Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

I. ASPEK SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu
sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa
Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan
baik dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun semua itu
berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat.
Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat
rakyat kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana
perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke
luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand),
dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup
yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena
sudah meninggal dunia.

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja
perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan
korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar
200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.
II. ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah
matahari terbit kepada rakyat Indonesia ,Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat
tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha menerapkan
nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat pertentangan dan
perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan membungkukkan
punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang
mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang
kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar
karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun berada di
bawah pengawasan pemerintahan Jepang.
A. SELAIN ITU, TERDAPAT PULA BEBERAPA PERUBAHAN ASPEK
BUDAYA PADA BEBERAPA SEKTOR SEPERTI:

1. Pendidikan dan Bahasa Indonesia


Pendidikan di Indonesia semasa penjajahan Jepang dapat dibilang mengalami penurunan.
Apabila dilakukan perbandingan, jumlah Sekolah Dasar (SD) yang pada masa kependudukan
Hindia Belanda sebesar 21.500, tetapi sejak kependudukan Jepang menjadi 13.500 serta
menurunnya sekolah menengah yang berada di angka 850 menjadi 20. Bagi Jepang, sekolah
adalah cara untuk melakukan doktrin untuk melakukan pembentukan terhadap kader-kader dalam
melaksanakan perjuangan bersama Asia Timur Raya dalam kegiatan Perang Asia Pasifik

Hanya saja, Bahasa Indonesia kini menjadi bahasa pengantar yang dilakukan ke semua sekolah
dan Bahasa Indonesia juga menjadi mata pelajaran utama. Sedangkan, bahasa Jepang diberikan
kepada siswa hanya sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu, untuk surat kabar serta radio juga
diizinkan dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk pemercepat dalam penyebarluasan bahasa
Indonesia.

Papan toko, nama-nama label, perusahaan dan lain sebagainya yang sebelumnya menggunakan
bahasa Belanda kini juga diharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia serta Jepang agar
bahasa Indonesia cepat meluas dan memberikan semangat untuk menyatukan bangsa Indonesia. 

2. Ekonomi Sosial
Pada bagian ini, Jepang banyak melakukan eksploitasi terhadap bangsa Indonesia. Mengapa
demikian? Karena Pemerintah Jepang yang memberikan arahan dalam sistem pengaturan
ekonomi :

- Kegiatan Ekonomi
Untuk segala macam bentuk kegiatan ekonomi yang berada di Indonesia pada waktu itu
diarahkan untuk kepentingan Perang Asia Pasifik. Oleh karena itu, seluruh potensi dari sumber
daya alam serta bahan mentah yang dimiliki oleh Indonesia, digunakan untuk kebutuhan industri
guna mendukung pembuatan mesin perang. Pada masa itu pula, Jepang melakukan semua
penyitaan terhadap hasil perkebunan, pabrik, serta bank dan perusahaan-perusahaan lainnya. Oleh
karena itu, lahan pertanian yang sebelumnya sering digunakan kemudian menjadi jarang terpaia
dikarenakan kebijakan ekonomi pada waktu itu difokuskan untuk industri peperangan. Hal itu
menyebabkan meningkatnya kemiskinan, produksi pangan yang kemudian menjadi kelaparan
menjadi menyebar di seluruh negeri.

- Pengawasan Ekonomi yang Ketat


Pelaksanaan ekonomi yang dilakukan Jepang sangatlah ketat. Sangat ketat dan bahkan tidka
segan-segan uuntuk memberikan pelanggaran berat. Pengawasan ekonomi ini dilakukan pada
penggunaan serta peredaran dari persediaan barang-barang. Selain itu dilakukan juga pengendalian
harga untuk mengehentikan atau mencegah dari peningkatan harga barang. Banyak rempah-rempah
seperti teh, kopi, karet, dan tebu diambil serta dimonopoli penjualannya.
- Sistem Ekonomi Perang 
Sistem ini digunakan oleh Jepang karena untuk memenuhi kebutuhan jepang dalam
menunjang kegiatan perang. Hal ini akan menyengsarakan rakyat karena mereka akan lelah secara
fisik serta kekurangan materi. Terutama ketika memasuki tahun 1944 dimana Jepang mulai
terdesak dalam peperangan dan mulai membutuhkan bahan-barang perang semakin banyak. Oleh
karena itu, Jepang memberlakukan kampanye penyitaan bahan pangan maupun bahan mentah
secara besar-besaran. Dalam hal ini beban yang diberikan adalah makanan sebesar 30% untuk
pemerintah, 30% untuk desa, dan 40% menjadi milik pemilik bahan pangan.

III. ASPEK PENDIDIKAN


Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat
mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan) saja
yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu
memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua
kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi
13.500.

IV. ASPEK EKONOMI


Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah
sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan
mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang
Asia Timur Raya, wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau
yang diberi nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang
masuk ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.
Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden
Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang.

A. KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA ERA PENDUDUKAN JEPANG


Dalam menjalankan kebijakan pemerintahannya, pemerintah Jepang berpegang pada tiga prinsip
utama. Pertama, mengusahakan agar mendapat dukungan rakyat untuk memenangkan perang dan
mempertahankan ketertiban umum. Kedua, memanfaatkan sebanyak mungkin struktur
pemerintahan yang sudah ada. Ketiga, meletakkan dasar supaya wilayah yang bersangkutan dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri bagi wilayah selatan.1  Oleh karena itu pemerintah Jepang pada
awalnya senantiasa berupaya mencapai dan kemudian mempertahankan keadaan yang stabil, jika
tidak bisa memulihkan keadaan seperti yang sebelumnya (status quo ante), paling tidak mendekati
seperti itu.
Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas, yaitu menghapus
pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia dan memobilisasi rakyat Indonesia demi
kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.
Luasnya daerah pendudukan Jepang, menyebabkan Jepang memerlukan tenaga kerja yang
sebanyak-banyaknya untuk membangun sarana pertahanan berupa kubu-kubu pertahanan, lapangan
udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga untuk mengerjakan semua itu,
diperoleh dari desa-desa di Jawa yang padat penduduknya melalui suatu sistem kerja paksa yang
dikenal dengan Romusha. Romusha ini dikoordinir melalui program Kinrohosi atau kerja bakti.
Pada awalnya mereka melakukan dengan sukarela, lambat laun karena terdesak perang Pasifik
maka pengerahan tenaga diserahkan pada panitia pengerah (Romukyokai) yang ada di setiap desa.
Banyak tenaga Romusha yang tidak kembali dalam tugas karena meninggal akibat kondisi kerja
yang sangat berat dan tidak diimbangi oleh gizi dan kesehatan yang mencukupi. Kurang lebih
70.000 orang dalam kondisi menyedihkan dan berakhir dengan kematian dari ½ 300.000 tenaga
Romusha yang dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Malaya dan Serawak.
B. KEBIJAKSANAAN YANG DILAKUKAN JEPANG BIDANG EKONOMI

DI JAWA ADALAH :
1. PENINGKATAN PRODUKSI PADI
Keadaan beras di Jawa tahun 1942 sangat mengkhawatirkan. Oleh kerena itu produksi padi
perlu ditingkatkan. Dalam rangka itu Jepang merencanakan penambahan areal tanah. Cara
menambah areal tanah ini adalah dengan dengan membuka tanah baru terutama bekas perkebunan
tanah lainya yang belum pernah ditanami. Disamping itu Jepang yang memeperkenalkan teknik
penanamam padi yang baru, yaitu menanam bibit padi tanaman padi garis lurus dan Jepang
mengemukakan bahwa hal ini adalah penyebab rendahnya produktivitas padi. Petani diharapkan
menanam bibit padi lebih dari 2 centimeter dan tidak membiarkan tanaman terlalu besar di tempat
pembibitan sebelum dipindahkan. Cara penanaman padi yang diperkenalkan oleh Jepang ini
akhirnya diterima oleh petani Jawa, karena cara tersebut lebih efektif dalam rangka meningkatkan
produksi padi.

2. WAJIB SERAH PADI


Pada masa pendudukan Jepang, Jawa ditetapkan sebagai pemasok beras pulau-pulau diluar Jawa
serta untuk keperluan medan pertempuran di medan pertempuran di pasifik selatan. Beras didatangkan
dari Jawa semakin memiliki arti yang sangat penting karena semasa perang angkatan jarak jauh dan
perkapalan sangat sulit serta keamanan di laut memburuk. Disamping itu, beras Jawa dikenal bermutu
tinggi dan rasanya enak. Oleh karena itu, Jepang berkeinginan untuk memperolah beras dari Jawa
sehingga kebijakan mereka ditujukan unuk memeksimalkan produksi dan pengumpulan beras.

C. HAL-HAL YANG DIBERLAKUKAN DALAM SISTEM PENGATURAN


EKONOMI PEMERINTAH JEPANG

1). Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya
alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita
seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang
terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi
tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat
drastis.
2). Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang
sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan
barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan
teh, kopi, karet, tebu, gula, pohon jarak, kapas dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh,
kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang.
3). Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri
dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan
dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik
maupun material.
4). Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan
kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang
mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa
Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah.
5). Sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan semakin terasakan bertambah berat pada saat rakyat
juga merasakan penggunaan sandang yang amat memprihatinkan. Pakaian rakyat compang
camping, ada yang terbuat dari karung goni yang berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari
karung tersebut. Adapula yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai penutup.

Dalam bidang sosial-ekonomi, pemerintahan pendudukan Jepang mengadakan pengaturan


terhadap distribusi barang-barang yang dianggap penting untuk kepentingan perang, seperti besi,
tembaga, kuningan dan sebagianya yang diatur dengan Osamu Seirei nomor 19 tahun 1944 tentang
mengatur pembagian tembaga tua dan besi tua. 
Demikian bentuk praktik-praktik eksploitasi ekonomi masa pendudukan Jepang, yang telah
begitu banyak menghancurkan sumber daya alam, menimbulkan krisis ekonomi yang mengerikan
dan berakhir dengan tingginya tingkat kematian seperti yang terjadi juga pada bidang sosial,
khususnya pergerakan sosial yang dilakukan pemerintah Jepang dalam bentuk Kinrohosi atau kerja
bakti yang lebih mengarah pada kerja paksa untuk kepentingan perang.

V. ASPEK POLITIK DAN MILITER


Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-
golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.
Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama dengan
pemerintahan Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari
penjara, seperti Soekarno dan Hatta
Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang
menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat
Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu,
bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia,
melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama
Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama
Jepang.

Namun, kemudian Jepang mengeluarkan undang-undang yang terkait pada bidang politik yang
justru banyak merugikan bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya:
1. Undag-undang nomor 2 tanggal 8 maret tahun 1942, tentang larangan kepada orang indonesia
untuk berserikat dan berkumpul
2. Undang-undang nomor 3 tanggal 10 mei tahun 1942, tentang larangan kepada orang-orang
indonesia untuk memperbincangkan pergerakan atau propaganda perihal peraturan dan
susunan negara.
3. Undang-undang tanggal 22 juli tahun 1942, tentang larangan pendirian organisasi yang
bersifat politik.

VI. AKHIR PENJAJAHAN

Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II, pada awal perang,


memperoleh berbagai kemenangan pada berbagai front
pertempuran. Serangan Jepang secara mendadak kemudian mampu meluluhlantakan Pearl
Harbour yang merupakan pangkalan perang Amerika Serikat. Tujuan Jepang melakukan serangan
terhadap Pearl Harbour adalah melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang dianggap berbahaya
untuk menuju Asia Timur Raya. Akan tetapi kemenangan-kemengangan Jepang itu tidak
berlangsung lama.
Pada akhir tahun 1944, Jepang semakin terdesak, beberapa pusat pertahanan di Jepang termasuk
kepulauan saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat. Terdesaknya pasukan Jepang diberbagai front
menjadi berita menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Harapan bangsa Indonesia agar terjadi
perubahan sikap terhadap penguasa Jepang ternyata terwujud. Jepang semakin terpuruk, semangat
tempur tentara Jepang makin merosot dan persediaan senjata dan amunisi terus berkurang dan
banyak kapal perang yang hilang, keadaan semakin diperburuk dengan perlawanan rakyat yang
semakin menyala.
Salah satu pertempuran yang membawa dampak negative bagi Jepang adalah Pertempuran
Laut Karang atau Laut Koral(1942). Pertempuran ini tercatat sebagai pertempuran laut pertama
yang melibatkan kapal-kapal perang kedua belah pihak.Serangan Jepang dapat ditahan oleh
Amerika Serikat. Pada pertempuran ini Jepang mengalami kerugian dengan rusaknya berbagai
kapal induk. Kekalahan Jepang pada pertempuran selanjutnya dikarenakan Amerika Serikat
mampu mengetahu strategi yang akan dipakai oleh Jepang melalui penyadapan.
Kekalahan Jepang dalam berbagai front pertempuran juga dipersulit dengan adanya berbagai
perlawanan yang berlangsung dibeberapa daerah di Indonesia. Perlawanan terhadap Jepang antara
lain di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, Perlawanan rakyat Tasikmalaya dipimpin
oleh KH. Zainal Mustofa, dan Perlawanan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi.
Kekalahan Jepang di berbagai front pertempuran berdampak bagi pemerintahan yang ada di
Jepang. Pada tanggal 17 Jui 1944, Jenderal Nideki Tojo diganti oleh Jenderal Koniaki Koiso.
Pada tanggal 7 september 1994 jenderal koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia
dikemudian hari. Pada 1 Maret 1945, panglima Jepang letnan jenderal kumakici harada
mengumumkan pembentukan badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekan Indonesia
(BPUPKI). Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dibom atom
oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkannya BPUPKI dan
dibentuklah PPKI (Panitia persiapan kemerdekana Indonesia). PPKI yang dipimpin oleh ir.
Soekarno beserta Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Widyadiningrat berangkat ke dalat, vietnam pada 2
Agustus 1945 bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemerdekaan Indonesia.
Amerika Serikat kemudian membom atom kedua kota yang ada di Jepang, yakni Hirosmia dan
Nagasaki pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Pemilihan kedua kota itu dikarenakan
kedua kota tersebut merupakan pusat industry di Jepang. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus
1945 Jepang menyerah kepada Sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di
Indonesia. Akan tetapi Jepang harus tetap menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu.
Bangsa Indonesia memanfaatkan kondisi yang demikian itu dengan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia sebelum Sekutu datang, yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung
Karno di damping oleh Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian
maka berakhirlah kekuasaan Jepang di Indonesia, dan Indonesia muncul menjadi satu negara yang
merdeka.

Anda mungkin juga menyukai