Abstrak
Penelitian tentang analisis faktor internal dan eksternal daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu dilakukan
untuk mengembangkan potensi yang ada di Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata khususnya wisata spiritual.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini untuk dijadikan responden sebanyak 30 orang dan ditentukan menggunakan metode accidental
sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis IFAS, EFAS. Hasil penelitian menunjukan kekuatan Kota
Larantuka meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di Ibu Kota Kabupaten, kedekatan
daya tarik dengan pelabuhan, Kualitas jalan yang baik menuju daya tarik, posisi objek wisata yang sangat
strategis, kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct). Sedangkan kelemahan meliputi kurangnya
kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata,
kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan
warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum
tersedianya Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal Eksternal (IE) diketahui bahwa posisi
lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka adalah pada sel V. oleh karena itu strategi yang harus diterapkan
adalah pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah).
Keywords: daya tarik wisata, wisata spiritual, Kota Larantuka, IFAS dan EFAS.
ISSN 2622-2876
32 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020
mempunyai hak dan kesempatan yang sama Kesempatan ini memacu masing - masing
untuk menikmati alam beserta isinya ini. Salah daerah untuk berlomba menggali potensi
satu wisata yang sedang dikembangkan dan pariwisatanya guna meningkatkan Pendapatan
mendukung pariwisata berkelanjutan adalah Asli Daerah (PAD) yang diharapkan dapat
wisata spiritual. Jenis wisata ini mulai meningkatkan kesejahteraan seluruh
berkembang dikarenakan sifatnya yang eco- masyarakat. (Budiastawa 2009). Kabupaten
friendly dan juga tekanan hidup yang luar biasa Flores Timur merupakan salah satu kabupaten
membuat orang cenderung mencari yang terletak di Provinsi Nusa tenggara Timur
aktifitas/kegiatan yang dapat memberikan yang memiliki potensi untuk dikembangkan
keheningan dan ketenangan bathin. Di Provinsi sebagai salah satu tujuan wisata alternatif yakni
Nusa Tenggara Timur sendiri pariwisata jenis wisata spiritual. Kota ini memang sudah dikenal
ini masih tergolong baru, perkembangan sebagai kota tempat para peziarah khususnya
pariwisata Nusa Tenggara Timur kebanyakan bagi umat Kristiani karena memiliki potensi dan
lebih cenderung kepada wisata alam dan keunikan yang merupakan kekhasan dari
budaya. Meski begitu bagi wilayah Propinsi tempat ini dan menurut kebanyakan orang yang
Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat sudah pernah kesana menilai bahwa kota ini
berlangsung dimana-mana. Variasi alamiah lebih cocok sebagai tempat peristirahatan,
dan kebudayaannya merupakan daya tarik menghabiskan masa tua, menyepi dari hingar-
yang berbeda satu dengan yang lain. Sektor bingar kegemerlapan dunia modern, seperti
pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara yang dilihat pada tabel 1. Berikut;
Timur merupakan salah satu penghasil devisa
Tabel 1. Jumlah kunjungan wisatawan ke
non-migas yang potensial. Memiliki peluang
Kabupaten Flores Timur, tahun 2007 - 2011
yang sangat besar untuk dikembangkan lebih
lanjut menjadi salah satu tulang punggung
No Tahun Jumlah wisatawan
pengembangan perekonomian wilayah
1 2007 9.860 orang
Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena
2 2008 11.054 orang
ditunjang oleh sumber daya manusia (human
3 2009 15.777 orang
resources), sumber alam (natural resources),
sumber daya buatan yang beraneka ragam dan 4 2010 18.426 orang
faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas 5 2011 11.222 orang
ini berkembang dengan baik, akan merangsang Sumber: Data Primer 2011
dan mendorong pertumbuhan pembangunan Data diatas diperoleh dari Biro Pusat
setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan Statistik Nusa Tenggara Timur. Terlihat
pemanfaatan potensi sumber daya alam mengalami kenaikan di tahun 2010 dan
dengan manusia dan kebudayaan serta kemudian tahun 2011 mengalami penurunan,
meningkatkan devisa/pendapatan daerah. maka perlu dilakukan sebuah analisis terkait
Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan pengembangan wisata spiritual di daerah
sektor- sektor lainnya, seperti industry tujuan wisata ini. Dari latar belakang diatas
kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, maka penelitian ini akan meneliti tentang
agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, bagaimana kondisi lingkungan internal dan
perdagangan, pengembangan budaya dan eksternal kota larantuka sebagai daya tarik
sebagainya. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara wisata spiritual?
Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata
(WTW) D, dengan keunggulan produk wisata TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut :1.Wisata Alam; 2. Wisata
Sejarah/Budaya; 3. Wisata Minat Khusus; 4. 1. Strategi
Wisata bahari. (Buku Rencana Tata Ruang Menurut Amirullah (2004: 4) menyatakan
Wilayah Provinsi NTT 2006-2020). Dengan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas
adanya Undang - Undang No.22 Tahun 1999 dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai
dan Undang- Undang No.25 Tahun 2000 yang suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan
mengisyaratkan tatanan perubahan dalam tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal
pemerintahan, dimana Pemerintah Propinsi dan internal perusahaan. Dalam Kamus Besar
dan Kota/Kabupaten memperoleh kewenangan Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. strategi sebagai rencana yang cermat
Implikasi dari undang-undang tersebut, setiap mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
daerah akan berusaha untuk meningkatkan khusus. Rangkuti (2005: 3) strategi merupakan
kualitas sumber daya manusia dan alamnya alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
yang bersifat fundamental dan multidimensi, kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
tidak hanya sebatas pada bidang politik, program tindak lanjut serta prioritas alokasi
ekonomi, tetapi juga dalam sektor pariwisata. sumber daya. Dalam hubungannya dengan
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 33
Laurensius Sandro Rero
perencanaan strategis mempunyai tujuan agar wisatawan tertinggi telah tercapai dan
perusahaan dapat melihat secara objektif kawasan ini telah mulai ditinggalkan
kondisi internal dan eksternal, sehingga karena tidak mode lagi, kunjungan ulang
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan dan para pebisnis manfaatkan fasilitas
lingkungan eksternal. Perencanaan strategis yang telah ada, ada upaya untuk
sangat penting utnuk memperoleh keunggulan menjaga jumlah wisatawan secara
bersaing dan memilik produk yang sesuai intensif dilakukan oleh industri
dengan keinginan konsumen dan dukungan pariwisata, dan kawasan ini
sumber daya yang ada. kemungkinan besar mengalami masalah
besar yang terkait dengan lingkungan
2. Pengembangan Kawasan Pariwisata
alam maupun sosial budaya.
Tahapan pengembangan merupakan
f. Tahap decline: hampir semua
tahapan siklus evolusi yang terjadi dalam
wisatawan telah mengalihkan
pembangunan pariwisata, sejak suatu daerah
kunjungannya ke daerah tujuan wisata
tujuan wisata baru ditemukan (discovery),
lain. Kawasan ini telah menjadi daya tarik
kemudian berkembang dan pada akhirnya
wisata kecil yang dikunjungi sehari atau
terjadi penurunan (decline). Oleh karena itu
akhir pekan, beberapa fasilitas pariwisata
siklus hidup pariwisata mengacu pada
telah dirubah fungsinya menjadi tujuan
pendapat Butler (1980) yang dikutip oleh
lain. Dengan demikian pada tahapan ini
Cooper dan Jackson (1997) tentang Tourism
diperlihatkan upaya dari pemerintah
Life Cycle dengan tahapan sebagai berikut:
untuk meremajakan kembali
a. Tahap exploration: yang berkaitan
(rejuvenate). Dimana tahapan
dengan discovery yaitu tempat sebagai
rejuvenation perlu dilakukan
potensi wisata baru ditemukan baik oleh
pertimbangan mengubah pemanfaatan
wisatawan, pelaku pariwisata maupun
kawasan pariwisata, mencari pasar baru,
pemerintah. Biasanya jumlah
membuat saluran pariwisata baru dan
pengunjung sedikit, wisatawan tertarik
mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain.
pada daerah yang belum tercemar dan
sepi, lokasinya sulit dicapai namun Dari pernyataan Butler diatas mengenai
diminati oleh sejumlah kecil wisatawan Tourism Life Cycle, kegiatan pariwisata yang
yang justru menjadi berminat karena ada di Kota Larantuka berada pada tahap awal
belum ramai dikunjungi. yaitu tahap exploration dimana kota Larantuka
b. Tahap involvement yang diikuti local mempunyai berbagai potensi daya tarik wisata
control biasanya oleh masyarakat lokal. lain yang masih tergolong baru dan pengunjung
Pada tahap ini ada inisiatif dari yang ada juga hanya sebatas masyarakat
masyarakat lokal, objek wisata mulai sekitar Kota Larantuka dan pengembangan
dipromosikan oleh wisatawan, jumlah daya tarik wisata tersebut belum terlalu
wisatawan meningkat dan infrastruktur maksimal oleh karena itu pada tahap awal ini
mulai dibangun. diharapkan semua pihak yang terkait dengan
c. Tahap development, dimana pada pengembangan pariwisata di Kota tersebut
tahap ini menunjukan adanya dapat saling mendukung sehingga
peningkatan jumlah kunjungan pengembangan daya tarik wisata yang ada
wisatawan secara drastis, pengawasan kedepannya dapat terus meningkat dan
oleh lembaga lokal adakala sulit mampu mengeksplorasi setiap keunikan yang
membuahkan hasil, masuknya sendiri ada di daerah tersebut.
industri pariwisata dari luar dan 3. Daya Tarik Wisata
kepopuleran kawasan wisata Berdasarkan Undang - Undang Republik
menyebabkan kerusakasn lingkungan Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
alam dan sosial budaya sehingga kepariwisataan, daya tarik wisata adalah
diperlukan campur tangan dan control segala sesuatu yang memiliki keunikan,
penguasa lokal maupun nasional. keindahan dan nilai yang berupa
d. Tahap consolidation dengan keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan
constitutionalism. Pada tahap ini terjadi hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
penurunan tingkat pertumbuhan atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut
kunjungan wisatawan. Kawasan wisata Yoeti (2006: 167) secara garis besar ada empat
dipenuhi oleh berbagai industri kelompok yang merupakan daya tarik bagi
pariwisata berupa hiburan dan berbagai wisatawan datang pada suatu negara daerah
macam atraksi wisata. tujuan wisata tertentu yaitu:
e. Tahap stagnation: yang masih diikuti
institutionalism, dimana jumlah
34 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa penting ketiga adalah meningkatnya minat
posisi lingkungan internal Kota Larantuka masyarakat terhadap aktifitas spiritual
secara umum berada pada posisi sedang dengan bobot 0,073.
yaitu dengan nilai 2,729. Beberapa C. Lingkungan
indikator masih terdapat kelemahan - Variabel lingkungan terdiri dari
kelemahan yang perlu diantisipasi untuk beberapa indikator antara lain global
meminimalkan kelemahan dalam warming dan kesadaran masyarakat dalam
pengembangan Kota Larantuka sebagai menjaga kelestarian lingkungan. Hasil
daya tarik wisata spiritual. penelitian menunjukan bahwa indikator
kesadaran masyarakat dalam menjaga
2. Analisis Lingkungan Eksternal Kota
kelestarian lingkungan memperoleh bobot
Larantuka
tertinggi yaitu 0.078 dan dinilai sangat
Pembobotan dilakukan terhadap
penting. Responden berpendapat bahwa
beberapa variabel eksternal yaitu ekonomi,
salah satu yang menjadi daya tarik
sosial budaya, lingkungan, dan pemerintah,
wisatawan dalam melakukan aktifitas
kemajuan teknologi, pesaing dan keamanan.
spiritual di Kota Larantuka adalah
Berikut data pada tabel 5.
lingkungan alam yang alami, tenang dan
Tabel 5. Hasil pembobotan lingkungan nyaman.
eksternal Kota Larantuka D. Politik dan Pemerintah
Hasil pembobotan variabel politik dan
pemerintah menunjukan bahwa indikator
keamanan Nusa Tenggara Timur
merupakan indikator penting pertama
dengan bobot 0.077. indikator ini dinilai
paling penting mengingat kondisi
keamanan Nusa Tengara Timur
merupakan salah satu pertimbangan
wisatawan dalam melakukan kunjungan
wisata ke NTT umumnya dan Kota
Larantuka pada khususnya.
E. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bidang informasi
dan ketersediaan transportasi akan banyak
mempengaruhi orang untuk melakukan
perjalanan wisata sehingga kedua indikator
ini dinilai penting dalam pengembangan
daya tarik wisata. Responden juga
Sumber: Data Primer, 2011 berpendapat kedua indikator ini memiliki
Pembobotan faktor eksternal dilakukan kepentingan yang sama yaitu dengan nilai
dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai masing-masing 0.075.
dengan 1,0 (sangat penting), dimana total F. Pesaing
seluruh bobot harus sama dengan 1,00. Hasil Variabel pesaing terdiri dari satu
pembobotan lingkungan eksternal dapat dilihat indikator yaitu daya saing dengan daya
pada Tabel 5. tarik wisata sejenis. Pengembangan daya
tarik wisata khusunya di Kota Larantuka
A. Ekonomi perlu mempertimbangkan atau memiliki
Hasil pembobotan indikator ekonom daya saing dengan daya tarik wisata
menunjukan bahwa kondisi ekonomi sejenis, mengingat beberapa kabupaten
nasional memiliki pengaruh penting yang ada di Propinsi NTT seperti Sumba,
pertama dengan bobot 0,068 dan kondisi Alor, Flores dan timor secara umunya juga
ekonomi global memiliki pengaruh penting memiliki potensi dalam pengembangan
kedua dengan bobot 0,064. wisata spiritual/religi. Pembobotan
B. Sosial Budaya indikator daya saing dengan daya tarik
Pembobotan variabel sosial budaya wisata sejenis dinilai penting dengan bobot
peran serta masyarakat dalam 0,067.
melestarikan budaya merupakan indikator
penting pertama dengan bobot 0,079 2.1 Peniliaian (Rating) lingkungan
indikator penting kedua yaitu eksternal
kecenderungan berkembangnya wisata Penilaian terhadap lingkungan
spiritual dengan bobot 0,074 dan indikator eksternal, seperti halnya penilaian
lingkungan internal, dilakukan oleh
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 39
Laurensius Sandro Rero
responden yang sama dengan menjawab dengan nilai 3,47. Hal ini dinilai sebagai
pilihan dari empat alternatif nilai untuk dasar dari pengembangan daya tarik
masing-masing indikator yaitu sangat baik wisata spiritual, dimana masyarakat turut
(dengan nilai 4), baik (dengan nilai 3), mengambil bagian didalam pelestarian
kurang baik (dengan nilai 2) dan sangat budaya sehingga keunikan dan kekhasan
tidak baik (dengan nilai 1).Berdasarkan dari budaya itu akan tetap terjaga dan
rata-rata dari nilai yang diperoleh masing- dipelihara.
masing indikator menghasilkan peluang C. Lingkungan
dan ancaman terhadap pengembangan Variabel kesadaran masyarakat dalam
Kota Larantuka. Faktor kekuatan berada menjaga kelestarian lingkungan
pada rentang 2,51 sampai 4,00 dan faktor merupakan ancaman pertama dengan nilai
kelemahan berada pada rentang 1,00 2,23. Hal tersebut disebabkan tekanan
sampai 2,50. Hasil penilaian responden hidup yang cukup berat dimana
terhadap lingkungan eksternal Kota kebanyakan masyarakat yang memiliki
Larantuka ditunjukan pada Tabel 6. penghasilan perekonomian yang sangat
minim dan juga sumber daya manusia yang
Tabel 6. Hasil penilaian lingkungan eksternal
masih lemah sehingga mereka
Kota Larantuka
berpendapat bahwa mengurus hidup
mereka saja sudah cukup susah apalagi
mengurus hal lain seperti menjaga
kelestarian lingkungan dan hal semacam
itu mereka serahkan kepada pihak
pemerintah karena mereka berpikir bahwa
hal tersebut adalah merupakan tanggung
jawab dari pihak pemerintah.
D. Politik Dan Pemerintah
Penilaian terhadap variabel politik dan
pemerintah menunjukan bahwa salah satu
indikator yang menjadi ancaman yaitu
kebijakan pemerintah dalam
pengembangan pariwisata dengan nilai
2,43. Kekisruhan keadaan politik yang
dialami kabupaten Flores Timur baru-baru
ini menjadi salah satu sebab tidak adanya
kejelasan didalam pengambilan setiap
kebijakan begitupun juga dengan kebijakan
mengenai pariwisata di Kabupaten ini.
E. Kemajuan Teknologi
Teknologi informasi saat ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat sehingga
merupakan peluang bagi pengembangan
daya tarik wisata spiritual di Kota
Larantuka. Hal ini sesuai dengan penilaian
responden dengan perolehan nilai 2,67.
Sumber: Data primer, 2011
F. Daya Saing
Penilaian terhadap variabel Daya saing
A. Ekonomi menunjukan bahwa satu-satunya indikator
Penilaian terhadap variabel ekonomi yang ada yaitu persaingan dengan daya
menunjukan bahwa kedua indikator yang Tarik wisata sejenis merupakan peluang
terdapat pada variabel tersebut dengan nilai 2,70. Ini disebabkan karena
menghasilkan peluang dimana indikator kegiatan ritual jumat agung yang
kondisi ekonomi global memperoleh besar dilaksanakan di Kota Larantuka merupakan
nilai 2.80 dan indikator kondisi ekonomi satu-satunya ritual keagamaan katholik
nasional memperoleh besar nilai 2,77. yang memiliki keunikan dan kekhasan yang
B. Sosial Budaya tiada duanya baik itu di Indonesia bahkan
Penilaian terhadap variabel sosial di seluruh dunia. Hal inilah yang menjadi
budaya menghasilkan tiga indikator daya tarik bagi wisatawan yang memiliki
sebagai peluang. Indikator yang dinilai rasa penasaran untuk mengunjungi daerah
sebagai peluang pertama adalah peran ini dan merasakan keunikan dari perayaan
serta masyarakat melestarikan budaya ritual tersebut.
40 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020