ABSTRAK
Pariwisata telah tumbuh secara spektakuler sebagai sektor andalan di berbagai negara dalam
mendapatkan devisa dan pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia. Demikian juga untuk salah
satu daerah di Indonesia, Kabupaten Cianjur yang memiliki berbagai tempat wisata menarik dan
banyak dikunjungi oleh wisatawan seperti Cipanas. Pariwisata di Kabupaten Cianjur tidak hanya
di Cianjur Utara tetapi juga di Cianjur Selatan memiliki potensi wisata yang sangat potensial.
Namun sayangnya manajemen belum optimal sehingga potensinya belum dieksplorasi. Oleh
karena itu, penelitian ini akan menguji sejauh mana model formulasi kebijakan pariwisata yang
inkremental, elitis dan rasional dirasakan secara komprehensif terhadap model pemindaian
campuran dalam mengembangkan pariwisata Cianjur Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif untuk mengeksplorasi objek yang diteliti. Jenis data yang digunakan
adalah data dalam bentuk wawancara, sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumusan
kebijakan yang ada belum dapat secara optimal meningkatkan kinerja sektor pariwisata.
Kata kunci: Model Formulasi Kebijakan, Pengembangan Pariwisata dan Pemerintah Daerah.
sekitarnya. Oleh karena itu wajar jika sektor bukan saja Cianjur Utara tetapi Cianjur
pariwisata menjadi salah satu sektor penting Selatan pun memimiliki potensi pariwisata
yang terus menerus dikembangkan dengan yang tak kalah bagus dengan Objek wisata
baik oleh pemerintah sendiri maupun didaerah Cianjur Utara, seperti Pantai
dengan bekerjasama dengan pihak investor Jayanti, Pantai Cidaun yang memiliki ke
baik dalam negri maupun asing. Sebab indahan Pantainya, danau leuwisoro, Curug
pariwisata sendiri bagi kebanyakan Cikondang dan masih banyak lagi tempat-
masyarakat sendiri sudah menjadi gaya tempat wisata yang berada di daerah Cianjur
hidup dan kebutuhan. Selatan. Objek-objek wisata ini selayaknya
Seperti dikatakan dalam Undang- mendapat perhatian dari masyarakat dan
Undang Nomor 10 Tahun 2009 bahwa pemerintah setempat. Namun sayangnya,
pembangunan kepariwisataan diperlukan pengelolaan pada beberapa objek wisata
untuk mendorong pemerataan kesempatan tersebut belum optimal. Masih terbatasnya
berusaha dan memperoleh manfaat serta dukungan sarana dan prasarana dan masih
mampu menghadapi tantangan perubahan terkendala masalah infra struktur,
kehidupan lokal, nasional, dan global. manajeman pariwisata dan SDM nya dalam
Pembangunan kepariwisataan diperlukan menunjang kegiatan pariwisata. Pola
untuk mendorong pemerataan kesempatan pengelolaan kawasan pariwisata yang tidak
berusaha dan memperoleh manfaat serta menyeluruh telah menimbulkan dampak
mampu menghadapi tantangan perubahan negatif daya tarik obyek wisata.(Perda Prov.
kehidupan lokal, nasional, dan global. Jawa Barat No. 15 Tahun 2015 Tentang
(undang-undang republik indonesia nomor "Rencana Induk Pembangunan
10.tahun 2009 tentang kepariwisataan, Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat Tahun
2009) 2015-2025, 2015).
Dengan demikian dapat dikatakan Pengembangan kegiatan pariwisata
bahwa kegiatan pariwisata merupakan salah masih berfokus di daerah Cianjur utara dan
satu sektor sangat berperan dalam proses itu pun hanya pengembangan aspek fisik
pembangunan dan pengembangan suatu saja, dengan hanya mengembangkan potensi
wilayah yaitu dapat memberikan kontribusi alamnya, misalnya Kebun Raya Cibodas,
bagi pendapatan asli daerah maupun Pantai Jayanti, Curug Citambur, Waduk
kesejhateraan bagi masyarakatnya. Jangari, Tracking Gunung Gede, dan Kota
Disamping bahwa pariwisata selain Bunga. Sementara untuk pengembangan
mempunyai peranan penting dalam kegiatan pariwisata belum terlihat upaya
pembangunan nasional dan meningkatkan menciptakan obyek pariwisata baru, seperti
kesempatan kerja tetapi juga dapat dengan mengembangkan potensi wisata
memperkokoh persatuan dan kesatuan pantai yang berada di daerah Cianjur Selatan
bangsa (Yoeti, 2008) dan budaya lokal Kabupaten Cianjur pada
Sebagaimana daerah lain, Kabupaten umumnya yang bisa dijadikan daya tarik
Cianjur memiliki beragam tempat wisata bagi pariwisata di Kabupaten Cianjur seperti
yang menarik yang banyak dikunjungi oleh upacara adat yang dimiliki atau kegiatan
wisatawan. Khususnya daerah utara Cianjur unik. Wisata kebudayaan potensial yang
sudah dari dulu banyak diminati oleh terus-menerus dikembangkan oleh
wisatawan mancenegara, Selain Pemerintah Daerah (Pemda) Cianjur adalah
pemandangan alam yang indah kondisi Situs Gunung Padang Cianjur, Pantai
wilayah tersebut cenderung memiliki udara Jayanti, Pantai Sereg dan atau Pantai Apra
dingin dan infrastruktur relatif bagus. Selain Sindangbarang, Argabinta yang berada di
itu jarak juga memengaruhi banyaknya daerah Cianjur Selatan yang hingga dewasa
wisatawan yang lebih memilih untuk ini banyak dikunjungi wisatawan. Pantai di
berkunjung ke lokasi wisata tersebut. Cianjur Selatan memang belum bisa
Namun pariwisata di Kabupaten Cianjur disejajarkan dengan Pantai Palabuhanratu di
126
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
Kabupaten Sukabumi yang sudah lebih dulu objek wisata di Cainjur selatan tetapi
menjadi kawasan wisata pantai atau Pantai mengalami kendala dan kesulitan ketika
Pangandaran di Kabupaten Pangandaran. akan diimplementasikan.
Namun, daya tarik yang dimiliki oleh Oleh karena itu, perlu adanya
Cianjur selatan dinilai tak kalah menarik. penelitian mengenai Kebijakan Pemerintah
Hanya saja memang konsep penataannya Daerah dalam Pengembangan
masih alakadarnya. Kepariwisataan di Kabupaten Cianjur,
Dilihat dari obyek dan daya tarik khususnya terhadap model formulasi
yang ada, Kabupaten Cianjur relatif kebijakan yang lebih bersifat mixed
memiliki jumlah obyek wisata yang lengkap, scanning artinya pengamatan gabungan
mulai dari obyek wisata alam, buatan dan antara pendekatan model inkremental dan
obyek wisata budaya cukup tersedia. rational komprehensif sehingga hasilnya
Sebagai suatu Daerah Tujuan Wisata diharapkan akan lebih optimal dalam upaya
(DTW), potensi kepariwisataan di daerah pengembangan pariwisata daerah.
Kabupaten Cianjur telah memiliki daya tarik
cukup kuat bagi kunjungan wisatawan, baik KAJIAN PUSTAKA
wisatawan nusantara maupun wisatawan Formulasi kebijakan adalah suatu
mancanegara. Hal ini seharusnya mampu aktifitas yang mengandung unsur politik,
menjadi bahan kebijakan pemerintah daerah walau ini tidaklah dilakukan seorang
pada khususnya, untuk memperbaiki dan anggota parpol.(Jones CG, Lawton JH,
membawa sektor pariwisata daerah menjadi 1994) Dengan menggunakan perencanaan
lebih baik. Bahkan dengan potensinya itu, yang lebih netral pun tidak dapat
pengembangan sektor pariwisata ini dapat menghindari dan mengubah hal yang
menjadi salah satu sumber pendapatan asli demikian. Saling mempengaruhi persepsi
daerah sendiri (PADS) bagi Pemkab Cianjur seseorang dalam merumuskan kebijakan
yang cukup signifikan bahkan dapat pastilah tidak dapat dihindari. Masing-
mendorong peningkatan ekonomi masing pembuat kebijakan yang memiliki
masyarakat. persepsi berbeda akan menyarankan
Sehubungan dengan hal tersebut, bagaimana agar ide atau perencanaan dan
penelitian ini akan menguraikan tentang rancangan miliknya tersebut dapat
model kebijakan Pemerintah Daerah yang ditetapkan.
terkait dengan perkembangan Tjokroamidjojo mengatakan bahwa
kepariwisataan di wilayah Cianjur Selatan folicy formulation sama dengan
yang perlu mendapatkan perhatian khusus pembentukan kebijakan merupakan
oleh pemerintah dalam pengembangan serangkaian tindakan pemilihan berbagai
pariwisata di Kabupaten Cianjur. Dimana alternatif yang dilakukan secara terus
formulasi kebijakan yang bersifat menerus dan tidak pernah selesai, dalam hal
inkremental dengan meniru atau ini didalamnya termasuk pembuatan
melanjutkan kebijakan sebelumnya terasa keputusan. Lebih jauh tentang proses
sangat dominan tetapi tidak mengubah pembuatan kebijakan negara (publik).
keadaan di satu sisi. Dan di sisi lain model Sedangkan menurut Anderson dalam
pendekatan yang bersifat rational (Winarno,2008:93) mengatakan perumusan
komprehensif juga masih dominan seperti kebijakan menyangkut upaya menjawab
terlihat dalam produk Perda Kepariwisataan pertanyaan bagaimana berbagai alternatif
serta dokumen-dukumen kajian para disepakati untuk masalah-masalah yang
konsultan yang cukup detail dan dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.
komprehensif seperti kajian Kawasan Memahami formulasi kebijakan
Strategis dan Kawasan Pengembangan publik berrarti kita perlu mengetahui model-
Pariwisata Cianjur Selatan,2017, dengan model perumusan kebijakan publik yang
analisis deskriptif dan SWOT terhadap telah banyak digunakan selama ini oleh
127
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
128
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
kebahagian hidup yang berhubungan dengan yang tidak kurang pentingnya adalah
lingkungannya. memahami pariwisata political will dari pemerintah daerahnya
sebagai suatu upaya trasformasi orang untuk dalam berbagai bentuk kebijakan yang
sementara waktu atau jangka pendek ke mendukung dan kondusif.
tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka Dalam pengembangan pariwisata
biasanya hidup dan bekerja dalam tidak bisa dipungkiri pentinya aspek pasar,
keseharian.(A. J. Burkart and S. Medlik:, dengan memperhatikan jug aspek sifat,
1974) Dengan bahasa yang berbeda Wahab objek dan daya tarik wisatanya apakah
(2003) mengartikan pariwisata sebagai salah bersifat alam atau budaya dengan tetap
satu jenis industri baru yang mampu memperhatikan aspek pelestariannya dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan aspek pasar (Mill, R.C and
cepat dalam penyediaan lapangan kerja Morisson, A.M. 1985). Oleh karena itu,
peningkatan penghasilan, serta dapat suatu pengembangan pariwisata
menstimulasi sektor-sektor produktivitas memerlukan perencanaan secara regional,
lainnya. Sebagai sektor yang kompleks dan propinsi, nasional yang disusun berdasarkan
potensial, pariwisata juga meliputi industri- peraturan perundangan yang berlaku serta
industri klasik atau tradisonal, seperti berbagai issues yang berkembang.
kerajinan tangan dan cindera mata, Sehubungan dengan itu,
penginapan/hotel, dan sarana transportasi. pengembangan pariwisata daerah
Dalam kajian yang dilakukan Putra, didasarkan pada peraturan yang ada di
(2012) dikatakan bahwa pengembangan daerah dengan melibatkan partisipasi dan
pariwisata merupakan suatu kenicayaan preferensi masyarakat sebagai bentuk
dilakukan oleh pemerintah daerah, realisasi paradigma baru yang lebbih
mengingat banyak sekali manfaat dan melibatkan dan memberdayakan
keuntungan yang bisa diperoleh sektor masyarakat. Sehingga diharapkan proses
pariwisata ini, diantaranya dapat perencanaan pengembangan pariwisata yang
menciptakan lapangan pekerjaan, melibatkan pemikiran dan perenacanaan
meningkatkan pendapatan masyarakat serta nasional dan pemikiran masyarakat akan
dapat mengembangkan seni budaya daerah menghasilkan perencanaan komprehensi
dan pengembangan kerajinan lokal yang lebih terpadu.
sehingga dapat dapat dipasarkan kepada Strategi upaya untuk pengembangan
wisatawan, dan yang tak kalah pentingnya pariwisata di Indonesia telah tercermin
dapat memberikan kontribusi terhadap dalam rencana strategi yang dirumuskan
peningkatan pendapatan asli daerah sendiri oleh Kementerian Kebudayaan dan
(PADS). Pariwisata RI, yakni untuk:
Tentu saja dalam upaya Untuk meningkatkan kesejahteraan
pengembangan pariwisata dibutuhkan masyarakat dengan membuka kesempatan
berbagai sarana dan prasarana pendukung berusaha dan lapangan kerja serta
untuk memperlancar jalannya kegiatan pemerataan pembangunan di bidang
tersebut, seperti ketersediaan SDM yang pariwisata;
berkualitas, anggaran yang memadai, dan Guna mewujudkan pembangunan
dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah pariwisata yang berkesinambungan sehingga
yang memprioritaskan bidang pariwisata ini. memberikan manfaat sosial-budaya, sosial
Oleh karena itu agak mustahil suatu ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta
upaya pengembangan pariwisata tanpa terpeliharanya mutu lingkungan hidup;
adanya dukungan hal-hal tersebut. Tinggal Guna meningkatkan kepuasan
Pemerintah daerah bagaimana wisatawan dan memperluas pangsa pasar;
mengupayakannya apakah dengan menggaet dan Untuk menciptakan iklim yang kondusif
investor, meningkatkan kapasitas SDM bagi pembangunan pariwisata Indonesia
dengan berbagai pelatihan dan Diklat serta sebagai berdayaguna, produktif, transparan,
129
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi individu maupun kolektif yang secara
pelayanan kepada masyarakat, dalam langsung mempengaruhi pengembangan
institusi yang merupakan amanah yang pariwisata dalam jangka panjang dan
dipertanggungjawabkan. sekaligus kegiatan sehari-hari yang
Arah perencanaan Nasional berlangsung di suatu destinasi. Sementara
pengembangan pariwisata guna itu, Biederman (2007) mengemukakan
menghahasilkan susunan pengembangan bahwa prinsip dari kebijakan kepariwisataan
kawasan konservasi. Arah konsep kawasan adalah harus menjamin negara maupun
mempunyai fungsi utama sebagai daerah mendapatkan manfaat yang sebesar-
pelestarian. Sementara pemanfaatannya besarnya dari kontribusi sosial dan ekonomi
hanya dilakukan terhadap aspek estetika, yang diberikan pariwisata. Biederman juga
pengetahuan (pendidikan dan penelitian) menyebutkan bahwa sasaran akhir dari
terhadap ekosistem dan keanekaragaman kebijakan pariwisata adalah peningkatan
hayati, pemanfaatan jalur untuk tracking dan kemajuan negara atau daerah dan kehidupan
adventuring. Proses yang hampir sama dapat warga negaranya.
dilakukan terhadap perencanaan pariwisata ‘A tourism policy defines the
wilayah Provinsi dan perencanaan ini akan direction or course of action that a
menghasilkan kawasan pengembangan particular country, region, locality or an
pariwisata. Dengan demikian, perencanaan individual destination plans to take when
pada level Provinsi ini merupakan developing or promoting tourism. The key
perencanaan yang menampung perencanaan principle for any tourism policy is that it
tingkat lokal dengan menjabarkan dan tetap should ensure that the nation (region or
konsisten berpedoman pada perencanaan di locality) would benefit to the maximum
tingkat nasional dan tidak boleh yang extent possible from the economic and social
bersifat bertentangan. contributions of tourism. The ultimate
Pengembangan pariwisata yang objective of a tourism policy is to improve
dilihat dari aspek kebijakan dalam the progress of the nation (region or
pengembangan wisata dapat menciptakan locality) and the lives of its citizens’.(Edgell
perluasan lapangan kerja. Tidak dapat Sr, David L., Allen, Maria D., Smith, G.,
dipungkiri bahwa pengembangan pariwisata Jason, 2008)
alam membutuhkan investasi yang tidak Tentu saja sebagai sebuah kebijakan,
sedikit khususnya untuk membangun bidang pariwisata merupakan sebuah produk
infrastrukturnya. Sebagian orang kebijakan dari proses yang sangat kompleks
berpendapat bahwa pengembangan dan terkait sama lain dengan berbagai aspek.
pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme Kompleksitas pariwisata disebabkan oleh
belum berhasil berperan sebagai alat berbagai aspek yang saling terkait pada
konservasi alam maupun untuk berbagai level dari tingkat lokal, nasional
mengembangkan pertumbuhan ekonomi. dan global. Pada titik inilah kebijakan
Salah satu penyebabnya tidak lain adalah pariwisata menjadi sangat strategis dan
persoalan klasik yaitu sulitnya mendapatkan penting dalam pengembangan pariwisata,
dana pengembangan bagi aktivitas sebab tanpa dukungan kebijakan
pariwisata tersebut. pengembangan pariwisata akan sulit
Ada beragam definisi tentang dilakukan. Hal ini dikarenakan pariwisata
kebijakan kepariwisataan seperti adalah industri yang bersifat multidimensi
dikemukakan oleh ahli pariwisata. Misalnya dan lintas sektoral. Oleh karena itu,
Goeldner dan Ritchie (2006) mendefinisikan keterlibatan dan partisipasi semua pihak
kebijakan pariwisata sebagai aturan, dibutuhkan karena pariwisata bukan sektor
pedoman, arah, dan sasaran pembangunan yang berdiri sendiri tetapi multi sektor yang
atau promosi serta strategi yang memberikan saling terkait. Terlebih pertimbangan
kerangka dalam pengambilan keputusan keterkaitan antar sektor dan penanganan
130
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
131
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
132
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
Pertama, Bugel adalah fenomena awalnya diambil dari nama seorang laki-laki
alam yang biasa terjadi di beberapa muara yang sangat terampil dalam memanjat pohon
sungai di wilayah Cianjur Selatan. kelapa.
Fenomena Bugel ini terjadi setiap musim Kenyataan menunjukan bahwa pada
kemarau tiba. Fenomena Bugel terjadi awalnya makanan hanya menjadi salah satu
karena aliran sungai terbendung Oleh pasir- pelengkap kegiatan wisata. Kuliner khas
pasir pantai yang tcrtiup angin dan suatu daerah saat ini sudah menjadi salah
menutupinya dan semakin lama akan satu daya tarik wisata, dan Cianjur selatan
membentuk menjadi bendungan/tanggul menyimpan potensi kuliner khas diantaranya
yang menghambat/menutupi aliran sungai Jalangkring dan Kasem. Kedua kuliner ini
tersebut. Pada saat Bugel ini merupakan berkaitan dengan tradisi Nyalawena di
pesta rakyat, karena pada saat Bugel banyak daerah Cianjur Selatan. Ikan hasil tangkapan
ikan Yang terperangkap di muara. dari tradisi Nyalawena biasanya dibuat
Kedua, sebuah tradisi yang unik di Jalngkring, yaitu kuliner yang berbentuk
daerah Cianjur selatan ada Iah tradisi dendeng yang terbuat dari “impun” sebagai
nyalawena. Nyalawena adalah sebuah tradisi hasil dari tradisi Nyalawena. Impun hasil
yang telah dilakukan sejak dahulu. Aktifitas tangkapan pada tradisi Nyalawena juga
ini adalah momen berkumpulnya seluruh dibuat Kasem. Kasem adalah panganan yang
warga pesisir pantai untuk mengambil hasil menggunakan ikan sebagai pokoknya, dan
kekayaan berupa ikan-ikan kecil. Nyalawena disimpan dalam waktu yang lama untuk
berasal dari kata salawé yang artinya dua permentasi alami sehingga membentuk dan
puluh lima. Nyalawé berarti melakukan menghasilakan rasa yang asam. (World
kegiatan pada tanggal 25 bulan Islam, Tourism Organization. 1995, 1995)
terutama di dacrah sekitar pantai Apra, Visi pemerintah untuk menjadikan
Sindangbarang, Cianjur. Kabupaten Cianjur sebagai destinasi
Ketiga, kesenian tutunggulan unggulan pariwisata Jawa Barat tampaknya
merupakan kesenian khas daerah Cianjur. masih membutuhkan waktu. Kebijakan-
Saat ini Sanggar seni Samudra jaya di kebijakan yang sudah dilaksanakan masih
kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur sering belum bisa meningkatkan kinerja sektor
mementaskan kesenian ini. Kesenian ini pariwisata secara optimal. Hal ini terlihat
berasal dari Warungkondang, Kabupaten dari perkembangan posisi dayasaing
Cianjur, ada sebuah kesenian tradisional pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dilihat
yang bernama “tutunggulan”. Sebenarnya dari hasil analisis yang cenderung menurun
istilah ini tidak asing lagi bagi masayarakat dan belum optimal.
Warungkondang karena pada saat-saat Misalnya indikator-indikator yang
tertentu, yaitu ketika memberaskan padi, nilai dayasaingnya menunjukkan tren
maka tutunggulan pun terdengar. pertumbuhan yang negatif antara lain
Keempat, kesenian lais merupakan pembangunan infrastructure, dan kurangnya
kesenian khas Jawa Barat. Lais adalah promosi pariwisata, Buruknya infrastruktur
kesenian tradisional berupa pertunjukan jalan tentunya bukan merupakan tanggung
akrobatik yang menggunakan seutar tali jawab langsung dinas pariwisata melainkan
sepanjang kurang lebih 6 meter yang dinas pekerjaan umum. Namun, hal ini
dibentangkan diantara 2 ruas bambu pada mengindikasikan bahwa masih kurang
ketinggian 12 - 13 meter. Kesenian ini sudah baiknya koordinasi antar dinas yang
ada sejak jaman Belanda serta cukup seharusnya menjadi salah satu fokus
populer di Garut, namun sayang kesenian kebijakan.(Rina Trisnawati, Wiyadi Wiyadi,
lais mulai jarang dimainkan dan nyaris 2008).
punah. Kesenian Lais berasal dari Kampung Disbudpar Kabupaten Cianjur harus
Nangka Pait, Kecamatan Sukawening lebih meningkatkan komunikasi ke dinas
Kabupaten Garut. Kesenian lais pada lain yang memiliki peranan penting terhadap
133
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
134
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
daerah tujuan wisata. Keenam, daerah dan sebagaianya Hal ini memerlukan
pengembangan kemitraan dengan stake peran pemerintah untuk melakukan
holder aain seperti pihak pcngelola cagar mobilisasi yang mampu menggerakkan
alam, tambak udang dll dalam rangka seluruh kepentingan pariwisata dari tingkat
pengembangan pariwisata. Ketujuh, nasional sampai tingkat masyarakat lokal.
pengelolaan pengunjung yang mampu Komitmen untuk mensinergikan berbagai
meningkatkan jumlah kunjungan dan kepentingan antar sektor sangat penting
pcmasukan daerah. Kedelapan, disini, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
pengembangan pemasaran berbasis kebijakan.
teknologi informasi Upaya pengembangan pariwisata
Kendala dan tantangan dengan memberikan peluang bagi pengusaha
pengembangan wisata di dacrah Cianjur lokal untuk berpartisipasi dan berinvestasi
Selatan, terdapat critical factor yang harus dalam berbagai industri pariwisata menjadi
ditangani diantaranya: , Pertama, upaya kebijakan yang harus dilakukan pemerintah
peningkatan kesadaran kolektif masyarakat baik Pusat maupun daerah. Keterlibatan ini
dan stake holder lainnya tentang pariwisata akan menunjukkan sensitivitas efek
di daerahnya. Kedua, upaya pengembangan pengembangan pariwisata terhadap
kelembagaan pengelolaan pariwisata tingkat ekonomi, lingkungan dan sosial. Pemerintah
desa di masing-masing daerah tujuan wisata. menetapkan standar untuk pembangunan
Ketiga, pengembangan kemitraan dengan pada daerah pariwisata. Misalnya seperti di
stake holder Iain seperti pihak pengelola Bali ketinggian bangunan tidak melebihi
cagar alam, tambak udang dll dalam rangka pohon kelapa atau 15 meter, rasio lahan atau
pengembangan pariwisata. Keempat, area bangunan dengan ruang terbuka hijau,
Peningkatan aksesibilitas menuju daerah struktur dan desin bangunan sesuai dengan
tujuan wisata, melalui perbaikan kalitas karakter lokal, pemanfaatan produk lokal,
jalan dan angkutan umum. Kelima, upaya dan persyaratan lainnya terkait dengan
pengembangan produk wisata yang optimalisasi produk lokal
berkualitas termasuk cenderamata atau oleh- Dalam pengelolaan kebijakan
oleh sehingga menjadi daya tarik bagi pariwisata di Kabupaten Cianjur, secara
wisatawan. teoriti dihadapkan pada tiga model formulasi
Dengan demikian, berbagai masalah kebijakan yaitu: pertama, Model Rasional-
dan kendala itu sedikitnya akan tereliminasi komprehensif. Menurut Hoogerwerf seperti
atau bahkan hilang jika di dalamnya ada yang dikutip dalam Islamy (1988, hal. 4.2)
komitmen yang kuat dari pemerintah daerah. model analisis kebijakan rasional-
Komitmen pemerintah mempunyai peranan komprehensif (sinoptis) adalah salah satu
kunci terhadap keberhasilan pencapain analisis dari sudut hasil atau dampak yang
pembangunan di bidang pariwisata. Kuat memiliki maksud bahwa proses perumusan
lemahnya derajat komitment pemerintah kebijakan publik itu akan membuahkan hasil
suatu negara dalam pembangunan pariwisata atau dampak yang baik kalau didasarkan
mempengaruhi tingkat keberhasilan atas proses pemikiran yang rasional yang
pengembangan pariwisata. Dapat dipahami didukung oleh data atau informasi yang
bahwa komitmen pemerintah yang kuat akan lengkap (komprehensif). Penganalisisan
mampu memobilisasi sumber daya yang dilakukan dengan teliti, cermat dan detail
dimiliki, sehingga pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan sejumlah besar data/
dapat semakin dipercepat dan dioptimalkan. informasi yang harus dikumpulkan hingga
Kegiatan bisnis pariwisata bersifat membuahkan hasil dalam bentuk keputusan/
multisektoral, yang melibatkan berbagai kebijakan yang memberi dampak positif.
sketor yaitu perhubungan, telekomunikasi, Dapat diartikan bahwa model
pekerjaan umum, kesehatan, pertahanan dan rasional-komprehensif (sinoptis)
kemanan, industri, masyarakat, pemerintah berpandangan bahwa baik buruknya hasil
135
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
yang akan dicapai dari perumusan kebijakan Menurutnya kelebihan dari model Mixed
publik harus mendasarkan pada pemikiran Scanning adalah setiap elemen/unsure pada
yang rasional atau sesuai dengan kondisi masing-masing jenis keputusan
yang dihadapi dan kemampuan yang (Fundamental/Inkremental) cenderung
dimiliki, analisis yang dilakukan harus saling menciptakan keseimbangan (counter
memiliki data atau informasi yang lengkap, balance) terhadap masing-masing
sehingga dalam analisisnya tidak memiliki kekurangan. Dari keterangan di atas dapat
cacat atau mencapai kesempurnaan tanpa diambil kesimpulan bahwa kelebihan yang
kesalahan. hadir dari model rasional komprehensif dan
Kedua, Model Inkremental, model incremental di satukan dalam model analisis
ini, dicetuskan oleh Charles E. Lindblom gabungan, sehingga kekurangan dari kedua
dalam bukunya yang berjudul “The Science model tersebut diharapkan hilang karena
of Muddling Through” dikutip dari sudah disatukan dalam model gabungan,
Islamy(1988, hal. 4.17) menjelaskan namun rupanya justru dari penggabungan itu
mengenai proses pembuatan keputusan hadir permasalahan dalam bentuk pilihan
dengan model yang disebut “disjointed penggunaannya, karena ruang lingkup dari
incrementalism” atau disebut dengan model permasalahan tentu berbeda-beda dan
inkremental. Inkremental sendiri berarti terkadang membingungkan perumus
kebijakan yang mengalami perubahan kebijakan. Konsep itu mendekati konsep
sedikit-sedikit. Model ini memandang deleberative policy yang memerlukan
kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan pelibatan warga negara, mendorong
kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu ketersediaan kebutuhan publik. Dimana
dengan hanya menambah atau merubahnya kebijakan ini disusun untuk
(modifikasi) sedikit-sedikit. Analisis dengan mempertimbangkan keanekaragaman
model inkremental ini memberikan jalan maupun saling ketergantungan (Rutiana Dwi
berbeda dari rasional-komprehensif Wahyuningsih, 2011):
(sinoptis), selain menawarkan kemudahan Dengan melihat data dan fakta yang
dalam analisis karena tidak perlu melakukan ada di Cianjur dalam pengelolan pariwisata
analisis secara cermat dan teliti, cukup terlihat bahwa model mixed scanning ini
melihat kebijakan yang telah ada kemudian terlihat sangat tepat digunakan, lebih
disesuaikan dengan permasalahan yang terus khususnya di Cianjur selatan. Mengingat
berubah, cukup melakukan utak-atik bahwa berbagai potensi yang ada di Cianjur
penyesuaian, hal tersebut sudah merupakan selatan ini belum bisa digali secara optimal
analisis,(Achdiat -, 2017) karena berbagai keterbatasan dan
Ketiga, Model Gabungan/Mixed kemampuan pemerintah daerahnya seperti
Scanning. Model ini adalah gabungan dari dalam penyediaan infrastruktur yang sangat
model rasional dan model incremental. vital dalam menunjang pariwisata daerah ini.
Dilihat bahwa kedua model tersebut sama- Oleh karena itu, pemerintah daerahnya harus
sama memiliki kekurangan yang cenderung mampu membuat kebijakan yang dapat
membuat pengambilan keputusan tidak menarik keterlibatan pihak lain baik swasta
rasional dan tidak efisen. Oleh karena itu, maupun masyarakat pada umumnya. (Yoeti,
seorang ahli sosiologi yang bernama Amitai O. 2008).
Etziomi dikutip dari Islamy(1988, hal. 4. 31) Sementara berdasarkan observasi
yang mempelajari kedua model tersebut dan wawancara diketahui bahwa model
mencetuskan suatu model kebijakan hibrida formulasi inkremental yang hanya mengcopi
yang merupakan gabungan/campuran unsur- paste kebijakan sebelumnya terasa lebih
unsur kelebihan dari model rasional dominan sehingga terjadinya pergantian
komprehensif dan incremental. Model ini berbagai pemerintahan tidak terasa banyak
disebut Mixed Scanning yang artinya perubahan bagi masyarakat Cianjur selatan.
pengamatan gabungan/ campuran. Bahkan dalam beberapa kebijakan
136
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
137
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019
138
Yaya Mulyana, Abu Huraerah, dan Rudi Martiawan: Model Kebijakan Mixed Scanning dalam Pengembangan
Pariwisata Cianjur Selatan
DAERAH: (KAJIAN
PERBANDINGAN DAYA SAING
PARIWISATA ANTARA
SURAKARTA DENGAN
YOGYAKARTA). economic Journal of
emergency Markets, Volume 13(2).
Diambil dari https://journal.
uii.ac.id/JEP/article/view/224/220
Rutiana Dwi Wahyuningsih. (2011).
Membangun Kepercayaan Publik
Melalui Kebijakan Sosial Inklusif.
Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Vol 15,
No, 12. https://doi.org/ https:// doi.org
/10.22146/jsp.10923
undang-undang republik indonesia nomor
10.tahun 2009 tentang kepariwisataan.
(2009). Diambil dari kemenpar.go.id ›
old_file › 4636_1364-UU Tentang
Kepariwisataan net 1
World Tourism Organization. 1995. (1995).
Diambil dari http://statistics.
unwto.org/sites/all/files/docpdf/parti.pd
f
Yoeti, O. A. (2008). Ekonomi Pariwisata:
Introduksi, Informasi Dan
Implementasi.
(Kompas, Ed.). Jakarta: Buku Kompas.
Diambil dari http://library.fis.uny.ac.i d/
opac/index. php?p=show_detail&
id=1204
Sumber Non elektronik
Putra, I., Flroriyana,(2012) Analisis Daya
Saing dan faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pariwisata Kabupaten
Cianjur, IPB Bogor,
Judisseno, Rimsky, 2017, Aktivitas dan
Kompleksitas Kepariwisataan:
Mengkaji Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan, Gramedia Pustaka
Utama. Kajian Kawasan Strategis dan
Kawasan Pengembangan Pariwisata
Cianjur Selatan, 2017 PT. Puri
Dimensi,
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 01
Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Cianjur dan Penyelenggaran
Kepariwisataan
139