Anda di halaman 1dari 17

46 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No.

1, Maret 2011

Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku) Jepang Terhadap


Nasionalisme Bangsa Jepang : Studi Tentang Politik Jepang
dari Zaman Edo (Feodal) Sampai Perang Dunia II
Yusy Widarahesty1*, Rindu Ayu2

Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110
No.Telp : 021.-7244456, Fax : 021-72792753, *email : idunk_de@yahoo.com

Abstract - Japan’s politics have experienced of menarik mempelajari latar belakang budaya dan
many growth and change at any given time in pola politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang yang
the past. And one of the salient themes which tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah
has emerged in the Japanese society in the bangsanya yang pernah mengalami masa politik
modern era is an emphasis on traditional values; isolasi yaitu sejak 1638 sampai 1863, yang juga
values such as perseverance, frugality, diligence, disebut dengan periode Tokugawa.
effort, family, sacrifice, the spirit of harmony, Selama lebih dari dua ratus tahun pada masa
and deference for the elderly. The problem is Edo, Jepang secara berturut-turut berada di bawah
that these traditional values be the important kepimimpinan keluarga Tokugawa. Pada periode
basis for Japanese principles in guiding ini juga Jepang menjalankan Politik sakoku atau
Japanese policy in World war era. The targets of isolasi. Politik sakoku adalah suatu kebijakan
this research itself are to show the influence of politik yang menutup diri dari intervensi asing
Japan’s political insulation in the feudal era dalam segala bidang.
(Edo) to Japan nation nationalism in World War Zaman Edo sendiri berlangsung dari 1603-1866,
I and II. This research includes qualitative dan politik isolasi mulai diberlakukan pada tahun
research with descriptive analysis. It also used 1633 yaitu pada masa kepemimpinan Tokugawa
political Theory abroad and nationalism. The Iemetsu (Shogun ke-3). Dalam ketetapannya Jepang
result from this analysis can be concluded that dilarang untuk berhubungan dengan dunia luar
the insulation politics during 250 year at period kecuali untuk pedagang Cina dan Belanda melalui
of Tokugawa (feudal) have given many influence pelabuhannya di Nagasaki dan Dezima. Pada saat
to forming of Japan society characters until menjalani masa politik isolasi ini masalah-masalah
modern era specially characters which forming hubungan luar negeri tidak diperhatikan oleh
Japan nation nationalism in a period of World Jepang, namun sebelumnya kontak-kontak penting
War I and II. This matter can be seen through antara Jepang dengan dunia luar terjadi untuk
various statement and also the reasons from all pertama kalinya pada abad ke 7 dan 9 antara tahun
of military elite, soldier until its society which 607-838, yaitu ketika pemerintahan Jepang
carrying many traditional reasons in the War melakukan upaya-upaya ambisius untuk
time. mempelajari dan menerapkan berbagai bidang ilmu
dari Negara Cina yang pada saat itu merupakan
Keyword - Insulation Politics, Feudalism, salah satu Negara yang telah mengalami kemajuan
Nationalism, World War I and II, Japan dalam bidang kebudayaan dan pengetahuan terlebih
dulu.1
Kegiatan hubungan luar negeri ini kemudian
I. PENDAHULUAN terputus berabad-abad sampai terjadinya dua
serangan yang gagal yang terjadi pada zaman
1.1 Latar Belakang Kamakura (yaitu zaman feudal awal yang terletak
di daerah Kamakura pada tahun 1192-1333), yang

S ebagai bangsa yang pernah memiliki sejarah


sebagai suku bangsa yang terisolasi, kemudian
berubah menjadi masyarakat industri terkemuka
menyerang wilayah Kyushu pada tahun 1274 dan

1
Prof. Dr. I Ketut Surajaya M.A, Pengantar Sejarah Jepang I,
yang paling berpengaruh, tentunya menjadi sangat Jakarta 2001
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 47

tahun 1281, oleh orang-orang Mongol yang saat itu mengganggu orientasi penyatuan negeri, dan
menguasai Cina oleh Kubilai Khan yang adanya kecurigaan Hideyoshi terhadap dominasi
mengorganisir pasukannya untuk menyerang orang-orang Eropa pada waktu itu.
kepulauan Jepang, Rusia dan sebagian Timur Setelah Hideyoshi berhasil menyatukan Jepang,
Tengah. Serbuan tersebut gagal dikarenakan kemudian muncullah penguasa baru dari keluarga
kondisi cuaca, yaitu terjadinya angin topan yang Tokugawa, yaitu Tokugawa Ieasu yang muncul
akhirnya dipercaya oleh orang Jepang sebagai sebagai penguasa baru setelah kemenangannya
Dewa Angin. Berdasarkan kepercayaan orang dalam perang Sekigahara mengalahkan keluarga
Jepang itulah akhirnya angin topan yang berhasil Mitsunari yang merupakan pendukung dari
menggagalkan serangan dari Kubilai Khan tersebut keluarga penguasa terdahulunya Toyotomi
disebut dengan Kamikaze atau angin suci.2 Hideyoshi pada tahun 1600. Dalam menjalankan
Pada zaman sesudahnya yang disebut dengan kebijakan pemerintahannya Ieasu memiliki
zaman Muromachi3, Jepang berhasil menguasai pandangan yang sama dengan pendahulunya
semua propinsi yang berada di Jepang Tengah. Hideyoshi mengenai pelarangan masuknya agama
Yaitu pada masa kepemimpinan Ashikaga Kristen, yang kemudian pada masa Tokugawa ini
Yoshimitsu yang berhasil mengadakan hubungan ditetapkan menjadi peraturan nasional pada tahun
dagang dengan kekuasaan dinasti Ming di Cina. 1612. Larangan agama ini kemudian disusul
Produksi dalam negeri menjadi meningkat dan dengan adanya pelarangan orang Jepang ke luar
terjadi perbaikan di sektor pertanian. Kemudian negeri pada tahun 1635. Kebijaksanaan lainnya
pada tahun 1542 datanglah untuk pertama kalinya yaitu mengetatkan pengawasan dagang dengan
para pedagang Portugis dan biarawan Jesuit di Negara lain pada tahun 1639. Bangsa Eropa yang
Kyushu. Mereka memperkenalkan dua hal baru diizinkan berdagang ke Jepang hanyalah orang
kepada masyarakat Jepang yaitu senjata dan agama Belanda melalui kantor dagangnya di Dezima dan
Kristen. Tokoh terkenal yang menjadi pelindung Nagasaki. Kebijaksanaan isolasi inilah yang
agama Kristen ini adalah Oda Nobunaga yang kemudian dikenal dengan nama Sakoku (Politik
merupakan pemimpin (Udaijin) pada zaman yang Isolasi).
dikenal dengan nama Azuchi Momoyama.4 Dengan mengamati perubahan dan
Perlindungan yang diberikan oleh oda nobunaga ini perkembangan dari perjalanan sejarah politik
tidak lain adalah karena Nobunaga ingin Jepang, khususnya di zaman Edo yaitu zaman
melancarkan hubungan perdagangan luar negerinya dimana Jepang menarik diri dari pergaulan
yang pada waktu itu didominasi oleh bangsa Eropa. internasional melalui politik isolasinya, maka
Setelah wafatnya Oda Nobunaga, sangat menarik untuk melihat bagaimana pengaruh
kepemimpinan digantikan oleh pengikut Oda yaitu dari masa isolasi tersebut terhadap rasa
Toyotomi Hideyoshi. Pada masa kepemimpinan nasionalisme bangsa Jepang khususnya sampai
Hideyoshi inilah penyebaran agama Kristen yang pecahnya Perang Dunia I dan II. Oleh sebab itu,
dibawa oleh bangsa Eropa dilarang. Menurut penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
Toyotomi kebijakannya tersebut diambil karena mengenai kebijakan-kebijakan politik isolasi
agama Kristen di Jepang dianggapnya telah Jepang pada masa Edo dan menganalisa
pengaruhnya terhadap rasa nasionalisme Jepang
2 pada masa berlangsungnya Perang Dunia.
Mengenai Kamikaze lihat; Rikihie, Inoguchi, Roger Pineau,
Kisah Para Pilot Kamikazze (Pasukan Udara Berani Mati
Jepang Pada Perang Dunia II), Komunitas Bambu, Depok, 1.2 Kerangka Dasar Pemikiran
2008, hal.17
3
Untuk meneliti pengaruh politik isolasi Jepang
Muromachi adalah zaman dengan sistem pemerintahan
militer kedua setelah Kamakura, nama ini diambil dari nama
terhadap nasionalisme bangsa Jepang, peneliti akan
markas besar di salah satu bagian kota Kyoto. Mengenai zaman menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri.
muromachi ini dapat dilihat di; John Whitney Hall, The Karena politik luar negeri suatu negara merupakan
Cambridge History of Japan (Volume 3 Medieval Japan), USA refleksi dari kepentingan yang ingin dicapai dari
Cambridge University Press, 2008, hal. 183 politik dalam negeri itu sendiri, sehingga keduanya
4
Azuchi Momoyama adalah Nama zaman yang diberikan akan saling berkaitan satu sama lain. Kebijakan luar
berdasarkan kastil yang dibangun oleh kedua tokoh pemimpin negeri menurut James N. Rosenau (2005:49) yaitu;
di masa itu, kastil Azuchi yang dibangun oleh Oda Nobunaga upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan
dan kastil Momoyama yang dibangun oleh Hideyoshi. aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh
Mengenai Azuchi Momoyama lihat; Kenneth G Henshall, A
History of Japan (From Stone Age to SuperPower, 2nd edition),
keuntungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri
Palgrave Macmillan, New York, 2004,hal.45 menurutnya diajukan untuk memelihara dan
48 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara. lebih tinggi lagi yaitu nilai persamaan baik itu dari
Menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan faktor geografi, etnis, ideologi dan sebagainya yang
luar negeri suatu negara maka kita akan memasuki menimbulkan identitas yang kuat.
fenomena yang luas dan kompleks, meliputi Di Eropa nasionalisme terjadi pada masa
kehidupan internal dan kebutuhan eksternal seperti peralihan dari masyarakat feodal menuju
aspirasi, atribut nasional, konflik, kapabilitas, masyarakat industri. Kekuasaan kaum feodal mulai
institusi dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk surut dan digantikan oleh para borjuis kota. Mereka
mencapai dan memelihara identitas nasional, tidak mau terikat dengan ketentuan-ketentuan
hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara dalam masyarakat agraris, tetapi mereka ingin
bangsa.5 bebas melakukan usaha, bersaing dan mencari
Pengertian dasar dari kata Politik itu sendiri keuntungan sebanyak mungkin. Di tengah-tengah
adalah; Bahasan dan generalisasi dari fenomena keadaan demikian itulah lahir nasionalisme Eropa
yang bersifat politik dengan kata lain politik adalah Barat. Nasionalisme ini tumbuh menjadi suatu
bahasan dan renungan atas;6 aliran yang penuh emosi dan sentimen sehingga
a) Tujuan dari kebijakan politik nasionalisme Barat melahirkan kolonialisme, yaitu
b) Cara-cara mencapai tujuan itu mencari jajahan di luar benuanya sendiri.7
c) Kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan- Ketika Jepang mengakhiri masa feodalnya
kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik dengan menghapuskan politik isolasi yang telah
yang tertentu berlangsung selama 250 tahun lamanya, rasa
d) Kewajiban-kewajiban (obligation) yang ketertinggalan dan cita-cita untuk menjadikan Asia
diakibatkan oleh tujuan politik itu. Timur Raya berada di bawah kepemimpinan kaisar
Jepang telah menjadi alasan utama yang
Sebagai upaya untuk mencapai dan memelihara menjadikan Jepang turut serta menjadi salah satu
identitas nasional yang kuat pemerintah suatu negara agresor, yaitu dengan upaya memperluas
negara akan berupaya melakukan berbagai cara wilayahnya sampai ke luar benuanya seperti yang
melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya agar telah dilakukakan oleh negara-negara Eropa.
tercipta dan tercapai dari apa yang menjadi tujuan Menurut Hans Kohn (2001:7-8), yang lebih
dan sasaran pemerintah tersebut. Dengan demikian cenderung mendefinisikan nasionalisme pada
kebijakan politik luar negeri suatu negara akan sentimen nasional mengatakan bahwa;
berpengaruh terhadap apa yang menjadi
kepentingan dan sasaran yang ingin dituju oleh ”a state of mind, permeating the large
pemerintah untuk mencapai kepentingan dalam majority of a people, and claiming to
negerinya. Pengaruh dalam Kamus Besar Bahasa permeate all its members; it recognises the
Indonesia, 2005: 849), merupakan daya yang ada nation state as the ideal form of political
atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut organisation and the nationality as the
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan source of all creative cultural energy and
seseorang. economic well being. The supreme loyality
Nasionalisme menurut menurut Erica Banner of man is therefore due to his nationality, as
(Nationalisme in Japan; 2006: 11) mempunyai arti his own life is supposedly rooted in and
sebagai sebuah kesamaan identitas nasional yang made possible by its welfare”.8
dimiliki oleh seluruh anggota masyarakat, sehingga
kesadaran nilai kesetiaan itu timbul karena adanya Berdasarkan hal tersebut ”Nasionalisme Jepang”
rasa persamaan satu sama lain. Selanjutnya Erica sering juga dianggap berada di bawah pengaruh
Banner juga menyatakan bahwa sebuah rasa bangsa Eropa yang pada masa Perang Dunia I dan
nasionalime tidak hanya dipersatukan oleh II melakukan kebijakan ekspansi, untuk itu
pemerintahannya, karakter-karakter yang menjadi identitas nasional yang dipengaruhi oleh pemikiran
simbol negaranya, kerajaan yang memimpinnya mengenai kesetiaan, patriotisme, dan bahkan sikap
tetapi nasionalisme menempatkan nilai yang jauh anti asing menjadi sebuah doktrin yang dilakukan
oleh pemerintah Jepang untuk melindungi
5
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, keamanan nasional bangsa Jepang pada waktu itu.
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm. 49 7
Prof. Dr. Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, Pustaka
6 Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001, hal. 6
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik; ( PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta,2005),hal.30 8
Ibid, hal.7 dan 8
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 49

Hal ini seperti terlihat dalam pernyataan Aizawa II. TINJAUAN PUSTAKA
Seishisai seorang penulis mengenai Cina klasik,
dalam pernyataannya dia menyatakan; 2.1 Kebijakan-kebijakan yang Berlaku Selama
Masa Isolasi Jepang
”The great powers dividing up the earth.
Today we find ourselves alone in a hostile Politik isolasi (sakoku) menurut Holsti
world; we defend a solitary castle under (1992:86) “adalah sebuah cara yang dilakukan
attack by enemies who erect fortresses along suatu negara untuk menutup diri dan berusaha
our borders....This is the world situation untuk tidak menarik perhatian luar demi
facing us today. We must adjust to it and melindungi kepentingan negaranya.” Politik luar
remaind flexible enough to deal with negeri dengan cara isolasi merupakan cara bertahan
constantly changing conditions. At home we yang dilakukan Jepang untuk membentuk
must set up adequate defenses; in foreign masyarakat Jepang agar memiliki kesetiaan yang
policy, we must counteract the enemy’s tinggi terhadap pemerintahan Jepang terutama
strategems in advance”9 Kaisar Jepang dan sebagai upaya pemerintah
Jepang dalam menjauhi pengaruh masyarakat
Kebijakan politik luar negeri yang diberlakukan Jepang dari dunia luar, sehingga membentuk
oleh penguasa Jepang untuk mencapai kepentingan Jepang menjadi negara feodalisme yang kuat.
dalam negerinya pada zaman Edo (masa feodalisme Berikut adalah kebijakan-kebijakan yang berlaku
Jepang) yaitu dengan memberlakukan kebijakan pada masa politik isolasi tersebut berlangsung;
politik isolasi atau sakoku. Sakoku berasal dari kata
’kusari’ : yang artinya rantai atau belenggu, dan 2.1.1 Para Daimyou (Pemimpin Daerah)
’kuni’ : yaitu negara. Dapat disimpulkan bahwa Secara spesifik kebijakan-kebijakan yang
sakoku merupakan masa membelenggu atau berlaku pada zaman Edo hampir sama seperti
merantai negara Jepang dari pengaruh bangsa lain kebijakan-kebijakan yang berlaku pada masa
yang diberlakukan pada masa pemerintahan Shogun pendahulunya yaitu institusi yang didirikan oleh
Tokugawa karena kekhawatirannya terhadap Oda dan diteruskan oleh Hideyoshi, tetapi
masuknya ajaran Kristen yang dibawa oleh para kemudian Ieasu menyusun kebijakan-kebijakan
pedagang, yang dinilai sebagai ancaman terhadap tersebut secara lebih sistematis dan menetapkan
persatuan negeri. Isi dari politik sakoku ini yaitu beberapa kebijakannya sebagai falsafah nasional.
melarang orang Jepang melakukan perjalanan ke Bagi Ieasu Kelangsungan hidup dari para daimyou
luar negeri dan melarang kapal asing memasuki ini merupakan hal yang penting untuk menjadi
wilayah Jepang. Kebijaksanaan ini diberlakukan perhatian utama, karena berdasarkan sejarah setiap
selama kira-kira 215 tahun sejak tahun 1639 hingga pemberontakan dan pertempuran yang terjadi pada
tahun 1854. Selama diberlakukannya politik sakoku masa-masa sebelumnya selalu melibatkan kekuatan
itu hanya kapal dari Belanda dan China yang dapat dari para daimyou. Dengan begitu Ieasu meminta
memasuki pelabuhan dagang Jepang di Nagasaki para daimyou untuk memberikan pengabdian penuh
dan Dezima. dan kesetiaan kepadanya. Ieasu melarang para
Kebijakan –kebijakan politik yang berlaku pada daimyou untuk membentuk aliansi antar
masa feodal ini memiliki keunikan yang tidak dapat sesamanya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
dipisahkan dari perkembangan politik luar negeri penghianatan ataupun penyerangan dari kelompok-
Jepang di masa sekarang. Dengan melihat sejarah kelompok yang ingin menyerangnya. Lebih jauh
politik bangsa Jepang di masa lalu maka akan lagi Ieasu memberikan kontrol penuh terhadap
mempermudah untuk memahami karakter dan setiap pernikahan para daimyou yang harus berada
budaya politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang dibawah persetujuannya. Dari kebijakannya ini
saat ini. Ieasu mencoba belajar dari kegagalan-kegagalan
yang telah dilalui oleh kedua pelopor sebelumnya.
Kemudian pada masa generasi Tokugawa ke-3,
Tokugawa Iemitsu membentuk badan pengawas
untuk mengawasi seluruh daimyou di seluruh
negeri yang disebut Mitsuke. Selain itu Iemitsu
juga mendirikan badan pengawas untuk mengawasi
9
kuil-kuil Buddha di seluruh negeri yang disebut
Erica Banner, Nationalism In Japan Edited by Naoko
Shimazu, “Japanese National Doctrines In International
Jishabugyou dan Kanjobugyou untuk mengawasi
Perspective”, Routledge, New York, 2006, hal.19 urusan tanah dan keuangan militer. Pada zaman
50 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

Edo sistem pemerintahan yang berlaku disebut 1. tidak ada seorang pun yang diijinkan untuk
dengan sistem bakuhan. Bakuhan adalah singakatan berpindah tempat tinggal
dari bakufu dan han, han yaitu sama dengan ke- 2. Semua kasus kriminal harus diadili dan
daimyou-an atau para pemimpin daerah yang dihukum.
bertugas untuk mengawasi daerah atau disebut juga 3. Semua pernikahan yang melibatkan daimyou
dengan sistem pemerintahan semi otonomi yang harus seijin Tokugawa.
bertugas mengawasi daerah administratif atau 4. Tidak diperbolehkan sama sekali membangun
propinsi. Pemerintahan bakufu (militer) bertindak kastil baru, dan bahkan untuk memperbaiki
sebagai pemerintah pusat. 10 kastil yang sudah ada harus seizin Tokugawa.
Pada zaman Edo, jumlah para daimyou berkisar 5. Apabila menemukan sebuah upaya konspirasi
antara 260-270 orang, para daimyou ini dibagi atas dari lapisan masyarakat manapun harus segera
tiga golongan oleh Tokugawa yaitu; Sinpan dilaporkan.
daimyou, yaitu para daimyou yang merupakan 6. Para daimyou harus mengikuti urutan
keturunan langsung dari keluarga Tokugawa; Fudai kepangkatan yang telah ditentukan.
daimyou, yang merupakan pengikut Ieasu yaitu 7. Para daimyou harus mengikuti atruran seragam
Tokugawa pertama; dan Tozama daimyou, yaitu yang telah ditentukan.
daimyou yang diangkat oleh Ieasu pada waktu
meletusnya perang Sekigahara. Untuk menghindari Selain peraturan-peraturan yang dibuat khusus
perebutan kekuasaan dan memperkuat pertahanan untuk mengawasi para pemimpin daerah tersebut,
Tokugawa menempatkan para daimyou yang paling untuk menghindari pemberontakan dan
setia di sekitar wilayah Edo, dan para daimyou memperketat pergerakan masyarakatnya Tokugawa
yang diragukan kesetiaanya ditempatkan di juga membuat beberapa peraturan yang berlaku
wilayah-wilayah yang letaknya agak jauh dari Edo untuk mengawasi seluruh populasi masyarakatnya.
seperti di Kyushu dan Hokkaido.11 Berikut adalah beberapa peraturan tersebut; 14
Peraturan lain yang ditetapkan untuk mengawasi 1. Memeriksa setiap perjalanan, dengan badan
gerak-gerik dari para pemimpin daerah ini adalah, administrative khusus dimana setiap penduduk
ditetapkannya peraturan Sankin kotai, yaitu wajib untuk memperlihatkan kartu izin
peraturan yang menetapkan bahwa para daimyou perjalanan kepada pihak setempat.
beserta anak dan istrinya harus menetap di Edo dan 2. Melarang masyarakat untuk pergi keluar pada
di daerah administratifnya secara bergiliran dalam larut malam tanpa tujuan yang jelas, khususnya
waktu satu tahun.12 Sementara daimyou pergi ke di tempat yang bukan wilayah tempat
daerah administratifnya anak dan istrinya harus tinggalnya.
menetap di Edo. Hal ini dilakukan agar pemerintah 3. Membentuk polisi rahasia untuk melaporkan
dapat mengontrol para daimyounya, dengan jalan atas pergerakan manapun yang mencurigakan.
ini maka tidak ada kesempatan bagi para daimyou
untuk menghimpun kekuatan ataupun melakukan 2.1.2 Kekaisaran
berbagai upaya untuk menggulingkan pemerintah Menurut sejarah, Jepang telah disatukan oleh
karena istri-istri dan anak-anak dari para daimyou kerajaan Yamato yang pemimpinnya dipercaya
tersebut berada dalam kendali pemerintah pusat di memiliki kekuatan magis sebagai keturunan dari
Edo. dewi matahari. Berdasarkan hal itulah kemudian
Berikut adalah beberapa point peraturan yang Jepang mengawali masa pemrintahannya sebagai
diberlakukan pada masa politik isolasi berlangsung; Negara monarki yang berturut-turut di pimpin oleh
13
seorang kaisar dari tahun 250 sampai 1185. Namun
pada kenyataannya peran dan fungsi kaisar sebagai
penguasa pada zaman monarki ini mengalami
10
Andrew Gordon, A Modern History of Japan: From pasang surut dan berbagai kendala, baik dari pihak
Tokugawa Times to The Present, Oxford University Press, bangsawan maupun para pendeta Buddha yang
2003. hal. 13 pada waktu itu sedang gencar-gencarnya
11
mempelajari berbagai ilmu dari Cina dan berusaha
Ryuugakusei no Tameno Nihonshi (Japanese History An
Introductory Text, Tokyo gaikugodaigaku (Tokyo University
menerapkannya dalam berbagai bidang. Dan ketika
of Foreign Studies) 2004, hal.88 memasuki zaman feudal peran dari kaisar pun
semakin terabaikan, sehingga berbagai cara dan
12
Loc. cit.
13 14
Kenneth G. Henshall, op. cit. hal. 53 Ibid. hal. 55
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 51

upaya dilakukan dari pihak istana untuk terus pemerintah sesuai jumlah yang sudah ditentukan
berusaha mengembalikan wewenang dan kekuasaan oleh pemerintah.17
ke tangan kaisar. Tujuan utama ditetapkannya sistem pelapisan
Pada zaman Edo ini untuk menghindari berbagai sosial yang ketat ini ialah untuk melaksanakan
upaya pemberontakan yang mungkin dapat pengawasan feudal militer secara ketat. Seseorang
dilakukan baik dari pihak istana maupun dari tidak diperbolehkan menukar status kelasnya,
kalangan pendukung kaisar, maka pihak pemerintah sehingga sistem pelapisan sosial ini berlaku secara
mengeluarkan peraturan lain tentang pengaturan turun temurun. Seseorang juga dilarang melakukan
istana Kyoto. Peraturan yang dikeluarkan oleh perkawinan campuran, sehingga diskriminasi sosial
Tokugawa ke-2, Hidetada ini dikenal dengan nama sangat tajam di masyarakat Tokugawa ini.
Kinchu Narabaini Kuge Shohatto. Isi dari peraturan Michael Yoshino (1971), yang telah dikutip
ini diantaranya adalah ketidakbolehan kaisar untuk kembali oleh Iwan Setiawan S (2004; 99) di dalam
melibatkan diri dalam kehidupan politik dan pernyataannya menjelaskan bahwa;
tugasnya adalah memperdalam ilmu dan
kebudayaan Jepang; dan kenaikan pangkat para “Tokugawa feudalism was known as central
bangsawan istana harus atas ijin bakufu; para feudalism in that the regime ruled the nation
pemimpin daerah dilarang memasuki atau through nearly three hundred regional lords
menghadap langsung kaisar di istana Kyoto, agar who in turn, commanded their own retainers
kaisar tidak berkomplot dengan para pemimpin and commoners. The Tokugawa regime
daerah.15 firmly controlled these feudal fiefdoms
through a skill full doling out of awards and
2.1.3 Sistem Pelapisan Sosial punishments and a clever application of
Seperti kebijakan yang berlaku pada masa rigid, detailed and elaborate devices for
pendahulunya yaitu Oda dan Toyotomi, sistem control. Of all the ingenious devices
pelapisan yang telah dicanangkan oleh kedua employed by the Shogunate perhaps none
pendahulunya tersebut pada zaman Edo diketatkan was more important than its attempt to
kembali. Masyarakat dibagi menjadi empat kelas freeze the society into a legally immutable
sosial, yang disebut dengan Shinokosho16 yang class structure by classifying the entire
merupakan singkatan dari shi artinya bushi atau populace into the rigid heredity hierarchy of
militer, noo artinya noomin atau petani, Koo artinya statuses. Below the imperial household and
koosakunin atau tukang, dan sho artinya shonin court nobles, four classes were established
atau pedagang. Dan dibawah kelas ini disebut in the following status order; warriors,
dengan eta dan hinin yang dianggap sebagai kelas farmers, artisan, merchants. “
terendah yang mungkin dapat disamakan dengan
kaum budak. 2.1.4 Ideologi masyarakat Tokugawa
Kelas militer juga dibagi menjadi tiga kelas; Pada masa Tokugawa Bentuk feodalisme yang
shogun yang merupakan kelas militer teratas; berhasil diterapkan pemerintah Jepang ini
lapisan berikutnya gokenin; kemudian kelas dibuktikan dengan dibuatnya “falsafah nasional”
dibawahnya disebut Asigaru. Kemudian untuk bangsa Jepang yang digunakan sebagai pegangan
kelas petani dibagi menjadi dua lapisan yaitu; tuan hidup yang dalam bahasa Jepangnya disebut
tanah yang memiliki tanah luas sendiri dan kelas “kokutai no honggi” (prinsip dasar negara), dimana
petani penyakap, termasuk petani miskin atau prinsip tersebut menempatkan Kaisar sebagai
buruh tani. Seperangkat peraturan juga dikeluarkan penguasa negara yang merupakan keturunan
untuk kelas petani. Yaitu para petani dilarang langsung dari Amaterasu (Dewa). 18
berpindah tempat tinggal; dilarang menjual ladang Selain dari pada itu pada era Tokugawa ini,
atau sawahnya, dilarang pindah pekerjaan, dilarang pemikiran-pemikiran konfusianisme disusun secara
menanami ladang dan sawahnya dengan tanaman- sistematis dan kemudian diadopsi menjadi ajaran
tanaman lain kecuali yang sudah ditentukan oleh dasar dalam menyelesaikan permasalahan politik
pemerintah, wajib menyetor pajak kepada dan juga sosial yang dihadapi bangsa Jepang.
Murayama (1982: 108), mengatakan bahwa pada

15 17
Andrew Gordon, op. cit. hal. 14 Ryuugakuseino tameno nihonshi, op. cit. hal.89
16 18
Ibid. hal.16 Abdul Irsan, Budaya dan perilaku politik Jepang di Asia,
2007, hal. 47
52 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

masa Tokugawa pemerintah Jepang Dengan demikian nilai-nilai Bushido yang


memberlakukan doktrin keseimbangan yang dipegang oleh kaum samurai dipengaruhi oleh
bersumber dari ajaran konfusianisme, doktrin ini ajaran Budha dan konfusianisme yang
memberlakukan hal-hal yang menyangkut dikembangkan ke seluruh lapisan masyarakat pada
kehidupan berbangsa dan bernegara yang isinya masa Shogun Tokugawa. Konfusianisme di Jepang
antara lain: itu dikembangkan untuk memperkuat posisi
1. Kepentingan pemerintah harus ditempatkan di Shogun dalam masyarakat militer, maka ciri khas
atas kepentingan pribadi, sehingga rakyat harus konfusianisme Jepang adalah sifat nasionalisnya.
bersedia untuk berkorban demi kepentingan Pada masa isolasi (sakoku) konfusianisme
nasional; merupakan ajaran pokok yang mempertebal etos
2. Pemerintah selalu berada pada posisi yang ”Nasionalisme Jepang”. Kelas samurai secara
lebih tinggi dari pada kedudukan individu. sangat sadar dipandang sebagai perwujudan dan
Sehingga jika rakyat ingin maju harus patuh penjaga moralitas. Tokugawa Mitsukuni, seorang
dan mengikuti peraturan pemerintah; pangeran ketiga dari Mito, menulis perintah untuk
3. Pemerintah adalah abdi masyarakat. Apabila para pengikutnya yang isinya adalah sebagai
rakyat menghadapi kesulitan dan memerlukan berikut,
bantuan pemerintah, agar disampaikan secara
langsung, jelas dan santun; ”what, then, the use of the (shi), or
4. Kebijakan pemerintah dibuat untuk (samurai) class? Its only business is to
menciptakan iklim pemerintahan yang preserve, or maintain giri, the people of the
harmonis. Untuk itu setiap individu masyarakat other classes deal with visible things, while
harus menyesuaikan dirinya dengan kebijakan the samurai deal with invisible, colorless,
pemerintah; unsubstantial things...., if there were no
5. Doktrin kesetiaan tidak hanya dipatuhi dan samurai, right (giri) would disappear from
berlaku bagi para samurai, pejabat dan pegawai human society, the sense of shame will be
pemerintah, tetapi juga bagi rakyat secara lost, and wrong and injustice would
keseluruhan. prevail.”19

Ajaran konfusianisme tersebut yang kemudian Dan menurut Kawakamu Tasuke ”Bushido”
melandasi kesetiaan masyarakat Jepang terhadap yang pada awalnya berkembang dari kebutuhan-
pemerintah Jepang, dan doktrin ini dianggap telah kebutuhan praktis para prajurit, selanjutnya
berperan dalam membentuk karakter masyarakat dipopulerkan oleh ide-ide moral konfusius tidak
Jepang dalam membangun pertahanan diri yang hanya sebagai moralitas kelas prajurit tetapi juga
kuat dan juga sangat efektif untuk menjaga sebagai landasan moral nasional”. Bushido juga
kelangsungan kekuasaan pemerintah Jepang. merupakan rangkuman nilai-nilai dasar orang
Doktrin tersebut juga dilengkapi dengan etika Jepang dan juga karena baik pada masa Tokugawa
samurai (Bushido) yang didalamnya terkandung maupun zaman modern etika Bushido paling tidak
nilai; kesetiaan, rela berkorban, disiplin, jujur dan sebagian besar darinya telah menjadi etika nasional.
pantang menyerah. Berikut adalah pernyataan Kawakamu Tasuke,
Menurut Yamaga Soko (Kenneth G Henshall: mengenai Bushido sebagai etika moral;
2004:61) seorang penulis dari karya Hagakure (in
the shadow of leaves) pada tahun 1716, dan Gorin ”Bushido which had originally developed
no Sho (the five rings) pada tahun 1643. yang from the practical necesities warriors, come
dalam setiap tulisannya menekankan pentingnya to be popularizedby confucian moral ideas,
pilosopy dari Bushido yang merupakan aspek not only as the morality of the warrior class
terpenting yang harus dimiliki oleh seorang but as the cornerstone of national morals.”20
samurai (prajurit) mengatakan;
Kemudian Micheal Y. Yoshino dalam Japan’s
”Confucianists were very much concerned Managerial System (1971), yang telah di kutip
with knowing one’s place, honouring
relationship, respecting order, and doing 19
Robert N.Bellah, Tokugawa Relegion (The Culture Roots of
one’s duty. Because of this values, Modern Japan), Collier Macmillan Publishers, London, 1985.
Confucianism was revived and promoted by hal.90
the Tokugawa shogunate.” 20
Loc. cit.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 53

kembali oleh Iwan Setiawan S. Juga Menyatakan mengenai nilai-nilai kesetiaan pada kaisar atau
bahwa; pemimpin dan hormat pada arwah leluhur.23
Mengenai rasa kesetiaan yang berkaitan erat
”in traditional Japanese society, Bushido dengan ketaatan kepada orang tua dan kaisarnya
was tremendously important, not only dapat dilihat dalam pernyataan dari Mitsukuni-
because it served as the offocial code of sama berikut ini:
ethics for the samurai class, but also
because it became the ethic of the entire ”Setiap orang menyadari bahwa orang yang
Tokugawa society.”21 tidak tahu membalas budi kepada orang
tuanya juga akan abai terhadap kepentingan
Dengan diberlakukannya etika Bushido sebagai pangerannya (kaisar), bahkan terhadap
moral bangsa bagi seluruh lapisan masyarakat, kemanusiaan, dan jelas ia bukan samurai
maka pemerintahan keluarga Tokugawa pada masa yang terhormat.”24
Edo ini berharap bahwa hal tersebut dapat
membentuk karakter bangsa Jepang dengan sistem Ajaran yang terkandung dalam ”jalan samurai”
feodal yang kuat sehingga kelangsungan yaitu selaras dengan pengabdian tanpa pamrih,
kekuasaannya dapat bertahan lama. yang diketahui merupakan kewajiban tertinggi.
Nilai-nilai Bushido tersebut antara lain Yang didalamnya menekankan kesetiaan dan
mencakup, Keberanian. Keberanian ini dapat ketaatan kepada leluhur dan orang tua, serta
dilihat dari sikap orang Jepang dalam pengabdian tanpa pamrih kepada atasan. Pada masa
mempertahankan kelompoknya (pengaruh “sistem isolasi ini, ideologi Bushido sudah menjadi ajaran
ie”)22. Berdasarkan sistem tersebut orang Jepang moral bagi seluruh anggota masyarakatnya,
bahkan bersedia mati untuk membela sehingga tentunya dengan diberlakukannya hal
kelompoknya. Selain itu di dalam etika prajurit tersebut sangat memudahkan Shogun Tokugawa
(Bushido) juga mengandung nilai-nilai seperti; dalam menjalankan pemerintahannya agar sesuai
Ketabahan hati, Setia pada tugas dan sumpah, dengan harapannya.
Memegang teguh janji kehormatan,Tidak mengenal Berikut adalah sebagaian kutipan dari hagakure
takut dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, (in the shadow of leaves), yaitu suatu lambang
Rela menjalani hukuman mati secara mulia patriotisme Bushido;
(seppuku atau harakiri). Sikap ini sangat terkait
dengan nilai-nilai Bushido lainnya. Apabila pada ”dimana pun kita berada, jauh di curuk
suatu ketika dimana orang Jepang merasa tugas gunung atau terkubur dalam di bawah tanah,
yang dijalankannya gagal, ia merasa bertanggung kapan saja atau di mana saja, kewajiban kita
jawab dan sangat malu. Sebagai konsekuensinya, ia adalah menjaga kepentingan pangeran kita.
rela menjalani hukuman mati dengan melakukan Ini adalah kewajiban setiap laki-laki. Ini
seppuku atau harakiri demi menjaga nama baik adalah tulang punggung kepercayaan kita,
dirinya dan lembaga tempatnya mengabdi. Ia lebih tak akan pernah berubah dan selamanya
memilih mati, karena masyarakat Jepang benar. Tidak pernah dalam hidupku aku
menganggap mati lebih terhormat daripada hidup menempatkan pikiranku sendiri di atas
menanggung malu. Selain daripada ideologi pikiran pangeran dan junjunganku. Dan aku
konfusianisme, dan etika Bushido, ajaran tidak akan pernah melakukannya di
Shintoisme juga merupakan ajaran tradisional sepanjang hari dalam hidupku. Bahkan kalau
Jepang yang didalamnya banyak mengajarkan aku mati aku akan kembali hidup tujuh kali
untuk menjaga rumah tinggal pangeranku”

21
Iwan Setiawan S, Konsensus Nemawashi dan Ringi (Budaya
Manajemen Jepang Membangun Produktivitas Kerja), PT.
Elex Media Computindo, Jakarta, 2004. hal.98
22
System “ie” adalah sistem keluarga tradisional Jepang yang
tidak hanya mengatur keluarga tetapi kelompok atau golongan
dalam masyarakat tertentu. Mengenai sistem “ie” lihat 23
Matsumae Takeshi and Sonoda Koyu, The Cambridge
Disertasi Ekayani R.M Manulang Tobing. Konsep keluarga History of Japan Volume I,Cambridge University Press, New
Jepang Dewasa ini; suatu kajian tentang pelestarian dan York, 2008, 328-388
Perubahan dalam Sistem Keluarga Jepang. Program
Pascasarjana Universitas Indonesia.1999 24
Robert N.Bellah, op. cit. hal. 93
54 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

”kita telah bersumpah untuk melakkan 4 hal, a) Gimu : yaitu pembayaran kembali yang
yaitu; maksimalpun dari kewajiban ini dianggap
1. kita tidak akan pernah kalah dengan belum cukup, dan tidak ada batas waktu
siapapun dalam pelaksanaan kewajiban pembayarannya. Contohnya yaitu;
kita. - Chu: kewajiban kepada kaisar, hukum,
2. kita akan membuat diri kita berguna dan negara.
bagi pangeran kita. - Ko: kewajiban terhadap orang tua dan
3. kita akan patuh kepada orang tua kita. nenek moyang
4. kita akan mencapai kejayaan dalam - Nimmu: kewajiban terhadap pekerjaan
derma. ”25 seseorang.
b) Giri : utang-utang ini wajib di bayar dalam
Didalam ajaran konfusianisme yang didalamnya jumlah yang tepat sama dengan kebaikan
terkandung pola hubungan yang bersifat hirarki, yang diterima, dan ada batas waktu
dan tata cara hidup seorang samurai terdapat ajaran pembayarannya. Contohnya yaitu;
yang dikenal bagi seluruh masyarakat Jepang yaitu - giri terhadap dunia yang meliputi;
”ON” yang artinya bisa diartikan sebagai hutang,  kewajiban terhadap tuan pelindung
beban yang dipikul, atau kewajiban. Bagi orang  kewajiban terhadap sanak keluarga
Jepang kehidupan-kehidupan yang mereka terima  kewajiban terhadap yang bukan
baik besar ataupun kecil, sangat mustahil dapat keluarga.
mereka terima tanpa menyadari bahwa keuntungan- - giri terhadap nama seseorang, yaitu
keuntungan yang telah mereka terima ini kewajiban seseorang untuk
merupakan hutang yang diperolehnya secara pasif. ”membersihkan” namanya dari
Dalam sejarah Jepang orang yang paling utama penghinaan atau tuduhan atas kegagalan.
di antara sesamanya ini, kepada siapa seseorang  Kewajiban seseorang untuk tidak
berutang, adalah kepada atasan tertinggi dalam menunjukan kegagalan atau
lingkup kehidupannya. Ketika pada zaman Edo ketidaktahuannya dalam
berlangsung ruang ini ditempati oleh penguasa melaksanakan tugas.
tertinggi Jepang yaitu Shogun. Yang kemudian  Kewajiban seseorang untuk
pada masa Perang Dunia berlangsung diduduki oleh mengindahkan sopan santun Jepang.
kaisar.26
Ruth Benedict dalam, Pedang Samurai dan Kewajiban-kewajiban tersebut telah melekat
Bunga Seruni (1982:125) memaparkan skema bagi seluruh lapisan masyarakat Jepang pada zaman
kewajiban-kewajiban bangsa Jepang dan Edo Tokugawa berlangsung. Pemahaman
pemenuhannya sebagai berikut; masyarakat Jepang dalam pemenuhan kewajiban-
1. On: kewajiban-kewajiban yang timbul secara kewajibannya tersebutlah yang telah berhasil
pasif. Artinya on adalah kewajiban yang harus mewujudkan kepentingan shogun Tokugawa dalam
dipenuhi oleh si penerima yang pasif. memelihara kekuasaannya. Hal ini mempermudah
Contohnya; pemerintah dalam upaya mewujudkan masyarakat
a) ko on: on yang diterima dari kaisar. feodal Jepang yang tak terganggu selama 250 tahun
b) oya on : on yang diterima dari orang tua. lebih.
c) nushi no on : on yang diterima dari majikan Berikut adalah beberapa point dari
atau tuan. perkembangan selama pemerintahan Tokugawa
d) shi no on : on yang diterima dari guru dan nilai-nilai yang berlaku selama masa isolasi
e) dan on yang diterima dalam semua berlangsung.
hubungan dengan orang lain selama hidup si
penerima. Tabel 1. Kunci Perkembangan Pada Periode Tokugawa
2. pemenuhan on. Yaitu membayar kembali utang- Perkembangan Perkiraan Waktu
utang ini; atau memenuhi kewajiban-kewajiban Pendirian kembali sistem
dimulai abad ke-17
ini terhadap orang yang memberinya ”on”. Ada keshogunan
dua jenis pembayaran on. Pengusiran orang Asing, dan Awal-Pertengahan abad
penindasan Agama Kristen ke 17
Kebijakan Shogun dalam
Pertengahan abad ke-17
mengendalikan semua wilayah
25
Ibid. hal 91 Peran samurai berubah menjadi Dari pertengahan abad
26
Ruth Benedict, Pedang Samurai dan Bunga Seruni, Sinar Harapan, birokrat ke-17
Jakata, 1982. hal. 107
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 55

Perkembangan budaya borjuis Dari pertengahan abad Adapun beberapa dampak yang diakibatkan
baru ke-17 dengan diberlakukannya masa isolasi pada era
Pengembangan nilai
nasionalisme berdasarkan Dari awal abad ke -18
Tokugawa ini adalah;
Shinto 1. munculnya masa genroku, yaitu kegemilangan
Menghapus tingkat populasi, dalam karya sastra dan budaya Jepang.
Dari awal abad ke -18
ekonomi berhasil dengan baik 2. angka produksi meningkat melebihi angka
Dari pertengahan abad populasi.
Penyebaran pendidikan
ke-18
3. kebutuhan akan beras yang meningkat
Orang Asing mulai
Dari akhir abad ke-18 menimbulkan munculnya tempat peminjaman
”mengganggu” lagi
Peningkatan ketidakpuasan
uang yang akhirnya mengakibatkan
Dari awal abad ke -19 perekonomian yang tidak stabil.
rakyat terhadap Shogun
Orang Asing kembali menekan, 4. stabilitas nasional berada dalam keadaan yang
pembukaan negeri Jepang Dari tahun 1850 damai dan aman, karena faktor struktur politik
merasa dipermalukan yang dikendalikan penuh melalui politik
Samurai-samurai dari daerah isolasi.
Dari awal tahun 1800
luar menantang Shogun 5. pembagian kelas sosial yang dibentuk telah
Keshogunan yang dirobohkan,
dan pengembalian kekuasaan Akhir tahun 1860
membantu mempertahankan kelangsungan
kepada kaisar kekuasaan dari para samurai dan pemerintah.27
Sumber; A History of Japan From Stone Age To Superpower
(2004;21) 2.2 Definisi Operasional

Tabel 2. Kunci Nilai-Nilai dan Praktek Pada Periode Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas,
Tokugawa maka penulis akan menguaraikan arti istilah-istilah
Penyebaran dan penyesuaian nilai-nilai tradisional yang terdapat dalam judul penelitian ini. Definisi
Penyebaran kepatuhan keseluruh lapisan dengan operasional sebagai berikut:
gagasan ”kebebasan yang tidak melewati batas”
Tabel 3 Definisi Operasional
”secara moral kebebasan seks diperlonggar”
Makna
Defenisi Operasional
Pemberlakuan tanggung jawab kolektif dan tanggung Kata
jawab yang dipaksakan melalui pemberian hukuman Daya yang ada atau timbul dari sesuatu
yang berat. Pengaruh (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Kehati-hatian terhadap Orang Asing, melalui Adalah suatu cara atau upaya diamana
pembentukan gagasan penguatan kelompok dalam bahasan dan generalisasi dari fenomena yang
dan kelompok luar. bersifat politik dengan kata lain politik adalah
bahasan dan renungan atas;
Kegelimangan ekonomi, khususnya dikalangan a) Tujuan dari kebijakan politik
petani. Politik b) Cara-cara mencapai tujuan itu
Paham materialisme diantara banyak kalangan bukan c) Kemungkinan-kemungkinan dan
samurai. kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan
oleh situasi politik yang tertentu
Melanjutkan pandangan hidup dengan cara yang d) Kewajiban-kewajiban (obligation) yang
relatif murah. diakibatkan oleh tujuan politik itu.
Penghargaan tinggi terhadap pendidikan. ”dari kata ’kusari’ : yang artinya rantai atau
belenggu, dan ’kuni’ : yaitu negara. Dapat
Kebangkitan kembali ilmu konfusianisme yang disimpulkan bahwa sakoku merupakan masa
”dijepangkan”. membelenggu atau merantai negara Jepang
dari pengaruh bangsa lain yang diberlakukan
Mengidealisasikan tata cara samurai sebagai pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa
pegangan hidup. karena kekhawatirannya terhadap masuknya
Memperkuat rasa nasionalisme dengan gagasan Sakoku ajaran Kristen yang dibawa oleh para
pedagang, yang dinilai sebagai ancaman
pemberian perbedaan yang kuat antara Jepang
terhadap persatuan negeri. Isi dari politik
dengan dunia yang lainnya. sakoku ini yaitu melarang orang Jepang
Perasaan dipermalukan oleh kekuatan Barat. melakukan perjalanan ke luar negeri dan
melarang kapal asing memasuki wilayah
Sumber; A History of Japan from Stone Age To Superpower Jepang. Kebijaksanaan ini diberlakukan
(2004: 72) selama kira-kira 215 tahun sejak tahun 1639

27
Kenneth G. Henshall, op. cit. hal. 65
56 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

hingga tahun 1854. Selama diberlakukannya kemudian mereformasi sistem yang ada sesuai
politik sakoku itu hanya kapal dari Belanda dengan perkembangan dunia melalui perbaikan
dan China yang dapat memasuki pelabuhan
dagang Jepang di Nagasaki dan Dezima. struktur politik, ekonomi, dan pendidikan di era
Sebuah cara yang dilakukan suatu negara Meiji, sesuai dengan pemikiran Jepang tentang
Isolasi
untuk menutup diri dan berusaha untuk tidak konsep hirarki yang sudah tertanam pada masa Edo,
menarik perhatian luar demi melindungi maka alasan Jepang ketika melakukan agresi
kepentingan negaranya. kepada Cina adalah bahwa Jepang merasa perlu
Sebuah kesamaan identitas nasional yang
dimiliki oleh seluruh anggota masyarakat, menyelamatkan negara tetangganya Cina yang
sehingga kesadaran nilai kesetiaan itu timbul dianggapnya perlu diselamatkan.
karena adanya rasa persamaan satu sama lain. Selain pola hirarki yang tertanam puluhan tahun,
sebuah rasa nasionalime tidak hanya kepercayaan tradisional tentang kesetiaan terhadap
dipersatukan oleh pemerintahannya, karakter-
Nasionalisme karakter yang menjadi simbol negaranya,
kaisar juga menjadi hal yang paling sering
kerajaan yang memimpinnya tetapi dijadikan slogan sebagai alasan Jepang melakukan
nasionalisme menempatkan nilai yang jauh perang. Pada tahun 1930-an Jenderal Araki,
lebih tinggi lagi yaitu nilai persamaan baik itu seorang militer fanatik dan mantan menteri
dari faktor geografi, etnis, ideologi dan Peperangan, menulis dalam selebaran yang
sebagainya yang menimbulkan identitas yang
kuat. ditujukan kepada ”seluruh ras Jepang” yang isinya;

”bahwa misi Jepang yang sebenarnya adalah


III. PEMBAHASAN untuk menyebarkan memuliakan jalan
kekaisaran sampai ke ujung empat lautan.
Menurut hirata Atsusane dalam A History of Kurangnya kekuatan tidak perlu
Japan (2004: 63) mengatakan bahwa, perasaan dicemaskan. Mengapa kita harus
superior yang diajarkan dalam Shinto dan etika menghawatirkan hal-hal yang sifatnya
Bushido telah menjadi bagian yang menginspirasi materi?.”29
semangat nasionalisme dan imperialisme bangsa
Jepang di masa modern. Dalam penjelasannya Dan hal tersebut juga dapat dilihat dalam
Hirata menyatakan bahwa; pernyataan dari Perdana Menteri Jepang Jenderal
Hideki Tojo pada bulan Juli 1943 yang
”The idealisation of the way of the samurai, menyatakan;
the revival of Confucianism, the spread of
education, and the emergence of nationalism ”dengan kepercayaan dan keyakinan
were all to play a part in the formation of kerajaan Dai Nippon menebalkan ketetapan
modern Japan.” hatinya dalam melaksanakan peperangan
Asia Timur Raya untuk menghancur-
Dengan demikian menarik untuk diamati adalah luluhkan Amerika, Inggris dan Belanda.” 30
ketika perang berlangsung cara-cara yang dipakai
setiap negara dalam menghadapi perang dan dalam Kemudian pada hari ketika terjadinya serangan
melakukan agresinya tentu mempunyai atas Pearl Harbour, Duta-duta Jepang juga
latarbelakang yang berbeda dengan negara-negara menyerahkan pernyataan yang tegas kepada
lainnya baik dari segi tujuan maupun alasan. Sekretaris Negara Amerika Cordell Hull yang
Bagi Jepang sendiri sebagai bangsa yang isinya adalah;
tumbuh dengan sistem feodalisme, yang
menekankan akan pola hirarki, Jepang memiliki ”kebijaksanaan pemerintah Jepang yang
pandangan perlu untuk melakukan perjuangan tidak dapat diubah adalah untuk
dalam memantapkan sistem hirarki dimana menurut memungkinkan setiap negara menempati
pandangan bangsa Jepang merupakan suatu tempatnya yang sesuai di dunia...Pemerintah
keharusan bahwa setiap manusia ”harus mengambil Jepang tidak dapat mentolerir
tempat yang sesuai bagi masing-masing”.28 Setelah berlangsungnya keadaan sekarang ini karena
mencapai perjalanan yang panjang untuk mencapai bertentangan langsung dengan
kesatuan dan perdamaian dalam negerinya selama 29
Ibid. hal. 30
masa Tokugawa melalui politik isolasinya,
30
P.K. Ojong, Perang Pasifik, PT. Kompas Media Nusantara,
28
Ruth Benedict, op. cit. hal.29 Jakarta, 2006,hal.1
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 57

kebijaksanaan dasar Pemerintah Jepang Thus, founded on this great principle, all the
yaitu untuk memungkinkan setiap negara people, united as one great family nation in
menikmati tempatnya yang sesuai di heart and obeying the imperial will, enhance
dunia.”31 the beautifull virtues of loyalty and filial
piety. This is the glory of our national entity.
Kesetiaan kepada kaisar yang tanpa syarat dan The emperor is a ’deity incarnate’ a ’direct
tanpa pamrih juga penerapan sistem hirarki untuk descendant of Amaterasu’, and serving him
menempati tempat yang sesuai yang telah menjadi is ’not a duty as such, nor a submission to
dasar bagi pola pikir masyarakat Jepang selama authority’, but a natural manifestation of the
berlansungnya perang, bukan merupakan hal yang heart.” 33
tercipta dalam kurun waktu yang singkat.
Kepercayaan tradisional tersebut telah mengakar Dengan demikian bagi masyarakat Jepang
dalam karakter masyaraka Jepang selama ratusan pemujaan yang mutlak terhadap kaisar yang
tahun, yang tentunya hal tersebut akan sangat sulit dianggapnya sebagai titisan Dewa, merupakan hal
untuk terbantahkan dengan nilai-nilai yang bersifat yang sudah tertanam jauh sebelum berlangsungnya
rasional sekalipun. dalam surat kabar terbesar masa Perang Dunia I dan II. Tsurumi Shunsuke
Jepang yaitu Mainichi Shimbun sebelum terjadinya dalam (An Intellectuall History of wartime Japan
peristiwa Pearl Harbor menegaskan, 1931-1945, 23), menyatakan bahwa idiologi yang
tertera dalam kokutai no hongi telah memberikan
’’bahwa bangsa Jepang akan menang, pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan
serunya, suatu kemenangan rohani atas pola pikir masyarakat Jepang sampai ke era modern
jasmani. Amerika adalah negara besar dan khususnya sampai pecahnya perang dunia I dan
dengan persenjataan yang unggul, tetapi II. Menurutnya;
apakah itu menjadi soal?, semuanya ini telah
diketahui sebelumnya dan dianggap tidak ”The concept of kokutai or national
ada. Kalau kita takut dengan angka structure derived from the fundamental
matematis, maka perang tidak akan dimulai. Insularity and isolation of the Japanese. The
Sumber-sumber kekayaan musuh tidaklah concept served as a powerful linguistic
diciptakan oleh perang ini.’’32 weapon both for attack and defense in
political arena of the period 1931-1945.”
Keuntungan yang dimiliki oleh bangsa Jepang
adalah bahwa mereka telah tumbuh dari nilai-nilai Kepercayaan dan keyakinan bangsa Jepang
yang selama ini tidak dapat diukur secara materi, terhadap hirarki yang sudah tertanam semenjak
yaitu nilai-nilai di luar rasionalitas manusia yang zaman Edo Tokugawa ini akhirnya telah
dipercayanya selama ratusan tahun ketika pertama memberikan beberapa keuntungan-keuntungan bagi
kali pembentukan negara Jepang, seperti melalui para elit pemerintahan Jepang modern yang sedang
kaisar yang dipercayanya sebagai titisan dari Dewa. gencar-gencarnya berupaya menyamakan
Penekanan kesetiaan terhadap kaisar, yang kedudukannya sebagai negara yang kuat seperti
ditujukan dalam rangka mewujudkan rasa negara-negara Barat pada waktu Perang
kebangsaan yang kuat ini, kemudian tertulis dalam berlangsung. Kepercayaan tersebut memudahkan
kitab kokutai no hongi yang pada masa Edo pencapaian yang ingin diraih oleh kepentingan
Tokugawa secara resmi dijadikan falsafah nasional sebagian elit pemerintahan Jepang pada waktu itu.
yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat baik dari para
berikut ini adalah beberapa kutipan dari kitab negarawan sipilnya, komando tertingginya dan
kokutai no hongi: prajurit-prajuritnya yang selalu menegaskan bahwa
perang ini bukanlah suatu pertandingan
”The unbroken line of emperors, receiving persenjataan, melainkan lebih dari itu yaitu
the oracle of the founder of the nation, reign perjuangan demi kepercayaan mereka akan hal-hal
eternally over the Japanese empire. This is spritual yang tidak bisa diukur dengan materi. Para
our eternal and immutable national entity. elit Jepang memanfaatkan kepercayaan tradisional
ini untuk mencapai kejayaan Jepang dalam
memenangkan perang-perangnya.
31
Ruth Benedict, op. cit. hal. 51
32
Ibid. hal. 30
33
Kenneth G. Henshall. op. cit. hal. 115
58 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

Selama tujuh abad berlangsungnya feodalisme Confucianisme management School merupakan


di Jepang, masyarakat Jepang sudah terbiasa pemikiran asli di zaman Edo. Ada empat buah
dengan pola hirarki yang menuntut kesetiaan keyakinan yang mendasari confucianisme
seseorang kepada tuannya yaitu daimyou, dan di management yaitu confucianisme itu sendiri,
atas itu , yaitu kepada pemimpin tertinggi militer semangat keprajuritan atau yang dikenal dengan
yang disebut shogun. Kemudian kesetiaan di istilah Bushido (the way of warrior), Buddhisme
atasnya lagi yaitu adalah kepada kaisar Jepang, dan Japanese Ways. Yang dimaksud dengan
walaupun dalam perjalanan sejarahnya Ia Japanese ways disini adalah (warm – hearted) yang
ditempatkan terasing dalam lingkungan yang diilhami oleh agama tradisional Jepang yaitu
terkucil, yang gerak-geriknya selalu diatur dan Shinto. Hal inilah yang kemudian menjadi
dibatasi oleh shogun. Namun kaisar bagi ”ancestor worship phylosophy”, dan menjadi dasar
masyarakat Jepang dianggap sebagai jantung spirit bagi bangsa Jepang.35
agama Shinto yang didalamnya banyak Buddhisme memberi spirit bagi tingkah laku
mengajarkan rasa kesetiaan dan rasa nasionalisme orang Jepang yang selalu ingin mencapai
terhadap bangsa. kesempurnaan. Confucianisme memberikan apa
Di dalam pola hubungan hirarki, yang memiliki yang disebut etos kerja yang didalamnya
hirarki paling tinggi mempunyai kewajiban untuk mengandung nilai kerajinan, kejujuran dan hemat.
melindungi bawahannya. Sedangkan yang memiliki Semangat keprajuritan (Bushido) yaitu semangat
hirarki lebih rendah mempunyai kewajiban untuk yang patuh kepada komandan serta sikap berani
patuh dan berkorban untuk atasannya. Kewajiban mati demi membela komandan, yang kemudian
ini merupakan kewajiban yang bersifat timbal ditransformasikan kedalam semangat patuh kepada
balik, yang artinya perlindungan diberikan karena negara dengan kewajiban menjalankan perintah
adanya kepatuhan dan pengorbanan dan sebaliknya komandan demi kepentingan negara di masa
kepatuhan dan pengorbanan diberikan karena berlangsungnya Perang dunia I dan II.
adanya perlindungan. Kewajiban timbal balik ini Semangat keprajuritan yang telah dimiliki oleh
kemudian diberlakukan bagi seluruh masyarakat masyarakat Jepang sejak zaman Edo tersebut juga
feodal Jepang seperti yang dijelaskan oleh David dapat terlihat dalam sebuah syair lagu yang
Magery Earl (1964), yang telah dikutip kembali dinyanyikan oleh para pilot pasukan udara berani
oleh Budi Saronto (1997;110 )sebagai berikut: mati yang dimiliki Jepang pada perang Dunia ke II,
yang terkenal patrotik dan dikenal dengan istilah
”The obligation /”ON” that we should repay Kamikaze (dewa angin) yang namanya terinspirasi
are seven in number. The pavor (on) of dari kejayaan Jepang pada waku terhindar dari
Amaterasu.............the favor (on) of heavenly serangan Mongolia pada tahun 1281. lagu ini
Descendents (i.e. emperors).................the dinyanyikan bersama-sama untuk membangkitkan
favor of the departed Lords, the favor of the semangat para prajurit yang akan berjuang pada
present Lord, the favor of the ancestors, the waktu itu, berikut adalah petikan dari syair tersebut;
favor of the parents, must be repaid. ”
”jika saya pergi ke laut, saya akan kembali
Jadi kewajiban untuk patuh dan berkorban yang sebagai mayat yang terdampar, jika tugas
telah diyakini oleh masyarakat Jepang selama memanggil saya ke gunung, padang rumput
berlangsungnya masa feodal yaitu mempunyai hijau akan menjadi penutup jenazahku, maka
makna patuh dan berkorban demi Amaterasu (Dewi untuk kaisar... saya tidak akan mati dengan
matahari), kaisar, nenek moyang, dewa-dewi, serta tenang di rumah”36
terhadap orang tua.
Idiologi yang diajarkan pada zaman Edo itu Hal ini juga dapat dilihat dalam sebuah laporan
sendiri dipengaruhi oleh tiga macam pemikiran terakhir dari Laksamana Ugaki dalam misinya
yaitu; sebagai pilot berani mati ke Okinawa;
1. Confucianisme Management School
2. Western Management School
3. Religious Management School34
34 35
Budi Saronto, mekanisme kerja keiretsu berdasarkan hirarki Loc. cit.
loyalitas keakraban (onjossshugi) dan patrimoni sesuai nilai-
36
nilai kebudayaan orang jepang, Depok Universitas Indonesia, Rikihie Inoguchi, Tadashi Nakajima, Roger Pineau, op. cit.
1997. Hal 112 hal.69
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 59

”saya akan melakukan serangan ke Okinawa Hal ini dapat diamati dari cara masyarakat
dimana para prajurit saya telah berguguran Jepang dalam bersikap atau kebiasaan-kebiasaan
seperti bunga ceri. Di sana saya akan dalam berperang seperti dalam melakukan
menabrak dan menghancurkan musuh yang serangan- serangan seperti serangan berani mati
sombong dalam semangat Bushido (kamikaze), atau melakukan bunuh diri ketika gagal
sebenarnya, bersama keyakinan dan dalam melaksanakan tugas atau dalam keadaan
kepercayaan penuh terhadap keabadian terpaksa menyerah (seppuku), dan perilaku-
kekaisaran Jepang....., Panjang umur Yang perilaku tertentu lainnya yang merupakan
mulia kaisar.”37 manifestasi dari ajaran Bushido atau etika samurai
yang berlaku ketika zaman Edo berlangsung, yaitu
Penekanan kesetiaan mutlak kepada kaisar mati secara terhormat untuk kaisar.
merupakan nilai utama yang diajarkan dalam ajaran Kematian dengan cara terhormat ini menjadi
Shinto yang kemudian menjadi inspirasi bagi para tidaklah sulit bagi bangsa Jepang karena dalam
anggota militer Jepang dan masyarakatnya dalam ajaran shinto, dijelaskan bahwa arwah-arwah
menghadapi situasi perang. Prinsip yang selama mereka yang gugur dalam membela negara dan
lebih dari ratusan tahun pada zaman Edo telah kaisarnya akan kembali ke kuil dalam suasana
terbentuk dalam kode etik ksatria (Bushido), yang persahabatan yang abadi. Kuil tersebut telah
menekankan pada pentingnya kesediaan untuk mati didedikasikan kepada para pahlawan tersebut yaitu
setiap saat, baik itu untuk membela komandannya dekat dengan Istana kekaisaran yang disebut
ataupun karena gagal dalam menjalankan tugas dengan kuil Yasukuni.38
demi membersihkan nama baiknya yang dikenal Nilai-nilai tradisional yang sudah melekat
dengan Seppuku, juga terlihat mewarnai semangat tersebut akhirnya membentuk rasa nasionalisme
prajurit Jepang dalam menghadapi Perang. Seperti bangsa Jepang yang tinggi, seperti pernyataan Erica
yang tertera dalam dalam catatan Laksamana Banner bahwa sebuah rasa nasionalime tidak hanya
Ohnisi sebelum mengakhiri hidupnya dengan cara dipersatukan oleh pemerintahannya, karakter-
tradisional karena merasa telah gagal dalam karakter yang menjadi simbol negaranya, kerajaan
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dari pilot yang memimpinnya tetapi nasionalisme
pasukan kamikaze, berikut adalah kutipannya; menempatkan nilai yang jauh lebih tinggi lagi yaitu
nilai persamaan baik itu dari faktor geografi, etnis,
”saya ingin mengungkapkan rasa ideologi dan sebagainya yang menimbulkan
penghargaan kepada jiwa para penyerang identitas yang kuat. Dengan begitu ideologi-
khusus yang pemberani. Mereka bertempur ideologi yang diberlakukan selama masa Edo telah
dan gugur dengan gagah berani dengan berperan dalam membentuk rasa persamaan antar
kepercayaan penuh terhadap kemenangan sesamanya sehingga tercipta identitas bangsa yang
akhir. Dengan kematian, saya berharap dapat kuat.
menebus peran saya dalam kegagalan untuk Tentunya politik isolasi merupakan faktor yang
meraih kemenangan tersebut......, saya penting dalam upaya mengukur keberhasilan nilai-
berharap generasi muda Jepang dapat nilai dan sistem-sistem yang berlaku di zaman Edo.
menemukan pesan moral dalam kematian politik isolasi yang berarti rantai atau upaya untuk
saya.....” membelenggu atau merantai negara Jepang dari
pengaruh asing merupakan salah satu kebijakan
Dengan demikian menjadi tidak sulit bagi utama yang menyebabkan berhasilnya Jepang
bangsa Jepang dalam memahami apa yang terlepas dari berbagai pengaruh luar pada waktu itu,
mendasari mereka ikut berperang, alasan-alasan dengan terbebasnya Jepang dari pengaruh luar
yang sifatnya non-materi, memperjuangkan tersebut, kebijakan-kebijakan yang berlaku selama
”tempat yang sesuai”, memperjuangkan kejayaan zaman Edo dapat berjalan dengan baik tanpa
kaisar sampai ke Asia Timur raya, atau untuk gangguan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat
menyamakan kedudukannya dengan negara-negara dengan tidak adanya pemberontakan-
Barat lainnya, tidaklah menjadi sedemikian sulit pemberontakan yang terjadi dari berbagai lapisan
tanpa adanya nilai-nilai yang mengakar dalam masyarakat pada masa isolasi berlangsung,
budaya, pola pikir, dan sistem-sistem negara yang sehingga keluarga Tokugawa dapat
secara tradisional telah melekat dalam jiwa mempertahankan kekuasaannya selama lebih dari
masyarakat Jepang.
38
Rikihie Inoguchi, Tadashi Nakajima, Roger Pineau, op. cit,
37
Ibid. hal.23 hal.124
60 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

200 tahun. Tentunya hal tersebut merupakan masa Berdasarkan tabel di atas maka dapat
yang panjang dalam membentuk karakter dan disimpulkan bahwa nilai-nilai yang berlaku pada
budaya bangsa Jepang. masa diberlakukannya politik isolasi di Jepang
Kematangan budaya dan pola pikir yang telah berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
terbentuk selama berlakunya politik isolasi di Jepang sampai di era modern. Selanjutnya, dari
Jepang memiliki pengaruh terhadap terciptanya data-data kualitatif yang terkumpul dan digunakan
identitas masyarakat Jepang yang bersifat feodal sebagai acuan untuk menganalisa pengaruh politik
dengan sistem hirarki yang kuat. Sehingga nilai- isolasi Jepang terhadap nasionalisme bangsa Jepang
nilai kepatuhan, senioritas, kesetiaan dan rasa sampai pecahnya perang Dunia I dan II, dapat
nasionalisme yang tinggi terhadap negara dan dijelaskan melalui tabel –tabel berikut ini.
kaisar masih terbawa sampai akhirnya Jepang
memasuki era modern hingga pecahnya perang Tabel 5. Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku) Jepang
dunia. dilihat dari nilai-nilai yang berlaku pada masa Isolasi
Bila disimpulkan berikut adalah nilai-nilai yang berlangsung
berlaku selama zaman Meiji sampai berakhirnya Nilai-nilai yang Berlaku Selama Politik Isolasi
(Sakoku) berlangsung
Perang; 1. Pengembangan nasionalisme berdasarkan ajaran Shinto.
2. Pemberlakuan Etika prajurit bagi semua lapisan
Tabel 4. Nilai-nilai dan praktek dari akhir Meiji masyarakat
sampai berakhirnya Peperangan 3. Pembagian kelas sosial sebagai upaya memantapkan pola
Kecurigaan besar terhadap orang asing hirarki
4. Pengendalian sudut pandang masyarakat
Kecurigaan besar terhadap gagasan kebebasan dan
demokrasi yang nyata
5. Pengendalian penuh terhadap pergerakan masyarakat
khususnya dari pengaruh Asing melalui politik isolasi
Tekad untuk berhasil
Rasa kebanggaan nasional yang kuat dan terciptanya
Tabel 6
semangat kebangsaan yang tinggi
Kepatuhan dan ketaatan kepada otoritas pemimpin Nasionalisme Jepang pada Perang Dunia I dan II
(sekalipun hanya sering di bawah paksaan) 1. Pemujaan terhadap kaisar sebagai alasan berperang
Penghormatan untuk kaisar
2. Sikap anti asing
3. Pemberlakuan Etika prajurit (Bushido) dalam
Pengendalian sudut pandang masyarakat menghadapi perang
Kesadaran pentingnya ekonomi 4. Rasa kebangsaan yang kuat
Kebangkitan kembali sistem hirarki yang pernah berlaku 5. Sistem hirarki yang kuat
pada zaman isolasi Edo
Intensifikasi konsep kemurnian, terutama diberlakukan bagi
seluruh lapisan masyarakat Jepang
Mengidealisasikan kembali konsep Samurai Jepang yang
berlaku pada zaman Edo
kecenderungan untuk memberikan batasan visi kepada
semua kalangan
Sumber; A History of Japan From Stone Age To Superpower (2004:
138)

Tabel 7. urutan peristiwa yang terjadi dari zaman Edo sampai Perang Dunia II
Edo Meiji Taisho Showa
1603 – 1867 1867 1915 - 1925 1930
1. Pemerintahan Feodal 1. Sikap anti Asing (sonno Joi) 1. Upaya 1. Mantapnya
2. Kecurigaan terhadap 2. Pembukaan Negeri menyamakan Pemerintahan
pengaruh asing 3. Pemerintahan demokrasi kedudukan dengan militerisme Jepang
3. Pemerintahan yang 4. Penghapusan sistem pelapisan Barat 2. Terbentuknya LBB
otoriter sosial 2. Perang Dunia I 3. Jepang dipaksa
4. Politik isolasi atau 5. Pengembalian kekuasaan ke tangan 3. Jepang terlibat Perang menyerahkan
penutupan negeri kaisar dengan Jerman Semenanjung Shandong
5. Penngendalian sudut 6. Mengejar ketertinggalan dengan 4. Jepang menduduki 4. Jepang meninggalkan
pandang Negara-negara Barat Semenanjung LBB
6. Pengembangan 7. Pengembangan pendidikan Shandong 5. Perang Jepang cina
nasionalisme melalui 8. Pemeliharaan nilai-nilai tradisional 5. 21 tuntutan Jepang 6. Perang Dunia II
Shinto 9. Pengiriman mahasiswa ke Negara- terhadap Cina 7. Pakta Tripartite Jepang,
7. Pelapisan sosial negara Eropa dan Amerika 6. Prinsip memuliakan Jerman dan Itali
8. Pemantapan sistem 10. Prinsip negara kaya militer kuat. jalan Kaisar sampai 8. Perang Pasifik
hirarki 11. Ekspansi ke luar negeri ke Asia Timur Raya 9. Penjatuhan Bom Atom
9. Kegemilangan budaya 10. Jepang kalah
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011 61

IV. KESIMPULAN Jepang terlibat dalam Perang Dunia I dan II, hal ini
dapat dilihat bahwa berbagai alasan yang coba
Perjalanan sejarah politik luar negeri Jepang diungkapkan oleh para elit militer, tokoh, prajurit,
mengalami perkembangan yang pasang surut, di hingga rakyatnya mengutarakan alasan-alasan
mulai dari dijalinnya hubungan dengan negara tradisional yang menjunjung tinggi nilai-nilai
tetangganya Cina, sampai masuknya Portugis yang hirarki dan kejayaan kerajaan kaisar Jepang yang
membawa kebudayaan Eropa dari persenjataan sudah tertanam semenjak masa isolasi berlangsung.
sampai agama Kristen, yang dianggap telah Nilai-nilai tradisional yang pernah berlaku pada
mengancam orientasi penyatuan negara Jepang masa isolasi inilah yang telah memberikan
yang sudah berusaha disatukan Jepang dari awal keuntungan bagi upaya pencapaian kepentingan
masa pembentukan negara feodal. Kecurigaan ini nasional Jepang pada masa berlangsungnya perang.
dipelopori oleh tokoh penguasa Jepang pada zaman Karena bagaimanapun nasionalisme terbentuk
Azuchi Momoyama yaitu Toyotomi Hideyoshi, berdasarkan rasa persamaan ideologi, geografi,
yang di masa kepemimpinannya sudah mulai kerajaan yang sama, dan nilai-nilai yang juga
mencurigai adanya dominasi dari negara-negara diperkuat dengan adanya sebuah kebijakan politik
Eropa. yang dapat mendukung pelaksanaan politik
Di era Tokugawa inilah kemudian kecurigaan tersebut. Akhirnya masa isolasi panjang yang
terhadap pihak asing ini dijadikan peraturan dialami Jepang telah memberikan pengaruh dalam
nasional, yang isinya melarang siapapun penduduk pembentukan karakter nasionalisme Jepang di era
Jepang untuk pergi ke luar negeri dan yang berada modern khususnya di masa berlangsungnya Perang
di luar Dunia I dan II.
negeripun dilarang kembali ke Jepang. Dan
khususnya Jepang menutup hubungannya dengan
negara manapun kecuali Cina dan Belanda, yang DAFTAR PUSTAKA
menurut pandangan Jepang kedua negara tersebut
tidak berupaya untuk menyebarkan ideologi- [1] Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan
ideologi baru seperti agama Kristen yang coba Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
disebarkan oleh bangsa Spanyol misalnya. Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2005.
Peraturan inilah yang dikenal dengan politik sakoku
[2] Benedict, Ruth, Pedang Samurai dan Bunga
(isolasi). Seruni, Sinar Harapan, Jakata, 1982.
Di masa politik sakoku (isolasi) ini berlangsung, [3] Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik; PT.
Jepang berada dalam ketenangan dan kedamaian Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2005.
yang panjang. Peraturan-peraturan yang coba [4] Banner, Erica. Nationalism In Japan Edited by
diberlakukan oleh penguasa Tokugawa pada saat Naoko Shimazu, “Japanese National Doctrines In
itu telah berperan membentuk pola pikir, budaya, International Perspective”, Routledge, New York,
nilai-nilai dan ideologi bagi seluruh lapisan 2006.
masyarakat Jepang. Keberhasilan yang diperoleh [5] Gordon, Andrew. A modern History of Japan:
penguasa Tokugawa tersebut dikarenakan From Tokugawa Times to The Present, Oxford
University Press 2003.
keputusannya memberlakukan politik sakoku
[6] Hall John Whitney, The Cambridge History of
(isolasi), sehingga Jepang pada saat itu tidak Japan (Volume 4 Early Modern Japan), USA,
terpengaruh dengan ideologi-ideologi asing Cambridge University Press, 2008.
manapun. masa isolasi ini telah memberikan [7] Henshall, Kenneth G, A history of Japan from
dampak yang signifikan dilihat dari Stone Age to Superpower, 2nd Edition, Palgrave
keberlangsungannya yang dapat bertahan selama Macmillan, New York. 2004.
250 tahun lebih berada dibawah kepemimpinan [8] Holsti, K,J. International Politics: A Framework for
keluarga Tokugawa, dan terciptanya kegemilangan Aanalysis, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1992.
budaya yang akhirnya membentuk identitas negara [9] Irsan, Abdul. Budaya dan perilaku politik Jepang
feodal Jepang yang kuat. di Asia, 2007.
[10] Murayama, Motofusa. Kazokushugi and
Masa isolasi yang panjang tersebut juga telah
Shudanshugi Management Approaches: Sources of
memberikan pengaruh terhadap perilaku politik Concept Variance in Japanese Business Setting,
Jepang di era modern. Nilai-nilai kepatuhan, dan Editted By Sang M.Lee and Gary Schwendiman,
rasa kesetiaan yang menimbulkan rasa New York: Praeger Special Studies, Praeger, 1982.
nasionalisme yang tinggi yang lazim terjadi pada [11] N.Bellah, Robert. Tokugawa Relegion (The Culture
masa isolasi berlangsung juga terbawa sampai Roots of Modern Japan), Collier Macmillan
Jepang memasuki era modern. Khususnya ketika Publishers, London, 1985.
62 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 1, Maret 2011

[12] Rikihie, Inoguchi, Roger Pineau, Kisah Para Pilot [16] Setiawan S, Iwan, Konsensus Nemawashi dan
Kamikazze (Pasukan Udara Berani Mati Jepang Ringi (Budaya Manajemen Jepang Membangun
Pada Perang Dunia I), Komunitas Bambu, Depok, Produktivitas Kerja), PT. Elex Media Computindo,
2008. Jakarta, 2004
[13] Ryuugakusei no Tameno Nihonshi, Japanese [17] Surajaya, Ketut I. Pengantar Sejarah Jepang I,
History An Introductory Text, Tokyo Jakarta, 2001.
gaikugodaigaku, Tokyo University of Foreign [18] ____________. Pengantar Sejarah Jepang II,
Studies, 2004. Jakarta, 2001
[14] Saronto, Budi. mekanisme kerja keiretsu [19] Takeshi, Matsumae and Koyu, Sonoda, The
berdasarkan hirarki loyalitas keakraban Cambridge History of Japan Volume I, Cambridge
(onjossshugi) dan patrimoni sesuai nilai-nilai University Press, New York, 2008
kebudayaan orang jepang , Depok Universitas
Indonesia,1997.
[15] Schlichtmann, Klauss. Japan In The World;
Shidehara Kijuro, Pacfism, and The Abolition of
War, The Rowman & Littlefield Publishers, INC,
New York. 2009.

Anda mungkin juga menyukai