Anda di halaman 1dari 4

NEGARA JEPANG DAN KONSEP ASIA TIMUR RAYA

 Sejak Restorasi Meiji atau yang disebut juga dengan modernisasi jepang, sebelumnya
jepang memberlakukan atau menerapakan ideologi tertutup selama 200 tahun yang
disebut dengan era Tokugawa berlangsung pada tahun 1607-1867 pada masa ini
jepang dipimpin oleh Shogun. Hingga akhirnya pada pada abad ke-19, Jepang
mengalami kemajuan yang pesat di bidang ekonomi, terutama industry setelah
dilakukannya restorasi meiji. Pasca restorasi meiji jepang menerapkan Fukoku kyohei
yang memiliki arti “rich country, strong army”. Jepang memperluas wilayah
kekuasaannya hingga ke Taiwan, Tiongkok, dan Korea. Pada tahun 1905 Jepang
bahkan berhasil mengalahkan Rusia. Peristiwa ini menambah kepercayaan diri bangsa
Jepang yang merasa dirinya lebih unggul dari bangsa Asia lainnya.
 ekspansi Menuju Selatan
Pada pertengahan 1920-an setelah Perang Dunia Pertama, industri-industri semakin
berkembang sejalan dengan kemajuan ekonomi yang diperoleh Jepang. Industri ini
terutama adalah perkapalan dan tekstil. Hal ini menimbulkan munculnya para zaibatsu
(klan atau keluarga pengusaha besar seperti Mitsubishi, Sumimoto, Mitsui) yang
menginginkan ruang lingkup yang lebih besar lagi dalam pemasaran. Ditambah lagi
dengan negara Jepang sendiri yang sudah penuh sesak dengan pabrik dan industri
yang bermunculan, sehingga mereka melakukan tekanan kepada pemerintah untuk
dapat melakukan perluasan wilayah secepat-cepatnya.Hal ini kemudian didukung dan
diamini oleh beberapa kalangan militer yang berpandangan nasionalis chauvinis yang
berkeinginan untuk melakukan ekspansi terhadap daerah-daerah yang dianggap
memberikan sumber daya yang cukup bagi perkembangan ekonomi dan industri
Jepang.
 Mengapa Jepang Menjajah?
Untuk mengetahuinya, kita harus memahami situasi masyarakat Jepang pada 1920-an.
Masa antara Perang Dunia I dan II sangat krusial terhadap perkembangan sejarah
selanjutnya. Dilihat dari situasi politik dalam negeri Jepang, tahun 1920-an adalah
zaman Taisho Democracy. Pada masa ini demokrasi parlementer mulai berkembang.
Namun, keadaan ekonomi buruk karena produksi pertanian turun. Kemiskinan
membelit seluruh desa di Jepang. Akibatnya, sosialisme mulai menguat dan timbul
banyak konflik antara tuan tanah dan petani atau antara pengusaha dan buruh.Pada
zaman itu dunia berada di bawah Versailles Settlement. Salah satu isu yang penting
dalam perjanjian ini adalah usaha memperkecil kekuatan militer setiap negara besar,
pada khususnya membatasi tonase kapal perang masing-masing negara. Dalam
Perjanjian Washington tahun 1922, Jepang didesak menerima rasio 10:10:6 antara
Inggris, Amerika, dan Jepang. Angkatan Laut Jepang menerima keputusan ini dengan
sangat kecewa dan tidak puas.Di antara sebagian opsir muda tentara Jepang muncul
rasa tidak puas terhadap pemerintah sipil sekaligus khawatir akan situasi politik
internasional. Di bawah pengaruh pemimpin ultranasionalis seperti Okawa Shumei
dan Kita Ikki, mereka mulai bersikap fasis Pada saat yang sama, sebagian wilayah
Asia Timur juga sudah dikuasai oleh bangsa Barat, seperti Inggris dan Amerika
Serikat yang memiliki konsesi wilayah di Tiongkok. Bagaimanakah reaksi bangsa
Barat atas ekspansi Jepang? Bagaimanakah sikap bangsa Asia terhadap apa yang
dilakukan Jepang? Sejarah mencatat reaksi yang beragam. Bangsa Barat yang
memiliki kepentingan kolonial tentu saja tidak senang dengan langkah Jepang
memperluas kekuasaannya, terutamake Tiongkok, Korea, dan Taiwan,begitu pula
dengan bangsa-bangsa yang dijajah Jepang. Namun di lain pihak, kemenangan Jepang
dalam berbagai perang dan ekspansinya seperti membawa harapan baru bagi sebagian
bangsa Asia lainnya. Bangsa Asia ternyata juga bisa maju dan mengalahkan bangsa
Barat. Kurasawa (2016) mencatat beberapa pemimpin nasionalis Asia seperti Phan
Boi Chau (Vietnam), Rikarte (Filipina) dan U Ottama (Birma) datang ke Jepang dan
mengharapkan bantuan Jepang dalam membebaskan wilayahnya dari penjajahan
bangsa Barat. Perkembangan ini tentu saja mengkhawatirkan bagi kolonialis Barat.
Mereka berusaha membendung laju ekspansi Jepang dengan berbagai upaya, misalnya
Amerika Serikat menghentikan ekspor minyak ke Jepang sejak 1 Agustus 1941.
Peristiwa inilah yang justru mendorong Jepang melakukan ekspansinya ke Indonesia
yang saat itu masih bernama Hindia Belanda. Belanda pada awalnya tidak terlibat
konflik secara langsung dengan Jepang. Namun, sejak tahun 1930-an, Pemerintah
Hindia Belanda sudah mengawasi dengan ketat aktivitas orang Jepang di wilayahnya.
Selain itu, penguasa kolonial juga menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap
pergerakan kebangsaan di Indonesia. Kebangkitan Jepang sebagai salah satu kekuatan
Asia turut memberikan inspirasi dan kepercayaan diri kepada tokoh nasionalis
Indonesia. Slogan dan ideologi Asia untuk orang Asia juga semakin
menyebar.Beberapa tokoh pergerakan menunjukkan simpatinya terhadap Jepang,
misalnya E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) pada 1936 menulis buku
Sejarah Dunia yang lebih mengedepankan peran orang Asia dalam sejarah. Namun,
sebelum sempat terbit, buku ini sudah disita dan dilarang beredar oleh pemerintah
kolonial karena dianggap pro Jepang dan anti Belanda (Surjomiharjo, 1995). Selain
itu, ada pula M.H. Thamrin yang dalam sidang Volksraad (Dewan Rakyat) tahun 1934
menunjukkan simpatinya kepada Jepang (Gonggong, 1995). Sikap para tokoh ini
perlu dipahami dalam konteks sejarah di masa itu. Pada tahun 1930-an, mereka belum
mengetahui bahwa Jepang ternyata tidak kalah eksploitatif dari Belanda saat
menjajah.
 Faktor Eksternal:
Jepang dalam Pergaulan Internasional Pergaulan Jepang di kancah global membuat
gebrakan baru dari Asia. Restorasi Meiji, kehadiran Jepang di League of Nations
(Liga Bangsa-Bangsa) dan Serangan Jepang ke Mancuria tahun 1931 bagi Jepang
adalah bukti kebangkitan Asia. Negara asia yang sebelumnya selalu dijajah dan
menjadi sasaran eksploitasi bangsa Eropa dan Amerika bisa tampil sejajar dengan
mereka. Menurut Eman Suherman dalam waktu kurang dari satu dua setengah abad
Jepang bertransformasi dari negara yang-terbelakang terisolasi, perang saudara, dan
miskin sumber daya menjadi negara yang maju dalam bidang ekonomi dan dapat
disejajarkan dengan negara barat. Hindia Belanda Sebagai Pusat Minyak
Pada awal abad ke-20 minyak bumi sangat populer sebagai bahan bakar kapal perang.
Salah satu motivasi Jepang menginvansi Hindia Belanda adalah banyaknya tambang
minyak bumi di wilayah ini. Menurut Ricklefs (2008) sejak tahun 1860-an di daerah
Langkat, Sumatra Selatan terdeteksi kandungan minyak dan tahun 1888 sudah
beroperasi tambang minyak dalam skala besar. 6Pada tahun 1920-an di Sumatra yaitu
sepanjang pesisir timur dari Aceh-Palembang berdiri perusahaan minyak bumi.
Berlaku juga di Jawa sepanjang pantai Rembang, Semarang, dan Surabaya. Di Pulau
Kalimatan juga dilakukan ekspedisi minyak bumi. Tarakan, Pontianak, Balikpapan,
Samarinda, dan Banjarmasin terdeteksi minyak bumi dan segera menjadi wilayah
prioritas ekonomi. Selanjutnya keempat wilayah di Kalimantan tadi menjadi titik awal
pijakan Jepang di Hindia Belanda. Menguasi sumber daya vital lawan adalah hal yang
sangat penting.Hindia Belanda Sebagai Pusat Sumber Daya ManusiaTujuan Jepang
menguasai Asia Timur Raya membutuhkan pengorbanan dan sumber daya manusia
yang banyak. Masyarakat direkrut masuk militer, medis, dan tenaga kerja. Menurut
data sensus pemerintah Hindia Belanda tahun 1930 jumblah penduduk di Hindia
Belanda sekitar 59,1 juta jiwa. Angka ini sudah termasuk penduduk asing seperti
Eropa, Cina, dan Jepang yang menetap. Penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan
Madura. Jepang membutuhkan banyak pasukan yang bersedia ditempatkan di garis
depan musuh serta membuat senjata dan kendaraan perang. Masyarakat Hindia
Belanda sangat potensial. Pekerjaan yang mereka lakukan itu banyak terkonsentrasi
membangun infrastruktur dan eksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan
perang, seperti: mengumpulkan bahan pangan seperti padi dan tanaman obat-obatan,
membuat jalan, jembatan, jalan raya, rel kereta api, landasan pesawat terbang, dan
menggali bahan tambang.
 Faktor Internal
 Hakko Ichiu

Hakko Ichiu adalah ideologi berasal dari ajaran agama Sinto yang dianut masyarakat
Jepang. Istilah ini berarti ‘’delapan penjuru mata angin di bawah Jepang’’. Secara
harfiah berarti seluruh dunia berada dalam satu kekuasaan di bawah Jepang. Jepang
percaya bahwa mereka ditakdirkan memimpin dunia khususnya Asia. Slogan politik
ini pertama kali muncul diucapkan Kaisar Jimmu (660 SM). Pada masa itu kata
‘’dunia’’ yang dimaksud hanya terdiri dari Cina, Jepang, dan Korea saja. Pada masa
PD II slogan ini digunakan sebagai propaganda politik Jepang menguasai Asia Timur
Raya. Hirata Atsusane melalui buku A History of Japan (2004) menjelaskan bahwa
ajaran Sinto yang mengajarkan superior dan bushido turut mempengaruhi dan
menginspirasi nasionalisme Jepang di masa modern. ”The idealisation of the way of
the samurai, the revival of Confucianism, the spread of education, and the emergence
of nationalism were all to play a part in the formation of modern Japan.”

 Jepang Sebagai Negara Industri

Jepang menjadi panutan bagi bangsa Asia lainnya khususnya Hindia Belanda. Negara
ini pada Zaman Taisho berhasil menjadi negara industri yang dapat membuat
teknologi mesin dan barang-barang. Produksi ini membutuhkan bahan mentah,
pekerja dan pasar. Jepang menilai wilayah Hindia Belanda yang dikuasi asing
mempunyai apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Hindia Belanda masuk ke dalam
daftar ekspansi. Jepang sudah berdagang dengan Hindia Belanda sejak masa VOC.
Menurut Laksitannisa Harumi, hubungan ini sudah terjadi sebelum masa Restorasi
Meiji (1866-1869) Hubungan ekonomi dengan Jepang terjalin pasif karena
pemerintah Hindia Belanda mengendalikan perekonomian dengan bangsa asing. Peran
Jepang saat krisis malaise sangat penting bagi Hindia Belanda. Ricklefs juga
memaparkan bahwa beredarnya barang-barang murah asal Jepang turut mengurangi
dampak depresi ekonomi di Indonesia. dari sektor impor, Jepang mengisi 10% total
impor Hindia Belanda dalam kurun 1929-1930 dan nilai ini meningkat menjadi 32,5%
di tahun 1934. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah familiar
dengan barang-barang produksi Jepang.

 Jepang Sebagai Saudara Tua

Selain menilai wilayah selatan sebagai lumbung sumber daya, Jepang juga merasa
berkewajiban mengadabkan bangsa-bangsa selatan. Dalam hal ini adalah Hindia
Belanda yang dijajah bangsa asing. Karena hubungan dengan Jepang sudah terjalin
baik melalui perdagangan dan beredarnya produk-produk Jepang di Hindia Belanda.
Masyarakat sudah familiar dan merasa mengenal Jepang sebagai negara yang lebih
maju juga sebagai saudara tua. Dalam memperkuat motifnya, Jepang menanamkan
pengaruh anti asing (orang Eropa/Belanda) yang sudah mengeksploitasi wilayah ini
secara massiv. Sikap kecurigaan dan anti asing khususnya orang Eropa bagi Jepang
sudah berakar sejak Zaman Edo berlanjut Zaman Meiji.

Anda mungkin juga menyukai