PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan periode
penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Periode ini ditandai dengan perubahan
besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, baik politik,
ekonomi, sosial, maupun budaya.
Pendudukan Jepang di Indonesia terjadi selama Perang Dunia II. Jepang mencari
sumber daya untuk menunjang keperluan perang mereka. Pada tanggal 8
Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor di Hawaii, pangkalan Angkatan
Laut Amerika Serikat terbesar di Pasifik, dan pasukan Jepang yang dipimpin oleh
Laksamana Yamamoto bergerak cepat menuju selatan, termasuk ke Indonesia.
Setelah serangan Pearl Harbor, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Alidius Tjarda
Van Starkenborgh Stachouwer, mengumumkan perang dengan Jepang.
Jepang ingin membangun imperium di Asia dan Pasifik, dan mereka berusaha
menguasai negara-negara di wilayah tersebut. Setelah Jepang menduduki
Indonesia, mereka mulai menyusun pemerintahan demi melancarkan pendudukan
mereka. Jepang juga melakukan aksi-aksi propaganda untuk menarik simpati
rakyat Indonesia, seperti membentuk Gerakan 3A (Nippon Pemimpin Asia,
Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia). Rakyat Indonesia pada
awalnya menyambut kedatangan Jepang dengan senang hati, menganggap mereka
sebagai "Saudara Tua" dan berharap Jepang dapat membebaskan Indonesia dari
penjajahan Belanda.
Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama sekitar 3,5 tahun, dari Maret
1942 hingga Agustus 1945. Selama masa pendudukan ini, bangsa Indonesia
mengalami berbagai perubahan dan dampak yang berpengaruh hingga saat ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kebijakan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang diterapkan
oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia?
2. apa saja faktor yang mempengaruhi masa pendudukan jepang di
Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh pendudukan Jepang terhadap pemerintahan,
organisasi, dan masyarakat pribumi di Indonesia?
4. Bagaimana upaya Jepang dalam menjepangkan penduduk pribumi,
terutama kaum muda, melalui pengajaran bahasa dan penanaman nilai-
nilai Jepang dalam kehidupan sehari-hari?
Citations:
[1] https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-nasional-
veteran-jawa-timur/bahasa-indonesia/makalah-masa-penjajahan-jepang/44910399
[2] https://id.scribd.com/doc/312627552/Makalah-Pendudukan-Jepang-Di-
Indonesia
[3] https://lib.ui.ac.id/file?file=digital%2F123451-RB08N438p-
Pengajaran+bahasa-Pendahuluan.pdf
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bidang Politik
Sejak awal pendudukannya di Indonesia, Jepang melarang segala aktifitas
politik seperti organisasi politik, organisasi sosial, maupun organisasi keagamaan
serta mengganti organisasi tersebut dengan organisasi bentukan Jepang. Satu –
satunya organisasi yang tidak dibubarkan adalah Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI) yang telah berdiri sejak masa Hindia Belanda. MIAI berkembang dengan
pesat karena mendapatkan simpati dari masyarakat. Karena mengancam
kepentingan Jepang, maka MIAI dibubarkan pada 1943 dan menggantinya dengan
Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh K.H. Hasyim
Asy’ari.
3
melihat Putera lebih bermanfaat pada kepentingan Indonesia, maka Putera
dibubarkan oleh pemerintah Jepang.
Mendirikan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) pada tahun 1944. Berbeda
dengan organisasi yang lain, Jawa Hokokai dipimpin oleh seorang gunseikan atau
kepala pemerintahan karena merupakan organisasi resmi pemerintah.
2. Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, kebijakan Jepang secara umum sama dengan negara
imperialis lainnya. Melalui semboyan “Negara Makmur, Militer Kuat” Jepang
memiliki tujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis militer serta
wilayah industri. Untuk itu, Jepang mulai mengeksploitasi segala sumber daya
yang tersedia untuk kepentingan perang. Hal ini terlihat dari hal – hal berikut :
4
Karena terdesak memanasnya keadaan perang di tahun 1944, Jepang
melalui Jawa Hokokai menginstruksikan kepada rakyat untuk
menyerahkan bahan makanan sebanyak 30% untuk pemerintah, 30%
untuk lumbung desa, dan 40% untuk hak miliknya. Akibatnya segala
sektor menurun drastis. Kondisi diperparah dengan kewajiban kerja paksa
(romusha) bagi tenaga kerja usia produktif. Akibat adanya romusha,
banyak lahan pertanian terbengkalai yang menyebabkan efek berantai
seperti kurangnya bahan pangan, munculnya wabah penyakit, hingga roda
ekonomi benar – benar lumpuh. Untuk mengatasi hal ini, Jepang
mendirikan kumiyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan
bersama dan mengenalkan sistem pertanian line system yaitu sistem
pertanian secara efisien. Namun nyatanya perekonomian rakyat tetap
terpuruk.
3. Bidang Sosial
a) Munculnya Sistem Romusha
Selain perekonomian yang terpuruk akibat kebijakan ekonomi perang
Jepang, pengerahan tenaga kerja melalui romusha juga berdampak negatif
pada perkembangan sosial masyarakat Indonesia. Romusha dimobilisasi
untuk pembangunan saran perang tidak hanya di Indonesia saja melainkan
di Burma, Muangthai (Thailand), Vietnam dan Malaysia. Selain romusha,
juga diterakpkan jugun ianfu yaitu merekrut para perempuan untuk
dijadikan penghibur bagi tentara Jepang.
b) Pendidikan
Selama pendudukan Jepang, kondisi pendidikan menurun drastis bila
dibandingkan masa Hindia Belanda. Kegiatan perguruan tinggi juga
sempat terhenti beberapa saat. Baru pada tahun 1943 pendidikan
perguruan tinggi mulai dibuka kembali. Para pelajar diberikan slogan
Hakko Ichiu, yang berarti Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap.
Satu atap yang dimaksud adalah di bawah Kekaisaran Jepang. Ajaran
Hakko Ichiu ditujukan sebagai doktrin dari pihak Jepang.
c) Penggunaan Bahasa dan Stratifikasi Sosial
5
Meskipun kebijakan Jepang banyak yang negatif, terdapat beberapa
kebijakan positif yang dapat dirasakan bangsa Indonesia, salah satu
diantaranya adalah diharuskannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar. Selama masa penjajahan Jepang, Bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Selain itu, terbentuk sistem stratifikasi baru
dari masa Hindia Belanda dimana pribumi menjadi golongan diatas bangsa
Eropa dan Timur Asing.
4. Bidang Kebudayaan
Sebagai negara fasis, Jepang menerapkan disiplin yang tinggi. Jepang
sangat hormat kepada kaisarnya. Hal inilah yang ingin diturunkan Jepang kepada
bangsa Indonesia. Jepang mewajibkan rakyat Indonesia untuk membungkukkan
badan sedalam – dalamnya ke arah matahari terbit atau dinamakan Seikeirei. Hal
ini kemudian memunculkan protes pada 1944 oleh kalangan pesantren di
Tasikmalaya. Pengaruh Jepang banyak terlihat pada lagu, film, drama, sebagai
bentuk propaganda Jepang.
5. Kebijakan Militer
6
a) Pembentukan Pasukan Pembantu Tentara (PETA):
Jepang membentuk Pembela Tanah Air (PETA) sebagai pasukan semi-
militer yang terdiri dari orang Indonesia. Tujuannya adalah untuk
membantu Jepang dalam upaya perang mereka, tetapi keberadaan PETA
juga memberikan pelatihan dan pengalaman militer kepada banyak orang
Indonesia, yang kemudian memainkan peran penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
b) Pelatihan Militer untuk Pemuda:
Selain PETA, Jepang juga menyelenggarakan pelatihan militer bagi
pemuda Indonesia melalui organisasi seperti Seinendan (Barisan Pemuda)
dan Heiho (Pembantu Tentara). Ini memberikan dasar pelatihan militer
dan disiplin kepada generasi muda.
c) Pengaruh terhadap Nasionalisme:
Meskipun tujuannya adalah untuk memperkuat posisi Jepang, kebijakan
militer mereka secara tidak langsung mendorong tumbuhnya semangat
nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia. Pelatihan dan
pengorganisasian militer meningkatkan kesadaran nasional dan
kemampuan untuk melakukan perjuangan bersenjata.
d) Mobilisasi Sumber Daya:
Jepang memobilisasi sumber daya manusia dan material di Indonesia
untuk kepentingan perang mereka, termasuk kerja paksa (romusha) yang
melibatkan pengiriman orang Indonesia ke berbagai daerah di Asia
Tenggara. Hal ini menyebabkan penderitaan besar bagi penduduk lokal.
e) Penekanan pada Disiplin dan Kekerasan:
Pendudukan Jepang dikenal dengan penekanannya pada disiplin militer
yang ketat dan sering kali kekerasan. Ini menciptakan lingkungan yang
keras bagi penduduk lokal dan pasukan yang dilatih.
f) Pengaruh pada Perjuangan Kemerdekaan:
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, pengalaman militer dan
organisasi yang didirikan selama pendudukan Jepang memberikan
landasan bagi Indonesia untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaannya
7
terhadap Belanda. Veteran PETA dan organisasi lainnya menjadi inti dari
pasukan yang berjuang dalam Revolusi Nasional Indonesia.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan