Abstract
The tourism sector is a national priority in the 2015-‐2019 RPJM of the Jokowi-‐JK government.
Various parties can play an active role in opening new tourist destinations, both at local, regional,
and even international levels. Many myths and legends in the community that can be used as a
basis for determining the development of new tourist sites. This study used descriptive
qualitative method. Recommendation material for regional selection / selection to be developed
as folklore-‐based tourist destinations can be applied in the form of categories. The category
in question is adapted from Irina-‐Maria Necheş (2013) as follows; the presence or absence
of tangible and intangible values to be appointed, the classification of the principal values to be
raised, whether mythological, religious, or historical. In other words, the effort to form an image
as a regional tourism selling power in question is developed based on cultural ideas (which can be
abstract) and then concretized so that visitors can enjoy them sensually.
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1, 2019
Tri
3
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
5
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
budaya yang ada atau pernah ada di
6
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
tempat tersebut. 6). Rersort City yaitu, ciri-‐ciri pengenal fisik, sosial, dan
kota atau perkampungan yang kebudayaan, sehingga dapat dibedakan
mempunyai tumpuan kehidupan pada dari kelompok-‐kelompok lainnya. Jadi
persediaan sarana atau prasarana wisata folk adalah sinonim dengan kolektif,
meliputi; penginapan, restoran, yang juga memiliki ciri-‐ciri pengenal fisik
olahraga, hiburan dan persediaan atau kebudayaan yang sama, serta
tamasya lainnya. 7). Pariwisata Agro mempunyai kesadaran kepribadian
(Agro Tourism yang terdiri dari Rural sebagai kesatuan masyarakat.
Tourism atau Farm Tourism) yaitu, Sedangkan yang dimaksudkan dengan
merupakan perjalanan untuk meresapi lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian
dan mempelajari kegiatan pertanian, kebudayaannya, yang diwariskan secara
perkebunan, peternakan, kehutanan. turun-‐temurun secara lisan atau
Jenis wisata ini bertujuan mengajak melalui suatu contoh yang disertai
wisatawan memikirikan alam dan dengan gerak isyarat atau alat pembantu
kelestariannya. pengingat (mnemonic device).
Keberhasilan beragam jenis Selanjutnya secara singkat
pariwisata tersebut dalam menarik Djamaris (1993: 16) mengatakan bahwa
pengunjung juga dipengaruhi oleh folklor merupakan salah satu cabang
faktor-‐faktor atau unsur ilmu Antropologi. Jadi, dari beberapa
pendukungnya. Unsur-‐unsur tersebut pengertian dari folklor tersebut dapat
meliputi hal-‐hal sebagai berikut (Pendit, ditarik kesimpulan bahwa folklor adalah
1994); 1). Akomodasi, tempat seseorang cabang ilmu Antropologi yang
untuk tinggal sementara. 2). Jasa Boga mempelajari tentang kebudayaan di
dan Restoran, industri jasa di bidang suatu masyarakat yang telah diwariskan
penyelenggaraan makanan dan secara turun temurun. Dari penelitian
minuman yang dikelola secara komersial. folkor kita dapat mengetahui
3). Transportasi dan Jasa Angkutan, kebudayaan suatu bangsa sebelum
industri usaha jasa yang bergerak di ‘tersentuh’ pengaruh kebudayaan asing.
bidang angkutan darat, laut dan udara. Kebudayaan suatu bangsa tersebut
4). Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang antara lain kepercayaan, pandangan
dapat menarik perhatian wisatawan atau hidup, adat istiadat, dan cara berpikir
pengunjung. 5). Cinderamata (Souvenir), masyarakat bangsa tersebut. Kemurnian
benda yang dijadikan kenang-‐kenangan budaya bangsa itulah yang
untuk dibawa oleh wistawan pada saat menyebabkan ahli folklor tertarik
kembali ke tempat asal. 6). Biro meneliti sebuah cerita rakyat.
Perjalanan, badan usaha pelayanan Menurut Brunvand (dalam
semua proses perjalanan dari berangkat Danandjaja: 2007: 21), seorang ahli
hingga kembali. folklor dari AS. Folklor dapat
Setelah membahas hal terkait digolongkan ke dalam tiga kelompok
kepariwisataan ada baiknya pula besar berdasarkan tipenya yaitu, folklor
dibahasa istilah seputar folklor. Kata lisan (verbal folklore), folklor sebagian
folklor adalah pengindonesian dari kosa lisan (partly verbal folklore), dan folklor
kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata bukan lisan (nonverbal folklore). Folklor
majemuk, yang berasal dari dua kata lisan adalah folklor yang bentuknya
dasar folk dan lore. Menurut Alan memang murni lisan. Bentuk-‐bentuk
Dundes (dalam Danandjaja, 2007: 1), folk (genre) folklor yang termasuk ke dalam
adalah sekelompok orang yang memilki kelompok folklor lisan ini antara lain
7
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
adalah bahasa rakyat (folk speech) masyarakatnya erat dengan sungai akan
seperti; logat, julukan, pangkat kaya pula dengan folklor yang
tradisional, dan titel kebangsawanan. berhubungan dengan sungai, demikian
Penggolongan folklor lisan yang kedua juga jika bentang alamnya berupa
yaitu, ungkapan tradisional seperti; gunung, laut dan sebagainya. Dengan
peribahasa, pepatah, dan pemeo. berdasar folklor yang dimiliki oleh suatu
Penggolongan folklor lisan yang ketiga daerah dapat dijadikan pijakan dalam
yaitu; pertanyaan tradisional, contohnya pengembangan potensinya sebagai
teka-‐teki. Penggolongan folklor lisan destinasi wisata. Hal itu tentu dengan
yang keempat yaitu; puisi rakyat, seperti didukung pengembangan sarana dan
pantun, gurindam, dan syair. prasarana yang dibutuhkan oleh
Penggolongan folklor lisan yang kelima pengunjung seperti; kemudahan
yaitu; cerita prosa rakyat, seperti mite, transportasi, akomodasi dan sebagainya.
legenda, dan dongeng. Penggolongan Sebagaimana dengan contoh
folklor lisan yang keenam yaitu, nyanyian sebelumnya mengenai cerita Malin
rakyat. Potensi folklor yang paling tepat Kundang dari Sumatera Barat di awal
untuk dimanfaatkan adalah folklor lisan makalah ini. Cerita tersebut sarat akan
yang ke lima. Namun demikian bukan gambaran keterkaitan erat antara
berarti jenis lainnya tidak sesuai. Bahkan bentang alam dengan bentang
jika mungkin dapat dijadikan sebagai budayanya, baik budaya secara fisik
pendukung jenis ke lima tersebut. seperti; pantai, kapal, pelaut maupun
secara mental seperti pentingnya peran
III. METODE ibu, berbakti kepada ibu, budaya
Berdasarkan masalah yang telah merantau dan sebagainya.
dirumuskan dalam penelitian ini, maka Penggalian terhadap khazanah
peneliti menggunakan metode deskriptif budaya lokal terutama folklor berjenis
kualitatif. Dikatakan deskriptif karena cerita rakyat perlu dilakukan terlebih
dalam penelitian ini mendeskripsikan dahulu sebagai titik pangkal. Selain itu
data berdasarkan kenyataan-‐kenyataan perlu pula disusun sebuah
secara objektif sesuai data yang pengkategorian dengan berlandaskan
ditemukan, dan dikatakan kualitatif pada karakteristik dan realita budaya
karena dalam menjelaskan konsep-‐ yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan
konsep yang berkaitan satu sama lain sangat bermanfaat dalam
dengan menggunakan kata-‐kata pemeringkatan daerah-‐daerah yang
atau kalimat bukan menggunakan data berpotensi untuk dikembangkan jika
atau statistik. pemilihan dengan dasar skala prioritas.
Karakteristik dan realitas yang ada dapat
IV. PEMBAHASAN disusun dengan beragam cara dan
A. Bentang Alam dan Bentang Budaya metode tergantung kebutuhan.
Indonesia Beberapa realita dan karakteristik yang
Masing-‐masing wilayah dengan dimaksud misalnya meliputi; keragaman
karakteristik alam tertentu akan religi, lanskap khas yang dimiliki, nilai
mempunyai karakteristik budaya yang sosial, dan sebagainya.
mengikutinya. Bentang alam yang ada di Nurbaningsih dalam Jaelani (2017)
wilayah Indonesia terkait dan menyatakan bahwa desentralisasi
berpengaruh kepada bentang bidang pariwisata adalah urusan
budayanya. Wilayah yang kehidupan pemerintahan konkuren yang menjadi
8
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
9
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
kuat dalam hal pengaruh dan daya
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
tariknya dalam durasi yang panjang. dukung baik yang bewujud (tangible)
Model pengembangan destinasi wisata dan tak berwujud (intangible) bisa
baru berdasar kekayaan folklor dilaksanakan. Daya dukung yang
ditunjukkan dalam alur berikut; berwujud dapat memanfaatkan apa yang
telah ada (alami, apa adanya) dapat pula
Proses Penskoran dan penentuan
memodifikasi sesuai dengan apa yang
Identifikasi nilai (value)
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
mana cerita tersebut masih dikenal oleh ziarah yang diciptakan seperti; Setiap
masyarakat. Selain itu sejauh mana tanggal 30 April dan 30 September,
tingkat keterpercayaan masyarakat mulai pukul 19.00 WIB diadakan prosesi
terhadap cerita yang beredar juga dapat oncor dari Gereja Santa Maria
dijadikan salah satu variabel dalam Marganingsih menuju bukit Golgota
penilaian. Unsur nilai mitologis ini dapat sendang Sriningsih sambil berdoa Jalan
bersumber dari dua hal yaitu, legenda Salib sebagai tanda pembukaan bulan
dan mitos. Maria dan bulan Rosario, yang kemudian
Nilai religius: Nilai religius dapat dilanjutkan dengan Misa Kudus di
dibatasi pada sekadar keterkaitas situs sendang tersebut. Selain itu masih
dengan agama tertentu ataupun ditarik banyak ritual-‐ritual lainnya yang
ke wilayah lebih luas lagi. Contoh yang mengundang kehadiran banyak
sudah ada misalnya, adalah Sendang pengunjung.
Sriningsih di Kabupaten Klaten yang erat
kaitannya dengan ziarah Bunda Maria Nilai Nilai Religius Nilai Kesejarahan
atau Rawa Jimbung yang diyakini tempat Mitologis
V. KESIMPULAN
Banyaknya kekayaan sastra
berupa folklor dapat dijadikan sebagai
titik tumpu dalam pengembangan
obyek wisata pada suatu daerah.
Namun, dengan banyaknya potensi
wisata yang dimiliki diperlukan
sebuah strategi dalam rangka
pengembangannya. Hal itu bukan
hanya akibat terbatasnya anggaran,
tapi
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
juga agar lebih terfokus dan terarah Religi Sebagai Upaya Pendukung
secara jangka panjang. Salah satu cara Peningkatan Industri Pariwisata
penentuan atau pemilihan suatu lokasi Daerah Gresik.
dapat digunakan dengan metode Jaelani, Abdul Kadir. (2017). “Implikasi
penilaian/penskoran mengacu pada yang Berlakunya Peraturan Daerah
dirumuskan oleh Irina-‐Maria Necheş Provinsi Nusa Tenggara Barat
(2013) dengan penyesuaian sesuai Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
kebutuhan. Pariwisata Halal di Kota Mataram
dan Kabupaten Lombok Timur”.
DAFTAR PUSTAKA Tesis. Program Studi Magister
Danandjaja, James. (2007). Folklor Hukum Konsentrasi Hukum
Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Kenegaraan Universitas Gadjah
Grafiti Pers. Mada. Yogyakarta.
Djamaris, Edward. (1993). Nilai Budaya Masri Ridwan, Ach.Fatchan, I Komang
dalam beberapa Karya Sastra Astina. (2016). Potensi Objek
Nusantara: Sastra Daerah di Wisata Toraja Utara Berbasis
Sumatra (Pusat Pembinaan dan Kearifan Lokal sebagai Sumber
Pengembangan Bahasa, Materi Geografi Pariwisata. Jurnal
Depdikbud. Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Kusumaningrum, Dian. (2009). Persepsi Pengembangan. Volume: 1
Wisatawan Nusantara Terhadap Nomor: 1 Bulan Januari Tahun
Daya Tarik Wisata di Kota 2016 Halaman: 1—10
Palembang. Tesis PS. Magister Necheş , I. (2011), “Geoheritage
Kajian Pariwisata. Universitas Conservation Through
Gadjah Mada. Geotourism. Case Study: The
Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Bucegi Plateau”, in Dombay, Ş .,
Pariwisata Sebuah Pengantar. Z. Magyari-‐Sáska (2011), The Role
Perdana. Jakarta. of Tourism in Territorial
Irawan, Koko. (2010). Potensi Objek Development , IV International
Wisata Air Terjun Serdang Sebagai Conference Gheorgheni, Presa
Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Universitar ă Clujean ă ,
Labuhan Batu Utara. Kertas Karya. Cluj-‐ Napoca, pp. 141-‐148.
Program Pendidikan Non Gelar Nurdin. Strategi Pengembangan
Pariwisata. Universitas Sumatera Pariwisata Berbasis Masyarakat Di
Utara. Pulau Samalona, Makassar.
Kemenpar. (2015). Rencana Strategis JUMPA Volume 3 Nomor 1 Juli
Pengembangan Destinasi dan 2016. Hal 175—189
Industri Pariwisata Kementerian http://siarah9guamaria.blogspot.com/20
Pariwisata Tahun 2015 -‐2019. 16/07/gua-‐maria-‐sriningsih-‐
Kemenpar RI. klaten.html 24 Juli 2018
Hamim Farhan dan R. Nazriyah. (2013). https://katadata.co.id/infografik/2015/02/
Prosiding Seminar Nasional. 17/pariwisata-‐andalan-‐penghasil-‐
Peran Ekonomi dalam devisa 25 Juli 2018
Pembangunan Nasional yang http://setkab.go.id/tahun-‐2017-‐kita-‐
Berkelanjutan Gresik 29—30 Juni genjot-‐sektor-‐pariwisata/ 25 Juli
2013: Pengembangan Pariwisata 2018
Berbasis Budaya Lokal-‐
Budaya
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,
Tri
1
Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 3, No. 1,