Anda di halaman 1dari 12

JUPAR - JURNAL PARIWISATA

Vol. 3 No. 01, Halaman: 31 - 42


Mei 2020

ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA


TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA

Laurensius Sandro Rero


Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Kupang
Jl. Adisucipto Kampus Penfui-Kupang NTT
*
E-mail: laurensandrorero@gmail.com

Abstrak
Penelitian tentang analisis faktor internal dan eksternal daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu dilakukan
untuk mengembangkan potensi yang ada di Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata khususnya wisata spiritual.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini untuk dijadikan responden sebanyak 30 orang dan ditentukan menggunakan metode accidental
sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis IFAS, EFAS. Hasil penelitian menunjukan kekuatan Kota
Larantuka meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di Ibu Kota Kabupaten, kedekatan
daya tarik dengan pelabuhan, Kualitas jalan yang baik menuju daya tarik, posisi objek wisata yang sangat
strategis, kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct). Sedangkan kelemahan meliputi kurangnya
kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata,
kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan
warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum
tersedianya Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal Eksternal (IE) diketahui bahwa posisi
lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka adalah pada sel V. oleh karena itu strategi yang harus diterapkan
adalah pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah).

Keywords: daya tarik wisata, wisata spiritual, Kota Larantuka, IFAS dan EFAS.

PENDAHULUAN wisatawan ini meningkat dari 3.769.000


menjadi 5.040.499 wisatawan dalam kurun
Pariwisata telah menjadi salah satu waktu tujuh tahun terakhir. Jumlah wisatawan
industri terbesar di dunia, dan merupakan mancanegara juga mengalami pergerakan
andalan utama dalam menghasilkan devisa di positif sebesar 441.492 wisatawan, yakni dari
berbagai Negara. Indonesia merupakan salah 5.064.217 menjadi 5.505.709 wisatawan dalam
satu Negara yang sudah mulai mengandalkan kurun waktu tujuh tahun terakhir. Dari
sektor pariwisata sebagai penghasil devisa. penjelasan angka-angka statistik diatas
Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin menunjukan bahwa Indonesia betul -betul
terasa, terutama setelah melemahnya peranan serius menangkap peluang yang ada didalam
minyak dan gas, walaupun nilai nominalnya bidang pariwisata. Namun demikian, meski
dalam dollar sedikit mengalami fluktuasi. dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata
Kunjungan wisatawan mancanegara memberikan dukungan nyata dalam bentuk
menunjukan trend naik dalam beberapa peningkatan pendapatan melalui perolehan
dasawarsa (Pitana dan Gayatri 2005:5-6). Hal devisa, kegiatan pariwisata juga menimbulkan
tersebut juga diperkuat oleh Fandeli (1995: 3) berbagai dampak sosial, budaya dan
yang menyebutkan bahwa “meskipun lingkungan yang positif maupun negatif oleh
penanganan pariwisata masih relatif baru, karena itu konsep pengembangan pariwisata
namun perkembangan pariwisata di Indonesia yang berkelanjutan sangat diperlukan didalam
cukup menggembirakan yang ditunjukkan mengahadapi tuntutan pergerakan manusia
dengan adanya banyak kunjungan wisatawan yang semakin meningkat dalam melakukan
baik dari dalam maupun luar negeri yang kegiatan wisata. Pembangunan berkelanjutan
melakukan kegiatan pariwisata”. Data Litbang merupakan suatu proses pembangunan yang
Departemen Budaya dan Pariwisata tahun berusaha untuk memenuhi kebutuhan (segala
2000- 2007 menunjukan bahwa jumlah sesuatu yang kita perlukan dan nikmati)
wisatawan nusantara mengalami peningkatan sekarang dan selanjutnya diwariskan kepada
sebesar 2.729.499 wisatawan dengan rata- generasi mendatang. Jadi dengan pola
rata perjalanan sebesar 1,95%. Jumlah pembangunan berkelanjutan, generasi
sekarang dan generasi yang akan datang

ISSN 2622-2876
32 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

mempunyai hak dan kesempatan yang sama Kesempatan ini memacu masing - masing
untuk menikmati alam beserta isinya ini. Salah daerah untuk berlomba menggali potensi
satu wisata yang sedang dikembangkan dan pariwisatanya guna meningkatkan Pendapatan
mendukung pariwisata berkelanjutan adalah Asli Daerah (PAD) yang diharapkan dapat
wisata spiritual. Jenis wisata ini mulai meningkatkan kesejahteraan seluruh
berkembang dikarenakan sifatnya yang eco- masyarakat. (Budiastawa 2009). Kabupaten
friendly dan juga tekanan hidup yang luar biasa Flores Timur merupakan salah satu kabupaten
membuat orang cenderung mencari yang terletak di Provinsi Nusa tenggara Timur
aktifitas/kegiatan yang dapat memberikan yang memiliki potensi untuk dikembangkan
keheningan dan ketenangan bathin. Di Provinsi sebagai salah satu tujuan wisata alternatif yakni
Nusa Tenggara Timur sendiri pariwisata jenis wisata spiritual. Kota ini memang sudah dikenal
ini masih tergolong baru, perkembangan sebagai kota tempat para peziarah khususnya
pariwisata Nusa Tenggara Timur kebanyakan bagi umat Kristiani karena memiliki potensi dan
lebih cenderung kepada wisata alam dan keunikan yang merupakan kekhasan dari
budaya. Meski begitu bagi wilayah Propinsi tempat ini dan menurut kebanyakan orang yang
Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat sudah pernah kesana menilai bahwa kota ini
berlangsung dimana-mana. Variasi alamiah lebih cocok sebagai tempat peristirahatan,
dan kebudayaannya merupakan daya tarik menghabiskan masa tua, menyepi dari hingar-
yang berbeda satu dengan yang lain. Sektor bingar kegemerlapan dunia modern, seperti
pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara yang dilihat pada tabel 1. Berikut;
Timur merupakan salah satu penghasil devisa
Tabel 1. Jumlah kunjungan wisatawan ke
non-migas yang potensial. Memiliki peluang
Kabupaten Flores Timur, tahun 2007 - 2011
yang sangat besar untuk dikembangkan lebih
lanjut menjadi salah satu tulang punggung
No Tahun Jumlah wisatawan
pengembangan perekonomian wilayah
1 2007 9.860 orang
Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena
2 2008 11.054 orang
ditunjang oleh sumber daya manusia (human
3 2009 15.777 orang
resources), sumber alam (natural resources),
sumber daya buatan yang beraneka ragam dan 4 2010 18.426 orang
faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas 5 2011 11.222 orang
ini berkembang dengan baik, akan merangsang Sumber: Data Primer 2011
dan mendorong pertumbuhan pembangunan Data diatas diperoleh dari Biro Pusat
setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan Statistik Nusa Tenggara Timur. Terlihat
pemanfaatan potensi sumber daya alam mengalami kenaikan di tahun 2010 dan
dengan manusia dan kebudayaan serta kemudian tahun 2011 mengalami penurunan,
meningkatkan devisa/pendapatan daerah. maka perlu dilakukan sebuah analisis terkait
Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan pengembangan wisata spiritual di daerah
sektor- sektor lainnya, seperti industry tujuan wisata ini. Dari latar belakang diatas
kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, maka penelitian ini akan meneliti tentang
agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, bagaimana kondisi lingkungan internal dan
perdagangan, pengembangan budaya dan eksternal kota larantuka sebagai daya tarik
sebagainya. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara wisata spiritual?
Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata
(WTW) D, dengan keunggulan produk wisata TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut :1.Wisata Alam; 2. Wisata
Sejarah/Budaya; 3. Wisata Minat Khusus; 4. 1. Strategi
Wisata bahari. (Buku Rencana Tata Ruang Menurut Amirullah (2004: 4) menyatakan
Wilayah Provinsi NTT 2006-2020). Dengan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas
adanya Undang - Undang No.22 Tahun 1999 dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai
dan Undang- Undang No.25 Tahun 2000 yang suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan
mengisyaratkan tatanan perubahan dalam tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal
pemerintahan, dimana Pemerintah Propinsi dan internal perusahaan. Dalam Kamus Besar
dan Kota/Kabupaten memperoleh kewenangan Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. strategi sebagai rencana yang cermat
Implikasi dari undang-undang tersebut, setiap mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
daerah akan berusaha untuk meningkatkan khusus. Rangkuti (2005: 3) strategi merupakan
kualitas sumber daya manusia dan alamnya alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
yang bersifat fundamental dan multidimensi, kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
tidak hanya sebatas pada bidang politik, program tindak lanjut serta prioritas alokasi
ekonomi, tetapi juga dalam sektor pariwisata. sumber daya. Dalam hubungannya dengan
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 33
Laurensius Sandro Rero

perencanaan strategis mempunyai tujuan agar wisatawan tertinggi telah tercapai dan
perusahaan dapat melihat secara objektif kawasan ini telah mulai ditinggalkan
kondisi internal dan eksternal, sehingga karena tidak mode lagi, kunjungan ulang
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan dan para pebisnis manfaatkan fasilitas
lingkungan eksternal. Perencanaan strategis yang telah ada, ada upaya untuk
sangat penting utnuk memperoleh keunggulan menjaga jumlah wisatawan secara
bersaing dan memilik produk yang sesuai intensif dilakukan oleh industri
dengan keinginan konsumen dan dukungan pariwisata, dan kawasan ini
sumber daya yang ada. kemungkinan besar mengalami masalah
besar yang terkait dengan lingkungan
2. Pengembangan Kawasan Pariwisata
alam maupun sosial budaya.
Tahapan pengembangan merupakan
f. Tahap decline: hampir semua
tahapan siklus evolusi yang terjadi dalam
wisatawan telah mengalihkan
pembangunan pariwisata, sejak suatu daerah
kunjungannya ke daerah tujuan wisata
tujuan wisata baru ditemukan (discovery),
lain. Kawasan ini telah menjadi daya tarik
kemudian berkembang dan pada akhirnya
wisata kecil yang dikunjungi sehari atau
terjadi penurunan (decline). Oleh karena itu
akhir pekan, beberapa fasilitas pariwisata
siklus hidup pariwisata mengacu pada
telah dirubah fungsinya menjadi tujuan
pendapat Butler (1980) yang dikutip oleh
lain. Dengan demikian pada tahapan ini
Cooper dan Jackson (1997) tentang Tourism
diperlihatkan upaya dari pemerintah
Life Cycle dengan tahapan sebagai berikut:
untuk meremajakan kembali
a. Tahap exploration: yang berkaitan
(rejuvenate). Dimana tahapan
dengan discovery yaitu tempat sebagai
rejuvenation perlu dilakukan
potensi wisata baru ditemukan baik oleh
pertimbangan mengubah pemanfaatan
wisatawan, pelaku pariwisata maupun
kawasan pariwisata, mencari pasar baru,
pemerintah. Biasanya jumlah
membuat saluran pariwisata baru dan
pengunjung sedikit, wisatawan tertarik
mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain.
pada daerah yang belum tercemar dan
sepi, lokasinya sulit dicapai namun Dari pernyataan Butler diatas mengenai
diminati oleh sejumlah kecil wisatawan Tourism Life Cycle, kegiatan pariwisata yang
yang justru menjadi berminat karena ada di Kota Larantuka berada pada tahap awal
belum ramai dikunjungi. yaitu tahap exploration dimana kota Larantuka
b. Tahap involvement yang diikuti local mempunyai berbagai potensi daya tarik wisata
control biasanya oleh masyarakat lokal. lain yang masih tergolong baru dan pengunjung
Pada tahap ini ada inisiatif dari yang ada juga hanya sebatas masyarakat
masyarakat lokal, objek wisata mulai sekitar Kota Larantuka dan pengembangan
dipromosikan oleh wisatawan, jumlah daya tarik wisata tersebut belum terlalu
wisatawan meningkat dan infrastruktur maksimal oleh karena itu pada tahap awal ini
mulai dibangun. diharapkan semua pihak yang terkait dengan
c. Tahap development, dimana pada pengembangan pariwisata di Kota tersebut
tahap ini menunjukan adanya dapat saling mendukung sehingga
peningkatan jumlah kunjungan pengembangan daya tarik wisata yang ada
wisatawan secara drastis, pengawasan kedepannya dapat terus meningkat dan
oleh lembaga lokal adakala sulit mampu mengeksplorasi setiap keunikan yang
membuahkan hasil, masuknya sendiri ada di daerah tersebut.
industri pariwisata dari luar dan 3. Daya Tarik Wisata
kepopuleran kawasan wisata Berdasarkan Undang - Undang Republik
menyebabkan kerusakasn lingkungan Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
alam dan sosial budaya sehingga kepariwisataan, daya tarik wisata adalah
diperlukan campur tangan dan control segala sesuatu yang memiliki keunikan,
penguasa lokal maupun nasional. keindahan dan nilai yang berupa
d. Tahap consolidation dengan keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan
constitutionalism. Pada tahap ini terjadi hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
penurunan tingkat pertumbuhan atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut
kunjungan wisatawan. Kawasan wisata Yoeti (2006: 167) secara garis besar ada empat
dipenuhi oleh berbagai industri kelompok yang merupakan daya tarik bagi
pariwisata berupa hiburan dan berbagai wisatawan datang pada suatu negara daerah
macam atraksi wisata. tujuan wisata tertentu yaitu:
e. Tahap stagnation: yang masih diikuti
institutionalism, dimana jumlah
34 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

a. Natural Attraction, termasuk dalam dikunjungi dalam jangka waktu tertentu.


kelompok ini adalah pemandangan Menurut Nyoman S. Pendit, (1994) disebutkan
(landscape), pemandangan laut bahwa pariwisata dibagi menjadi beberapa
(seascape), pantai (beaches) danau macam sesuai dengan tujuannya, dan salah
(lakes), air terjun (waterfall), kebun raya satunya yaitu: Wisata Spiritual yaitu wisata
(national park), agrowisata (ogrotourism), yang dilakukan karena adanya dorongan untuk
gunung berapi (volcanos), termasuk pula melakukan ibadah ke suatu tempat. Secara
flora dan fauna. detail definisi spiritual dalam bukunya yang
b. Build attraction, termasuk dalam sama yaitu Ilmu Pariwisata yaitu: jenis wisata
kelompok ini antara lain bangunan yang banyak dikaitkan dengan agama, adat
dengan arsitektur yang menarik, seperti istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok
rumah adat, dan termasuk bangunan dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan
kuno dan modern seperti Opera Building oleh perorangan atau rombongan ke tempat –
(Sydney), Wall Trade Center (New York), tempat suci, ke makam-makam orang besar
Forbiden City (China), atau Big Ben atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau
(London), TMII (Taman Mini Indonesia ke gunung yang dianggap keramat. Pengertian
Indah) dan daya tarik buatan lainnya. tentang wisata spiritual juga dikemukakan oleh
c. Cultural Attraction, dalam kelompok ini Bali Travel News 2008 (dalam Susanty 2009)
termasuk diantaranya peninggalan dimana wisata spiritual adalah salah satu
sejarah (historical Building), cerita-cerita kegiatan minat khusus, yaitu perjalanan wisata
rakyat (folklore), kesenian tradisional menuju tempat-tempat suci untuk
(traditional dances), museum, upacara melaksanakan kegiatan spiritual berupa
keagamaan, festival kesenian dan sembahyang, yoga, meditasi, konsentrasi,
semacamnya. dekonsentrasi, dan istilah lainnya sesuai
d. Social Attraction, yang termasuk dengan agama dan kepercayaan masing-
kelompok ini adalah tata cara hidup suatu masing. Wisata spiritual meliputi:
masyarakat (the way of life), ragam 1) Wisata religi; perjalanan wisata terkait
bahasa (languages), upacara dengan sistem kepercayaan (agama
perkawinan, potong gigi, khitanan atau tertentu) misalnya: mengunjungi tempat–
turun mandi dan kegiatan sosial lainnya. tempat suci, tempat- tempat bersejarah,
Menurut Cooper (1993) unsur-unsur makam - makam orang suci.
yang menentukan keberhasilan sebagai daerah 2) Wisata meditasi; mengunjungi tempat -
tujuan wisata adalah: tempat yang hening, tenang dan damai
a. Atraksi wisata (Attraction) yang untuk penenangan diri, penjernihan pikiran
meliputi atraksi alam dan buatan; misalnya goa–goa alam, pura/candi,
b. Kemudahan untuk mencapai ashram.
akses (accessibility) seperti 3) Wisata olah raga spiritual; latihan senam
ketersediaan transportasi lokal baik yoga (Bali travel News 2008 dalam Susanty
darat, laut maupun udara beserta 2009).
sarana dan prasarana Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendukungnya; edisi III (2001:1087) yang dimaksud spiritual
c. Kenyamanan (amenities) seperti adalah berhubungan dengan atau bersifat
kualitas akomodasi, ketersediaan kejiwaan (rohani dan bathin). Dewasa ini,
restoran, jasa keuangan, keamanan pengaruh globalisasi membuat orang
serta jasa pendukung; menyatakan diri sebagai spiritual bukan
d. Jasa pendukung yang disediakan religius. Orang berusaha mengambil intisari
oleh pemerintah maupun swasta sejumlah filsafat dan sistem kepercayaan di
(ancillary service) termasuk seluruh dunia (Rogers, 2002). Wisatawan
didalamnya peraturan / perundang- spiritual adalah seseorang yang mengunjungi
undangan tentang kepariwisataan. tempat diluar ia biasa berada, dengan
keinginan untuk mencari pertumbuhan spiritual,
4. Wisata Spiritual yang sifatnya religious, non-religious, sacral,
Dalam Undang - Undang Republik ataupun sekedar mencari pengalaman, tanpa
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang memperhitungkan tujuan utama melakukan
Kepariwisataan, disebutkan bahwa wisata perjalanan. Dilihat dari wisatawan yang
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh melakukan wisata spiritual, Mckercher (dalam
seorang atau sekelompok orang dengan Haq and Jackson, 2006) mengklarifikasikan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan sebagai berikut:
rekreasi, pengembangan pribadi atau 1) Purposeful spiritual tourist, yaitu
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang wisatawan yang pertumbuhan spiritual
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 35
Laurensius Sandro Rero

pribadinya menjadi alasan utama mendapatkan data dengan jalan melakukan


berkunjung dan wisatawan ini memiliki wawancara atau tanya jawab mendalam secara
minat yang sangat kuat. langsung antara peneliti dengan informan.
2) Sightseeing spiritual tourist, yaitu Observasi Partisipatif yaitu observasi yang
wisatawan yang pertumbuhan spiritual sekaligus melibatkan diri selaku ’orang dalam’
pribadi menjadi alasan utama pada suatu situasi sosial. Hal ini dimaksudkan
berkunjung, namun pengalaman agar peneliti tidak hanya berdiri sebagai orang
spiritualnya lebih rendah. luar dalam situasi sosial yang tengah
3) Casual spiritual tourist, yaitu diobservasi tetapi juga sekaligus melibatkan diri
wisatawan yang pertumbuhan spiritual selaku orang dalam. Studi Kepustakaan, yaitu
individu merupakan motivasi yang umum untuk mendapatkan data dengan jalan
untuk juga memiliki pengalaman spiritual menggunakan literatur yang ada di
yang rendah. perustakaan. Dalam penelitian ini
4) Incidental spiritual tourist, yaitu menggunakan dua metode analisis yaitu:
wisatawan yang menjadikan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS –
pertumbuhan spiritual individu bukanlah EFAS.
unsur pengambilan keputusan berwisata,
namun dalam perjalanan tidak sengaja HASIL DAN PEMBAHASAN
menikmati liburan spiritual.
5) Serendipitous spiritual, yaitu Kabupaten Flores Timur yang terletak di
wisatawan yang menjadikan bagian paling timur dari Pulau Flores, dan
pertumbuhan spiritual pribadi bukan merupakan salah satu bagian dari Provinsi
sebagai unsur yang mempengaruhi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis,
keputusan berwisata, namun mereka Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah
mendapatkan pengalaman spiritual kepulauan dengan luas wilayah 5.983,38 km²
mendalam setelah perjalanan. terdiri dari tiga pulau utama yakni daratan Pulau
Dari konsep-konsep di atas maka Flores bagian timur (1.066,87km²), Pulau
kegiatan Pekan Suci (Semana Sancta) di Kota Adonara (519,64km²), dan Pulau Solor
Larantuka dapat dikatakan sebagai salah satu (226,34km²). Secara umum, luas daratan
daya tarik wisata spiritual. adalah 1.812,85km² dan lautan 4.170 km².
Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu
KERANGKA BERPIKIR Kabupaten yang dalam pengembangan
PARIWISATA BUDAYA kepariwisataan Propinsi Nusa Tenggara Timur
masuk ke dalam pembagian Klaster ke III untuk
PEMERINTAH KOTA LARANTUKA pengembangan destinasi pariwisata.
KAWASAN WISATA SPIRITUAL KOTA
Kabupaten ini juga sudah mulai menjadi salah
LARANTUKA
satu daerah tujuan wisata yang diprioritaskan
LINGKUNGAN INTERNAL KOTA
LARANTUKA
LINGKUNGAN EKSTERNAL
KOTA LARANTUKA karena memiliki keunggulan pariwisata religius
• Kekuatan (Strength) • Peluang (Opportunity)
• Kelemahan (Weakness) • Ancaman (threats) yaitu Prosesi Jumat Agung (Semana Sancta)
dan dari tahun ke tahun perkembangan jumlah
Kondisi lingkungan Internal dan
wisatawan yang datang berkunjung juga terus
eksternal Kota Larantuk a untuk
dikembangkan sebagai daya tarik
wisata spiritual
mengalami pertumbuhan yang positif. Ritual
Prosesi Jumat Agung merupakan sebuah ritual
keagamaan peninggalan Portugis. Sebelum
Pengembangan daya tarik wisata
spiritual di Kota Larantuka kedatangan bangsa Portugis, sistem
pemerintahan Larantuka dan sekitarnya pada
Hasil / Rekomendasi zaman itu menganut sistem kerajaan yang
dipimpin oleh seorang raja dan dibantu oleh
METODE PENELITIAN beberapa kakang, yang menjalankan fungsi
sebagaimana seorang camat pada zaman
Rancangan penelitian ini menggunakan sekarang. Sejak kedatangan misionaris
rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Portugis, masyarakat Larantuka menjadi
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian penganut agama Katolik, dan Raja Larantuka
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata pertama yang dibabtis menjadi Katolik adalah
- kata tertulis atau lisan dari orang - orang atau Raja Ola Adobala dengan nama Don Lorenso
perilaku yang diamati untuk mendapatkan Diaz Viera de Godinho. Konon, raja inilah yang
semua fakta yang terkait dengan strategi. kemudian menyerahkan Kerajaan Larantuka ke
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dalam perlindungan Bunda Maria yang ditandai
kuesioner. Teknik pengumpulan data yang dengan upacara penyerahan tongkat kerajaan.
digunakan yaitu Teknik wawancara, yaitu untuk Sejak saat itulah, Larantuka dan seluruh
36 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

rakyatnya menyerahkan perlindungan dirinya


kepada Bunda Maria. Berdasarkan catatan
sejarah, ritual prosesi mengelilingi Larantuka
dilakukan pertama kali sebagai ungkapan
syukur atas keberhasilan menumpas
pemberontakan yang terjadi, termasuk
diantaranya adalah keberhasilan menghalau
penjajahan Belanda. Dari spektrum sistem
pemerintahan kerajaan, prosesi dilakukan
sebagai manifestasi dari kegiatan kunjungan
(Torne) Raja Larantuka, dalam hal ini Bunda
Maria ke wilayah-wilayah yang menjadi bagian
dari kekuasaannya. Oleh dari itu, dalam setiap
pelaksanaan Prosesi Jumat Agung, patung
Bunda Maria diusung mengelilingi kota
Larantuka. Sedangkan dari spektrum
keagamaan (Katolik), Prosesi Jumat Agung Sumber: Data Primer, 2011
merupakan sebuah ritual iman umat Katolik A. Daya Tarik
Larantuka bersama-sama dengan Bunda Maria Responden berpendapat bahwa
berjalan mengeliling Kota Larantuka sambil indikator kebersihan dan kelestarian
berdoa untuk mengenang sengsara dan wafat lingkungan merupakan indikator terpenting
Yesus Kristus. Disebut Prosesi Jumat Agung karena indikator ini menjadi cerminan kota
karena ritual prosesi ini dilakukan setiap tahun Larantuka sebagai tempat
pada hari Jumat, hari memperingati wafat dilaksanakannya ritual keagamaan Prosesi
Yesus. Tata cara pelaksanaan ritual serta Jumat Agung. Dimana pada saat itu tiba
semua ornamen yang digunakan, hingga saat ribuan orang akan berkunjung ke tempat ini
ini masih tetap menggunakan tradisi Portugis. dan menikmati suasan keheningan yang
1. Analisis Lingkungan Internal Kota ada tentu saja didukung dengan
Larantuka lingkungan yang bersih dan lestari yang
Analisis lingkungan internal dimulai nantinya akan membuat wisatawan yang
dengan melakukan pembobotan dan berkunjung ingin kembali lagi. Begitu Pula
pemeringkatan terhadap faktor - faktor dengan keindahan alam dinilai sangat
kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada penting karena Kota Larantuka tidak hanya
daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. mengandalkan ritual Keagamaan yang
Pembobotan dan pemeringkatan diisi oleh menjadi daya tarik utama tetapi, kota ini
responden yang berjumlah 30 orang. juga memiliki keindahan alam berupa
Berdasarkan jawaban yang diberikan para panorama pegunungan dan lautan yang
responden, diperoleh jawaban yang berbeda- tidak kalah menarik dengan daya tarik
beda sehingga perlu untuk membuat rata-rata wisata yang ada di daerah lain.
dari keseluruhan jawaban yang diberikan. B. Aksesibilitas (Accessibility)
Pembobotan dan pemeringkatan terhadap Indikator yang mempunyai bobot tinggi
faktor-faktor internal tersebut seperti dilihat (ranking pertama) adalah ketersediaan
pada tabel berikut: angkutan wisata yang mempunyai bobot
Tabel 2: Hasil pembobotan Lingkungan 0,062 dan diikuti oleh kualitas jalan menuju
Internal daya tarik dengan bobot 0,061. Responden
berpendapat bahwa indikator ini
merupakan indikator terpenting pertama
karena melihat pada saat kegiatan ritual
jumat agung berlangsung begitu banyak
wisatawan yang ingin mengambil bagian
didalam perayaan ritual tersebut dan para
wisatawan yang hadir tidak hanya dari
sekitar pulau Flores saja namun dari luar
pulau Flores. Hal ini tentu saja dengan
ribuan wisatawan maka diperlukan juga
angkutan wisata yang memadai sehingga
akses wisatawan tidak terhambat. Kualitas
jalan raya juga merupakan indikator sangat
penting karena indikator ini berepengaruh
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 37
Laurensius Sandro Rero

terhadap kelancaran dan kenyamanan Larantuka ditunjukan pada tabel 3.


menuju kawasan.
Tabel 3. Hasil peniliaian lingkungan internal
C. Fasilitas / Kenyamanan (amenities Kota Larantuka
services)
Beberapa fasilitas yang mempengaruhi
kepuasan wisatawan berkunjung ke Kota
Larantuka dapat diidentifikasi dalam
beberapa indikator antara lain kebersihan
dan kelestarian lingkungan, ketersediaan
sarana pariwisata, tempat parkir, toilet,
warung dan pedagang kaki lima. Dari hasil
pembobotan diperoleh bahwa indikator
yang paling penting pertama yaitu
kebersihan dan kelestarian lingkungan
dengan bobot 0.063. Menurut responden
bahwa kebersihan dan kelestarian
lingkungan Kota Larantuka merupakan
salah satu modal dasar dalam
pengembangan daya tarik wisata spiritual.
Wisatawan spiritual akan cenderung
mencari tempat yang nyaman dan tenang Sumber: Data Primer 2011
dalam melakukan kegiatan prosesi Jumat Dari hasil penelitian, masing-masing
Agung. Alam akan menghasilkan energy responden memberikan penilaian yang
positif apabila tetap dijaga kelestariannya bervariasi, sehingga perhitungan nilai
atau sebaliknya akan merupakan sumber didasarkan pada nilai rata-rata dari nilai
energi negatif apabila mengalami seluruhnya yang diperoleh. Besarnya nilai
kerusakan. Indikator yang dianggap kurang rata-rata masing-masing indikator
penting adalah keberadaan warung dan menunjukan kekuatan dan kelemahan Kota
pedagang kaki lima yang memperoleh Larantuka. Faktor kekuatan berada pada
bobot terendah 0.051, karena pedagang rentang 2.51 sampai 4.00 dan faktor
yang berjualan disekitar tempat kelemahan berada pada rentang 1.00
pelaksanaan prosesi Juamt Agung dapat sampai 2,50. Analisis selanjutnya adalah
mengganggu aktifitas prosesi jumat agung. memasukan bobot pada tabel dan rating
D. Jasa Tambahan (Ancilliary Services) pada rating pada tabel dari masing -
Pada variabel ini, responden masing variabel dan indikator kedalam
memberikan bobot paling penting pertama matiks Internal Factor analysis summary
pada indikator kualitas pelayanan dengan (IFAS) seperti dilihat pada Tabel 4.
bobot 0.064. Hal ini dinilai paling penting Tabel 4 Internal Factor Analysis Summary
mengingat bahwa kepariwisataan di kota
Larantuka masih bersifat baru sehingga (IFAS) Kota Larantuka
kualitas pelayanan yang didalamnya
termasuk keramah-tamahan harus betul-
betul dijaga agar wisatawan yang ada tidak
hanya merasakan kesakralan dari ritual
prosesi Jumat Agung namun juga didukung
oleh kualitas pelayanan yang terbaik dan
hal ini yang nantinya sebagai awal
keputusan dari wisatawan untuk kembali
mengikuti ritual tersebut lagi atau tidak.
1.1 Penilaian (Rating) Lingkungan Internal
Penilaian terhadap lingkungan internal
Kota Larantuka dilakukan oleh responden
dengan menjawab pilihan dari empat
alternatif nilai, yaitu: sangat baik (dengan
nilai 4), baik (dengan nilai 3), kurang baik
(dengan nilai 2), dan sangat tidak baik
(dengan nilai 1). Hasil penilaian responden
terhadap lingkungan internal Kota Sumber: Data Primer 2011
38 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa penting ketiga adalah meningkatnya minat
posisi lingkungan internal Kota Larantuka masyarakat terhadap aktifitas spiritual
secara umum berada pada posisi sedang dengan bobot 0,073.
yaitu dengan nilai 2,729. Beberapa C. Lingkungan
indikator masih terdapat kelemahan - Variabel lingkungan terdiri dari
kelemahan yang perlu diantisipasi untuk beberapa indikator antara lain global
meminimalkan kelemahan dalam warming dan kesadaran masyarakat dalam
pengembangan Kota Larantuka sebagai menjaga kelestarian lingkungan. Hasil
daya tarik wisata spiritual. penelitian menunjukan bahwa indikator
kesadaran masyarakat dalam menjaga
2. Analisis Lingkungan Eksternal Kota
kelestarian lingkungan memperoleh bobot
Larantuka
tertinggi yaitu 0.078 dan dinilai sangat
Pembobotan dilakukan terhadap
penting. Responden berpendapat bahwa
beberapa variabel eksternal yaitu ekonomi,
salah satu yang menjadi daya tarik
sosial budaya, lingkungan, dan pemerintah,
wisatawan dalam melakukan aktifitas
kemajuan teknologi, pesaing dan keamanan.
spiritual di Kota Larantuka adalah
Berikut data pada tabel 5.
lingkungan alam yang alami, tenang dan
Tabel 5. Hasil pembobotan lingkungan nyaman.
eksternal Kota Larantuka D. Politik dan Pemerintah
Hasil pembobotan variabel politik dan
pemerintah menunjukan bahwa indikator
keamanan Nusa Tenggara Timur
merupakan indikator penting pertama
dengan bobot 0.077. indikator ini dinilai
paling penting mengingat kondisi
keamanan Nusa Tengara Timur
merupakan salah satu pertimbangan
wisatawan dalam melakukan kunjungan
wisata ke NTT umumnya dan Kota
Larantuka pada khususnya.
E. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bidang informasi
dan ketersediaan transportasi akan banyak
mempengaruhi orang untuk melakukan
perjalanan wisata sehingga kedua indikator
ini dinilai penting dalam pengembangan
daya tarik wisata. Responden juga
Sumber: Data Primer, 2011 berpendapat kedua indikator ini memiliki
Pembobotan faktor eksternal dilakukan kepentingan yang sama yaitu dengan nilai
dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai masing-masing 0.075.
dengan 1,0 (sangat penting), dimana total F. Pesaing
seluruh bobot harus sama dengan 1,00. Hasil Variabel pesaing terdiri dari satu
pembobotan lingkungan eksternal dapat dilihat indikator yaitu daya saing dengan daya
pada Tabel 5. tarik wisata sejenis. Pengembangan daya
tarik wisata khusunya di Kota Larantuka
A. Ekonomi perlu mempertimbangkan atau memiliki
Hasil pembobotan indikator ekonom daya saing dengan daya tarik wisata
menunjukan bahwa kondisi ekonomi sejenis, mengingat beberapa kabupaten
nasional memiliki pengaruh penting yang ada di Propinsi NTT seperti Sumba,
pertama dengan bobot 0,068 dan kondisi Alor, Flores dan timor secara umunya juga
ekonomi global memiliki pengaruh penting memiliki potensi dalam pengembangan
kedua dengan bobot 0,064. wisata spiritual/religi. Pembobotan
B. Sosial Budaya indikator daya saing dengan daya tarik
Pembobotan variabel sosial budaya wisata sejenis dinilai penting dengan bobot
peran serta masyarakat dalam 0,067.
melestarikan budaya merupakan indikator
penting pertama dengan bobot 0,079 2.1 Peniliaian (Rating) lingkungan
indikator penting kedua yaitu eksternal
kecenderungan berkembangnya wisata Penilaian terhadap lingkungan
spiritual dengan bobot 0,074 dan indikator eksternal, seperti halnya penilaian
lingkungan internal, dilakukan oleh
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 39
Laurensius Sandro Rero

responden yang sama dengan menjawab dengan nilai 3,47. Hal ini dinilai sebagai
pilihan dari empat alternatif nilai untuk dasar dari pengembangan daya tarik
masing-masing indikator yaitu sangat baik wisata spiritual, dimana masyarakat turut
(dengan nilai 4), baik (dengan nilai 3), mengambil bagian didalam pelestarian
kurang baik (dengan nilai 2) dan sangat budaya sehingga keunikan dan kekhasan
tidak baik (dengan nilai 1).Berdasarkan dari budaya itu akan tetap terjaga dan
rata-rata dari nilai yang diperoleh masing- dipelihara.
masing indikator menghasilkan peluang C. Lingkungan
dan ancaman terhadap pengembangan Variabel kesadaran masyarakat dalam
Kota Larantuka. Faktor kekuatan berada menjaga kelestarian lingkungan
pada rentang 2,51 sampai 4,00 dan faktor merupakan ancaman pertama dengan nilai
kelemahan berada pada rentang 1,00 2,23. Hal tersebut disebabkan tekanan
sampai 2,50. Hasil penilaian responden hidup yang cukup berat dimana
terhadap lingkungan eksternal Kota kebanyakan masyarakat yang memiliki
Larantuka ditunjukan pada Tabel 6. penghasilan perekonomian yang sangat
minim dan juga sumber daya manusia yang
Tabel 6. Hasil penilaian lingkungan eksternal
masih lemah sehingga mereka
Kota Larantuka
berpendapat bahwa mengurus hidup
mereka saja sudah cukup susah apalagi
mengurus hal lain seperti menjaga
kelestarian lingkungan dan hal semacam
itu mereka serahkan kepada pihak
pemerintah karena mereka berpikir bahwa
hal tersebut adalah merupakan tanggung
jawab dari pihak pemerintah.
D. Politik Dan Pemerintah
Penilaian terhadap variabel politik dan
pemerintah menunjukan bahwa salah satu
indikator yang menjadi ancaman yaitu
kebijakan pemerintah dalam
pengembangan pariwisata dengan nilai
2,43. Kekisruhan keadaan politik yang
dialami kabupaten Flores Timur baru-baru
ini menjadi salah satu sebab tidak adanya
kejelasan didalam pengambilan setiap
kebijakan begitupun juga dengan kebijakan
mengenai pariwisata di Kabupaten ini.
E. Kemajuan Teknologi
Teknologi informasi saat ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat sehingga
merupakan peluang bagi pengembangan
daya tarik wisata spiritual di Kota
Larantuka. Hal ini sesuai dengan penilaian
responden dengan perolehan nilai 2,67.
Sumber: Data primer, 2011
F. Daya Saing
Penilaian terhadap variabel Daya saing
A. Ekonomi menunjukan bahwa satu-satunya indikator
Penilaian terhadap variabel ekonomi yang ada yaitu persaingan dengan daya
menunjukan bahwa kedua indikator yang Tarik wisata sejenis merupakan peluang
terdapat pada variabel tersebut dengan nilai 2,70. Ini disebabkan karena
menghasilkan peluang dimana indikator kegiatan ritual jumat agung yang
kondisi ekonomi global memperoleh besar dilaksanakan di Kota Larantuka merupakan
nilai 2.80 dan indikator kondisi ekonomi satu-satunya ritual keagamaan katholik
nasional memperoleh besar nilai 2,77. yang memiliki keunikan dan kekhasan yang
B. Sosial Budaya tiada duanya baik itu di Indonesia bahkan
Penilaian terhadap variabel sosial di seluruh dunia. Hal inilah yang menjadi
budaya menghasilkan tiga indikator daya tarik bagi wisatawan yang memiliki
sebagai peluang. Indikator yang dinilai rasa penasaran untuk mengunjungi daerah
sebagai peluang pertama adalah peran ini dan merasakan keunikan dari perayaan
serta masyarakat melestarikan budaya ritual tersebut.
40 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

Selanjutnya total skor yang diperoleh


Analisis selanjutnya adalah memasukan
dimasukan ke dalam Matrik Internal Eksternal
bobot masing-masing indikator dari tiap-tiap
(IE) berupa diagram Sembilan sel sehingga
variabel pada lingkungan eksternal sesuai
dapat ditentukan strategi umum (Grand
dengan pembobotan pada tabel dan penilaian
Strategy) pengembangan daya tarik wisata
responden pada tabel. Skor analisis lingkungan
spiritual di Kota Larantuka, seperti pada Tabel
eksternal dapat dilihat pada Tabel 7.
8.
Tabel 7. Eksternal Factor Analysis Sumarry
Tabel 8. Matriks Internal Eksternal Kota
(EFAS)
Larantuka

Sumber: Data primer 2011


Berdasarkan Matrik Internal Eksternal
(IE) dapat diketahui bahwa pertemuan antara
nilai lingkungan internal dan lingkungan
eksternal berada pada sel V yakni strategi
pertahankan dan pelihara (hold and maintain
strategy). Sebagai suatu cacatan bahwa
strategi pertahankan dan pelihara ini memang
merupakan hasil dari pertemuan antara nilai
lingkungan internal dan eksternal namun dalam
Sumber: Data Primer, 2011 pelaksanaannya strategi ini harus dapat
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal
jumlah skor yang diperoleh dari hasil Kota Larantuka dimana dari hasil penelitian
pembobotan dan penilaian faktor eksternal terdapat beberapa indikator yang masih
yaitu 2,783, hasil ini menunjukan bahwa Kota memiliki nilai kurang sehingga tidak hanya
Larantuka mempunyai peluang dalam dipertahankan dan dipelihara namun juga
pengembangannya sebagai daya tarik wisata harus dilakukan perbaikan-perbaikan yang
spiritual mengingat skor berada pada rentang disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal
nilai dengan kategori baik, namun beberapa kota Larantuka dari waktu ke waktu. Strategi
indikator menunjukan adanya beberapa yang dapat diterapkan pada sel V adalah
ancaman yang perlu diatasi untuk strategi penetrasi pasar dan pengembangan
pengembangan lebih lanjut. produk. Strategy penetrasi pasar adalah
strategi memperluas pasar (market share)
3. Hasil Analisis Matriks Internal Eksternal suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha
(IE) pemasaran yang lebih besar (Umar dalam
Berdasarkan hasil analisis terhadap Sugiani 2009). Strategi ini penting dilakukan
lingkungan internal dan eksternal Kota mengingat selama ini wisatawan yang
Larantuka maka diperoleh total skor faktor berkunjung ke Kota Larantuka sebagian besar
lingkungan internal Kota Larantuka 2,748 dan adalah wisatawan domestik sehingga perlu
total skor faktor lingkungan eksternal 2,783. dilakukan strategi promosi untuk meningkatkan
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL 41
Laurensius Sandro Rero

kunjungan wisatawan mancanegara. Strategi pariwisata, kurang tersedianya lahan


pengembangan produk merupakan strategi parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk
yang bertujuan agar perusahaan dapat umum, kurang tertatanya keberadaan
meningkatkan penjualan dengan cara warung dan pedagang kaki lima, belum
meningkatkan atau memodifikasi produk- adanya pengelolaan daya tarik, belum
produk atau jasa-jasa yang telah ada sekarang. maksimalnya upaya promosi, belum
Jadi tujuan strategi ini adalah untuk tersedianya Tourist Information Center
memperbaiki dan atau mengembangkan (TIC)
produk-produk yang sudah ada (Umar dalam 2) Posisi Kota Larantuka berada pada sel V
Sugiani 2009). Produk adalah segala sesuatu yaitu strategi pertahankan dan pelihara.
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik Sebagai suatu cacatan bahwa strategi
perhatian, perolehan, pemakaian dan konsumsi pertahankan dan pelihara ini memang
dan yang mungkin memuaskan kebutuhan dan merupakan hasil dari pertemuan antara
keinginan konsumen. Konsep produk tidak nilai lingkungan internal dan eksternal
terbatas pada objek fisik saja namun juga non namun dalam pelaksanaannya strategi ini
fisik (jasa), dan sebagai tambahan terhadap harus dapat disesuaikan dengan kondisi
produk fisik dan produk jasa, produk juga lingkungan internal Kota Larantuka dimana
meliputi orang, tempat, organisasi, aktifitas dan dari hasil penelitian terdapat beberapa
gagasan. Berdasarkan kedua pengertian indikator yang masih memiliki nilai kurang
tersebut di atas, maka strategi pengembangan sehingga tidak hanya dipertahankan dan
produk terkait dengan pengembangan daya dipelihara namun juga harus dilakukan
tarik wisata spiritual di Kota Larantuka adalah perbaikan-perbaikan yang disesuaikan
strategi dalam upaya meningkatkan potensi dengan kondisi lingkungan internal kota
wisata spiritual yang dimiliki Kota Larantuka, Larantuka dari waktu ke waktu.
baik fisik maupun non fisik dimana di dalamnya
2. Saran
mencakup daya tarik, aksesibilitas, fasilitas dan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka
layanan pendukung lainnya. Beberapa hal yang
saran–saran atau rekomendasi yang dapat
penting dilakukan yaitu program peningkatan
disampaikan adalah sebagai berikut:
kebersihan lingkungan, penataan tempat
1) Pemerintah perlu segera mengembangkan
sekitar berlangsungnya ritual Jumat Agung dan
daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka
peningkatan kualitas fasilitas pendukung
mengingat Kota Larantuka mempunyai
lainnya. Strategi pengembangan produk wisata
potensi untuk dikembangkan sebagai daya
spiritual di Kota Larantuka dilakukan dalam
tarik wisata spiritual. Pengembangan
upaya memberikan kepuasan terhadap
wisata spiritual di Kota Larantuka sebagai
wisatawan dalam mengikuti dan menikmati
upaya diversifikasi daya tarik wisata di
wisata spiritual sehingga akan berdampak
Kabupaten Flores Timur dan sebagai
positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan
wahana dalam pelestarian kawasan
wisatawan.
mengingat wisata spiritual biasanya
merupakan wisata yang ramah lingkungan
PENUTUP (eco-friendly)
2) Dalam pengembangan daya tarik wisata
1. Kesimpulan spiritual di Kota Larantuka perlu didukung
Berdasarkan hasil analisis lingkungan dengan fasilitas penunjang kepariwisataan
internal dan eksternla Kota Larantuka maka antara lain penambahan lampu
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dari penerangan, papan nama daya tarik,
penelitian ini sebagai berikut: penyediaan Tourist Information Center
1) Kondisi lingkungan internal berupa faktor - (TIC)
faktor kekuatan (Strengths) Kota Larantuka 3) Pengembangan daya tarik wisata spiritual
terkait dengan pengembangan wisata di Kota Larantuka diharapkan dilakukan
spiritual yaitu meliputi keindahan alam dengan pengembangan wisata
serta keanekaragaman flora dan fauna, berkelanjutan dimana dalam
terletak di Ibu Kota Kabupaten, kedekatan pengembangannya harus tetap menjaga
daya tarik dengan pelabuhan, kualitas jalan dan meningkatkan kelestarian lingkungan,
menuju daya tarik, posisi objek wisata sebagai wahana dalam pelestarian budaya
sangat strategis, kualitas pelayanan dan dan memberikan keuntungan / manfaat
aturan (code of conduct). Faktor-faktor ekonomi bagi masyarakat setempat.
kelemahan (weaknesses) meliputi 4) Penelitian ini terbatas pada
kurangnya kebersihan dan kelestarian pengembangan produk yaitu
lingkungan, kurangnya ketersediaan pengembangan daya tarik wisata spiritual
angkutan wisata, kurangnya sarana di Kota Larantuka. Demi komprehensifnya
42 Jurnal Ilmiah JUPAR, Vol.3 No.01 Mei 2020

penelitian ini, maka perlu kiranya dilakukan Available from:


penelitian lebih lanjut tentang persepsi dan http://smib.vuw.ac.nz:808/www.ANZM
partisipasi masyarakat setempat dalam AC2006/documents/HaqFarooq.pdf
pengembangan kepariwisataan khususnya
pengembangan daya Tarik wisata spiritual Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi
di Kota Larantuka, mengingat peranan Penelitian Dalam Bidang
masyarakat sangat penting dalam Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia
mewujudkan pembangunan pariwisata Pustaka Utama.
yang berkelanjutan.
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005.
Sosiologi Pariwisata. Jogjakarta. C.V
DAFTAR PUSTAKA Andi offset.
Anonym. Undang- Undang Republik Indonesia Poerwadarminton, 2002. Kamus Umum
No. 9 tahun 1990 dan No. 10 tahun Bahasa Indonesia. Jakarta Balai
2009 tentang Kepariwisataan. Pustaka
Amirullah. Manajemen Strategik: Graha Ilmu, Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT, Teknik
Yogyakarta, 2003. Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Cooper, C. And Jackson, S. L. 1997.
Destination Life Cycle: The Isle of The Sugiani, Made. 2009. Strategi Pengembangan
man Case Study. (ed. Lesly, France) Daya Tarik Wisata Spiritual Kawasan
dalam The Earthscan Reader in Pantai Mertasari, Desa Sanur Kauh,
Sustainable Tourism. UK: Earthscan Kota Denpasar. (tesis). Denpasar:
Publication Limited Universitas Udayana.
Haq, F. dan Jackson, J. 2006. Exploring Susanty, Putu Henry. 2009. Pengembangan
Consumer Segments and Typologies Pasraman Seruling Dewata Sebagai
of Relevance to Spiritual Tourism. Daya Tarik Wisata Spiritual Di Desa
Queensland: Central Queensland Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur
University. [Cited 25 September 2008].
Kabupaten Tabanan. (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.

Yoeti, O. A. 2006. Pariwisata Budaya Masalah


dan Solusinya. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.

Anda mungkin juga menyukai