Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Fadhilah Ramadhan

11 RPL 2

Dampak Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek


Kehidupan Bangsa Indonesia
A. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
1. Dampak Positif Pendudukan Jepang
a) Bidang Politik
 Melarang penggunaan Bahasa Belanda dan memperbolehkan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar.
 Dibentuknya badan persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan
PPKI. Dengan kemunculan badan persiapan ini, muncullah ide Pancasila.
 Mendukung semangat Anti-Belanda, sehingga secara tidak langsung Jepang
ikut mendukung semangat jiwa nasionalisme Indonesia.
 Memberi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam
pemerintahan politik.
b) Bidang Ekonomi
 Didirikannya koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
 Diperkenalkannya sistem baru bagi pertanian yaitu line system. Sistem ini akan
memberikan pengaturan bercocok tanam yang efisien sehingga akan
meningkatkan produksi pangan.
c) Bidang Sosial
 Mulai berkembangnya tradisi kerja bakti massal melalui kinrohosi.
 Munculnya sikap persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajah di
Indonesia.
 Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang
yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
 Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu Tonarigami
atau Rukun Tetangga (RT).
d) Bidang Budaya
 Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) tanggal 1
April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi aktivitas kebudayaan
Indonesia.
 Pembentukan Persatuan Aktris Film Indonesia (PERSAFI) yang bertujuan
mendorong aktris-aktris profesional dan amatir Indonesia untuk bereksperimen
dengan mengubah lakon terjemahan bahasa asing ke Bahasa Indonesia.
e) Bidang Pendidikan
 Dalam pendidikan diperkenalkannya sistem Nippon Sentris dan
diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
 Mendirikan sekolah seperti SD 6 tahun, SLTP/SMP 9 tahun dan SLTA/SMA.
 Bidang Birokrasi dan Militer
 Jepang memberikan pelatihan militer-semimiliter kepada pemuda Indonesia
dan mempersenjatai pemuda demi keperluan perang Jepang. Seperti
mengikutsertakan pemuda ke organisasi keibodan, heiho, suisintai dan
sebagainya.
 Peninggalan peralatan militer dan infrastruktur perang milik Jepang yang dapat
digunakan sebagai modal untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, bangak peralatan militer Jepang
yang kemudian dikuasai oleh pemuda Indonesia.

2. Dampak Negatif Pendudukan Jepang


a) Bidang Politik
 Dilarangnya kegiatan politik dan dibubarkannya organisasi politik yang ada.
 Dilarangnya segala jenis rapat dan kegiatan politik.
b) Bidang Ekonomi
 Jepang mengeksploitasi SDA dan SDM untuk kepentingan perang.
 Jepang mengmbil secara paksa makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari
rakyat Indonesia tanpa kompensasi.
 Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat.
 Terputusnya hubungan antar daerah akibat dari self sufficiency.
 Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh
potensi SDA dan bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri
perang.
 Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan menerapkan sistem ekonomi
secara ketat.
 Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan
daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
c) Bidang Sosial
 Adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda
Indonesia yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi perang Jepang.
 Kegiatan romusha yang menyengsarakan dan memiskinkan rakyat.
 Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan
berada di bawah pengawasan Jepang.
 Terjadinya kondisi yang parah dan maraknya tindak kriminal seperti
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
d) Bidang Pendidikan
 Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
e) Bidang Birokrasi dan Militer
 Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara Jepang karena menghukum
keras orang-orang yang menyimpang/menentang dari Jepang.

B. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA


1. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan
Bahasa Belanda dan mewajibkan Bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan
keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku, kecamatan dengan So, kawedanan dengan
Gu, kotapraja dengan Syi, kabupaten dengan Ken, dan karesidenan dengan Syu.
Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan ke arah Tokyo dengan
membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno Heika.
Jepang juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan
laut. Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di
Sumatera berpusat di Bukittinggi, angkatan laut di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian
berpusat di Ujungpandang (sekarang Makassar).Pemerintahan itu berada di bawah pimpinan
panglima tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat, Vietnam.
Selain itu, Jepang membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat
propaganda, seperti G3A (Gerakan tiga A), PUTERA, Jawa Hokokai, MIAI dan Maysumi.
Berbagai organisasi tersebut banyak mengaami kegagalan bahkan dimanfaatkan oleh kaum
muda untuk pergerakan nasional.
Tujuan utama pemerintah Jepang yaitu untuk menghapuskan seluruh pengaruh Barat
dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang.
Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang
diucapkan oleh PM Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 1943.
Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu membangkitkan semangat perjuangan
rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Secara singkat, dalam bidang politik Jepang melakukan berbagai propaganda, antara
lain yaitu :
 Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia atau sering disebut Hakko
Ichiu.
 Membangun pendidikan berbentuk beasiswa untuk mencuri simpati rakyat.
 Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia,
Jepang cahaya Asia).
 Menarik simpati umat islam dengan memberangkatkan ibadah Haji.
 Menarik simpati organisasi Islam seperti organisasi MIAI.
 Melaksanakan politik dumping.
 Mengajak tokoh perjuangan Nasional dengan cara membebaskan tokoh tersebut
dari penahanan Belanda.

2. Bidang Ekonomi dan Sosial-Budaya


Untuk membiayai perang pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja Indonesia.
Mereka dikerahkan untuk membuat benteng pertahanan. Awal mulanya, tenaga kerja
dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya, selanjutnya di kota-kota dibentuk barisan
romusha sebagai sarana propaganda.
Propaganda tersebut kemudian menarik para pemuda untuk bergabung dengan
sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang awal mulanya sukarela lama kelamaan berubah menjadi
paksaan. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada di setiap daerah. Para
pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin kehidupannya,
kesehatan dan makan tidak diperhatikan.
Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembaikan
citranya, jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa sebagai “Pahlawan
Pekerja” atau “Prajurit Ekonomi”. Mereka digambarkan sebagai sosok suci dalam menjalankan
tugasnya. Para pekerja romusa jga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan
Malaya.
Saat itu kondisi masyarakat amat menyedihkan. Bahkan makanan sulit didapat akibat
banyak petani yang menjadi romusa. Gelandangan di kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya) semakin tumbuh subur. Tidak jarang pula mereka mati kelaparan di jalanan atau di
kolong jembatan.
Berbagai penyakit juga menjangkit rakyat Indonesia. Selain itu pasar gelap semakin
merajalela kala itu. Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan sedikit jumlahnya. Uang
yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-
bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan orang-orang menggunakan karung goni sebagai bahan
pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan.
Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai Jepang dan diawasi sangat ketat.
Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan
diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang, banyak juga perkebunan yang
dirusak lalu diganti tanamannya untuk keperluan perang.Rakyat dilarang menanamtabu dan
membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji
Seito Kaisya.
Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi
masyarakat luas, misalnya memperbaiki jalan, saluran air atau menanam pohon jarak
(dilakukan secara bergantian). Untuk menjalankan tugas tersebut dengan baik, maka
dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memobilisasi massa dengan efektif.
Sementara itu, komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar
pulau maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan
oleh Jepang.
Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa
Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk
mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah
pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun Bunka Shidosho.
Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi
kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial
Belanda.
Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih untuk bekerja
sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya dipaksa untuk melayani para
kempetai (nafsu seks). Para gadis tersebut dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp
yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Semarang,
Jakarta, Solo, dan Sumatera Barat.
3. Bidang Pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan Indonesia semakin memburuk. Pendidikan
tingkat dasar hanya satu (pendidikan 6 tahun), hal ini dikarenakan untuk memudahkan
pengawasan. Para pelajar wajib mempelajari Bahasa Jepang.
Mereka juga harus mempelajari adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang
(Kimigayo) serta gerak sebelum memulai pelajaran. Bahasa Indonesia digunakan sebagai
bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran wajib.
Sementara itu perguruan tinggi ditutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi
yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan Perguruan
Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung.
Jepang juga membentuk Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di Jakarta, serta
Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Saat itu perguruan tinggi di Indonesia mengalami
kemunduran dan kemerosotan yang tajam.Keuntungannya pada masa Jepang yaitu penggunaan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan
indoktrinisasi. Menurut Jepang, kader-kader dibentuk untuk mempelopori dan melaksanakan
konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan
persiapan bagi pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan.
Ketika sudah dididik untuk selang waktu beberapa tahun, para pelajar dianjurkan untuk
masuk ke militer. Mereka diajarkan untuk masuk ke organisasi Heiho (sebagai pembantu
prajurit). Selain itu juga, para pemuda dianjurkan untuk masuk ke barisan seinendan dan
keibodan (pembantu polisi).
Mereka dilatih baris-berbaris meskipun hanya bersenjata kayu. Dalam seinendan
mereka dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan yang
berat. Latihan militer itu kelak berguna bagi bangsa Indonesia.
4. Bidang Birokrasi dan Militer

Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU No. 27 tentang Aturan Pemerintah


Daerah dan UU No. 28 tentang Pemerintah Syu dan Tokubetsushi Syi, maka berakhirlah
pemerintahan sementara.

Kedua aturan tersebut merupakan struktur pemerintahan dengan datangnya tenaga sipil
dari Jepang di Jawa. Mereka ditempatkan di Jawa untuk melakukan tujuan reorganisasi Jepang,
yang menjadikan Jawa sebagai pusat perbekalan perang di wilayah Selatan.

Sesuai dengan UU tersebut, seluruh kota di Jawa-Madura (kecuali Solo dan


Yogyakarta) dibagi atas syu, syi, gen, son, dan ku. Pembentukan provinsi yang dilakukan
Belanda diganti dan disesuaikan dengan struktur Jepang, daerah pemerintahan yang tertinggi,
yaitu Syu.

Meskipun luas wilayah syu sebesar wilayah karesidenan, namun fungsinya berbeda.
Apabila residen merupakan pembantu gubernur, maka Syu adalah pemerintahan otonomi
dibawah shocukan yang berkedudukan sama dengan gubernur.Pada masa pendudukan Jepang
juga dibentuk Chou Sangi yang fungsinya tidak jauh dari Volkstraad. Dalam volkstraad masih
dapat dilakukan kritik pemerintah dengan bebas, sebaliknya chou sangi tidak dapat melakukan
hal itu.
Masa pendudukan Jepang rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat di bidang
militer. Mereka dapat kesempatan untuk berlatih militer, baris berbaris, latihan menggunakan
senjata, masuk organisasi militer bahkan ikut latihan perang.Melalui propagandanya, Jepang
berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu. Karena itulah mereka melatih
menduduk dengan beragam latihan kemiliteran.
Bekas pasukan PETA itulah yang menjadi Badan Keamanan Rakyat (BPR), yang
menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

Anda mungkin juga menyukai