Anda di halaman 1dari 12

I.

MODERENISASI DAN PERKEMBANGAN IMPERIALISME JEPANG


Latar Belakang Restorasi Meiji merupakan suatu gerakan pembaruan yang dipelopori oleh
Kaisar Mutsuhito, atau Kaisar Meiji. Restorasi Meiji dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin,
Revolusi, atau pembaruan. Restorasi Meiji merupakan suatu rangkaian kejadian yang
menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang. Restorasi Meiji terjadi pada
tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan Awal zaman Meiji.
Restorasi Meiji bisa dikatakan sebagai jaman “pencerahan” Jepang setelah selama 200 tahun
lebih menutup diri dari hubungan luar di bawah kepemimpinan rezim Tokugawa. Dengan
adanya Restorasi Meiji ini masa dimana Jepang akan menjelma menjadi negara yang maju pun
dimulai. Sejalan dengan arti dari kata meiji sendiri, yaitu ”yang berpikiran cerah”. Bangsa

Jepang kemudian mulai berbenah diri dan berusaha mengejar ketertinggalannya dari bangsa
Eropa Barat. Restorasi Meiji berhasil menjadikan bangsa Jepang menjadi bangsa yang modern
pada waktu itu. Jepang yang seperti diketahui saat itu merupakan negara ‘kuno’ dan miskin
dengan sakokunya (isolasi) menjelma menjadi salah satu kekuatan yang disegani di Asia Timur.
Banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam dibidang industri, pemerintahan, pendidikan
maupun militer akibat dari Restorasi Meiji. Kemajuan-kemajuan tersebut dicapai hanya dalam
kurun waku kurang dari 50 tahun. Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai pengaruh Restorasi Meiji terhadap modernisasi yang terjadi di Negeri Matahari
Terbit tersebut. Dunia mengakui bahwa Jepang telah menjelma menjadi Negara yang kuat dan
modern yang kedudukannya sejajar dengan Negara-negara besar di barat. Jepang yang baru
telah mencapai perkembangan dalam segala bidang, seperti perkembangan industry,
perdagangan, pendidikan, dan angakatan perang. Setelah jepang menjadi Negara yang kuat,
Jepang mulai melibatkan diri dalam dunia internasional dan membuat konflik dengan Negara-
negara lain, misalnya masalah Korea (melibatkan Korea dalam perang melawan Cina),
kemudian disusul dengan perang melawan Rusia. Ini berarti Jepang mulai mempraktekan politik
imperialisme seperti Negara-negara Barat.
Pada masa menjelang terjadinya Restorasi Meiji Jepang dipimpin oleh Kesyogunan Tokugawa.
Kesyogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang
setelah Kesyogunan Kamakura dan Kesyogunan Muromachi. Ketika Kesyogunan Tokugawa
memerintah, Jepang melaksanakan politik isolasi terhadap dunia luar (politik Sakoku). Artinya,
Jepang menyatakan menutup diri bagi orang asing, agama asing dan pengaruh asing. Orang-
orang jepang dilarang berpergian ke luar negeri. Orang-orang yang berasal dari luar Jepang
diusir. Kekuasaan Tokugawa memang mampu menciptakan ketentraman. Namun, seiring
pertambahan penduduk yang melaju dengan cepatnya membuat Pemerintah Tokugawa tidak
mampu mengatasi kesulitan ekonomi. Lantas Jepang meninggalkan politik isolasi. Hal ini
ditandai dengan perjanjian Syimoda pada tanggal 30 Maret 1854. Isi dari perjanjian tersebut
pelabuhan Syimoda dan Hakodate dibuka untuk perdagangan bangsa asing. Pembukaan
tersebut merupakan awal saja karena terjadi lagi tahapan kedua di tahun 1858 dalam
Townsend Harris Agreement, yang isinya: Jepang Menyetujui pangangakatan duta Amerika di
Yedo dan konsul-konsul dikota-kota pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan asing; Jumlah
pelabuhan yang dibuka ditambah; Diadakan perdagangan bebas dan warga Negara Amerika
Serikat dibolehkan diam di Yedo, Osaka dan kota-kota lainnya yang telah dibuka untuk
perdagangan asing; Penetapan peraturan bea impor; dan pertukaran mata uang dengan bebas.
Akibat dari perjanjian ini berarti jepang telah terbuka lebar dan politik isolasinya sudah
berakhir. Hal ini menjadi latar belakang terjadinya Restorasi Meiji. Masyarakat jepang kecewa
dengan pemerintahan Syogun Tokugawa yang mulai membuka terhadap pengaruh dari bangsa
asing. Syogun dianggap lemah karena meninggalkan politik isolasi. Peristiwa inilah menjadi awal
dari gerakan Restorasi Meiji. 2.2 Proses Terjadinya Restorasi Meiji Pembukaan Jepang bagi
bangsa asing ini telah membawa akibat yang signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan
syogun, sebab pembukaan wilayah itu menimbulkan munculnya perasaan anti-Syogun.

II.KAPITALISME JEPANG DAN TANGGAPAN TOKOH PERGERAKAN


Pada awal masuknya Jepang ke Indonesia, para tokoh nasionalis menyambut dengan sangat
baik termasuk pula para penduduk. Bahkan tokoh seperti Soekarno dan Hatta pun bersedia
untuk bekerjasama dengan Jepang. Terdapat sejumlah alasan yang melatarbelakangi sikap
tersebut, antara lain sebagai berikut:
Jepang yang menyatakan dirinya bukan datang sebagai penjajah melainkan sebagai saudara
tua dari timur yang hendak membebaskan Indonesia dari kekejaman Belanda.
Adanya propaganda gerakan 3G dari Jepang yang meyakinkan Indonesia bahwa Jepang adalah
cahaya asia, jepang adalah pelindung asia dan jepang adalah pemimpin asia.
Adanya slogan Hakko Ichiu, yakni slogan yang menekankan persaudaraan secara universal.
Umumnya orang timur beranggapan bahwa kemenangan Jepang adalah kemenangan orang
Asia terhadap orang Eropa sehingga mereka pun percaya bahwa Indonesia memang akan
dibebaskan dari cengkraman Belanda.
Terdapat ramalan dari Jayabaya yang banyak dipercaya kaum nasionalis yang menyatakan
bahwa ada orang kate (jepang) yang menjadi penguasa di Indonesia namun hanya sebentar saja
lalu kemudian kemerdekaan Indonesia akan terwujud.
Posisi Indonesia saat Jepang datang sangat lemah sementara Belanda semakin memperlihatkan
sikapnya yang tak bisa lagi diharapkan mengenenai kemerdekaan, oleh sebab itu tokoh nasional
pun bersedian untuk bekerjasama terlebih Jepang datang tidak dengan penekanan melainkan
dengan bujukan dan penawaran kerjasama.

III.DAMPAK KEPENDUDUKAN JEPANG


a.BIDANG POLITIK
1. Kebijakan yang dilakukan Jepang adalah Dai Nippon (pemerintah • militer Jepang) yaitu
melarang semua rapat dan kegiatan politik.
2. Melakukan propaganda untuk menarik simpati 4. bangsa Indonesia DENGAN CARA:
 Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang
pelindung Asia)
 Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
 Melancarkan politik dumping.
 Menarik simpati umat islam untuk pergi haji untuk pergi Haji
 Melancarkan simpati melalui pendidikan beasiswa pelajar
 Menarik simpati organisasi MIAI
 Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir.
Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh
tersebut dari penahanan Belanda.
3. Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan
kerjasama SEPERTI BERIKUT: Putera (Pusat Tenaga Rakyat) - Jawa Hokokai (Himpunan
kebaktian Jawa) Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan
sendiri dan perang).
4. Pembentukan suatu angkatan laut dan angkatan darat di berbagai wilayah di Indonesia
seperti di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian yang pusat
kemiliterannya berada di bawah panglima Jepang yang berada di Dalat, Vietnam.
b.Bidang Ekonomi
1. Pembentukan barisan romusha dengan panitia pengarahan (romukyokai) di setiap
daerah.
2. Pengerahan tenaga kerja dari sukarela menjadi paksaann.
3. Masyarakat wajib melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi masyarakat luas.
4. Obyek vital dan alat-alat produksi dikuasai dan diawasi ketat oleh pemerintah Jepang.
5. Barang-barang keperluan hidup sulit didapat karena jumlahnya sedikit.
6. Bahan makanan sulit didapat karena banyak petani menjadi romusha.
7. Bahan-bahan pakaian sulit didapat bahkan menggunakan karung goni sebagai bahan
pakaian.
8. Obat-obatan sulit didapat.
9. Peningkatan jumlah gelandangan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang
dan Surabaya.
10. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar.
11. Inflasi parah karena uang yang dikeluarkan pemerintah Jepang tidak ada jaminannya.

c.Bidang Sosial
1. kemelaratan dan kelaparan merajalela yang memunculkan kelompok rakyat miskin yg
sangat besar jumlahnya.
2. Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
3. Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi
kebaktian di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian,
kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas.
4. Munculnya sikap 4 persatuan untuk mengusir penjajahan.
5. Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT)
atau Tonarigumi.
d.Bidang Budaya
1. Didirikan pusat kebudayaan Keimin Bunka Shidosho.
2. Pemaksaan pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan
penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa
matahari ( Omiterasi Omikami).
3. Berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian di
dalam masyarakat Indonesia.
4. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang dinamai Taiso
5. Cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-
pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia.
6. Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan dalam
komunikasi.
e.Bidang Birokrasi dan Militer
1. Jepang telah mengeluarkan UU no.27 tentang Aturan Pemerintah Daerah dan UU No.28
tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetshu Syi. Dampak yang ditimbulkan oleh
peraturan baru tersebut adalah terhentinya kegiatan pemerintahan sementara dan
mendatangkan suatu tenaga sipil dari Jepang ke daerah Jawa.
2. Pulau Jawa menjadi pusat suatu peralatan dan segala perbekalan yang diperlukan saat
perang.
3. Berdasarkan Undang-undang no.27 dan UU no. 28 tersebut, seluruh kota yang berada di
daerah persebaran Jawa maupun Madura terbagi menjadi struktur yang dianut oleh
Jepang (syu, syi, ken, gun, son, dank u), terkecuali untuk daerah Yogyakarta dan Solo.
4. Rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan bidang ketentaraan, bidang
pertahanan, dan keamanan. Terdapat kekuatan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang
berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang berganti nama
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

f.Bidang Pendidikan
1. Adanya suatu aturan untuk belajar wajib hanya selama 6 tahun dan mewajibkan Bahasa
Jepang sebagai materi pelajaran yang wajib dikuasai.
2. Budaya dan adat istiadat Jepang diperkenalkan dan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa
pengantar wajib di seluruh sekolah di Indonesia.
3. Pada tahun 1943 adanya proses penutupan pada perguruan tinggi.
4. Adanya suatu proses re-open atau pembukaan kembali perguruan tinggi seperti
Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung, Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika
Daigaku) di Jakarta.
5. Adanya pembukaan sekolah Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) yang bertempat
di Jakarta. Dampak Positif Pendudukan JepangSunting

Dampak positif pendudakan jepang di Indonesia


 Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan
menyebabkan bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa nasional.
 Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung
semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda,
misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
 Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional
Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar Soekarno mau membantu Jepang
memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para
pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin
rakyatnya.
 Dalam bidang ekonomi, didirikannya Kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk
kepentingan bersama.
 Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun.
 Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT)
atau Tonarigumi
 Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan
bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
 Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini
muncullah ide Pancasila.
 Jepang membuat program latihan dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia
demi kepentingan Jepang. Dan oleh para pemuda Indonesia, hal ini dijadikan modal
untuk berperang menghadapi Jepang nantinya, serta melawan kembalinya pemerintah
kolonial Belanda.
 Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan
upacara dalam sekolah.

Dampak negatif pendudukan jepang


o Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang
sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
o Rōmusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam
kondisi yang tidak manusiawi.
o Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi
kepentingan perang oleh Jepang. Akibatnya, banyak rakyat yang menderita kelaparan.
o Krisis ekonomi yang sangat parah karena pencetakan uang pendudukan secara besar-
besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
o Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan
ekonomi antar daerah.
o Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di
kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar
hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa
saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses
pegadilan.
o Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya di bawah
pengawasan Jepang.
o Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
o Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan
pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
o Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

IV.PERJUANGAN MELAWAN JEPANG


a.Perjuangan Kooperatif(Kerja Sama)
Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan
pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di antara mereka yang
menduduki jabatan-jabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang. Misalnya,
Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menduduki pimpinan Pusat
Tenaga Rakyat (Putera). Mereka dikenal dengan sebutan “Empat Serangkai”. Putera merupakan
sebuah organisasi yang dibentuk Jepang pada Maret 1943, bertujuan menggerakan rakyat
Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang menghadapi Sekutu.Melalui Putera, para
pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-
rapat maupun media massa milik Jepang.
Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu untuk menggembleng
mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri
serta harga diri sebagai bangsa. Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya
memupuk terusmenerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat
antiimperialisme- kolonialisme. Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat dari
seluruh rakyat. Namun, karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa Indoensia, pemerintah
Jepang akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan
Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini
beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober
1943, Cuo Sangi In menetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan
segala potensi dan produksi dari rakyat Indoensia. Untuk melaksanakan ketetapan itu
dibentuklah berbagai kesatuan pemuda, sebagai wadah penggemblengan mental dan semangat
juang agar mereka menjadi tenaga-tenaga pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda
yang berhasil dibentuk antara lain: Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu
Polisi), Seisyintai (Barisan Pelopor), Gakutotai (Barisan Pelajar), dan Fujinkai (Barisan Wanita).
Pada saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman
jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberanian
berjuang dengan risiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, kebijakan
pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh nasional untuk perjuangan. Para pemimpin
Indonesia memanfaatkan organisasi ini untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas
sekali, para pemimpin Indonesia tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.

b.Perjuangan Bawah tanah


Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia.
Perjuangan bawah tanah ini dilakukan oleh para tokoh nasionalis yang bekerja pasa instansi-
instansi pemerintahan buatan Jepang. Jadi, di balik kepatuhannya terhadap Jepang,
tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk
meneruskan perjuangan untuk mecapai Indonesia merdeka
Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Bandung,
Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan
model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan kelompok perjuangan yang lain,
selalu terjadi kontak hubungan. Kelompok-kelompok perjuangan tersebut, antara lain:
1. Kelompok Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia Belanda. Pada masa pendudukan
Jepang, ia bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama-sama dengan
Muhammad Yamin. Sukarni menghimpun tokoh-tokoh pergerakan yang lain, antara lain: Adam
Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo. Gerakan yang dilakukan kelompok
Sukarni adalah menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, menghimpun orangorang yang berjiwa
revolusioner, dan mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Sebagai pegawai Sendenbu, Sukarni bebas mengunjungi asrama Peta (Pembela Tanah
Air) yang tersebar di seluruh Jawa. Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa besar kekuatan
revolusioner yang anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya, kelompok Sukarni mendirikan
asrama politik, yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” yang didukung Sendenbu. Di dalam
asrama ini terkumpul para tokoh pergerakan antara lain: Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad
Subarjo, dan Sunarya yang bertugas mendidik para pemuda tantang masalah politik dan
pengetahuan umum.
2. Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo pada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset
Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo berusaha
menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang. Atas
dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda
yang bernama “Asrama Indonesia Merdeka”. Di asrama Indonesia Merdeka inilah para
pemimpin bangsa Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat
nasionalisme kepada para pemuda Indonesia.
3. Kelompok Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan tokoh besar pergerakan nasional, yang pada zaman Hindia
Belanda tahun 1935 dibuang ke Boven Digul di Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda
Neira dan terakhir ke Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir berjuang diam-diam
dengan cara menghimpun teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan seorganisasi pada
zaman Hindia Belanda. Terbentuklah satu kelompok rahasia, Kelompok Syahrir. Dalam
perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang
terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di samping itu, hubungan kelompok Syahrir dengan
kelompok perjuangan yang lain berjalan cukup baik. Karena gerak langkah Syahrir dicurigai
Jepang, untuk menghilangkan kecurigaan pihak Jepang Syahrir bersedia memberi pelajaran di
Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bersama dengan Ir. Sukarno,
Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.
4. Kelompok Pemuda
Kelompok Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian khusus dari pemerintah
Jepang. Jepang berusaha memengaruhi para pemuda Indoensia dengan propaganda yang
menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda Indonesia merupakan alat yang ampuh guna
menjalankan kepentingan Jepang. Jepang menanamkan pengaruhnya pada para pemuda
Indonesia melalui kursus-kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman Hindia
Belanda. Jepang mendukung berdirinya kursus-kursus yang diadakan dalam asrama-asrama,
misalnya di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang terdapat Sendenbu dan Asrama Indonesia
Merdeka yang didirikan Angkatan Laut Jepang.
Namun, pemuda Indonesia baik pelajar maupun mahasiswa tidak gampang termakan
oleh propaganda Jepang. Mereka menyadari bahwa imperialisme yang dilakukan oleh Jepang
pada hakikatnya sama dengan imperialisme bangsa Barat. Pada masa itu, di Jakarta terdapat 2
kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang terhimpun dalam asrama Ika Daikagu
(Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan
Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri). Kelompok terpelajar tersebut
mempunyai ikatan organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa.
Organisasi ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa Jepang
dan menyusun pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa. Dalam perjuangannya,
kelompok pemuda juga selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok yang lain, yaitu
kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, dan Kelompok Syahrir. Tokoh-tokoh Kelompok
Pemuda yang terkenal antara lain: Chaerul Saleh, Darwis. Johar Nur, Eri Sadewo, E.A. Ratulangi,
dan Syarif Thayeb.
c.Perjuangan Bersenjata
Perlakuan Jepang yang tak berperikemanusian menimbulkan reaksi dan perlawanan dari
rakyat Indonesia di berbagai wilayah. Kebencian ini bertambah ketika di beberapa tempat,
Jepang menghina aspek-aspek keagamaan. Berikut ini beberapa perlawanan rakyat pada masa
penjajahan Jepang)
1.Perlawanan di Cot Plieng, Aceh
Perlawanan di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama pemuda. Pada
10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng pada saat rakyat sedang
melaksanakan shalat subuh. Penyerangan pagi buta ini akhirnya dapat digagalkan oleh rakyat
dengan menggunakan senjata kelewang, pedang, dan rencong. Begitupun dengan dengan
serangan kedua, tentara Jepang berhasil dipukul mundur. Namun pada serangan yang ketiga,
pasukan Teungku Abdul Jalil dapat dikalahkan Jepang. Peperangan ini telah merenggut 90
tentara Jepang dan sekitar 3.000 masyarakat Cot Plieng.
2.Perlawanan di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin oleh Kyai Haji Zaenal Mustofa.
Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa untuk melakukan
Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang. Dalam pandangan Zaenal Mustofa,
membungkuk seperti itu sama saja dengan memberikan penghormatan lebih kepada matahari,
sementara dalam hukum Islam hal tersebut terkarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan Jepang kemudian mengutus seseorang untuk menangkapnya. Namun
utusan tersebut tidak berhasil karena dihadang rakyat. Dalam keadaan luka, perwakilan Jepang
tersebut memberitahukan peristiwa tersebut kepada pimpinannya di Tasiklamalaya. Karena
tersinggung, Jepang pada 25 Februari 1944 menyerang Singaparna pada siang hari setelah
shalat Jumat. Dalam pertempuran tersebut Zaenal Mustofa berhasil ditangkap dan kemudian
diasingkan ke Jakarta hingga wafatnya. Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol, dan kemudian
dipindahkan ke Tasikmalaya.
3.Perlawanan Sejumlah Perwira Pembela Tanah Air di Blitar, Buana dan Paudrah
(Aceh), dan Cilacap
Perlawanan sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar terjadi pada 14 Februari
1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah seorang syodanco (komandan peleton)
Peta. Perlawanan Supriyadi ini disebabkan karena tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat
yang mati karena romusha. Namun perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang.
Perlawanan ini tampaknya tidak direncanakan dengan matang sehingga mudah untuk
digagalkan. Akhirnya para anggota Peta yang terrlibat perlawanan diadili di Mahkamah Militer
Jepang.
Orang yang berhasil membunuh Jepang langsung dijatuhi hukuman mati, antara lain: dr.
Ismangil, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo. Dalam persidangan
tersebut, Supriyadi sendiri sebagai pemimpin perlawanan tidak diikutsertakan. Beberapa pihak
mengatakan bahwa Supriyadi sesungguhnya sudah ditangkap dan dibunuh secara diam-diam,
ada pula pihak yang percaya bahwa Supriyadi mokswa alias menghilangkan diri tanpa jejak
Selain di Blitar, perlawanan pemuda Peta juga meletus di dua daerah di Aceh, yaitu Buana dan
Paudrah. Pemimpinnya adalah Guguyun Teuku Hamid; ia bersama 20 peleton pasukan
melarikan diri dari asrama pada November 1944 untuk merencanakan pemberontakan. Namun
Jepang berhasil mengancam keluarga Teuku Hamid sehingga Teuku Hamid kembali lagi.
Tampaknya rencana perlawanan Teuku Hamid menambah simpati dan semangat masyarakat
sehingga kemudian muncul kembali perlawanan. Lahirlah perlawanan Padrah di daerah Bireun,
Aceh Utara, yang dipimpin oleh seorang kepala kampung yang dibantu oleh regu Guguyun.
Perlawanan tersebut menelan banyak korban dari pihak Aceh karena semua yang tertawan
akhirnya dibunuh oleh Jepang.
Di Gumilir, Cilacap perlawanan dipimpin oleh seorang komandan regu bernama
Khusaeri. Serangan pertama tentara Jepang terdesak, namun setelah bala bantuan datang
Khusaeri mampu dikalahkan. Di Pangalengan, Jawa Barat, pun meletus perlawanan dari para
personil Peta yang juga dapat dilumpuhkan.

V.AKHIR PENDUDUKAN JEPANG


a.Janji kemerdekaan dan BPUPKI
Akhir tahun 1944 kedudukan jepang dalam perang pasifik sangat terdesak.dalam kondisi
yang sudah terdesak BPUPKI memngagendakan bentuk Negara dan batas wilayah
Negara.Dalam siding ini BPUPKI membentuk 3 panitia yaitu : panitia hokum dasar, panitia
masalah ekonomi, dan panitia masalah bela diri. Panitia hokum dasar di ketuai oleh Ir.Soekarno
diberi tugas membahas masalah rancangan undang-undang dasar Negara.
Pada tanggal 14 Juli 1945 ketua panitia Hukum Dasar Ir.Soekarno mengajukan
rancangan isi dari hokum dasar tersebut atas 3 bagian yang meliputui :
1.Pernyataan Indonesia merdeka
2.Pembukaan Undang-Undang Dasar
3.Batang tubuh Undang-Undang Dasar
Rancangan pernyataan Indonesia merdeka di ambil dari tiga kalimat awal alinea pertama dari
rancangan pembukaan UUD, sedangkan rancangan pembukaan UUD di ambil dari Piagam
Jakarta.
BPUPKI di bubarkan pada tanggal 7 agustus 1945 dan di gantikan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggotanya di pilih langsung oleh
Marsekal Terauchi, penguasa Jepang untuk wilayah Asia Tenggara.Jumlahnya 21
orang(kemudian di tambah enam orang tanpa sepengetahuan Jepang), diantaranya Ir.Soekarno
(krtua), Drs.Moh.Hatta (Wakil ketua), Prof. Mr. Dr. Soepomo (anggota), dan KRT Radjiman
Wedyodiningrat (anggota).
PPKI di tetapkan pada tanggal 9 Agustus 1945.Marsekal Terauchi mengundang tiga
tokoh prgerakan nasional, yaitu Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat
untuk datang ke markas pusat Jepang di Asia Tenggara, Yaitu di Dalat Vietnam Selatan. Dalam
pertemuan itu, penguasa tertinggi Jepang mengatakan akan memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945, dengan wilayah meliputi seluruh wilayah
bekas Hindia-Belanda.
b.Proklamasi Kemerdekaan
Jepang telah menyerah kepada sekutu setelah Bom Atom sekutu meluluh lantahkan
kota Hiroshima dan Nagasaki.Atas tekad bersama dan dipelopori oleh tokoh-tokoh pemuda
pergerakan nasional, bangsa Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, tujuh hari lebih maju dari tanggal yang di janjikan Jepang. Hal ini
membuktikan bahwa kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia murni perjuangsan bangsa
sendiri, bukan pemberian Jepang.

Anda mungkin juga menyukai