Anda di halaman 1dari 18

Kerja paksa Romusha di Indonesia (Sumber: www.omucu.

com)

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja
perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan
korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang.
Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

ASPEK BUDAYA

Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah


matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki
tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha
menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung
mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini
hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju
memberi hormat dengan membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei)ke arah
matahari terbit.

Potongan gambar pada film Sang Kiyai, menggambarkan kondisi saat tentara Jepang
menangkap

ulama-ulama yang menolak 'Seikerei' (Sumber: berdikarionline.com)

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang
mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang
kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman
agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun
berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.

ASPEK PENDIDIKAN

Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan
dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas
(bangsawan) saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun
oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan
dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat
drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

ASPEK EKONOMI

Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan
adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-
sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu,
untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad. Nah, wilayah-wilayah ekonomi yang
sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama Lingkungan
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam
struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai


gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum
perang.
a. Bidang Politik
Sejak masuknya Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat itu
dihapuskan dan diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi, pemerintah Jepang
masih membiarkan kesempatan pada golongan nasionalis islam karena dinilainya sangat
anti-barat, sehingga organisasi MIAI masih diperbolehkan tetap berdiri, tetapi karena
perkembangannya dianggap membahayakan Jepang, akhirnya MIAI dibubarkan dan
diganti dengan Masyumi.
* MIAI (MAJELIS ISLAM AL’A INDO)memanfaatkan kondisi ini untuk lebih
mengembangkan organisasi keagamaan yang ada. Tetapi setelah jepang mencurugai
bahwa MIAI dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia, akhirnya MIAI dibubarkan
seperti halnya organisai-organisaai lainnya. Sebagai gantinya, Jepang membentuk Majelis
Syuro Musolim Indonesia(masyumi)

b. Bidang Pendidikan
Membangun sekolah kokumin gakko (sekolah rakyat)Pendidikan zaman Jepang
mengalami perubahan secara drastis. Dimana sistem pengajaran dan kurikulum
disesuaikan dengan kepentingan perang. Siswa wajib mengikuti latihan dasar kemiliteran.
Jepang juga menanamkan semangat Jepang dan siswa wajib menghapal lagu kebangsaan
Jepang. Para guru diharuskan mengikuti kursus bahasa Jepang. Juga diwajibkannya
menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai bahasa pengantar disekolah untuk
menggantikan bahasa Belanda. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-
kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi ”Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya”.
c. Bidang Ekonomi
Pada pendudukan Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang.
Jepang berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Sebagian hasil
panen harus diserahkan kepada pemerintah. Rakyat diperbolehkan memiliki 40% hasil
panen mereka, 30%disetor kekoperasi dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan sisa
30% disediakan untuk bibit dan harus disimpan dilumbung desa. Kadang-kadang semua
itu dirampas oleh Jepang sehingga rakyat hanya makan keladi yang gatal, ubi jalar atau
bekicot serta makanan lain yang tidak layak. Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum
pria yang muda dan sehat serta produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha).
Akibatnya tidak sedikit nyawa yang terenggut saat itu.
d. Bidang Budaya
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk dapat menanamkan kebudayaannya.
Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit. Hal ini
berarti bahwa cara menghormat tersebut merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari.
f. Militer
Demi untuk memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya yang memerlukan banyak
tentara. Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi rakyat Indonesia dengan
membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti : Seinendan, Keobodan, Heiho dan
PETA. Meskipun pengerahan tersebut dilaksanakan untu kepentingan Jepang, namun
bangsa Indonesia mendapat keuntungan besar dari proses pendidikan militer ini. Hal ini
terasa gunanya, kelak pada saat bangsa Indonesia menghadapi sekutu dan Belanda yang
akan menjajah kembali Indonesia tahun 1945 – 1949.

g. Bahasa Indonesia
Jepang berusaha menghapus pengaruh barat di Indonesia. Antara lain dengan pelarangan
penggunaan Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan pertemuan resmi. Bahasa yang dboleh
digunakan adalah bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang. Demikian pula buku-buku
pelajaran maupun yang berbentuk sastra, menggunakan bahasa Indonesia.
Dampak Positif Dan Negatif Pendudukan Jepang Di Indoensia
Dampak Positif
 Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan
menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
 Jepang mendukung semangat anti Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung
semangat nasionalisme Indonesia, antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda,
misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
 Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin
nasional Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar Soekarno mau membantu
Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi
para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin
rakyatnya.
 Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yakni koperasi yang bertujuan untuk
kepentingan bersama, mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun
dan SLTA.
 Pembentukan stara masyarakat hingga tingkat paling bawah yakni rukun tetangga
“RT” atau Tonarigumi.
 Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yakni line system “sistem
pengaturan bercocok tanam secara efisien” yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi pangan.
 Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dari
sini muncullah ide Pancasila.
 Jepang dengan teprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia
demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal
untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya
pemerintah kolonial Belanda.
 Dalam pendidikan dikenalkan sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan
upacara dalam sekolah.

Dampak Negatif
 Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda
yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan warga.
 Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia “terutama warga Jawa” untuk kerja paksa
dalam kondisi yang tidak menusiawi.
 Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam dan minyak
demi kepentingan perang. Akibatnya berasa dan berbagai bahan pangan petani
dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
 Krisis ekonomi yang sangat parah, hal ini karena dicetaknmya uang pendudukan
secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
 Kebijakan self sufficiency “kawasan mandiri” yang menyebabkan terputusnya
hubungan ekonomi antar daerah.
 Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen
di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas
melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan
menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau
anti-Jepang tanpa proses pengadilan.
 Pembatasa pers sehingga tidak ada pers yang idependen semuanya dibawah
pengawasan Jepang.
 Terjadinya kekacuan sistuasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
 Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan
pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
 Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

Dampak Positif Pendudukan Jepang

Bidang Politik
 Melarang penggunaan Bahasa Belanda dan memperbolehkan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar.
 Dibentuknya badan persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI.
Dengan kemunculan badan persiapan ini, muncullah ide Pancasila.
 Mendukung semangat Anti-Belanda, sehingga secara tidak langsung Jepang ikut
mendukung semangat jiwa nasionalisme Indonesia.
 Memberi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam pemerintahan
politik.
Bidang Ekonomi
 Didirikannya koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
 Diperkenalkannya sistem baru bagi pertanian yaitu line system. Sistem ini akan
memberikan pengaturan bercocok tanam yang efisien sehingga akan meningkatkan
produksi pangan.
Bidang Sosial
 Mulai berkembangnya tradisi kerja bakti massal melalui kinrohosi.
 Munculnya sikap persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajah di Indonesia.
 Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
 Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu Tonarigami atau
Rukun Tetangga (RT).
Bidang Budaya
 Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) tanggal 1 April
1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi aktivitas kebudayaan Indonesia.
 Pembentukan Persatuan Aktris Film Indonesia (PERSAFI) yang bertujuan
mendorong aktris-aktris profesional dan amatir Indonesia untuk bereksperimen
dengan mengubah lakon terjemahan bahasa asing ke Bahasa Indonesia.
Bidang Pendidikan
 Dalam pendidikan diperkenalkannya sistem Nippon Sentris (mengharuskan para
siswa untuk melakukan upacara adat Jepang, senam khas Jepang, dll.)dan
diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
 Mendirikan sekolah seperti SD 6 tahun, SLTP/SMP 9 tahun dan SLTA/SMA.
Bidang Birokrasi dan Militer
 Jepang memberikan pelatihan militer-semimiliter kepada pemuda Indonesia dan
mempersenjatai pemuda demi keperluan perang Jepang. Seperti mengikutsertakan
pemuda ke organisasi keibodan, heiho, suisintai dan sebagainya.
 Peninggalan peralatan militer dan infrastruktur perang milik Jepang yang dapat
digunakan sebagai modal untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu, bangak peralatan militer Jepang yang
kemudian dikuasai oleh pemuda Indonesia.

b.) Dampak Negatif Pendudukan Jepang

Bidang Politik
 Dilarangnya kegiatan politik dan dibubarkannya organisasi politik yang ada.
 Dilarangnya segala jenis rapat dan kegiatan politik.
Bidang Ekonomi
 Jepang mengeksploitasi SDA dan SDM untuk kepentingan perang.
 Jepang mengmbil secara paksa makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari
rakyat Indonesia tanpa kompensasi.
 Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat.
 Terputusnya hubungan antar daerah akibat dari self sufficiency.
 Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi
SDA dan bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri perang.
 Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan menerapkan sistem ekonomi
secara ketat.
 Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan
daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
Bidang Sosial
 Adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda Indonesia
yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi perang Jepang.
 Kegiatan romusha yang menyengsarakan dan memiskinkan rakyat.
 Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan berada
di bawah pengawasan Jepang.
 Terjadinya kondisi yang parah dan maraknya tindak kriminal seperti perampokan,
pemerkosaan dan lain-lain.
Bidang Pendidikan
 Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
Bidang Birokrasi dan Militer
 Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara Jepang karena menghukum keras
orang-orang yang menyimpang/menentang dari Jepang.

B. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA [Secara Kronologi/Panjang Lebar]

#1. Bidang Politik

Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan Bahasa
Belanda dan mewajibkan Bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan
keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku, kecamatan dengan So, kawedanan dengan Gu,
kotapraja dengan Syi, kabupaten dengan Ken, dan karesidenan dengan Syu.

Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan ke arah Tokyo dengan membungkukkan


badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno Heika.

Jepang juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut.
Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di
Sumatera berpusat di Bukittinggi, angkatan laut di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian
berpusat di Ujungpandang (sekarang Makassar).

Pemerintahan itu berada di bawah pimpinan panglima tertinggi Jepang untuk Asia
Tenggara yang berkedudukan di Dalat, Vietnam.

Selain itu, Jepang membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat


propaganda, seperti G3A (Gerakan tiga A), PUTERA, Jawa Hokokai, MIAI dan Maysumi.
Berbagai organisasi tersebut banyak mengaami kegagalan bahkan dimanfaatkan oleh
kaum muda untuk pergerakan nasional.

Tujuan utama pemerintah Jepang yaitu untuk menghapuskan seluruh pengaruh Barat dan
menggalang masyarakat agar memihak Jepang.

Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan
oleh PM Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 1943.
Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu membangkitkan semangat perjuangan
rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan kemerdekaan
Indonesia.
Secara singkat, dalam bidang politik Jepang melakukan berbagai propaganda, antara lain
yaitu :
Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia atau sering disebut Hakko Ichiu.
Membangun pendidikan berbentuk beasiswa untuk mencuri simpati rakyat.
Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang cahaya
Asia).
Menarik simpati umat islam dengan memberangkatkan ibadah Haji.
Menarik simpati organisasi Islam seperti organisasi MIAI.
Melaksanakan politik dumping.
Mengajak tokoh perjuangan Nasional dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari
penahanan Belanda.

#2. Bidang Ekonomi dan Sosial-Budaya

Untuk membiayai perang pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja Indonesia.
Mereka dikerahkan untuk membuat benteng pertahanan. Awal mulanya, tenaga kerja
dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya, selanjutnya di kota-kota dibentuk
barisan romusha sebagai sarana propaganda.

Propaganda tersebut kemudian menarik para pemuda untuk bergabung dengan sukarela.
Pengerahan tenaga kerja yang awal mulanya sukarela lama kelamaan berubah menjadi
paksaan. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada di setiap daerah.

Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin
kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan.

Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembaikan citranya,
jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa sebagai “Pahlawan
Pekerja” atau “Prajurit Ekonomi”. Mereka digambarkan sebagai sosok suci dalam
menjalankan tugasnya. Para pekerja romusa jga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam,
Serawak, dan Malaya.

Saat itu kondisi masyarakat amat menyedihkan. Bahkan makanan sulit didapat akibat
banyak petani yang menjadi romusa. Gelandangan di kota besar (Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya) semakin tumbuh subur. Tidak jarang pula mereka mati kelaparan di
jalanan atau di kolong jembatan.

Berbagai penyakit juga menjangkit rakyat Indonesia. Selain itu pasar gelap semakin
merajalela kala itu. Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan sedikit jumlahnya. Uang
yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah.

Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan orang-orang menggunakan karung goni


sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan.

Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai Jepang dan diawasi sangat ketat.
Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian.
Perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang, banyak juga
perkebunan yang dirusak lalu diganti tanamannya untuk keperluan perang.

Rakyat dilarang menanamtabu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang
yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya.

Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi
masyarakat luas, misalnya memperbaiki jalan, saluran air atau menanam pohon jarak
(dilakukan secara bergantian). Untuk menjalankan tugas tersebut dengan baik, maka
dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memobilisasi massa dengan efektif.

Sementara itu, komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau
maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan
oleh Jepang.

Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia,
seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk
mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka
didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun
Bunka Shidosho.
Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi
kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah
Kolonial Belanda.

Mengapa ? Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu :

Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat tidak bersalah ditangkap,


ditahan dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang).

Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih untuk bekerja
sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya dipaksa untuk melayani para
kempetai (nafsu seks). Para gadis tersebut dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-
kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di
Semarang, Jakarta, Solo, dan Sumatera Barat.

#3. Bidang Pendidikan

Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan Indonesia semakin memburuk. Pendidikan


tingkat dasar hanya satu (pendidikan 6 tahun), hal ini dikarenakan untuk memudahkan
pengawasan. Para pelajar wajib mempelajari Bahasa Jepang.

Mereka juga harus mempelajari adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang
(Kimigayo) serta gerak sebelum memulai pelajaran. Bahasa Indonesia digunakan sebagai
bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran wajib.

Sementara itu perguruan tinggi ditutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi yang
dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan Perguruan
Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung.

Jepang juga membentuk Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di Jakarta, serta
Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Saat itu perguruan tinggi di Indonesia mengalami
kemunduran dan kemerosotan yang tajam.

Keuntungannya pada masa Jepang yaitu penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan indoktrinisasi. Menurut
Jepang, kader-kader dibentuk untuk mempelopori dan melaksanakan konsepsi
kemakmuran Asia Raya. Namun bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan
persiapan bagi pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan.

Ketika sudah dididik untuk selang waktu beberapa tahun, para pelajar dianjurkan untuk
masuk ke militer. Mereka diajarkan untuk masuk ke organisasi Heiho (sebagai pembantu
prajurit). Selain itu juga, para pemuda dianjurkan untuk masuk ke barisan seinendan dan
keibodan (pembantu polisi).

Mereka dilatih baris-berbaris meskipun hanya bersenjata kayu. Dalam seinendan mereka
dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan yang
berat. Latihan militer itu kelak berguna bagi bangsa Indonesia.

#4. Bidang Birokrasi dan Militer

Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU No. 27 tentang Aturan Pemerintah


Daerah dan UU No. 28 tentang Pemerintah Syu dan Tokubetsushi Syi, maka berakhirlah
pemerintahan sementara.

Kedua aturan tersebut merupakan struktur pemerintahan dengan datangnya tenaga sipil
dari Jepang di Jawa. Mereka ditempatkan di Jawa untuk melakukan tujuan reorganisasi
Jepang, yang menjadikan Jawa sebagai pusat perbekalan perang di wilayah Selatan.

Sesuai dengan UU tersebut, seluruh kota di Jawa-Madura (kecuali Solo dan Yogyakarta)
dibagi atas syu, syi, gen, son, dan ku. Pembentukan provinsi yang dilakukan Belanda
diganti dan disesuaikan dengan struktur Jepang, daerah pemerintahan yang tertinggi,
yaitu Syu.

Meskipun luas wilayah syu sebesar wilayah karesidenan, namun fungsinya berbeda.
Apabila residen merupakan pembantu gubernur, maka Syu adalah pemerintahan otonomi
dibawah shocukan yang berkedudukan sama dengan gubernur.

Pada masa pendudukan Jepang juga dibentuk Chou Sangi yang fungsinya tidak jauh dari
Volkstraad. Dalam volkstraad masih dapat dilakukan kritik pemerintah dengan bebas,
sebaliknya chou sangi tidak dapat melakukan hal itu.
Masa pendudukan Jepang rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat di bidang
militer. Mereka dapat kesempatan untuk berlatih militer, baris berbaris, latihan
menggunakan senjata, masuk organisasi militer bahkan ikut latihan perang.

Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu.


Karena itulah mereka melatih menduduk dengan beragam latihan kemiliteran.

Bekas pasukan PETA itulah yang menjadi Badan Keamanan Rakyat (BPR), yang menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

1. Kebijakan Jepang di bidang Pemerintahan


Memasuki Pemerintahan Indonesia secara pelan-pelan,pada awalnya rakyat masih di
bolehkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi disamping menggunakan
bahasa Jepang,Bendera Merah Putih boleh dikibarkan berdampingan dengan bendera
Jepang Hinomaru.Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan di samping lagu
kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo.
Pengibaran sangsaka Merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia raya ini hanya pada
awal pendudukan Jepang saja selama dua minggu berkuasa,mengikutkan rakyat dalam
berbagai organisasi resmi pembentukan Jepang,menarik simpati umat Islam dengan
mengizinkan organisasi Majlis Islam tetap berdiri,rakyat diharuskan menyerahkan besi
tua,semua harta peninggalan Belanda,hasil perkebunan,ataupun paprik disita.(4)
2.Kebijakan di Bidang Pendidikan
Pada awalnya menjelang kedatangan invansi militer Jepang masuk ke Indonesia,ada
sebuah Sekolah Rakyat 3 tahun dan 6 tahun, yang diasuh oleh badan swasta yaitu suatu
badan yang dibantu oleh gereja Dayak Evangelis khususnya di daerah Kalimantan.Sekolah
yang diasuh oleh pihak swasta ini merupakan sekolah pada masa Belanda.Ketika Jepang
masuk mereka menemukan sekolah swasta ini dan tetap berjalan dan guru-gurunya digaji
secara natural oleh Jepang.Pemerintah Jepang mengambil alih semua sekolah tersebut.
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah
menghilangkan diskriminasi/perbedaan yang diterapkan Belanda. Pada pemerintahan
Jepang, siapa saja boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Rakyat dari lapisan manapun
berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang pun juga menerapkan jenjang
pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3
tahun.Dimana sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat
ini.Pelajaran utamanya yang paling intensif sekali diajarkan kepada anak-anak sekolah
adalah setiap pagi sebelum memasuki kelas selalu diadakan upacara bendera megibarkan
bendera Jepang dan penghormatan kearah matahari terbit.Setelah upacara selesai
disambung dengan gerak badan yang disebut dengan Taiso.
Disamping Taiso juga diharuskan bagi semua siswa melaksanakan lari berbaris sepanjang
kampung yang pada waktu itu disebut Jajiasi.kemudian pelajaran berupa adu kekuatan
juga diberikan seperti Sumo,yakini jenis permainan dorong menorong dengan tangan yang
dibatasi oleh suatu lingkaran.Wibawa guru-guru pada masa pemerintahan Jepang di
Indonesia memang sangat dijaga,karena setiap siswa yang bertemu dengan guru harus
hormat,pemerintahan Jepang memberikan ancaman kepada siswa yang tidak hormat dan
berkebijakan untuk membuat siswa tunduk.
Dalam acara penaikan bendera Jepang semua siswa menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
yaitu Kimigayo.Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki
kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan
Jepang.
Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para
guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.Kebijakan lain yang diterapkan
Jepang yaitu para siswa termasuk guru-gurunya harus upacara dan menunduk kearah
matahari terbit dengan cara rukuk atau (membungkuk)yang disebut upacara Seikeire.
Apabila bendera sedang dinaikkan tidak seorangpun boleh berjalan melaikan harus
berhenti menghadap kebendera dan memberi hormat.Disamping diharuskan hormat
kepada guru(sensei),maka setiap orangtua haru dihormati pula termasuk kepala kampung
yang pada waktu itu dinamakan Sonco.
Usaha Jepang dalam menjepangkan rakyat Indonesia termasuk juga para siswa dilihat
dengan adanya pelajaran bahasa Jepang meskipun dalam bentuk stensilan yang khusus
disusun untuk mempelajari bahasa Jepang.Buku stensilan tersebut bernama Langkah
pertama dan langkah kedua.Disamping mempelajari bahasa Jepang diajarkan pula huruf
abjad Jepang.Sejak kelas satu mulai di perkenalkan huruf Jepang dari abjad
Katagana,selanjutnya untuk kelas-kelas tinggi diajarkan abjad Hiragana dan kemudian
abjad Kanji.
Dengan demikian,secara sistematis sekali pendudukan militer Jepang itu ingin
menjepangkan anak-anak Indonesia mulai dengan bahasa hurufnya Sekolah Rakyat.Untuk
keperluan menulis para siswa memakai batu tulis berwarna hitam.Untuk menanamkan
semangat patriotisme dihati rakyar dalam hal menyanjung Perang Asia Timur
Raya,pemerintah Jepang menciptakan lagu khusus tentang keberanian seorang Heiho yang
diberinya judul Amat Heiho,ceritanya menyerang sekutu sampai harus rela tewas demi
kejayaan negara Jepang.
Sekolah Rakyat 3 tahun pada waktu itu diberi nama Futu Gakko sedangkan Sekolah rakyat
6 tahun diberi nama Ku Gakko.Sekolah-sekolah baru tidak ada didirikan olh pemerintahan
Jepang tapi hanya meneruskan sekolah-sekolah swasta saja.Selain itu bagi para siswa yang
ingin melanjutka pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,maka diberi kesempatan yang
bernama Sihan Gakko.
Hal ini dapat dipahami,pendidikan yang diberikan Jepang pada rakyat pribumi semata-
semata hanya untuk kepentingan Jepang,tanpa memikirkan kemajuan pendidikan rakyat
pribumi,karena melalui pendidikan,pemerintahan Jepang mulai memasukkan rasa simpati
kepada rakyat,terutama dalam mengenyam pendidikan,yang di zaman belanda untuk
masuk Sekolah rakyat saja sangat susah,hanya orang tertentu saja yang diperbolehkan
untuk sekolah.Sedangkan Jepang sebaliknya,namun tujuan sebenarnya untuk
menjepangkan rakyat Indonesia dan rasa kecintaan kepada Jepang.[5]
3.Kebijakan dibidang Politik
Pada masa pendudukan Jepang,semua partai politik rakyat pribumi dibubarkan dan
dihapuskan,surat kabar dihentikan keberadaannya serta dilarang untuk menerbitkannya
dan harus digantikan dengan koran Jepang-Indonesia.Pemerintah Jepang melarang rakyat
pribumi untuk menghentikan semua bentuk perkumpulan,dan Jepang akan
mengendalikan seluruh organisasi nasional,dan dalam bidang politik pemerintahan,
Jepang juga membentuk 8 bagian pada pemerintah pusat dan bertanggung jawab
pengelolaan ekonomi pada syu (karesidenan).
Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri atas Syu (Karesidenan yang dipimpin
oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh Sicho, Ken (Kabupaten) sipimpin oleh Kencho,
Gun (Kewedanan) dipimpin oleh Guncho, Son (Kecamatan) dipimpin oleh Soncho, dan Ku
(Desa/Kelurahan) dipimpin oleh Kuncho.Pada masa pendudukan Jepang terjadilah
perubahan di bidang politik pemerintahan yakni adanya perubahan yang mendasar dalam
sistem hukum. Dengan diberlakukannya pemerintahan militer sementara waktu dan
jabatan Gubernur Jenderal dihapuskan diganti oleh tentara Jepang.
4.Kebijakan Jepang membentuk berbagai Organisasi sekaligus kebijakan dibidang Militer
Masa pendudukan Jepang partai politik dibubarkan dan dibentuk perkumpulan atau
organisasi yaitu:
a) Gerakan 3A,dengan isinya:Nippon cahaya Asia,Nippon pelindung Asia,Nippon
pemimpin Asia.Yang dipimpin oleh Syamsuddin.Tujuannya didirikan untuk menanamkan
kepercayaan kepada rakyat bahwa Jepang adalah pembela Indonesia.
b) MIAI (Majlis Islam A'la Indonsia).Organisasi ini masih tetap berjalan karena masih
diperbolehkan Jepang karena tidak termasuk kedalam partai politik.Pemimpinnya
KH.Masmansyur,
c) PUTRA (Pusat tenaga rakyat) dibentuk pada 1 Maret 1943,yang dipimpin oleh empat
serangkai yaitu:Ir.Soekarno,Moh.Hatta,KH.Dewantara dan KH.Masmansyur. Tujuannya
dibentuk untuk memberikan pembelaan kepada Jepang. Tetapi bagi tokoh-tokoh Indonesia
justru untuk membina kader-kader bangsa dan menggembleng mental rakyat agar mampu
berjuang menuju kemerdekaan.
d) Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sang In) Chuo Sang In dibentuk pada tanggal 5
September 1943 atas anjuran Perdana Menteri Jenderal Hideki Tojo. Ketuanya adalah Ir.
Soekarno sedangkan wakilnya adalah R.M.A.A Koesoemo Oetojo dan dr. Boentaran
Martoatmojo. Tugas badan ini adalah memberi masukan dan pertimbangan kepada
pemerintah Jepang dalam mengambil keputusan.
e) Peta
Kemudian, untuk mempertahankan tanah air Indonesia, pada tanggal 3 Oktober 1943
Jepang membentuk barisan sukarela yang disebut Pembela Tanah Air yang disingkat
PETA. Peta ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang dilatih sebagai prajurit di
bawah pengawasan opsir-opsir Jepang.Namun kemudian Peta inilah yang kemudian
menjadi inti dari Tentara Nasional Indonesia pada zaman Revolusi Kemerdekaan.
Dengan adanya Peta ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat mempertahankan wilayahnya
sendiri, apabila sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya, maka
disetiap kabupaten dibentuk Peta. Nama Peta untuk tingkat kabupaten disebut Daidan,
dan dikepalai oleh seorang Daidanco.
f) Jawa Hokokai(Gerakan kebaktian Jawa).Dibentuk pada tahun 1944.Organisasi ini
dibentuk karena semakin memanasnya perang Asia Pasifik dan memiliki tiga dasar
yaitu:mengorbankan diri,mempertebal persaudaran dan melaksanakan tugas untuk
Jepang.
5.Kebijakan Jepang dibidang Militer
Pengerahan pemuda
Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan
kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara
intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer
maupun militer. Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar
mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu.
Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai,
dan Keibodan.
Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu.
a) Seinendan (Barisan pemuda) sejarah mencatat pembentukannya ada yg bulan maret
dan ada juga yang mengatakan bulan April 1943,dengan anggota para pemuda yang
berusia 14-25 tahun.
b) Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April
1943.Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun.
c) Fujingkai (Barisan wanita) dibentuk pada bulan Agustus 1943.yang berusia 15 tahun
keatas
d) Gakotai (barisan pelajar)
e) Heiho (Pasukan pembantu) sebagai bagian dari AD dan AL Jepang,dibentuk bulan
April 1943,yang berusia 18-25 tahun
f) Peta (Pembela tanah air)
g) Jawa Hokokai (Kebaktian rakyat Jawa).Harus berbakti kepada Jepang.Jepang
menancapkan kebijakannya dan bermaksud memanfaatkan rakyat Indonesia untuk
kepentingannya,
h) Barisan Pelopor
Pada tahun 1944,Jepang semakin terdesaknya dalam perang Pasifik.Satu demi satu daerah
pendudukannya jatuh ke tangan pihak sekutu.Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat
Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuklah Barisan Pelopor, sebagai bagian
dari Jawa Hokokai.Barisan pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama di masa
penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan
organisasi dipegang oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata dan
Buntaran Martoatmojo.(6).
6.Kebijakan Jepang dibidang Agama.
Kebijakan Jepang terlihat ketika memasuki Indonesia dengan janji-janji yang membuat
rakyat Indoneisa begitu yakin atas tindakan-tindakannya,yang sama sekali membuat
rakyat tidak pernah mengira Indonesia akan menjadi jajahannya,seperti yang saya
kemukakan diatas.Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yg dominan beragama
Islam,dan bisa kita lihat dari Sabang sampai Merauke.Awal masuknya Jepang ke
Indonesia,sebagai contoh Jepang juga pernah masuk ke Aceh yang merupakan pusat dari
agama Islam.Awal pendudukan Jepang diIndonesia khususnya Aceh ini, memberikan
harapan kebahagiaan rakyat Aceh yang akan menghormati agama Islam.
Namun pada kenyataannya,setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia semua janji yang
diucapkan di ingkarinya dan mulai bersikap keras.Harapan rakyat terhadap Jepang yang
semula bersemi mulai sirna.Tidak ada lagi harapan bahwa Jepang akan menjadi pembela
rakyat dan pelindung agama Islam.Karena Jepang sendiri beragama Sinto,yang
memperbolehkan memakan babi,sementara dalam ajaran Islam sangat dilarang.Selain
itu,Jepang juga menginstruksikan seluruh rakyat harus menunduk kearah matahari terbit
yang disebutnya upacara Seikeire,sebagai tanda hormat kepada kekaisaran Jepan,dimana
itu juga bertentangan dengan ajaran Islam sendiri.
7.Kebikan bidang Sosial-Budaya
Kebijakan disini dapat kita lihat melalui penyerahan hasil panen berupa padi rakyat secara
paksa,penyerahan ini tentulah menyengsarakan rakyat.Disebabkan keinginan Jepang
bukan sekedar permintaan tapi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
masyarakat.Begitulah kekajaman Jepang.Akibatnya banyak yang menderita
kelaparan,rakyat menderita kemiskinan,menurunnya kesehatan masyarakat,keadaan
sosial semakin memburuk,dalam hal pakaian,rakyat terpaksa memakai baju dari
goni,sehingga banyak berjangkit penyakit kulit,serta angka kematian semakin meningkat.
8..Kebijakan dibidang Ekonomi.
* Jepang menggunakan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan perang dan
industrinya,dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam Indonesia.Hal ini berupa
ekploitasi bidang hasil pertanian,perkebunan,hutan,bahan tambang dll.Hasil kurasan nya
ini hanya untuk keuntungan dan kepentingan Jepang sendiri tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyat.Dampaknya dari ekpokitasi besar-besaran ini merugikan bangsa
Indonesia dan kesengsaraan berupa kekurangan sandang,pangan.Rakyat harus terus
menjalani hidupnya dalam serba kekurangan,dan parah lagi bahan makanan dibawa
Jepang untuk para prajuritnya,sementara rakyat Indonesia mati kelaparan.
* Pemerintah Jepang pun mengawasi kegiatan perekonomian pada sisa-sisa barang
perdagangan,sekaligus memonopoli.
* Mengawasi perkebunan,dan setiap hasilnya harus diserahkan kepada Jepang.Jadi
konsekuensinya SDA dan masyarakatnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
perang.Sehingga rakyat Indonesia mengalami kelemahan fisik,dan kekurangan material.
* Selain memeras hasil bumi Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat,yang
dilatarbelakangi oleh terdesaknya Jepang dalam perang dunia ke II melawan tentara
sekutu,dan Jepang sudah pasti memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk itu.Maka
dipergunakanlah tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa(tanpa dibayar)yang kita
kenal dengan sebutan Romusha.Romusha merupakan kerja paksa yang dikerahkan Jepang
dengan tujuan untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan Jepang,serta objek-
objek vitalnya,seperti:
* Membangun jalan,lapangan terbang,goa-goa untuk tempat persembunyian,benteng-
benteng,kubu pertahanan dan rel kereta api.Selain itu rakyat Indonesia juga diperintahkan
untuk membangun jalan raya,sejauh 70 Km bahkan lebih dari 150 Km.Untuk memperoleh
tenaga kasar dalam romusha ini dikumpulkan lah kaum-kaum pria di desa-desa tanpa
diketahui darimana mereka harus dipekerjakannya.Banyak juga rakyat dipulau Jawa
dikirim keluar Jawa yaitu ke Aceh,Maluku,Sulawesi bahkan ke luar negeri seperti ke
Malaysia,Myanmar,dan Muang Thai Semua pekerjaan ini menelan korban jiwa yang tidak
sedikit,korban yang gugur pun lebih banyak karena selain diserang wabah busung lapar
dan terjangkit penyakit malaria.(7)

Anda mungkin juga menyukai