.

a. Trigulasi Adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain Triangulasi bertujuan mengecek

kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang

diperoleh dari sumber lain, pada beberapa fase penelitian pada waktu

yang berlainan dan dengan metode yang berlainan.

b. Kecukupan Referensi Yang dimaksud dengan referinsi adalah adanya

pendukung untuk membukukan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

Data hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman-rekaman

wawancara data, gambaran suatu keadaan perlu didukung oeleh


dokumen-dokumen yang mendukung. Tehnik ini sangat diperlukan untuk

mendukung kredinilitas data yang detemukan peneliti.

1. Tehnik Memeriksa Ketergantungan Dalam penenlitian kuantitatif, uji

kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap

keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukakn

proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data, penelitian ini

perlu di uji ketergantungan

2. Tehnik Memeriksa Kepastian

Dalam penelitian kuantitatif tehnik kepastian mirip ketergantungan

sehingga dapat dilakukan secara besamaan. Tehnik ini dilakuakan dengan

mengaudit terhadap seluruh proses. Menguji kepastian berartimenguji

hasil penelitian, dikaitkan dengan proses dalam penelitian maka jangan

sampai proses penelitian tidak ada.

2.8.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian

terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi

dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang

akurat. Dalam penentuan lokasi penelitian,(Moleong,2007:132) menentukan

cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substansif

dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada

dilapangan. Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu,

biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi

penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesisir Barat.

Anda mungkin juga menyukai