Anda di halaman 1dari 20

MEMAHAMI DAN MENGGALI

OBYEK PARIWISATA SEJARAH DAN BUDAYA

Makalah

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Kepariwisataan Sejarah dan Budaya Kelas C

Dosen Pengampu:
Dr. Sugiyanto, M. Hum.
NIP 195702201985031003
Guruh Prasetyo, S. Pd., M. Pd.
NRP 760021009

Disusun Oleh:
Aditya Fernanda Eliyanto 190210302101
Muhammad Fahmi Nurdiansyah 190210302115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan
karunianya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Memahami dan Menggali Obyek Pariwisata
Sejarah dan Budaya”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepariwisataan Sejarah dan Budaya dan diharapkan bisa memperdalam pengetahuan
serta pemahaman mengenai obyek pariwisata sejarah dan budaya.
Terimakasih kami kepada teman-teman yang telah berusaha memberikan ide-
ide sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
dosen pengampu mata kuliah Kepariwisataan Sejarah dan Budaya, yang telah
memberikan dukungan penuh sekaligus bimbingan kepada kami untuk menyusun
makalah ini, serta memberikan motivasi kepada kami untuk selalu berkarya.
Dengan makalah yang kami buat ini, kami berharap semoga dapat menambah
wawasan untuk para pembaca. Kami juga menyadari bahwa hasil makalah yang kami
buat masih belum sempurna. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang sehingga makalah yang kami buat selanjutnya bisa menjadi lebih baik.

Jember, 04 Oktober 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB 1............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan.................................................................................................................3

BAB 2............................................................................................................................4

PEMBAHASAN...........................................................................................................4

2.1 Memahami Obyek Wisata Sejarah dan Budaya.............................................4

2.2 Memahami Wisatawan Obyek Wisata Sejarah dan Budaya.........................6

2.3 Memahami Produk-Produk dalam Obyek Wisata Sejarah dan Budaya...10

BAB 3..........................................................................................................................16

PENUTUP..................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badan Pariwisata Dunia atau United Nations–World Tourism Organization atau


(UNWTO) memperkirakan sekitar 40% dari wisatawan global melakukan perjalanan
wisata dengan maksuduntuk lebih mengenal keberagaman budaya. Pariwisata
berbasis budaya lebih memfokuskan pada pengalaman baru dari tempat dan kegiatan
yang mereprentasikan cerita-cerita masa lalu dan kekinian. Berbagai festival, ritual,
museum, teater dan fasilitas budaya, serta situs-situs bersejarah merupakan elemen
wisata warisan budaya (cultural heritage tourism) yang menjadi tujuan yang dicari
oleh wisatawan global saatini.

Untuk merespon perkembangan tren global, maka Kementerian Pariwisata di


tahun 2018 melakukan restrukturisasi organisasi. Kementerian Pariwisata melihat
bahwa pengem-bangan pariwisata seharusnya lebih terfokus pada costumer-centric
strategy atau strategi pengembangan kepariwisataan yang berpusat pada wisatawan.
Dengan adanya restrukturisasi organisasi ini diharapkan kepariwisataan Indonesia
menjadi lebih sensitif dalam memahami kebutuhan wisatawan, serta lebih adaptif
dalam menciptakan produk-produk wisata. Dengan pendekatan costumer-centric
strategy ini maka pariwisata Indonesia akan menjadi lebih menawarkan extra-
ordinary experience ke wisatawan global yang datang berkunjung. Kepuasan atas
pengalaman berwisata tersebut diharapkan bisa memberikan dampak positif yang
menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata tingkat global.

Wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia mengandung unsur pariwisata


dan sekaligus pelestarian budaya. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan salah satu sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan kepariwisatawan
harus dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung
jawab dengan tetap memberikan perlindungan pada nilai-nilai agama, budaya yang
hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan
nasional. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengatur
salah satu tujuan kepariwisataan yaitu: memajukan kebudayaan.

Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya sejalan pula dengan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Undangundang ini
menguraikan bahwa cagar budaya yang berkembang merepresentasikan kekayaan
budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang
penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga
perlu dilestarikan.

Wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah isu baru namun sudah menjadi
program prioritas Kementerian Pariwisata yang ada di bawah Asisten Deputi
Pengembangan Wisata Budaya yang merupakanbagian Deputi Bidang Pengembangan
Industri dan Kelembagaan. Walaupun bukan merupakan isu baru, namun
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya memerlukan pedoman dalam
bentuk panduan yang praktis agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan
wisatawan dengan motivasi khusus. Pada sisi lain, dengan keberadaan Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya diharapkan pelaku wisata
mampu mengembangkan produk wisata sejarah dan warisan budaya dengan
mempertahankan nilai-nilai warisan budaya. Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah
dan Warisan Budaya ini mempunyai peran strategis untuk memberikan arahan bagi
pemangku kepentingan kepariwisataan dalam pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya melalui pengembangan jejak warisan budaya (heritage trail)
secaraberkelanjutan dan bertanggungjawab.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1) Bagimana memahami obyek wisata sejarah dan budaya ?

1.2.2) Bagaimana memahami wisatawan obyek pariwisata sejarah dan budaya ?

1.2.3) Bagaimana memahami produk-produk yang dihasilkan dalam obyek wisata


sejarah dan budaya ?

1.3 Tujuan

1.3.1) Untuk mengetahui dan memahami tentang obyek wisata sejarah dan budaya.

1.3.2) Untuk mengetahui dan memahami tentang wisatawan yang mengunjungi obyek
wisata sejarah dan budaya.

1.3.3) Untuk mengetahui dan memahami tentang produk-produk yang dihasilkan


dalam obyek wisata sejarah dan budaya.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Memahami Obyek Wisata Sejarah dan Budaya

Pengertian Wisata Sejarah dan Warisan Budaya. UNWTO memberikan


pemahaman tentang wisata sejarah dan warisan budaya (cultural heritage tourism)
sebagai: “pergerakan orang-orang ke daya tarik budaya di kotakota dan/atau negara-
negara selain dari tempat tinggal normal mereka, dengan maksud untuk
mengumpulkan informasi dan juga mendapatkan pengalaman baru untuk memenuhi
kebutuhan budaya dan semua pergerakan terkait dengan daya tarik budaya tertentu,
seperti situs warisan, artistikdan manifestasi budaya, seni dan drama, sertalainnya”.

Apabila mengacu pada pengertian “wisata” yang termaktub di Undangundang


Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan , maka “wisata sejarah dan warisan
budaya” bisa dipahami sebagai “kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk mengunjungi destinasi wisata sejarah dan warisan
budaya tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara”.

UNWTO menengarai bahwa wisata budaya menjadi salah satu pasar


pariwisata global terbesar dan paling cepat berkembang. Diperkirakan
bahwaempatdarisepuluh wisatawanglobalmemilih tujuan perjalanan berdasar pada
tawaran budaya. Wisatawan global semakin tertarik oleh motivasi khusus (special
motivation) sepertisuasana tempat,keterkaitan dengan orang-orangterkenal, serta
tempat-tempat budaya, tradisi dan sejarah. Perjalanan wisata tak lagi semata
merupakan bagian dari kegiatan “melepas kepenatan” atau rest and relax, tetapi juga
telah berkembang menjadi petualangan baru untuk mengenali dan menghormati jejak
peradaban dunia. Fenomena ini yang kemudian memunculkan turunan dariwisata
budaya, yaitu:wisata sejarah dan warisan budaya.

Secara sederhana, wisata sejarah dan warisan budaya terdiri atas 4 (empat)
komponen dasar, yaitu: (i) wisatawan dengan motivasi budaya, (ii) produk wisata
sejarah dan warisan budaya, (iii) perjalanan yang terencana, serta (iv) pengalaman
budaya. Komponen wisatawan dengan motivasi budaya meliputi wisatawan yang
hanya ingin ingin mengetahui objek sejarah dan warisan budaya secara umum, serta
wisatawan yang ingin mengenali dan mengalami nilai-nilai sejarah dan warisan
budaya secara lebih mendalam. Produk wisata sejarah dan warisan budaya dipahami
sebagai: sesuatu yang dihasilkan pelaku budaya dan pariwisata yang ditawarkan pada
wisatawan dengan motivasi khusus terkait dengan sejarah dan warisan budaya untuk
melakukan perjalanan terencana dari tempat asal menuju destinasi sejarah dan
warisan budaya dalam waktu sementara dengan tujuan mendapatkan suatu
pengalaman budaya. Wisatawan dan produk wisata adalah komponen utama dalam
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya. Perjalanan yang terencana berupa
pola perjalanan atau travel pattern yang kemudian diturunkan secara lebih mendetil
dalam bentuk heritage trail atau “jejak warisan budaya”, serta pengalaman budaya
(cultural experience) merupakan komponen yang terbentuk dari hubungan
antarawisatawan dan produk wisata.
2.2 Memahami Wisatawan Obyek Wisata Sejarah dan Budaya

Wisatawan atau tourist tak pelak merupakan aktor penting dalam dunia

pariwisata. Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai motivasi, minat atau

ketertarikan tertentu terhadap daya tarik yang unik, khas dan otentik yangada pada

tempattertentu akan mendorong permintaan berupa perjalanan yang terencana. Kajian

tentang wisatawan tidak sekedar dilihat dari aspek-aspek geografi dan demografi

semata, tetapi sekarang semakin fokus pada aspek psikografi. Memahami wisatawan

sebagai komponen permintaan (demand) menjadi sangat penting untuk menentukan

produk wisata yang tepat sesuai motivasi, mina tatau ketertarikan wisatawan.

Mengenali kebutuhan wisatawan juga akan memberikan pengaruh yang signifikan

pada penyediaan layanan dan juga infrastruktur pendukung pariwisata.

Pengertian “wisatawan” menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisatan adalah : orang yang melakukan wisata; di mana “wisata”

sendiri mempunyai definisi berupa: kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang

atau sekelompok orang untuk mengunjungi destinasi pariwisata dalam jangka waktu

sementara. Wisatawan akan berkaitan langsung dengan komponen: kegiatan

perjalanan, tempat yang menjadi tujuan ataudestinasi, tujuan dari perjalanan, serta

jangka waktu perjalanan.

Wisatawan juga dapat digolongkan melalui segmentasi mereka. Segmentasi


secara sederhana sering dipahami sebagai pengelompokan atau pembagian dalam
kelompok-kelompok dengan kriteria yang lebih spesifik. Dalam konteks pariwisata,
wisatawan biasanya terbagi berdasarkan aspek geografis, demografis dan psikografis.
Berikut ini adalah pengelompokkan wisatawan menurut segmentasinya:

Segmentasi Geografis. Segmentasi wisatawan sering dilihat berdasarkan


tempat asal dari wisatawan tersebut. Batasan geografis biasanya berupa kota,
provinsi, negara, kawasan atau regional tertentu (seperti: kawasan Timur Tengah atau
Asia Tenggara), serta batasan benua. Pada praktiknya, pembagian wisatawan
berdasarkan geografis di Indonesia menjadi: wisatawan nusantara(atau: wisnus)dan
wisatawan mancanegara.

Segmentasi Demografis. Segmentasi demografis adalah pengelompokan


wisatawan berdasarkan aspek umur (biasanya terbagi atas remaja, usia menengah dan
usia lanjut), jenis kelamin (terbagi menjadi: laki-laki dan perempuan), jumlah anggota
keluarga (biasanya terbagi menjadi pasangan, keluarga kecil atau keluarga besar),
etnis, pendidikan (sering dibagi menjadi pendidikan dasar, menengah dan tinggi),
pendapatan (sering dikelompokkan menjadi pendapatan rendah, menengah dan
tinggi), serta agama. Pengelompokan wisatawan berdasarkan karakteristik
kependudukan tersebut akan berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan dan
kebutuhan dalam melakukanperjalanan.

Segmentasi Psikografis. Psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya


hidup dan kepribadian manusia. Kepribadian mencerminkan karakter, sifat dan citra
diri yang pada hakekatnya adalah kombinasi kompleks antara sikap terhadap diri
sendiri dan hal-hal yang mencerminkan peranan yang dibawa wisatawan dalam
lingkungan masyarakat yang dikunjungi. Sedang gaya hidup mencerminkan
bagaimana wisatawan menghabiskan waktu dan uang yang dinyatakan dalam
aktivitas-aktivitas, minat, dan opini-opini.

Dalam perkembangannya, segmentasi wisatawan juga dikelompokkan


berdasarkan “generasi” atau periode kelahiran yang mempunyai karakteristik perilaku
yang berbeda, yaitu: generasi baby boomers, X, Y, Z dan Alpha. Perencanaan
pariwisata sangat ini sudah banyak yang merespon atas permintaan atau kebutuhan
dari “generasi-generasi”tersebut. Berikut ini adalah pengelompokkan wisatawan
menurut generasi:

a.) Generasi Baby Boomers (Kelahiran Tahun 1946-1964)

Baby Boomers adalah mereka yang lahir setelah masa Perang Dunia II
atau sekitar tahun 1946 sampai 1964. Pada rentang waktu itu, banyak bangsa-
bangsa mengalami pertumbuhan kelahiran pesat setelah pulih dari kesulitan
masa perang. Generasi baby boomers turut menikmati kemakmuran di masa
hidup mereka dan saat ini, sebagian besar telah menikmati masa pensiun
mereka yang terjamin.

b.) Generasi X (Kelahiran Tahun 1965-1980)

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, mereka yang tergolong


dalam Generasi X cenderung lebih toleran terhadap perbedaan termasuk
dalam hal agama,kelas, ras, etnis, dan orientasi seksual. Saat ini, kebanyakan
paraGenerasi X tengah berada di puncak karir diusia 30-an akhir hingga 50
tahun.

c.) Generasi Y (Kelahiran Tahun 1981-1999)

Tumbuh besar seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat,


Generasi Y biasanya sangat fasih menggunakan internet serta perangkat
canggih. Generasi initerbiasa terkoneksi selama 24 jam sehari setiap hari,
melalui gadget yang beraneka macam termasuk smartphone, tablet, atau
laptop. Kebanyakan generasi Y adalah anak-anak dari generasi baby boomers.
Generasi Y sangat selektif dalam memilih pekerjaan, inovatif dalam urusan
dunia kerja atau bisnis dan kerap mengusahakan keseimbangan dalam bekerja.
d.) Generasi Z (Kelahiran 2000-2009)

Mereka yang lahir antaratahun 2000-2010 digolongkan sebagai Generasi


Z. Saat ini, mereka masih berusia remaja atau anak-anak. Karenaitu, masih
belum banyak yang bisa disimpulkan mengenai karakteristik khusus generasi
ini. Generasi ini tumbuh dengan berbagai kemudahan teknologi dan
ketersediaan akses ke dunia luar yang tak terbatas . Generasi ini akan
menghasilkan orang-orang yang menjadikan teknologi sebagai bagian yang
signifikan dalam gaya hidup mereka.

e.) Generasi Alpha (2010-...)

Setelah tahun 2010, mereka yang baru lahir disebut sebagai bagian dari
Generasi Alpha. Seperti pada Generasi Z yang lahir sebelumnya, mereka
sudah familiar dengan teknologi sejak usia sangat belia. Banyak dari mereka
sudah menggunakan smartphone sebelum lancar berjalan atau berbicara.
Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa generasi ini merupakan generasi
yang paling transformatif, terutama dalam hal penggunaan dan pengembangan
teknologi.

Dalam berwisata, motivasi merupakan faktor penting bagi wisatawan


sehingga memutuskan melakukan perjalanan ke suatu destinasi. Kajian pariwisata
sering membagi motivasi seseorang atau kelompok orang melakukan perjalanan
wisata menjadi motivasi fisiologis, motivasi budaya, motivasi interpersonal, serta
motivasi status sosial. Dalam praktiknya, motivasi wisata bisa disederhanakan
menjadi motivasi perjalanan dengan tujuan untuk bersenang-senang (sunlust), serta
keinginan untuk mendapatkan pengalaman berbeda pada tempat lain (wanderlust).

Wisatawan dengan motivasi budaya adalah wisatawan yang melakukan


perjalanan ke tempat lain untuk memuaskan rasa ingin tahu atas budaya, lingkungan
atau komunitas yang berbeda, unik dan bahkan otentik. Secara umum wisatawan
dengan motivasi budaya mempunyai keinginan untuk melakukan interaksi baik
dengan objek budaya atau dengan komunitas setempat tergantung dengan jadwal dan
waktu yang dimiliki. Interaksi yang terjadi akan mempengaruhi nilai-nilai budaya
(cultural values) yang didapat selama melakukan perjalanan ke suatu tempat. Nilai-
nilai budaya yang didapat sedikit banyak akan memberikan dampak positif bagi
wisatawan secara filosofis dan juga psikologis. Bagi wisatawan dengan motivasi
budaya, melakukan perjalanan wisata haruslahmenjadi perjalanan yang bermaknadan
tidak sekedar keluar dari rutinasi keseharian semata.

2.3 Memahami Produk-Produk dalam Obyek Wisata Sejarah dan Budaya

Produk wisata sejarahdan warisan budaya setidaknya mempunyai 4 (empat)


komponen, yaitu: (i) produk budaya, (ii) produk naratif, (iii) produk wisata, serta (iv)
produk destinasi. Komponenkomponen pembentuk tersebut saling berkaitan satu
sama lain secara komprehensif membentuk arsitektur produk pariwisata berbasis
budaya.

Produk budaya meliputi objek-objek sejarah dan warisan budaya yang


terindentifikasi, baik yang berupa objek-objek tangible (benda/berwujud) atau pun
intangible (takbenda/tak berwujud). Objek-objek sejarah dan warisan budaya yang
terpilih kemudian dikaitkan dengan signifikansi atau nilai-nilai penting warisan
budaya (bisa berupa nilai sejarah, spiritual, sains, estetika atau sosial). Objek-objek
sejarah dan warisan budaya yang mendapatkan signifikansi atau nilai-nilai penting
warisan budaya tersebut sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan dengan segmentasi
tertentu. Penentuan produk budaya tersebut akan mengacu terhadap peluang pasar
yang sedangberkembang dan/ataumempunyai permintaan khusus.

Produk naratif berupa interpretasi yang dikembangkan pada produk budaya


terpilih. Interpretasi tersebut meliputi “alur cerita” (story-line), serta “uraian cerita”
(story-telling). Alur cerita akan berkaitan dengan pola pergerakan wisatawan, sedang
uraian cerita akan mendukung dan/atau mengembangkan signifikansi atau nilai-nilai
penting warisan budaya yang menjadi daya tarik. Perumusan produk naratif ini akan
memperhatikan faktor pengalaman budaya yang diminati atauingin didapatkan oleh
wisatawan.

Produk wisata meliputi skenario perjalanan (yang terdiri atas “pola


perjalanan” atau travel pattern, “jalur warisan budaya” atau heritage trail, serta durasi
waktunya), pengemasan produk (dalam bentuk itinerary atau “rencana perjalanan”),
serta pembagian peran untuk memposisikan menjadi pelaku budaya dan pelaku
pariwisata. Pembuatan produk wisata akan mengacu pada aspek perjalanan terencana
yang menjadi bagian penting dari kegiatan yang dilakukan wisatawan.

Produk destinasi terdiri atas layanan pendukung (yang meliputi: aksesibilitas,


amenitas, serta infrastruktur pendukung) dan bentuk tata kelola wisata sejarah dan
warisan budaya yang diperlukan untuk pengembangan produk destinasi wisata berupa
forum pengelola dan rencana pengelolaannya. Pengembangan produk destinasi ini
aanmemperhatikanpermintaan ataukebutuhan layanan dukungan bagi wisatawan
selama mekakukan kegiatan wisata pada suatu destinasi wisata berbasis budaya.

a.) Produk Budaya

Produk budaya dipahami secara sederhana sebagai produk yang


dihasilkan dari suatu cara hidup yang berkembang –dan dimiliki bersama–
pada kelompok orang atau komunitas. Produk budaya tersebut diwariskan dari
generasi ke generasi yang pada kondisi tertentu akan menjadi identitas dari
komunitas tersebut.

Dalam konteks kebudayaan, produk budaya merupakan komponen yng


saling dipertukarkan oleh para pelaku budaya. Berbeda dalam relasi bisnis di
mana pertukaran produk itu berimplikasi pada keuntungan atau profit; di
mana dalam relasi budaya, pertukaran produk budaya didasarkan pada upaya
bersama untuk mendapatkan manfaat atau benefit bagi komunitas. Dalam
perspektif pertukaran budaya atau cultural exchange, ditegaskan bahwa nilai-
nilai budaya (cultural values) merupakan sesuatu yang dipertukarkan yang
didasarkan rasa salingpercaya (trust) dari dua pihak yang memiliki konteks
budaya yang berbeda. Tujuan dari pelaku budaya mempertukarkan produk
budaya tersebut adalah untuk melestarikan dan juga mempromosikan nilai-
nilai budaya yang ada pada produk budaya tertentu. Bisa dikatakan bahwa
produk budaya adalah komponen penting yang menghubungkan dua pihak
pelaku budaya pada ekosistem budaya.

b.) Produk Naratif

Nilai-nilai atau signifikansi warisan budaya dalam banyak kasus sering


tidak mudah terlihat. Hal tersebut kemudian harus dijelaskan dengan melalui
suatu interpretasi. Interpretasi akan mengkomunikasikan berbagai hal yang
penting tentang suatu tempat atau destinasi (interpretation of places).
Interpretasi dibutuhkan untukmenjelaskan bahwa objek atau tempatmungkin
memiliki berbagai nilai dan makna yang penting bagi orang-
orangyangberbeda.

Alur Cerita.Interpretasi disampaikan dalam bentuk alur cerita (story-


line) dan tuturan cerita (story-telling). Alur cerita (story-line) sering dipahami
sebagai deskripsi rinci yang menjelaskan suatu informasi atau cerita dalam
bentuk tahapan per tahapan, langkah demi langkah, panel demi panel, objek
demi objek, atau adegan demi adegan. Alur cerita (story-line) secara
sederhana dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu “pembuka” yang sering berupa
gambaran informasiawal,“inticerita”,serta “penutup” atau sering menjadi
kesimpulan.

Tuturan Cerita. Tuturan cerita atau story-telling adalah kemampuan


atau tehnik menjabarkan, mengkomunikasikan atau menceritakan kembali
beragam pesan, inti cerita atau informasi penting sesuai dengan urutan dalam
alur cerita (storyline). Dengan adanya tuturan cerita (story-telling) diharapkan
wisatawan bisa mendapatkan nilai-nilai, pemahaman, wawasan dan juga
pengalaman baru yang terkait dengan produk sejarah dan warisan budaya
yang ada pada suatu tempat secara lebih menarikdan menyenangkan.

Media Narasi. Penyampaian interpretasiatasnilaiatausignifikansi


warisan budaya dilakukan melalui penutur interpretasi, seperti: pemandu
wisatawan (tourist guide) atau individu yang mempunyai kemampuan sebagai
penutur cerita (story-teller); serta berupa panel interpretasi yang berupa
beberapa panel yang memuat uraian interpretasi dalam bentuk tuturan cerita
yang disusun pada alur cerita tertentu. Baik pemandu wisatawan dan panel
interpretasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari pola pergerakan wisatawan
pada suatu destinasi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk jejak warisan
budaya (heritage trail).

c.) Produk Wisata

Produk wisata berbasis sejarah dan warisan budaya bisa dipahami


sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh pelaku budaya dan pariwisata yang
ditawarkan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus untuk
melakukan perjalanan dari tempat asal ke destinasi tertentu dalam waktu
sementara dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman atas nilai-nilai
sejarah dan warisan budaya.

Wisatawan global masa kini ingin kembali melakukan berwisata


dengan konsep perjalanan (traveling) terutama yang berbentuk penjelajahan
(journey), petualangan (adventure) serta pencarian (discovery) yang tentu saja
dikemas dalam konteks kekinian. Wisatawan cenderung ingin melakukan
eksplorasi atas berbagai daya tarik untuk mendapatkan pengalaman
berinteraksi dalam bentuk skenario perjalanan secara terencana. Skenario
perjalanan yang menawarkan pergerakan sekuensial dari daya tarik satu ke
daya tarik yang lain merupakan inti dari pengembangan produk wisata sejarah
dan warisan budaya. Skenario perjalanan sering dijabarkan dalam bentuk pola
perjalanan (travel pattern), jalur warisan budaya (heritage trail), serta juga
durasi waktu (duration of time).

Travel Pattern . Pengertian dari pola perjalanan atau travel pattern adalah
model dan analisis atas beragam jalur pergerakan yang memungkinkan dilakukan
wisatawan pada suatu tempat atau antar tempat. Pola perjalanan ini bisa dilihat
sebagai upaya terencana untuk merangkai produk budaya dan produk naratif pada
suatu tempat untuk disajikan atau diakses oleh wisatawan. Suatu destinasi
mempunyai nilai penting dan cerita-cerita yang menarikyang terkait dengan produk
warisan budaya benda dan takbenda. Pergerakan wisatawan untuk mengakses atau
mendapatkan produk wisata sejarah dan warisan budaya tersebut difasiliitasi dengan
pola perjalanan (travel pattern) yang kemudian dirinci dalam bentuk yang spesifik
berupa jalurwarisan budaya (heritage trail).

Heritage Trail. Secara konseptual, jejak warisan budaya (heritage trail)


dipahami sebagai: suatu rute yang menghubungkan fitur-fitur bersejarah khususnya
direncanakan sebagai daya tarik wisata. Jejak warisan budaya (heritage trail) yang
terencana biasanya terdiri atas komponen takberwujud (intangible) dan juga berwujud
(tangible). Komponen takberwujud pada jejak warisan budaya (heritage trail) berupa
signifikansi warisan budaya, interpretasi, serta tuturan cerita (strory-telling) dan juga
alur cerita (storyline). Sedang komponen berwujud (tangible) adalah produk budaya
dan komponen fisik yang akan mendukung pergerakan pengunjung, seperti jalur
sirkulasi yang disesuaikan dengan pilihan moda, rambu pengarah dan penanda, panel
interpretasi, fasilitas untuk istirahat, fasilitas persampahan sertapada kasus tertentu
diperlukan toilet.

DurasiWaktu. Secara sederhana durasi waktu (duration of time) dipahami


sebagai lama waktu yang dimiliki wisatawan untuk melakukan perjalanan dan/atau
kegiatan wisata. Kisaran durasi waktu ini bisa dalam sekian jam atau sekian hari
untuk suatu produk wisata wisata tertentu. Lama durasi waktu dalam melakukan
perjalanan dan/atau kegiatan wisata akansangat berpengaruh pada penyusunan
rencana perjalanan (itinerary).

Hal terpenting lain dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya
adalah koordinasi antar para pengelola destinasi. Pada beberapa kasus, koordinasi
tersebut dipegang oleh institusi yang independen dan khusus mengelola jejak warisan
budaya (heritage trail) secara keseluruhan. Level koordinasi antar pengelola destinasi
pada jalur warisan budaya tidak hanya antar kabupaten/kota atau provinsi, tetapi bisa
juga antar negara. masingmasing pengelola destinasi akan mengelola daya tarik
wisata agar bisa diakses oleh wisatawan yang mempunyai motivasi terhadap tema-
tema khusus.

Pariwisata Indonesia memasuki babak baru di tahun 2017 dengan ditandai


dengan peluncuran strategi “Indonesia Incorporated” untuk semakin mendorong
pembangunan pariwisata Indonesia. Kunci dari “Indonesia Incorporated” adalah
collaborative governance, di mana setiap pemangku kepentingan yang terkait akan
berfokus pada tujuan tertentu, dapat saling bertukar informasi, berbagi sumber daya,
menjalankan peran masing-masing secara sinergi, serta berbagi risiko, tanggung
jawab, dan hanya dicapai jika terjadi komunikasi berkelanjutan yang berkualitas.

Kolaborasi dan sinergi menjadi penting untuk mencapai tujuan yang


diinginkan di masa mendatang –yaitu pariwisata sebagai tulang punggung
perekonomian Indonesia– karena seluruh program pembangunan yang dijalankan
masing-masing kementerian dan lembaga merupakan suatu sistem yang saling terkait
satusamalain.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai