Anda di halaman 1dari 3

NASIONALISME BANGSA JEPANG

Pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa pada abad ke-17. Jepang berusaha menarik diri
dari pengaruh budaya luar dengan melakukan politik Isolasi. Politik Isolasi ini dijalankan
pada saat kepemimpinan Shogun Iyeyashu Tokugawa dan secara turun temurun dilakukan
juga oleh para penggantinya. Tujuan politik isolasi untuk menjamin tetap tegaknya
pemerintahan Shogun dan mencegah masuknya pengaruh asing terutama bangsa barat dan
penyebaran agama Kristen.

Selama Jepang menutup diri, perkembanga di dunia barat terus melaju pesat dengan industri
dan teknologinya. Untuk itu bangsa-bangsa barat membutuhkan wilayah pasar untuk menjual
hasil produksi mereka. Amerika Serikat, merupakan salah satu bangsa Barat yang ingin
masuk ke Jepang untuk membuka hubungan dagang.

Kedatangan Amerika Serikat


Pada tahun 1846, Amerika Serikat mengirimkan utusannya ke Jepang di bawah pimpinan
Laksamana Biddle, tetapi ditolak oleh Shogun. Pada tahun 1853, mengirimkan lagi utusannya
lengkap dengan kapal perangnya di bawah pimpinan Matthew Commodore Perry.

Perry menghadap Shogun dan meminta agar Jepang mau membuka kota-kota pelabuhannya
untuk perdagangan internasional. Pemerintah Jepang minta waktu untuk memikirkan
permintaan Amerika Serikat. Perry beserta rombongan kembali ke Amerika.

Pada tahun 1854, rombongan Perry lengkap dengan tujuh kapal perangnya mendarat lagi di
Yedo, dan berhasil memaksa Shogun Iyesada (1853–1858) untuk menandatangani Perjanjian
Kanagawa (31 Maret 1854) yang isinya kota pelabuhan Shimoda dan Hokodate dibuka untuk
perdagangan asing. Dengan demikian, runtuhlah politik isolasi Jepang sehingga negara
tersebut terbuka untuk bangsa asing.

Sejak saat itu, Jepang menyadari akan ketinggalannya dengan bangsa-bangsa Barat. Yang
menjadi sasaran kemarahan rakyat Jepang ialah pemerintahan Shogun. Yoshinobu dipaksa
turun takhta dan menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Mutsuhito (Kaisar Meiji) pada
tanggal 8 September 1867. Secara resmi Kaisar Meiji memerintah Jepang dari tanggal 25
Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912.

Timbulnya Nasionalisme Jepang


Terbukanya Jepang bagi bangsa asing yang disusul dengan runtuhnya kekuasan Shogun dan
naik tahtanya Kaisar Mutsuhito (Kaisar Meiji Tenno), menandai kebangkitan nasionalisme
Jepang. Pada tanggal 6 April 1868, Kaisar Meiji memproklamasikan Charter Outh (Sumpah
Setia) menuju Jepang baru yang terdiri atas lima pasal, seperti berikut :

1. Dibentuk parlemen
2. Bersatunya seluruh bangsa Jepang mencapai kesejahateraan
3. Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan
4. Semua jabatan terbuka untuk siapa saja
5. Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan
negara

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka Meiji Tenno melaksanakan pembaharuan (restorasi).
Itulah sebabnya Kaisar Meiji kemudian dikenal dengan Meiji Restorasi. Restorasi yang
dilakukan meliputi segala bidang, yakni politik, ekonomi, pendidikan dan militer.

1) Bidang Politik
Hal pertama yang dilakukan oleh Meiji Tenno ialah memindahkan ibukota dari Kyoto ke
Yedo yang kemudian diganti menjadi Tokyo (yang berarti ibu kota timur). Selanjutnya,
diciptakan bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan dan lagu kebangsaan Jepang,
Kimigayo. Shintoisme dikukuhkan sebagai agama nasional.

Kemudian jabatan Shogun dan Daimyo dihapuskan pada tahun 1868, serta pembubaran
Samurai. Para Daimyo kemudian diangkat menjadi pegawai negeri, sedangkan para samurai
dijadikan tentara nasional. Di bawah pimpinan Ito Hirobumi (kemudian dikenal Bapak
Konstitusi Jepang) pada tahun 1889 berhasil disusun konstitusi Jepang.

2) Bidang Ekonomi
Pembangunan di bidang ekonomi, meliputi bidang pertanian, perindustrian, dan perdagangan,
namun yang paling berhasil di bidang perindustrian dan perdagangan. Perdagangan Jepang
maju pesat berkat Dumping policy. Di bidang industri muncul golongan baru yang disebut
Zaibatsu yang terdiri atas keluarga Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Jassuda.

3) Bidang Pendidikan
Sistem pendidikan di Jepang meniru sistem pendidikan Barat. Dasar moral yang diajarkan di
semua sekolah ialah Shintoisme dan Budhisme. Pada tahun 1871, dibentuklah Departemen
Pendidikan. Selanjutnya pada tahun 1872 dikeluarkan Undang-Undang Pendidikan yang
mewajibkan belajar untuk anak-anak umur 6–14 dan bebas uang sekolah. Sistem
pendidikannya semimiliter, serta pengajaran filsafat Taoisme dan Buddhisme di sekolah.

4) Bidang Militer
Dalam pembaharuan angkatan perang yang mempunyai peranan besar ialah keluarga Choshu
dan Satsuma. Keluarga Choshu menangani pembaharuan Angkatan Darat dengan mencontoh
Prusia (Jerman), sedangan keluarga Satsuma menangani pembaharaun Angkatan Laut dengan
mencontoh Angkatan Laut Inggris. Bersamaan dengan modernisasi angkatan perang ini
dihidupkan kembali ajaran bushido sebagai jiwa kemiliteran.

Munculnya Jepang sebagai Negara Imperialis


Restorasi telah berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Jepang. Jepang
menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara Barat. Hal ini kemudian
menimbulkan ambisi untuk melakukan imperialisme seperi negara-negara Barat. Adapun
faktor pendorong nya sebagai berikut :
1. Pertambahan penduduk yang cepat.
2. Perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah.
3. Pembatasan migran Jepang yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
4. Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga), di mana
Jepang terpanggil untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia (Asia-Pasifik).

Munculnya Imperialisme yang dilakukan oleh Jepang terlihat pada keterlibatan Jepang dalam
sejumlah peperangan, antara lain Perang Cina-Jepang (1894-1894) yang dimenangkan oleh
Jepang dan membuat Jepang mendapatkan kekuasaan atas Kepulauan Taiwan dan
Pesacadores yang tertuang ke dalam Perjanjian Shimonoseki pada tahun 1895.

Pada Perang Rusia–Jepang (1904–1905) yang dimenangkan oleh pihak Jepang dan diakhiri
dengan Perjanjian Portsmouth (1905). Hasilnya Jepang mendapatkan Pulau Shakalin Selatan
dan menggantikan posisi Rusia di Manchuria. Kemenangan Jepang ini memberikan pengaruh
yang besar bagi tumbuhnya nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika.

Dalam Perang Dunia I, Jepang juga ikut terlibat perang dan memihak kepada Sekutu. Jepang
berhasil menyapu pasukan-pasukan Jerman di Cina ataupun di Pasifik. Itulah sebabnya
setelah perang berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman, Jepang memperoleh daerah bekas
jajahan Jerman, seperti Shantung (di Cina), Kepulauan Marshal, Mariana, dan Caroline (di
Pasifik). Dengan demikian, sampai dengan berakhirnya Perang Dunia I, Jepang telah berhasil
menguasai banyak daerah. Jepang telah muncul menjadi negara besar (the great powers).

Anda mungkin juga menyukai