Abstract
The purpose of this research is to examine historical sources, cultural preservation,
meaning, and the potential of the Makotek tradition to be developed as cultural tourism.
The method used in this research is qualitative method. Primary data were obtained
from interviews with several informants who were selected by purposive sampling,
while secondary data were obtained from online publications. This study provides
recommendations for culture-based tourism to be a very potential option to be
developed in Munggu village, Badung regency. The potential for implementing the
Makotek tradition as a cultural tourism destination can be seen from its cultural
attractions and is supported by adequate accessibility, supporting facilities and good
tourism institutions or organizations.
Keywords: Makotek, Cultural Preservation, Cultural Tourism
104
Volume 2, No. 1, April 2021 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923
105
Makotek sebagai Pelestarian Budaya dan…(R. Suastini. Hal. 104-114)
106
Volume 2, No. 1, April 2021 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923
107
Makotek sebagai Pelestarian Budaya dan…(R. Suastini. Hal. 104-114)
menuju pura Puseh Munggu, serta menghasilkan 5 buah senjata tajam yang
mengambil sebuah tedung yang terdiri dari keris dan tombak yang
panjangnya kurang lebih 5 meter dan diserahkan kembali ke hadapan
menancapkan pada halaman pura Cokorda Munggu. Kemudian diadakan
Puseh, serta meloncat-loncat ke atas upacara pasupati senjata oleh Ida
tedung. Di atas tedung itulah orang Bhagawantha Brahmana Pemaron
yang kesurupan itu menari-nari sambil Munggu dan seluruh rakyat Munggu
menantang Rajabhagawantha dengan diperintahkan untuk membuat tempat
kata-kata yang sangat meyakinkan, pemujaan berupa panggung setinggi 6
bahwa ia benar-benar utusan Ida Betara m di perempatan Banjar Munggu untuk
Ulun Danu Bratan. kegiatan upacara pasupati senjata-
Dalam suasana hujan lebat serta senjata tersebut.
angin puyuh, Raja beserta Ida Keris dan tombak tersebut
Bhagawantha Brahmana Munggu, disucikan terlebih dahulu dengan
bersama-sama seluruh masyarakat mempergunakan air bungkak kelapa
Munggu menyaksikan hal itu. Setelah gading, setelah itu dipercikan air suci
itu barulah beliau sadar serta berjanji dan sarana banten, lalu keris dan
memenuhi semua apa yang menjadi tombak langsung dihias dengan bunga
petunjuk yang diucapkan oleh orang pucuk merah yaitu pucuk rejuna dan
kesurupan itu, yang merupakan busana kain serba merah. Keris-keris
pawisik Ida Bhatara (Sang Hyang Widi dan tombak pada saat dipasupati Ida
Wasa) sehingga orang itu langsung Pedanda ditempatkan pada sebuah
disucikan dijadikan pemangku Pura singgasana khusus dan selanjutnya
Puseh. keris-keris dikemit selama 3 bulan di
Diputuskanlah oleh Ida panggung upacara tersebut secara silih
Bhagawantha Brahmana Munggu, berganti oleh warga desa Munggu yang
bahwa hari Rabu Kliwon Ugu mulai mekemit untuk mohon keselamatan,
diadakan pembangunan atau nasarin keamanan, serta kenyamanan.
Pura Luhur Sapuh Jagat di Desa Selama tiga bulan mekemit Ida
Munggu Kabupaten Badung. Benar- Pedanda mendapat wahyu agar keris-
benar suatu keajaiban pada jagat Bali. keris dan tombak itu masing-masing
Setelah penggalian pembangunan pura diberi nama : Sebuah keris runcing luk
seperti petunjuk yang diucapkan 11 (sebelas) diberi nama I Raksasa Bedek
pemangku itu, terdapatlah gumpalan Sebuah keris runcing luk 7 (tujuh) diberi
batu-batu. Ada yang berbentuk nama I Sekar Sungsang Sebuah keris
tamiang, besi-besi tua yang berbentuk runcing luk 5 (lima) bernama I Jimat
senjata tajam. Setelah disaksikan oleh Sebuah keris runcing bernama I Sapuh
Ida Bhagawantha Brahmana Munggu Jagat Sebuah tombak bernama I Bangun
dan seluruh masyarakat Munggu, Oleg (Olog).
akhirnya benda-benda tersebut Setelah senjata-senjata yang
diangkat dan ditempatkan pada didapatkan melalui pawisik gaib
bangunan suci untuk diamankan dan dipasupati dan dikemit selama tiga
dilestarikan. bulan, maka pada hari Sabtu Kliwon
Sesuai dengan pawisik yang telah Kuningan pada Tumpek Kuningan,
didapatkan sebelumnya, maka mulai diperagakan mengadakan
dipanggillah seorang wiku pande besi perang-perangan yang diikuti oleh para
Desa Munggu oleh Cokorda Munggu laki-laki dewasa yang berasal dari
untuk menjadikan besi tua itu senjata seluruh Desa Munggu, kecuali bagi
keris dan tombak, sehingga yang sedang cuntaka. Tari-tarian inilah
108
Volume 2, No. 1, April 2021 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923
109
Makotek sebagai Pelestarian Budaya dan…(R. Suastini. Hal. 104-114)
110
Volume 2, No. 1, April 2021 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923
111
Makotek sebagai Pelestarian Budaya dan…(R. Suastini. Hal. 104-114)
narkoba, minuman keras, dan ugal- melakukan kegiatan positif yang juga
ugalan. dapat meningkatkan perekonomian di
Desa Munggu.
3.4 Makotek sebagai Daya Tarik Wisata
Budaya
3.4.1 Attraction dalam tradisi Makotek
Menurut Suwena (2010: 88), atraksi
atau obyek daya 112ragm wisata
(ODTW) merupakan komponen yang
signifikan dalam menarik kedatangan
wisatawan. Hal yang dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata
disebut dengan modal atau sumber
kepariwisataan (tourism resources). Foto 3. Fragmentari Makotek yang
Modal atraksi yang menarik kedatangan diadakan di Pura Dalem Wisesa
wisatawan ada tiga, yaitu 1) Natural Desa Munggu
Resources (alami) seperti gunung, danau, Sumber: Tatkala.co
pantai dan bukit; 2) atraksi wisata
budaya seperti arsitektur rumah
tradisional di desa, situs arkeologi, seni
dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan
masyarakat sehari-hari,
keramahtamahan, makanan; dan 3)
atraksi buatan seperti acara olahraga.
Atraksi yang dapat disaksikan oleh
wisatawan yang berkunjung ke desa
Munggu kabupaten Badung diantaranya
adalah fragmentari Makotek. Desa Foto 4. Puncak Pementasan Fragmentari
Munggu telah ditetapkan sebagai Desa Makotek
Wisata sesuai dengan Peraturan Bupati Sumber: Baliexpress.jawapos.com
Badung No. 47 tahun 2010, dengan dasar
tersebut masyarakat desa Munggu 3.4.2 Accessibility Menuju Tradisi
mengemas tradisi Mekotek menjadi Makotek
bentuk fragmentari yang disuguhkan Menurut Sunaryo (2013: 173),
selama wisatawan fragmentari maupun aksesibilitas pariwisata dimaksudkan
mancanegara yang menginap di wilayah sebagai segenap sarana yang
Desa Wisata Munggu, Gagasan untuk memberikan kemudahan kepada
mengemas garapan fragmentari wisatawanuntuk mencapai suatu
Mekotek diawali oleh Kelompok Sadar destinasi maupun tujuan destinasi
Wisata (Pokdarwis) setempat sebagai terkait. Menurut French dalam Sunaryo
sumber daya manusia penggerak Desa (2013: 173) menyebutkan 112actor-faktor
Wisata Munggu. Selain sebagai atraksi yang penting dan terkait dengan aspek
bagi wisatawan, garapan fragmentari aksesibilitas wisata meliputi petunjuk
dari tradisi Makotek tersebut diharapkan arah, bandara, terminal, waktu yang
dapat melestarikan dan meningkatkan dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi
budaya yang ada di desa Munggu. transportasi menuju lokasi wisata dan
Dengan digelarnya tradisi ini secara perangkat lainnya.
rutin selain sebagai pelestarian budaya Desa Munggu memiliki
juga mengarahkan para pemuda untuk infrastruktur jalan yang sangat memadai
112
Volume 2, No. 1, April 2021 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923
dan bisa diakses dengan berbagai macam memberikan batasan bahwa amenitas
kendaraan bermotor seperti bus, mobil bukan merupakan daya tarik bagi
ataupun sepeda motor. Hal ini wisatawan, namun dengan kurangnya
dikarenakan jalur yang melalui Desa amenitas akan menjadikan wisatawan
Munggu adalah jalur pariwisata menghindari destinasi tertentu.
Tibubeneng-Canggu-Pererenan-Tanah Fasilitas pendukung (amenities)
Lot sehingga kualitas jalannya baik. untuk kegiatan pariwisata yang dapat
ditemukan di Desa Wisata Munggu
3.4.3 Amenity pada Tradisi Makotek antara lain: villa, restoran, ATM, mini
Sugiana (2011) menjelaskan bahwa market money changer dan laundry.
amenitas meliputi "serangkaian fasilitas Kepemilikan terhadap fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan akomodasi pendukung tersebut tidak sepenuhnya
(tempat penginapan), penyediaan masyarakat lokal, sehingga masyarakat
makanan dan minuman, tempat hiburan Desa Munggu belum mendapatkan hasil
(entertainment), tempat-tempat yang maksimal dalam pengembangan
perbelanjaan (retailing) dan lainnya" pariwisata budaya di desa mereka.
French dalam Sunaryo (2013: 173)
113
Makotek sebagai Pelestarian Budaya dan…(R. Suastini. Hal. 104-114)
114