DI SUSUN OLEH:
ABSTRAK
terutama budaya yakni pertunnjukkan tarian likurai, pembuatan tenun ikat dengan pewarnaan
alami, alam yakni bentang pemandangan sawah, laut dan pulau Alor, dann buatan yakni daya
tarik PLBN Mota’ain dan destinasi asam Jokowi. Berdasarkan karakkteristik masyarakat
ABSTRACT
This study aims to identify pootential natural, cultural, and artificial tourist attractions in the
border area of Tulakadi Rural area, East Nusa Tenggara. Another objective to be achieved in
this research is to determine and develop community-based tourism, Tulaakadi Village based
on a community approach. Thhe method in this research uses descriptive qualitative types for
analysis, exploration of tourissm potential and tourism development according to community
needs. The data technique was carried out through structured interviewws and focus group
discussions with residents and village officials. The results of this study show that Tulakadi
Village has various tourism destination in border area, especially cultture based such as
likurai dances, weaving woven with natural coloring, natural landscapes of Alor Island, and
artificial attraction, namely PLBN Mota’ain and Man Made attraction of Asam Jokowi site.
Based on the community and the development of a community-based tourissm approach,
efforts are made through the interacttion of stakeholders such as the government, academics
through socialization and training for awareness of tourism for the communityy, and orders
from community groups including tourism awareness groups to develop toourism in Tulakadi
Village.
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN
26858436
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu pendekataan yang sejalan dengan pembangunan pariwiisata Indonesia,
pariwisata berbasis masyyarakat mulai digalakkan di berbagai kawasan di Indonesia. Sharley,
2000 menyatakan bahwa pendekatan
berbasis masyarakat merupakan arah pembangunan pariwisata keerakyatan yang sesuai untuk
wilayah perdessaan. Kebijakan pembangunan kepariwisataan terutama di
kawasan perdesaan beerfokus pada identifikasi, pengelolaan, daan pemanfaatan sumber daya
pariwisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Bentuk
pendekatan pariwisata yang berbasis masyarakat dalam masyarakat di kawasan perbatasan.
Republik Indonesia sebagai sebuah negara memiliki 79 Pos Lintas Batas yang terbagi atas 47
poss berada di darat dan 32 pos berada di laut ( Maulana 2019). Tidak banyak data yang
menunjukkan data perlintasan antara orang yang masuk dan keluar melalui pintu tersebut,
mengenai pos lintas batas Indonesia dan negara tetangga (Maulana 2019). Namun, salah satu
Pos Lintas Batas yang cukup bessar seperti salah satunya PLBN Mota’ain di Kabupaten Belu.
Kepala Bidang Pemasaran Regional III
Gambar 1. Peta Lokasi Desa Tulakadi NTT,
sumber: google maps
Pemerintah RI melalui Kementerian Pariwisata telah mem berikan berbagai stimulus untuk
meningkatkan kunjungan ke kawasan perbatasan Indonnesia, seperti event yang dilakukan
KonserM usik Cross Border di
mencapai 41.436 wisatawaan. Data lain menunjukkan bahwa sepanjaang Januari-Juli 2018,
jumlah wisatawan mancanegara berjumlah 986.358 dimana Belu menjadi penyumbang
wisman terbanyak dengan jumlah 509.295 atau setara deengan total arus masuk wisman ke
Nusa Teenggara Timur. Data BPS menunjukkan, wismman yang berasal dari Timor Leste
pada periodee Januari hingga Juli 2018 berjumlah 1.005.600 orang. Jumlah ini diklaim naik
89,16% sebbanyak 531.600 dibandingkan periode yang saama pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan Kemenpar, 2019, jumlah kunjungan wisatawwan untuk kegiatan Konser
Musik Cross Boorder di Atambua berjumlah 1.852 orang dallam waktu dua hari. Selain itu,
pembangunann PLBN Mota’ain merupakan salah satu unsur penunjang pariwisata dalam akses
perjalanan. Pembangunan yang semakkin baik di kawasan perbatasan membuat maasalah
aksesibilitas bukan menjadi penghalanng bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di
kawasan perbatasan Kabupaten Belu. Namun, keberadaan wisatawan inii tidak berlangsung lama.
Setelah selesai mennghadiri event yang diselenggarakan pemeriintah, wisatawan kembali ke
negara asalnya Timor Leste. Keterbatasan amenitas, atraksi wisata lain, dan dukungan dari
aciliaryy masih menjadi
Keterbatasan amenitas, atraksi wisata lain, dan dukungan dari aciliaryy masih menjadi
permasalahan yang dihadapi oleh pariwisata kawasan perbatasan.Sebenarnya, terdapat
berbagai wilayah di kawasan perbatasan yang memiliki sumber daya baik alam maupun
budaya yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata yang pada ujungnya
membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar (Nugraha, 2019). Salah satunya adalah di
desa Tulakadi yang berada tidak jauh dari PLBN Mota’ain. Berdasarkan citra satelit yang
diperoleh dari website google maps, Jarak antara PLBN Mota’ain dan Desa Tulakadi tidak
terlalu jauh, yaitu sepanjang 9km. Sebelum memasuki Kota Atambua, wisatawan yang lewat
dari PLBN Mota’ain pasti akan melewati jalan negara mulai dari Desa Silawan, kemudian
Desa Tulakadi. Melihat pasar wisatawan yang potensial, maka pemetaan potensi daya tarik
wisata dibutuhkan sebagai upaya mempersiapkan Desa Tulakadi menjadi salah satu destinasi
wisata yang menarik di kawasan perbatasan Indonesia.
Potensi pariwisata di kawasan perbatasan sejauh ini belum dipetakan secara optimal. Hal ini
terlihat dari belum adanya usaha untuk meninjau daya dan ketidaktahuan mengenai
kepariwisataan itu sendiri. Satu-satunya dukungan yang didapatkan masyarakat setempat
untuk mengelola kepariwisataan hanya berasal dari Kepala Desa Tulakadi yang senantiasa
membantu dalam memotivasi masyarakat. Hanya, keterbatasan dalam pengelolaan juga
menjadi hambatan bagi pemerintah desa untuk maksimal memberikan pengetahuan bagi
Masyarakat.
Kemudian setelah mendapatkkan identifikasi
Desa Tulakadi pada faktanya memiliki daya potensi daya tarik wisata. Haasil identifikasi
tarik yang membuat wisatawan berkunjung. tersebut dikembangkan sesuai dengan
Hal ini dibuktikan dengan kunjungan warga karakteristik sumber daya manusia di Desa
yang berulang untuk sekedar berekreasi Tulakadi. Tujuan ketiga dalamm penelitian ini
(Susuk, 2019)diatas bukit asam Jokowi dan adalah mengidentifikasi pengembangan
berfoto Bersama di areal Desa Tulakadi. pariwisata berbasis masyarakaat sesuai dengan
Peluang ini ada, walaupun potensi daya tarik potensi wisata dan karakteristiik yang dimiliki
wisata Desa belum sepenuhnya dikelola, oleh Desa Tulakadi sebagai kekuatan untuk
sehingga pemetaan potensi wisata adalah mengembangkan pariwisaata berbasis
salah satu usaha desa yang dapat dilakukan masyarakat di kawasan perbatasan
untuk mengelola kawasan wisata dengan
Indonesia.
lebih baik. Keberagaman sumber daya alam,
budaya, dan buatan Desa Tulakadi yang
dipetakan secara lebih baik merupakan
perwujudan dari produk pariwisata potensial LITERATUR REVIEW
yang dapat dikembangkan menjadi sebuah Potensi Daya Tarik Wisata
daya tarik kawasan perbatasan Indonesia.
Kajian mengenai potensi daya tarik wisata
Masyarakat setempat sebagai tuan rumah sudah dilakukan sejak tahunn 1983 dimana
kawasan perbatasan di Desa Tulakadi, (Yoeti 1983:160-162) menyebutkan bahwa
memiliki kesempatan untuk mengelola potensi adalah daya tarik di sebuah destinasi
tanahnya sebagai sumber penghasilan dari wisata yang menjadi penarik agar wisatawan
kegiatan pariwisata. Namun, hal ini tidak mau datang ke tempat tersebutt. (Sukardi,1998)
dapat terjadi secara instan. Diperlukan juga menyampaikan hal yang senada mengenai
berbagai upaya pengembangan yang berbasis potensi wisata, dimana mennurutnya segala
pada kesediaan masyarakat untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh daya tarik
kawasannya menjadi destinasi pariwisata wisata dalam sebuah kawasan. Sehingga,
dalam penelitian ini potensi wisata dibagi
menjadi tiga macam mengacu pada teori Yoeti,
yang terpadu. Berdasarkan hal ini, yaitu: potensi alam, potensi kebudayyaan dan
dibutuhkan berbagai pendekatan yang harus potensi manusia.
dilakukan untuk membangun kesiapan
sumber daya manusia di Desa Tulakadi.
Potensi alam adalah daya tarrik wisata yang
Sejauh ini, dukungan sudah diperoleh dari
berupa keanekaragaman hayatti, bentang alam
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. suatu kawasan wisata misallnya perbukitan
Pihak akademisi dan media juga telah persawahan,hutan,danpantai.
memberikan partisipasinya untuk mengelola Keanekaragaman hayati dann hewani pada
pengembangan pariwisata di kawasan suatu wilayah geografis tenttu berbeda satu
perbatasan. Satu yang perlu ditingkatkan sama lainnya dan memiliki kelebihan dan
adalah pengelolaan yang berbasis keunikannya sendiri. Sehinggga potensi alam
masyarakat. Strategi ini menurut literature setempat dalam mengembangkan
merupakan pendekatan yang paling cocok destinasinya menjadi sebuah daya tarik
dalam pengembangan kawasan perbatasan wisata.
adalah pengembangan pariwisata yang
berbasis masyarakat (Ernawati, 2015).
Karakterisitik masyarakat NTT yang senang
bekerjasama dan berkelompok merupakan
modal yang kuat untuk melakukan
pendekatan pariwisata berbasis
masyarakat.Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini berfokus pada
upaya awal untuk memetakan dan
menganalisis, daya tarik Desa Tulakadi di
kawasan perbatasan.
Potensi Budaya adalah seluruh hasil karya Potensi wisata adalah seegala sesuatu yang
karsa dan daya cipta m asyarakat setempat terdapat di suatu daerah yang dapat
yang diwariskan secara turun temurun sejak dikembangkan menjadi daaya tarik wisata atau
nenek moyang berupa kain adat, adat istiadat, segala hal keadaan yangg nyata atau dapat
norma, kerajinan tangan, kesenian lukis dan diraba, maupun yang tidakk dapat diraba, yang
tari, dan seluruh peninggalan pendahulu yang digarap diatur dan sedemikian rupa sehingga
berupa benda berwujud maupun tak berwujud dapat di manfaatkan atau diwujudkan
seperti Gedung bersejarah, monument, (Darmardjati, 2001). Jadi potensi yang
patung, dan dokumen-dokumen sejarah. dimaksud dalam penelitiaan ini adalah segala
sumber daya baik alam, budaya, maupun
Potensi manusia dan wisata buatan adalah buatan yang ada di Desa Tulakadi yang dapat
potensi yang menjadi da ya tarik lain dalam dikelola dan dikembanggkan sebagai daya tarik
suatu kawasan destinassi wisata. Bentuk wisata di kawasan perbatasan.
wisata manusia dan buatan tergantung pada
karakteristik wilayah dan adat istiadat. Pariwisata Berbasis Masyyarakat
Namun, wisata buatan juga tergantung kepada
inovasi, prakarsa, dan kreatifitas warga
suatu kawasan destinassi wisata. Bentuk
wisata manusia dan buatan tergantung pada
karakteristik wilayah dan adat istiadat.
Namun, wisata buatan juga tergantung
kepada inovasi, prakarsa, dan kreatifitas
warga setempat dalam mengembangkan
destinasinya menjadi sebuah daya tarik
wisata.
Total penduduk Desa Tulakadi berjumlah kelompok perempuan yang memiliki agenda
1.104 jiwa, yang terbagi 51% penduduk pria untuk melestarikan tenun ikat NTT.
dan 49% penduduk wanita. Pemerintah desa Dukungan seluruh penduduk desa adalah
memiliki kekuatan sumber daya manusia upaya yang harus dimaksimalkan, terutama
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan untuk mencapai tujuan menjadi destinasi
kepariwisataan. Hal ini sudah ditunjukkan wisata di kawasan perbatasan yang berbasis
dalam berbagai kegiatan seperti Jumat Bersih,
pengelolaan daya tarik asam Jokowi yang masyarakat. Selanjutnya adalah data
melibatkan pemuda pria, dan pembentukan penduduk berdasarkan umur.
PAU S SM
No Nama Dusun Belum/Tidak D D P SMA S-1 Total
Sekolah
1 Dubanas 103 21 105 29 64 15 337
2 Suliren 90 3 93 17 15 6 224
3 Mudafehan 122 21 151 18 9 0 321
4 Rairiti 40 6 92 26 50 8 222
TOTAL 355 51 441 90 138 29 1104
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN
26858436
6 Keterkaitan antara level regional dan Faktor kedekatan dengan Negara Timor Leste
membuat daya
tarik Desa Tulakadi di kawasan perbatasan Indonesia
nasional memiliki
potensi kerjasama dibidang regional. Mengingat
wisatawan
yang datang berasal dari mancanegara.
Potensi pariwisata yang cukup bervariasi ini dilaksanakan di Desa Tulakadi didasarkan
memerlukan sebuah upaya pengembangan atastemuantemuanberikut:sudah
yang menggunakan pendekatan komunitas. terbentuknya kelompok masyarakat yang
Oleh karena itu, upaya pengembangan memudahkan pengelolaan kepariwisataan di
pariwisata berbasis masyarakat di Desa Desa Tulakadi, dibentuknya kelompok sadar
Tulakadi sejauh ini telah berjalan memasuki wisata saat sosialisasi oleh akademisi, dan
tahap pelaksanaan. Hal ini ditandai dengan penghargaan yang diperoleh atas hasil
dukungan dan partisipasi dari pentahelix kerjasama seluruh masyarakat Desa Tulakadi.
kepariwisataan yang memberikan sosialisasi
dan pelatihan bagi masyarakat Desa Tulakadi.
Selain itu, pariwisata berbasis masyarakat
merupakan pendekatan yang paling cocok
SIMPULAN
Potensi daya tarik wisata Desa Tulakadi terbagi menjadi tiga yakni daya tarik alam yang
berupa perbukitan, persawahan, dan pemandangan laut. Kedua yakni daya tarik budaya yang
terdiri dari tarian Likurai sebagai ucap syukur panen dan tarian sambutan, olahan makanan
khas jagung bose, anyaman lontar, dan juga kain tenun. Ketiga adalah daya tarik wisata
buatan di kawasan bukit Asam Jokowi. Daya tarik wisata buatan inilah yang menjadi symbol
karakteristik penerapan pendekatan pariwisata yang berbasis masyarakat di Desa Tulakadi.
Selain potensi yang dipaparkan dalam penelitian ini, masih banyak daya tarik lain yang
belum dieksplorasi lebih mendalam. Hal ini masih membutuhkan kerjasama dari berbagai
pihak secara stimultan untuk menghasilkan destinasi wisata perbatasan yang diminati oleh
wisatawan.
Karakteristik pariwisata berbasis masyarakat tercermin dari data kependudukan warga desa
Tulakadi yang sebagian besar adalah Pria sebanyak 51% yang bertugas sejauh ini untuk
mengelola dan mempersiapkan daya tarik buatan agar menarik bagi wisatawan dan 49%
wanita yang mengelola daya tarik budaya melalui kelompok perempuan dalam membuat
tenun dan mengolah jagung bose. Potensi lain dalam pariwisata berbasis masyarakat
ditunjukkan dari jumlah penduduk yang memasuki usia produktif berjumlah 56% yang
berarti bahwa masyarakat sebenarnya siap untuk mengelola daya tarik wisata berdasarkan
potensi yang ada. Diperlukan kerjasama yang nyata dari pentahelix pariwisata dalam
mewujudkan target ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Desa Tulakadi dan Dinas Pariwisata
Kabupaten Belu,serta Kementerian Ristek BRIN melalui kesempatan penelitian melalui
skema Penelitian Dosen Pemula. Sekaligus juga jurusan teknik pariwisata Politeknik Negeri
Kupang yang telah melakukan upaya pendampingan desa wisata kepada masyarakat di Desa
Tulakadi dan membantu terselesaikannya penelitian ini.